Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MINI RISET

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Analisis Data Curah Hujan Di Kota Medan

Dosen Pengampu :

1.M. Ridha S. Damanik M.Sc dan

2.Bapak Muhammad Farouq Ghazali Matondang, S.Pd, M.Se

Disusun Oleh :

Nama : Tungunedo Manalu (3233131062)

Kelas : A Reguler 2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan laporan hasil Mini Riset saya mengenai perhitungan curah hujan
dengan menggunakan metode. Laporan hasil mini riset ini, saya buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Klimatologi dan Meteorologi,
Semoga laporan hasil mini riset ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan
bagi para pembaca.Saya menyadari bahwa laporan hasil mini riset ini, masih
jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

Medan, Desember 2023

Tungunedo Manalu
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan /Manfaat
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Curah Hujan
B. Bagaimana Mengetahui Curah Hujan di Suatu Daerah?
C. Bagaimana Mengetahui Perhitungan Curah Hujan Perhari, Perbulan,
Pertahun?
D. Bagaimana Untuk Mengukur Curah Hujan Menggunakan Metode Poligon,
Aljabar dan Isohyet ?

BAB III PEMBAHASAN


BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada
tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu)
milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Curah hujan di Indonesia memiliki hujan tahunan yang tinggi hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan negara yang berada di wilayah tropik. Tingkat hujan semakin tinggi di daerah
pegunungan. Tingkat hujan rata-rata tahunan di wilayah tropik terjadi karena adanya proses
konveksi dan pembentukan awan panas yang pada dasarnya dihasilkan dari gerakan massa
udara lembab.

RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian/Definisi Curah Hujan


2. Bagaimana Mengetahui Curah Hujan di Suatu Daerah?
3. Bagaimana Mengetahui Perhitungan Curah Hujan Perhari, Perbulan, Pertahun?
4. Untuk Mengukur Curah Hujan Menggunakan Metode Poligon?

TUJUAN/MANFAAT

1. Untuk dapat mengetahui hasil Curah hujan di setiap Daerah


2. Untuk Mengetahui Perhitungan Curah Hujan Perhari, Perbulan dan Pertahun
3. Untuk Mengelola Data hasil Curah Hujan Menggunakan Metode Poligon, Aljabar dan
Metode Isoyet?
BAB II
LANDASAN TEORI

A.Defenisi Curah Hujan

Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar
dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Tingkat hujan
yang diukur dalam satuan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm
yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 meter persegi dengan
asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap. Data curah hujan penting
untuk perencanaan teknik, terutama untuk sistem drainase seperti irigasi, bendungan, drainase
perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan struktur air lainnya. Akibatnya, data rata-rata hujan di
daerah tertentu terus dicatat untuk menilai jumlah perencanaan yang harus dilakukan.
Pencatatan data tingkat hujan rata-rata tahunan di DAS (Daerah Aliran Sungai) dilakukan di
berbagai titik di sepanjang stasiun pencatatan curah hujan untuk menentukan tingkat hujan
yang turun di wilayah tertentu.

Jenis-jenis Curah Hujan

Menurut Tjasyono, Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan
melihat pola curah hujan selama setahun. Tiga wilayah iklim Indonesia yaitu wilayah A
(monsun), wilayah B (ekuatorial) garis dan titik, wilayah C (lokal).

1. Curah Hujan Pola Monsunal (Wilayah A)

Curah hujan pola monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu
puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim kering.
Sedangkan untuk bulan Desember, Januari dan Februari merupakan bulan basah. Sisa enam
bulan lainnya merupakan periode peralihan atau pancaroba (tiga bulan peralihan musim
kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau). Daerah
dengan pola monsun (wilayah A) ini didominasi oleh Sumatera bagian Selatan, Kalimantan
Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua.

2. Curah Hujan Pola Ekuatorial (Wilayah B)

Curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe tingkat rata-rata hujan tahunan dengan
bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan
Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Daerah dengan pola ekuatorial (wilayah B) ini
meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau Kalimantan bagian Utara

3. Curah Hujan Pola Lokal (Wilayah C)


Curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu
puncak hujan), tetapi bentuknya berlainan dengan tipe hujan monsun.

Daerah dengan pola lokal (wilayah C) hanya meliputi daerah Maluku,


Sulawesi dan sebagian Papua.

Macam-macam Hujan Berdasarkan Ukuran Butirannya


Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi
empat yaitu:
1. Hujan Gerimis (Drizzle)
Hujan gerimis merupakan butiran air dan halus yang turun dari langit
disebut dengan gerimis dengan jumlah sedikit. Bahkan, hujan gerimis
disebut ringan yang umumnya memiliki diameter kurang dari 0,5 mm.

Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus yang
memiliki ketinggian 2.000 hingga 7.000 kaki di atas permukaan laut.

2. Hujan Salju (Snow)


Salju adalah kristal-kristal kecil air yang menjadi es dan memiliki
temperatur di bawah titik beku. Hujan salju berbentuk padat dan berasal
dari awan nimbostratus.

Nimbostratus merupakan awan dengan ketinggian sedang yang berada


pada daerah dingin (wilayah di atas garis ekuator).

3. Hujan Batu Es
Hujan batu es merupakan bongkahan-bongkahan es yang turun dari awan
yang memiliki temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada
cuaca panas.

Jenis hujan ini termasuk hujan lokal yang jarang terjadi dan biasanya
terjadi kurang lebih 10 menit. Penyebabnya adalah adanya pengembunan
mendadak.

Seluruh wilayah di dunia dapat mengalami hujan batu es, termasuk


wilayah tropis. Ukuran hujan es sekitar 6 cm per bongkahan. Hujan es
berasal dari awan cumulonimbus yang bertumpuk secara vertikal hingga
mencapai ketinggian 30.000 kaki atau lebih.

4. Hujan Deras (Rain)


Hujan deras merupakan curahan air yang memiliki butiran kurang lebih 7
milimeter dan berasal dari awan yang memiliki temperatur di atas 0°.

Pembagian Hujan Berdasarkan Proses Terjadinya


Hujan dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terjadinya, antara lain
yaitu:

1. Hujan Siklonal
Hujan siklonal adalah hujan yang terjadi akibat naiknya udara panas dari
permukaan bumi disertai adanya angin yang berputar-putar pada titik
tertentu.

2. Hujan Zenithal
Hujan zenithal adalah hujan yang diakibatkan pertemuan angin pasat
tenggara dan angin pasat timur. Hujan jenis ini juga umumnya hanya
terjadi di sekitar khatulistiwa.

3. Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi akibat pergerakan awan ke arah
horizontal yang dibawa angin. Angin membawa awan mencapai suatu
daerah pegunungan dan mengalami kondensasi karena suhu dingin yang
ada di sekitarnya.

4. Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara
dingin dengan massa udara panas. Pertemuan kedua udara tersebut terjadi
pada sebuah tempat yang bernama “bidang front”. Pertemuan ini
mengakibatkan massa udara dingin berada di bawah dan menstimulasi
terjadinya hujan di sekitar bidang front.

5. Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang terjadi akibat campur tangan manusia
dalam memanipulasi keadaan fisik atmosfer lokal, tepatnya dengan
memanfaatkan proses tumbukan dan penggabungan dalam pembentukan
awan (ice nucleation).
B.Bagaimana Mengetahui Curah Hujan di Suatu Daerah?

Kita dapat mengetahui curah hujan di suatu daerah dengan menggunakan


layanan prakiraan cuaca dari badan meteorologi setempat atau situs web
cuaca terpercaya. Selain itu, aplikasi cuaca di ponsel pintar juga bisa
memberikan informasi tersebut secara terperinci.

C.Bagaimana Mengetahui Perhitungan Curah Hujan Perhari,


Perbulan, Pertahun?

Untuk menghitung curah hujan perhari, perbulan, dan pertahun, Anda


dapat menggunakan data pengukuran curah hujan harian dan
menggabungkannya. Jumlahkan curah hujan harian untuk mendapatkan
total bulanan, dan lakukan hal yang sama untuk mendapatkan total
tahunan. Pastikan menggunakan unit yang konsisten, seperti milimeter
atau inci, tergantung pada preferensi Anda. Gunakan data tersebut untuk
analisis iklim atau perencanaan sumber daya air.

D. Untuk Mengukur Curah Hujan Menggunakan Metode Poligon,


Aljabar dan Isohyet ?
Metode Poligon
Dalam metode poligon thiessen, curah hujan rata-rata didapatkan dengan
membbuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian setiap stasiun penakar
hujan akan terletak pada suatu wilayah poligin tertutup luas tertentu.
Cara ini dipandang lebih baik dari cara rerata aljabar (Arimatik), Yaitu
dengan memmasukan faktor luas areal yang diwakili oleh setiap stasiun
hujan.

Jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poigon dengan besar curah hujan di
stasiun dalam poligon tersebut dibagi dengan luas daerah seluruh DAS
akan menghasilkan nnilai curah hujan rata-rata DAS.
Nilai perbandingan antara luas poligon yang mewakili setiap stasiun
terhadap luas total Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut disebut sebagai
faktor bobot Thiessen untuk stasiun tersebut. Dengan demikian cara ini
dipandang lebbi baik dari cara rerata aljabar karena telah
memperhitungkan pengaruh letak penyebaran stasiun penakar hujan.
Metode ini cocok untuk menentukan hujan rata-rata dimana lokasi hujan
tidak banyak dan tidak merata.

Metode AlJabar
Dengan menggunakan metode Aritmatik, curah hujan rata-rata DAS
dapat ditentukan dengan menjumlahkan curah hujan dari semua tempat
pengukuran untuk suatu periode tertentu dan membaginya dengan
banyaknya stasiun pengukuran. Metode ini dapat dipakai pada daerah
datar dengan jumlah stasiun hujan relatif banyak

Metode ini sangat sederhana dan mudah diterapkan, akan tetapi kurang
memberikan hasil yang teliti memngningat tinggi curah hujan yang
sesungguhnya tidak mungkin benar-benar merata pada seluruh DAS.
Utamanya di wilayah tropis termasuk Indonesia, sifat distribusi hujan
mmenurut ruang sangat bervariasi, sehingga untuk suatu Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang relatif besar, metode Aritmatik tidak cocok untuk
digunakan

Metode Isohyet

Metode ini menggunakan pembagian DAS dengan garis-garis yang


menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang sama besar
(isohyet). Curah hujan rata-rata di daerah aliran sungai didapatkan dengan
menjumlahkan perkalian antara curah hujan ratarata di antara garis-garis
isohyet dengan luas daerah yang dibatasi oleh garis batas DAS dan dua
garis isohyet, kemudian dibagi dengan luas seluruh DAS.

Cara ini mempunyai kelemahan yaitu apabila dikerjakan secara manual,


dimana setiap kali harus menggambarkan garis isohyet yang tentunya
hasilnya sangat tergantung pada masing-masin pembuat garis.
Dalam praktek pemakaian hitungan hujan DAS tersebut, banyak
digunakan cara kedua atau metodePoligon thiessen karena dipandan lebih
praktis dengan hasil yang cukup,baik.Demikian sedikitnya pembahasan
dari saya mengenai cara menghitung hujan rata-rata.

BAB III
PEMBAHASAN

Curah Hujan Pada Daerah

Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada
tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Curah hujan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm
yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 m2 dengan
asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap.Kepulauan
maritim Indonesia yang berada di wilayah tropik memiliki curah hujan
tahunan yang tinggi, curah hujan semakin tinggi di daerah pegunungan.
Curah hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya dihasilkan dari
proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya
curah hujan dihasilkan dari gerakan massa udara lembab keatas. Agar
terjadi gerakan ke atas, atmosfer harus dalam kondisi tidak stabil. Kondisi
tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab dan lapse rate udara
lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan jenuh Curah
hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan
air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik
tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan daerah dan dinyatakan
dalam mm. Dengan melakukan penakaran pada suatu stasiun hujan
hanyalah didapat curah hujan di suatu titik tertentu. Bila dalam suatu area
terdapat penakar curah hujan, maka untuk mendapatkan harga curah
hujan areal adalah dengan mengambil harga rata-ratanya.

Adapun beberapa metode yang dapat kita digunakan untuk menghitung


curah hujan rerata daerah yaitu:

1. Metode Aritmatik (Metode Aljabar)


Metode ini yang paling sederhana dalam perhitungan curah hujan
daerah. Metode ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar,
alat penakar tersebar merata/hampir merata, dan cocok untuk kawasan
dengan topografi rata atau datar, dan harga individual curah hujan tidak
terlalu jauh dari harga rata-ratanya.

2. Metode Garis-garis Isohyet

Metode ini memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos


penakar hujan. Metode ini cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur
dengan luas lebih dari 5000 km2. Hujan rerata daerah dihitung dengan
persamaan .

3. Metode Poligon Thiessen

Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar


hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Meskipun
belum dapat memberikan bobot yang tepat sebagai sumbangan satu
stasiun hujan untuk hujan daerah, metode ini telah memberikan bobot
tertentu kepada masing-masing stasiun sebagai fungsi jarak stasiun
hujan. Metode ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5000
km2.Penentuan atau pemilihan metode curah hujan daerah dapat
dihitung dengan parameter luas daerah tinjauan dengan luas 250 ha
dengan variasi topografi kecil diwakili oleh sebuah stasiun
pengamatan.

1. Untuk daerah tinjauan dengan luas 250 – 50.000 ha yang memiliki 2


atau 3 stasiun pengamatan dapat menggunakan metode rata-rata
aljabar.

2. Untuk daerah tinjauan dengan luas 120.000 – 500.000 ha yang


memiliki beberapa stasiun pengamatan tersebar cukup merata dan
dimana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi
topografi dapat menggunakan metode rata-rata aljabar, tetapi jika
stasiun pengamatan tersebar tidak merata dapat menggunakan metode
Thiessen.
3. Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500.000 ha
menggunakan metode Isohiet atau metode potongan.

Gambar Peta Kota Medan


BAB VI

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menghitung data curah hujan, dapat


disimpulkan bahwa Analisa frekuensi curah hujan adalah berulangnya
curah hujan baik jumlah frekuensi persatuan waktu maupun periode
ulangnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung
besarnya curah hujan pada kala ulang tertentu.Untuk menganalisa
frekuensi curah hujan ini menggunakan tiga metode sebagai
perbandingan, yaitu :1.Metode aljabar.metode isoyet, metode poligon
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan
harian rata rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
pada suatu titik tertentu (Point Rainfall).
Curah hujan ini disebut curah hujan daerah dan dinyatakan dalam
mm.Curah hujan ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan
curah hujan. Cara cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan
curah hujan di beberapa titik adalah sebagai berikut :1. Cara rata rata
aljabar.2. Thiessen Polygon3. Cara Isohyet Dalam penelitian ini
menggunakan cara rata rata aljabar (arithmetic), karena jumlah stasiun
pencatat hujan cukup banyak serta tersebar merata diseluruh daerah
aliran, untuk mendapatkan hasil perhitungan data ketiga metode tersebut,

B.Saran
Dengan hasil penelitian menghitung hasil curah hujan yang kita
pelajari dapat memberitahukan berapa jumlah curah hujan yang pada
masa lalu,dengan menghitung curah hujan ini kita dapat membandingkan
berapa jumlah hujan pada setiap daerah seberapa besar perbedaan yang
terjadi dan berapa jumlah nya, dengan ini apabila terdapat kesalahan
dalam metode perhitungan dapat mengetahui perbaikannya, dan saya
berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu mengenai
curah hujan dan cara menghitungnya,dan saya mengucapkan terimakasih
kepada pembaca laporan yang saya buat.

C.Daftar Pustaka
https://bbmkg3.bmkg.go.id/daftar-istilah-musim#:~:text=Curah
%20Hujan%20(mm)%20adalah%20ketinggian,tidak%20meresap%20dan
%20tidak%20mengalir.

https://lindungihutan.com/blog/curah-hujan-adalah-jenis-dan-
perhitungan/

Anda mungkin juga menyukai