Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

MK PENGETAHUAN LINGKUNGAN DAN KEBENCANAAN

ANALISIS SUHU PERMUKAAN AIR LAUT 10 TAHUN DI


PROVINSI SULAWESI SELATAN

NAMA : BA’DIATUL HUSNA

NIM : 420210104006

PRODI PERIKANAN TANGKAP

FAKULTAS LOGISTIK MILITER UNHAN RI

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3

1.1 Latar Belakang........................................................................................3

BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN...............................................................5

2.1 Waktu dan Tempat......................................................................................5

2.1 Materi............................................................................................................5

2.3. Metode..........................................................................................................6

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................16

3.1. Kesimpulan................................................................................................16

3.2. Saran...........................................................................................................16

BAB 5 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terletak di garis khatulistiwa sebagai “benua samudera”, dua pertiga
wilayahnya adalah lautan dan berperan penting dalam proses perubahan iklim
lokal dan global. Perairan Indonesia selain bersifat semi–tertutup yakni jalur dari
Pasifik ke Samudera Hindia, juga merupakan pusat aktivitas sirkulasi laut global
yang dikenal dengan arus lalu lintas Indonesia (Arlindo). Saat melewati perairan
Indonesia, massa air Alindo akan bercampur dengan massa air dari Samudra
Pasifik, di mana massa air yang berbeda bercampur, sehingga perairan Indonesia
dapat mempengaruhi iklim global (Putra et al., 2019)

Pemanasan Global atau Global Warming adalah suatu istilah yang


menunjukkan pada peningkatan suhu rata-rata di atas permukaan bumi. Suhu
udara rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,74°C dalam 100 tahun
terakhir. Banyak ahli memperkirakan bahwa suhu rata-rata akan naik bertambah
dari 1,4°C sampai dengan 5,8°C sampai tahun 2100. Sedangkan
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memprediksi bahwa suhu
global cenderung meningkat sebesar 1,1°C sampai 6,4°C dalam 90 tahun ke depan
(IPCC dalam Masters, 2012). Kondisi suhu udara di Indonesia menjadi lebih
panas sepanjang abad dua puluh. Suhu udara rata-rata tahunan telah bertambah
kira-kira 0.3oC sejak tahun 1900. Sementara itu tahun1990 menjadi decade
terpanas abad ini. Tahun 1998 menjadi tahun terpanas hampir 1 °C di atas rata-
rata tahun1961-1990. Pemanasan ini telah terjadi di semua musim sepanjang
tahun. Curah hujan telah berkurang 2 hingga 3 persen diIndonesia dalam abad ini.
Hampir seluruh pengurangan ini terjadi selamaperiode bulan Desember –
Februari. Rata-rata suhu udara di Indonesia mengalami peningkatan berkisar 0,2 -
1°C yang terjadi sejak tahun 1970 sampaitahun 2008 akibat adanya pemanasan
global. Dampak lain pemanasan global yang merupakan salah satu aspek dari
perubahan iklim adalah naiknya permukaan air laut yang mengakibatkan
menyusutnya luas lahan pertanian (Wibisana et al.,2018).
Sumber energi utama dari semua kehidupan di bumi adalah matahari yang
memancarkan radiasinya menembus lapisan atmosfer bumi dalam bentuk
gelombang pendek. Radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke angkasa dalam
bentuk gelombang panjang, sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas rumah
kaca, yaitu CO2 , CH4 , N2 O, HFCs dan SF4 yang berada di atmosfer. Akibatnya
gelombang panjang yang bersifat panas tersebut terperangkap di dalam atmosfer
bumi. Peristiwa ini terjadi berulang - ulang, sehingga menyebabkan suhu rata-rata
di permukaan bumi meningkat. Peristiwa inilah yang disebut dengan pemanasan
global.

Beberapa tulisan mengenai suhu permukaan laut sudah banyak dilakukan


diantaranya Aldrian et al. (2003), mengidentifikasi wilayah hujan yang dominan
di Indonesia dan hubungannya dengan SPL. Awaluddin (2010) melakukan kajian
perbedaan SPL di wilayah Indonesia. Emiyati et al. (2010) melakukan analisis
multitemporal SPL dengan menggunakan teknik penginderaan jauh. Syaifullah
(2010) melakukan penelitian SPL di selatan Jawa dan pengaruhnya terhadap curah
hujan DAS Citarum. Febriani et al. (2014) meneliti pengaruh SPL terhadap
distribusi curah hujan di Sulawesi Selatan. Tetapi analisis spasial secara luas
mencakup seluruh perairan wilayah Indonesia dan secara temporal dalam waktu
yang panjang belum banyak dilakukan terutama tren kenaikan/penurunan suhu
permukaan laut. Tulisan ini bertujuan melihat seberapa besar kenaikan/ penurunan
suhu permukaan laut (SPL) khususnya di perairan Indonesia dengan data
pengamatan time series selama beberapa dekade ke belakang. Analisis pemanasan
global dari SPL dilakukan secara temporal maupun spasial. Selain itu juga analisis
spasial dilakukan dari nilai slope anomali SPL untuk melihat seberapa besar
kenaikannya di perairan Indonesia dihubungkan dengan pemanasan global.

Sesuai dengan kondisi cuaca yang mempengaruhi perairan tertentu, suhu


udara laut mengalami variasi dari hari ke hari. Khususnya selama lapisan
permukaan, perubahan-perubahan tersebut di atas terjadi secara harian, nokturnal,
lunar, musiman, atau tahunan. Banyak stasiun pengamatan yang diperlukan
karena terbatasnya hasil olahan data spasial dan temporal kondisi perairan laut.
Informasi mengenai suhu permukaan laut (SPL) pada bidang perikanan berguna
untuk mencari dan memahami lokasi front, pusaran, dan upwelling. Ketiga lokasi
tersebut berdekatan dengan daerah yang berpotensi untuk penangkapan ikan.

Sebaran suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu indikator
penting terjadinya upwelling yaitu penaikan massa air laut dari suatu lapisan
dalam ke lapisan permukaan sehingga SPL di perairan bersangkutan lebih dingin
dibandingkan sekitarnya (Hasyim et al., 2010). SPL dan upwelling dipengaruhi
oleh angin munson. Secara alami suhu air dibagian permukaan memang
merupakan lapisan hangat karena mendapatkan radiasi sinar matahari yang relatif
lebih tinggi pada siang hari. Oleh karena adanya pergerakan angin maka lapisan
teratas permukaan laut sampai dengan kedalaman sekitar 50–70 meter akan terjadi
pengadukan, sehingga pada lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C)
yang homogen (Hamuna et al., 2015).
BAB 2 METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Lokasi yang diteliti ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan terletak di


0°12'–8° Lintang Selatan dan 116°48'–122°36' Bujur Timur. Bahan yang
digunakan adalah data Citra satelit Terra Modis Suhu Permukaan Laut (SPL) level
3 & 4 diambil dari laman web https://oceancolor.gsfc.nasa.gov/ dengan waktu
yang dipilih adalah bulan Desember dalam periode satu bulan yaitu tahun 2020.
Alat yang digunakan dalam analisis data citra adalah laptop/PC (Personal
Computer) dengan perangkat lunak sebagai pengolah data, perangkat lunak yang
dimaksud SeaDAS 7.4.

Hari, tanggal : Selasa, 23 Mei 2023

Waktu : 09.00 - 11.30

Tempat : Kelas Prodi Perikanan Tangkap

Dosen Pengampu : Bapak Supriyadi S.Kel., M.Han.

2.1 Materi
1. Nasa Ocean Color

2. SeaDAS 7.4.

3. Microsoft Excel
4. ArcGIS 10.8
2.3. Metode
1. Buka web Ocean Color untuk mendownload citra dengan masuk website
oceancolor.gsfc.nasa.gov. Kemudian Masuk ke menu > data > data
browsers > Level 3 & 4 browsers

2. Kemudian tentukan mulai dari tanggal 1 Desember 2020 hingga tanggal


31 Desember 2020 dan centang type Mapped dan download data suhu
dalam montly.
3. Kemudian download data suhu dari satu bulan yang ditentukan
4. Buka aplikasi SeaDAS, kemudian klik Open Data File dan masukkan file
yang akan di akses dan klik Open Product. File yang di masukkan ke
dalam SeaDass berupa data bulan Desember tahun 2020 yang telah di
download di web Ocean Color. menu bar, file > open > cari data citra
yang tadi dan open product.

5. Crop peta sesuai daerah yang ditentukan (Sulawesi Selatan), kemudian


hapus file sebelumnya dan data yang digunakan selanjutnya menggunakan
file hasil crop.
6. Klik bagian kanan pilih Export Mask Pixels > Select Mask “ Geometry” >
selanjutnya centang 3 opsi yang tesedia dan klik “Write to File” untuk
melanjutkan dan simpan data file di folder yang ditentukan

7. Beralih ke Microsoft Excel dan buka lah data yang telah disimpan dari
SeaDAS 7.4. tadi, apabila sudah terakses maka klik opsi next > next > next
> finish
8. Pilih menu “Data” dan get data > from database > from Microsoft access
database dan input data yang telah disimpan dari SeaDAS 7.4.

9. Setelah data telah terakses, maka akan menampilkan data nya lalu pilih
opsi “ Transform Data” hapus kolom 1 dan kolom 2 secara keseluruhan.
Selanjutnya pilih opsi “Keep”
10. Pada kolom 5 klik symbol panah disamping tulisan dan hapuslah centang
pada bagian “NaN” dan simpan file difolder yang diinginkan

11. Selanjutnya beralih ke aplikasi ArcGIS 10.8 dan klik bagian kanan untuk
memilih opsi “ add data > add XY data” pilih lah data yang tadi telah
disimpan dari Microsoft Excel. Kemudian pilih world > WGS 1984 dan
OK
12. Pilihlah file data dari Microsoft excel tadi untuk di input, kemudian
centang opsi dibagian bawah untuk melanjutkan

13. Tambah kan file “Peta ID” , kemudian pilih menu Selection > Select By
Atrtributes .> PROVINSI = SULAWESI SELATAN (pilih daerah yang
diinginkan sesuai data dari excel)
14. Klik kanan pilih opsi Data > Export Data, masukkan data file dari excel
tersebut kemudian ganti nama file menjadi daerah yang diinginkan

15. Pilih menu Arc Toolbox dengan logo kotak berwarna merah pada bagian
menu atas layar, klik Raster Interpolation > IDW > input file
16. Klik layers pada IDW untuk mengatur properties, aturlah warna suhu,
tampilan, dan mulai lah untuk menambahkan keterangan pada ArcGIS

17. Edit sesuai keinginan, dan tambahkan keterangan dengan memili opsi
“Insert” untuk menambahkan logo, keterangan, legenda, mata angin, skala
bar, dan peta Indonesia.

18.
BAB 3 PEMBAHASAN

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak


di Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang unik yaitu menyerupai huruf K besar.
Secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan terletak di terletak di 0°12'–8° Lintang
Selatan dan 116°48'–122°36' Bujur Timur. Pulau Sulawesi juga merupakan pulau
yang kaya akan potensi alam dan hasil rempahnya baik dari daratan dan lautan.
Pulau Sulawesi menyimpan 8 danau yang terdapat di pulau Sulawesi, yaitu danau
Poso, danau Matano, danau Sidenreng, danau Tempe, danau Towuti, danau
Matan, danau Dampelas dan danau Lindu. Laut Sulawesi yang memiliki
keindahan juga memiliki sumber daya alam yang tersimpan di dalamnya. Potensi
kekayaan laut di laut Sulawesi adalah potensi Perikanan. Potensi perikanan di laut
Sulawesi cukup tinggi terutama pada potensi beberapa jenis ikan dan hasil laut
yang nantinya dikelola untuk kebutuhan lokal maupun ekspor.
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2012 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,8°C
hingga 28,5°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi be rkurang akibat urangnya penguapan.
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2013 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 27,0°C
hingga 28,1°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan..
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2014 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 29,0°C
hingga 20,3°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk panas.
Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air pembentuk awan di
atmosfer. Jika suhu permukaan laut panas maka uap air di atmosfer banyak akibat
proses konveksi atau penguapan.
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2015 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 28,0°C
hingga 31,6°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstremHal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer. Jika suhu permukaan laut panas maka uap air di
atmosfer banyak akibat proses konveksi atau penguapan
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2016 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,0°C
hingga 27,6°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan.
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2017 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,4°C
hingga 27,4°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan..
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2018 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,9°C
hingga 27,1°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat urangnya penguapan.
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2019 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 28,0°C
hingga 31,4°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstremHal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer. Jika suhu permukaan laut panas maka uap air di
atmosfer banyak akibat proses konveksi atau penguapan
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2017 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,2°C
hingga 27,8°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan..
Suhu permukaan laut pada wilayah Sulawesi Selatan pada bulan
September pada tahun 2016 mempunyai kisaran yang cukup kecil yaitu 26,4°C
hingga 27,8°C yang artinya suhu permukaan laut pada bulan ini termasuk normal
dan tidak ekstrem. Hal ini diasosiasikan sebagai indeks banyaknya uap air
pembentuk awan di atmosfer, jika suhu permukaan laut dingin maka uap air di
atmosfer menjadi berkurang akibat kurangnya penguapan.

Dampak yang paling nyata dari pemanasan global sampai saat ini adalah
perubahan iklim. Pemanasan global telah meningkatkan terjadinya kekeringan
secara global, gelombang panas, dan frekuensi terjadinya badai tropis. Kenaikan
suhu global akan menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan,
sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan
permukaan air laut. Pemanasan global juga akan menyebabkan pergeseran musim
sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim
mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta
musim kemarau yang panjang. Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan
dampak pada beberapa sektor. Pada akhirnya perubahan iklim berakibat pada
pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan dan akan mempengaruhi
ketahanan pangan nasional.

Pada dasarnya keadaan sebaran mendatar suhu permukaan laut di perairan


Indonesia memiliki variasi tahunan yang kecil, akan tetapi masih memperlihatkan
adanya perubahan. Hal ini disebabkan oleh sinar matahari dan oleh massa air dari
lintang tinggi. Posisi Indonesia yang terletak pada garis ekuator mengakibatkan
aliran panas dari radiasi matahari dapat diterima sepanjang tahun sehingga suhu
mempunyai fluktuasi yang kecil. Akan tetapi disisi lain dengan posisi tersebut
mengakibatkan transport massa air banyak dipengaruhi oleh angin munson yang
berganti dua kali dalam setahun (Hamuna et al., 2015). Lebih lanjut, menurut
Umar & Yusuf (2019) Indonesia terletak di zona iklim muson tropis yang sangat
rentan terhadap anomali iklim El Nino Southern Oscillation (ENSO). Jika kondisi
suhu permukaan laut di bagian timur tengah Pasifik Khatulistiwa memanas,
ENSO akan mengakibatkan wilayah Indonesia terjadi kekeringan .

Suhu permukaan laut merupakan salah satu faktor utama pergerakan siklus
musim baik di daerah tropis maupun subtropis, dimana suhu permukaan laut
mempengaruhi kondisi atmosfer, cuaca, upwelling, dan musiman, bahkan
munculnya fenomena El Nino dan La Nina dapat dipelajari melalui suhu
permukaan laut. Peta sebaran SPL juga dapat mengetahui lokasi upwelling di
perairan. Daerah terjadinya upwelling umumnya merupakan perairan yang subur.
Dimana perairan tersebut kaya akan nutrient. Jika diketahui daerah perairan yang
subur tersebut maka daerah penangkapan ikan dapat diketahui, karena migrasi
ikan cenderung ke perairan yang subur. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan
organisme perairan adalah antara 18-30°C. Suhu permukaan laut yang tinggi
diperairan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem diperairan laut.

Pengamatan sebaran SPL secara langsung diperairan sulit dilakukan,


perairan laut yang luas dan SPL yang berubah-ubah menjadi kendala dalam
pengamatan sebaran SPL secara langsung. Untuk itu pengamatan sebaran SPL
menggunakan citra satelit dinilai tepat karena dapat merekam SPL diperairan
dengan wilayah yang luas dalam waktu yang bersamaan. Peta sebaran SPL
diperairan telah banyak diaplikasikan dibidang perikanan dan pemanfaatan
sumberdaya hayati laut. Walaupun citra suhu permukaan laut tersebut hanya
menggambarkan keadaan sesaat sebaran suhu permukaan laut di daerah studi,
akan tetapi fenomena yang terjadi berubah sangat lambat, sehingga untuk
kondisi beberapa hari suhu tersebut dapat dianggap sama.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang banyak
dipakai untuk mendeteksi perubahan iklim salah satunya adalah perubahan
ekosistem yang terjadi di perairan pesisir pantai. Suhu permukaan laut merupakan
salah satu faktor utama pergerakan siklus musim baik di daerah tropis maupun
subtropis, dimana suhu permukaan laut mempengaruhi kondisi atmosfer, cuaca,
upwelling, dan musiman, bahkan munculnya fenomena El Nino dan La Nina
dapat dipelajari melalui suhu permukaan laut. Berdasarkan hasil praktikum pada
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dan Kebencanaan maka didapatkan bahwa
tingkatan suhu permukaan laut tertinggi yaitu pada tahun 2015 dan tingkatan suhu
terendah pada tahun 2017. Dapat diketahui bahwa warna merah suhunya lebih
tinggi dari pada biru.

3.2. Saran
Saat pelaksanaan praktikum dilakukan dengan fokus dan teliti dalam
pengerjaannya agar mengdapatkan hasil penelitian yang didapat maksimal.
Aplikasi yang digunakanpun cukup efisien untuk penggunaan data citra yang telah
dibuktikan dalam kegiatan ini untuk keperluan pengamatan dan analisis suhu
permukaan laut sebagai salah satu parameter penting. Bagi kepentingan
pengelolaan bidang kelautan dan perikanan, sumber data dan informasi yang
efisien dan efektif yang ditunjang oleh jenis datanya yang murah, cepat saji, dan
luas jangkauan tentunya merupakan suatu kebutuhan penting mengingat luasnya
wilayah lautan yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga
berguna bagi pengelolaan baik secara regional maupun Nasional atau pun
Internasional. Hanya saja akan lebih baik lagi, jika aplikasi SeaDAS yang
digunakan menggunakan versi ter-update agar hasil lebih HD dan keterangan
yang lengkap.
BAB 5 DAFTAR PUSTAKA
Annas, Rifqi. 2009. Pemanfaatan Data Satelit Modis Untuk Menentukan Suhu
Permukaan Laut

Ginting, F. R., & Putra, M. D. 2019. Pemetaan Suhu Permukaan Laut (SPL)
Perairan Selatan Jawa Tahun 2016-2017 Menggunakan Citra Aqua Modis
Level 3. Jurnal Geomaritim I

Reylods, R. W. (1988). A Real-time Global Sea Surface Temperature Analysis, J.


Climate, 1, 75-86

Sukojo, B. M., & Jaelani, L. M.2018.Studi Perubahan Suhu Permukaan Laut


Menggunakan Satelit Aqua Modis. Geoid, 7(1), 73-78.ndonesia
(Indonesian Journal of Geomaritime), 1(2).

Sukresno, B., 2008, Pengolahan Data Satelit NOAA-AVHRR untuk Pengukuran


Suhu Permukaan Laut Rata-Rata Harian, BRKP-Departemen Kelautan dan
Perikanan: 1-10.

Wibisana, H., Sukojo, B. M., & Lasminto, U. 2018. Penentuan Model Matematis
Yang Optimal Suhu Permukaan Laut Di Pantai Utara Gresik Berbasis
Nilai Reflektan Citra Satelit Aqua Modis.Geomatika, 24(1), 31-38.

Wyrtki K. 1961. Physical Oceaography of South East Asia Waters. Naga Report.
Vol 2. Scripps Institution of Oceanography La Jolla California. The
University of California

Anda mungkin juga menyukai