Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KLIMATOLOGI

Acara IX
Menentukan Iklim Suatu Tempat

Nama : Muhammad Fiqi


Nim : 2305063
Kelas : Reguler B Kelompok C
Mata Kuliah : Prak. Dasar Klimatologi

PENGELOLAAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iklim adalah keadaan cuaca rata -rata dalam waktu satu tahun yang
penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan
meliputi wilayah yang luas (Lakitan : 1997) . Iklim terdiri dari unsur -unsur, yaitu
curah hujan, kelembapan udara, tekanan udara, dan suhu udara. Sejak zaman
yunani kuno orang -orang telah berusaha mengetahui kondisi iklim dari suatu
wilayah. Orang yunani kuno telah mengetahui bahwa terdapat hubunga n antara
suhu dan garis lintang dan membagi belahan bumi utara dan selatan menjadi tiga
zona iklim, yakni zona panas, zona sedang dan zona dingin.
Setelah pengetahuan tentang peta dunia semakin akurat, diketahui bahwa
pembagian zona iklim berdasarkan garis lintang adalah kurang akurat , karena
hanya menggunakan unsur suhu dan hanya menghasilkan tiga zona iklim
seperti yang telah disebutkan sebelumnya. .Maka pada perkembangannya para
pakar iklim menggunakan unsur -unsur iklim sebagai dasar utama pembagian zona
iklim atau klasifikasi iklim . Data-data unsur iklim yang sering digunakan dalam
pembagian zoana iklim adalah curah hujan. Curah hujan adalah endapan atau
deposit air dalam bentuk cair maupun padat yang berasal atmosfer (Ika Kurnia
:2007). Curah hujan mencakup tetes hujan,salju, batu es, embun, dan embun
kristal. Embun kristal adalah kristal-kristal es yang terbentuk pada permukaan,
misalnya pada tanaman yang disebabkan oleh rendahnya suhu. Informasi tentang
kondisi curah hujan adalah salah satu unsur penting dan besar pengaruhnya
terhadap segala macam aktifitas kehidupan seperti: keselamatan masyarakat,
produksi pertanian, perkebunan, perikanan, penerbangan, public service,dan
sebagainya.

B.Tujuan
1. Melatih mahasiswa menyatukan berbagai anasir iklim guna menentukan tipe
iklim.
2. Melatih mahasiswa mengetahui hubungan tipe iklim dengan keadaan tanaman
setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Klasifikasi Iklim

Klasifikasi iklim adalah pengelompokan yang di dasarkan atas persamaan sifat


unsur-unsur iklim (Lakitan :1997). Unsur – unsur iklim yang terdiri dari suhu
udara, tekanan udara , kelembapan udara, dan curah hujan. Unsur -unsur iklim
yang menunjukkan pola keragaman yang jelas merupakan dasar utama dari
klasifikasi iklim yang dilakukan oleh pakar atau institusi yang relevan. Unsur iklim
yag sering dipakai tersebut adalah suhu dan curah hujan. Klasifikasi iklim umumnya
sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan penggunaanya, misalnya untuk
kegunaan di bidang pertanian, penerbangan, atau kelautan. Klasifikasi iklim yang
spesifik sesuai dengan kegunaannya ini tetap menggunakan data unsur iklim
sebagai landasannya, tetapi dengan hanya memilih data tentang unsur atau unsur -
unsur iklim yang relevan, yang secara langsung akan mempengaruhi aktivitas atau
obyek dalam bidang -bidang tersebut (Bayong,1999).

1.Klasifikasi Iklim Mohr

Klasifikasi iklim Mohr diusulkan oleh E.C Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi
Iklim ini menggunakan unsur iklim curah hujan .Klasifikasi iklim Mohr
didasarkan atas jumlah bulan basah dan bulan kering dalam setahun. Bulan basah
dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan dengan total curah hujan lebih dari
100 mm; bulan kering memiliki total curah hujan kumulatif kurang dari 60 mm.
Sedangkan antara bulan kering dan bulan basah terdapat bulan lembab yang
memiliki total curah hujan kumulatif antara 60 sampai dengan 100.

2.Klasifikasi Schmidt dan Ferguson

Schmidt Ferguson lebih baik digunakan untuk pertanian terutama daerah yang
didominasi lahan kering karena klasifikasi curah hujannya lebih rendah daripada
klasifikasi iklim Oldeman dan Mohr. Sistem klasifikasi Schmidt Ferguson sangat
terkenal di Indonesia dan banyak digunakan pada jenis tanaman tahunan. Schmidt
Ferguson (1951) menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata rata banyaknya
bulan kering (Md) dan rata rata banyaknya bulan basah (Mw) dalam satu tahun.
Klasifikasi ini tidak memasukkan unsur suhu karena menganggap amplitudo suhu
pada daerah tropika sangat kecil. Untuk menentukan bulan kering dan bulan basah
maka kategorinya adalah sebagai berikut:

1. Bulan Kering (BK) merupakan bulan dengan jumlah curah hujan < 60 mm.
2. Bulan Lembab(BL) merupakan bulan dengan jumlah curah hujan 60 – 100 mm.
3. Bulan Basah (BB) merupakan bulan dengan jumlah curah hujan > 100 mm.

3.Klasifikasi Oldeman

Klasifikasi iklim Oldeman juga menggunakan unsur curah h ujan sebagai dasar
klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di
Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan
atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi
ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia. Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan
palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena
sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan
dengan kebutuhan air tanaman. Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi
iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia
membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada
kriteria bulan - bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut -turut. Kriteria
dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan
lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang
hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman (Kamala,1999).

Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan
pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-
tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan - bulan basah dan bulan-
bulan kering secara berturut -turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan
pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK)
dengan batasan memperhatikan pel uang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air
tanaman. Pembagian tipe utama klasifikasi Oldeman berdasarkan jumlah bulan
basah berturut-turut ada 5 jenis tipe zona yaitu : A, B, C, D, dan E. Pembagian sub
tipe dari klasifikasi iklim oldeman dibagi berdasarkan jumlah bulan kering
berturut-turut ada 5 jenis subtipe zonayaitu, yaitu : zona 1, zona 2, zona 3, zona 4,
dan zona 5. Setiap zona memiliki karakteristik yang berbeda sehingga klasifikasi
iklim Oldeman disebut zona agroklimat (Kamala, 2015). Klasifikasi iklim
Oldeman cocok diterapkan dalam bidang pertanian karena klasifikasi ini dilakukan
berdasarkan jumlah kebutuhan air tanaman padi dan palawija (Dwiyono, 2009)
BAB III
METODOLOGI

1.Tempat dan Waktu

Praktikum klasifikasi iklim ini dilaksanakan di laboratorium BTU lantai 3


gedung Timur Politeknik LPP Yogyakarta pada hari Rabu, tanggal 06 Desember
2023 pukul 07.30 – 09.10 .

2.Langkah Kerja

Menentukan iklim suatu tempat melibatkan tiga klasifikasi berbeda, yaitu Mohr,
Oldeman, Smith dan Ferguson. Meskipun berbeda, ketiga klasifikasi ini
menggunakan data curah hujan bulanan sebagai dasar penentuan iklim. Yang
pertama menurut mohr, menyusun data yang sudah di dapat selama 10 tahun , lalu
menjumlahkan dan mencari rata rata data perbulan dan memberikan kesimpulan
apakah yang dari rata rata termasuk ke dalam BB (>100 mm), BK (<60 mm),dan
yang terakhir BL (60-100 mm), dan yang terakhir kita mengklasifikasikan data
tersebut. Yang kedua menurut Oldeman , pertama menyusun data yang sudah di
dapat selama 10 tahun , lalu menjumlahkan dan mencari rata rata data perbulan
dan memberikan kesimpulan apakah yang dari rata rata termasuk ke dalam BB
(>200 mm), BK (<100 mm),dan yang terakhir BL (100 - 200 mm), dan yang
terakhir kita mengklasifikasikan data tersebut. Dan yang teraakhir menurut
Schmidt dan Ferguson yang pertama itu menyusun data yang didapat selama 10
tahun. Lalu memberikan penempatan ke dalam BB (>100 mm), BK (<60 mm),
dan yang terakhir BL ( 60-100 mm) , selanjutnya menjumlahkan dan menentukan
rata rata jumlah dari BB, BK, dan BL lalu menetapkan data .
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Nama : Simpang Tiga Pku


Letak Lintang : 0 28’ LU
Ketinggian : 31 mdpl

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2011 654 358 278 377 193 0 0 0 3 36 377 310

2012 359 546 356 285 158 3 0 0 0 118 531 378

2013 463 448 314 320 193 174 98 15 5 248 294 390

2014 491 412 304 285 237 56 0 1 0 0 440 0

2015 182 463 370 53 49 35 16 1 168 217 324 274

2016 235 518 369 292 180 222 278 59 320 438 693 412

2017 455 430 436 372 184 62 28 1 191 274 328 372

2018 582 460 333 220 4 0 0 0 0 0 256 291

2019 457 337 560 413 22 0 1 1 0 0 164 390

2020 421 3261 389 149 113 42 0 0 58 106 221 267

Tabel 1.Curah Hujan Kabupaten Sleman (mm)


A.Tabel Klasifikasi Mohr

BB : CH > 100 mm
BL : CH 60 – 100 mm
BK : CH < 60 mm

Tabel 2. Sistem klarifikasi MOHR


BULA 201 201 201 201 201 201 201 201 201 202 Tota Rata Tipe
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l -rata bula
n
moh
r
JAN 654 539 463 491 182 235 455 582 457 421 4479 447,9 BB
FEB 358 546 448 412 463 518 430 460 337 326 4298 429,8 BB
MAR 278 356 314 304 370 569 436 333 560 389 3909 390,9 BB
APR 377 285 320 285 53 292 372 220 423 149 2766 276,6 BB
MEI 193 158 193 237 49 180 184 42 22 113 1371 137,1 BB
JUN 0 3 174 56 35 222 62 0 0 42 594 59,4 BK
JUL 0 0 98 0 16 278 28 0 1 0 421 42,1 BK
AGS 0 0 15 1 1 59 1 0 1 1 79 7,9 BK
SEP 3 0 5 0 168 320 191 0 0 58 745 74,5 BL
OKT 36 118 248 0 217 438 274 0 0 106 1437 143,7 BB
NOV 377 531 294 440 324 693 328 256 164 221 3628 362,8 BB
DES 310 378 390 0 274 412 372 291 390 267 3084 308,4 BB

Menurut data diatas, diperoleh:


BB :8
BL :1
BK :3
Golongan : Golongan 3

Menurut Klasifikasi mohr dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa daerah
Sleman yang diamati dengan cara klasifikasi mohr adalah termasuk ke golongan
3 yaitu daerah agak kering karena terdapat periode kering 3-4 bulan.
B.Tabel Klasifikasi Schmidt & Ferguson

BB : CH > 100 mm
BL : CH 60 – 100 mm
BK : CH < 60 mm

Tabel 3. Sistem Klasifikasi SCHMIDT & FERGUSSON


Bula 201 201 201 201 201 201 201 201 201 202 Tota Rata
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l - rata
JAN 654 539 463 491 182 235 455 582 457 421 447 447,
9 9
FEB 358 546 448 412 463 518 430 460 337 326 429 429,
8 8
MAR 278 356 314 304 370 569 436 333 560 389 390 390,
9 9
APR 377 285 320 285 53 292 372 220 423 149 276 276,
6 6
MEI 193 158 193 237 49 180 184 42 22 113 137 137,
1 1
JUN 0 3 174 56 35 222 62 0 0 42 594 59,4
JUL 0 0 98 0 16 278 28 0 1 0 421 42,1
AGS 0 0 15 1 1 59 1 0 1 1 79 7,9
SEP 3 0 5 0 168 320 191 0 0 58 745 74,5
OKT 36 118 248 0 217 438 274 0 0 106 143 143,
7 7
NOV 377 531 294 440 324 693 328 256 164 221 362 362,
8 8
DES 310 378 390 0 274 412 372 291 390 267 308 308,
4 4

BB 7 8 9 6 7 11 9 6 6 8 77 7,7
BL 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0,2
S&
BK 5 4 2 6 5 1 2 6 6 4 41 4,1
F

Menurut data diatas, diperoleh rata-rata:


BB : 7,7
BL : 0,2
BK : 4,1
Tipe Iklim : C (agak basah)

Menurut klasifikasi schmidt dan Ferguson daerah sleman yang diamati dengan
klasifikasi schmidt dan ferguson adalah daerah yang termasuk ke dalam tipe c
yaitu tipe iklim yang agak basah terdapat nilai perbandingan 53%
Rumus:
Rata-rata BK/ Rata-rata BB x 100%

=4,1/7,7 x 100%
=53%
3.Tabel Klasifikasi Oldeman

BB : CH > 200 mm
BL : CH 100-200 mm
BK : CH < 100 mm

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Oldeman


Bula 201 201 201 201 201 201 201 201 201 202 Tota Rata Tipe Bulan
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l - OLDEMA
rata N
JAN 654 539 463 491 182 235 455 582 457 421 447 447, BB
9 9
FEB 358 546 448 412 463 518 430 460 337 326 429 429, BB
8 8
MA 278 356 314 304 370 569 436 333 560 389 390 390, BB
R 9 9
APR 377 285 320 285 53 292 372 220 423 149 276 276, BB
6 6
MEI 193 158 193 237 49 180 184 42 22 113 137 137, BL
1 1
JUN 0 3 174 56 35 222 62 0 0 42 594 59,4 BK
JUL 0 0 98 0 16 278 28 0 1 0 421 42,1 BK
AGS 0 0 15 1 1 59 1 0 1 1 79 7,9 BK
SEP 3 0 5 0 168 320 191 0 0 58 745 74,5 BK
OKT 36 118 248 0 217 438 274 0 0 106 143 143, BL
7 7
NOV 377 531 294 440 324 693 328 256 164 221 362 362, BB
8 8
DES 310 378 390 0 274 412 372 291 390 267 308 308, BB
4 4

Menurut data diatas,


diperoleh:

BB :6
BL :2
BK :4
Tipe Iklim : C2

Menurut klasifikasi oldeman daerah sleman adalah daerah yang bertipe iklim C2
karena terdapat bulan basah (BB) nya ada 6 sementara di persyaratan klasifikasi
iklim oldeman 5-6 itu termasuk tipe iklim bulan basah. Tidak hanya bulan basah
tetapi daerah sleman juga termasuk ke dalam bulan kering karena Bknya terdapat
4 sementara 2-4 itu termasuk ke dalam tipe iklim bulan kering.

Gambar 1. Segitiga Oldeman


BAB V
PEMBAHASAN

Klasifikasi iklim merupakan identifikasi yang dilakukan untuk mencari perbedaan


dan menentukan iklim yang terjadi di suatu wilayah. Menurut (Sari, 2015)
klasifikasi iklim yang diterapkan di indonesia yaitu iklim Mohr, iklim Schmidt
Ferguson, dan iklim Oldeman. Iklim Mohr merupakan klasifikasi iklim yang
menggunakan data banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun.
Iklim Schmidt-Ferguson merupakan penentuan iklim dengan menggunakan
pembagian total bulan kering dibagi total bulan basah. Iklim Oldeman merupakan
klasifikasi iklim yang berdasarkan jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering
berturut-turut.

Dalam hal pertumbuhan tanaman perkebunan, penentuan iklim menurut Mohr


sangat berguna, karena memerlukan pemahaman yang mendalam tentang pola
curah hujan dan kekeringan. Klasifikasi bulan menjadi basah, kering, dan lembab
yang dibuat oleh Mohr memberikan gambaran yang berguna tentang tanaman
perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, teh, dan kakao yang tumbuh subur di
wilayah dengan kondisi iklim khusus. Misalnya, kelapa sawit tumbuh dengan baik
di iklim tropis.

Tipe Iklim Menurut Mohr


• Bulan Basah (BB) : bulan dengan CH > 100 mm
• Bulan Lembab (BL) : bulan dengan CH 60-100 mm
• Bulan Kering (BK) : bulan dengan CH < 60 mm

SISTEM KLASIFIKASI IKLIM MOHR


Golongan 1 : Daerah basah, CH melebihi penguapan selama 12 bulan, hampir
tanpa periode kering (BL antara 1-6)
Golongan 2 : Daerah agak basah, Terdapat 2 BL, 9-10 BB, 1 BK
Golongan 3 : Daerah agak kering, Periode kering 3-4 bulan (BK 3-4 )
Golongan 4 : Daerah kering, Periode kering hingga 6 bulan (BK 5-6 )

Golongan 5 : Daerah sangat kering, Periode kering sangat Panjang (BK > 6)

Untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti teh, kopi, cokelat, dan beberapa
buah tropis, penentuan iklim menurut Schmidt & Ferguson sangat penting,
terutama bagi tanaman yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
musiman. Pandangan yang lebih mendalam tentang bagaimana tanaman ini
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan diberikan oleh pendekatan Schmidt &
Ferguson, yang memperhitungkan kekeringan relatif, distribusi curah hujan, dan
kemungkinan penguapan.

Tabel Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson


Menurut Oldeman, penentuan iklim sangat penting untuk pertumbuhan berbagai
tanaman perkebunan, terutama untuk tanaman yang sensitif terhadap kondisi tanah
dan geologi tertentu. Tanaman seperti anggur, zaitun, jeruk, dan berbagai tanaman
buah lainnya, serta tanaman dengan nilai ekonomi tinggi seperti karet, kopi, dan
kelapa sawit, dapat sangat dipengaruhi oleh karakteristik tanah dan geologi di
sekitarnya.

Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman.


BAB VI
KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan dari menyatukan berbagai unsur iklim untuk


menentukan 3 tipe klasifikasi iklim yaitu klasifikasi mohr, klasifikasi schmidt dan
ferguson , dan oldeman dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang iklim di suatu daerah setiap klasifikasi memiliki kriteriaa yang berbeda
beda dan dengan menggabungkannya,kita dapat memperoleh gambaran yang lebih
lengkap tentang karakteristik iklim dan dampaknya terhadap keadaan tanaman
setempat.

Mengetahui hubungan antara tipe iklim dengan keadaan tanaman setempat sangat
penting dalam memahami ekosistem dan mempertahankan keseimbangan
lingkungan. Karena setiap tanaman pasti memiliki sifat adaptasi pada beberapa
tipe iklim, atau penggolongan iklim itu sangat berpengaruh untuk dapat
mengetahui tanaman yang cocok untuk tumbuh di suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Bayong, 1999, Klimatologi Umum, Bandung, ITB.

Dwiyono, H. (2009). Meteorologi Klimatologi. Universitas Negeri Malang.

Dewi, Nur Kusuma. 2005. The Climate Suitability For Plant’s Growth. Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Semarang

Kamala, R., Y. Priyana, & A. A. Sigit. 2015.Analisis Agihan Iklim Klasifikasi


OldemanbMenggunakan Sistem Informasi Geogafis di Kabupaten Cilacap. Jurnal
Publikasi Ilmiah. Fakultas Geografi. UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

Lakitan, B. (2002). Dasar-dasar klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai