Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
NIM : D1A022090
KELAS : C/AGROEKOTEKNOLOGI
Alhamdulilah Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan petunjuknya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah praktikum Agroklimatologi ini dengan judul “alat-alat pengukur dan
pendukung iklim” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada asisten dosen/asisten
laboraturium dan teman teman mata kuliah Agroklimatologi yang telah membantu
dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, penulis juga
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
kearah yang lebih baik. penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis dan juga para pembacanya.
Penulis
PENDAHULUAN
Iklim mengacu pada kondisi cuaca jangka panjang yang umumnya berlaku di
suatu wilayah atau planet. Iklim ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk suhu,
curah hujan, kelembaban, angin, dan tekanan udara. Perubahan iklim terjadi secara
alami dalam skala waktu yang panjang, tetapi saat ini, manusia telah berperan dalam
mempercepat perubahan iklim melalui aktivitas seperti pembakaran bahan bakar
fosil, deforestasi, dan polusi.
1. Untuk mengetahui nama alat-alat apa saja yang digunakan dalam mendukung
mengukur iklim
2. Untuk mengetahui Sejarah dari alat pengukur dan pendukung iklim yang
digunakan
3. Untuk mengetahui fungsi dari alat pendukung dan pengukur iklim
4. Untuk mengetahui cara kerja / pengaplikasian alat pengukur dan pendukung
iklim
1.3 Tujuan
Dalam studi dan pemahaman tentang iklim, alat-alat pengukur memainkan peran
yang penting. Alat-alat ini dirancang untuk mengumpulkan data yang akurat dan
relevan tentang parameter iklim seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, dan
curah hujan. Dengan menggunakan alat-alat ini, para peneliti dan ilmuwan dapat
memantau perubahan iklim, mengidentifikasi tren jangka panjang, dan membuat
prediksi tentang dampaknya di masa depan. Dengan memahami alat-alat ini, Anda
akan dapat menghargai kerumitan dan pentingnya data iklim yang dikumpulkan oleh
para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia.
3. Radiosonde:
Radiosonde adalah alat yang digunakan untuk mengukur parameter
atmosfer seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, serta arah dan
kecepatan angin di lapisan atmosfer yang berbeda. Radiosonde biasanya
diluncurkan dengan balon udara dan mengirimkan data atmosfer melalui
transmisi radio ke stasiun penerima di darat. Data dari radiosonde
digunakan untuk memahami perubahan iklim, memprediksi cuaca, dan
mendukung penelitian atmosfer.
Radiosonde terdiri dari sensor-sensor yang terpasang pada balon cuaca
atau pesawat tanpa awak. Alat ini mengukur parameter-parameter
atmosfer saat naik ke udara dan mengirimkan data tersebut ke stasiun
penerima di darat melalui sinyal radio.
4. Glasiometer:
Glasiometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin di permukaan laut. Alat ini digunakan dalam pengukuran
oseanografi dan meteorologi laut untuk memperoleh data tentang
kecepatan angin di atas permukaan air.
Alat ini terdiri dari sebuah tabung transparan dengan skala pengukuran
yang terdapat di bagian sampingnya. Ketika hujan jatuh, air hujan akan
masuk ke dalam tabung dan mengisi skala pengukuran. Dengan melihat
sejauh mana skala pengukuran terisi, kita dapat mengetahui volume curah
hujan yang terjadi dalam suatu periode waktu.
5. Spektrofotometer:
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorpsi
atau emisi cahaya oleh suatu zat. Dalam konteks iklim, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer,
seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Alat ini membantu
dalam pemantauan dan pemahaman terhadap perubahan komposisi
atmosfer yang mempengaruhi iklim.
Alat ini menggunakan prinsip spektroskopi untuk menganalisis
komposisi zat atau konsentrasi zat dalam larutan. Cara kerjanya adalah
dengan mengirimkan cahaya melalui sampel zat, dan kemudian
mengukur intensitas cahaya yang diteruskan atau yang diserap oleh
sampel tersebut.
11. Hygrometer:
Hygrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban
atmosfer. Hygrometer dapat mengukur kelembaban relatif atau absolut
dalam udara. Data kelembaban penting dalam memahami kondisi iklim,
pola awan, dan proses pembentukan hujan.
Ada beberapa jenis hygrometer yang berbeda, termasuk hygrometer
mekanik, hygrometer termal, dan hygrometer elektronik. Hygrometer
mekanik umumnya menggunakan bahan yang sensitif terhadap
perubahan kelembaban, seperti rambut manusia atau serat sintetis, untuk
mengukur kelembaban relatif. Hygrometer termal dan elektronik
menggunakan prinsip-prinsip fisika atau perubahan sifat termal untuk
mengukur kelembaban.
12. Thermometer:
Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu.
Terdapat berbagai jenis termometer, termasuk termometer raksa,
termometer digital, dan termometer inframerah. Data suhu digunakan
dalam pemodelan iklim, pemantauan suhu permukaan laut, peramalan
cuaca, dan analisis iklim.
Ada banyak jenis thermometer yang berbeda, termasuk thermometer
raksa, thermometer digital, dan thermometer inframerah. Thermometer
raksa menggunakan ekspansi dan kontraksi kolom raksa dalam tabung
untuk mengukur suhu, sementara thermometer digital menggunakan
sensor suhu elektronik dan menampilkan hasil pengukuran pada layar
digital. Thermometer inframerah bekerja dengan mendeteksi radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh objek dan mengukur suhu
berdasarkan informasi tersebut.
13. Pyrheliometer:
Pyrheliometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur radiasi
matahari langsung yang diterima di permukaan bumi. Pyrheliometer
biasanya digunakan dalam penelitian iklim, pemantauan radiasi
matahari, dan pemodelan energi surya.
Alat ini dirancang untuk mengukur intensitas energi matahari yang
diterima pada suatu permukaan datar pada sudut yang tepat terhadap
sinar matahari. Pyrheliometer biasanya menggunakan sensor termopile
atau piranti lain yang sensitif terhadap energi radiasi matahari untuk
menghasilkan output yang sesuai dengan intensitas radiasi matahari.
Alat ukur cuaca telah digunakan sejak zaman kuno untuk membantu manusia
memahami dan memprediksi kondisi cuaca. Berikut adalah sejarah singkat
perkembangan alat ukur cuaca:
1. Termometer: Salah satu alat ukur cuaca tertua adalah termometer, yang
digunakan untuk mengukur suhu udara. Pada tahun 1593, Galileo Galilei
mengembangkan termometer menggunakan prinsip ekspansi termal.
Kemudian, pada tahun 1714, Daniel Gabriel Fahrenheit menciptakan
termometer skala Fahrenheit yang masih digunakan hingga saat ini.
2. Barometer: Alat ukur cuaca lainnya adalah barometer, yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara. Pada tahun 1643, Evangelista Torricelli
memperkenalkan barometer raksa yang mengukur tekanan atmosfer.
Penemuan ini membantu dalam memprediksi perubahan cuaca, seperti
datangnya badai.
3. Higrometer: Higrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara. Pada
tahun 1783, Horace-Bénédict de Saussure memperkenalkan higrometer
rambut yang mengukur perubahan panjang rambut manusia akibat perubahan
kelembaban. Pada tahun 1802, seorang ilmuwan bernama Francis Ronalds
mengembangkan higrometer elektrostatik pertama.
4. Anemometer: Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan dan arah
angin. Pada tahun 1450, Leon Battista Alberti mengembangkan anemometer
pertama yang menggunakan perputaran baling-baling. Kemudian, pada tahun
1846, John Thomas Romney Robinson menciptakan anemometer gaya cup
yang masih digunakan hingga saat ini.
5. Rain Gauge: Rain gauge atau pengukur curah hujan digunakan untuk
mengukur jumlah hujan yang jatuh dalam suatu periode waktu. Penggunaan
rain gauge telah ada sejak zaman kuno, dengan berbagai bentuk dan desain
yang digunakan. Salah satu desain yang umum digunakan adalah silinder
pembacaan yang memiliki skala untuk mengukur tingkat air yang terkumpul.
6. Weather Balloon: Pada abad ke-18, penemuan balon udara yang dapat
mengangkut alat ukur cuaca membantu dalam memperoleh data cuaca di
udara yang lebih tinggi. Pada tahun 1896, Richard Assmann menggunakan
balon udara pertama yang dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban. Saat ini, balon cuaca masih digunakan untuk mengumpulkan
data atmosfer di berbagai ketinggian.
7. Satelit Cuaca: Dalam era modern, pengamatan cuaca semakin maju dengan
penggunaan satelit cuaca. Satelit cuaca memberikan gambar dan data cuaca
yang sangat berharga, termasuk citra cuaca global, pengukuran suhu
permukaan laut, dan pola awan. Data ini digunakan untuk memprediksi cuaca
jangka pendek dan jangka panjang.
Seiring berjalannya waktu, alat ukur cuaca terus berkembang dengan adanya
teknologi dan penemuan baru. Saat ini, banyak alat ukur cuaca yang
terhubung ke jaringan dan dapat memberikan data secara real-time,
memungkinkan para ilmuwan dan ahli cuaca untuk memantau dan
memprediksi cuaca dengan lebih akurat.
Alat ukur iklim telah mengalami perkembangan seiring waktu untuk membantu
dalam memahami dan memantau pola iklim jangka panjang. Berikut adalah sejarah
singkat perkembangan alat ukur iklim:
Almanac: Sebelum adanya alat ukur iklim modern, manusia mengandalkan
catatan alam, seperti almanak, untuk memahami pola iklim. Almanak berisi catatan
tentang cuaca harian, perubahan musim, dan fenomena alam seperti gerhana, yang
digunakan untuk memperkirakan pola iklim jangka panjang.
Pengamatan Meteorologi Manual: Pada abad ke-18, para ilmuwan mulai
melakukan pengamatan manual terhadap elemen-elemen iklim seperti suhu, curah
hujan, dan angin. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan termometer,
pluviometer (pengukur curah hujan), anemometer, dan instrumen lainnya. Data yang
dikumpulkan secara manual digunakan untuk memahami pola iklim dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Observatory Iklim: Pada abad ke-19, observatorium iklim didirikan di berbagai
lokasi di seluruh dunia. Observatorium ini dilengkapi dengan berbagai alat ukur iklim
yang lebih canggih dan akurat. Pengamatan manual dilakukan secara teratur dan
dilakukan pengolahan data lebih lanjut untuk memahami iklim setempat.
Penggunaan Data Statistik: Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan mulai
menggunakan analisis statistik untuk memproses data iklim yang telah dikumpulkan.
Penggunaan statistik memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi tren jangka
panjang, variasi musiman, dan perubahan iklim yang signifikan.
Penggunaan Satelit Cuaca: Perkembangan teknologi satelit pada pertengahan
abad ke-20 membawa revolusi besar dalam pemantauan iklim. Penggunaan satelit
cuaca memungkinkan pengamatan global yang lebih luas dan kontinu terhadap
parameter iklim seperti suhu permukaan laut, distribusi awan, pencahayaan matahari,
dan lainnya. Data yang dikumpulkan oleh satelit digunakan untuk memahami pola
iklim global dan perubahan iklim jangka panjang.
Sistem Pemantauan Iklim Otomatis: Dalam beberapa dekade terakhir, alat ukur
iklim semakin otomatis dengan adanya stasiun pemantauan iklim otomatis. Stasiun
ini dilengkapi dengan sensor dan instrumen yang terhubung ke sistem komputer
untuk mengumpulkan data secara real-time. Data yang dikumpulkan secara otomatis
dapat memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang perubahan iklim jangka
panjang.
Dalam perkembangan masa kini, teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan big
data analytics digunakan untuk mengintegrasikan data dari berbagai sumber,
termasuk stasiun cuaca, satelit, dan sensor terkait iklim lainnya. Hal ini
memungkinkan pemantauan dan pemodelan iklim yang lebih
komprehensif dan akurat.
1. anemometer