Anda di halaman 1dari 17

Makalah Geografi Sosial

“Pemungkiman Penduduk Dan Pola Atau Bentuk Pemungkiman Penduduk”


Dosen Pengampu:
Drs. Mbina Pinem, M.Si

Disusun Oleh:
 Susi Lamria Sihombing
 Tarisa Diba
 Tika Fridawati Simanjuntak
 Veronica Estafani Ariesta H

Geografi C’ 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah pemungkiman penduduk dan pola pemungkiman penduduk ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi
maupun pemikiranya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depanya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam masalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, Mei 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
1. Pengertian Pemungkiman Penduduk......................................................................5
2. Kriteria Pemungkiman Yang Layak Huni..............................................................6
3. Pemungkiman Menurut Arti Etika Lingkungan.....................................................7
4. Pengertian Pola Pemungkiman...............................................................................7
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemungkiman Penduduk......................7
6. Pola Pemungkiman Penduduk................................................................................9
7. Analisis Pola Pemungkiman.................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemungkiman sering disebut sebagai perumahan. Perumahan memberikan kesan
tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungan.
Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land
settlement.
Pemungkiman yang tidak layak huni banyak dijumpai di lingkungan padat
penduduk seperti ibukota negara dan kota-kota besar lainnya. Pemungkiman yang tidak
layak huni ini semakin meningkat karena angka perpindahan penduduk semakin
meningkat, sehingga pemungkiman ini terkesan kumuh dan menimbulkan berbagai
masalah diantaranya yaitu sampah dan banjir.
Permasalahan pemungkiman penduduk seperti sampah dan banjir harus segera
dicari solusinya agar masalah ini tidak bertambah kompleks. Pengaturan tata ruang kota
yang baik setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah pemungkiman penduduk
sehingga permasalah seperti di ibukota negara dan kota-kota besar lainnya tidak terjadi.
Pembangunan yang dilaksanakan juga harus memperhatikan aspek-aspek ekologis agar
pembangunan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya
berdampak buruk bagi penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemungkiman penduduk ?
2. Bagaimana kriteria pemungkiman yang layak huni?
3. Apa itu pola atau bentuk pemungkiman penduduk?
4. Apa-apa saja bentuk pola pemungkiman penduduk itu?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemungkiman penduduk
2. Mengetahui kriteria pemungkiman yang layak huni
3. Untuk mengetahui apa saja bentuk dari pemungkiman penduduk
4. Untuk mengetahui pengertian pola atau bentuk pemungkiman penduduk
5. Pemenuhan tugas mata kuliah geografi sosial

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemungkiman Penduduk

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata


housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human
settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau
kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan menitikberatkan
pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan
kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di
dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan
bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3)
Pemukiman penduduk selalu berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi,
industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di
dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni
jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya adalah
dengan menerapkan persyaratan rumah sehat (Kurniasih, 2007: 1).
Menurut Undang–Undang No. 4 tahun 1992 dalam Surtiani (2006: 39)
pengertian tentang perumahan atau pemukiman yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan
sarana pembinaan keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

3. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung (kota
dan desa) yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat
melakukan berbagai macam kegiatan atau aktivitas.

5
2. Kriteria Pemungkiman Yang Layak Huni

Suatu patokan atau standar penilaian rumah yang sehat dan ekologis dapat
digunakan untuk menentukan kualitas dan kondisi suatu pemukiman guna
meningkatkan kualitas lingkungan khususnya pada pemukiman padat penduduk.
Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar penilaian yang dapat digunakan dalam
pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai
paru-paru hijau.

2. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.

3. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.

4. Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.

5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu


mengalirkan uap air.

6. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai


bahan bangunan dan struktur bangunan.

7. Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.

8. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.

Menurut Tim Dosen Mata Kuliah TPB (2010: 109) pemukiman manusia yang layak,
pada dasarnya memiliki 4 (empat) unsur penting berikut yaitu:
a. Wisma, adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik
untuk tempat tinggal maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Marga, berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia
dalam mencari nafkah serta dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi
dan budaya.

c. Karya, berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi


kebutuhan hidup masyarakat atau penduduk setempat, selain itu juga untuk
mengembangkan bakat.

d. Suka, berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina
perkembangan kebudayaan manusia dalam arti yang luas.

6
3. Pemungkiman Menurut Arti Etika Lingkungan

Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya memiliki pilihan yang dapat
dikembangkan oleh dirinya baik secara individu maupun kelompok. Pilihan ini perlu
dikembangkan dalam lingkungan tempat tinggal (pemukiman). Manusia di
pemukimannya perlu menata perilaku berdasarkan kearifan dan etika budaya untuk
memperoleh suatu pemukiman yang layak dan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
(Tim Dosen Mata Kuliah TPB, 2011: 109).
Kedudukan manusia di pemukiman menurut arti etika lingkungan adalah bagian
dari lingkungan itu sendiri. Manusia mampu mengubah lingkungan alam menjadi
lingkungan binaannya pada saat yang sama secara budaya dan kemajuan IPTEK.
Manusia dapat dikatakan sebagai pembentuk lingkungan. Kewajiban manusia dalam
peranannya membentuk lingkungan adalah sepenuhnya untuk menyadari keterkaitan
dan ketergantungannya terhadap unsur-unsur lingkungan sebagai suatu ekosistem yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Misi yang harus dibawa oleh manusia adalah memelihara keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara perilaku dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Segala tindakan dan perbuatan yang ingin dilakukan oleh manusia harus selalu
dipikirkan secara arif dan bijaksana. Perilaku arif dan bijaksana ini juga berlaku pada
saat manusia mengembangkan pemukimannya, karena pemukiman manusia adalah
perwujudan dari ekosistem binaan manusia (Tim Dosen Mata Kuliah TPB, 2011: 110).

4. Pengertian Pola Pemungkiman

Pola pemukiman penduduk adalah bentuk dari persebaran tempat tinggal atau
bermukimnya penduduk yang dipengaruhi oleh faktor – faktor geografis.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemungkiman Penduduk

Seperti yang telah dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pola pemukiman
penduduk adalah berupa faktor geografis dari pemukiman tersebut, dimana secara
umum faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya air

Air adalah penunjang kehidupan yang paling utama untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Sehingga, orang – orang pasti lebih memilih untuk bermukim di daerah

7
yang terdapat banyak sumber daya air seperti mata air, sungai, danau dan atau pun laut
dibandingkan daerah yang sulit sumber daya air.
2. Relief

Relief adalah tinggi rendahnya bentuk permukaan bumi. Relief bisa


mempengaruhi bentuk pemungkiman larena hal ini mempengaruhi keinginan penduduk
untuk bermukim. Semakin tinggi suatu daerah, semakin curam lereng, dataran tinggi
atau daerah pegunungan biasanya semakin sedikit orang – orang yang akan bermukim
disana, dikarenakan sulit air, susahnya aksesibilitas baik transportasi dan jaringan listrik
dsb. Orang – orang lebih cenderung tinggal di daerah dataran rendah, karena cenderung
relatif aman, morfologinya datar dibandingkan di daerah yang memiliki lereng curam.
3. Keadaan iklim

Suhu udara, curah hujan, intensitas penyinaran matahari, kelembaban dsb di


setiap daerah akan berbeda – beda. Bersamaan dengan faktor relief, hal ini juga akan
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan kondisi alam daerah tersebut.
4. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi berhubungan dengan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana


yang tersedia, aksesibilitas, jaringan listrik, dsb. Sehingga, semakin baik keadaan
ekonomi suatu daerah cenderung semakin banyak orang – orang yang ingin bermukim
di daerah tersebut. Karena ini berhubungan dengan kemudahan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup.
5. Kultur penduduk

Menurut Ari Sudewa (2010) Pola permukiman penduduk sangat bergantung


pada kemajuan dan kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu masih
tradisional, pola permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman lain.
Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih anggota
suku atau yang masih berhubungan darah.
Contohnya adalah suku Baduy dalam yang terisolir dan belum dipengaruhi oleh
budaya luar dan teguh dalam memegang tradisinya, berbeda dengan suku Baduy luar
yang sudah mulai berbaur dengan masyarakat sekitar “non Baduy” dan sudah mulai
mengenal teknologi seperti televisi dan telepon genggam.

8
6. Pola Pemungkiman Penduduk

Secara umum, pola pemukiman penduduk terbagi menjadi tiga, yakni :


A. Pola Pemukiman Memanjang (linear).
Pola pemukiman ini memeiliki ciri – ciri yakni deret memanjang
mengikuti suatu jalur seperti jalan, sungai, rel kereta api, atau pantai.

 Mengikuti jalan
Pola pemukiman ini memanjang sepanjang kanan kiri jalan. Umumnya
memiliki morfologi datar dan atau landai, sehingga memudahkan
pembangunan jalan.

 Mengikuti alur sungai


Pola pemukiman ini memanjang sepanjang kanan kiri badan sungai.
Umumnya orang – orang memilih tinggal disini karena memanfaatkan
sungai sebagai alat pemenuhan kebutuhan mereka sehari – hari.

9
 Mengikuti rel kereta api
Pada daerah ini pemukiman berada di sebelah kanan kiri rel kereta api.
Umumnya pola pemukiman seperti ini banyak terdapat di daerah perkotaan
terutama di DKI Jakarta, Bandung dan atau daerah padat penduduknya yang
dilalui rel kereta api.

10
 Mengikuti sepanjang pantai
Pola pemukiman ini terjadi dikarenakan umumya penduduk
bermatapencaharian sebagai nelayan. Sehingga orientasi mereka adalah pergi
melaut atau budidaya perikanan. Selain itu pula
pariwisata yang berkembang di daerah pantai juga ikut mempengaruhi
pola pemukiman sehingga banyak dibangunnya resort, hotel, dan lain
sebagainya.

11
B. Pola Pemukiman Memusat
Pada umumnya pemukiman memusat ini cenderung dikarenakan mencari
sumber air seperti mata air, dan danau atau terdapat pusat pertambangan.
Pemukiman ini biasanya mencari daerah yang landai atau datar di dataran
tinggi atau pegunungan yang berelief curam dan terisolir.

C. Pola Pemukiman Menyebar


Pola pemukiman ini umumnya juga berada di daerah dataran tinggi atau
pengunungan, dan tersebar untuk mencari daerah yang tidak terjal. Tidak
hanya di daerah dataran tinggi atau pegunungan namun di daerah kapur yang

12
notabene sulit air, pasti akan mencari tempat dengan kondisi air yang
memadai.

7. Analisis Pola Pemungkiman

A. Pola Pemukiman Memanjang


 Memanjang sepanjang jalan
Pola pemukiman sepanjang jalan biasanya cenderung dikarenakan oleh
aksesibilitas dalam kemudahan transportasi. Morfologi daerahnya landai dan
atau datar. Selain itu kemudahan untuk menjangkau akses sarana dan
prasarana seperti pertokoan, sekolah, terminal dan lain – lain.
 Memanjang sepanjang alur sungai
Pola pemukiman sepanjang alur sungai biasanya dikarenakan kebutuhan
manusia akan sumber daya air. Karena fungsi sungai itu sendiri adalah
pemenuhan kebutuhan manusia seperti masak, mencuci, bahkan sebagai
sarana transportasi. Contohnya saja pemukiman di sepanjang Sungai Musi,

13
Palembang dan Sungai Barito di Banjarmasin. Sungai berfungsi sebagai
sarana transportasi dan kegiatan ekonomi penduduk. Sungai Barito berfungsi
sebagai pasar terapung, dan untuk menyebrang dari tepi sungai ke tepi
sungai yang lain. Sedangkan Sungai Musi di Palembang, sungai difungsikan
sebagai tempat pariwisata seperti
tempat perlombaan mendayung, restoran terapung, dan pada saat jaman
Kerajaan Sriwijaya dulu Sungai Musi dijadikan pelabuhan untuk kapal –
kapal saudagar. Sehingga menarik orang – orang untuk bermukim di
sepanjang alur sungai.
Namun, pemukiman di sepanjang alur sungai juga menjadi kendala
karena dapat memicu pemukiman kumuh. Contohnya sepanjang Sungai
Ciliwung di Jakarta. Pemukiman kumuh ini menimbulkan permasalahan
seperti pencemaran air sungai, menyempitnya badan sungai dan lain – lain.
Selain itu rumah – rumah di sepanjang sungai ini biasanya tidak permanen.
Hal ini berbeda dengan pemukiman yang berada di luar negeri seperti
Venesia, Italia. Rumah – rumah tersusun dengan rapih dan kanal – kanal
sungai dapat dijadikan tempat pariwisata karena keindahan pemukiman di
sepanjang sungai di Kota Venesia yang berwarna – warni.
 Memanjang sepanjang rel kereta api
Hampir sama dengan pola pemukiman sepanjang alur sungai, pola
memanjang sepanjang rel kereta api sebenarnya tidak baik karena
dikhawatirkan akan menghambat jalur kereta api dan membahayakan. Selain
itu, suara bising kereta api adalah polusi suara yang dapat menganggu
ketenangan manusia yang tinggal berdekatan dengan rel kereta api. Selain
itu, penduduk yang bermukim disepanjang rel kereta api ini biasanya
cenderung padat dan terkesan kumuh. Mereka bermukim disepanjang rel
kereta api bisa dikarenakan akibat mereka tidak memiliki lahan untuk
membangun rumah permanen.
 Memanjang sepanjang pantai
Umumnya penduduk yang bermukim disepanjang pantai
bermatapencaharian sebagai nelayan. Sehingga mereka memiliki orientasi
untuk melakukan kegiatannya di laut seperti menangkap ikan, budidaya

14
lobster, udang, kepiting, mutiara, dan sebagainya. Selain itu banyaknya
pembangunan dikarenakan pantai dapat dijadikan potensi pariwisata
sehingga banyak dibangun resort, restoran seafood, hotel dan sebagainya.
Selain itu juga
Pembangunan pelabuhan juga dapat menjadi faktor penarik bagi
penduduk untuk bermukim di sepanjang pantai karena pelabuhan dapat
menjadi sumber penghidupan mereka sebagai penjual, membuka pasar dan
sebagainya.
B. Pola Pemukiman Memusat
Pola pemukiman memusat dikarenakan penduduk bermukim di daerah
dataran tinggi, pegunungan atau daerah pertambangan dan cenderung
memusat itu dikarenakan terdapat sumber daya air seperti mata air atau
danau. Sedangkan daerah pertambangan itu memusat karena mereka mereka
bermukim atas dasar kepentingan pekerjaan. Sehingga pola yang terjadi
adalah berbentuk konsentris. Contohnya yakni pemukiman yang berada di
Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.
C. Pola Pemukiman Menyebar
Pola pemukiman ini hampir sama dengan memusat, yakni berada di
daerah datarann tinggi, pegunungan atau daerah yang kurang subur seperti di
pegunungan kapur. Pada daerah dataran tinggi dan atau pegunungan,
penduduk akan mencari daerah yang cenderung agak lebih landai daripada
yang berlereng curam dan menghindari tebing – tebing karena takut longsor
dan tempat yang lebih landai dianggap lebih aman. Sedangkan untuk
pegunungan kapur, mereka bermukim secara menyebar karena mencari
sumber – sumber air. Karena seperti yang kita ketahu bahwa pegunungan
kapur itu merupakan daerah susah air. Karena air tersimpan di gua – gua
kapur di dala tanah atau sungai – sungai dalam tanah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata
housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human
settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau
kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan menitikberatkan
pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Pemukiman memberikan
kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di
dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan
bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3)
Pemukiman penduduk selalu berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi,
industrialisasi dan pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di
dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni
jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya adalah
dengan menerapkan persyaratan rumah sehat (Kurniasih, 2007: 1).
Pola pemukiman penduduk adalah bentuk dari persebaran tempat tinggal atau
bermukimnya penduduk yang dipengaruhi oleh faktor – faktor geografis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemungkiman penduduk antara lain,
1. Sumber daya air
2. Relief
3. Keadaan iklim
4. Keadaan ekonomi
5. Kultur penduduk

B. Saran
Semoga makalah tentang Permasalahan penduduk dan solusinya yang meliputi
rapat penduduk dan persoalan penduduk ini dapat berguna untuk kita semua sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan kita semua, akhir kata terima kasih banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA
Savitri. 2008. Desa : definisi, asal mula, bentuk, pola, ciri & romantikanya. (Online)

http://phiihostaa.blogspot.com

Septiawan, Indra. 2008. Sosiologi Perkotaan. (Online) http://fisip.uns.ac.id/blog.com

____2008. Contoh Kasus Teori Tempat Pusat. (Online) http://phiihostaa.blogspot.com

Soetomo, S. (2002), Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota, Mencari Konsep Pembangunan

Tata Ruang Kota yang Beragam, Cetakan I, Badan Penerbit Universitas

Dipenogoro, Semarang, 123p.Diakses pada 5 mei 2020

Makalah tugas geografi desa kota. Analisis Pola Pemungkiman Penduduk. Diakses dari

file:///E:/Aulia_Nofrianti_1202483_Pola_Pemukiman_P.pdf pada Selasa 5 mei

2020

Kumpulan Makalah Pendidikan (2015). Makalah Pemungkiman Penduduk. Diakses dari

Karyacombirayang.blogspot.com pada Selasa 5 mei 2020

17

Anda mungkin juga menyukai