Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KELEMBABAN

DOSEN PENGAMPU:

Dr.Ahmad saleh

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

RASYIT RIDHO (220202022)

RESTY FADILLAH YOLANDA (220202024)

OZI ROWESLY SIMANGUNSONG (220202021)

REI ABDIANSYAH (220202023)

RIAN AGUNG SIHOMBING (220202025)

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas akhir dalam memenuhi persyaratan akademik pada mata kuliah pengelolaan faktor abiotik
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai KELEMBABAN Kami berharap makalah ini
dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta memberikan wawasan baru bagi pembaca yang
tertarik dengan topik yang dibahas.
Pada tahap penyusunan makalah ini, kami mengumpulkan berbagai sumber referensi yang relevan dan
berkualitas untuk memperoleh informasi yang akurat dan terkini. Sumber-sumber tersebut meliputi buku, jurnal
ilmiah, artikel, serta sumber elektronik yang dianggap valid dan terpercaya. Penulis juga melakukan analisis dan
sintesis data untuk menghasilkan kesimpulan yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik konstruktif dari pembaca untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam memperluas wawasan dan
pemahaman kita tentang KELEMBABAN Semoga pula makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat
bagi pembaca yang tertarik dengan topik yang sama

.
Medan, 30 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Latar belakang………………………………………………….1

Pendahuluan……………………………………………………….2

Pengertian kelembapan…………………………………………….3

Faktor yang mempengaruhi Kelembapan………………………….4

Alat pengukur kelembapan…………………………………………5

Pengaruh kelembapan terhadap lingkungan………………………..6

Kesimpulan ………………………………………………………..7

Daftar pustaka…………………………………………………………..8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelembaban udara merupakan ukuran jumlah uap air di udara. Perkembangan bahan
elektronik dan serat optik sudah mendukung dikembangkannya berbagai jenis sensor kelembaban udara dan
teknik pengukurannya. Pengukuran kelembaban udara sangat penting di berbagai sektor perindustrian seperti
industri pengolahan dan penyimpanan makanan, agrikultur, farmasi, biomedis, bahan kimia, ekologi,
pemantauan kondisi cuaca atmosfer dan perindustrian lainnya (Alwis dkk., 2013).
Kelembaban udara dibedakan atas kelembaban udara absolut dan kelembaban udara relatif atau relative
humidity (RH). Pada saat ini, sensor kelembaban udara yang terdapat di pasaran atau yang sedang
dikembangkan dalam penelitian laboratorium adalah sensor RH, yang selanjutnya dikategorikan menjadi tiga
kelas yaitu tipe keramik (semikonduktor), sensor berbasis polimer organik, dan sensor hibrid organik/anorganik
(polimer/keramik). Ketiga kategori sensor ini memanfaatkan perubahan sifat fisik dan sifat listrik elemen
sensitif pada kondisi kelembaban atmosfer yang berbeda dari lingkungan sekitarnya (Farahani dkk., 2014). Jenis
sensor RH lainnya yang masih terus dikembangkan adalah sensor serat optik. Sensor ini memanfaatkan
perubahan sifat optis bahan terhadap perubahan kelembaban udara lingkungan sekitarnya. Dalam 50 tahun
terakhir, penginderaan serat optik telah menjadi salah satu cara yang sukses dan
ampuh dalam teknologi penginderaan (Lou dkk., 2014). Udd (1990) menyatakan bahwa kelebihan
sensor serat optik adalah tahan terhadap interferensi gelombang elektromagnetik. Selain kelembaban udara,
serat optik juga digunakan untuk pengindraan terhadap perubahan fisis, kimia, maupun biologis pada objek yang
akan diuji (Gholamzadeh dan Nabovati, 2008).
Sensor serat optik yang digunakan sebagai sensor kelembaban udara pada penelitian ini adalah dengan
metode evanescent yaitu memodifikasi ulang cladding serat optik dengan cara mengupasnya dan menggantinya
dengan film yang terbuat dari bahan gel. Bahan yang dibuat sebagai film adalah bahan yang sensitif uap air.
Alwis dkk. (2013) membuat ulasan tentang penelitian-penelitian sensor kelembaban udara berbasis sensor serat
optik dan dari ulasan ini dapat dilihat bahwa bahan yang terbuat dari film gelatin dapat digunakan pada alat ukur
kelembaban udara karena memiliki range penginderaan yang besar serta waktu respon yang cepat.
Maddu dkk. (2006) melakukan karakterisasi terhadap sensor serat optik evanescent menggunakan film
gelatin. Film gelatin merespon kelembaban dengan baik, regresi linear diatas 0,9 dan data yang diperoleh
menunjukan bahwa film gelatin dapat berfungsi dengan baik sebagai elemen sensor kelembaban serat optik.
Zhang dkk. (2008) juga menguji respon film gelatin sebagai sensor kelembaban dan didapatkan bahwa range
penginderaan yang besar yaitu 9-94% dengan waktu respon sekitar 70 ms dan memiliki sensitifitas yang baik.
Menurut Maddu dkk. (2006) dan Zhang dkk. (2008), semakin pendek panjang
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang relevan,berkualitas dan mudah untuk
dipahami oleh pembaca
1. Mempelajari dan mengetahui tentang pengertian kelembapan
2. Mempelajari tentang faktor faktor menegenai kelembapan
3. Mempelajari tentang faktor yang mempengaruhi kelembapan
4. Mempelajari tentang pengaruh kelembapan terhadap lingkungan

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kelembapan
2. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelembapan
3. Apa saja yang bisa mempengaruhi kelembapan terhadap lingkungan
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 pengertian kelembapan
Kelembapan atau kelengasan adalah konsentrasi kandungan dari uap air yang ada di udara.[1] Uap air yang
terdapat dalam atmosfer bisa berubah wujud menjadi cair atau padat, yang pada akhirnya jatuh ke bumi
yang dikenal sebagai hujan. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut,
kelembaban spesifik atau kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah
humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah
penurun kelembapan (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk
suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi
air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5%
pada 0 °C (32 °F).

Jika tekanan uap parsial sama dengan tekanan uap air yang jenuh maka akan terjadi pemadatan. Secara
matematis kelembaban relative (RH) didefinisikan sebagai prosentase perbandingan antara tekanan uap
air parsial dengan tekanan uap air jenuh.
Kelembaban dapat diartikan dalam beberapa cara. Relative Humidity secara umum mampu mewakili
pengertian kelembaban. Untuk mengerti Relative Humidity pertama harus diketahui Absolut Humidity.
Absolut Humidity merupakan jumlah uap air pada volume udara tertentu yang dipengaruhi oleh
temperatur dan tekanan.
ah=217 ( e ) T
ah : absolute humidity
e : tekanan oleh uap air
T : temperatur saat pengukuran
Relative Humidity merupakan persentase rasio dari jumlah uap air yang terkandung dalam volume
tersebut dibandingkan dengan jumlah uap air maksimal yang dapat terkandung dalam volume tersebut (terjadi
bila mengalami saturasi). Relative Humidity juga merupakan persentase rasio dari tekanan uap air saat
dilakukan pengukuran dan tekanan uap air saat mengalami saturasi.
ƒ=100(ah) = 100(eh) as es
ƒ : relative humidity
ah : absolute humidity saat pengukuran
as : absolute humidity saat saturasi
eh : tekanan uap air saat pengukuran
es : tekanan uap air saat saturasi
Pembacaan 100 %RH berarti udara telah saturasi (udara penuh
dengan uap air). Berkeringat merupakan upaya tubuh untuk menjaga temperatur tubuh. Saat 100 %RH,
keringat tidak menguap ke udara, sehingga tubuh terasa lebih panas. Sebaliknya bila RH rendah, maka tubuh
akan merasa lebih dingin. Contoh: Saat temperatur udara 24 oC dan kelembaban 0%RH maka tubuh akan
merasa temperatur udara seperti 21 oC, tetapi bila temperatur udara 24 oC dan kelembaban 100 %RH maka
tubuh merasa temperatur udara seperti 27 oC. Biasanya besarnya RH yang dianggap nyaman sekitar 45 %RH.

1.2 faktor yang mempengaruhi kelembapan

Kelembapan merupakan kandungan uap air yang berada di dalam sebuah materi. Kelembaban bisa
dinyatakan dalam bentuk kelembaban mutlak, relatif, dan tekanan uap air. Beberapa faktor yanmempengaruhi
kelembaban udara akan dijelaskan secara lengkap dalam penjelasan di bawah ini.
Di dalam udara, selalu terdapat kandungan air yang berbentuk uap air. Karena itulah disebut sebagai
kelembapan udara, yaitu konsentrasi atau jumlah air yang ada di udara. Secara sederhana bisa diartikan sebagai
kandungan uap air yang ada di udara. Kandungan uap air dalam udara juga berbeda-beda jumlahnya.
Biasanya uap air dalam udara yang hangat memiliki jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan kandungan
uap air dalam udara yang dingin. Ketika udara memiliki banyak kandungan uap air didinginkan, maka suhunya
akan turun dan udara tak akan bisa menahan uap air dalam jumlah sebanyak itu. Udara yang di dalamnya
terkandung uap air dalam jumlah yang sama banyaknya dengan yang bisa dikandung disebut sebagai udara
jenuh.
Kelembaban udara pun masih dibagi menjadi beberapa macam. Pertama adalah kelembaban relatif, yaitu
perbandingan antara jumlah air yang ada di udara dengan yang terkandung di udara namun pada suhu yang
sama. Macam kelembaban udara yang kedua adalah kelembaban udara mutlak, yaitu banyaknya kandungan uap
dalam satuan gram pada setiap 1m
Mengukur kelembaban udara atau jumlah air yang ada di udara pun dilakukan dengan menggunakan metode
khusus. Salah satunya adalah metode kelembapan spesifik. Metode ini digunakan untuk mengukur uap air yang
terkandung di dalam udara dengan menggunakan rasio terhadap uap air yang ada pada udara kering.
Faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Udara
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya kandungan uap air dalam udara atau kelembaban udara berbeda-
beda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Seperti beberapa faktor yang mempengaruhi kelembaban udara
berikut ini.
1. Suhu
Faktor pertama yang mempengaruhi kelembaban udara adalah suhu. Suhu sendiri merupakan derajat
panas dari sebuah benda. Semakin tinggi suhu sebuah benda maka benda tersebut akan semakin panas, begitu
pula sebaliknyaKelembaban udara ini berhubungan dengan kandungan air, maka suhu tentu akan berpengaruh
pada kelembaban udara. Dalam hal ini, saat suhu udara semakin tinggi, maka kelembaban udara pada udara
tersebut. Begitu pula sebaliknya.
2. Pergerakan Angin
Faktor selanjutnya yang berpengaruh pada kelembaban udara adalah pergerakan angin. Pergerakan
angin ini bisa sangat mempengaruhi tingkat kelembaban udara karena pergerakan angin bisa berpengaruh pada
proses penguapan di sumber air. Seperti yang sudah umum diketahui bahwa proses penguapan air ini merupakan
salah satu tahapan dan faktor dalam proses pembentukan awan.
3. Tekanan Udara
Faktor tekanan udara dalam mempengaruhi kelembaban udara bersifat berbanding lurus. Artinya
apabila suatu tempat memiliki tekanan udara yang semakin tinggi, maka kelembaban udaranya pun akan
semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada tempat yang memiliki tekanan udara tinggi justru memiliki udara
yang terbatas.
4. Kualitas dan Kuantitas Penyinaran Matahari
Berikutnya tingkat kelembaban udara juga dipengaruhi oleh faktor kualitas dan kuantitas atau jumlah
penyinaran matahari. Saat intensitas penyinaran matahari sedang tinggi, maka tingkat kelembaban udara akan
relatif turun. Begitu pula sebaliknya, ketika intensitas penyinaran matahari sedang rendah akan berpengaruh
pada tingginya tingkat kelembaban pada udara.Hal ini disebabkan karena sinar matahari akan menghilangkan
uap air yang akan menyebabkan pada menurunnya kelembaban udara. Ketika intensitas penyinaran sinar
matahari semakin rendah, maka uap air yang ada pada udara akan tetap tinggi sehingga kelembapan udara pun
akan tetap tinggi karena tidak adanya proses penguapan dari uap air tersebut.
5. Ketersediaan Air
Ketersediaan air di satu tempat juga menjadi faktor yang mempengaruhi kelembaban udara di tempat
tersebut. Kembali lagi pada pengertian dasar dari kelembaban udara, yaitu jumlah kandungan uap air pada
udara. Kelembaban udara yang diukur berdasarkan banyaknya uap air yang terkandung tentu berhubungan
dengan ketersediaan air di suatu wilayah.Tempat yang ketersediaan airnya melimpah atau dalam jumlah yang
relatif banyak, maka tingkat kelembaban udara di tempat tersebut juga bisa dipastikan tinggi. Begitu juga
sebaliknya pada tempat dengan ketersediaan air yang rendah, maka tingkat kelembaban udaranya juga relatif
rendah.
6. Vegetasi
Vegetasi merupakan variasi tumbuhan yang ada di suatu wilayah. Vegetasi ini juga menjadi faktor penting yang
mempengaruhi tingkat kelembaban udara. Namun, faktor spesifik yang berpengaruh pada kelembaban udara
adalah kerapatan dari vegetasi tersebut. Suatu tempat yang di dalamnya terdapat vegetasi dengan kerapatan
tinggi, maka tingkat kelembabannya cenderung tinggi.
Kerapatan vegetasi yang mempengaruhi tingkat kelembaban udara ini bergantung pada seresah yang menutup
area permukaan tanah dengan rapat. Hal tersebut kemudian menyebabkan uap air terkunci di dalam seresah
tersebut.Hal berbeda terjadi pada tempat dengan kerapatan vegetasi renggang. Seresah yang menutupi area
permukaan tanah juga akan renggang sehingga tingkat kelembaban udaranya juga ikut rendah.
7. Ketinggian Tempat
Faktor berikutnya yang berpengaruh pada tingkat kelembapan udara adalah ketinggian tempat. Saat
berada di tempat yang lebih tinggi, suhu udara biasanya akan lebih dingin. Hal tersebut disebabkan karena
kandungan uap airnya pun lebih besar dibandingkan kandungan uap air pada daerah yang lebih rendah.Maka
dari itu, ketika letak suatu tempat semakin tinggi, maka kelembaban udaranya pun akan terpengaruh menjadi
tinggi. Begitu juga sebaliknya, ketika ketinggian suatu tempat tidak terlalu tinggi, maka tingkat kelembaban
udara pada tempat tersebut juga tidak akan begitu tinggi.
8. Kerapatan Udara
Faktor yang Mempengaruhi kelembaban udara terakhir adalah kerapatan udara. Apabila kerapatan
udara di suatu tempat semakin rapat, maka kelembaban udaranya juga akan semakin tinggi. Begitu pula ketika
kerapatan udara di satu daerah tersebut tergolong renggang, maka kelembaban udaranya juga ikut rendah.
Faktor yang mempengaruhi kelembaban udara adalah:
1. Suhu Udara
2. Pergerakan Angin
3. Tekanan Udara
4. Kualitas dan Kuantitas Penyinaran Matahari
5. Ketersediaan Air
6. Kerapatan Vegetasi
7. Ketinggian Lokasi
8. Kerapatan Udara

1.3 alat pengukur kelembaban


Macam-Macam Kelembaban

1. Kelembaban spesifik, yaitu perbandingan antara masa udara sebenarnya di atmosfer dengan satu masa udara,
biasanya dinyatakan dalam sistim matrik, gram/kilogram.
2. Kelembaban mutlak, yaitu masa uap air yang terdapat dalam satu satuan udara, dinyatakan dalam gram/m3.
Contoh : Kelembaban mutlak wilayah tropika umumnya lebih tinggi dari wilayah temperate.
3. Kelembaban nisbi (relatif humidity), yaitu perbandingan antara masa uap air yang ada di dalam satu satuan
volume udara, dengan masa uap air yang maksimum dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang sama. Oleh
karena itu kelembapan nisbi dapat pula merupakan perbandingan antara tekanan uap air (actual) dengan tekanan
uap air jenuh pada suhu yang sama. Satuan kelembapan nisbi dinyatakan dalam bentuk %.
Alat-Alat Pengukur Kelembaban
2.3.1. Psychrometer Bola Basah Dan Bola Kering
Psychrometer ini terdiri dari dua buah thermometer air raksa, yaitu :
1. Thermometer Bola Kering : tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara
sebenarnya.
2. Thermometer Bola Basah : tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik
jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH (kelembaban udara) didapat dengan
perhitungan:
2.3.2. Psychrometer Assmann
Psychrometer assmann terdiri dari 2 buah thermometer air raksa dengan pelindung logam mengkilat.Kedua bola
thermometer terpasang dalam tabung logam mengkilat.Kipas angin terletak diatas tabung pada tengah
alat.Gunanya untuk mengalirkan (menghisap) udara dari bawah melalui kedua bola.Thermometer langsung
menuju keatas.Alat dipasang menghadap angin dan sedemikian sehingga logam mengkilat mencegah sinar
matahari langsung ke Thermometer, terutama pada angin lemah dan sinar matahari yang kuat.
Contoh gambar :

2.3.3. Psychrometer Putar (Whirling)


Disebut juga sebagai Psychrometer Sling/ Whirling.Alat ini terdiri dari 2 Thermometer yang dipasang pada
kerangka yang dapat diputar melalui sumbu yang tegak lurus pada panjangnya.Sebelum pemutaran bola basah
dibasahi dengan air murni.Psychrometer diputar cepat-cepat (3 putaran/ detik).Selama + 2 menit, dihentikan dan
dibaca cepat-cepat.Kemudian diputar lagi, dihentikan dan dibaca seterusnya sampai diperoleh 3 data.Data yang
diambil adalah suhu bola basah terendah.Jika ada 2 suhu bola basah terendah yang diambil suhu bola kering.
Contoh gambar :
2.3.4. Higrometer Rambut
Higrometer rambut adalah alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara.Satuan meteorologi dari
kelembaban udara adalah persen.Alat ini menggunakan rambut manusia, karena perubahan panjang rabut mudah
diukur. Higrometer yang akan digunakan di pasang di dalam sangkar stevenson.
Cara kerja dan prinsip dari Higrometer rambut adalah bila udara lembap, rambut akan mengembang,
menggerakan engsel, kemudian diteruskan ke tangkai pena. Akibatnya, tangkai pena naik. Begitu juga jika
udara kering, rambut akan munyusut, menggerakan engsel kemudian diteruskan ke tangkai pena. Akibatnya
tangkai pena turun.

Contoh gambar :

.3.5.Barometer
Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara.Satuan meteorologi dari tekanan udara
adalah mbar (milibar), cmHg dan atm. Barometer ada dua jenis yaitu barometer raksa dan barometer aneroid.
Tetapi kegunaan mereka tetap sama yaitu mengukur tekanan udara
Barometer termasuk peralatan meteorologi golongan non recording yang pada waktu tertentu harus dibaca agar
mendapat data yang diinginkan.Selain itu, Barometer juga termasuk dalam alat metorologi yang dipakai di
permukaan bumi.Jenis alat ini umumnya terdapat pada stasiun meteorologi untuk peramalan cuaca klimatologi
dan maritim.
2.3.6.Psikometer Standar
Terdiri dari 4 buah thermometer
 Thermometer Bola Kering (BK).
 Thermometer Bola Basah (BB).
 Thermometer Maximum.
 Thermometer Minimum.
 Piche Evaporimeter.

Fungsi alat Pengukur Suhu Udara dan KelembabanSatuan : Suhu Derajat Celcius, Kelembaban dalam Persen (
%).
 Thermometer BK menunjukan suhu udara.
 Thermometer BB digunakan mencari kelembabanudara dengan bantuan table.
 Thermometer
BB raksa harus selalu basahdengan menggunakan kainmuslin yang selalu basaholeh air murni

Cara kerja :
Alat pengukur kelembapan udara terdiri dari duatermometer bola basah dan bola kering. Pembasahtermometer b
ola basah harus dijaga agar jangan sampaikotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau dayaairnya telah berkur
ang. Dua minggu atau sebulan sekaliperlu diganti, tergantung cepatnya kotor. Musimkemarau pembasah cepat s
ekali kotor oleh debuAir pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades.
Air banyak mengandung mineral akanmengakibatkan terjadinya endapan garam padatermometer bola basah dan
mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan terlebih dahulu bacalah termometerbola kering kemudian termome
ter bola basah. Suhuudara yang ditunjukkan termometer bola kering lebihmudah berubah daripada termometer b
ola basah. Semuaalat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam sangkarcuaca terlindung dari radiasi surya lang
sung atau radiasibumi serta hujan.
1. Thermohigrographs
Fungsi : Mengukur dan merekam suhu udara dan
RH yang terjadidalam 1 minggu dalam bentuk grafik di kertas pias.
• Prinsip Kerja : Memanfaatkan perbedaan muai rambut yang akan menggerakkan pena bila terjadi perubah
an suhu udarasehingga dapat membuat jejak (grafik) pada kertas pias yang direkatkan pada silinder yang berput
a
• Setiap pergantian kertas pias, perlu diperhatikan posisi jam, suhu udara dan tinta pena.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam instalasiThermohigrographs:

• Catat tanggal pemasangan dan nama stasiun padakertas pias.

• Tempatkan pias pada drum/silinder dan rekatkandengan penjepit.

• Pastikan posisi pena di kertas pias sesuai dengan jam pemasangan pias dan nilai Rh
yang sesuai denganpembacaan pada psychrometer bola kering-bola basah.
• Tambahkan tinta pada pena secukupnya.

• Bila hygrograph type spring/per, maka putar ‘per’searah jarum jam 3-


5 putaran atau sesuai petunjuk(bila sudah keras jangan dipaksa).

• Tutup kembali hygrometer dan tempatkan pada posisiyang stabil.

1.4 pengaruh kelembapan terhadap lingkungan

beberapa faktor, seperti cahaya matahari yang sangat panas serta curah hujan yang cukup tinggi. Pada
Bulan Maret biasanya terjadi musim hujan, tetapi tak jarang juga pada siang hari terjadi peningkatan suhu yang
sangat ekstrim akibat sinar matahari yang sangat terang. Suhu yang sangat rendah terjadi pada pukul 05.00 pagi
yaitu sekitar 210C karena pada waktu itu matahari belum muncul serta masih terdapat embu pagi. Sedangkan
suhu yang tertinggi terjadi antara pukul 12.00 - 14.00 yaitu 30 0C karena pada saat itu merupakan puncak
matahari tegak lurus dengan bumi, tetapi tidak semua hari mengalami suhu sepanas itu karena terkadang turun
hujan.Menurut literatur yang ada (SNI, 2001) suhu optimum (nyaman) bagi masyarakat untuk melakukan
aktivitas adalah antara suhu 22,8 0C – 25 0C. Jika dibandingkan dengan
data hasil pengamatan maka kenyamanan termal tersebut terjadi pada pukul 07.00 – 10.00 WIB serta
pukul 16.00 – 21.00 WIB. Pada saat suhu optimum tersebut masyarakat merasa sangat nyaman dan bersemangat
untuk melakukan berbagai aktivitas. Para orang tua semangat untuk bekerja serta pelajar merasa semangat
dalam belajar terutama di masa pandemi ini. Sedangkan pada saat suhu sangat rendah, seperti pada
jam 05.00 pagi kebanyakan masyarakat merasa kedinginan dan tak jarang dari mereka tidur lagi ketika
selesaimelaksanakan shalat subuh. Begitupun ketika suhu sangat tinggi, misalnya jam
12.00 siang masyarakat merasa sangat jenuh dan kebanyakan mereka tidur siang ataupun bersantai sambil
menyalakan kipas angin. Perubahan suhu yang sangat ektrim tersebut juga membawa dampak positif bagi
masyarakat, misalnya
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
kelembaban pada kelapa sawit dapat mencakup temuan-temuan kunci yang menyoroti pentingnya
pemantauan kelembaban tanah dan udara dalam pertanian kelapa sawit. Analisis tersebut mungkin
menyimpulkan dampak kelembaban terhadap pertumbuhan, produksi, dan kesehatan tanaman kelapa sawit, serta
implikasinya terhadap produktivitas perkebunan. Makalah juga mungkin menyarankan strategi manajemen
kelembaban yang efektif untuk meningkatkan hasil dan kesejahteraan perkebunan kelapa sawit.
1Kelapa sawit merupakan komoditi strategis nasional karena memiliki rantai pemanfaatan yang
panjang sehingga banyak sekali manfaat yang dapat diambil antara lain menggantikan peran minyak bumi yang
merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) sebagai bahan bakar dan
menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dimanfaatkan yang mengakibatkan meningkatnya industri
pengolahan produk turunan dari kelapa sawit. Banyaknya industri tersebut akan mengakibatkan banyak
penyerapan tenaga kerja dan menghasilkan peningkatan devisa bagi negara sehingga perekonomian di Indonesia
meningkat
2. Solusi dari masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan oleh perkebunan
kelapa sawit yaitu dengan penerapan agroforestri. Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut menggunakan
tanaman kehutanan jenis Jelutung (Dyrea costulata Hook f)
3.. Dampak ekologi yang diperoleh dari penerapan agroforestri Sawit-Jelutung yaitu perbaikan fungsi
lahan dalam konservasi tanah dan air. Dampak secara ekonomi yaitu tambahan pendapatan perkebunan selain
dari hasil kelapa sawit, seperti hasil penyadapan getah jelutung dan kayu jelutung pada umur 10 tahun. Dampak
sosial yang diperoleh yaitu dapat meningkatkan penyerapan kerja sehingga juga memperbaiki perekonomian
masyarakat sekitar dan terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
Daftar pustaka

 Atmel. 2008. 8-bit AVR® Microcontroller with 32 KB In-System Programmable


Flash,http://www.atmel.com/dyn/resources /prod_documents/doc2503.pdf. [ 17 mei 2012].
 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, BMKG, 2015, http://www.
bmkg.go.id/BMKG_Pusat/I/Sarana_Teknis
 /Instrumentasi_dan_Rekayasa_Meteorologi .bmkg, diakses tanggal 18 Agustus 2015
 Dallas-Maxim Semiconductor. 2008. DS1307 64 x 8, Serial, I2C Real-Time Clock,
http://datasheets.maxim ic.com/en/ds/DS1307.pdf. [17 Mei 2012]
 Pramana P Agusto., 2012, Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu, Kelembaban dan Tekanan Udara
Portable Berbasis Mikrokontroler ATMega16, Laporan Kerja Prodi Instrumentasi, Akademi
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta
 Sensirion. 2007. SHT1x/SHT7x Humidity and Temperature Sensor, http://
www.sensirion.com/images/getFile?id=25. [18 Mei 2012]
 Toruan, Kanton L., Automatic Weather Station (AWS) Berbasis Mikrokontroler Tesis, Program Pasca
Sarjana Fakultas MIPA UI, Depok, 2009.

Anda mungkin juga menyukai