Anda di halaman 1dari 17

Praktikum Agroklimatoogi

Alat- Alat Pendukung dan Pengukur Iklim

Dosen Pengampu :

1. Ir. Endriani, M.P.

2. Dr. Ir. Made Deviani Duaja, MS

Disusun Oleh :

NAMA : SHELLA PUTRI DEWI

NIM : D1A022090

KELAS : C/AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023/2024
Kata Pengantar

Alhamdulilah Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan petunjuknya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah praktikum Agroklimatologi ini dengan judul “alat-alat pengukur dan
pendukung iklim” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada asisten dosen/asisten
laboraturium dan teman teman mata kuliah Agroklimatologi yang telah membantu
dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, penulis juga
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
kearah yang lebih baik. penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada penulis dan juga para pembacanya.

Penulis

Jambi, 12 September 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iklim mengacu pada kondisi cuaca jangka panjang yang umumnya berlaku di
suatu wilayah atau planet. Iklim ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk suhu,
curah hujan, kelembaban, angin, dan tekanan udara. Perubahan iklim terjadi secara
alami dalam skala waktu yang panjang, tetapi saat ini, manusia telah berperan dalam
mempercepat perubahan iklim melalui aktivitas seperti pembakaran bahan bakar
fosil, deforestasi, dan polusi.

Dampak perubahan iklim dapat sangat signifikan, termasuk peningkatan suhu


global, kenaikan permukaan air laut, perubahan pola cuaca yang ekstrem, dan
ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, pemahaman tentang
iklim dan kemampuan untuk mengukur dan memantau perubahannya sangat penting
dalam mengembangkan kebijakan mitigasi dan adaptasi yang efektif.

Kebutuhan dasar untuk membuat perencanaan yang baik untuk melakukan


budidaya adalah analisis data cuaca dan iklim yang ada disuatu daerah tersedianya
data meteorology ini sangat berarti dalam bidang pertanian karena seperti yang
diketahui unsur cuaca yang berubah-ubah dapat menyebabkan gagal panen dalam
menurunkan hasil produksi pertanian. Semua kegiatan pertanian yang berhubungan
dengan lingkungan memerlukan perencanaan dan penanganan pasca panen yang
memerlukan tersedianya data cuaca yang benar. Data cuaca yang diperoleh ini dapat
diolah sesuai dengan keperluan" berdasarkan hak tersebut maka data yang diperoleh
dari hasil penetian harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bagi penulisnya.
pengetahuan untuk memperoleh data cuaca yang benar merupakan salah satu tujuan
yang akan menjadi salah satu parameter dari hasil penelitian yang dilakukan.
Untuk mewakili cuaca maupun iklim pada tanaman alat harus diletakkan pada
tempat yang dapat mewakili tanah-tanaman-iklim wilayah yang akan menggunakan
data tersebut. Berbeda wilayah dan iklim maka perlakuan yang dilakukan juga
berbeda sehingga diperoleh data yang falid terhadap penelitian dan pengamatan
stasiun cuaca. Stasiun otomatis yang akan digunakan merupakan stasiun yang
diguanakan pada pengamatan berikutnya. Untuk mendapatkan data-data yang valid
maka harus diperhatikan hal-hal seperti lokasi, peralatan, pengamatan, dan pengamat
yang keempatnya saling berpengaruh dan berhubungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui nama alat-alat apa saja yang digunakan dalam mendukung
mengukur iklim
2. Untuk mengetahui Sejarah dari alat pengukur dan pendukung iklim yang
digunakan
3. Untuk mengetahui fungsi dari alat pendukung dan pengukur iklim
4. Untuk mengetahui cara kerja / pengaplikasian alat pengukur dan pendukung
iklim

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas


praktikum mata kuliah agroklimatologi dan mengetahui nama, Sejarah, fungsi, dan
cara kerja dari alat-alat pendukung dan pengukur iklim
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 alat pengukur dan pendukung iklim

Dalam studi dan pemahaman tentang iklim, alat-alat pengukur memainkan peran
yang penting. Alat-alat ini dirancang untuk mengumpulkan data yang akurat dan
relevan tentang parameter iklim seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, angin, dan
curah hujan. Dengan menggunakan alat-alat ini, para peneliti dan ilmuwan dapat
memantau perubahan iklim, mengidentifikasi tren jangka panjang, dan membuat
prediksi tentang dampaknya di masa depan. Dengan memahami alat-alat ini, Anda
akan dapat menghargai kerumitan dan pentingnya data iklim yang dikumpulkan oleh
para ilmuwan dan peneliti di seluruh dunia.

1. Pendeteksi Sinar Matahari (Pyranometer)


 Fungsi pyranometer adalah untuk mengukur intensitas radiasi matahari
yang diterima oleh suatu permukaan. Pyranometer biasanya digunakan
untuk mengukur radiasi matahari total (global) yang mencakup radiasi
langsung dan radiasi difus yang datang dari semua arah.
 Cara kerjanya adalah dengan menggunakan sensor yang peka terhadap
radiasi matahari. Sensor ini akan mengubah energi radiasi menjadi sinyal
listrik yang dapat diukur. Pyranometer biasanya dilengkapi dengan
pelindung untuk mengurangi pengaruh faktor-faktor seperti angin dan
hujan terhadap pengukuran radiasi matahari.

2. Pendeteksi Sinar Inframerah (Pyrometer)


 Pyrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu benda tanpa
kontak langsung. Pyrometer inframerah khususnya digunakan untuk
mengukur suhu berdasarkan radiasi inframerah yang dipancarkan oleh
suatu objek. Alat ini berguna dalam pengukuran suhu benda yang sulit
dijangkau atau berbahaya untuk diukur dengan termometer konvensional.
 Pyrometer bekerja berdasarkan prinsip bahwa semua benda pada suhu di
atas nol mutlak (0 Kelvin) memancarkan radiasi elektromagnetik,
termasuk radiasi inframerah. Pyrometer mengukur intensitas radiasi
inframerah yang diterima dari objek yang diukur, dan kemudian
mengkonversinya menjadi nilai suhu sesuai dengan kalibrasi yang
dilakukan sebelumnya.

3. Radiosonde:
 Radiosonde adalah alat yang digunakan untuk mengukur parameter
atmosfer seperti suhu, kelembaban, tekanan udara, serta arah dan
kecepatan angin di lapisan atmosfer yang berbeda. Radiosonde biasanya
diluncurkan dengan balon udara dan mengirimkan data atmosfer melalui
transmisi radio ke stasiun penerima di darat. Data dari radiosonde
digunakan untuk memahami perubahan iklim, memprediksi cuaca, dan
mendukung penelitian atmosfer.
 Radiosonde terdiri dari sensor-sensor yang terpasang pada balon cuaca
atau pesawat tanpa awak. Alat ini mengukur parameter-parameter
atmosfer saat naik ke udara dan mengirimkan data tersebut ke stasiun
penerima di darat melalui sinyal radio.

4. Glasiometer:
 Glasiometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
angin di permukaan laut. Alat ini digunakan dalam pengukuran
oseanografi dan meteorologi laut untuk memperoleh data tentang
kecepatan angin di atas permukaan air.
 Alat ini terdiri dari sebuah tabung transparan dengan skala pengukuran
yang terdapat di bagian sampingnya. Ketika hujan jatuh, air hujan akan
masuk ke dalam tabung dan mengisi skala pengukuran. Dengan melihat
sejauh mana skala pengukuran terisi, kita dapat mengetahui volume curah
hujan yang terjadi dalam suatu periode waktu.
5. Spektrofotometer:
 Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorpsi
atau emisi cahaya oleh suatu zat. Dalam konteks iklim, spektrofotometer
digunakan untuk mengukur konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer,
seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Alat ini membantu
dalam pemantauan dan pemahaman terhadap perubahan komposisi
atmosfer yang mempengaruhi iklim.
 Alat ini menggunakan prinsip spektroskopi untuk menganalisis
komposisi zat atau konsentrasi zat dalam larutan. Cara kerjanya adalah
dengan mengirimkan cahaya melalui sampel zat, dan kemudian
mengukur intensitas cahaya yang diteruskan atau yang diserap oleh
sampel tersebut.

6. Data Logger:Alat Pemantau Kualitas Udara:


 Data logger adalah alat yang digunakan untuk merekam dan menyimpan
data iklim dan kualitas udara seperti suhu, kelembaban, tekanan udara,
dan konsentrasi polutan. Alat ini memungkinkan pengumpulan data
dalam periode waktu tertentu dan dapat digunakan untuk analisis lanjutan
serta pemantauan jangka panjang terhadap perubahan iklim dan kualitas
udara.
 Alat ini biasanya dilengkapi dengan memori internal untuk menyimpan
data dalam jangka waktu tertentu. Data Logger dapat terhubung dengan
berbagai jenis sensor seperti suhu, kelembaban, tekanan, dan lain-lain.
Data yang tercatat dapat diunduh dan dianalisis pada komputer atau
perangkat lainnya. Cara kerjanya bervariasi tergantung pada parameter
yang diukur, tetapi umumnya alat ini menggunakan sensor-sensor khusus
untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi polutan dalam udar

7. Alat Pengukur Curah Hujan (Rain Gauge):


 Alat pengukur curah hujan digunakan untuk mengukur jumlah curah
hujan yang jatuh dalam suatu periode waktu tertentu di suatu lokasi. Rain
gauge biasanya terdiri dari ember atau tabung yang menampung air hujan
dan digunakan untuk mengukur volume atau tinggi curah hujan. Data
curah hujan sangat penting dalam pemodelan iklim, manajemen sumber
daya air, dan prediksi banjir.
 Alat ini biasanya terdiri dari sebuah wadah atau corong yang menampung
air hujan dan skala pengukuran yang menunjukkan volume air yang
terkumpul. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tinggi air yang
terkumpul di dalam wadah atau corong.

8. Weather Balloon (BalonCuaca)


 Weather balloon, juga dikenal sebagai radiosonde balloon, adalah balon
udara yang membawa instrumen pengukur atmosfer, seperti radiosonde,
ke lapisan atmosfer yang berbeda. Balon cuaca digunakan untuk
mengumpulkan data atmosfer vertikal yang sangat penting dalam
memahami perubahan iklim dan prediksi cuaca.
 Balon cuaca biasanya dilengkapi dengan perangkat seperti radiosonde
yang dapat mengukur suhu, kelembaban, tekanan udara, dan kecepatan
angin saat balon naik ke udara. Data yang dikumpulkan oleh balon cuaca
ini dapat memberikan informasi penting tentang kondisi atmosfer di
berbagai ketinggian.
9. Anemometer:
 Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan dan
arah angin. Alat ini umumnya menggunakan metode pengukuran putaran
baling-baling atau prinsip ultrasonik untuk menghitung kecepatan angin.
Anemometer sangat penting dalam pemodelan iklim, peramalan cuaca,
dan aplikasi industri seperti energi angin.
 Cara kerjanya umumnya melibatkan penggunaan tiga atau empat cup
anemometer yang dipasang pada rotor dan ditempatkan pada poros yang
diputar oleh angin. Kecepatan angin dapat dihitung berdasarkan
kecepatan putaran rotor, sementara arah angin dapat ditentukan dengan
menggunakan wind vane yang terhubung dengan anemometer.
10. Barometer:
 Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara.
Pengukuran tekanan udara penting dalam memprediksi perubahan cuaca
dan memahami dinamika atmosfer. Barometer umumnya menggunakan
prinsip pengukuran perbedaan tekanan udara untuk menghitung tekanan
atmosfer yang terkait dengan ketinggian.
 Ada beberapa jenis barometer, tetapi yang paling umum adalah barometer
raksa dan barometer aneroid. Barometer raksa menggunakan kolom raksa
untuk mengukur tekanan udara, sementara barometer aneroid
menggunakan perubahan volume dalam sebuah kapsul yang terbuat dari
logam yang fleksibel. Baik barometer raksa maupun aneroid
menggunakan skala yang menunjukkan nilai tekanan udara dalam satuan
seperti milibar atau inchi merkuri (untuk barometer raksa).

11. Hygrometer:
 Hygrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban
atmosfer. Hygrometer dapat mengukur kelembaban relatif atau absolut
dalam udara. Data kelembaban penting dalam memahami kondisi iklim,
pola awan, dan proses pembentukan hujan.
 Ada beberapa jenis hygrometer yang berbeda, termasuk hygrometer
mekanik, hygrometer termal, dan hygrometer elektronik. Hygrometer
mekanik umumnya menggunakan bahan yang sensitif terhadap
perubahan kelembaban, seperti rambut manusia atau serat sintetis, untuk
mengukur kelembaban relatif. Hygrometer termal dan elektronik
menggunakan prinsip-prinsip fisika atau perubahan sifat termal untuk
mengukur kelembaban.
12. Thermometer:
 Thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu.
Terdapat berbagai jenis termometer, termasuk termometer raksa,
termometer digital, dan termometer inframerah. Data suhu digunakan
dalam pemodelan iklim, pemantauan suhu permukaan laut, peramalan
cuaca, dan analisis iklim.
 Ada banyak jenis thermometer yang berbeda, termasuk thermometer
raksa, thermometer digital, dan thermometer inframerah. Thermometer
raksa menggunakan ekspansi dan kontraksi kolom raksa dalam tabung
untuk mengukur suhu, sementara thermometer digital menggunakan
sensor suhu elektronik dan menampilkan hasil pengukuran pada layar
digital. Thermometer inframerah bekerja dengan mendeteksi radiasi
inframerah yang dipancarkan oleh objek dan mengukur suhu
berdasarkan informasi tersebut.

13. Pyrheliometer:
 Pyrheliometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur radiasi
matahari langsung yang diterima di permukaan bumi. Pyrheliometer
biasanya digunakan dalam penelitian iklim, pemantauan radiasi
matahari, dan pemodelan energi surya.
 Alat ini dirancang untuk mengukur intensitas energi matahari yang
diterima pada suatu permukaan datar pada sudut yang tepat terhadap
sinar matahari. Pyrheliometer biasanya menggunakan sensor termopile
atau piranti lain yang sensitif terhadap energi radiasi matahari untuk
menghasilkan output yang sesuai dengan intensitas radiasi matahari.

14. Alat Pengukur Suhu Laut (Bathythermograph):


 Bathythermograph adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu air
laut pada berbagai kedalaman. Alat ini digunakan dalam penelitian
oseanografi, pengamatan perubahan suhu lautan, dan pemodelan iklim.
 Alat ini biasanya terdiri dari tabung kaca yang mengandung termistor
atau sensor suhu lainnya. Bathythermograph diturunkan ke dalam air
laut dengan menggunakan kabel atau ditempelkan pada perahu atau
kapal. Saat alat ini turun ke dalam air, ia mengukur suhu pada
kedalaman tertentu dan mengirimkan data tersebut ke perangkat
penerima di atas kapal.

15. Alat Pengukur Kadar Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen Meter):


 Alat pengukur kadar oksigen terlarut digunakan untuk mengukur
konsentrasi oksigen yang terlarut dalam air, seperti dalam perairan
sungai, danau, dan lautan. Data ini penting dalam memantau kualitas air,
kehidupan akuatik, dan proses oksigenasi dalam ekosistem air.
 alat yang digunakan untuk mengukur jumlah oksigen yang terlarut
dalam air. Kadar oksigen terlarut adalah penting untuk menentukan
kualitas air, terutama dalam lingkungan akuatik seperti sungai, danau,
dan perairan laut. Berikut adalah prinsip kerja umum dari alat pengukur
kadar oksigen terlarut:

 Sensor Oksigen Terlarut: Alat ini dilengkapi dengan sensor oksigen


terlarut yang dapat mendeteksi jumlah oksigen yang terlarut dalam
air. Sensor ini umumnya menggunakan prinsip elektrokimia atau
optik untuk mengukur kadar oksigen terlarut.
 Elektrokimia: Sensor elektrokimia terdiri dari elektroda oksigen
yang terbuat dari bahan yang peka terhadap oksigen terlarut. Ketika
sensor dicelupkan ke dalam air, oksigen terlarut dalam air akan
bereaksi dengan elektroda, menghasilkan arus listrik yang dapat
diukur. Besarnya arus listrik yang dihasilkan berkaitan dengan
konsentrasi oksigen terlarut dalam air.
 Optik: Sensor optik menggunakan prinsip fotometri untuk mengukur
kadar oksigen terlarut. Sensor ini mengirimkan cahaya ke dalam air
melalui serat optik atau probe. Cahaya akan berinteraksi dengan
oksigen terlarut dalam air, dan perubahan intensitas cahaya akan
diukur. Perubahan intensitas cahaya berkaitan dengan konsentrasi
oksigen terlarut dalam air.

 Kalibrasi: Sebelum digunakan, alat pengukur kadar oksigen terlarut


perlu dikalibrasi dengan menggunakan larutan standar dengan
konsentrasi oksigen yang diketahui. Dengan menggunakan larutan
standar, alat ini dapat dikalibrasi untuk menghasilkan pembacaan
yang akurat.
 Tampilan dan Pemrosesan Data: Alat ini biasanya dilengkapi dengan
tampilan digital yang menampilkan hasil pengukuran kadar oksigen
terlarut dalam bentuk satuan yang relevan, seperti mg/L (miligram
per liter) atau ppm (parts per million). Beberapa alat juga dapat
menyimpan data pengukuran sehingga dapat diakses dan dianalisis
kemudian.
 Perawatan: Untuk menjaga keakuratan pengukuran, alat pengukur
kadar oksigen terlarut perlu dirawat dengan baik. Sensor harus
dibersihkan secara teratur dan dikalibrasi kembali sesuai dengan
petunjuk produsen. Baterai atau sumber daya lainnya juga perlu
diperhatikan agar alat dapat berfungsi dengan baik.
16. Rain Gauge
Rain Gauge adalah alat pengukur curah hujan yang digunakan untuk
mengukur jumlah curah hujan yang jatuh dalam suatu periode waktu
di suatu lokasi.
 Fungsi utama Rain Gauge adalah memantau dan mengumpulkan
data curah hujan, yang penting dalam pemodelan iklim, manajemen
sumber daya air, dan prediksi banjir
 Cara Kerja Rain Gauge:
 Desain: Rain Gauge umumnya terdiri dari wadah atau ember yang
memiliki permukaan terbuka untuk menampung air hujan. Wadah
ini dilengkapi dengan skala pengukuran yang memungkinkan
pengguna untuk membaca jumlah curah hujan yang terkumpul.

 Pengumpulan Air Hujan: Ketika hujan jatuh, air akan mengalir ke


dalam wadah Rain Gauge melalui permukaan terbuka. Wadah
tersebut dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan dan
menyimpan air hujan dengan akurat.
 Pengukuran: Setelah periode waktu tertentu atau setelah curah
hujan mencapai tinggi tertentu, pengguna dapat membaca dan
mencatat tinggi air hujan yang terkumpul di dalam wadah
menggunakan skala pengukuran yang ada. Tinggi air tersebut akan
dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu, seperti milimeter
(mm) atau inci (in).

2.2 sejarah alat ukur iklim

Alat ukur cuaca telah digunakan sejak zaman kuno untuk membantu manusia
memahami dan memprediksi kondisi cuaca. Berikut adalah sejarah singkat
perkembangan alat ukur cuaca:

1. Termometer: Salah satu alat ukur cuaca tertua adalah termometer, yang
digunakan untuk mengukur suhu udara. Pada tahun 1593, Galileo Galilei
mengembangkan termometer menggunakan prinsip ekspansi termal.
Kemudian, pada tahun 1714, Daniel Gabriel Fahrenheit menciptakan
termometer skala Fahrenheit yang masih digunakan hingga saat ini.
2. Barometer: Alat ukur cuaca lainnya adalah barometer, yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara. Pada tahun 1643, Evangelista Torricelli
memperkenalkan barometer raksa yang mengukur tekanan atmosfer.
Penemuan ini membantu dalam memprediksi perubahan cuaca, seperti
datangnya badai.
3. Higrometer: Higrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara. Pada
tahun 1783, Horace-Bénédict de Saussure memperkenalkan higrometer
rambut yang mengukur perubahan panjang rambut manusia akibat perubahan
kelembaban. Pada tahun 1802, seorang ilmuwan bernama Francis Ronalds
mengembangkan higrometer elektrostatik pertama.
4. Anemometer: Anemometer digunakan untuk mengukur kecepatan dan arah
angin. Pada tahun 1450, Leon Battista Alberti mengembangkan anemometer
pertama yang menggunakan perputaran baling-baling. Kemudian, pada tahun
1846, John Thomas Romney Robinson menciptakan anemometer gaya cup
yang masih digunakan hingga saat ini.
5. Rain Gauge: Rain gauge atau pengukur curah hujan digunakan untuk
mengukur jumlah hujan yang jatuh dalam suatu periode waktu. Penggunaan
rain gauge telah ada sejak zaman kuno, dengan berbagai bentuk dan desain
yang digunakan. Salah satu desain yang umum digunakan adalah silinder
pembacaan yang memiliki skala untuk mengukur tingkat air yang terkumpul.
6. Weather Balloon: Pada abad ke-18, penemuan balon udara yang dapat
mengangkut alat ukur cuaca membantu dalam memperoleh data cuaca di
udara yang lebih tinggi. Pada tahun 1896, Richard Assmann menggunakan
balon udara pertama yang dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan
kelembaban. Saat ini, balon cuaca masih digunakan untuk mengumpulkan
data atmosfer di berbagai ketinggian.
7. Satelit Cuaca: Dalam era modern, pengamatan cuaca semakin maju dengan
penggunaan satelit cuaca. Satelit cuaca memberikan gambar dan data cuaca
yang sangat berharga, termasuk citra cuaca global, pengukuran suhu
permukaan laut, dan pola awan. Data ini digunakan untuk memprediksi cuaca
jangka pendek dan jangka panjang.
Seiring berjalannya waktu, alat ukur cuaca terus berkembang dengan adanya
teknologi dan penemuan baru. Saat ini, banyak alat ukur cuaca yang
terhubung ke jaringan dan dapat memberikan data secara real-time,
memungkinkan para ilmuwan dan ahli cuaca untuk memantau dan
memprediksi cuaca dengan lebih akurat.

Alat ukur iklim telah mengalami perkembangan seiring waktu untuk membantu
dalam memahami dan memantau pola iklim jangka panjang. Berikut adalah sejarah
singkat perkembangan alat ukur iklim:
Almanac: Sebelum adanya alat ukur iklim modern, manusia mengandalkan
catatan alam, seperti almanak, untuk memahami pola iklim. Almanak berisi catatan
tentang cuaca harian, perubahan musim, dan fenomena alam seperti gerhana, yang
digunakan untuk memperkirakan pola iklim jangka panjang.
Pengamatan Meteorologi Manual: Pada abad ke-18, para ilmuwan mulai
melakukan pengamatan manual terhadap elemen-elemen iklim seperti suhu, curah
hujan, dan angin. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan termometer,
pluviometer (pengukur curah hujan), anemometer, dan instrumen lainnya. Data yang
dikumpulkan secara manual digunakan untuk memahami pola iklim dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Observatory Iklim: Pada abad ke-19, observatorium iklim didirikan di berbagai
lokasi di seluruh dunia. Observatorium ini dilengkapi dengan berbagai alat ukur iklim
yang lebih canggih dan akurat. Pengamatan manual dilakukan secara teratur dan
dilakukan pengolahan data lebih lanjut untuk memahami iklim setempat.
Penggunaan Data Statistik: Pada akhir abad ke-19, para ilmuwan mulai
menggunakan analisis statistik untuk memproses data iklim yang telah dikumpulkan.
Penggunaan statistik memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi tren jangka
panjang, variasi musiman, dan perubahan iklim yang signifikan.
Penggunaan Satelit Cuaca: Perkembangan teknologi satelit pada pertengahan
abad ke-20 membawa revolusi besar dalam pemantauan iklim. Penggunaan satelit
cuaca memungkinkan pengamatan global yang lebih luas dan kontinu terhadap
parameter iklim seperti suhu permukaan laut, distribusi awan, pencahayaan matahari,
dan lainnya. Data yang dikumpulkan oleh satelit digunakan untuk memahami pola
iklim global dan perubahan iklim jangka panjang.

Sistem Pemantauan Iklim Otomatis: Dalam beberapa dekade terakhir, alat ukur
iklim semakin otomatis dengan adanya stasiun pemantauan iklim otomatis. Stasiun
ini dilengkapi dengan sensor dan instrumen yang terhubung ke sistem komputer
untuk mengumpulkan data secara real-time. Data yang dikumpulkan secara otomatis
dapat memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang perubahan iklim jangka
panjang.
Dalam perkembangan masa kini, teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan big
data analytics digunakan untuk mengintegrasikan data dari berbagai sumber,
termasuk stasiun cuaca, satelit, dan sensor terkait iklim lainnya. Hal ini
memungkinkan pemantauan dan pemodelan iklim yang lebih
komprehensif dan akurat.

2.3 bagian bagian alat

1. anemometer

Anda mungkin juga menyukai