2019610094
FAKULTAS PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan jalan dan petunjuk sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
praktikum agroklimatologi dengan judul “Alat Pengukur Curah Hujan” ini dengan
tepat waktu dan lancar.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
2.3 Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
penakar hujan disuatu daerah tidak sama, secara teori tergantung pada tofografi
dan tipe hujan derah itu sendiri.
1.2 Tujuan Pratikum
Tujuan yang ingin dicapai setelah melaksanakan praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1) Mengetahui dan mampu mengoprasikan alat-alat yang digunakan untuk
mengukur curah hujan .
2) Mengetahui fungsi dan prinsip kerja dari alat-alat pengukur tekanan
udara.
3) Menghimpun data unsur-unsur cuaca, dan mengimplementasikan data
cuaca tersebut dengan baik dan benar.
2
BAB II
ISI
2.1 Alat Pengukur Tekanan Udara
1. Alat pengukur tekanan udara (Barometer Air Raksa)
3
Keterangan gambar :
a. Mulut penakar seluas 100 cm²
b. Corong sempit
c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mmCH
d. Kran
Fungsi : Mengukur jumlah hujan harian
Satuan alat : mm
Satuan pengukuran : mm
Ketelitian alat : 0,5 mm
Prinsip kerja : Penampung curah hujan
Cara kerja : Air hujan masuk kemulut penangkar kemudian melalui corong sempit
masuk ketabung penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X
(pukul: 07.00, 13.00, 18.00 WIB).
2.2 Data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tahun 2018
DAERAH BULAN CURAH HUJAN
Januari 227
Februari 83
Maret 126
April 32
Daerah Mei 25
Juni 8
Istimewa
Juli 0
Yogyakarta Agustus 0
September 5
Oktober 1
November 318
Desember 264
2.3 Pembahasan
Hujan adalah sebuah peristiwa presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer
yang berwujud cair maupun beku) ke permukaan bumi. Hujan memerlukan
keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es
di dekat dan dia atas permukaan Bumi.
4
Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butiran air
dan jatuh di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat
mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam.
Jenis-jenis hujan :
1) Berdasarkan Proses terjadinya
A. Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang
naik disertai dengan angin berputar.
B. Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar
ekuator (garis khayal yang membagi bumi menjadi bagian utara dan
selatan), akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin
Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk
gumplan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan
menjadi jenuh dan turunlah hujan.
C. Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang
mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin tersebut naik
menuju pegunungan , suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi
kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
D. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang
dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan
antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat,
massa udara dingin menjadi lebih berada di bawah. Di sekitar bidang
front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
E. Hujan Muson atau Hujan Musiman, yaitu hujan yang terjadi karena
Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson
adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara
Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, hujan
muson terjadi di bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan
Asia Timur terjadi di bulan Mei sampai Agustus. Siklus inilah yang
menyebabkan adanya musim penghujan dan musim kemarau.
5
2) Berdasarkan ukuran butirannya
A. Hujan Gerimis, diameter butirannya kurang dari 0.5 mm.
B. Hujan Deras, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas
0 derajat Celcius dengan diameter kurang lebih 7 mm.
C. Hujan Salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada di
bawah 0 derajat Celcius.
D. Hujan Batu Es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas
dari awan yangg suhunya dibawa 0 derajat Celcius.
3) Berdasarkan besar curah hujan
A. Hujan Sedang, 20-50 mm perhari.
B. Hujan Lebat, 50-100 mm perhari.
C. Hujan Sangat Lebat, di atas 100 mm perhari.
4) Berdasarkan intensitasnya
Intensitas curah hujan dikelompokkan menurut tingkat presipitasi:
A. Gerimis : ketika tingkat presipitasinya < 2,5 milimeter (0,098 in)
per jam.
B. Hujan sedang : ketika tingkat presipitasinya antara 2,5 milimeter
(0,098 in) - 7,6 milimeter (0,30 in) atau 10 milimeter (0,39 in) per
jam.
C. Hujan deras : ketika tingkat presipitasinya > 7,6 milimeter (0,30
in) per jam, atau antara 10 milimeter (0,39 in) dan 50 milimeter
(2,0 in) per jam.
D. Hujan badai : ketika tingkat presipitasinya > 50 milimeter (2,0 in)
per jam.
Jadi, karakteristik curah hujan yang tinggi dapat memberikan keuntungan
bagi wilayah tropika sendiri terhadap kebutuhan tanamannya akan air seperti
halnya di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa di wilayah tropika jenis
tanamannya sangat beragam dan beragam pula kebutuhannya akan air. Dengan
begitu, terdapat tambahan suplai air dari hujan selain yang sudah tersedia dari
sungai, bendungan, waduk, atau yang lainnya. Potensi tersebut memberikan
6
peluang juga bagi para petani yang menggarap lahan tadah hujan. Mereka tidak
perlu susah-susah untuk mencari saluran irigasi untuk mengairi lahan mereka dan
dapat memiliki cadangan air jika waktu kemarau tiba.
Selain memiliki potensi yang menguntungkan, curah hujan juga dapat
memberikan kerugian bagi bidang pertanian. Dampak langsung dari curah hujan
ada yang dirasakan seketika, dan ada yang dirasakan.secara.lambat. Dampak
langsung seketika, misalnya curah hujan yang lebat atau terus menerus dapat
menimbulkan tanah longsor saat itu, angin kencang menimbulkan kerusakan
batang tanaman, dapat menggangu bahkan merusak pada saat pembunggaan pada
tanaman. Sedangkan dampak yang dirasakan lambat yaitu kadar cuaca yang baru
dirasakan setelah berkali-kali terjadi misalnya tanah menjadi lembap setelah
beberapa hari turun hujan, tanah menjadi kering setelah beberapa hari hujan
berkurang. Curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan berkembangnya
populasi serangga sebagai hama yang dapat merusak tanaman. Curah hujan yang
tinggi secara terus-menerus dapat menyebabkan pelindihan pada tanah
khususnya pada daerah yang berlereng. Hal ini menyebabkan tanah yang subur
sedikit demi sedikit akan tergerus sehingga lama kelamaan tanah yang subur
akan hilang. Oleh karena itu, potensi curah hujan sangat berpengaruh terhadap
pertanian khususnya di wilayah tropika.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hujan merupakan suatu bentuk presitisasi yang berwujud cairan.
Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerasol
7
seperti embun dan kabut. Hujan terbentuk apabila titik air terpisah jatuh kebumi
dari awan. Tidak semua air hujan sampai ekpermukaan bumi karena sebagian
menguap ketika jatuh melalui udara kering. Sedangkan curah hujan merupakan
merupakan jumlah air yang jatuh kebumi dalam periode tertentu tanpa adanya
evaporasi, pengaliran dan penyerapan dihitung dalam satuan tinggi.
Hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butiran air
dan jatuh di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat
mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau
penambahan uap air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam.
Jadi, karakteristik curah hujan yang tinggi dapat memberikan keuntungan
bagi wilayah tropika sendiri terhadap kebutuhan tanamannya akan air seperti
halnya di Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa di wilayah tropika jenis
tanamannya sangat beragam dan beragam pula kebutuhannya akan air. Dengan
begitu, terdapat tambahan suplai air dari hujan selain yang sudah tersedia dari
sungai, bendungan, waduk, atau yang lainnya. Potensi tersebut memberikan
peluang juga bagi para petani yang menggarap lahan tadah hujan. Mereka tidak
perlu susah-susah untuk mencari saluran irigasi untuk mengairi lahan mereka dan
dapat memiliki cadangan air jika waktu kemarau tiba.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Gunardi Djoko ,Sugeng P Harianto dan Trio Santoso.2019.Klimatologi
Pertanian.Bandar Lampung.Pusaka Media.
https://jogjakota.bps.go.id