Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Pemukiman Penduduk

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa
Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.
Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana
lingkungan. Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement.
Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan
perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan
bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human) (Kurniasih, 2007; 3).

Pemukiman penduduk selalu berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan.
Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta
kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah
satunya adalah dengan menerapkan persyaratan rumah sehat (Kurniasih, 2007: 1).

Menurut Undang–Undang No. 4 tahun 1992 dalam Surtiani (2006: 39) pengertian tentang perumahan
atau pemukiman yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga.

2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana lingkungan.

3. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung (kota dan desa) yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat melakukan berbagai macam kegiatan atau
aktivitas.
B. Kriteria Pemukiman yang Layak Huni

Suatu patokan atau standar penilaian rumah yang sehat dan ekologis dapat digunakan untuk
menentukan kualitas dan kondisi suatu pemukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan khususnya
pada pemukiman padat penduduk. Menurut Krista (2009: 2) patokan atau standar penilaian yang dapat
digunakan dalam pembangunan rumah yang sehat dan ekologis adalah sebagai berikut:

1) Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau.

2) Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.

3) Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.

4) Menghindari kelembaban tanah naik ke dalam konstruksi bangunan.

5) Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air.

6) Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan
dan struktur bangunan.

7) Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruangan.

8) Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah.


9) Menurut Tim Dosen Mata Kuliah TPB (2010: 109) pemukiman manusia yang layak, pada dasarnya
memiliki 4 (empat) unsur penting berikut yaitu:

a. Wisma

Wisma adalah rumah dan bangunan lain yang dibutuhkan oleh manusia baik untuk tempat tinggal
maupun untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Marga

Marga berupa sarana dan prasarana fasilitas sosial yang diperlukan manusia dalam mencari nafkah serta
dalam mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya.

c. Karya

Karya berupa lapangan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan bagi kebutuhan hidup masyarakat
atau penduduk setempat, selain itu juga untuk mengembangkan bakat.

d. Suka

Suka berupa sarana dan prasarana fasilitas rekreasi yang dapat membina perkembangan kebudayaan
manusia dalam arti yang luas.

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam Surtiani (2010: 41), lokasi kawasan perumahan yang
layak adalah sebagai berikut:

1. Tidak terganggu oleh polusi (air, udara, dan suara)


2. Tersedia air bersih

3. Memiliki kemungkinan untuk perkembangan pembangunannya

4. Mempunyai aksesibilitas yang baik

5. Mudah dan aman mencapai tempat kerja

6. Tidak berada di bawah permukaan air

7. Mempunyai kemiringan rata-rata

C. Pemukiman menurut Arti Etika Lingkungan

Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya memiliki pilihan yang dapat dikembangkan oleh dirinya
baik secara individu maupun kelompok. Pilihan ini perlu dikembangkan dalam lingkungan tempat tinggal
(pemukiman). Manusia di pemukimannya perlu menata perilaku berdasarkan kearifan dan etika budaya
untuk memperoleh suatu pemukiman yang layak dan memenuhi kebutuhan dasar hidupnya (Tim Dosen
Mata Kuliah TPB, 2011: 109).

Kedudukan manusia di pemukiman menurut arti etika lingkungan adalah bagian dari lingkungan itu
sendiri. Manusia mampu mengubah lingkungan alam menjadi lingkungan binaannya pada saat yang
sama secara budaya dan kemajuan IPTEK. Manusia dapat dikatakan sebagai pembentuk lingkungan.
Kewajiban manusia dalam peranannya membentuk lingkungan adalah sepenuhnya untuk menyadari
keterkaitan dan ketergantungannya terhadap unsur-unsur lingkungan sebagai suatu ekosistem yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Misi yang harus dibawa oleh manusia adalah memelihara
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara perilaku dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Segala
tindakan dan perbuatan yang ingin dilakukan oleh manusia harus selalu dipikirkan secara arif dan
bijaksana. Perilaku arif dan bijaksana ini juga berlaku pada saat manusia mengembangkan
pemukimannya, karena pemukiman manusia adalah perwujudan dari ekosistem binaan manusia (Tim
Dosen Mata Kuliah TPB, 2011: 110).

D. Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah orang yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu dan
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus
atau kontinyu. Pengertian penduduk dalam ilmu sosiologi adalah kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu. Penambahan penduduk yang cepat menyebabkan tingkat
kepadatan penduduk menjadi tinggi. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per
satuan luas. Kepadatan penduduk ini terkait dengan jumlah penduduk dan luas daerah, sedangkan
jumlah penduduk itu sendiri dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang datang dan pergi dari suatu
daerah, serta tingkat kelahiran dan kematian (Amalia, 2008: 1).

Menurut Putri (2011: 1) faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk diantaranya yaitu:

1. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman dan topografi yang relatif landai menyebabkan
penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.

2. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam dan
tersedianya lapangan kerja.

3. Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah kesempatan untuk meneruskan
pendidikan dan keterbukaan masyarakat, selain itu daerah yang relatif aman akan selalu jadi
pemukiman yang padat.

E. Hubungan Pemukiman Penduduk dengan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya jumlah tempat untuk
bermukim (pemukiman). Pertumbuhan pemukiman yang sangat pesat sedangkan luas lahan yang
tersedia terbatas maka menyebabkan tumbuhnya permukiman padat penduduk di pusat kota, selain itu
kurangnya ketersediaan ruang tersebut mengakibatkan pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak
tertata dan tidak terkendali sehingga terkesan kumuh dan tidak layak huni (Wasis, 2010: 1).

Menurut Anonim (2010: 1) beberapa hal yang mempengaruhi kepadatan penduduk, diantaranya yaitu:

1. Kelahiran atau natalitas, kepadatan penduduk akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh dengan
cara menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000 penduduk per tahun.

2. Kematian atau mortalitas, kepadatan penduduk akan berkurang. Angka kematian diperoleh dengan
cara menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun.

3. Imigrasi, adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan penduduk.

4. Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadatan penduduk.

Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas penduduk itu sendiri, terlebih lagi jika wilayah
pemukiman tersebut tidak mampu memberikan daya dukung baik bagi penghuninya. Permasalahan
yang dihadapi oleh pemukiman padat penduduk adalah masalah yang berhubungan dengan
ketersediaan air bersih, udara bersih, bahan pangan, lahan, lingkungan, sosial ekonomi, kesehatan dan
ruang gerak (Anonim: 3).

BAB II
KESIMPULAN

Pemukiman sering disebut sebagai perumahan. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa
Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman.
Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Agung. 2009. Sinopsis Teori Central Place.((Online) http://klubbelajar.blogspot.com

Dhawie, Crist. 2010. Sejarah perkembangan Pemerintahan di Indonesia. ((Online).


http://phiihostaa.blogspot.com

Marbun. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta; Penerbit Erlangga

Savitri. 2008. Desa : definisi, asal mula, bentuk, pola, ciri & romantikanya. (Online)
http://phiihostaa.blogspot.com

Septiawan, Indra. 2008. Sosiologi Perkotaan. (Online) http://fisip.uns.ac.id/blog.com

____2008. Contoh Kasus Teori Tempat Pusat. (Online)


http://phiihostaa.blogspot.com

Soetomo, S. (2002), Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota, Mencari Konsep Pembangunan Tata Ruang Kota
yang Beragam, Cetakan I, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 123p.

Anda mungkin juga menyukai