Anda di halaman 1dari 14

DESAIN INSTRUKSIONAL

Analisis Karakteristik Peserta Didik dan Lingkungan

Dosen Pembimbing : RODI EDI, S.Pd,.M.Si –

Disusun Oleh :

Rachel Claudia Loppies 06101381924043

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, makalah dengan judul “analisis karakteristik peserta didik dan
lingkungan” dapat diselesaikan pada waktunya.

Makalah ini membahas tentang analisis karakteristik peserta didik dan lingkungan

Palembang, 26 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 3

1.3 Tujuan................................................................................................................................. 4

BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Karakteristik Peserta Didik ..............................................................................6

2.2 Karakteristik Peserta Didik............................................................................................... 7

2.3 Faktor Sosial dan Langkah dalam Menganalisis Kemampuan Peserta Didik....................8

BAB III. PENUTUP..................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 10

3.2 Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 12
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kimia atmosfer adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari lebih mendalam
mengenai atmosfer bumi dan planet-planet lain. Bidang multidisiplin ini melibatkan kimia
lingkungan, fisika, meteorologi, pemodelan komputer, oseanografi, geologi, vulkanologi, dan
disiplin-disiplin lainnya. Riset-riset yang dilakukannya semakin berhubungan dengan bidang
ilmu lain seperti klimatologi. Planet bumi terdiri dari berbagai lapisan antara lain: Litosfer,
Hidrosfer, dan Atmosfer. Atmosfer merupakan selimut pelindung yang memelihara
kehidupan di bumi. Atmosfer merupakan sumber oksigen bagi pernafasan dan sumber
karbondioksida bagi reaksi fotosintesis. Sebagai komponen dasar dari siklus hidrologi,
atmosfer menjadi media transport air dari laut ke daratan. Atmosfer memiliki fungsi sebagai
pelindung utama kehidupan di bumi karena dapat menyerap banyak sinar kosmik dari
angkasa luar, selain itu dapat menyerap radiasi elektromagnetik dari sinar matahari. Hanya
radiasi dalam daerah panjang gelombang 300 – 2500 nm dan 0,01 – 40 m ditransmisikan ke
berbagai keadaan yang cocok oleh atmosfer.

Atmosfer penting dalam menjaga keseimbangan panas di bumi dengan


kemampuannya untuk menyerap radiasi infra merah yang datang dari matahari yang
kemudian dipancarkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah. Atmosfer melakukan
stabilisasi suhu di permukaan bumi. Di samping fungsi yang cukup banyak dari atmosfer,
disisi lain atmosfer menampung berbagai bahan pencemar yang dihasilkan terutama oleh
kegiatan manusia. Hal ini dapat menyebabkan kualitas atmosfer menurun yang akhirnya akan
memeberikan dampak negatif bagi keseluruhan makhluk hidup dan kemungkinan
menyebabkan perubahan-perubahan sifat atmosfer itu sendiri. Oleh karena itu, penulis
menganggap penting untuk memberikan informasi yang luas tentang atmosfer yang dibahas
dalam makalah ini sehingga dapat \memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
atmosfer guna menjaga kestabilan kehidupan di bumi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:

· Bagaimana pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya?

· Bagaimana keseimbangan panas bumi dapat terjaga?

· Mengapa oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan di atmosfer yang lebih
rendah?
1.3 TUJUAN

Tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

· Untuk mengetahui pembagian wilayah atmosfer dan karakteristiknya.

· Untuk mengetahui proses terjaganya keseimbangan panas bumi.

· Untuk mengetahui mengapa oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan di
atmosfer yang lebih rendah.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 SIFAT DAN SUSUNAN ATMOSFER

Atmosfer merupakan media penerima dan perjalanan gas-gas buang atau bahan
pencemar, terutama pada lapisan troposfer. Troposfer meliputi ruang mulai permukaan bumi
sampai ketinggian 10 Km dengan volume 5,1 x 109 km3 lapisan ini mengandung sekitar
75% dari massa atmosfer. Atmosfer atau udara merupakan campuran berbagai macam gas
yang bersifat homogen. Susunan utama dari udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95%
oksigen, 0,93% gas gas mulia dan 0,03% karbondioksida dan beberapa gas lainnya dalam
jumlah yang sangat kecil. Kelimpahan gas renik yang paling banyak adalah metana, CH4.
Hampir seluruh gas tersebut yang terkandung dalam udara dihasilkan dari fermentasi dari
bakteri anaerob dalam lahan basah dan daerah peternakan sedangkan yang berasal dari
kegiatan manusia hanya kurang dari 10% dari gas metana total. Sulfur dioksida dan hydrogen
sulfida juga komponen biasa terdapat di atmosfer hanya H2S dengan cepat teroksidasi
menjadi SO2. Kebanyakan dari H2S dihasilkan dari reduksi sulfat oleh mikroba, meskipun
gunung berapi merupakan sumber yang signifikan.

Sekitar 3% dari total massa atmosfer bagian bawah atau troposfer adalah uap air,
meskipun konsentrasinya dapat berubah-ubah tergantung oleh ruang dan waktu. Pada
umumnya, di daerah yang lebih panas mengandung lebih banyak uap air. Kandungan uap air
menjadi lebih rendah dengan kenaikan ketinggian dari permukaan bumi. Uap air memegang
peranan cukup penting dalam pertukaran panas bumi dan pergerakan atmosfer, disebabkan
oleh kapasitas kalor yang tinggi, penyerapan radiasi infra merah dan kalor penguapan.
Densitas dari atmosfer berkurang secara tajam dengan berkurangnya altitude sebagai
konsekuensi dari berkurangnya gas-gas dan gaya berat lebih dari 99% total massa atmosfer
terdapat di permukaan bumi sampai kurang lebih 30 km, dan total massa dari atmosfer
kurang lebih 5,14 x1015 metrik ton. Karakteristik dari atmosfer sangat luas, terutama yang
disebabkan ketinggiannya. Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan perbedaan karakteristik
tersebut adalah iklim, waktu, garis lintang atau latitude dan bahakan aktifitas solar.
Temperatur atmosfer sangat bevariasi mulai dari yang terendah -1380C samapai 1700oC.
Tekanannya menurun tajam dari 1,00 atm pada permukaan laut. Dengan adanya perbedaan
temperatur dan tekanan tersebut maka sifat kimia dari atomesfer sangat berbeda yang
disebabkan oleh perbedaan altitude atau ketinggian.

2.2 PEMBAGIAN WILAYAH ATMOSFER

Sifat- sifat kimia dan reaksi-reaksi di dalamnya sangat ditentukan oleh karakteristik
fisik atmosfer seperti suhu, tekanan. Terjadinya perbedaan tekanan dan suhu atmosfer
disebabkan oleh adanya perbedaan altitude dan latitude. Hal ini yang menyebabkan adanya
pembagian wilayah atmosfer bumi. Atmosfer bumi dibagi menjadi berbagai wilayah yang
berbeda dan pembagian ini tergantung pada sistem klasifikasinya. Pembagian yang umum
didasarkan pada bagian bawah (lower atmosfer), kurang lebih sampai ketinggian 50 Km dan
atmosfer bagian atas (upper atmosfer) yaitu > 50 Km sampai batas gaya tarik bumi. Bahan-
bahan kimia yang terdapat di kedua wilayah ini sangat berbeda juga reaksi-reaksi yang terjadi
didalamnya. Klasifikasi lain didasarkan pada wilayah homosphere yang mempunyai
kandungan bahan dengan variasi sedikit dan heterosphere yang mempunyai komposisi
dengan variasi yang cukup banyak. Sistem pembagian wilayah atmosfer yang paling umum
digunakan didasarkan pada perbedaan temperatur dengan ketinggian (altitude). Karakteristik
dari perbedaan temperatur ini dapat dilihat pada table 2.

Table 2. Pembagian Wilayah Atmosfer dan Karakteristiknya

Wilayah (Region) Suhu ℃ Altitude (KM) Spesi Bahan Kimia


Troposfer Sampai -56 0 sampai (10-16) N2, O2, CO2
Stratosfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 H2O
Mesosfer -2 sampai -92 50 sampai 85 O3
Thermosfer -92 sampai -100 85 sampai 500 O2, NO+, O2, O+, NO+
Karakteristik dari troposfer adalah terjadinya penurunan suhu dengan adanya
kenaikan altitude, dengan adanya penambahan jarak dari radiasi panas bumi. Dengan
ketiadaan pencemaran udara komposisi troposfer sangat homogen, tetapi kandungan air di
troposfer sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh pembentukan awan, pengendapan, dan
penguapan dari air yang berasal dari daerah terrestrial dan badan-badan air. Lapisan yang
paling dingin suhunya di Troposfer dikenal sebagai Tropopause. Hal ini disebabkan adanya
kondensasi dari air menjadi parikel-partikel gas. Kejadian ini menghindarkan air mencapai
ketinggian dimana akan terjadi fotodissosiasi air oleh sinar ultra violet berenergi tinggi
sehingga terbentuk gas hidrogen yang cukup tinggi di atmosfer dan sebaliknya akan
kekurangan air.

Stratosfer dicirikan dengan terjadinya kenaikan temperatur sesuai dengan kenaikan


altitude. Kenaikan temperatur ini sebagai akibat dari adanya lapisan ozon, O3 yang mencapai
konsentrasi volume 10 ppm dipusat daerah stratosfer. Ozon mengabsorbsi energi dalam
bentuk sinar ultra violet dan menyebabkan kenaikan temperatur. Temperatur maksimum
tercapai pada lapisan teratas dari stratosfer. Dengan kenaikan altitude di mesosfer terjadi
penurunan kembali dari temperatur yang disebabkan oleh penurunan tingkat radiasi yang
diabsorbsi spesi-spesi, terutama oleh ozon pada altitude yang lebih tinggi dari mesosfer dan
diatasnya, molekul-molekul adan atom-atom spesi dapat keluar secara sempurna dari
atmosfer bumi (daerah ezosfer) dan temperature maksimum dapat mencapai 1200 oC
didaerah termosfer.

Tekanan atmosfer (tekanan udara) menurun sebagai fungsi eksponensial dari altitude.
Secara ideal, tanpa adanya bahan-bahan pencemar dan pada temperatur konstan absolut, T,
tekanan pada berbagai altitude/ketinggian Ph dinyatakan dalam persamaan eksponensial :

Ph = POe Mgh/RT

Dimana :

Ph = tekanan udara pada altitude 0 (permukaan laut)


M = rata-rata berat gram molekul dari udara, yaitu 28,97 g/mol di troposfer

g = gravitasi (981 cm sec-2 pada permukaan laut)

h = altitude dalam cm

R = kontanta gas (8,314 x 107 erg deg-1 mol -1)

Untuk konsistensi, satuan dari persamaan tersebut digunakan sistem cgs (centimeter-
gram-second), meskipun untuk ketinggian biasanya pengukuran dilakukan dalam meter atau
km, oleh karena itu perlu ada konversi ketinggian menjadi cm dengan jalan adanya perkalian
yang sesuai dengan faktor tersebut. Penurunan tekanan dinyatakan dengan factor e-1 untuk
setiap penambahan altitude yang sesuai dengan skala ketinggian yang dinyatakan sebagai
RT/mg. Pada rata-rata temperatur permukaan laut 288 oK, skala ketinggian adalah 8 x 105
cm atau 8 km, dan pada altitude 8 km tersebut tekanan hanya mencapai 39 % dari tekanan
pada permukaan laut.

Untuk memberikan gambaran yang lebih baik dan adanya variasi dari tekanan karena
altitude persamaan eksponensial tersebut dikonversi dalam bentuk logaritma (dasar 10), dan h
diukur dalam km (kilometer)

Log Ph = log Po –

Bila tekanan pada permukaan dianggap 1,00 atm, persamaan dapat disederhanakan
menjadi,

Log Ph = -

2.3 KESEIMBANGAN PANAS BUMI

Matahari adalah sumber utama dari semua energi yang sampai ke bumi. Energi radiasi
dari matahari meliputi semua spektrum elektron magnetik. Meskipun demikian yang
terbanyak adalah sekitar cahaya tampak, yaitu antara gelombang 0,4 . Dengan adanya jarak
bumi dengan matahari, setiap 1 meter persegi dari area yang terkena aliran radiasi matahari
(solarflux) menerima 19,2 kcal energi per menit atau 1,34 x 103 watt/m2. Bila seluruh energi
ini mencapai permukaan bumi maka bumi akan menguap sejak dulu. Oleh karena itu terdapat
berbagai factor yang cukup kompleks yang turut terlibat dalam menjaga keseimbangan panas
di bumi. Radiasi matahari yang masuk ke atmosfer bumi,sekitar 20-30 % dipantulkan
kembali ke ruang angkasa, dibiaskan oleh atmosfer dan partikel-partikel padat yang terdapat
di atmosfer atau oleh permukaan bumi. Pada umumnya rata-rata refleksi atau albedo dari
permukaan dan atmosfer sebesar 35%. Besarnya albedo ini ditentukan oleh daerah dan sifat-
sifatnya. Daerah yang tertutup es/salju pada daerah kutup mempunyai albedo yang tinggi,
tetapi di daerah lautan rendah, karena kebanyakan energi diserap.

Sekitar 20% dari energi radiasi diserap begitu masuk melewati atmosfer. Ozon
menyerap sekitar 1,3%, terutama dalam bagian gelombang pendek ultra violet. Pada
troposfer, sekitar 17-19% dari yang masuk diserap terutama oleh uap air dan CO2.
Penyerapan atmosfer total terhadap radiasi dengan panjang gelombang 0,3-0,7 tidak sangat
besar dan umumnya masuk secara efektif melalui lubang “transparan” dari atmosfer. Secara
keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke permukaan bumi ini meradiasikan
kembali sebagian energi melalui kisaran panjang gelombang yang luas, tetapi terbanyak pada
panjang gelombang 10-20 yaitu infra merah.

Radiasi rata-rata yang dipantulkan ke ruang angkasa harus sama dengan yang diserap
oleh matahari. Oleh karena itu sejumlah energi harus mengalir dari daerah tropik ke daerah
kutub di dalam atmosfer. Aliran energi ini merupakan sistem aliran udara panas ke arah kutub
dan aliran udara dingin dari kutub ke arah tropik dan ini akan dinyatakan dengan aliran laut.

2.4 BAHAN KIMIA DAN REAKSI-REAKSI FOTOKIMIA DALAM


ATMOSFER

Reaksi-reaksi kimia membutuhkan energi dan radiasi cahaya matahari dapat


menyediakannya. Dalam reaksi kimia, cahaya merupakan partikel-partikel yang disebut
photon yang energinya (E) tergantung pada panjang gelombangnya yang dinyatakan dengan
persamaan,

E = 1,196 x 105 kj/Einstein

E = 1,196 x 105 kcal/mole

dimana Einstein adalah bilangan Avogardo (6,023 x 1023) dari photon. Seperi radiasi
ultra violet (UV) mempunyai energi yang cukup kuat untuk memecahkan/memutuskan ikatan
kimia, absorbsi dari suatu photon menyediakan energi yang mendesak elektron kepada suatu
keadaan berenergi tinggi yang kemudian tereksitasi dengan cepat. Energi yang dilepaskan
tampak sebagai panas, fenoresence, atau mengaktivasi ikatan kimia untuk siap bereaksi. Oleh
karena itu penyerapan cahaya oleh zat-zat kimia dapat menyebabkan terjadinya reaksi yang
tidak akan terjadi pada media tanpa cahaya.

 Reaksi Foto Kimia

Reaksi-reaksi fotokimia meskipun pada keadaan tanpa katalis dapat berlangsung pada
suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi lainnya. Beberapa reaksi fotokimia yang
dipengaruhi radiasi matahari, memegang peranan penting dalam menentukan sifat dan batas
perjalanan zat-zat kimia dalam atmosfer. Nitrogen dioksida (NO 2) merupakan jenis senyawa
kimia yang secara fotokimia paling efektif dalam atmosfer tercemar, dan merupakan
komponen utama dalam proses pembentukan kabut. Suatu spesi seperti NO2 dapat
mengabsorbsi cahaya dari energi hv dalam suatu reaksi yang menghasilkan suatu molekul
dengan sebuah elektron tereksitasi yang dinyatakan dengan tanda *.

NO2 + hv NO2

Molekul-molekul dengan elektron tereksitasi adalah salah satu dari tiga jenis spesi
yang relatif reaktif dan tidak stabil yang jumlahnya sangat banyak di atmosfer dan banyak
berperan dalam proses-proses kimia atmosfer. Dua jenis lainnya adalah atom-atom atau
fragman-fragmen molekuler dengan elektron tidak berpasangan, yang disebut radikal bebas,
dan atom-atom terionisasi atau fragmen-fragmen molekuler.

Sebuah molekul yang memperoleh energi dari penyerapan cahaya akan kehilangan
energi dengan sejumlah proses. Jenis tereksitasi seperti O2* memberikan energinya ke
molekul atau atom-atom yang dinyatakan dengan Mg, oleh suatu proses yang dikenal sebagai
pemadaman fisik.

O2* + Mg O2 + Mg

Akibat proses yang terjadi ini, terjadilah kenaikan kalor disekelilingnya, spesi dalam
keadaan tereksitasi dapat mengalami disosiasi, suatu proses yang dominan terjadi pada atom
oksigen dalam atmosfer dengan altitude yang lebih tingi.

O2* O + O

Spesi yang tereksitasi juga dapat melalu suatu reaksi, seperti :

O2 + O3 2 O2 + O

Energi yang khusus dari luminisensi disebut fenoresensi ataau fosforesensi. Bila spesi
yang tereksitasi berasal dari suatu reaksi kimia, emisi cahayanya disebut
“chemiluminecence”. Fenomena luminacence dan chemiluminecence digunakan dalam
analisis kimia. Chemiluminecence terutama efektif untuk analisa dari beberapa pencemar
udara seperti ozon. Kedua fenomena diatas tadi sering terjadi pada fenomena langit. Misalnya
ada energi cahaya atmosfer yang disebut cahaya langit (airglow) yang disebabkan oleh
adanya chemiluminecence dari radikal hidroksilyang tereksitasi.

O3 + H OH+ + O2

OH* OH + hv

Penyerapan radiasi yang sangat energetik dapat menyebabkan pelepasan sebuah elektron,

N2 + hv N2* + e-

Suatu proses yang disebut fotokimia. Fotokimia sering digolongkan kedalam sub kategori
dimana sebuah disosiasi menghasilkan elektron.

 Ion-Ion Dan Radikal Dalam Atmosfer

Suatu karakteristik dari atas atmosfer yang tidak dapat terjadi di laboratorium adalah
kehadiran elektron-elektron dan ion positif secara signifikan. Oleh karena kondisi dengan
media yang sangat jarang dibagian atmosfer yang lebih tinggi, maka ion-ion ini akan terdapat
dalam jangka waktu yang cukup lama sebelum bergabung kembali menjadi spesi yang netral.
Pada altitude kurang lebih 50 Km dan diatasnya, ion-ion sangat umum terdapat didaerah
tersebut sehingga dinamakan ionosfer (lapisan ion-ion). Adanya lapisan tersebut telah
diketahui sejak tahun 1901, setelah ditemukan bahwa gelombang radio dapat di transmisikan
melalui jarak jauh.Cahaya ultraviolet merupakan pembentuk utama dari ion-ion dalam
ionosfer. Dalam keadaan gelap, ion-ion perlahan bergabung dengan elektron bebas. Proses ini
berlangsung cepat terutama di daerah yang lebih rendah dari ionosfer. Medan magnet bumi
sangat memberikan pengaruh kepada ion-ion dalam atmosfer bagian yang lebih tinggi.
Manifestasi dan fenomena ini dikenal dengan Van Allen Belts (sabuk Van Alen), yang
ditemukan pada tahun 1958, daerah ini terdiri dari dua sabuk dari partikel-partikel dalam
bentuk ion yang mengelilingi bumi seperti terlihat pada gambar dibawah.

Dibagian dalam, yaitu daerah ionisasi energetik tinggi terdiri dari proton-proton dan
bagian luar terdiri dari elektron-elektron. Dibagian lebih atas atmosfer, radiasi
elektromagnetik dapat menghasilkan radikal bebas sebagai salah satu bentuk lain dari
pembentukan ion-ion fotoionisasi. Radikal bebas merupakan spesi yang sangat penting dalam
atmosfer karena terlihat secara signifkan dalam fenomena kimia atmosfer. Spesi tersebut bisa
dalam bentuk atom atau kelompok atom-atom dengan elektron tidak berpasangan dan sangat
bersifat reaktif. Di atmosfer bagian atas, radikal bebas memiliki waktu paroh yang hanya
beberapa menit saja meskipun ada yang lebih lama. Rdikal bebas dapat terlibat dalam reaksi
dimana radikal bebas yang lain terbentuk dari reaksi tersebut, contoh :

O3 + HO* → O2 + HOO*

HOO* + O → HO* + O

Dari reaksi diatas tampak radikal bebas hidroksil, HO* yang sangat reaktif dalam
reaksinya dengan ozon, O3, menghasilkan radikal lain, HOO* dan radikal pada reaksi lebih
lanjut menghasilkan kembali radikal bebas HO*. Reaksi lain dari radikal bebas adalah
terjadinya penghancuran radikal yang satu oleh radikal bebas lainnya sehingga reaksi rantai
yang terjadi bisa berhenti. Reaksi ini disebut reaksi terminasi rantai (“chain-terminating-
reaktion”). Reaksi-reaksi yang melibatkan radikal bebas bertanggung jawab terhadap
pembentukan kabut asap (smog). Radikal bebas sangat reaktif oleh karena itu secara umum
mempunyai waktu paroh yang sangat singkat. Sangat penting untuk membedakan anatara
kereaktifan dengan kestabilan. Untuk radikal bebas disamping sangat reaktif juga sangat
stabil. Oleh karena itu radikal bebas dan atom-atom “single” yang berasal dari molekul-
molekul gas dengan dua atom cenderung tetap berada di daerah dengan altitude yang sangt
tinggi. Sedangkan spesi yang teriksitasi secara elektronik mempunyai waktu paroh yang
secara umum sangat singkat karena energi yang hilang melalui radiasi.

 Karbon Dioksida Atmosfer

Komponen karbon dioksida, CO2, hanya 0,034% volume sebagai gas penyusun
atmosfer. Hampir sama dengan uap air, karbon dioksida merupakan komponen-komponen
yang mempunyai fungsi utama untuk mengabsorbsi energi infra merah yang dipancarkan
kembali oleh bumi. Para ilmuwan mengkhawatirkan bahwa tingkat konsentrasi karbon
dioksida yang berubah meningkat tajam akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim di
bumi sebagai akibat dari terjadinya efek rumah kaca.

Terjadinya peningkatan karbon dioksida ini terutama disebabkan oleh meningkatnya


pembakaran bahan bakar fosil yang makin hari makin bertambah. Pengukuran yang pernah
dilakukan terhadap CO2 di atmosfer secara kontinu mulai tahun 1960 sampai 1985 di
beberapa wilayah atmosfer seperti di Antartika ternyata terjadi peningkatan kurang lebih 1
ppm per tahun (Manahan, 1994). Diperkirakan adanya peningkatan suhu global dengan
kenaikan suhu rata-rata antara 1,5 sampai 4,5 ℃. Akibat dari meningkatnya konsentrasi CO2
atmosfer juga memberkan efek yang potensial terhadap terjadinya kerusakan lingkungan
yang bersifat irreversible bahkan melebihi akibat yang ditimbulkan oleh senjata nuklir.

Peningkatan konsentrasi CO2 atmosfer yang sebagian besar disebabkan oleh


pembakaran bahan bakar fosil,juga disebabkan oleh perusakan hutan seperti pembakaran
hutan akan melepaskan gas CO2 yang cukup signifikan ke atmosfer.

Oleh karena itu konsentrasi CO2 alam sangat kecil di atmosfer dan tidak cukup aktif
dalam reaksi kimia maka dalam studi reaksi-reaksi kimia atmosfer spesi ini relatif kurang
signifikan. Namun demikian didasarkan kepada tingkat/konsentrasi CO2, dan intensitas
radiasi ultraviolet matahari di lapisan teratas atmosfer.

CO2 + hv CO + O

Reaksi ini merupakan sumber utama dari gas CO pada altitude yang lebih tinggi.
Meskipun CO2 mengabsorbsi radiasi infra merah cukup kuat, tetapi radiasi ini tidak cukup
energik untuk menyebabkan terjadinya reaksi Kimia.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Secara keseluruhan sekitar 50% dari radiasi matahari sampai ke permukaan bumi ini
meradiasikan kembali sebagian energi melalui kisaran panjang gelombang yang luas, tetapi
terbanyak pada panjang gelombang 10-20 yaitu infra merah. Radiasi rata-rata yang
dipantulkan ke ruang angkasa harus sama dengan yang diserap oleh matahari. Oleh karena itu
sejumlah energi harus mengalir dari daerah tropik ke daerah kutub di dalam atmosfer.

2. Oksigen di atmosfer yang lebih tinggi berbeda dengan oksigen yang lebih rendah karena
adanya pengaruh dari radiasi ionisasi. Dalam daerah ini oksigen terdapat dalam bentuk
oksigen atom, O, molekul oksigen tereksitasi, O2*, dan azon, O3, kurang dari 10% oksigen
dalam bentuk O2 terdapat dalam atmosfer pada altitude kurang lebih 400 Km.

3. Pembagian Wilayah Atmosfer dan Karakteristiknya

Wilayah (Region) Suhu ℃ Altitude (KM) Spesi Bahan Kimia


Troposfer Sampai -56 0 sampai (10-16) N2, O2, CO2
Stratosfer -56 sampai -2 (10-16) sampai 50 H2O
Mesosfer -2 sampai -92 50 sampai 85 O3
Thermosfer -92 sampai -100 85 sampai 500 O2, NO+, O2, O+, NO+

3.2 Saran

Untuk lebih memahami semua tentang atmosfer baik pembagian wilayah


atmosfer,komposisi atmosfer, pengaruh kegiatan manusia terhadap komposisi
atmosfer,maupun pemeliharaan kualitas atmosfer ,serta menjaga kualitas atmosfer agar
kualitas atmosfer tetap baik.Pembaca juga diharapkan mencari referensi lain yang berkaitan
dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca
makalah ini mampu menerapkan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari dalam
menjaga kualitas atmosfer beserta bagian-bagian penyusunnya.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Ayu, Dinda Gusti.2017. Kimia Lingkungan “Atmosfer Bumi. (Online).


http://dindagustiayu.blogspot.com/2017/11/makalah-kimia-lingkungan-atmosfer-bumi.html
(diakses pada tanggal 26 Agustus 2021)

Ilma, Hafizatul.2018. MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN SIFAT DAN KOMPOSISI


ATMOSFER.(Online).
https://www.academia.edu/37982994/MAKALAH_KIMIA_LINGKUNGAN_SIFAT_DAN_
KOMPOSISI_ATMOSFER (diakses pada tanggal 26 Agustus 2021)

Situmorang,M. 2012. Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negri Medan.

Anda mungkin juga menyukai