Anda di halaman 1dari 186

PRODUKSI

TANAMAN KELAPA
(Cocos nucifera L.)

Gun Mardiatmoko
Mira Ariyanti

BADAN PENERBIT FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITASPATTIMURA
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L. ) telah banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Meskipun demikian belum banyak masyarakat yang
mengetahui seluk beluk pertumbuhan kelapa, teknik budidaya, kegunaan
sampai dengan proses pengolahan hasil kelapa tersebut.
Buku berjudul Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) ini
membahas tentang daerah asal tanaman dan perkembangan kelapa di
Indonesia, pengenalan tanaman kelapa yang terbagi menjadi klasifikasi
botani dan morfologi tanaman kelapa, varietas kelapa, dan syarat
tumbuh kelapa; pengadaan bibit tanaman kelapa, uraian tentang teknik
budidaya tanaman kelapa yang mencakup persiapan lahan, penanaman
tanaman penutup tanah, jarak tanam, lubang tanam, penanaman,
pemeliharaan, penggunaan beberapa pola tanaman dalam pemanfaatan
tanah di bawah tanaman kelapa, hama dan penyakit yang menyerang
tanaman kelapa serta panen dan pengolahan hasil panen.
Dengan demikian buku ini sangat cocok digunakan oleh para
usahawan yang bergerak di bidang agribisnis perkelapaan maupun petani
kelapa serta kalangan perguruan tinggi (tingkat D-3, S-1), peserta
diklat/ training serta umum.
Produksi Tanaman Kelapa
(Cocos nucifera L.)

GUN MARDIATMOKO
MIRA ARIYANTI

______________________________________________
Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)

Oleh: Gun Mardiatmoko dan Mira Ariyanti

Penyunting: Ronny Loppies

Buku ini didedikasikan untuk penyebarluasan dan


pengembangan pengetahuan tentang budidaya tanaman
kelapa, panen dan pengolahan hasil panen kelapa.
Pengguna buku ini dan berbagai pihak yang berminat turut
menyebarluaskan pengetahuan kelapa ini dapat mengutip
dan memperbanyak sebagian isi buku dengan mengajukan
ijin tertulis kepada penulis.

ISBN : 978-602-8403-24-5

Diterbitkan oleh:

Dicetak oleh ATA JAYA - Ambon


Isi di luar tanggung jawab percetakan
KATA PENGANTAR

Tanaman kelapa yang nama latinnya Cocos nucifera L. atau dalam Bahasa Inggris
disebut dengan coconut palm, coco palm atau coconut tree sudah cukup dikenal oleh
masyarakat luas. Meskipun demikian belum banyak masyarakat yang mengetahui seluk
beluk pertumbuhan kelapa, teknik budidaya sampai dengan proses pengolahan hasil
kelapa tersebut.
Buku berjudul: Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) ini membahas
mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada produksi tanaman kelapa. Buku ini
berisikan 6 (enam) bab yaitu: Bab I membahas daerah asal tanaman dan perkembangan
kelapa di Indonesia, Bab II membahas pengenalan tanaman kelapa yang terbagi menjadi
klasifikasi botani dan morfologi tanaman kelapa, varietas kelapa, dan syarat tumbuh
kelapa, Bab III mengenai pengadaan bibit tanaman kelapa yang membahas mengenai
bahan tanaman kelapa dan pembibitannya, Bab IV menguraikan teknik budidaya
tanaman kelapa yang mencakup persiapan lahan, penanaman tanaman penutup tanah,
jarak tanam, lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, penggunaan beberapa pola
tanaman dalam pemanfaatan tanah di bawah tanaman kelapa menghasilkan dan
pemeliharaan hewan ternak di bawah tanaman kelapa, Bab V mengenai hama dan
penyakit yang menyerang tanaman kelapa serta Bab VI yang membahas tentang panen
dan pengolahan hasil panen yang mencakup panen, menyimpan buah kelapa, dan
pengolahan kelapa.
Pohon kelapa dijuluki sebagai “The tree of life” yang berarti pohon kehidupan
karena merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia dimana hampir
semua bagian tubuhnya (akar, batang, daun, bunga dan buah) memiliki kegunaan
tertentu. Melihat banyaknya kegunaan kelapa tersebut, maka melalui penerbitan buku
ini diharapkan dapat memacu serta mendorong berbagi pihak yang berkepentingan
dalam usaha pengembangan di bidang agribisnis perkelapaan maupun petani kelapa
serta insan pendidikan menengah dan tinggi. Buku ini sangat layak untuk dibaca oleh

1
para pengembang agribisnis, kalangan perguruan tinggi (tingkat D-3, S-1), peserta
diklat/training serta umum. Selamat membaca.

Tim Penulis:
Gun Mardiatmoko dan Mira Ariyanti

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR 4
Bab I ASAL TANAMAN KELAPA 6
A Daerah Asal Tanaman Kelapa....................................................... 6
B. Perkembangan Kelapa di Indonesia ............................................. 8
C. Simpulan ...................................................................................... 15
Bab II PENGENALAN TANAMAN KELAPA 17
A Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa ............................................... 17
B Morfologi Tanaman Kelapa ........................................................... 17
C Varietas Kelapa.............................................................................. 29
D Syarat Tumbuh Kelapa.................................................................. 45
E Simpulan ...................................................................................... 52
Bab III PENGADAAN BIBIT KELAPA 54
A Bahan Tanaman ........................................................................... 54
B Pembibitan ................................................................................... 59
C Simpulan ....................................................................................... 78
Bab IV TEKNIK BUDIDAYA KELAPA 79
A Persiapan lahan ............................................................................. 79
B Penanaman Tanaman Penutup Tanah .......................................... 80
C Jarak Tanam .................................................................................. 81
D Lubang Tanam .............................................................................. 84
E Penanaman ................................................................................... 85
F Pemeliharaan ................................................................................ 88
G Simpulan ....................................................................................... 108
Bab V HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA 111
A Hama Tanaman Kelapa ................................................................. 111
B Penyakit Tanaman Kelapa ............................................................. 133
C Simpulan ....................................................................................... 137
Bab VI PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PANEN 139
A Panen ............................................................................................. 139
B Menyimpan Buah Kelapa ............................................................... 142
C Pengolahan .................................................................................... 143
D Simpulan ........................................................................................ 174

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 176


GLOSARIUM ............................................................................................ 177

3
DAFTAR TABEL

1.1. Perkembangan Ekspor Kopra Indonesia Sebelum Perang Dunia II …………… 9


1.2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Tahun 2002-2003 .................... 12
2.1. Beberapa Kemungkinan Hibridisasi untuk Mendapatkan Kelapa Hibrida … 37
2.2. Hasil Kopra (kg/ha) dari Kelapa Hibrida Dibandingkan dengan Kelapa
Dalam ........................................................................................................... 37
2.3. Kriteria Kesesuaian Iklim untuk Pengembangan Kelapa .............................. 46
2.4. Sifat Kimia Tanah yang Optimum untuk Kelapa ........................................... 52
3.1. Contoh Perhitungan Mencari Nilai Koefisien Keragaman Karakter Buah .... 56
3.2. Jarak Tanam Bibit di Pesemaian Bibit........................................................... 70
3.3. Dosis Pemupukan Bibit ................................................................................ 76
4.1. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Jenisnya ................................................. 82
4.2. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Sistem Jarak Tanam ............................... 83
4.3. Sifat-Sifat Tanaman Penutup Tanah ............................................................. 94
4.4. Unsur Hara yang Terangkut oleh Bagian-Bagian Tanaman Kelapa (Kg/ha).. 96
4.5. Batas Kritis Unsur Hara pada Daun Kelapa dari Hasil Penelitian Beberapa
Ahli ............................................................................................................... 97
4.6. Nomor Daun yang Diambil Sebagai Contoh Daun ....................................... 98
4.7. Jenis dan Dosis Pemupukan pada Tanaman Kelapa .................................... 99
6.1. Susunan Kimia Buah Kelapa Segar ............................................................... 143
6.2. Ketentuan-Ketentuan Mengenai Macam-Macam Kualitas Kopra ............... 152
6.3. Komposisi Nira Kelapa Segar ........................................................................ 167

DAFTAR GAMBAR

1.1. Bagian Tanaman Kelapa dan Berbagai Alternatif Pengolahan dan


Pemanfaatannya ........................................................................................ 14
2.1. Morfologi Semai Kelapa ............................................................................ 18
2.2. Morfologi Kelapa Tanaman Menghasilkan (TM) ....................................... 18
2.3. Anatomi Akar Kelapa ................................................................................. 19
2.4. Anatomi Batang Kelapa ............................................................................. 21
2.5. Anatomi Daun Kelapa ................................................................................ 23
2.6. Anatomi Bunga Kelapa .............................................................................. 24
2.7. Anatomi Buah Kelapa ................................................................................ 29
2.8. Varietas Kelapa .......................................................................................... 31
2.9. Emaskulasi Bunga dan Assisted Pollination ............................................... 36
2.10. Perakitan Pohon Kelapa Kopyor ................................................................ 42
3.1. Contoh Buah Kelapa yang Dapat Dijadikan Benih .................................... 58
3.2. Posisi Buah di Pesemaian Perkecambahan ............................................... 60

4
3.3. Pesemaian Perkecambahan ...................................................................... 60
3.4. Bedengan untuk Pesemaian Perkecanbahan ............................................ 62
3.5. Pembuatan Bedengan pada Tanah Ringan dan Berat .............................. 63
3.6. Penyayatan Sabut pada Buah Kelapa ........................................................ 63
3.7. Pesemaian Perkecambahan Dilihat dari Samping dan Atas...................... 63
3.8. Pelaksanaan Pesemaian Perkecambahan dengan Polybag ...................... 66
3.9. Mulching pada Pesemaian ......................................................................... 68
3.10. Bedengan Pembibitan ............................................................................... 69
3.11. Jarak Tanam Bibit dalam Bedengan .......................................................... 70
3.12. Jarak Tanam Bibit Polybag dan Kitri yang Pertumbuhannya Baik ............. 72
3.13. Pesemaian Bibit dalam Polybag ................................................................. 73
3.14. Kitri Dalam Polybag ................................................................................... 73
4.1. Tanaman Penutup Tanah .......................................................................... 81
4.2. Lahan Penanaman Kelapa yang Ideal ........................................................ 82
4.3. Cara Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam ........................................ 85
4.4. Menanam Bibit Polybag ............................................................................ 87
4.5. Cara Mengambil Daun Kelapa untuk Analisis Daun ................................. 98
4.6. Cara Pemberian Pupuk pada Tanaman Kelapa .......................................... 101
5.1. Beberapa Hama yang Menyerang Tanaman Kelapa ................................. 132
5.2. Penyakit Fisiologis Akibat Kekurangan Unsur Hara dan Kekeringan ......... 134
5.3. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium ................................................. 137
6.1. Alat untuk Mengupas Sabut ...................................................................... 145
6.2. Cara Menyusun Belahan-Belahan Kelapa Diatas Alas Penggarangan ....... 147
6.3. Penampang Melintang Rumah Asapyang Banyak Dipakai dan Rumah
Pengeringan Kopra Bentuk “Comoro”. Salah Satu Bentuk Rumah
Pengeringan yang Menggunakan Panas Buatan ....................................... 148
6.4. Kopra yang Rusak Karena Serangan Bakteri ............................................. 151
6.5. Tahapan-Tahapan Proses Pembuatan Minyak Kelapa Secara Pemanasan
dan Peragian .............................................................................................. 155
6.6. Tahapan-Tahapan Pembuatan Nata De Coco ............................................ 159
6.7. Arang Tempurung ...................................................................................... 161
6.8. Desiccated Coconut ................................................................................... 163
6.9. Serat Sabut Kelapa ..................................................................................... 163
6.10. Bambu-Bambu Penampung Nira ............................................................... 166
6.11. Kegiatan Pembuatan Gula Merah ............................................................. 170
6.12. Aneka Dekorasi dari Bagian Tanaman Kelapa .......................................... 172
6.13. Pembakaran Buah Kelapa Muda ............................................................... 173

5
BAB I
ASAL TANAMAN KELAPA
A. Daerah Asal Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa telah ada sejak zaman prasejarah. Tanaman kelapa telah
dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di daerah tropis.
Ada tiga kategori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa
yaitu :
1. Teori pertama memperkirakan bahwa tanaman kelapa adalah salah satu
anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika. Beberapa ahli seperti
D.F. Cook, van Martius Beccari dan Thor Hejerdahl mengemukakan bahwa
daerah asal tanaman kelapa adalah lembah-lembah Andes di Colombia,
Amerika Selatan. Alasan yang diajukan oleh kelompok ahli di atas adalah (1)
beberapa spesies genus cocos, hanya ditemukan di Amerika Selatan yang tidak
mempunyai hubungan erat dengan kelapa yang terdapat di Asia (2)
ditemukannya kelapa di Amerika telah dicatat lebih dulu dalam sejarah.
2. Teori kedua beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan
Amerika Tengah, dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan
menyebar ke pulau-pulau Samudra Pasifik.
3. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah suatu kawasan di
Asia Selatan, atau mungkin Pasifik Barat. Para ahli yang menyatakan demikian
adalah Berry, Werth, Mearill, Mayurathan, Lepesma, dan Purseglove. Alasan
yang dikemukakan adalah (1) ditemukannya fosil spesies genus cocos di
Pleiocene-North Auckland Selandia Baru (2) di Asia lebih banyak ditemui
varietas kelapa dibanding di Amerika (3) ditemukannya binatang-binatang yang
makanan utamanya kelapa, seperti ketam dan lain sebagainya. Berlawanan
dengan teori kedua, menurut teori ketiga ini dari kawasan terakhir itulah
kelapa meyebar ke pantai-pantai berat benua Amerika, terutama pada daerah
tropis.

6
Ketiga teori tersebut mempunyai argumentasi akan kemungkinan
kebenarannya, tetapi tidak seluruh dapat diterima.
Dengan mengamati pembudidayaan tanaman ini di daerah-daerah
berperadaban tertua di dunia, dimana di Filipina dan Sri Lanka telah dikenal sejak
300 tahun sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang
lalu, maka diperkirakan bahwa kelapa pasti berasal daerah tropis sekitarnya.
Pada akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal dari
kawasan yang sekarang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah,
baik melalui arus laut maupun perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-
daerah lain.
Mengenai nama “cocos” mungkin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata”gaucos indi”, yang berarti “biji dari Indonesia”; mungkin dari kata”coquos”
yaitu nama kelapa dalam bahasa Arab asli; atau mungkin pula dari kata”macaco”,
bahasa Portugis yang berarti kera, sebab apabila kita perhatikan biji kelapa
besarnya sebesar kepala kera, dua mata tempat kecambah keluar tak ubahnya
seperti sepasang mata, dan lubang ketiga seperti hidungnya.
Menurut Filippone (2007) nama “coconut” pertama kali muncul di
publikasi Inggris pada tahun 1555, dimana kata “coco” berasal dari Negara Spanyol
dan Portugis yang berarti “wajah kera”. Kedua negara tersebut mengadakan
penyelidikan dan menemukan persamaan atau kemiripan wajah kera pada tiga
tanda lekukan atau “mata” pada sekeliling dasar buah kelapa tersebut. Di
kepulauan Nicobar, Samudra Hindia, keseluruhan kelapa telah digunakan sebagai
mata uang pembelian barang sampai awal abad ke duapuluh. Selain itu, kelapa
juga disebut di Sanskrit dengan “kalpa vriksha”, yang berarti "pohon yang
memberikan semua yang dibutuhkan untuk kehidupan”, karena hampir semua
bagian pohon dapat digunakan pada berbagai cara. Ia juga menegaskan bahwa
kelapa itu berasal dari Malaysia, Polinesia dan Asia Selatan, dan selanjutnya

7
berkembang dan tumbuh subur di Amerika Selatan, India, Kepulauan Pasifik,
Hawai serta Florida. Buah kelapa yang ringan dengan kulit luar berserabut sangat
mudah dihanyutkan ke lautan lepas dan tersebar menuju berbagai wilayah untuk
berkembang biak.
B. Perkembangan Kelapa di Indonesia
Di Indonesia, tanaman kelapa mempunyai arti yang sangat penting baik
dilihat dari aspek ekonomi maupun aspek sosial budaya. Bahkan karena semua
bagian tanaman kelapa mempunyai nilai ekonomi, maka tidak mengherankan
bahwa julukan yang diberikan bagi pohon kelapa ini sangat hebat yaitu sebagai “
The tree of life” yang berarti pohon kehidupan (Branton & Blake, 1983). Kelapa
merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi manusia, semua bagian
tubuhnya memiliki kegunaan tertentu (Purseglove, 1981). Batangnya dapat dipakai
sebagai sumber material bangunan seperti tiang, konstruksi jembatan, furniture
dll. sedang daun mudanya untuk janur yang banyak dipakai dalam dekorasi
pernikahan, upacara adat, pembungkus makanan tradisional sedang tulang
daunnya untuk sapu lidi. Daging buahnya merupakan bahan untuk minyak nabati,
tempurungnya dahulu dipakai sebagai cawan, bahan bakar ataupun bahan
kerajinan dan serabutnya dapat dimanfaatkan untuk keset, atau tali-tambang. Di
samping itu, air buahnya (air kelapa) banyak digemari sebagai minuman segar dan
niranya selain diminum langsung juga dapat dijadikan gula yang dikenal dengan
nama gula kelapa atau gula palem. Itulah sebabnya tanaman ini sejak ratusan
tahun dikenal di seluruh kepulauan Nusantara.
Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman dahulu adalah minyak
kelapa, yang sejak abad ke-17 telah dimasukkan ke Eropa dari Asia. Perdagangan
minyak kelapa antara Ceylon (Sri Lanka) dan Inggris, begitu pula antara Indonesia
dan Belanda, dimulai sejak berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie).
Karena perdagangan minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka modal asing

8
di Indonesia terutama Belanda, mulai menaruh minat terhadap kemungkinan
memperkebunkan kelapa.
Pada tahun 1886, perusahaan Belanda membuka perkebunan kelapa, yaitu
Moluksche Handelsvereniging di pulau Tallise dan Kikabohutan. Akan tetapi
kemudian ternyata, bahwa modal asing tersebut lebih cenderung hanya
memperdagangkan hasil-hasil kelapa saja, terutama kopra hasil kebun kelapa
penduduk, atau terlebih dahulu dijadikan minyak baru kemudian diekspor.
Daerah Minahasa sejak 1880 telah menghasilkan kopra yang diekspor ke
Eropa. Hasil tersebut berasar dari perkebunan rakyat, yang menjadi bertambah
luas lagi semenjak ditemukan cara membuat mentega (margarine) dengan bahan
baku minyak tumbuh-tumbuhan.
Kemajuan ekspor kopra dari Indonesia sebelum Perang Dunia II dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 . Perkembangan Ekspor Kopra Indonesia Sebelum Perang Dunia II

Tahun Jumlah ekspor Jumlah harga penjual


(ton) (x 1000 gulden)
1883 - 36,5
1890 - 2.000,0
1900 94.000 10.000,0
1910 250.000 43.000,0
1920 300.000 160.000,0
1928 500.000 82.000,0
1938 600.000 44.000,0

Adapun posisi Indonesia sebagai produsen kelapa yang secara tradisional


mengekspor kopra, minyak dan bungkil, dewasa ini mengalami kemunduran.
Menurut penelitian, produksi kelapa di Indonesia hanya mencapai 0,624
ton/ha/tahun ekuivalen kopra.
Produksi kopra Indonesia pada tahun 1970-an berkisar antara 1.315.000 s.d.
1.520.000 ton, pada tahun 1980-an antara 1.710.000 s.d. 1.800.000 ton, pada
9
tahun 1990-an makin meningkat yaitu berkisar antara 1.850.000 s.d. 1.970.000 ton
dan mulai tahun 2000 produksi kopra di atas 2.550.000 ton
Dewasa ini Negara-negara produsen kelapa yang utama terdapat di Asia,
Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Barat dan Timur serta” Hindia Barat” (West
Indies). Luas areal keseluruhan ditaksir sekitar 9 juta hektar, dengan produksi
tahunan sekitar 33,7 juta buah. Asia dan Oceania menghasilkan 90% dari produksi
kelapa dunia.
Tingkat konsumsi di dalam negeri tahun ke tahun tarus meningkat dengan
laju 4,5% per tahun, sedang di lain pihak laju peningkatan produksi hanya
mencapai 3,37% per tahun, sehingga terjadilah ketidak seimbangan.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditempuh jalan keluar yang sifatnya
menyeluruh dan terpadu, sebagai usaha mengatasi masalah produksi dalam jangka
pendek, minimal untuk dapat memenuhi konsumsi di dalam negeri.
Untuk meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi konsumsi dalam
negeri maupun untuk tujuan ekspor telah dilakukan melalui usaha peremajaan,
ekstensifikasi dan intensifikasi. Intensifikasi pada tanaman kelapa dilakukan
melalaui penerapan teknologi seperti (1) pemakaian pupuk yang tepat (2)
perbaikan pengolahan tanah (3) pengendalian hama dan penyakit (4) pengairan (5)
perbaikan cara pemetikan hasil.
Agar usaha pemerintah diatas dapat segera berhasil, maka harus
dilaksanakan dengan memperhatikan kendalam waktu. Karenanya harus
diperhitungkan skala prioritas, yaitu berupa lokasi dan varietas, dengan strategi:
a. Pengembangan kelapa di Pulau Jawa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
kelapa segar (kelapa sayur dan kelapa muda) dan jika ada kelebihan untuk
kopra. Adapun di luar Pulau Jawa perkembangan produksi diarahkan untuk
kopra.
b. Pengembangan produksi terutama diarahkan kepada daerah-daerah
penghasil utama kelapa.

10
c. Kelapa yang dikembangkan terutama kelapa Hibrida, kelapa Genjah untuk
melengkapi kebutuhan kelapa segar dan kelapa Dalam untuk menunjang
kekurangan bibit.
Adapun hal-hal yang menjadi sebab kemunduran produksi dalam negeri
adalah :
1) rata-rata tanaman melewati umur produktif (60 tahun keatas) bahkan
sebagian telah mencapai tingkat ”senile”. Yang seharusnya telah diremajakan
meliputi luas kurang lebih 440.0000 hektar
2) perlakuan budidaya sangat minim, baik pemeliharaan, pemupukan, maupun
pemecahan dan pemberantasan hama dan penyakit.
3) adanya serangan hama/penyakit yang tidak berkesudahan, walaupun usaha
pemberantasannya telah dilaksanakan cukup intensif, dengan mendapat
bantuan dari pemerintah.
Kemudian yang terjadi ini harus segera diatasi, mengingat hampir seluruh
pertanaman kelapa adalah tanaman milik rakyat/petani, yang posisi ekonominya
lemah. Usaha-usaha rehabilitasi pertanaman perlu mendapat bantuan yang
berwenang.
Untuk berhasilnya pelaksanaan peremajaan dan intensifikasi sambil terus
melaksanakan ekstensifikasi, diperlukan paket teknologi yang memadai, berupa :
 penyediaan benih/bibit unggul;
 penerapan teknis budidaya, pola peremajaan dan pertanaman yang baik;
 tersedianya sarana produksi yang mencukupi;
 penggunaan teknik pemecahan/pemberantasan hama/penyakit yang sesuai;
 penyempurnaan teknik pengolahan baik kopra maupun limbahnya yang
efektif dan ekonomis.
Selain itu perlu pula disadari oleh data informasi sosio-agro-ekonomi yang
lugas, dimana pada saat ini hal tersebut masih merupakan faktor penghambat bagi
tercapainya peningkatan produksi dan kualitas hasil pertanian pada umumnya.

11
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, dapat diketahui bahwa luas areal
kelapa dan produksinya pada tahun 1998 adalah 3.705.974 ha dengan produksi
2.778.127 ton, tahun 1999 adalah 3.712.071 ha dengan produksi 2.789.212 ton,
tahun 2000 seluas 3.707.026 ha dengan produksi 2.778.150 ton, tahun 2001 seluas
3.739.451 ha dengan produksi 3.012.511 ton. Dua tahun berikutnya yaitu pada
tahun 2002-2003 mulai ada peningkatan luas areal kelapa dan produksinya seperti
disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia
Tahun 2002-2003

No Propinsi Tahun 2002 Tahun 2003


Luas Produksi Luas Produksi
(ha) (ton) (ha) (ton)
1. Riau 569.970 444.797 570.020 467.038
2. Jambi 128.079 122.327 128.029 128.443
3. Jawa Tengah 286.539 216.470 286.589 227.265
4. Jawa Timur 286.130 258.162 286.18 270.976
5. Sulawesi Utara 271.227 279.011 271.277 292.580
6. Sulawesi Tengah 178.331 185.323 178.381 194.504
7. Jawa Barat 171.622 93.175 171.672 97.799
8. Kalimantan Barat 92.566 44.036 92.616 46.238
9. Nusa Tenggara 163.993 55.503 164.043 58268
10. Timur 162.021 166.869 162.071 175.212
11. Maluku Utara 1.423.579 1.102.711 1.420.687 1.140.216
Lainnya (20 prop.)
Total 3.734.057 2.968.384 3.731.565 3.098.539

Sumber: Deptan, Ditjen BP Perkebunan, 2004


Luas areal kelapa maupun produksi tersebut merupakan jumlah total dari
ketiga tipe pengusahaannya, yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara
(PBN), maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Perkembangan perkelapaan di Indonesia akhir-akhir ini cukup
menggembirakan, terutama dengan dilaksanakannya program perluasan,
peremajaan dan rehabilitasi pertanaman. Pendekatan berupa pengembangan

12
kelapa rakyat melalui proyek-proyek PRPTE (Proyek Peremajaan, Rehabilitasi dan
Perluasan Tanaman Ekspor), yang diharapkan akan membawa hasil yang baik.
Demikian pula program perluasan tanaman melalui PIR (Perkebunan Inti Rakyat)
yang dilaksanakan oleh PT Perkebunan dan proyek-proyek pengembangan kelapa
rakyat (SCDP).
Industri pengolahan kelapa dalam negeri pada saat ini masih didominasi
oleh produk setengah jadi berupa kopra dan Coconut Crude Oil (CCO). Seiring
dengan makin berkembangnya teknologi pengolahan kelapa yang memungkinkan
dihasilkannya produk olahan kelapa yang semakin banyak ragamnya maka selain
pelaksanaan program peremajaan dan perluasan tanaman kelapa perlu juga
pengembangan alternatif pengolahan produk kelapa seperti Virgin Coconut Oil
(VCO), Oleochemical (OC), Desiccated Coconut (DC), Coconut Milk (CM), Coconut
Cream (CC), Coconut Charcoal ( CCL), Coconut Fiber (CF) dll. Harga penjualan
olahan kelapa tersebut bisa mencapai 5-10 kali lipat daripada hanya penjualan
dalam bentuk kopra. Dewasa ini kelapa ternyata juga dapat digunakan sebagai
sumber pembuatan biofuel, energi bahan bakar yng ramah lingkungan. Bagian-
bagian tanaman kelapa yang dapat diolah baik dengan industri canggih maupun
tepat guna dan secara tradisional dapat dilihat pada Gambar 1.1.

13
 Nata de Coco
Buah  Vinegar
 Kecap
 Minuman
Air
Concen-  VCO
DC trat  Skim
milk
Paru Cocomix
t Skim
Coco
milk
shake
Semi VCO

Kulit
Coco cake
Daging
Kopra  Minyak goreng
CCO  Oleokimia

Biofuel Bungkil Pakan ternak

Tempurung Briket

 Berkaret
Karbon aktif
 Geotextile

Serat
Sabut

Cocopeat
 Furniture
Batang Kayu  Bangunan

Daun Produk estetika: dekorasi tradisional, asesori ritual adat,


dan Lidi serta pembungkus makanan tradisional

Gambar 1.1. Bagian Tanaman Kelapa, Pengolahan dan Pemanfaatannya 14


C. Simpulan
1. Tanaman kelapa telah ada sejak zaman prasejarah. Tanaman kelapa tersebut
telah dikenal dalam peradaban manusia, dan diketahui tumbuh di daerah
tropis.
2. Sedikitnya ada tiga kategori yang menyatakan tentang daerah asal tanaman
kelapa yaitu teori pertama yang memperkirakan bahwa tanaman kelapa adalah
salah satu anggota genus Cocos seperti yang tumbuh di Amerika, teori kedua
yang beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika
Tengah, dan teori ketiga yang menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah
suatu kawasan di Asia Selatan (termasuk Indonesia), atau Pasifik Barat.
3. Penyebaran tumbuhan kelapa sangat luas karena buah kelapa ringan dengan
kulit luar berserabut yang mudah dihanyutkan ke lautan lepas dan tersebar
menuju berbagai wilayah untuk berkembang biak.
4. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa dapat memberikan manfaat dan
mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi bagi kebutuhan manusia sehingga
mendapat julukan sebagai “The tree of life” yang berarti pohon kehidupan.
5. Perdagangan minyak kelapa antara Indonesia dan Belanda, dimulai sejak
berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Karena perdagangan
minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka modal asing di Indonesia
terutama Belanda, mulai menaruh minat untuk membangun suatu perkebunan
kelapa yaitu Moluksche Handelsvereniging di pulau Tallise dan Kikabohutan
pada tahun 1886.
6. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun
maka tingkat konsumsi kelapa di dalam negeri dari tahun ke tahun juga terus
meningkat dengan laju 4,5% per tahun, sedang di lain pihak laju peningkatan
produksi hanya mencapai 3,37% per tahun yang menimbulkan ketidak
seimbangan antara permintaan dan penawaran kelapa. Hal ini oleh Pemerintah

15
diatasi dengan pelaksanaan berbagai tindakan berupa usaha peremajaan,
ekstensifikasi dan intensifikasi kelapa di tanah air.
7. Industri pengolahan kelapa dalam negeri pada saat ini masih didominasi oleh
produk setengah jadi berupa kopra dan Coconut Crude Oil (CCO) yang nilai
jualnya masih rendah. Seiring dengan makin berkembangnya teknologi
pengolahan kelapa yang dapat menghasilkan berbagai alternatif produk olahan
kelapa maka Pemerintah juga mengupayakan agar kelapa dalam negeri diolah
dulu sebelum diekspor sehingga mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi yaitu
dalam bentuk: Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut
(DC), Coconut Milk (CM), Coconut Cream (CC), Coconut Charcoal ( CCL), Coconut
Fiber (CF) dll. Kelapa juga dimanfaatkan sebagai biofuel, bahan bakar yang
ramah lingkungan.

16
BAB II
PENGENALAN TANAMAN KELAPA
Kelapa merupakan tanaman tahunan, memiliki batang yang keras dan pada
umumnya tidak bercabang (monopodial) dan berakar serabut. Pertumbuhan kelapa
biasanya tegak namun pada daerah tepian pantai, sempadan sungai batangnya tumbuh
melengkung ke arah matahari. Dalam Bahasa Inggris, kelapa dikenal dengan sebutan
coconut palm, coco palm atau coconut tree. Dalam tata nama tumbuhan (taksonomi),
tumbuhan kelapa diberi nama Cocos nucifera yang secara lengkap pengklasifikasiannya
mulai dari tingkat kingdom s.d. species sbb:

A. Klasifikasi Botani Tanaman Kelapa


Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, kelapa digolongkan sebagai:
Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera, Linneaeus

B. Morfologi Tanaman Kelapa


Tanaman kelapa terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah.

17
Keterangan:

Morfologi semai (seedling) kelapa


terdiri dari: daun, batang muda dan
akar.

Gambar 2.1. Morfologi Semai Kelapa

Keterangan:

Morfologi kelapa tanaman


menghasilkan (TM) terdiri dari: akar,
batang, daun, bunga dan buah

Gambar 2.2 Morfologi Kelapa Tanaman Menghasilkan (TM)


a. Akar
Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000 – 4000 helai
tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman. Bagian dasar
dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian dalam tanah
menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini disebut “bole”

18
atau “root bulb”. Dari bulb ini keluar akar primer yang berbentuk bulat dan
memanjang. Akar primer ini sebagian tumbuh mendatar dekat permukaan
tanah, kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter dan sebagian lainnya
tumbuh ke dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus
lapisan yang keras. Demikian pula kalau ujung akar sampai pada permukaan air
tanah, bagian ujung berhenti memanjang. Akar mula-mula berwarna putih
kemudian merah coklat bila sudah tua. Akar primer berukuran tebal rata-rata 1
cm.
Dari akar primer keluar akar sekunder dan selanjutnya muncul lagi akar tersier
yang fungsinya benar-benar untuk menghisap unsur hara dan air. Pada akar
primer daerah absorpsi terjadi pada bagian yang muda dan terletak beberapa
centimeter sebelum tudung akar. Bagian ini berwarna muda panjangnya rata-
rata 5 cm dan merupakan bagian akar berdinding lunak seperti gelembung-
gelembung.

Keterangan:

Kulit batang

Root bulb

Akar primer

Akar sekunder
(dan akar tersier yang lebih
kecil)

Gambar 2.3 Anatomi Akar Kelapa

19
Sisa akar di belakang daerah absorpsi dibungkus oleh hipodermis yang keras
dan bersifat impermeabel. Dari permukaan akar tumbuh juga bagian-bagian
berwarna putih yang berfungsi mengatur pernafasan akar (pneumatophora).
Pembumbunan pangkal batang kelapa akan merangsang keluarnya akar
tambahan yang disebut akar adventif, yang bila masuk ke dalam tanah
berfungsi sebagai akar biasa. Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh
keluar dari bagian batang bekas luka.

b. Batang
Umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke atas, kecuali pada
pohon kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu seperti di pinggir sungai,
tebing dan lain-lainnya batang akan tumbuh melengkung kearah matahari.
Batang berangsur-angsur memanjang. Di sebelah ujung berturut-turut
tumbuh daun-daun yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkat pertumbuhan
tertentu, dari ketiak-ketiak daun secara berangsur-angsur keluar karangan
bunga.
Batang kelapa berwarna kelabu, licin dan tinggi batang dapat mencapai
20 meter hingga dengan garis tengah 20 cm hingga 30 cm, tergantung varietas,
iklim, tanah, dan jarak tanam. Bagian batang yang sebenarnya dari pohon yang
masih muda baru kelihatan jelas kalau pohon telah berumur 3-4 tahun,
bilamana daun-daun terbawah telah gugur. Pada umur itu, bagian pangkal
batang telah mencapai ukuran besar dan tebal yang tetap. Pada kelapa dalam
pangkal batangnya berukuran sampai dua kali lebih besar. Pada kelapa genjah
yang masih murni, ukuran batang di bagian pangkal, tengah dan ujung hampir
sama semuanya.
Kelapa termasuk tanaman monokotil sehingga tidak terjadi pertumbuhan
(pertumbuhan sekunder) pada bagian batangnya. Luka-luka yang terjadi pada
batang tidak dapat pulih kembali karena pohon tidak membentuk kalus (callus).
Pada batang kelapa terdapat bekas melekatnya daun yang disebut ruas. Jarak
20
antara dua ruas tidak sama tergantung pada kecepatan tumbuhnya. Jarak yang
panjang menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan yang
jarak lebih pendek. Cepat lambatnya pertumbuhan pohon dapat dilihat pada
letak bekas-bekas pangkal pelepah daun pada batang. Rata-rata dalam satu
tahun terbentuk 12 lembar daun. Bekas-bekas pelepah pada pangkal batang
umumnya jarang-jarang, tetapi menuju ke ujung makin rapat. Umur tanaman
dapat diketahui dengan menghitung bekas-bekas pelepah pada batang.
Pada potongan melintang dari batang, di bagian luar nampak adanya
berkas-berkas pembuluh yang jumlahnya banyak sekali, berangsur-angsur
menuju ke sebelah dalam jumlahnya makin berkurang. Di sebelah luar berkas-
berkas pembuluh ini berkumpul dan bersambung dengan berkas-berkas
pembuluh dari tangkai daun.

Keterangan:

(a)
Bekas pangkal
Pelepah daun
di permukaan
batang
(b1)
Berkas
pembuluh
padat
(b2)
Berkas
pembuluh
kurang padat

(a) (b1) (b2)

Gambar 2.4. Anatomi Batang Kelapa

21
Batang kelapa tidak banyak mengandung zat-zat cadangan sebagaimana
terdapat pada jenis-jenis palma lainnya, seperti sagu (Metrocylon). Ujung
batang tanaman kelapa banyak mengandung zat gula yang rasanya manis.
Bagian ini disebut “umbut” yang merupakan titik tumbuh. Bagian ini
susunannya masih lunak.

c. Daun
Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis). Pada
pelepah terdapat helai daun atau leaflets yang di tengahnya berlidi (midrib).
Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun
yang terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang dibanding yang
tumbuh di pangkal atau ujung sumbu daun.
Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun
satu membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah
ujungnya. Susunan demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan
sabut di sebelah pangkal buah. Setelah itu menyusul secara berturut-turut 4-6
lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-daun yang dibentuk
pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai
daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk
berturut-turut, ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun
membungkus bagian pangkal batang, membentuk batang palsu. Daun-daun tadi
berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari sebelah pangkal helai daun
menuju ke ujung.
Untuk sementara titik-titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak
lagi tumbuh memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal
dari pohon yang masih muda itu memperlihatkan pertumbuhan membesar,
sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus bertambah tebal. Pertumbuhan
yang demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu pangkal batang

22
tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang
sebenarnya mulai kelihatan.
Daun kelapa tersusun melingkar membentuk spiral. Arah spiral dapat kekiri
atau kekanan tergantung posisi dari tandan buah terhadap pelepah daun. Bila
tandan buah berada di sebelah kanan pelepah daun, maka arah spiral kekiri dan
o
sebaliknya. Dari daun yang satu ke daun berikutnya membentuk sudut 140
atau 2/5 lingkaran yang berarti setiap lima daun membentuk dua lingkaran dan
setiap enam daun berurutan akan berada pada satu garis lurus. Anatomi daun
kelapa disajikan pada Gambar 2.5.

Tangkai
(petiole)

Pelepah daun
yang terdapat helai-
helai daun yang di
tengahnya berlidi
(midrib)

Gambar 2.5. Anatomi Daun Kelapa

d. Bunga
Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada
kelapa Genjah kira-kira setelah 3-4 tahun. Kelapa Dalam 4-8 tahun dan kelapa
Hibrida berkisar 4 tahun.
Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang masih tertutup
seludang (spadix). Mayang adalah tangkai bunga yang bercabang-cabang,
dimana tumbuh banyak bunga yang berwarna putih kekuningan. Kelapa adalah

23
tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang tumbuh bunga betina, kemudian
menyusul bunga jantan pada bagian atasnya. Bunga betina maupun bunga
jantan melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak bertangkai (duduk).
Tiap satu cabang tumbuh satu sampai dua buah bunga betina sedang bunga
jantan berjumlah cukup banyak, yaitu sekitar 150 sampai 200 buah.

Keterangan Seludang
(spadix)

Mayang (manggar)
yang bercabang-
cabang.

Bunga betina di
pangkal dan bunga
jantan di bagian
tengah sampai
ujung
pada setiap cabang
mayang.

Gambar 2.6. Anatomi Bunga Kelapa

i. Bunga Jantan
Dua hari setelah mayang membuka, bunga jantan berangsur-angsur
menjadi dewasa dan mekar dimulai dari bagian ujung menuju pangkal cabang
(malai). Gerakan mekarnya bunga ini hampir berlangsung selama satu bulan
dan selama waktu tersebut bunga jantan siap menyerbuki bunga betina.
Bunga jantan terdiri atas :
1) Tiga helai mahkota bunga berukuran ± 15 mm

24
2) Tiga helai kelopak bunga berukuran 3 – 5 mm
3) Enam helai benang sari (stamen)
ii. Bunga Betina
Ukuran bunga betina kurang lebih 3 cm, kelopak bunga tebal dan lebar
membungkus hampir seluruh bagian-bagian bunga betina lainnya. Putik tidak
bertangkai, sisa-sisa dari benang sari (rudimenter) masih kelihatan dan tersusun
seperti gelembung berjumlah enam buah. Dasar buah terdiri atas tiga ruangan
(carpel) dan pada tiap ruangan terdapat sebuah dasar biji, biasanya hanya satu
dasar biji yang menjadi biji normal sedang yang lainnya tidak berkembang.

Bunga betina terlihat matang atau masak pada hari ke-22 sampai hari ke-
29 setelah kulit mayang terbuka, dengan demikian dewasanya bunga betina
tidak bersamaan dengan bunga jantan. Peristiwa diatas terjadi pada jenis
Kelapa Dalam, dimana pada saat bunga betina siap diserbuki, bunga jantan
sudah gugur. Berbeda pada jenis Kelapa Genjah, bunga betina sudah siap
diserbuki sebelum semua bunga jantan gugur.

iii. Proses Penyerbukan


Fremond et al. 1966 dalam Mahmud dan Luntungan, 1978)
mengemukakan bahwa bunga jantan mekar hanya satu hari, yaitu pagi
membuka kemudian gugur pada sore hari.
Dalam setiap bunga jantan terdapat berjuta-juta serbuk sari, dimana 3%-
33% dari serbuk sari tersebut steril. Pada serbuk sari yang masak ditemukan
tiga buah inti, yang satu lebih besar dari yang lainnya serta bersifat steril. Bunga
betina yang reseptif ditandai dengan perubahan warna stigma (putik) dari putih
kekuningan menjadi coklat, dimana masa reseptif ini berlangsung satu sampai
empat hari. Pada jenis Kelapa Dalam, bunga betina mulai reseptif 3-6 hari
setelah berakhirnya masa pembungaan dari bunga jantan. Dengan demikian
tidak memungkinkan terjadinya penyerbukan bunga pada mayang yang sama.

25
Berbeda dengan jenis Kelapa Genjah, bunga betina reseptif satu minggu setelah
bunga jantan masak dan masa masaknya sama-sama berakhir setelah 12 hari
kemudian. Dengan demikian pada jenis ini memungkinkan terjadinya
penyerbukan pada mayang yang sama. Proses penyerbukan dibantu oleh
serangga dan angin.
e. Buah
Tiga sampai empat minggu setelah seludang membuka, bunga betina
yang sudah dibuahi tumbuh menjadi bakal buah. Tetapi tidak semua bakal buah
tersebut dapat tumbuh membesar, karena setengah hingga tiga per empat dari
jumlah buah akan gugur yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit,
kekurangan unsur hara, kekeringan atau karena tidak sempurnanya proses
penyerbukan.
Sesudah dua bulan, buah yang rontok mulai berkurang dan buah selanjutnya
mengalami perkembangan yang dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
Tahap I : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pemanjangan buah,
pertambahan luas sabut dan tempurung. Tahap ini berlangsung
empat sampai lima bulan.
Tahap II : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pelebaran buah, sabut dan
tempurung. Enam sampai delapan bulan buah mulai terbentuk.
Tahap III : Pertumbuhan memanjang sampai buah menjadi masak, penebalan
daging buah dan sabut berubah warna menjadi kecoklatan.
Buah mencapai ukuran maksimal sesudah berumur 9 – 10 bulan dengan
berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada umur 12-14 bulan buah telah cukup
masak, tetapi beratnya turun menjadi 1,5 – 2,5 kg dan pada umur ini buah siap
untuk dipanen atau gugur bila dibiarkan terus.

Buah kelapa tersusun atas:


i. Kulit luar (Epicarp) :

26
Merupakan bagian terluar dari buah kelapa, bersifat keras, licin, tipis sekitar
0,14 mm dan berwarna kuning, hijau atau jingga.
ii. Sabut (Husk) :
Bagian ini berserabut dan terdiri atas jaringan dengan sel serat yang keras
serta diantara dua sel terdapat jaringan lunak. Tebal sabut ± 3 – 5 cm.
iii. Tempurung (Shell) :
Merupakan lapisan yang keras, karena banyak mengandung silikat (SiO2).
Tebal tempurung ± 3-6 mm. Pada bagian pangkal terdapat tugu buah
“Ovule” atau mata tumbuh yang berukuran tidak sama. Dari Ovule yang
berukuran paling besar inilah tunas biasa muncul.
iv. Daging Buah (Albumen) :
Daging buah berwarna putih dengan ketebalan 8 – 10 mm. Daging buah yang
telah dewasa tersusun atas air (52%), minyak (34%), protein (3%), zat gula
(1,5%) dan abu (1%). Daging buah ini merupakan hasil utama dan
dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, kopra, minyak,
biofuel dan lain-lain.
e. Air kelapa :
Daryanto dan Satifah (1982) mengemukakan bahwa pada buah kelapa muda
airnya berwarna jernih dan terasa manis, tetapi semakin tua umur buah
warna airnya berubah menjadi keruh dan rasanya hambar. Hal ini karena
kandungan gula seperti glukosa, fruktosa dan sakarosa sudah sangat
berkurang untuk pembentukan daging buah. Proses ini yang menyebabkan
makin tebalnya daging buah yang diikuti dengan berkurangnya volume air
kelapa. Air kelapa mengandung 2% gula, 4% zat kering dan zat abu.
f. Lembaga
Lembaga buah kelapa yang disemaikan akan tumbuh memanjang, dimana
salah satu ujungnya akan menembus tempurung melalui mata tumbuh
(ovule) yang lunak dan kemudian membentuk batang, daun serta akar.

27
Sedang ujung lainnya masih berada dalam tempurung yang akan
membentuk kentos (haustorium) yang berfungsi sebagai penghisap zat
makanan yang terdapat dalam air dan daging buah. Bersamaan dengan
pertumbuhan lembaga keluar dari lapisan sabut, kentos tumbuh kedalam.
Permukaannya merapat pada putih lembaga, sambil mengeluarkan enzim
(cellulose, lipase dan proteinase) yang berangsur-angsur dapat menguraikan
makanan cadangan yang terkandung dalam putih lembaga, dan merupakan
zat makanan dari lembaga yang tumbuh keluar. Enam minggu setelah
disemaikan, kentos telah memenuhi permukaan daging buah dan 10 bulan
setelah mulai berkecambah daging buah telah habis, selanjutnya kentos
menjadi busuk dan tugasnya digantikan oleh akar. Kentos terdiri atas
jaringan sponge dengan kadar air 85%, serat 5% yang tersusun atas cellulose
dan pentosan serta 10% zat hara dapat larut. Buah yang telah tua bobotnya
terdiri dari : 35% sabut, 12% tempurung, 28% albumen dan 25% air.

28
Keterangan:

Tangkai kelapa

Kulit luar (epicarp)

Tempurung (shell) dan


sabut (husk)

Air kelapa dan daging buah


(albumen)

Gambar 2.7. Anatomi Buah Kelapa

C. Varietas Kelapa
Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera L.) dikenal dua varietas utama
yaitu varietas dalam (tall coconut) dan varietas genjah (dwarf coconut). Dengan
29
adanya penyerbukan silang yang terus menerus menyebabkan munculnya
varietas-varietas baru. Namun demikan pada garis besarnya kelapa dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
a. Golongan Kelapa Genjah (Dwarf coconut)
b. Golongan Kelapa Dalam (Tall coconut)
c. Golongan Kelapa Hibrida
Di samping ketiga golongan di atas, masih dikenal kelapa lain yang merupakan
jenis kelapa abnormal, seperti kelapa kopyor dan lain sebagainya.

1. Kelapa Genjah (Dwarf Coconut)


Kelapa Genjah adalah jenis kelapa yang mempunyai ciri-ciri :
- bentuk batang ramping dari pangkal sampai ke ujung
- tinggi batang mencapai 5 meter atau lebih
- mulai berbuah cepat (3-4 tahun setelah tanam) dan dapat mencapai umur
lebih dari 50 tahun
- melakukan penyerbukan sendiri (self-pollination)
Kelapa Genjah yang banyak dikenal di Indonesia adalah:
a. Kelapa Genjah (C. Nucifera var. eburnea), bentuk buah bulat dan berwarna
kuning gading.
b. Kelapa Raja (C. Nucifera var. regia), bentuk buah bulat sampai lonjong dan
berwarna kuning emas.
c. Kelapa Puyuh (C. nucifera var. pumila), bentuk buah agak lonjong dan
berwarna hijau.
d. Kelapa Raja Malabar (C. nucifera var. pretiosa), bentuk buah lonjong dan
berwarna oranye.
D. Kelapa Dalam (Tall Coconut)
Kelapa Dalam ditanam secara luas di berbagai negara produsen kelapa. Ciri-ciri yang
dapat diamati pada jenis Kelapa Dalam adalah :

30
- batangnya tinggi dan besar, dapat tumbuh mencapai 30 meter atau lebih.
Pangkal batang biasanya membesar.
- mulai berbuah lambat (6-8 tahun setelah tanam), tetapi dapat mencapai umur
100 tahun atau lebih.
- melakukan penyerbukan silang (cross-pollination).

Gambar 2.8. Varietas Kelapa

31
Berdasarkan warna buahnya, Kelapa Dalam dibedakan menjadi :
1. Kelapa Hijau (varietas viridis)
2. Kelapa Merah Coklat (varietas rubescens)
3. Kelapa Kelabu Coklat (varietas macrocarpa)
Tipe-tipe Kelapa Dalam yang berproduksi tinggi di antaranya adalah tipe
Mapanget (Minahasa), tipe Mentok (Banyumas), tipe Bali (Beji), tipe Tulungangung
(Beji), tipe Banyuwangi (Beji) dan lain-lain.

Pada tahun 1983 Pemerintah Indonesia melalui keputusan Menteri Pertanian


telah melepaskan empat varietas Kelapa Dalam baru ke masyarakat, yaitu :
1. Kelapa Baru 1, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan
Kelapa Dalam nomor 18 di Mapanget Sulawesi Utara
2. Kelapa Baru 2, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan
Kelapa Dalam nomor 45 di Mapanget Sulawesi Utara
3. Kelapa Baru 3, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan
Kelapa Dalam nomor 83 di Mapanget Sulawesi Utara
4. Kelapa Baru 4, berasal dari persilangan antara Kelapa Dalam nomor 32 dengan
Kelapa Dalam nomor 99 di Mapanget Sulawesi Utara
Varietas-varietas baru diatas mulai berbuah pada umur enam tahun dan hasil
kopra berkisar antara 3.881 sampai 4.657 kg kopra /ha/tahun.

E. Kelapa Hibrida
Kelapa Hibrida merupakan suatu keturunan (progeny) yang dihasilkan dari
penyerbukan silang antara dua induk (parents) yang masing-masing pasangan
allelanya homozygot dan karakternya berbeda, misalnya antara Kelapa Genjah
sebagai pohon ibu dan Kelapa Dalam sebagai pohon ayah. Dengan persilangan ini
diharapkan terkumpul sifat-sifat baik dari kedua induknya, dan bahkan terjadi efek
heterosis/hybrid vigor. Menurut P.K. Thampan, India telah berhasil memunculkan
sifat heterosis pada kelapa hibridanya pertama kali tahun 1932. Dewasa ini

32
pemanfaatan terjadinya efek heterosis menjadi tujuan utama dalam program
pemuliaan kelapa di berbagai negara penghasil kelapa.

Beberapa karakter Kelapa Genjah dan Kelapa Dalam antara lain :

Kelapa Genjah : - pohonnya relatif lebih rendah


- cepat berbuah (3-4 tahun)
- jumlah buah per tandan banyak
- jenis Kelapa Genjah yang banyak dipakai adalah Genjah
Kuning Malaya (Malayan Yellow Dwarf), Genjah Merah
Malaya (Malayan Red Dwarf), Genjah Kuning Nias (Nias
Yellow Dwarf) dan Genjah Merah Kamerun (Cameroon Red
Dwarf)
Kelapa Dalam : - buahnya besar
- daging buah tebal
- jenis kelapa Dalam yang banyak dipakai seperti Kelapa
Dalam Afrika Barat (West African Tall), Tahiti, Palu, Tenga,
Bali, Bangga, Beji dan lain-lain.
Untuk menghasilkan buah Kelapa Hibrida dapat diperoleh melalui dua cara,
yaitu :
1. Hibridisasi alamiah (natural pollination), yaitu buah Kelapa Hibrida yang
diperoleh karena terjadinya penyerbukan silang secara alami tanpa bantuan
manusia. Cara ini dilaksanakan oleh kebun-kebun induk kelapa hibrida milik
Balai Penelitian Kelapa (BALITKA). Cara pelaksanaannya sebagai berikut :
- buatlah suatu kebun induk, sesuai persyaratan yang berlaku
- tanamlah pohon-pohon induk empat baris kelapa genjah berseling dengan
satu baris pohon bapak
- sebagai pohon induk dipergunakan varietas Genjah Nias Kuning dan pohon
bapak adalah varietas Dalam Bali, Dalam Palu dan Dalam Tenga

33
- bunga jantan pada pohon induk diemaskulasi untuk mencegah
penyerbukan silang yang liar
- penyerbukan yang terjadi dibiarkan secara alami, dimana putik yang
terdapat pada pohon induk diserbuki dengan tepung sari dari salah satu
pohon bapak
- akhirnya pada pohon induk akan diperoleh buah yang kemudian dapat
ditanam sebagai benih kelapa hibrida.
2. Hibridisasi buatan (artificial pollination), yaitu buah Kelapa Hibrida yang
diperoleh karena sengaja dilakukan penyerbukan silang oleh manusia. Cara ini
biasanya dilaksanakan oleh kebun-kebun induk kelapa hibrida milik PT
Perkebunan yaitu PTP VI (Sumatera Utara), PTP X (Lampung) dan PTP XI (Jawa
Barat). Penyelenggaraan kebun induk, kebun bapak dan proses hibridisasinya
dilaksanakan sebagai berikut :
- buatlah suatu kebun benih sesuai persyaratan yaitu yang letaknya
terisolasi dari kemungkinan terjadinya agar kebun benih paling tidak
terletak dengan jarak isolasi 400 meter dari kebun kelapa/tanaman
kelapa lainnya. Dalam jarak isolasi 400 meter ini harus ditanam tanaman
perintang (barrier) terhadap kemungkinan datangnya tepung sari (pollen)
yang berasal dari kelapa liar/asing.
- tanamlah pohon-pohon ibu dari jenis yang dikehendaki dengan jarak
tanam misalnya 8,5 m x 8,5 m, dari jenis kelapa genjah unggul seperti
Genjah Malaya Kuning (Malayan Yellow Dwarf), Genjah Malaya Merah
(Malayan Red Dwarf), Genjah Nias Kuning (Nias Yellow Dwarf). Di pihak
lain pada kebun bapak tanamlah jenis kelapa dalam unggul, seperti
Kelapa Dalam Afrika Barat (West African Tall) dengan jarak yang cukup
jauh dari kebun benih (lebih dari 400 meter).
- tepung sari diambil dari pohon bapak dengan bantuan manusia yaitu
dengan melaksanakan kastrasi bunga-bunga jantannya. Setelah diperoleh

34
bunga-bunga jantan kemudian bunga tersebut dibawa ke laboratorium
untuk diproses lebih lanjut. Tepung sari (pollen) yang diperoleh kemudian
dicampur dengan talk dengan perbandingan satu bagian tepung sari + 20
bagian talk. Campuran disimpan dalam lemari pendingin agar dapat
disimpan sampai tiba saatnya hibridisasi dilaksanakan. Pencampuran ini
dimaksudkan untuk meratakan tersebarnya tepung sari pada saat
dilaksanakan hibridisasi buatan.
- sebelum persarian dilakukan, bunga-bunga yang terdapat pada mayang
yang belum membuka (dan sengaja dibuka oleh pollinator) pada pohon
ibu diemaskulasi untuk membuang bunga-bunga jantannya.
- apabila bunga betina telah siap menerima tepung sari (reseptif) hibridisasi
segera dilaksanakan. Sebagai tanda bahwa bunga betina reseptif adalah
bunga betina telah “membuka” dan berlendir.
- dalam penyerbukan buatan ini, setelah terlihat tanda-tanda bunga betina
telah reseptif, tepung sari disemprotkan dari alat pengempos oleh
seorang pollinator. Kebutuhan tepung sari (yang telah dicampur talk)
untuk 30-40 bunga betina yang terdapat pada satu mayang yaitu :
 4 gram, menurut PT Perkebunan, atau
 8 gram, menurut IRHO (Institute de Reserches Pourles Huiles et
Eleagineux)
- untuk satu mayang diperlukan beberapa kali penyerbukan buatan agar
semua bunga betina dapat diserbuki.
- buah yang diperoleh dari hasil hibridisasi ini digunakan sebagai benih
kelapa hibrida. Perlu ditegaskan bahwa yang dapat digunakan sebagai
benih kelapa hibrida hanyalah buah F1 hasil hibridisasi.
- dewasa ini sebagai produsen benih kelapa hibrida adalah PTP VI, X dan XI
serta BPTI.

35
Beberapa kemungkinan hibridisasi untuk mendapatkan Kelapa Hibrida disajikan
pada Tabel 2.1.

Gambar 2.9. Emaskulasi Bunga dan Assisted Pollination

Menurut laporan, pada panen pertama tanaman kelapa hibrida bibit hasil
persilangan Malayan Red Dwarf x West African Tall di Sulawesi Utara (surat kabar
Kompas 1981), pada tiap pohon yang dipungut hasilnya rata-rata terdapat hampir
12 tandan dengan rata-rata jumlah buah 12-20 buah tiap tandan. Dari sejumlah
buah yang dipetik, setelah dibelah daging buahnya sangat tebal sekitar 1,5 cm
dengan penanaman kelapa hibrida, diharapkan diperoleh hasil yang lebih tinggi
dengan produksi 6-7 ton kopra/ha/tahun. Hasil kelapa dalam biasa saat ini hanya
sekitar 0,75 – 1,0 ton/ha/tahun.

36
Untuk memperoleh gambaran hasil kelapa hibrida, suatu data hasil
dilaporkan dari Pantai Gading (Afrika Barat) seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Beberapa Kemungkinan Hibridisasi untuk Mendapatkan Kelapa


Hibrida

Tabel 2.2. Hasil Kopra (kg/ha) dari Kelapa Hibrida Dibandingkan dengan
Kelapa Dalam *)

Varietas atau jenis Kelapa Hibrida yang banyak ditanam adalah :

1. PB 121
Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning Malaya (MYD) dengan
Kelapa Dalam Afrika Barat (WAT). Ciri khusus jenis PB 121 adalah warna pelepah

37
daun hijau tua/gelap, mulai berbuah pada umur ± 4 tahun, produksi kopra umur 10
tahun sekitar 6 ton kopra/ha/160 pohon/tahun, kadar minyak kopra ± 67%,
ketinggian tanaman relatif rendah dan lebih resisten terhadap gangguan hama dan
penyakit.

2. Khina – 1 (Kelapa Hibrida Nasional)


Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning (MYD) dengan Kelapa
Dalam Tenga Sulawesi Utara.

Ciri khusus jenis Khina-1 adalah panen pertama pada umur ± 4 tahun, warna
tandan, petiole dan buah hijau, jumlah buah 80 butir/pohon/tahun, bobot kopra
235 gram per buah dengan kadar minyak 61,78 % dan hasil kopra 3-4 ton/ha/tahun
atau 20 kg kopra/pohon/tahun serta jumlah daun 13 pelepah per tahun.

3. Khina – 2
Merupakan hasil persilangan antara Genjah Kuning Nias (NYD) dengan Kelapa
Dalam Bali di Pulau Bali.

Ciri khusus jenis Khina-2 adalah panen pertama pada umur 4 tahun, tandan, petiole
dan buah berwarna hijau, jumlah buah 55 butir/poon/tahun, bobot kopra 296 gram
per buah dengan kadar minyak 60,61 %, jumlah tandan buah 12 buah/tahun dan
hasil kopra 2,4 – 4 ton kopra/ha/tahun atau 16 kg kopra/pohon/tahun.

4. Khina – 3
Merupakan hasil persilangan antara Kelapa Genjah Kuning Nias (NYD) dengan
Kelapa Dalam Palu Sulawesi Tengah. Ciri khusus jenis Khina-3 adalah panen pertama
pada umur 4 tahun, tandan, petiole dan buah berwarna hijau, jumlah buah 75
butir/pohon/tahun, bobot kopra 254 gram per buah dengan kadar minyak 62,46 %,
jumlah tandan buah 11 buah/tahun dan hasil kopra 2,8 – 4 ton/ha/tahun atau 19 kg
kopra/pohon/tahun.

38
Berdasarkan sifat-sifat unggul yang dimlikinya, hmpir semua negara
produsen kopra dewasa ini menggunakan bibit Kelapa Hibrida dalam peremajaan
dan perluasan areal tanaman baru.

F. Kelapa Kopyor
Soedijanto dan Sianipar (1979) mengatakan bahwa kelapa kopyor merupakan
kelapa abnormal yang terjadi secara genetik. Daging buahnya (albumen) berbutir-
butir, lunak dengan susunan longgar dan berkadar minyak rendah. Kentos
(haustorium) tidak dapat berfungsi sebagai alat penghisap zat makanan. Di samping
itu susunan lembaga sangat lemah atau lunak sehinga tidak mampu menembus
lapisan sabut untuk tumbuh menjadi tunas. Dengan demikian buah kelapa kopyor
tidak dapat digunakan sebagai benih.

Sampai saat ini, kelapa kopyor masih merupakan buah yang eksklusif dan
mahal. Hal ini tidak mengherankan, karena buah kopyor memiliki rasa yang khas,
yaitu lezat, gurih dan gembur. Selain itu kopyor juga tergolong buah yang langka dan
tidak selalu tersedia di pasaran sehingga harganya menjadi 10 -15 kali lebih mahal
dari kelapa biasa.

Selama ini, buah kelapa kopyor dihasilkan oleh pohon kelapa biasa. Pada
satu malai bunga, biasanya hanya terdapat 1-2 butir kopyor yang sebenarnya
merupakan buah yang abnormal. Para petani kelapa selalu berusaha untuk
meningkatkan presentase buah kopyor secara tradisional, antara lain dengan
pemberian kapur pada tanah di sekitar pohon atau dengan mengasapi pangkal
batang pohon kelapa tadi. Namun, semua upaya tersebut belum pernah
membuahkan hasil yang memuaskan.

Bioteknologi yang akhir-akhir ini sangat populer karena terbukti mampu


memecahkan berbagai kendala di bidang pertanian, ternyata juga mampu merakit
pohon kelapa kopyor yang buahnya 100% kopyor. Keberhasilan tersebut perlu kita

39
sambut dengan gembira karena dengan demikian peluang kopyor untuk menjadi
komoditas agrobisnis terbuka lebar, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.

Secara alami kelapa tersebar luas di seluruh Indonesia, baik di dataran


rendah maupun di dataran tinggi. Namun, tidak semua pohon kelapa dapat
menghasilkan buah kopyor. Buah kopyor hanya bisa dihasilkan oleh pohon kelapa
yang memiliki sifat kopyor yang secara alamiah disebut gen kopyor.

Munculnya sifat tertentu pada tanaman biasanya ditentukan oleh


pasangan gen. Sifat kopyor ternyata dibawakan oleh pasangan gen resesif (kk) yang
merupakan gabungan dari 2 gen kopyor yang berasal dari pohon yang sama ataupun
berbeda. Sifat tersebut tidak akan muncul apabila gen kopyor yang resesif tadi (k)
berpasangan dengan gen kelapa biasa yang dominan (K). Jadi di alam, buah kopyor
ini hanya terbentuk apabila terjadi persilangan antara bunga yang masing-masing
memiliki sifat kopyor (Zuninga, 1953). Oleh sebab itu, pada satu malai bunga yang
menyangga 6-8 butir kelapa, hanya 1 atau 2 buah saja yang kopyor, itupun hanya
apabila pohon tersebut memiliki gen kopyor.

Secara teoritis, sebenarnya sifat kopyor adalah sifat yang diwarisi dari kedua
tetuanya. Jadi sifat tersebut tentunya akan diturunkan lagi kepada anak cucunya.
Namun, secara alami tidak pernah dijumpai pohon kelapa yang buahnya 100%
kopyor. Keadaan tersebut menimbulkan anggapan bahwa sifat kopyor tidak
diturunkan secara genetik tetapi dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh sebab itu,
upaya untuk menghasilkan buah kopyor dilakukan dengan mengubah lingkungan
tumbuh pohon kelapa seperti memberi garam di sekitar pohon atau mengasapi
pangkal pohon tersebut.

Sesungguhnya biji kopyor senantiasa gagal untuk berkecambah, karena pada


saat buah masak, daging buahnya menjadi cepat sekali rusak. Padahal daging buah

40
tersebut mengandung cadangan makanan yang biasanya (pada buah lain) digunakan
untuk menumbuhkan embrio menjadi kecambah.

Dari uraian di atas jelas bahwa tanpa bantuan teknologi in vitro tidak
mungkin dapat dihasilkan pohon kelapa kopyor, meskipun sifat kopyor sebenarnya
bisa diturunkan.

Perkembangan bioteknologi yang demikian pesatnya selama 15 tahun


terakhir ini, membuka peluang bagi kita untuk menumbuhkan biji kelapa kopyor
melalui penerapan teknik kultur embrio.
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tanaman kelapa yang mampu
menghasilkan buah kopyor, yaitu :
1. Pada pohon kelapa tertentu dapat menghasilkan buah normal dan sebagian
kecil buah kopyor. Bila buah normal tersebut ditanam akan menjadi pohon
kelapa yang menghasilkan buah dengan presentase buah kopyor sekitar 2,1 –
17,5 persen dari jumlah seluruh buah (P.C. Rahardja, 1988).
2. Cara kedua ini merupakan pengalaman praktis dengan persentase keberhasilan
yang belum dapat dipastikan. Cara yang digunakan adalah
a. Buah kelapa normal yang baru dipetik disimpan selama ± 1 minggu,
kemudian direndam dalam air kapur selama 8 – 10 hari.
b. Lubang tempat penanaman berturut-turut mulai dari bawah diisi kapur
1/3 bagian, ijuk/jerami 1/3 bagian, kemudian bibit kelapa ditanam dan
ditimbun dengan tanah.
c. Bila pohon kelapa tersebut mulai berbuah, kulit batangnya dikupas mulai
dari permukaan tanah sampai setinggi 50 cm, kemudian dipukul-pukul
setiap hari selama satu minggu.
Dengan cara tersebut di atas diharapkan buah yang dihasilkan menjadi kopyor
(Soedijanto dan Sianipar, 1979).

41
3. Cara kultur embrio
Cara kultur embrio dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak tanaman
yang secara alamiah embrionya sulit tumbuh, sedang cara perbanyakan
vegetatif lainnya tidak dapat dilakukan. Kultur embrio berdasarkan pada
prinsip yang disebut (totipotensi”. Menurut prinsip inisebuah sel atau jaringan
yang berasal dari embrio akan dapat tumbuh menjadi tanaman sempurna
kalau diletakkan dalam media yang cocok.

Dengan teknik itu, embrio kopyor ditumbuhkan secara in-vitro dalam


keadaan aseptik pada tabung-tabung berisi media buatan. Media tersebut
mengandung bahan organik, bahan anorganik, vitamin, gula, hormon dan agar
(untuk media padat).

Gambar 2.10. Perakitan Pohon Kelapa Kopyor


42
Sebagai bahan tanaman diambil dari embrio buah kelapa kopyor.
Embrio ini kemudian dicuci dalam larutan Kalsium hipoklorit 5% selama 10
menit, lalu dicuci sekali lagi dengan aquadest. Kultur in-vitro embrio kopyor
dilakukan selama 6-8 bulan melalui dua tahapan media, yaitu tahap media cair
selama 2 bulan dan tahap media padat selama 4-6 bulan hingga terbentuk
tunas dan akar yang sempurna yang dinamakan planlet, dengan urutan
pelaksanaan sebagai berikut :

Untuk media cair dapat digunakan media White modifikasi de Guzman,


White modifikasi Norstog atau White modifikasi Euuween. Dua bulan setelah
embrio dimasukkan dalam media cair akan berkecambah dan tumbuh akar.
Selanjutnya kecambah dipindahkan kedalam media padat yang berasal dari
Murashige dan Skogg, dengan tambahan Dekstrose 6%, hormon IAA 10
mg/liter, hormon IBA 0,5 mg/liter serta 0.5% arang aktif. Setelah 4-6 bulan
dalam media padat, planlet yang telah cukup besar dikeluarkan dari tabung
dan diaklimatisasikan, maksudnya disesuaikan dengan kondisi luar (suhu,
kelembaban, intensitas cahaya) secara bertahap. Mula-mula planlet ditanam
dalam media transplan selama 3 bulan, lalu dipindahkan ke polybag berisi
media campuran tanah, pasir dan pupuk kandang selama 6-9 bulan. Selama
proses aklimatisasi ini dilakukan dalam rumah kaca sampai akhirnya diperoleh
bibit kopyor yang cukup kuat untuk ditanam di lapangan. Pohon kelapa yang
dihasilkan dengan cara kultur embrio ini diharapkan menghasilkan buah kelapa
kopyor semuanya.
Bibit kelapa kopyor hasil kultur embrio tersebut telah ditanam secara
bertahap di Kebun Percobaan UPBP di Ciomas. Pada saat ini 4 dari 46 pohon
kopyor yang ditanam tersebut telah berumur 8 tahun lebih dan terbukti
menghasilkan buah yang ternyata 92% kopyor. Hal ini membuktikan teori
bahwa sifat kopyor memang dapat diturunkan secara genetik.

43
Pada saat ini penerapan teknologi perakitan pohon kelapa kopyor
melalui kultur in-vitro tersebut sedang dikembangkan di Laboratorium Biak Sel
Tanaman UPBP di Ciomas, Bogor. Bibit yang dihasilkan akan ditanam sebagai
pohon induk untuk memproduksi embrio sehingga penyediaan bibit kopyor
dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Selama ini embrio diperoleh dari buah kelapa kopyor yang berasal dari
berbagai daerah sehingga kualitasnya tidak terjamin karena waktu petiknya
berbeda-beda. Melalui pembangunan kebun induk kelapa kopyor diharapkan
bahwa masalah rendahnya mutu embrio dapat diatasi. Selain itu, buah kopyor
yang dihasilkan oleh pohon induk akan dimanfaatkan untuk merakit bibit
kopyor yang lebih unggul lagi.
Untuk membangun suatu kebun kelapa kopyor, biayanya tidak terlalu
besar dibandingkan dengan hasil yang dapat diraih. Biaya yang diperlukan bagi
penyediaan bibit dan pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan dan
pencegahan serangan hama dan penyakit pada awal tanam. Untuk menanam
areal seluas satu hektar, diperlukan bibit kelapa kopyor sebanyak 120 tanaman
dengan harga Rp. 145.000,- per tanaman, jadi seluruhnya berjumlah Rp.
17.400.000,- biaya pengelolaan kebun tersebut selama 6 tahun pertama
(sampai berbuah) adalah Rp. 12.000.000,- sehingga total pengeluaran untuk
bibit dan pemeliharaan selama 6 tahun menjadi Rp. 29.400.000,- pada tahun
ke-6, pohon kopyor tersebut telah menghasilkan buah yang jumlah
diperkirakan sebanyak 7.200 butir (5 butir/pohon x 120 pohon/ha x 12 kali
panen/tahun). Apabila buah kopyor tersebut dijual dengan harga Rp. 5000 per
butir, maka panen pertama menghasilkan Rp. 36.000.000. untuk tahun-tahun
berikutnya, biaya yang dikeluarkan hanya biaya pemeliharaan. Berdasarkan
usia ekonomis pohon kopyor, yaitu 30 tahun, maka dapat dikalkulasikan
pendapatan yang dapat diraih dari pengelolaan kebun kopyor tersebut.

44
Dari gambaran kasar tersebut di atas, jelas bahwa keuntungan yang
dapat diraih dari pengelolaan suatu kebun kelapa kopyor sangat tinggi. Oleh
sebab itu tidak diragukan lagi di masa datang kelapa kopyor berpotensi untuk
menjadikan komoditas agribisnis andalan.
Teknologi perakitan bibit kelapa kopyor melalui kultur embrio yang
diteliti dan dikembangkan sejak tahun 1981 di Balai Penelitian Perkebunan
Bogor telah memperoleh hak paten dari Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten
dan Merek pada tahun 1997. Keberhasilan perakitan bibit kelapa kopyor
tentunya merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi masyarakat
perkebunan. Penanaman pohon kelapa kopyor hasil kultur embrio ini akan
memberikan nilai tambah yang sangat besar kepada petani pekebun,
mengingat harga kopyor yang sangat tinggi, yaitu 10-15 kali dibandingkan
dengan kelapa biasa. Pengembangan tanaman kelapa kopyor berskala
perkebunan diharapkan menjadi pendorong pembangunan industri kelapa
kopyor yang berpotensi untuk meningkatkan devisa negara.
Keuntungan lain adalah bahwa penerapan teknologi ini sekaligus
merupakan cara penyelamatan atau pelestarian plasma nutfah kelapa kopyor.
Pasangan gen kopyor yang resesif (kk) yang selama ini hilang bersamaan
dengan gagalnya embrio untuk berkecambah dapat diselamatkan melalui
penerapan teknik kultur embrio tersebut. Dengan diselamatkannya gen kopyor
berupa pohon induk, terbuka juga peluang untuk perakitan kultivar yang lebih
unggul.

G. Syarat Tumbuh Kelapa


Terdapat dua faktor lingkungan yang perlu diperhatikan karena
pengaruhnya yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan tanaman kelapa,
yaitu iklim dan tanah.

45
a. Iklim
Kelapa dapat tumbuh didaerah tropis, dan tumbuh baik pada iklim panas yang
lembab. Pusat-pusat perkebunan kelapa yang penting terletak pada zone
o o
antara 15 LU dan 15 LS. Di luar zone ini hanya terdapat pohon-pohon kelapa
yang tidak mampu menghasilkan buah (Florida, Los Angeles, Portugal).
Meskipun kelapa dapat tumbuh pada keadaan iklim yang luas cakupannya,
untuk pertumbuhan yang optimal dan tercapainya produktivitas yang baik,
kelapa menghendaki persyaratan lingkungan tertentu, menyangkut ketinggian
tempat, suhu, curah hujan, kelembaban udara, lama penyinaran, angin dan
letak lintang.
Areal yang sesuai untuk pengembangan kelapa, yaitu: zona K-1 dan K-2 yang
ternyata sangat luas. Daerah yang sangat sesuai (K-1.1) dan sesuai (k-1.2) di
Indonesia (tidak termasuk Jawa) meliputi areal seluas 53.989.700 ha. Areal
tersebut antara lain meliputi areal di Sulawesi seluas 7.096.500 ha, Nusa
Tenggara 2.503.000 ha, Maluku 4.858.700 ha, dan Irian Jaya (Papua)
20.774.000 ha. Adapun daerah yang agak sesuai (K-2) seluas 27.292.500 ha
terdapat di Sumatra dan Kalimantan (Sukamto, 2001).

Tabel 2.3. Kriteria Kesesuaian Iklim untuk Pengembangan Kelapa

46
a. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman kelapa tumbuh baik pada dataran rendah,
tetapi di daerah-daerah tertentu di Indonesia dapat tumbuh dan berproduksi
tinggi pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Untuk jenis Kelapa
Dalam dianjurkan ditanam pada ketinggian maksimal 500 meter di atas
permukaan laut. Ketinggian 300 meter merupakan ketinggian maksimal bagi
jenis Kelapa Hibrida.
Tanaman kelapa yang tumbuh di dataran rendah cenderung lebih tinggi
kadar minyaknya, berbuah lebih cepat serta produksi lebih tinggi
dibandingkan yang tumbuh di dataran tinggi.
Perkebunan-perkebunan rakyat banyak dijumpai sampai ketinggian
900 meter di atas permukaan laut, tetapi pertumbuhan dan berbuahnya
lambat dan hasilnya rendah.

b. Suhu
Faktor suhu menentukan batas dari “latitude” dan “altitude”, dan
mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Suhu
o o
optimum yang dikehendaki kelapa sekitar 27 C – 28 C dan suhu minimum
o o
20 C dengan fluktuasi 6-7 C. Darwis (1986) mengemukakan kisaran
temperatur yang lebih luas untuk pertumbuhan kelapa di Indonesia, yaitu
o o
25 C – 32 C.
o
Rata-rata temperatur dibawah 21 C yang disertai dengan fluktuasi
temperatur akan menyebabkan terganggunya proses pembungaan kelapa.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan tandan bunga mengering, daun
menjadi layu dan kering serta berkurangnya buah.

c. Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman
kelapa berkisar antara 1.200 – 2.500 mm/tahun dengan penyebaran merata

47
sepanjang tahun. Pembagian hujan, keadaan drainase dan kapasitas menahan
air dari tanah, lebih penting daripada jumlah curah hujan. Fremond et.al
(1966) mengatakan bahwa tanaman kelapa memerlukan curah hujan bulanan
minimal 130 mm dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan. Daerah-daerah
yang kering dengan curah hujan tidak merata tidak cocok untuk kelapa.
Pertumbuhan kelapa di daerah pantai umumnya baik meskipun curah
hujannya lebih rendah dari batas minimum. Hal ini disebabkan karena pada
daerah itu, di bawah permukaan tanah terdapat air yang cukup, berasal dari
daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah demikian adanya dan
banyaknya air tanah merupakan faktor yang lebih menentukan daripada
ukuran curah hujan.
Kekeringan yang berkepanjangan akan menurunkan produksi serta
kematian tanaman. Demikian juga curah hujan yang terlalu tinggi dan terjadi
merata setiap bulan akan merugikan tanaman kelapa terutama dalam hal
penyinaran dan penyerbukan.

d. Kelembaban Udara
Kelembaban yang diperlukan tanaman kelapa berkisar 80 – 90 persen.
Kelembaban udara kurang dari 70% akan menyebabkan daun kering, buah
rontok dan pertumbuhan tanaman terganggu. Demikian juga kelembaban
yang terlalu tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama akan berakibat
tidak baik bagi tanaman, karena dapat mengurangi transpirasi yang berarti
berkurangnya pengambilan hara serta meningkatnya serangan penyakit
cendawan.

e. Lama Penyinaran
Tanaman kelapa membutuhkan sekitar 2.000 jam penyinaran per tahun
atau minimal 120 jam penyinaran setiap bulan. Tanaman yang bareda di
bawah naungan di tempat terlindung kurang baik pertumbuhannya.

48
Lingkungan yang terbuka dapat memberikan pertumbuhan yang baik, dan
sebaliknya. Gert Teiwes (dalam Zaenal Mahmud dkk., 1978) mengemukakan
bahwa di daerah banyak berawan/mendung akan menyebabkan buah kelapa
mudah gugur dan bentuk tanaman tinggi kurus.
Sinar matahari diperkirakan mempunyai peranan ganda bagi tanaman
kelapa, yaitu sebagai sumber energi pada fotosintesa dan memengaruhi
pergerakan stomata.

f. Angin
Angin untuk tanaman kelapa berperan dalam proses penyerbukan bunga dan
transpirasi.
1. Penyerbukan bunga kelapa
Khusunya pada jenis Kelapa Dalam yang melakukan penyerbukan silang,
angin sangat berperan dalam membantu proses penyerbukan. Bila
kecepatan angin sangat lemah maka proses penyerbukan bunga juga
berkurang, akibat selanjutnya pembentukan buah juga menjadi
berkurang.

2. Transpirasi tanaman
Angin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
transpirasi tanaman. Dalam proses ini air dan hara di dalam tanah akan
diserap akar dan selanjutnya diuapkan melalui daun sedang hara yang
ikut terangkut digunakan oleh tanaman.

3. Letak Lintang
Tanaman kelapa termasuk tanaman tropis dan hanya dapat tumbuh baik
o o
pada derah 20 LU hingga 20 LS.

49
g. Tanah
Kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hal ini terbukti dengan
adanya tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pematang
sawah, tebing sungai dan kebun bercampur tanaman lain. Namun demikian
bagi perkebunana besar yang mengusahakan tanaman kelapa memerlukan
pertimbangan dan syarat-syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman
cukup baik dan dapat memberikan keuntungan ekonomis.
Pohon-pohon kelapa yang tumbuh pada tempat-tempat yang
berdekatan dengan air yang bergerak seperti di tepi-tepi sungai, dekat pantai,
umumnya pertumbuhannya baik sekali. Hal ini disebabkan karena air yang
bergerak mengandung banyak oksigen (O2), yang penting untuk pernafasan
akar.

Tipe-tipe tanah yang baik adalah :

- tanah aluvial yang kaya atau tanah-tanah lempung yang cukup lembab.
- tanah-tanah Latosol bertekstur lempung atau liat, terutama pada tanggul-
tanggul saluran, sungai, dan lain-lain.
- tanah pasir, khususnya tipe “Aladin Litteral”.
Sifat-sifat tanah dapat diperoleh dari hasil analisis laboratorium dan sumber
lainnya.

Syarat-syarat tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa yaitu :


1. Sifat fisik tanah
Tanaman kelapa memerlukan tanah yang mempunyai aerasi (tata udara)
dan drainase (tata air) yang baik. Permukaan air tanah letaknya cukup
dalam minimal 1 meter dari permukaan tanah dan keadaan air tanahnya
hendaknya dalam keadaan bergerak (tidak menggenang). Oleh karena itu
biasanya kelapa tumbuh subur bila ditanam pada tanah bertekstur pasir.
Selain itu, peranan bahan organik pada tanah-tanah yang bertekstur pasir
50
sangatlah penting. Namun demikian karena daya adaptasinya yang besar,
tanaman kelapa masih dapat tumbuh pada tanah-tanah yang bertekstur
berat selama tidak mengalami keadaan anaerobik atau kekeringan terlalu
lama.
Tebal lapisan tanah (solum) yang baik minimal 80 – 100 cm agar akar dapat
berkembang dengan subur sehingga penyerapan air dan hara dapat
berjalan dengan baik.

b. Sifat kimia tanah


Sifat kimia tanah yang meliputi kandungan hara dalam tanah, keasaman
(pH), kapasitas tukar kation dan tingkat kejenuhan basa menentukan tingkat
kesuburan tanah.

Pemahaman mengenai sifat kimia tanah ini penting sekali bagi pengelolaan
tanaman kelapa secara baik. Bila sifat kimia tanah sesuai dengan kebutuhan
kelapa, maka pengelolaan tanaman tidak akan memerlukan input yang
tinggi. Sebaliknya bila sifat kimia tanah jauh berbeda dengan kebutuhan
kelapa, akan diperlukan input yang tinggi untuk mendapatkan pertumbuhan
dan produksi optimal bagi tanaman.

Pada tanah-tanah yang kurang subur (tanah marginal) tanaman kelapa masih
dapat tumbuh dan berproduksi tinggi bila disertai usaha perbaikan secara
teratur sepanjang pertumbuhan tanaman. Misalnya melalui usaha
pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik dan lain sebagainya.

Falizardo (1983 dalam Dirjenbun, 1986) memberikan batasan beberapa sifat


kimia tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa seperti
dalam Tabel 2.4 berikut ini :

51
Tabel 2.4. Sifat Kimia Tanah yang Optimum untuk Kelapa

Dari tabel di atas terlihat bahwa tanaman kelapa memerlukan tanah dengan
kadar Klor yang cukup tinggi untuk pertumbuhannya.

H. Simpulan

1. Tanaman kelapa dapat dikenali secara rinci dengan memperhatikan klasifikasi


botani kelapa, morfologinya mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah.
2. Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera L.) dikenal dua varietas utama
yaitu varietas dalam (tall coconut) dan varietas genjah (dwarf coconut).
Varietas-varietas baru muncul karena adanya penyerbukan silang yang terus
menerus. Meskipun demikan pada garis besarnya kelapa dapat dibedakan atas
tiga golongan, yaitu: Golongan Kelapa Genjah (Dwarf coconut), Kelapa Dalam
(Tall coconut) dan Kelapa Hibrida.
3. Varietas atau jenis Kelapa Hibrida yang banyak ditanam adalah: PB 121, Khina-
1, Khina-2 dan Khina-3. Peremajaan dan perluasan areal tanaman baru oleh
semua negara produsen kopra menggunakan bibit Kelapa Hibrida karena
mempunyai sifat-sifat unggul.
4. Kelapa kopyor merupakan kelapa abnormal yang terjadi secara genetik. Rasa
yang enak dari kelapa kopyor membuat harga jualnya lebih tinggi daripada

52
kelapa biasa sehingga banyak petani berniat untuk mengusahakan budidaya
secara tradisional namun mengalami kesulitan. Dengan bantuan bioteknologi
yaitu teknologi in vitro dapat dihasilkan pohon kelapa kopyor.
5. Faktor lingkungan yang penting dalam pertumbuhan tanaman kelapa yaitu
iklim dan tanah. Kelapa tumbuh baik pada iklim panas yang lembab yang pada
umumnya terdapat di wilayah tropis. Tipe tanah yang baik untuk pertumbuhan
kelapa a.l. tanah aluvial, latosol, tanah pasir dll.

53
BAB III
PENGADAAN BIBIT KELAPA

A. Bahan Tanaman
Tanaman kelapa memiliki variasi genetis yang besar dan secara umum
pembiakannya dilaksanakan secara generatif. Penyediaan bahan tanaman yang
terpilih dan berkualitas baik akan lebih menjamin berhasilnya pertanaman. Kualitas
bibit tergantung pada kualitas pohon induk dari mana buah yang akan dijadikan
benih diambil. Dari pengamatan di lapangan terbukti bahwa pada tempat dan
keadaan yang sama, banyaknya buah yang dihasilkan oleh pohon-pohon kelapa
sangat bervariasi. Perbedaan kapasitas menghasilkan ini disebabkan oleh sifat
genotipisnya. Oleh karena itu, memilih pohon induk yang baik merupakan suatu
keharusan agar nantinya dapat diperoleh tanaman yang baik.
Khusus dalam penyediaan bahan tanaman atau benih kelapa hibrida,
dewasa ini Indonesia telah berhasil membuat benih sendiri. PT Perkebunan VI di
Sumatra Utara, PT Perkebunan X di Lampung, dan PT Perkebunan XI di Jawa Barat
telah berhasil menyediakan dan menyebarkan benih kelapa hibrida yang
dibutuhkan oleh proyek-proyek pengembangan kelapa. Usaha-usaha pembuatan
benih kelapa hibrida serta merta pula dilakukan oleh Balai Penelitian Kelapa pada
beberapa kebun percobaannya di Indonesia. Usaha ini telah dapat memasok benih
kelapa hibrida yang diperlukan. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa
sebagian besar kelapa rakyat masih terdiri dari kelapa dalam yang perlu secara
berangsur-angsur diperbaiki termasuk pula pertanaman kelapa hibrida bagi para
petani kelapa tersebut.
Pada tanaman semusim kesalahan dalam memilih benih dapat segera
diketahui dan diperbaiki, sehingga kerugian tidak perlu terus menerus diderita.
Akan tetapi, pada tanaman tahunan seperti kelapa, kesalahan dalam memilih
benih tidak mudah diperbaiki dan menimbulkan akibat yang sangat merugikan baik
dilihat dari segi biaya maupun waktu.

54
Mengingat pentingnya masalah benih, maka sudah sewajarnya pemilihan
dan penggunaan benih bermutu perlu mendapat perhatian. Berhubung dengan itu
maka "hanya menanam benih yang bermutu" hendaknya dijadikan semboyan oleh
setiap orang yang akan menanam kelapa.
1. Pemilihan Pohon Induk
Pada jenis Kelapa Dalam terjadi penyerbukan secara silang (cross
pollination), sehingga buah yang dihasilkan bila digunakan untuk benih tidak dapat
dipastikan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Walaupun demikian
dengan melakukan pemilihan pohon induk yang baik, sifatnya diharapkan akan
dapat diturunkan kepada benih yang dipetik. Hal ini berbeda pada jenis Kelapa
Genjah yang melakukan penyerbukan sendiri (self pollination), sehingga benih yang
diambil sepenuhnya akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Menurut Luntungan dan Zaenal Mahmud (1997) pemilihan pohon induk
dapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu
a. Seleksi blok
Benih diambil dari tanaman kelapa yang terdapat dalam blok/petak yang
produktivitasnya diatas rata-rata keseluruhan blok. Blok demikian disebut dengan
blok penghasil tinggi (BPT).
Blok penghasil tinggi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- produktivitas blok 1,7 ton kopra/ha/tahun
- keadaan tanaman harus homogen (seragam)
- bebas dari serangan hama dan penyakit
- penyebaran (dispersi) karakter buah dalam blok terpilih harus mempunyai
koefisien keragaman lebih kecil dari 15%.
Dispersi karakter buah dihitung dengan cara mengambil buah secara acak dari blok
terpilih. Karakter masing-masing buah seperti berat buah tanpa sabut, berat daging
buah ditimbang, kemudian dengan perhitungan statistik dicari nilai koefisien
keragamannya.

55
Tabel 3.1. Contoh Perhitungan Mencari Nilai Koefisien Keragaman Karakter Buah
2
No. Buah Karakter Buah X- (X - )
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
. . . .
. . . .
100 - - -
2
X =0

X- adalah simpangan dari nilai rata-rata


2
(X - ) adalah kuadrat simpangan
2
s= / n-1 dimana :
s= simpangan baku, = harga rata-rata dan n = jumlah contoh buah
Koefisien Keragaman (CV) adalah :
CV = x 100%

Bila nilai koefisien keragaman lebih kecil dari 15% maka blok tersebut dapat
dijadikan sebagai blok pohon induk dan selanjutnya dilakukan pemilihan pohon
induk secara individu.

b. Seleksi pohon induk


Tidak semua pohon kelapa dalam blok terpilih dapat digunakan sebagai pohon
induk. Terdapat kriteria tertentu yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah pohon kelapa layak untuk dijadikan pohon induk atau tidak. Pohon induk
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
- telah berumur 20-40 tahun
- menghasilkan buah terus menerus dalam jumlah yang banyak setiap
tahunnya (80-100 butir/pohon/tahun) dan nilai kopranya tinggi
(25kg/pohon/tahun)
- batang tumbuh kuat dan lurus dengan susunan bekas pelepah daun yang
rapat

56
- mahkota merata dengan bentuk seperti payung terbuka (sperical atau semi-
sperical). Jika kita berada di bawahnya sambil memandang ke atas
menembusi mahkota daunnya, tidak boleh kelihatan langit
- daun pendek dan kencang (tidak terkulai) dengan tangkai daun pendek dan
kuat pula. Pada tiap ketiak daun terdapat tandan buah/malai bunga
- tumbuh di tengah-tengah kebun dari individu tanaman yang berasal dari
kultivar yang sama
- bebas dari gangguan hama dan penyakit.
Untuk kelapa hibrida, benih harus berasal dari kebun induk yang diberi
wewenang untuk menyalurkan benih pada konsumennya.
2. Pemilihan Buah untuk Benih
Buah yang dipetik dari pohon induk terpilih tidak semuanya dapat
dijadikan benih, tetapi harus diseleksi terlebih dahulu berdasarkan syarat-
syarat tertentu.
Syarat-syarat buah untuk benih adalah :
a. Bentuk bundar atau setengah bundar dan utuh. Jangan menggunakan buah
yang berbentuk lonjong, karena selama pertumbuhannya terhimpit
diantara buah-buah lainnya pada tandannya.
b. Berukuran sedang, jangan terlalu kecil ataupun besar. Ukuran terbaik adalah
lebar 17-20 cm dan panjnag 22-25 cm.
c. Bobot buah lebih dari 1100 gram. Buah yang baik bobotnya mengandung
putih lembaga (endosperm) yang baik pula, sehingga dapat menghasilkan
bibit (kitri) yang tumbuh kekar dan kuat.
d. Umur buah telah tua atau masak dengan kandungan air yang cukup. Buah
yang telah tua biasanya ditandai warna kulit menjadi coklat, kandungan air
cukup dan bila buah digoncang-goncangkan menimbulkan bunyi.
e. Kulit buah mulus, licin dan tidak ada tanda-tanda cacat akibat serangan
hama dan penyakit.

57
f. Buah pada waktu dipetik, sebaiknya tidak dijatuhkan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari rusaknya lembaga benih.

Bentuk buah bulat atau agak bulat, 4/5 bagian buah


berwarna coklat
Gambar 3.1. Contoh Buah Kelapa yang Dapat Dijadikan Benih

3. Penyimpanan Buah
Buah yang akan dijadikan benih harus disimpan terlebih dahulu
sebelum disemaikan. Tujuannya adalah agar buah diberi kesempatan mengalami
proses kemasakan lebih lanjut.
Bila buah yang akan disemai didatangkan dari tempat lain, hendaknya
diketahui tanggal pemetikannya. Bila belum mengalami penyimpanan ± sebulan,
sebaiknya kita simpan lebih dahulu menunggu habis masa dormansi. Bila telah
disimpan, harus segera disemaikan. Persiapan tempat persemaian harus
dilaksanakan menjelang datangnya buah yang akan dijadikan benih tersebut.
Harold W. Byrd (1968) mendefinisikan dormansi sebagai ketidakmampuan benih
hidup untuk berkecambah, karena masih berlangsung perubahan fisiologis untuk
persiapan berkecambah.
Cara penyimpanan buah yang baik adalah :
a. Buah disimpan di ruangan yang sirkulasi udaranya baik, kering dan jangan
disimpan pada tempat yang lembab, kurang hawa dan panas.

58
b. Hindarkan buah dari kemungkinan kehujanan dan kepanasan
c. Bila jumlahnya banyak, buah boleh ditumpuk tetapi harus teratur agar sirkulasi
udara baik. Tumpukan jangan melebihi satu meter tingginya.
Benih kelapa hibrida di kebun induk biasanya telah diwadahi dengan
karung goni. Buah yang demikian dapat ditumpuk lebih tinggi dan disimpan
sesuai persyaratan, sebelum dikirim ke konsumen.
Syarat-syarat tempat penyimpanan buah yang akan dijadikan benih
adalah:
a. Teduh, tidak terkena sinar matahari serta hujan secara langsung, tetapi juga
tidak boleh terlalu lembab.
b. Keadaan sirkulasi udara baik, untuk ini biasanya dinding bangunan terbuat dari
anyaman bambu dan atap terbuat dari daun kelapa.
c. Penumpukan benih tidak boleh lebih dari satu meter dan cara penumpukan
sedemikian rupa sehingga sirkulasi udara masih berjalan dengan baik.
B. Pembibitan
1. Pesemaian Perkecambahan
Pesemaian perkecambahan merupakan suatu tempat untuk
mengecambahkan benih agar didapat bibit/kitri yang baik dan seragam
pertumbuhannya. Guna pesemaian perkecambahan adalah untuk
menumbuhkan benih sebelum dipindahkan ke pesemaian pemeliharaan atau ke
dalam polybag.
Pesemaian benih kelapa dilaksanakan mundur sekitar 10 bulan dari
saat penanaman bibit di lapangan. Misalnya penanaman dilaksanakan pada awal
musim hujan, yaitu sekitar bulan November, maka pesemaian dilaksanakan
bulan Januari sampai Februari pada tahun yang sama.
Pelaksanaan pesemaian perkecambahan dapat dibedakan menjadi empat
macam cara, yaitu :
a. Pesemaian tradisional (pesemaian gantung)

59
b. Pesemaian dengan bedengan
c. Pesemaian dengan polybag
d. Pesemaian sistem "walang sungsang"

Gambar 3.2. Posisi Buah di Pesemaian Perkecambahan

Gambar 3.3. Pesemaian Perkecambahan

60
a. Pesemaian Perkecambahan Secara Tradisional (Pesemaian Gantung)
Cara ini biasa dipraktekkan oleh petani, yaitu dengan cara
menggantungkan benih kelapa pada ranting pohon atau pada atap pinggir rumah
sampai tumbuh menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan.
Menurut hasil penelitian Mansur (1978) cara pesemaian tradisional ini
kurang baik, karena banyak bibit yang mati sebelum sempat ditanam di lapang.
Penyebab kematian ini mungkin akibat dari kekurangan air dan zat hara.
Keuntungan pesemaian cara tradisional ini adalah pengawasan lebih
mudah, tetapi juga mempunyai banyak kelemahan seperti
- penyiraman sulit dilaksanakan
- bila benih yang disemaikan banyak, menjadi sangat tidak efisien
- pertumbuhan bibit lambat bahkan banyak yang mati sebagai akibat habis atau
menipisnya cadangan makanan dalam daging buah.

b. Pesemaian Perkecambahan dengan Bedengan


Abdullah dan Luntungan (1978) memberikan kriteria tempat pesemaian
yang baik, yaitu :
- Dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman
- Topografi tanahnya datar
- Sinar matahari tidak terhalang
- Dekat dengan pembibitan dan areal pertanaman.
Untuk pesemaian perkecambahan dengan bedengan, tanah harus
dicangkul sedalam ± 30 cm. Bersihkan dari rerumputan, sisa-sisa akar, batuan,dll.
Buatlah bedengan-bedengan dengan ukuran lebar ± 2 m; tinggi 0,25 m dan
panjang disesuaikan dengan kebutuhan tetapi sebaiknya tidak lebih dari 25 meter.
Jarak antara bedengan 60 – 80 cm dan agar tanah bedengan tidak longsor di
sekelilingnya diberi penyangga dari bambu atau papan dari kayu. Diantara
bedengan dibuat parit selebar 30-40 cm untuk menghindari terjadinya genangan
air. Penambahan pasir pada bedengan dianjurkan pada tanah-tanah yang berat.
61
Pada tanah berat, jika tanah terlalu becek atau tergenang air, sebaiknya dibuatkan
lagi parit di tengah-tengah antara bedengan selebar 30 cm dengan dalam
secukupnya. Sebelum benih disemaikan, terlebih dahulu harus diperlakukan
sebagai berikut :
- Sabut di atas mata disayat dengan menggunakan pisau tajam selebar 7-10 cm pada
tonjolan yang berhadapan dengan sisi buah terlebar, dengan maksud untuk
memudahkan meresapnya air siraman ke dalam benih, memudahkan keluarnya
tunas (plumula) serta memudahkan pengontrolan cukup tidaknya air penyiraman
yaitu dengan cara menekan bidang sayatan dengan jari tangan dan bila keluar air
berarti penyiraman cukup.
- Benih didesinfeksi secara berturut-turut dengan larutan insektisida Azodrin 60 EC
0,1% dan fungisida Difolatan 4F 0,2% masing-masing selama dua menit. Pemberian
pestisida ini merupakan tindakan preventif terhadap serangan hama dan penyakit.
Benih ditanam pada bedengan sedalam 2/3 tebal buah. Buah berposisi
mendatar dengan bidang buah yang terlebar berada di sebelah bawah. Arah mata
sebaiknya menghadap ke satu jurusan. Dapat juga posisi buah sedemikian rupa
sehingga sayatan menghadap ke atas dan terletak horisontal sama tinggi dengan
permukaan tanah bedengan.

Gambar 3.4. Bedengan untuk Pesemaian Perkecambahan

62
Gambar 3.5. Pembuatan Bedengan pada Tanah Ringan dan Berat

Gambar 3.6. Penyayatan Sabut pada Buah Kelapa

Gambar 3.7. Persemaian Perkecambahan Dilihat dari Samping dan


dari Atas.

63
Kebutuhan benih dan luas bedengan pesemaian dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut :
a. Perkebunan kelapa X membutuhkan 2.500 bibit yang akan ditanam tahun
depan.
b. Benih kelapa yang tersedia mempunyai daya kecambah 70% dan diasumsikan
10% benih yang berkecambah menjadi bibit abnormal, maka 60% merupakan
benih siap salur.
2
c. Bila setiap 1 m bedengan pesemaian berisi 30 butir benih kelapa, maka :

Kebutuhan benih = x 2.500 = 4.200 benih


2
Luas bedengan yang dibutuhkan = x1m
2
= 140 m
Bila bedengan yang dibutuhkan berukuran 2 x 25 meter, maka :
Jumlah bedengan yang diperlukan = 140/50 = 3 bedengan
Dua sampai tiga minggu sejak disemaikan, buah mulai berkecambah.
Buah yang telah berkecambah dipindahkan ke pesemaian bibit/pemeliharaan atau
kedalam polybag, secara berangsur-angsur tiap bulan. Buah yang tidak
berkecambah selama jangka waktu tiga bulan, sebaiknya disingkirkan.
Setelah benih berkecambah, sebelum dipindahkan ke pesemaian bibit,
sebaiknya diadakan seleksi. Maksud seleksi ini untuk menyingkirkan benih yang
dapat berkecambah, tetapi diperkirakan tidak dapat tumbuh baik. Di amping itu
pula, untuk menyingkirkan kelapa-kelapa dari jenis lain. Seleksi itu pertama-tama
dilakukan atas dasar kecepatan benih berkecambah. Kecepatan berkecambah
benih biasanya berhubungan dengan kecepatan berbuah nantinya, oleh karena itu
diperlukan seleksi atas sifat tersebut untuk memperoleh bibit yang baik, kuat serta
cepat berbuah.
Kecepatan tumbuh benih biasanya berbeda-beda, oleh sebab itu
biasanya pemindahan ke pembibitan dijadikan beberapa kelompok sebagai berikut
64
- Kelompok 1 : Benih yang berkecambah 1 – 2 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 2 : Benih yang berkecambah 3 – 4 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 3 : Benih yang berkecambah 5 – 6 minggu setelah disemaikan
- Kelompok 4 : Benih yang berkecambah 7 – 8 minggu setelah disemaikan
Demikian seterusnya sampai benih yang dipindahkan telah mencapai 80% atau
telah mencapai umur 3 bulan.
Tahap selanjutnya adalah seleksi didasarkan pada warna dan keadaan
tunas (plumula). Benih yang warna plumulanya berbeda dengan warna semestinya,
harus diafkir. Misalnya kita mengecambahkan jenis kelapa yang plumulanya
berwarna hijau atau coklat (kelapa hibrida) atau kuning (Genjah nias kuning), maka
warna plumula kecambah harus sama dengan warna plumula jenis-jenis tersebut.
Demikian pula benih yang plumulanya lebih dari satu, plumula yang kurus dan
memanjang dan plumula yang bengkok, harus pula diafkir.
c. Pesemaian Perkecambahan dengan Polybag.
Benih disemaikan dalam polybag sampai menjadi bibit yang siap ditanam
di lapangan. Cara pesemaian perkecambahan dalam polybag jarang dilaksanakan,
tetapi yang sering dilakukan adalah pesemaian perkecambahan dalam bedengan,
kemudian dipindahkan dalam polybag sehingga siap ditanam di lapangan.

65
Gambar 3.8. Pelaksanaan Persemaian Perkecambahan dengan Polybag

d. Pesemaian Perkecambahan Menggunakan Sistem "Walang Sungsang"


Di perkebunan-perkebunan kelapa, pelaksanaan pesemaian
perkecambahan menggunakan sistem "walang sungsang" yaitu benih kelapa
disusun berderet saling bersinggungan, dengan sumbu buah membentuk ± 15°
terhadap bidang horisontal serta semua lembaga menghadap ke timur. Posisi
benih barisan kedua berada diantara dua benih pada barisan berikutnya, demikian
seterusnya sampai semua benih habis disemaikan.

66
Rongga diantara benih diisi dengan tanah yang telah digemburkan
dengan menggunakan potongan kayu/bambu yang diruncingkan pada ujungnya.
Pengisian tanah ini bertujuan agar benih tidak mudah berubah/goyang.
Dalam pengisian tanah di atas diusahakan agar bidang sayatan tidak
tertutup tanah. Pesemaian perkecambahan benih kelapa dengan sistem walang
sungsang mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
- Meningkatkan kapasitas benih tiap meter persegi
- Menghemat biaya pemeliharaan
- Mempermudah pengawasan dan pemeliharaan
- Memudahkan pemindahan benih/kecambah kedalam polybag.
e. Pemeliharaan Pesemaian Perkecambahan
Pemeliharaan yang utama pada pesemaian adalah penyiraman dan
penyiangan gulma.
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari dengan
dosis 6 liter air per meter persegi per hari atau setara dengan 5 mm curah hujan.
Penyiraman dianggap cukup bila sayatan lunak dan mengeluarkan air jika ditekan
dengan jari tangan. Hal ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
perlu tidaknya dilakukan penyiraman bila turun hujan sebelumnya.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput atau gulma lain yang tumbuh
di dalam bedengan pesemaian. Cara penyiangan adalah dengan dicabut
menggunakan tangan (manual), tidak dianjurkan menyiang dengan menggunakan
herbisida karena akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tunas.
Tumbuhnya gulma di pesemaian sebenarnya tidak menimbulkan persaingan hara
dengan benih kelapa, karena akar kecambah belum keluar dari sabut. Kerugian
yang ditimbulkan oleh adanya gulma di areal pesemaian adalah terjadinya
persaingan sinar dan juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit.

67
3) Mulching
Untuk daerah-daerah yang mengalami musim kering diperlukan mulching
yang diletakkan di sekitar benih kelapa.

Gambar 3.9. Mulching pada Pesemaian


2. Pesemaian Bibit
Pesemaian bibit merupakan tempat untuk memperoleh bibit yang
memenuhi syarat untuk dipindahkan atau ditanam di lapangan. Dikenal dua
macam cara pesemaian bibit, yaitu:
1. Pesemaian bibit dengan bedengan
2. Pesemaian bibit dengan polybag.
Lokasi pesemaian bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut
a. Tanah harus datar
b. Dekat dengan sumber air
c. Mempunyai saluran drainase yang baik
d. Sinar matahari tidak boleh terhalang
e. Bebas dari bekas serangan hama dan penyakit
f. Dekat dengan areal penanaman
g. Mudah diawasi

68
a. Pesemaian Bibit dengan Bedengan
Tanah tempat bedengan diolah secara intensif sampai kedalaman 30-40
cm, kemudian digemburkan dan diratakan. Lebar bedengan ± 1,52 meter dengan
panjang maksimum 10 meter serta tinggi bedengan 20 cm. Antar bedengan diberi
jarak 60 – 80 cm yang berfungsi untuk jalan dan saluran drainase (untuk
memudahkan pembuangan kelebihan air).
Untuk menambah kesuburan tanah bedengan, dapat ditambahkan pupuk
kandang yang telah matang sebanyak ± 15 ton per hektar. Pemberian pupuk
kandang ini bersamaan dengan pengolahan tanah bedengan.

Gambar 3.10. Bedengan Pembibitan

69
Gambar 3.11. Jarak Tanam Bibit dalam Bedengan
Pemindahan bibit dari pesemaian perkecambahan ke pesemaian
bibit/pesemaian pemeliharaan dengan menggunakan bedengan adalah sebagai
berikut :
Kecambah dipindahkan ke pesemaian bibit untuk dipelihara sampai tiba saatnya
pemindahan ke kebun. Di pesemaian bibit dianjurkan bibit ditanam dengan sistem
segitiga samasisi dengan jarak 60 cm x 60 cm x 60 cm. Jarak tanam di pesemaian
bibit tergantung pada umur bibit seperti tercantum pada Tabel 3.2. Arah barisan
adalah Utara-Selatan. Bibit ditanam sedemikian rupa, sehingga leher tunas rata
dengan permukaan tanah. Bibit yang berkecambahnya dalam waktu yang
bersamaan sebaiknya ditanam pada bedengan yang sama di pesemaian bibit ini.

Tabel 3.2. Jarak Tanam Bibit di Pesemaian Bibit

Jarak Tanaman Umur Bibit Siap Salur


(Segitiga sama sisi) (Bulan)
60 x 60 x 60 cm 6
80 x 80 x 80 cm 8

Sumber : Dirjenbun, 1986

70
Makin tua umur bibit akan mempunyai mahkota daun atau kanopi daun
yang lebih lebar dibanding bibit yang lebih muda, sehingga diperlukan jarak tanam
yang lebih lebar agar tidak terjadi persaingan sinar matahari dan unsur hara.

b. Pesemaian Bibit dengan Polybag


Pesemaian bibit kelapa dengan polybag saat ini banyak digunakan oleh
perkebunan kelapa dan perusahaan penjual bibit kelapa. Cara ini dianggap sebagai
perbaikan dari pesemaian bibit dengan bedengan.
Keuntungan pesemaian bibit kelapa dengan menggunakan polybag
adalah:
a. Bibit lebih cepat tumbuh
b. Resiko kematian bibit setelah ditanam di lapangan dapat ditekan
c. Bibit tidak mengalami stagnasi pertumbuhan pada waktu pindah ke lapangan,
karena keadaan perakaran relatif tidak berubah
d. Pemeliharaan bibit lebih mudah
e. Pengangkutan bibit ke tempat penanaman lebih mudah dan praktis
f. Jarak tanam bibit mudah diatur atau diubah-ubah
Pemindahan bibit dari pesemaian perkecambahan ke pesemaian
bibit/pesemaian pemeliharaan dengan menggunakan polybag adalah sebagai
berikut :
Bibit yang telah berkecambah langsung dipindahkan ke kantong plastik polybag.
Ukuran polybag yang cocok adalah panjang 50 cm dan lebar 40 cm. Medium dalam
polybag adalah tanah lapisan atas (top soil) yang telah digemburkan dan diayak
dengan baik. Sebelum tanah lapisan atas tersebut dimasukkan ke dalam polybag
terlebih dahulu dicampur pupuk kandang dengan perbandingan tanah dan pupuk
sebesar 3 : 1. Pertama-tama polybag diisi tanah setengah bagian, lalu bibit
dimasukkan tepat di tengah polybag kemudian pengisian tanah dilanjutkan
kembali sampai sebatas leher tunas sambil dipadatkan. Polybag harus diberi
lubang-lubang dengan diameter 0,5 cm dan diusahakan agar bentuknya silindris.
71
Bibit dalam polybag ditaruh di pesemaian pemeliharaan. Aturlah agar jaraknya
optimal, yaitu sekitar 60 cm x 60 cm x 60 cm sampai 80 cm x 80 cm x 80 cm dengan
sistem segitiga samasisi.

Gambar 3.12. JarakTanam Bibit Polybag dan Kitri yang Pertumbuhannya baik

Yang dimaksud jarak tanam bibit adalah jarak tunas dalam polybag
dengan tunas dalam polybag lainnya. Jarak tanam tersebut dibedakan sesuai
dengan umur bibit siap salur.

72
Gambar 3.13. Persemaian Bibit dalam Polybag

Gambar 3.14. Kitri dalam Polybag


73
c. Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan pesemaian bibit di bedengan maupun di polybag pada
dasarnya tidak berbeda, yaitu terdiri dari:
1) Penyiraman
Penyiraman bibit sangat diperlukan untuk menjamin pertumbuhan bibit
yang optimal. Apalagi jika pembibitan dilaksanakan pada musim kemarau, maka
pemberian air melalui penyiraman mutlak diperlukan agar bibit tidak mengalami
kekeringan. Pada musim kemarau dilakukan setiap hari.
Air siraman yang diperlukan tergantung pada umur bibit, semakin tua
semakin banyak air yang dibutuhkan, yaitu umur 1 – 2 bulan keperluan air 1
liter/hari, umur 3 – 4 bulan sebanyak 2 liter/hari dan umur lebih dari 5 bulan
sebanyak 3 liter/hari. Apabila turun hujan sebesar 10 mm/hari, maka penyiraman
dilakukan dengan interval dua hari sekali.
2) Penyiangan dan penggemburan tanah
Pesemaian tempat pemeliharaan bibit harus selalu dibersihkan terhadap
rumput-rumputan, dan tanahnya digemburkan dengan dicangkul dangkal. Harus
dijaga agar akar bibit tidak terganggu. Untuk bibit dalam polybag, lebih mudah
penjagaannya.
Penyiangan dilakukan secara manual setiap saat jika terdapat gulma yang
tumbuh. Penyiangan gulma dengan menggunakan herbisida sedapat mungkin
dihindari.
3) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit harus sudah dimulai sejak di pesemaian
bibit, karena kesehatan dan kondisi pertumbuhan bibit sangat menentukan baik
buruknya pertumbuhan bibit tersebut setelah ditanam di lapangan.
Untuk memperoleh bibit yang sehat, secara preventif bibit dapat
disemprot baik dengan insektisida maupun fungisida. Pada Bab V hal ini akan
dibicarakan lebih lanjut.

74
4) Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan agar diperoleh bibit yang sehat dan subur
pertumbuhannya. Pada pemupukan bibit, pupuk yang mengandung N dan CI harus
diberikan untuk menjamin pertumbuhan bibit yang baik. Penggunaan ZA sebagai
sumber N dan S bersama KCI atau NaCI sebagai sumber K dan CI dijumpai baik
sekali pengaruhnya.
Pada pembibitan cara tradisional dimana bibit dipelihara pada bedengan-
bedengan pesemaian bibit, pemupukan dilakukan dua kali. Yang pertama diberikan
1 – 2 bulan setelah bibit berada pada bedengan pesemaian, dan yang kedua adalah
4 bulan kemudian. Dosis pupuk yang diberikan adalah : 30 gram per bibit dan yang
kedua adalah 60 gram/bibit, terdiri dari campuran pupuk Urea/ZA, TSP clan KCI.
Di Filipina, pemberian pupuk pada bibit bedengan dilaksanakan dengan
memberikan pupuk pada setiap bibit sebanyak 1 sendok makan ZA + 1 sendok
makan KCI.
Untuk bibit kelapa hibrida yang pertumbuhannya lebih cepat, pemberian
borax sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur Boron (B) yang
akan menjamin pertumbuhan bibit yang normal. Bibit polybag kelapa hibrida
dipupuk setiap satu bulan sekali. Pupuk diberikan dengan dicampurkan ke dalam
tanah polybag setebal 3 cm.
Pemberian dosis pupuk sangat tergantung pada umur bibit seperti disajikan pada
Tabel 3.3. berikut ini.

75
Tabel 3.3. Dosis Pemupukan Bibit

Dosis Pupuk (gram/bibit)


Umur Bibit
Urea *) ZA TSP MOP Kieserit
1 3 6 7 11 6
2 3 7 3 13 7
3 4 8 10 14 8
4 5 9 11 16 9
5 5 10 11 16 10
6 5 10 12 18 10
7-11 6 12 14 22 12

*) Penggunaan Urea sebagai pengganti bila pupuk ZA sukar diperoleh


Sumber : Dirjenbun, 1986

Catatan:
- Pemupukan terakhir 2 minggu sebelum dipindahkan ke lapangan
- Pupuk Phosfat diberikan selang sebulan dan waktu pemberiannya pada setiap
kali pemupukan adalah dua minggu sebelum pemberian pupuk lainnya, dan
harus dicampur dengan baik/merata dengan tanah
- Pemberian pupuk Phosfat harus dipisah dengan pupuk Nitrogen.
- Penambahan 0,1 — 1,0 gram borax pada bulan kedua dan kelima sangat
dianjurkan
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa sampai umur 11 bulan, bibit masih
memerlukan pupuk MOP (Muriat On Potash) atau KCI yang paling banyak
dibanding pupuk lainnya. Hal ini disebabkan unsur hara Kalium mempunyai fungsi
yang sangat penting, yaitu untuk pertumbuhan vegetatif, pembentukan daun-daun
baru.
5) Pemindahan bibit/kitri ke kebun
Pemindahan bibit/kitri ke kebun dilakukan setelah bibit berumur 6 –8
bulan. Tinggi bibit sekitar 1 meter, berdaun ± 4 lembar, dimana daun sudah ada

76
yang membelah menjadi daun dewasa. Sebagai pedoman dalam memilih bibit/kitri
yang baik adalah
- daunnya cepat membelah
- jumlah daun banyak (umur 6 bulan paling sedikit telah mempunyai 5 daun
dewasa)
- pangkal batangnya besar
- daunnya lebar dengan pelepah yang pendek
- pelepah daun tumbuh rapat
- warna daun hijau segar, dan
- bebas dari hama/penyakit.
Pada bibit kelapa hibrida, seleksi bibit dilakukan dengan memilih bibit
berdasarkan pada warna pelepah daun (petiole) dan kesuburan pertumbuhannya.
Bibit yang terpilih adalah yang tumbuh subur, sehat, kuat dengan pelepah daunnya
berwarna hijau atau coklat atau warna diantaranya. Bibit yang berpelepah warna
kuning, merah atau orange jangan digunakan karena bibit demikian berasal dari
benih ilegitim. Umur bibit yang optimal untuk dipindahkan ke lapangan adalah
pada umur 8 – 12 bulan.
6) Perhitungan kebutuhan benih/bibit
Kebutuhan bibit tiap hektar tergantung pada jarak tanam yang
digunakan. Secara umum, kebutuhan benih tiap hektar diperhitungkan sebanyak
250 benih. Dari jumlah ini yang perkecambahannya baik kira-kira 75% (186 bibit).
Setelah dilaksanakan seleksi bibit, yang baik kira-kira 65% (160 bibit). Jumlah bibit
sebanyak 160 per hektar akan mencukupi kebutuhan, karena kebutuhan per
hektar adalah 143 bibit (Jarak tanam 9 m x 9 m, segitiga samasisi) dan untuk
menyulam 17 bibit.

77
C. Simpulan
1. Dalam rangka pengadaan bibit kelapa yang baik dan benar perlu memahami
bahan tanaman dengan seksama misalnya dalam pemilihan pohon induk,
pemilihan buah untuk benih dan cara-cara penyimpanan buah.
2. Pembibitan kelapa dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu dimulai dengan
pesemaian perkecambahan dan dilanjutkan dengan pesemaian bibit kelapa.
3. Pesemaian perkecambahan yang paling sering dilakukan sampai saat ini yaitu
a.l. pesemaian perkecambahan secara tradisional atau pesemaian gantung,
pesemaian dengan bedengan, pesemaian dengan polybag, pesemaian dengan
menggunakan sistem ”walang sungsang”.
4. Dalam pesemaian bibit kelapa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
pesemaian bibit dengan bedengandan dengan polybag.
5. Pemeliharaan pesemaian kecambah meliputi: penyiraman, penyiangan gulma,
mulching, hal ini juga berlaku bagi pemeliharaan bibit namun lebih banyak
kegiatannya a.l. dengan kegiatan penggemburan tanah, pengendalian hama
dan penyakit serta pemupukan

78
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA KELAPA
A. Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk perkebunan kelapa bervariasi tergantung kepada
situasi dan kondisi lapangan.
1. Situasi
Pada lahan yang miring dimana erosi sangat mungkin terjadi, pencegahan
terjadinya erosi sangat dianjurkan. Dalam hal ini, penanaman tanaman penutup
tanah seperti Calopogonium sp. dan pembuatan teras akan sangat bermanfaat
dalam mencegah terjadinya erosi.
Pada lahan-lahan dimana air seringkali menggenang untuk selama
beberapa hari setelah turun hujan, pembuatan saluran-saluran drainase sangat
dianjurkan. Bahkan bila kelapa ditanam pada daerah berawa-rawa dengan
permukaan air tanah yang tinggi, penanaman kelapa hanya mungkin dibuat
tanggul-tanggul selebar 5 – 8 meter dimana kelapa ditanam di atasnya.
2. Kondisi
Lahan yang akan ditanami kelapa dapat bermacam ragam keadaannya.
Persiapan lahan untuk berbagai keadaan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pembukaan lahan barn yang berasal dari hutan (primer atau sekunder)
Vegetasi hutan biasanya terdiri dari semak sampai pohon dengan diameter
batang yang cukup besar. Dalam pembukaan hutan, semak-semak ditebang
terlebih dahulu kemudian diteruskan pada batang-batang pohon yang semakin
besar. Batang pohon yang telah roboh dipotong dengan ukuran tertentu
dengan menggunakan gergaji atau mesin gergaji. Akar dan tunggul batang
dibongkar lalu dibakar dan sisa-sisa pembakaran dibuang dari areal sehingga
lahan dalam kondisi siap olah untuk dibajak atau dicangkul.
- Pembukaan lahan bekas alang-alang

79
Pembukaaan lahan yang ditumbuhi alang-alang (Imperata cylindrica) dilakukan
dengan menggunakan herbisida. Terlebih dahulu tanah harus dibajak dengan
traktor agar alang-alang dapat terbongkar. Setelah itu dibiarkan beberapa saat
dan kemudian dilaksanakan penyemprotan dengan herbisida seperti Round Up
(3,1 kg glyposate/hektar) atau diuron/paraquat (4 kg diuron/hektar) cukup
efektif untuk mengatasi alang-alang.
Untuk menghemat penggunaan herbisida, tenaga kerja serta biaya, maka
sebelum dilakukan penyemprotan alang-alang, terlebih dahulu perlu diadakan
kalibrasi. Kalibrasi adalah penentuan konsentrasi dan volume herbisida untuk
memberantas alang-alang dalam luasan tertentu.
Alang-alang yang mati dan mengering dikumpulkan pada tempat tertentu lalu
dibakar sehingga lahan dalam kondisi siap olah.
- Peremajaan kebun
Pada saat ini banyak kelapa yang berumur lebih dari 50 tahun dan tidak
produktif lagi, sehingga perlu diremajakan. Penebangan pohon kelapa yang
akan diremajakan diatur sedemikian rupa sehingga arah robohnya pohon ke
satu arah, kemudian batang pohon kelapa dipotong-potong dengan ukuran
tertentu sesuai dengan keperluan. Bila batang pohon tersebut jelek dapat
digunakan untuk kayu bakar atau dibakar beserta sisa-sisa tanaman lainnya
agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
Sisa-sisa pernbakaran disingkirkan dari kebun sehingga lahan dalam kondisi
siap olah.
B. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Bila lahan yang akan ditanami kelapa tidak dimaksudkan untuk ditanami
secara "intercropping", penanaman tanaman penutup tanah akan sangat
bermanfaat karena dapat mencegah erosi dan menambah kesuburan tanah.

80
Suatu campuran tanaman penutup tanah yang terdiri dari Controsema
pubescens, Calopogonium mucunoides dan Pueraria phaseoloides dapat dianjurkan
untuk ditanam mendahului penanaman kelapa.
Tanaman penutup tanah dapat ditanam dengan dua cara. Cara pertama,
setelah selesai pembajakan atau penggaruan terakhir, sebanyak 15 –20 kg benih
disebar merata di atas permukaan tanah. Cara kedua, benih ditanam dalam barisan
dengan jarak 0,5 – 0,75 meter. Pada saat penanaman dan beberapa minggu
sesudahnya, keadaan lahan harus cukup lembab agar tanaman penutup tanah
dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman penutup tanah terbukti berpengaruh baik untuk wilayah-
wilayah dimana dalam satu tahun dijumpai bulan-bulan kering antara 3 – 6 bulan.
Pada daerah demikian, tanaman penutup tanah harus sudah disiapkan sebelum
tibanya musim kemarau.

Gambar 4.1. Tanaman Penutup Tanah


C. Jarak Tanam
Berbeda dengan pertanaman kelapa rakyat dimana jarak tanam biasanya
tidak teratur dan terlihat cenderung untuk menanam lebih rapat bercampur
dengan jenis tanaman lainnya. Di perkebunan negara maupun swasta yang

81
mengusahakan tanaman kelapa sudah diterapkan sistem "tandur jajar" yaitu
menanam tanaman dengan jarak dan barisan yang teratur. Hal ini dimaksudkan
agar lebih mudah dalam pemeliharaan.
Jarak tanam akan berpengaruh terhadap populasi tanaman per satuan
luas, penggunaan cahaya dan kompetisi hara dan air. Hal ini harus diperhatikan bila
akan menanam kelapa, terlebih jika akan dilakukan penanaman tanaman seta
diantara tanaman kelapa. Lahan penanaman kelapa ideal yang memperhatikan
keteraturan dan jarak tanam disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Lahan Penanaman Kelapa yang Ideal

Tabel 4.1. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Jenisnya

Jenis Kelapa Jarak Tanam (meter)


Kelapa Genjah 6x6
8x8
Kelapa Hibrida 8,8 x 8,5
9x9
Kelapa Dalam 9x9
10 x 10
9x10
82
Jarak tanam dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan
segitiga samasisi. Bentuk segitiga samasisi saat ini banyak dipakai di perkebunan-
perkebunan kelapa karena dapat menghemat lokasi dan penyebaran sinar
matahari lebih merata. Sebagai contoh untuk jarak tanam 9 m x 9 m dengan
menggunakan sistem segi empat samasisi populasi tanaman hanya 123 – 124
pohon/hektar. Bila menggunakan sistem segitiga samasisi populasi tanaman dapat
mencapai 143 pohon/hektar. Pada daerah berbukit dipakai sistem kontur (garis
tinggi).
Selain ketiga sistem tanam tersebut masih dikenal satu sistem lagi yaitu
yang disebut sistem quincunx, yang biasanya dipakai pada peremajaan. Pada
sistem terakhir ini, tanaman-tanaman tua yang akan diganti baru dibongkar setelah
tanaman muda penggantinya tumbuh cukup besar.

Tabel 4.2. Jarak Tanam Kelapa Berdasarkan Sistem Jarak Tanam

Sistem Jarak Tanam Ukuran


1. Bujursangkar 9 m x 9 m atau 10 m x 10 m
2. Segitiga samasisi 9mx9mx9m
3. Empat persegi panjang 10 m x 9 m atau 10 m x 8 m

Jarak tanam diukur menurut bidang horisontal dan bukan menurut


topografi tanahnya, sehingga walaupun tanahnya miring maka jarak horisontal
antara tanaman kelapa yang satu dengan yang lainnya tetap sama. Arah barisan
dibuat utara selatan agar penggunaan sinar matahari lebih efisien.
Setiap tanaman mempunyai jarak tanam optimal yang berlainan dan cara
mengukur jarak tanam optimal yang paling praktis adalah dengan memperhatikan
batas tajuk daun antara pohon yang satu dengan lainnya cukup berdekatan tetapi
tidak sampai bersentuhan.

83
D. Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh
bagi akar tanaman yang baru dipindahkan.
Ukuran lubang tanam berbeda untuk jenis tanah yang berlainan,
tergantung pada tekstur tanahnya. Pada tanah berat seperti tanah liat ukuran
lubang tanam harus lebih besar dibandingkan untuk tanah-tanah ringan seperti
tanah berpasir. Ukuran lubang sebesar 60 cm x 60 cm x 60 cm digunakan pada
tanah-tanah ringan, sedang untuk tanah berat digunakan lubang tanam 100 cm x
100 cm x 100 cm.
Pembuatan lubang ini harus sudah selesai dikerjakan ± 2 bulan sebelum
tanam dengan tujuan agar tanah galian lubang tanam terkena sinar matahari dan
untuk memperbaiki aerasi tanah.
Pada lahan pasang surut tidak dilakukan pembuatan lubang tanam,
bahkan sebaliknya tanah tempat tanaman dinaikkan ± 100 cm x 100 cm x 100 cm.
Hal ini dimaksudkan agar tanaman kelapa tidak tergenang pada waktu air laut
pasang.
Tanah hasil galian bagian atas (top soil) dengan bagian bawah (sub soil)
dipisahkan. Satu bulan sebelum penanaman tanah hasil galian dikembalikan lagi
dengan susunan tanah tetap seperti semula, yaitu tanah bagian atas tetap di atas
dan bagian bawah tetap dibawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 4.2. berikut ini.

84
Gambar 4.3. Cara Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam
E. Penanaman
Pengertian dari penanaman adalah kegiatan pemindahan bibit
(transplanting) dari pembibitan ke lapangan, dengan tujuan untuk mendapatkan
penanaman kelapa yang sehat dan mampu berproduksi optimal.
Bibit yang dipindahkan ke lapangan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Daun bibit cepat membelah/mekar
2. Tiap bulan keluar daun, artinya bila bibit berumur 6 bulan maka bibit tersebut
telah memiliki 6 daun dari saat keluar daun yang pertama.
3. Pangkal batang besar, tegak dan tidak berlilin
4. Pelepah pendek, lebar, kuat dan tumbuh rapat
5. Daun lebar dan berwarna hijau segar
85
6. Bebas dari serangan hama dan penyakit.
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan
Oktober sampai November. Bila penanaman dilakukan pada musim kemarau atau
pada saat curah hujan masih sedikit, bibit akan mengalami kekeringan dan bahkan
dapat menyebabkan kematian. Sementara itu bila harus dilakukan penyiraman
akan dibutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu segala persiapan
penanaman harus dikerjakan bulan bulan sebelumnya dan harus direncanakan saat
awal musim hujan segala persiapan penanaman telah selesai.
1. Cara Menanam
Teknis menanam antara bibit kitri dan bibit polybag agak sedikit berbeda.
a. Menanam bibit kitri
Beberapa hari sebelum bibit ditanam, dasar lubang digemburkan. Tanah
lapisan atas dimasukkan sambil dicampur dengan pupuk P (TSP atau Rock
Phosphate) sebanyak 300 gram/lubang. Lubang tidak diisi sampai penuh, disisakan
bagian atas lubang sedalam 15 – 20 cm tetap kosong. Bibit kitri ditanam berdiri
tegak di tengah-tengah lubang. Kedalaman menanam 15 – 20 cm dari permukaan
tanah. Pangkal batang jangan terlalu tertimbun karena titik tumbuh masih berada
di bawah, dan kalau tertimbun pertumbuhannya akan mengalami hambatan.
Tanah sekitar bibit ditekan kuat agar bibit berdiri tegak.
b. Menanam bibit polybag
Sebelum diangkat ke tempat penanaman, bibit polybag harus disiram
lebih dahulu secukupnya. Akar yang melewati atau menembus polybag harus
dipotong.
Tanah lapisan atas terlebih dahulu dicampur dengan pupuk P (TSP atau
RP) sebanyak 30 gram/lubang, sebelum tanah ditimbunkan ke dalam lubang.
Masukkan bibit ke dalam lubang dengan hati-hati. Sebelum bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanaman, polybag bagian bawah dipotong melingkar dan dibuat
irisan vertikal sampai ke ujung polybag. Bekas polybag selanjutnya digantungkan

86
pada ajir untuk meyakinkan bahwa polybag sudah dikeluarkan dari lubang
tanaman. Letak bibit di tengah tengah lubang (bila ajir terletak di tengah lubang)
atau pada arah yang sama terhadap ajir (bila ajir terletak 10 cm dari tepi lubang).
Bibit yang telah dimasukkan ke dalam lubang ditimbun tanah yang telah
dicampur dengan pupuk phosfat, kemudian dipadatkan dengan ketebalan tanah
3 –5 cm diatas sabut bibit kelapa.

Gambar 4.4. Menanam Bibit Polybag

Keterangan :
a. Lubang tanam berukuran 80 cm x 80 cm x 80 cm. Ajir dapat terletak 10 cm di
luar
b. lubang atau di tengah-tengah lubang (aj-1 atau aj-2). Lubang digali, tanah
atas (A, 0-30 cm) dipisahkan dari tanah bawah (B, 30-80 cm).
c. Persiapan tanam
d. Menanam bibit polybag.
- lepaskan dasar plastik

87
- taruh bibit di tengah-tengah lubang
- timbun dengan tanah atas sambil dimasukkan pupuk TSP/RP (300 gram)
- kuatkan tanah penimbun agar bibit berdiri tegak dan kokoh
- timbunan sampai permukaan tanah polybag (0-5 cm) dari permukaan
- tanah bawah sebar sekeliling.
Penimbunan tanah sebaiknya sedemikian rupa sehingga permukaan polybag
berada 5 cm di bawah permukaan lubang. Pemberian mulsa sekitar lubang sangat
dianjurkan karena akan dapat mempertahankan kelembaban tanah dengan baik.
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim hujan, setelah hujan turun
secara teratur dan cukup untuk membasahi tanah (curah hujan selama 30 hari
mencapai 250 mm).
F. Pemeliharaan
Untuk mempertahankan potensi hasil tanaman kelapa, persyaratan untuk
pertumbuhan yang optimal perlu dihayati. Tanaman kelapa dapat berproduksi
tinggi bila persyaratan-persyaratan berikut terpenuhi, yaitu
a. Tanaman kelapa yang ditanam merupakan varietas unggul
b. Pemupukan yang tepat
c. Jarak tanam yang optimal
d. Terhindar dari gangguan gulma, hama dan penyakit.
Meskipun kemampuan produksi setiap tanaman ditentukan oleh faktor
genetik tanaman itu sendiri, jika tidak dilakukan pemeliharaan akan berpengaruh
negatif terhadap kemampuan tanaman tersebut. Kegiatan pemeliharaan dapat
dibedakan berdasarkan tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.
1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Waktu yang sangat kritis untuk tanaman muda ialah sejak mulai ditanam
sampai umur 3 – 4 tahun. Selama waktu itu, tanaman harus diberi perhatian
sebesar-besarnya agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat, subur dan
cepat berproduksi.

88
Tanaman muda harus dihindarkan dari gangguan hewan, saingan dari
rerumputan dan tanaman liar lainnya, serangan rayap, dan kemungkinan
tergenang air dan lumpur.
Pemeliharaan yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Pemagaran
Di tempat-tempat atau daerah-daerah dimana terdapat banyak gangguan
hewan (babi hutan, kerbau, kambing dan sebagainya), tanaman muda perlu
dipagari untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan. Pemagaran
dipertahankan sampai tanaman cukup besar dan tidak lagi diganggu ternak besar.
b) Penyiraman
Untuk mencegah kemungkinan kekeringan, bibit yang baru ditanam perlu
disiram sampai terbentuknya perakaran baru yang dapat menjaga kelangsungan
hidup tanaman muda. Pemberian air perlu dilakukan di musim kemarau, selama 2
–3 tahun pertama setelah bibit dipindahkan. Perlunya penyiraman ini bergantung
pada keadaan setempat.
c) Naungan
Selesai bibit ditanam untuk bibit kitri dianjurkan untuk menaunginya agar
terlindung dari terik matahari. Jenis naungan yang dapat diberikan misalnya :
- menancap daun-daun kelapa sekeliling lubang tanaman, atau
- menanam pupuk hijau perdu seperti Crotalaria sp., atau Theprosia sp. di
sekeliling lubang tanaman
Naungan diperlukan sampai tanaman berumur ± 1 tahun. Setelah tanaman
tumbuh baik, naungan dihilangkan secara berangsur-angsur.

d) Penanaman tanaman penutup tanah


Penanaman penutup tanah diantara tanaman kelapa sangat dianjurkan,
karena diperoleh beberapa keuntungan, yaitu :
- memberantas gulma

89
- menambah kadar Nitrogen di dalam tanah melalui fiksasi N bebas dari udara
oleh bakteri Rhizobium
- menambah bahan organik (serasah) yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah
- mencegah terjadinya erosi
- menahan penguapan terutama dalam musim kemarau
- khusus untuk kebun kelapa, tanaman penutup tanah mampu menekan
perkembangan hama Oryctes.
Jenis tanaman penutup tanah yang dianjurkan adalah termasuk tanaman
Leguminosae (legumes cover crop), seperti Calopogonium caeruleum,
Calopogonium mucunoides, Psophocarpus palustries, Pueraria javanica, avanica,
Centrocema pubescens, Centrocema plumieri, dll. Dewasa ini jenis Calopogonium
caeruleum sangat disukai pada perkebunan kelapa.

e) Penanaman tanaman sela (intercrop)


Tanah pada sekitar tanaman muda selain ditanami dengan tanaman penutup
tanah (LCC) dapat juga ditanami tanaman bahan makanan. Dalam rangka
pelaksanaan Proyek Pembangunan Kelapa Rakyat, penanaman tanaman sela
diantara tanaman kelapa diatur sebagai berikut :
- waktu: 3 tahun pertama setelah penanaman kelapa.
- jenis tanaman: tanaman semusim seperti padi dan kacang-kacangan (kedele,
kacang tanah, kacang hijau, kacang tunggak). Jagung hanya boleh ditanam
pada tahun kedua dan ketiga, sedangkan ubi kayu tidak diperbolehkan.
- tanaman sela diharuskan diberi pemupukan sesuai kebutuhan tiap-tiap jenis
tanaman sela yang bersangkutan.
- Penanaman tanaman sela berada di luar radius 1,5 sampai 2 meter dari
tanaman kelapa.

90
f) Memperbaiki keadaaan tanah
Tanah sekitar tanaman harus digemburkan, sehingga perakaran dapat
berkembang dengan baik. Bila tanaman mulai tumbuh besar, penggemburan tanah
dapat dilakukan dengan menggunakan traktor.
Selain tindakan-tindakan tersebut di atas, hal-hal lain yang harus
diperhatikan adalah :
- air hujan tidak menggenangi lubang tanaman dalam jangka waktu yang cukup
lama.
- tumbuhan liar yang tumbuh di dalam/sekitar lubang harus selalu dibersihkan.
- tanaman penutup tanah yang menjalar atau merambat tidak naik melilit
tanaman kelapa, karena akan mengganggu pertumbuhannya. Daerah sekitar
batang harus dibersihkan pada jarak tertentu (clean weeding sekitar batang).
- lubang tanam sebaiknya ditutup secara barangsur-angsur.

g) Menyulam
Tanaman yang mati, tumbuh kurang sehat dan kurang baik (bibit tumbuh
kerdil, terserang hama penyakit), harus segera dibongkar dan kemudian disulam
dengan bibit baru yang baik. Sebagai bibit sulaman harus diusahakan yang
berumur sama dengan tanaman yang digantikannya. Untuk hal ini perlu disediakan
bibit cadangan di pesemaian, dan lebih baik bila digunakan bibit polybag yang
sama umurnya. Penyulaman dilakukan pada waktu musim hujan setelah bibit yang
akan diganti telah didongkel dan dibakar.
h) Pemupukan
Pemupukan harus segera dilaksanakan terhadap tanaman muda agar
pertumbuhannya sehat dan subur. Waktu, dosis dan cara pemupukannya akan
diuraikan kemudian pada sub bab berikutnya.
i) Pengendalian gulma

91
Gulma yang tumbuh di pertanaman kelapa merupakan salah satu faktor yang
dapat menurunkan hasil tanaman kelapa. Pengaruh yang merugikan dengan
adanya gulma di sekitar pertanaman kelapa adalah :
- terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air dengan tanaman
pokok sehingga akan sangat menekan pertumbuhan tanaman pokok. Dalam
jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pula pada tanaman pokok dalam
hal ketahanan terhadap hama/ penyakit, pengambilan hara dan produksi,
- menjadi inang hama/penyakit yang menyerang tanaman pokok,
- dapat menghasilkan bahan sekresi yang bersifat meracuni terhadap tanaman
pokok.
Jenis-jenis gulma yang banyak tumbuh di pertanaman kelapa adalah:
- Axonopus compressus (rumput pahit, papaitan)
- Borreria laevis (ketupang lemah)
- Chromolaena odorata (kirinyuh)
- Imperata cylindrica (alang-alang)
- Ischaenum timorense (tembagaan, tatambagaan)
- Mikania micrantha (mikania, sembung rambat, areuy)
- Panicum repens (lampuyangan, balungan, jajahean)
- Paspalum conjugatum (rumput pahit, jukut pahit)
Pertumbuhan gulma terutama dipengaruhi oleh intensitas penaungan. Pada
waktu tanaman kelapa masih muda keadaan daun belum menutupi seluruh
permukaan tanah, sehingga gulma tumbuh lebih cepat. Berbeda dengan tanaman
kelapa yang telah tua dimana daun sudah saling menutupi permukaan tanah dan
menghambat pertumbuhan gulma yang ada di bawahnya. Oleh karena itu
intensitas pengendalian gulma pada tanaman muda biasanya lebih tinggi dibanding
tanaman kelapa yang telah tua.
Pengendalian gulma dapat dilakukan terhadap seluruh areal pertanaman
kelapa (clean weeding), tetapi cara ini banyak membutuhkan tenaga kerja dan

92
biaya. Berdasarkan imbangan antara faktor biaya dan manfaat, saat ini telah
diterapkan sistem pengendalian gulma yang disebut sebagai "circle weeding".
Circle weeding dilakukan dengan mencangkul gulma yang tumbuh di sekitar pohon
dengan arah cangkulan dari luar ke dalam atau dari pinggir ke tengah. Hal ini
dimaksudkan agar permukaan tanah di sekitar pohon tidak menjadi cekung dan
tidak tergenang air pada musim hujan.
Rotasi dan radius circle weeding tergantung pads umur tanaman dan
kecepatan tumbuh gulmanya. Tanaman dengan umur 0 – 1 tahun gulma
dibersihkan dengan radius ± 75 cm tiap bulan, umur 2 –3 tahun dengan radius ±
100 cm sepuluh kali per tahun, umur 4 tahun dibersihkan dengan radius 125 – 200
cm dengan rotasi tergantung pertumbuhan gulma.
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa dapat pula dengan menggunakan
zat kimia yang disebut herbisida. Berdasarkan sifat bahan aktifnya, herbisida dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
(1) Kontak, contoh : Gramoxon, Paracol, Agroxon
(2) Kontak sistemik
(3) Sistemik, contoh: Round Up (efektif untuk pemberantasan alang-alang),
Pelitapon, Dowpon S, Basfapon, dll.
Herbisida kontak bekerja melalui bagian tumbuhan yang terkena herbisida,
misalnya daun atau bagian lainnya. Herbisida sistemik bekerja melalui sistem
penyerapan zat makanan, yaitu melalui akar atau daun. Herbisida kontak sistemik
dapat bekerja melalui kedua cara tersebut di atas.
Khusus untuk memberantas gulma alang-alang sebaiknya menggunakan
herbisida sistemik agar alang-alang tersebut mati sampai akar-akarnya. Pada areal
dimana alang-alang tumbuh terpencar-pencar pemberantasannya dapat dilakukan.
dengan carat usapan (wiping), yaitu mengolesi alang-alang dengan larutan
herbisida sistemik.

93
Cara lain untuk mengendalikan gulma yang sekaligus dapat menambah
kesuburan tanah serta mengurangi erosi adalah dengan menggunakan tanaman
penutup tanah (cover crop). Jenis tanaman penutup tanah yang sering digunakan
adalah Psophocarpus palustries, Calapogonium mucunoides, Calapogonium
caeruleum, Centrocema pubescens dan Pueraria javanica.
Sifat kelima jenis tanaman penutup tanah tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Sifat-Sifat Tanaman Penutup Tanah
Jenis Tanaman Kecepatan Kemampuan Daya Tahan
Penutup Tanah Tumbuh Menutup Kekeringan
Psophocarpus palustries Cepat Sedang Agak tahan
Calapogonium mucunoides Cepat Baik Tidak tahan
Calapogonium caeruleum Lambat Baik Tahan
Centrocema pubescens Lambat Kurang Agak tahan
Pueraria javanica. Agak cepat Baik Agak tahan
Sumber: Suhardiyono, 1988
Penanaman tanaman penutup tanah dilakukan setelah keadaan lapangan
bersih dari gulma dan pada saat tanam yang tepat adalah setelah beberapa kali
turun hujan serta keadaan tanah telah cukup basah atau lembab.
Penanaman dilakukan dengan disebar dalam lubang tanam yang
berbentuk jalur sedalam 2,5 – 5 cm dan jarak antar jalur ± 1 meter.
Tanaman penutup tanah tidak boleh merambat atau melilit tanaman
kelapa dan jika hal ini terjadi harus segera dilakukan kegiatan yang disebut
"rambet" yaitu menurunkan atau menyingkirkan tanaman penutup tanah sampai
radius ± 1 – 2 meter dari pohon.

2. Tanaman Menghasilkan (TM)


Tanaman kelapa yang memperoleh pemeliharaan yang baik akan mulai
berproduksi pada umur 3 – 4 tahun untuk kelapa hibrida dan 7 – 8 tahun untuk

94
kelapa dalam. Untuk memperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan subur,
tanaman dewasa harus mendapat pemeliharaan lanjutan yang baik sehingga
dengan demikian produksinya pun tinggi.
a. Pemupukan
Banyak petani kelapa yang masih beranggapan bahwa kelapa dapat
tumbuh, berkembang dan berproduksi optimal tergantung alam tanpa
memerlukan tindakan pemupukan. Anggapan demikian merupakan kendala yang
harus segera dihilangkan, sebab beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemupukan dapat meningkatkan produksi kelapa.
Tujuan pemupukan pada tanaman produksi adalah untuk menambah
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga keseimbangan hara di dalam
tanah dan tanaman tetap terpelihara.
Jenis-jenis pupuk yang digunakan umumnya tunggal seperti:
- pupuk N : Urea atau ZA
- pupuk P : TSP atau Rock Phosphate
- pupuk K : Muriate of Potash (MOP)/ KCI
- pupuk Mg: Kieserite
- pupuk B : High Grade Fertilizer Borate
Pupuk majemuk (compound) yang mengandung NPKMg dapat juga
digunakan pada pemupukan kelapa.
Unsur hara bagi tanaman merupakan dasar dalam proses metabolisms
yang sering kali merupakan faktor pembatas dalam mencapai tingkat produksi
yang baik. Untuk mengetahui takaran atau dosis unsur hara yang harus diberikan
dalam bentuk pemupukan, sesungguhnya diperlukan data analisis yaitu hasil
analisis tanah dan daun. Dalam praktek data hasil analisis daun cukup menjadi
pedoman dalam menentukan dosis pemupukan kelapa.
Dengan demikian, dosis pemupukan dari satu tempat ke tempat lain akan
berbeda-beda. Untuk mengetahui unsur hara apa yang banyak diperlukan oleh

95
tanaman dapat dilakukan dengan menganalisis bagian-bagian tanaman tersebut.
George dan Teik (1932 dalam Von Uexkull, 1980) telah menganalisis unsur hara
yang terdapat dalam daun, mayang dan buah kelapa dengan hasil seperti terlihat
dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Unsur Hara yang Terangkut oleh Bagian-Bagian Tanaman Kelapa (Kg/ha)
Bagian N P K Ca Mg
tanaman
Daun 30-48 4,4-11 15-65 2-18 2,4-25
Mayang 2-3 0,4 7-16 0,7 0,6-2
Buah 31-39 5,7-8 60-170 0,7-2,9 2,4-5,4
Total 63-90 10,5-19 81-250 3,5-22 5,4-32
Sumber : Von Uexkull,1980
Dari hasil analisis pada Tabel 4.4 terlihat bahwa Kalium (K) merupakan
unsur yang paling banyak diambil, terutama pada bagian buah kelapa. Karena
tanah tidak dapat menyediakan unsur hara secara terus menerus maka unsur hara
yang terambil oleh tanaman kelapa tersebut harus dikernbalikan kedalam tanah
melalui usaha pemupukan.
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan unsur hara bagi
tanaman adalah :
a. Dengan menghitung jumlah unsur hara yang terangkut tanaman
b. Analisa tanah
c. Analisa bagian-bagian tanaman tertentu
d. Dengan percobaan pemupukan.
Di perkebunan-perkebunan kelapa, untuk mengetahui dosis dan jenis
pupuk digunakan analisa tanah dan analisa daun. Analisa tanah dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam tanah, sedangkan
analisa daun untuk mengetahui jenis serta jumlah unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa. Namun apabila tidak

96
tersedia hasil analisis tanah, maka penentuan jenis dan jumlah unsur hara yang
harus diberikan dapat dilakukan berdasarkan pada hasil analisa daun setelah
disesuaikan dengan batas kritis kandungan unsur hara pada daun tersebut.
Batas kritis suatu unsur di dalam jaringan tanaman adalah angka
konsentrasi unsur di dalam jaringan tanaman yang dianalisis, dinyatakan dalam
persen terhadap bobot kering. Apabila yang dianalisis daun, maka batas kritis
unsur yang terkandung di dalam daun adalah prosentase unsur yang dianalisis
terhadap bobot kering daun yang dianalisis.
Batas kritis unsur hara pada daun kelapa dari hasil penelitian beberapa
ahli dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Batas Kritis Unsur Hara pada Daun Kelapa dari Hasil Penelitian
Beberapa Ahli

Kandungan Unsur Hara


Peneliti Persentase (%) (Ppm)
N P K Ca Mg CI S Mn Fe
Fremond (1966) 1,81 0,12 0,80 0,50 0,30 - - - -
Felizardo (1963) 0,82 0,12 0,80 0,30 0,20 0,50 0,15 60 50
Manciot (1979) 0,21 0,12 0,46 0,20 - - - - -
Thampan (1981) 0,90 0.12 0,76 0,19 0,20 - - - -
Sumber: Hendrik dan Mahmud, 1984
Contoh daun yang akan diambil untuk dianalisis didasarkan pada letak
kedudukan pelepah yang dihitung mulai dari daun yang belum membuka, ditandai
dengan nomor urut 0 dan untuk daun yang lebih tua diberi nomor 1,2,3 dan
seterusnya. Nomor daun yang akan diambil sebagai Contoh tergantung pads umur
tanaman kelapa seperti terlihat dalam Tabel 4.6.

97
Tabel 4.6. Nomor Daun yang Diambil sebagai Contoh Daun

Umur Tanaman Jenis Kelapa


(tahun) Kelapa Dalam Kelapa Hibrida
1 - nomor 1
2 - nomor 4
3 - nomor 9
4 Nomor 19 nomor 14
>5 Nomor 14 nomor 14
Sumber : Suhardiyono, 1988
Daun yang telah didapat dibersihkan, kemudian diambil anak daun (helai
daun) yang berada di tengah-tengah pelepah daun masing-masing sebanyak 3
lembar pada bagian kiri dan kanan pelepah. Dari anak daun tersebut diambil lagi
bagian tengahnya sepanjang 15 cm, sedangkan lidinya dibuang.

Gambar 4.5. Cara Mengambil Daun Kelapa untuk Analisis Daun


Contoh daun yang telah didapat dimasukkan kedalam kantong plastik
yang diberi label nama kebun, blok, jenis kelapa, tahun tanam, tanggal
pengambilan. Kantong plastik ini ditutup rapat, kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dianalisis.
Apabila analisis tanah dan analisis daun tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan, maka sebagai pegangan dapat digunakan dosis dan jenis pupuk
seperti disajikan pada Tabel 4.7.

98
Corak dosis pemupukan lainnya misalnya dosis pemupukan yang
diberikan pada kelapa hibrida yang ditanam pada tanah "Volcanic Latosol" dengan
dosis gram pupuk/pohon/tahun adalah sebagai berikut:
- Urea : 2.000 gram
- TSP : 750 gram
- KCI : 2.400 gram
- Kieserite : 750 gram
- NaCI : 750 gram
- Borax : 50 gram

Tabel 4.7. Jenis dan Dosis Pemupukan pada Tanaman Kelapa

Dosis Pupuk (gram/pohon)


Umur Tanaman
Urea TSP KCI Kieser Borax
ite
Saat tanam - - - - -
1 bulan setelah tanam 100 100 100 50

Tahun pertama :
- Aplikasi ke-1 200 - 300 100 -
- Aplikasi ke-2 200 250 300 100 10
Tahun ke-2 :
- Aplikasi ke-1 350 - 450 150 -
- Aplikasi ke-2 350 600 450 150 25
Tahun ke-3
- Aplikasi ke-1 500 - 600 200 -
- Aplikasi ke-2 500 - 600 200 -
Tahun ke-4
- Aplikasi ke-1 500 - 600 200 -
- Aplikasi ke-2 500 800 600 200 -
Sumber : Suhardiyono, 1988
Keterangan :

99
1. Aplikasi ke-1 adalah pada awal musim hujan
Aplikasi ke-2 adalah pada akhir musim hujan
2. Pemupukan tahun kelima dan seterusnya disamakan dengan tahun keempat,
kecuali menurut hasil analis daun diperlukan perubahan dosis.
Penyesuaian dosis dengan umur tanaman adalah sebagai berikut :
- Seedling dengan polybag, 1 % dosis, diberikan tiap bulan
- Waktu tanam, 25% dosis, diberikan sebagai pupuk dasar
- Umur 1 tahun, 25% dosis, diberikan tiap 3 bulan (1/4 x 25% dosis) Umur Umur
2 tahun, 50% dosis, diberikan tiap 6 bulan ( 1/2 x 50% dosis).
- Umur 3 tahun, 75% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 75% dosis).
- Umur 4 tahun, 100% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 100% dosis).
- Umur diatas 4 tahun, 100% dosis, diberikan tiap 6 bulan (1/2 x 100% dosis).
Cara pemberian pupuk
- Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat sekeliling batang. Jari-jari
lingkaran disesuaikan dengan besarnya pertumbuhan tanaman.
- Pupuk dimasukkan ke dalam larikan diantara barisan tanaman. Pada cara ini
dapat pula dikombinasikan dengan pembenaman pupuk organik.
- Pupuk disebar sekitar batang, kemudian dimasukkan ke dalam tanah dengan
jalan mencangkul dangkal tanah sekitar tanaman.
Pupuk Buatan
Pupuk buatan terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara utama,
yaitu Urea mengandung 45% N, Sulfat Kalium (ZK) mengandung 50% K20, Sulfat
Amonium (ZA) mengandung 20% N, Super Phosfat Tunggal (ES) mengandung 18 –
19% P2O5, Super Phosfat Rangkap (DS) mengandung 36% P2O5, Triple Super Phosfat
(TSP) mengandung 46% P205 dan Muriate of Potash (KCI atau MOP) mengandung
60% K2O. Pupuk majemuk adalah bahan pokok yang mengandung lebih dari satu
unsur hara, misalnya Amofoska yang mengandung unsur NPK. Cara pemberian
pupuk pada tanaman kelapa diilustrasikan pada Gambar 4.5.

100
Peranan dan gejala kekurangan (defisiensi) unsur hara pada tanaman
kelapa :
Nitrogen
Nitrogen berperan dalam pembentukan sel dan klorofil tanaman.
Pemberian pupuk N pada tanaman kelapa dapat meningkatkan ketinggian pohon,
jumlah daun, tandan buah dan bunga betina tetapi tidak mempengaruhi kualitas
buah.
Kekurangan unsur Nitrogen akan menimbulkan gejala sebagai berikut
a. Seluruh daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan, terutama pada daun
muda
b. Kekurangan yang telah parah, daun-daun tua menjadi berwarna kuning
keemasan, selanjutnya menjadi kemerah-merahan dan akhirnya berwarna abu-
abu kemerah-merahan.

Gambar 4.6. Cara Pemberian Pupuk pada Tanaman Kelapa

101
a. Pemupukan pada tanaman muda. Pupuk diberikan dalam lubang sekeliling
tanaman.
b. Pemupukan pada tanaman menghasilkan. Pupuk diberikan dalam lubang
sekeliling tanaman, 30 – 200 cm dari pangkal batang.
Peranan utama phosfor adalah dalam proses metabolisme energi, seperti
pembentukan senyawa berenergi tinggi Adenosin triphospat (ATP), mengatur
energi enzimatik dan aktivator berbagai enzim. Darwis (1986) mengemukakan
bahwa unsur P bersama-sama dengan unsur K berperan dalam pembentukan
bunga, buah, perkembangan akar, mempercepat pemasakan buah, meningkatkan
ketahanan terhadap serangan hama penyakit serta meningkatkan kualitas hasil.
Kekurangan phosfor menyebabkan terganggunya perkembangan akar,
memperlambat proses pemasakan buah serta daun berwarna kuning.
Kalium
Tanaman kelapa dikenal sebagai tanaman yang memerlukan unsur
kalium dalam jumlah besar. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya unsur K yang
terangkut oleh panen. Banyak tanah di daerah tropik tidak dapat menyediakan
kalium dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan produksi yang tinggi.
Kekurangan unsur kalium sering merupakan faktor pembatas utama produksi
kelapa.
Peranan unsur kalium adalah:
a. Membantu pembentukan karbohidrat dan lemak.
b. Membantu pembentukan klorofil, walaupun tidak ikut menyusun molekul
klorofil.
c. Mengatur keseimbangan air dalam tanaman sehingga meningkatkan
ketahanan tanaman kelapa dari kekeringan.
d. Mendorong pembentukan akar.
e. Meningkatkan kualitas buah.

102
Gejala kekurangan unsur kalium adalah :
a. Gejala pada daun kelapa dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu :
Tahap awal : ujung daun mengering dan timbul bercak-bercak hijau pucat yang
dimulai dari ujung daun. Selanjutnya bercak ini membesar dan warnanya
menjadi coklat kemerahan.
Tahap medium: secara berangsur-angsur bercak kuning dan coklat kemerahan
menjalar ke arah pangkal pelepah daun, tetapi jaringan sepanjang lidi masih
tetap hijau. Aktivitas fotosintesa pada daun semacam ini sangat berkurang.
Tahap akhir: seluruh daun warnanya menjadi kuning jingga dan mulai dari
ujung helai.
b. Menurunkan jumlah buah per tandan, menghambat pembentukan daun.
c. Mengurangi jumlah bunga betina.
d. Banyak buah yang gugur sebelum menjadi buah tua.
e. Ukuran buah kelapa kecil dengan daging buah yang tipis karena fotosintesa
dan translokasi hasil fotosintesa terhambat.
Pupuk buatan diberikan dua kali per tahun, yaitu pada awal dan akhir
musim hujan dengan cara disebar secara melingkar di sekitar pohon dengan
radius 150 – 200 cm.
Pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos dan lain-lain.
Pemberian pupuk organik berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah memperbaiki struktur
tanah, aerasi dan drainase tanah serta memperbesar daya menahan air.
Pengaruhnya terhadap sifat kimia adalah kemampuan bahan organik tersebut
untuk melepaskan unsur hara yang dikandungnya secara perlahan-lahan sesuai
dengan tingkat dekomposisinya. Sedangkan terhadap sifat biologi tanah adalah
menambah populasi mikroorganisme.
103
Pupuk organik dapat diberikan bersamaan saat pengolahan tanah, atau disebar di
sekitar pohon kelapa. Cara yang terakhir tersebut dapat menimbulkan kerugian
karena akan merangsang pertumbuhan akar ke permukaan tanah dan dapat
menjadi sarang hama kumbang nyiur (Oryctes sp.).
b. Pengerjaan tanah
Tanah dalam areal pertanaman perlu diolah, baik dengan cara dicangkul
maupun dibajak dengan traktor, 1-2 kali dalam setahun. Tujuannya adalah untuk
memberantas rumput-rumput liar dan menambah bahan organik dari tumbuh-
tumbuhan yang dibenamkan. Untuk tiap individu tanaman, sewaktu-waktu harus
dibuat "bobokor", yaitu penggemburan tanah dan penyiangan bersih (clean
weeding) sekeliling tanaman.
c. Pembuangan tanaman yang tidak produktif
Seringkali di dalam kebun terdapat tanaman-tanaman yang kurang baik
pertumbuhannya atau tidak produktif, meskipun telah dipelihara dengan baik.
Tanaman-tanaman demikian harus dibuang secepat mungkin.

G. Penggunaan Beberapa Pola Tanam dalam Pemanfaatan Tanah di Bawah


Tanaman Kelapa Menghasilkan
Pengusahaan tanaman sela diantara tanaman kelapa dapat memperbaiki
aerasi tanah sehingga dapat memperbaiki sistem perakaran kelapa dan
meningkatkan produksi buah kelapa. Dewasa ini, sistem tumpang gilir (panen
berganda, multiple cropping) dianggap dapat dilakukan pula di bawah tanaman
kelapa yang telah menghasilkan. Tumpang gilir terutama dianjurkan untuk
mengatasi terjadinya akibat yang tidak menguntungkan karena naik turunnya
harga kopra yang sulit diramalkan. Pertimbangan lain dilaksanakannya penanaman
panen berganda (terutama pada perkebunan rakyat) adalah untuk menyerap
tenaga kerja, sebagai upaya pengendalian gulma, konservasi lahan, memperbaiki
sifat-sifat tanah, dan menambah produksi.

104
Pola tanam sistem tumpang gilir dan juga sistem-sistem multiple
cropping lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tersedianya tenaga
kerja, keadaan tanah dan iklim, pemasaran hasil dan umur tanaman kelapa yang
bersangkutan.
Dalam hubungannya dengan keadaan tanah, tumpang gilir hendaknya
dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat tanah tempat tumpang gilir tersebut
dilaksanakan, misalnya :
- Untuk tanah yang ringan tanamlah umbi-umbian atau tanaman lainnya yang
menghendaki perlakuan terhadap tanah lebih sering.
- Untuk tanah berat: bila berdrainase baik, tanamlah tanaman tahunan.
- Untuk tanah yang bereaksi basa : kacang-kacangan, kakao.
- Untuk tanah yang bereaksi masam: nenas, kopi.
- Untuk tanah bersolum dangkal: tanaman hortikultura.
- Untuk tanah bersolum dalam : tanaman tahunan.
Untuk memperoleh hasil yang baik dari tanaman pokok (kelapa) maupun
tanaman sela, perlakuan untuk mempertahankan kesuburan tanah seperti
pemupukan dan pemeliharaan lainnya sangat penting untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Dalam hubungannya dengan sifat iklim, pembagian curah hujan di suatu
daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pemilihan jenis tanaman untuk
tumpang gilir. Untuk daerah basah, berbagai jenis buahbuahan seperti duku,
nenas, atau tanaman tahunan seperti kakao dapat dianjurkan. Sedangkan di
daerah dengan bulan-bulan kering yang tegas pada musim kemarau, tanaman kopi
dapat dianjurkan.
Pemasaran hasil tanaman tumpangsari dan tumpang gilir sangat penting
bagi perkembangannya. Oleh karena itu, penanaman tanaman yang hasilnya
mudah busuk (perishable) seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, hanya
dianjurkan bila lokasi penanaman dekat dengan lokasi pasar dan alat-alat

105
transportasi cukup tersedia. Sebaliknya, untuk daerah yang jauh dari pasar dan
tidak tersedia alat-alat transportasi yang memadai, penanaman tanaman yang
dapat disimpan lama seperti kacang tanah, kopi, kakao akan lebih menguntungkan.
Pada penanaman kelapa yang lebih tinggi, dapat digunakan tiga musim
pola tanam yaitu :
- Tanaman sela dengan tanaman semusim
- Tumpangsari dengan tanaman tahunan
- Tumpang gilir.
Untuk tanaman sela dengan tanaman semusim, lahan di antara pohon-
pohon kelapa harus diolah dengan baik. Faktor curah hujan harus benar-benar
diperhatikan, dan memungkinkan untuk dapat dilaksanakannya berbagai kegiatan
pra tanam seperti persiapan lahan dan pembuatan pesemaian. Berbagai jenis
tanaman semusim yang dapat diusahakan adalah: padi, jagung, kacang-kacangan,
talas, sayur-sayuran, dan sebagainya.
Untuk sistem tumpangsari dengan tanaman tahunan dapat digunakan
sistem tanaman tunggal (single intercrop) atau tanaman ganda (multistorey
intercrop).
Untuk sistem tanaman tunggal, jenis tanaman yang dapat diusahakan
misalnya : pisang (jarak tanam 3 m x 4 m), kopi (3 m x 3 m), kakao (3 m x 3 m), yang
ditanam dengan memberi jalur selebar 2 meter di kanan-kiri barisan kelapa.
Pada sistem "multistorey intercropping", di bawah tanaman pokok kelapa
ditanam berbagai jenis tanaman yang tidak sama tingginya, misalnya nenas-
pepaya-kopi. Pada pola ini, nenas ditanam dengan jarak tanam 30 cm x 100 cm,
pepaya 3 m x 3 m (ditanam hanya dua baris diantara dua barisan kelapa),
sedangkan kopi ditanam dengan jarak 3 m x 3 m berada diantara barisan pepaya.
Pada tahun pertama, tanaman semusim seperti jagung, kacangkacangan,
atau mentimun, dapat ditanam diantara barisan nenas. Setahun kemudian sampai
dengan tahun ketiga, pepaya telah dapat dipanen. Pada tahun kedua, nenas telah

106
dapat dipanen dan anakannya dibiarkan sebagai tanaman selanjutnya. Bila nenas
dan pepaya habis masa penanamannya yaitu pada tahun ketiga, pada saat itu kopi
telah mulai berproduksi.
Pada pola "multistorey intercropping", masalah utama yang harus
diperhatikan adalah penanganan gulma dan pemupukan. Selain itu, pemeliharaan
terhadap masing-masing tanaman harus dilaksanakan pula sebagaimana mestinya.
H. Pemeliharaan Hewan Ternak di Bawah Tanaman Kelapa
Ruang yang terdapat di bawah pohon kelapa cukup luas untuk
dimanfaatkan bagi tujuan selain penanaman tanaman sela. Dalam hal ini,
pemeliharaan ternak seperti kerbau, sapi, kambing atau domba dapat
dipertimbangkan sampai batas-batas tidak mengganggu tanaman pokok. Cara ini
bertujuan agar petani memperoleh hasil tambahan dan akan sangat membantu
mereka tatkala harga buah kelapa ataupun kopra di pasaran sangat rendah.
Untuk melaksanakan pemeliharaan hewan ternak di bawah pohon kelapa
(integrated coconut – livestock farming system), terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
- Petani harus meyediakan tanaman hijauan makanan ternak yang dapat
mencukupi kebutuhan ternaknya. Faktor utama yang membatasi pertumbuhan
rumput ternak yang ditanam di bawah pohon kelapa adalah kekurangan
cahaya. Pertumbuhan dan hasil rumput makanan ternak tergantung pada luas
daun dan intersepsi cahaya, sehingga produksi rumput maksimum hanya
diperoleh pada kondisi radiasi yang penuh. Oleh karena itu jenis rumput
makanan ternak harus dipilih yang cocok dengan keadaan areal dimana
tanaman pokok (kelapa) itu ditanam.
Jenis rumput yang dianjurkan misalnya rumput para (para grass, Brachiaria
mutica), rumput signal (Brachiaria decumbens), rumput benggala (Panicum,
maximum) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum), yang dapat ditanam
bersamaan dengan tanaman kacangan (Leguminosae) yang toleran terhadap

107
naungan seperti: Centrocema pubescens, lndigofera endocaphylla, atau
lamtoro gung (Laucaena leucocephala).
Tanaman hijau ini harus menyediakan hijauan sekitar 15 kg per hari untuk
seekor sapi atau kerbau yang beratnya 250 kg, atau untuk 6 ekor kambing/biri-
biri dewasa.
- Memilih jenis ternak sapi, kerbau, kambing atau biri-biri yang baik (upgraded),
agar diperoleh hasil ternak yang menguntungkan.
- Jumlah ternak yang dipelihara harus sepadan dengan kemampuan
menyediakan makanan hijauan untuk pakan ternak tersebut. Dianjurkan untuk
memelihara 3 ekor sapi / kerbau atau 15 ekor kambing / domba per hektar
tanaman kelapa.
- Dalam keadaan persediaan rumput kurang sekali seperti pada saat kemarau
panjang, petani harus mampu mengusahakan hijauan makanan dari lain
tempat atau menyediakan makanan pengganti seperti jerami, konsentrat dan
sebagainya.
I. Simpulan

1. Teknik budidaya kelapa pada umumnya meliputi: persiapan lahan tanam,


penanaman tanaman penutup tanah, jarak tanam, lubang tanam, penanaman
serta pemeliharaan tanaman.
2. Persiapan lahan untuk perkebunan kelapa bervariasi tergantung pada situasi
dan kondisi lapangan. Situasi lapangan dimana lahannya miring diperlukan
adanya penanaman tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi tanah
atau pada lahan yang sering tergenang diperlukan adanya pembuatan saluran
drainase dll. Kondisi lahan yang berbeda misalnya pada lahan yang berasal
dari hutan primer/sekunder, lahan bekas alang-alang atau dari lahan
peremajaan kebun kelapa juga perlu persiapan lahan yang berbeda.
3. Pertanaman kelapa rakyat biasanya jarak tanam kurang teratur dan
kecenderungan rapat sehingga produktivitas menjadi rendah karena ruang

108
tumbuh kelapa jadi sempit dan kesulitan mendapatkan hara dalam tanah
maupun persaingan mendapatkan sinar matahari. Sedang pada perkebunan
negara maupun swasta menerapkan sistem ”tandur jajar” yaitu menanam
tanaman dengan jarak dan barisan yang teratur.
4. Pembuatan lubang tanam sangat penting karena dimaksudkan untuk
memberikan ruang tumbuh bagi akar tanaman yang baru dipindahkan.
Ukuran lubang tanam adalah sebesar 60x60x60 cm untuk tanah-tanah ringan
dan 1 x 1 x 1 m untuk tanah berat.
5. Penanaman penutup tanah diantara tanaman kelapa sangat dianjurkan, karena
diperoleh beberapa keuntungan, yaitu: memberantas gulma, menambah
kadar Nitrogen di dalam tanah melalui fiksasi N bebas dari udara oleh bakteri
Rhizobium, menambah bahan organik (serasah) yang dapat memperbaiki sifat
fisik tanah, mencegah terjadinya erosi, menahan penguapan terutama dalam
musim kemarau, dll.
6. Jenis tanaman penutup tanah yang dianjurkan adalah termasuk tanaman
Leguminosae (legumes cover crop), seperti Calopogonium caeruleum,
Calopogonium mucunoides, Psophocarpus palustries, Pueraria javanica,
avanica, Centrocema pubescens, Centrocema plumieri, dll. Dewasa ini jenis
Calopogonium caeruleum sangat disukai pada perkebunan kelapa.
7. Serangan gulma di sekitar pertanaman kelapa dapat menurunkan hasil
tanaman kelapa. Pengaruh yang merugikan dengan adanya gulma adalah :
terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air dengan tanaman
pokok sehingga akan sangat menekan pertumbuhan tanaman pokok, menjadi
inang hama/penyakit yang menyerang tanaman pokok, dapat menghasilkan
bahan sekresi yang bersifat meracuni terhadap tanaman pokok. Berkenaan
dengan hal tersebut jenis gulma, pertumbuhan gulma dan penyebarannya
perlu dikenali dengan baik agar dapat ditentukan teknik penanggulangan
secara tepat guna dan berhasil guna. Hal ini juga berlaku untuk hama dan

109
penyakit karena serangan hama dan penyakit juga banyak menimbulkan
kerugian bagi para petani atau pengelola kebun swasta maupun negara.
8. Usaha pemeliharaan ternak seperti kerbau, sapi, kambing atau domba pada
lahan perkebunan dimungkinkan mengingat ruang yang terdapat di bawah
pohon kelapa masih cukup luas dengan catatan bahwa dalam pelaksanaannya
tidak sampai mengganggu tanaman pokok. Cara ini bertujuan agar petani
memperoleh hasil tambahan dan akan sangat membantu mereka tatkala
harga buah kelapa ataupun kopra di pasaran sangat rendah atau harga anjlok.

110
BAB V
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA
A. Hama Tanaman Kelapa
Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh serangan hama, pada
belakangan ini meliputi jumlah sekitar 4 juta pohon, mengakibatkan penurunan
produksi sekurang-kurangnya 20.000 - 30.000 ton kopra tiap tahunnya.
Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama tanaman kelapa dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Perusak pucuk
- Kumbang Brontispa (Brontispa sp.)
- Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L.)
- Kumbang Sagu (Rhynchophorus ferrugineus)
Perusak daun
- Belalang tahun (Locusta migratoria manilensis)
- Walang kayu (Valanga nigricornis Burn.)
- Belalang pedang (Sexava sp.)
- Kutu kapok kelapa (Aleurodicus destructor M.)
- Kutu aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.)
- Ulat kantong pinang (Mahasena corbetti)
- Ulat parasa (Parasa lepida)
- Ulat siput Palu (Darna catenatus)
- Ulat hidari (Hidari irava Moore)
- Ulat artona (Adona catoxantha H.)
- Ulat setora (Setora nitens)
Perusak bunga
- Ngengat bunga kelapa (Batrachedra arenosella W.)
- Ulat tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.)

111
Perusak buah
- Tikus (Ratus-ratus Roquel)
- Tupai/Bajing (Callosciurus notatus dan Callosciurus nigrovitatus)
Pada uraian di bawah ini akan dibahas secara ringkas beberapa hama
yang penting, dari tahun ke tahun yang merupakan penyebab utama kerusakan
pertanaman kelapa.
1. Kumbang Brontispa (Brontispa sp.)
Famili : Chrysomelidae
Ordo : Coleoptera
Gejala serangan :
- Kumbang Brontispa merusak pucuk kelapa, terutama pada tanaman muda.
Baik larva maupun kumbangnya berada di dalam lipatan anak daun muda yang
belum membuka dan menggerek jaringan anak daun muda sehingga
meninggalkan bekas-bekas gerekan yang memanjang. Selanjutnya, daun-daun
itu berkerut dan akhirnya mati.
- Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini, selain daun-daun kelapa rusak
dan buah-buah muda berguguran yaitu dapat mengakibatkan pohon-pohon
kelapa yang terserang itu tidak berbuah sama sekali pada beberapa tahun
berikutnya.
Sifat dan cara hidup
Kumbang dewasa (imago) bentuknya pipih, berukuran panjang 10 mm,
lebar 2 mm, kepalanya berwarna kuning coklat. Antenanya hitam, sedangkan
kuduknya kuning. Larva dan kumbang dewasa sangat takut akan cahaya. Karena itu
aktif bergerak pada malam hari.
Telur-telur diletakkan oleh kumbang-kumbang dewasa pada bekas
gerekan di anak daun, berbaris sebanyak 2-4 butir dan dibungkus dengan kotoran
bekas kunyahannya. Bentuk telur pipih jorong, panjang 1,4 mm dan lebar 0,5 mm.

112
Seekor kumbang betina bertelur sebanyak ± 120 butir. Stadium telur lamanya 4
hari.
Larva berbentuk pipih, panjang 10 mm, berwarna kuning. Sisi badan
berbulu pendek dan ekornya berkait seperto huruf U. Masa larva rata-rata selama
1 bulan.
Kepompong, berbentuk pipih. Panjang 10 mm, lebar 2mm, warna kuning,
ekornya juga berkait model huruf U seperti larvanya. Masa kepompong 4-7 hari.
Masa jadi telur hingga kumbang ± 1,5 bulan. Umur kumbang 1,5 bulan.
Jadi satu generasi umurnya ± 3 bulan. Dengan siklus hidup yang relatif pendek ini,
tidak mengherankan bahwa Brontispa terdapat sepanjang tahun, dengan populasi
tertinggi dijumpai pada musim kemarau.
Berdasarkan warna sayap perisainya, Brontispa sp. dibedakan atas dua
varietas, yaitu :
- Brontispa longissima var. javana Weise, dan
- Brontispa longissima var. selebensis Gestro.
Sayap perisai var. selebensis berwarna merah sawo dengan di tengah-tengahnya
kira-kira sepanjang 2/3 panjang sayap tampak hitam melebar, sedangkan pada var.
javana warna hitam tersebut tidak ada. Hal itulah yang membedakan antara dua
varietas kumbang Brontispa tersebut.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu dengan memotong daun-daun yang terserang. Kelemahan
dilakukan cara ini adalah pohon kehilangan alat-alat asimilasinya dan
mengakibatkan luka-luka yang mudah menimbulkan berjangkitnya hama Oryctes
rhynoceros atau Rhychophorus ferrugineus.
b. Cara kimia
Pohon yang terserang dapat disemprot dengan dieldrin 0,15% atau
Chlordan 0,16% setiap 4-6 minggu. Penggunaan insektisida sistemik mempunyai

113
harapan yang lebih baik daripada racun kontak, karena sifat Brontispa yang selalu
menghindari cahaya dan bersembunyi.
c. Kombinasi cara mekanis-kimia
Cara ini dilakukan untuk mengatasi serangan yang berat dan kronis dalam
waktu yang relatif singkat. Kombinasi memotong daun yang terserang dan
menyemprot dengan insektisida, dapat lebih cepat menghancurkan hama ini.
d. Cara biologis
Menggunakan dua macam parasit :
- parasit telur (Haeckliana brontispae dan Ooencyrtus sp.).
- parasit larva dan kepompong (Tetrasticodes brontispae).
Pelaksanaan pemberantasannya adalah sebagai berikut :
Beberapa talang bambu yang diisi larva atau kepompong Brontispa yang
mengandung parasitnya ditempatkan di atas pohon kelapa. Diharapkan parasit
akan menyebar, kemudian menyerang hama Brontispa yang tengah mengganggu
kelapa.
2. Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L.)
Famili : Dynastidae
Ordo : Coleoptera
Gejala serangan :
- Kumbang dewasa menggerek dan mengebor pangkal pelepah daun hingga
mencapai daun-daun yang belum membuka. Akibatnya bila daun tersebut
membuka, maka bekas daun yang terserang tampak terpotong ujungnya
berbentuk segitiga.
- Bila menyerang titik tumbuh, pohon kelapa akan mati karena tidak mampu lagi
menghasilkan daun baru.
- Kerusakan akibat serangan kumbang nyiur dapat dilanjutkan oleh kumbang
sagu maupun kumbang tanduk kelapa.

114
Sifat dan cara hidup :
Telur kumbang ini berbentuk bulat, berwarna putih, berukuran panjang 3
mm dan lebar 2 mm. Seekor kumbang betina bertelur 35 – 70 butir.
Larva dewasa berukuran 12 mm. Kepalanya berwarna coklat kemerahan,
tubuh bagian belakang lebih besar daripada bagian depan, badannya berbulu
pendek dan pada ekornya bulu-bulu itu tumbuh rapat. Larva hidup pada sisa-sisa
tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak, timbunan sampah, sisa-sisa
pengolahan hasil pertanian (sekam padi, ampas tebu, serbuk gergaji) atau batang
kelapa yang membusuk.
Kepompong berukuran lebih kecil daripada larvanya, dibungkus kokon
yang dibuat dari tanah, warnanya kuning.
Kumbang dewasa (imago) berukuran 3 – 5 cm, berwarna merah sawo.
Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan segera terbang ke
atas pohon kelapa. Kemudian menyusup ke dalam pucuk membuat lubang
menembusi pangkal pelepah daun muda sampai di tengah-tengah pucuk dan
berada di tempat itu selama 5 –10 hari.
Masa perkembangan kumbang nyiur terdiri dari beberapa stadia,
masing-masing yaitu stadia telur 11 –12 hari, larva 63 – 164 hari, kepompong 19 –
27 hari clan kumbang 14 – 28 hari, sehingga seluruh perkembangannya
memerlukan waktu 3,5 – 6,5 bulan.
Kumbang nyiur jantan mempunyai cula yang lebih panjang dibandingkan
kumbang betina dan tertarik pada cahaya.
Kumbang nyiur merusak pula tanaman-tanaman lain, seperti : sagu,
gebang, pinang, kelapa sawit, tebu. Kumbang ini merajalela di daerah-daerah yang
curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun.
Pencegahan dan pemberantasan

115
a. Cara sanitasi
Yaitu tidak memberi kesempatan kepada imago dan larvanya untuk
hidup pada timbunan-timbunan kotoran, misalnya dengan :
- membongkar timbunan-timbunan kotoran/sampah sambil mencari dan
membinasakan larva dan imago yang ditemukan. Pekerjaan ini sebaiknya
dilakukan secara teratur, tiap 2 bulan sekali.
- membakar timbunan kotoran dan sampah-sampah.
b. Cara kimiawi
Berdasarkan hasil penelitian Soenardi dkk. (1978) hama kumbang
nyiur dapat dikendalikan secara efektif dengan insektisida :
- Sevin 85 SP dengan dosis 10 gram/pohon dimana setengahnya disiramkan
dan sisanya ditaburkan ke pucuk tanaman mengarah ke titik tumbuh,
dengan interval pemberian setiap dua bulan
- Lebaycid 50 EC, dengan dosis 5 cc/liter air/pohon serta interval pemberian
dua bulan
- Untuk tindakan pencegahan dapat digunakan Basudin 10 G dengan dosis
20 gram/pohon langsung ditabur ke pucuk tanaman dan diulang setiap 3
bulan.
c. Kombinasi cara mekanis kimia dan sanitasi
Pohon yang terserang ditebang. Pucuknya clibelah-belch dan diberi
aldrin 40% WP untuk "trapping". Batang dan bagian-bagian lainnya dibakar.
Pekerjaan dilakukan sedemikian rupa, yaitu dimulai dari perbatasan daerah
yang masih bebas hama dan daerah yang sudah dibersihkan, merupakan
penghalang untuk meluasnya serangan selanjutnya. "Trapping" dapat juga
dilakukan dengan menumpuk sampah yang diberi insektisida misalnya BHC
atau HCH. Kumbang yang bertelur di atasnya akan teracuni.

116
d. Cara biologis
Pengendalian hama kumbang nyiur secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan :
a. Menggunakan cendawan Metharrhizium anisopliae
Cendawan ini menyerang larva kumbang nyiur sehingga menjadi kering dan
mati. Seringkali kepompong dan kumbang juga diserang.
b. Menggunakan virus Baculovirus oryctes
Tahun 1987 pemerintah Indonesia telah mengimpor virus ini untuk
mengendalikan hama Oryctes yang seclang mengganas. Pengendaliannya
dengan cara menginfeksi kumbang Oryctes dengan virus ini dan kumbang
yang terinfeksi akan mati dalam waktu 4-6 minggu. Selama waktu tersebut
kumbang yang telah terinfeksi virus dilepas ke pertanaman kelapa sehingga
dapat menyebarkan virus yang dibawa kepada kumbang nyiur lainnya.
Kumbang nyiur yang dilepas minimal 10 ekor/ha/bulan.
e. Cara kultur teknis
Dengan cara menanam tanaman penutup tanah pada areal
pertanaman kelapa sehingga perkembangbiakan hama kumbang nyiur dapat
ditekan.
3. Kumbang Sagu ( Rhynchophorus ferrugineus Oliv.)
Gejala serangan:
- Penyebab kerusakan adalah stadium larva.
- Pada tanaman kelapa muda, larva terdapat pada akar, batang dan tajuk daun.
- Pada tanaman kelapa tua, hanya menyerang bagian tajuk daun saja dan akibat
serangannya pucuk tanaman menjadi patah. Bila serangan mengenai titik
tumbuh dapat mengakibatkan kematian tanaman.
- Dari bekas gerekan pada batang keluar sisa-sisa serat serta kotorannya.

117
Sifat dan cara hidup
Masa perkembangan kumbang sagu terdiri atas stadia telur ± 3 hari, larva
2-3 hari, kepompong 13-16 hari dan stadia kumbang ± 107 hari. Kumbang tertarik
dengan jaringan yang terluka dan di tempat luka ini telur biasa ditempatkan.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Sanitasi
Umumnya serangan kumbang sagu merupakan kelanjutan dari
serangan kumbang nyiur, karena itu serangan kumbang nyiur harus dihindari,
kebun harus bersih dan dihindari terjadi pelukaan pada batang pohon kelapa.
Pada waktu memotong daun, sebaliknya pelepah daun ditinggalkan sepanjang
± 30 cm atau pelepah daun dibiarkan sampai mengering sebelum dirontokkan.
b. Cara kimiawi
Jenis dan dosis insektisida yang digunakan untuk mengendalikan
hama ini sama dengan yang digunakan pada pengendalian kumbang nyiur.
Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat sistemik dengan jalan infus akar
atau penyuntikan melalui batang tanaman kelapa.
4. Belalang Pedang (Sexava sp.)
Famili : Locustidae
Ordo : Orthopthera
Gejala serangan :
- Hama belalang ini memakan daun kelapa terutama daun yang sudah mencapai
tingkat pertumbuhan sempurna (tua) mulai dari bagian pinggir daun dan
meninggalkan bekas serangan tidak teratur. Serangan dimulai dari pelepah daun
paling bawah. Dalam keadaan yang terpaksa belalang pedang dapat juga
menyerang daun muda kulit buah dan bunga.
- Sexava biasanya merajalela pada musim kemarau. Baik bentuk nympha maupun
imago (dewasa) sangat rakus. Pada serangan yang berat, daun bagian bawah
hanya tinggal lidi saja.

118
Sifat dan cara hidup
Dikenal 3 species penting, yaitu :
a. Sexava nubile Stal.
Disebut juga belalang Talaud. Hama ini banyak terdapat di kepulauan
Aru, Seram dan Bacan. Belalang dewasa berukuran sampai 11 cm, warnanya
hijau. Seekor betina bertelur ± 50 butir. Telurnya berbentuk seperti gabah,
panjangnya ± 12 mm. Masa telur 50 hari. Larva yang baru ditetaskan
panjangnya 12 mm, berwarna hijau atau merah sawo. Stadium larva ± 70 hari.
Satu generasi dari telur sampai ke telur lagi lamanya ± 5 bulan.
b. Sexava coriacea L.
Bentuk dan warnanya hampir sama seperti S. nubile. Stadium telur
dan larva berturut-turut 50 dan 110 hari. Satu generasi dari telur ke telur,
lamanya 5 – 6 bulan.
c. Sexava kranyi Lfs.
Disebut juga "walang kerik" atau "belalang Togean". Panjangnya
hanya 7 cm. Hama ini banyak terdapat di kepulauan Una dan Togean. Belalang
Sexava hanya terbang dekat-dekat saja. Bergerak aktif pada malam hari dan
pada siang hari tinggal diam bersembunyi di bawah daun. Belalang betina
bertelur pada malam hari, telurnya diletakkan di dalam tanah. Larva yang baru
ditetaskan segera mencari pohon kelapa, lalu memanjat dan akan hidup di atas
pohon hingga dewasa.
Pencegahan dan pemberantasan
Dapat dilakukan 4 cara pemberantasan yaitu
a. Cara mekanis
Dilakukan dengan mencari telur dan nymphanya, kemudian
dihancurkan. Belalang dewasa relatif mudah ditangkap, dan hal ini dapat
dilaksanakan, tetapi hanya dalam jumlah yang sangat terbatas.

119
Di Sulawesi Utara (Sangihe-Talaud) telah dicoba pula penggunaan
perekat yang dicampur dengan Agrocide, Linclane atau HCH yang dipasang
sekeliling pangkal batang. Perekat ini merupakan penghalang bagi belalang
betina untuk pergi bertelur ke tanah di sekitar pangkal batang, dan sekaligus
menahan nympha yang akan naik ke atas.
b. Cara kultur teknis
Yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah, misalnya
Centrocema sp., Calopogonium sp. dan sebagainya. Tanaman penutup tanah
meningkatkan kelembaban tanah tempat Sexava bertelur, sehinggga
meningkatkan jumlah kerusakan telur, disamping menyuburkan tanah itu
sendiri.
c. Cara kimiawi
Yaitu menyemprot tanaman yang terserang dengan salah satu atau
lebih insektisida, seperti BHC atau Endrin 19,2 e.c. dengan dosis 2 cc/liter air.
Insektisida ini disemprotkan pada pangkal batang sampai setinggi 1 meter, dan
juga tanah sekitar pangkal batang dengan diameter 1,5 m. Untuk 1 pohon
dibutuhkan 6 liter larutan. Insektisida lainnya yang dapat digunakan adalah
Sumithion 50E, Surecide 25E, Elsan 50E atau Basudin 90 sc.
d. Cara biologi
Dengan menggunakan musuh alami seperti Leefmansia bicolor dan
Doirania leefmansia, dimana kedua-duanya menyerang stadia telur.
5. Ulat Parasa (Parasa lepida)
Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan :
- Ulat parasa hidup bergerombol sambil memakan daun kelapa sehingga
tinggal lidinya saja dan tanaman kelapa tampak gundul.
- Ulat ini menyerang juga di pembibitan kelapa.

120
Sifat dan cara hidup
Ada empat stadia yang dialami ulat parasa selama hidupnya, yaitu
stadia telur 5-6 hari, ulat 33-37 hari, kepompong 19-23 hari dan ngegat. Telur
diletakkan berkelompok di bagian bawah anak daun dan berwarna kekuning-
kuningan. Ulat muda bergaris-garis hijau diatas dasar kuning, ulat tua berwarna
hijau atau hijau kekuningan dan di punggungnya terdapat sebuah pita hijau
serta bercak hitam di bagian kelapa.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu dengan peronggolan daun dari pohon yang terserang pada
masa stadium ulat, atau dengan mengumpulkan kepompongnya.
b. Cara kimiawi
Yaitu menyemprotkan dengan insektisida misalnya Dimecron 50 EC,
Suprecide 10 EC atau Ambush 2 EC.
c. Cara biologi
Yaitu menggunakan musuh-musuh alami seperti parasit ulat
Apanteles parasae, sedangkan kepompongnya dapat dibinasakan oleh tiga
jenis tabuhan parasit yaitu Cryptus axymorus, Goryphus dan Chrysis dan lalt
parasit Chaetexorista javana.

6. Ulat Siput Palu ( Darna catenatus)


Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan:
- Hama ini memakan daun tua, meninggalkan bekas-bekas gigitan tidak teratur,
kadang-kadang pelepah daun terbawah terkulai.
- Kerusakan timbul pada musim kemarau. Daun-daun pohon kelapa yang rusak
hebat menjadi merah sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang
termuda.

121
- Tandan-tandan buah dan daunnya yang sebelah bawah terkulai bagaikan layu,
terutama apabila hari kering, dan akhirnya bergantungan ke bawah di sisi
batangnya
- Buah-buah berguguran.
Sifat dan cara hidup
Telur bentuknya pipih, diameter ± 2 mm. Telur akan menetas setelah
4 hari. Larva bentuknya bulat panjang, kepala lebih besar daripada abdomen.
Sekeliling tubuhnya terdapat rambut api. Panjang larva dewasa mencapai 12
mm yang dilewati dalam kurun waktu 24 hari.
Kepompong terdapat didalam kokon yang keras bentuknya bulat
panjang. Ukuran panjangnya 7 mm dan lebarnya 5 mm. Masa kepompong 10 -
15 hari.
Kupu-kupu betina bersayap muka berwarna merah sauh keabu-
abuan dengan sebuah pita coklat tua yang lebar di pinggir belakangnya. Sayap
belakangnya lebih gelap. Jarak sayapnya 19-23 mm. Sungutnya halus sebagai
benang.
Kupu-kupu jantan lebih muda warna sayap mukanya. Jarak sayapnya
hanya 15-19 mm. Sungutnya bersisir ganda. Kupu-kupu (ngengat) ini aktif pada
malam hari, sedangkan siang hari hanya bersembunyi di bawah daun. Induk
betina menghasilkan 300 butir telur. Dari telur sampai menjadi kupu-kupu
dewasa membutuhkan waktu 6 minggu.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu meronggol (memotong) daun yang terserang dan membakarnya.
b. Cara kimia
Dengan menggunakan insektisida seperti yang digunakan untuk
pemberantasan ulat Artona, misalnya Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2
– 0,4 % ; Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%.

122
c. Cara biologis
Dengan menggunakan parasit-parasit musuhnya, seperti
- parasit kepompong : lalat parasit Chaetexorista javana, Pticnomya
remota, Musca conducens ; atau tumbuh-tumbuhan parasit Chrysis clan
Syntomosphyrum.
Pemberantasan secara biologis ini hasilnya belum memuaskan.
7. Ulat Setora (Setora nitens)
Famili : Limacodidae
Ordo : Lepidoptera
Gejala serangan :
- Ulat muda memakan anak-anak daun sebelah bawah, menimbulkan
lubang-lubang kecil tidak tembus tetapi transparan. Anak-anak daun yang
rusak kedua belah pinggirnya kadang-kadang sampai ke lidinya, disebabkan
oleh ulat-ulat tua.
- Serangan yang hebat mengakibatkan pohon-pohon gundul dengan hanya
tertinggal daun-daun yang paling muda.
Sifat dan cara hidup
Telur berbentuk pipih dan jorong tertutup oleh lapisan lilin yang
cerah, hingga terlihat daun yang hijau di bawahnya. Panjang telur 3 mm, lebar
2 mm, satu demi satu atau berkelompok, atau berjajar berjumlah 2-20 butir.
Seekor betina bertelur sampai 370 butir, tetapi yang dapat menetas hanya 50-
70%.
Larva yang baru ditetaskan panjangnya 2 mm. Bentuk dan warnanya
berubah tiap kali berganti kulit. Panjang ulat dewasa 35 mm. Warna ulat Setora
bermacam-macam, ada yang hijau kekuningan, hijau kebiruan atau kuning
kemerahan.
Kepompong ukurannya kerdil berwarna kuning pucat. Panjangnya 9-
17 mm. Kokonnya bulat, warna coklat muda dengan garis tengah 10-15 mm.

123
Kupu-kupu (imago) yang betina berbadan kerdil persegi, warnanya
merah sauh. Kupu-kupu jantan berwarna lebih tua daripada kupu-kupu betina,
tetapi tidak sekerdil kupu-kupu betina.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Yaitu mengumpulkan semua stadium yang ada baik telur, ulat,
kepompong maupun kupu-kupunya, kemudian dibinasakan. Tetapi kalau
perkembangannya telah meluas cara ini sulit untuk dilaksanakan.
b. Cara kimia
Yaitu mengadakan penyemprotan dengan insektisida, misainya
Ambush 2 EC, Azodrin 60 EC, Dursban 20 EC, Hostation 25 ULV, Sevin 85 S
c. Cara biologis
Yaitu dengan menggunakan musuh alami berupa :
- parasit ulat: Fornicia sp., Spinaria bicolor atau Meteorus sp.
- parasit kepompong : lalat Chaetexorista javana.
8. Ulat Artona (Artona catoxantha H.)
Gejala serangan :
Serangan ulat Artona dapat dibedakan menjadi tiga fase, yaitu :
a. Serangan titik : disebabkan oleh serangan larva yang masih muda, dengan
cara memakan jaringan anak daun bagian bawah. Bekas serangan berupa
titik-titik kecil yang tidak tembus cahaya.
b. Serangan garis : disebabkan oleh serangan ulat muda yang mengetam
bagian bawah anak daun dan serangannya berupa garis.
c. Serangan pinggir : disebabkan oleh serangan ulat dewasa yang memakan
anak-anak daun dari bagian pinggir menuju ke tengah, akibatnya anak daun
terpotong-potong tidak teratur di bagian pinggirnya.
Daun yang agak tua disukai oleh hama ini sehingga pada tanaman kelapa yang
terserang terlihat yang berwarna hijau hanya di bagian pucuk saja, sedangkan

124
daun yang agak tua kering dan berwarna merah kecoklatan. Buah mudah
rontok, dan selama 2-3 tahun berikutnya dapat tidak berbuah sama sekali.
Sifat dan cara hidup
Larva Artona berwarna putih kekuningan, bening, berukuran sampai
11 mm. Sepanjang punggungnya tampak garis lebar memanjang berwarna
hitam ungu, dan di sebelah garis tebal ini terdapat pula garis kecil. Kepalanya
berwarna kuning kemerahan. Bagian tubuh sebelah depan berukuran lebih
besar daripada tubuh bagian belakang.
Kepompong dibungkus selapis kokon yang berwarna merah sawo.
Panjang kokon 12-14 mm dan lebar 6-7 mm.
Kupu-kupu Artona panjangnya 10-15 mm. Jarak sayap 13-16 mm.
Warna sayap hitam merah kecoklatan. Pads kuduknya terdapat sisik-sisik
kuning, begitu pula tubuh bagian bawah serta pinggir sayap depannya. Kupu-
kupu bergerak aktif pada pagi dan sore hari. Kupu-kupu jantan dan betina
beterbangan mengitari pohon-pohon kelapa untuk berkelamin. Biasanya dua
hari setelah berkelamin, kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada anak
daun sebelah bawah berkelompok sebanyak 3-12 butir.
Telur berbentuk bulat panjang (jorong), panjang 0,5- 1,0 mm,
berwarna putih kekuningan. Stadium telur selama 3-4 hari, mass larva 17-22
hari dan masa kepompong 10-12 hari. Saru turunan berumur 29-36 hari. Dalam
satu tahun mencapai 9-10 kali generasi.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Pohon yang diserang dengan hebat, semua daun yang sudah
sempurna dipotong/dipangkas, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun
termuda.
Untuk menentukan apakah pemangkasan sudah perlu dilakukan,
terlebih dahulu dihitung populasi hama Artona yang terdapat, dengan jalan

125
mengambil contoh/sampel 200-300 pohon. Jika pada setiap dua pelepah per
pohon terdapat lima atau lebih stadium hidup (telur, ulat, kepompong atau
kupu-kupunya), maka pohon-pohon kelapa di daerah tersebut perlu dipangkas.
b. Cara kimia
Penyemprotan dengan insektisida Orthene 75 WP dengan dosis 5-8
gram/10 liter air, Baythroid 50 WSC dengan dosis 0,5 – 1 cc/liter air.
c. Cara biologis
Dengan menggunakan musuh-musuh alami, seperti :
- Apanteles artonae (tawon kemit), menyerang ulat yang berumur ± 8 hari.
- Ptychomia remota (sejenis lalat), menyerang ulat yang berumur 9-16 hari.
- Euplectromorpha viridiceps (sejenis tabuhan), menyerang ulat yang berumur
16-23 hari dan bersifat ektoparasit.
9. Ulat Hidari (Hidari irava Moore)
Gejala serangan :
- Anak daun yang terserang menggulung dan ulat bersembunyi di dalamnya.
- Helai daun yang terserang bisa tinggal lidinya saja.
- Penyerangan dimulai dari ujung anak daun menuju ke pangkalnya.
Sifat dan cara hidup
Kupu-kupu bergerak aktif pada sore hari. Pada siang hari
bersembunyi di tempat-tempat gelap, di bawah daun-daunan atau di bawah
atap bangunan.
Kupu-kupu bertelur sampai 40 butir, diletakkan di bawah anak daun
kelapa, kebanyakan pada ujungnya.
Ulatnya berwarna hijau, yang dewasa panjangnya antara 46-53 mm,
kelihatan gundul tetapi sebenarnya berbulu rapat, tetapi pendek-pendek. Ulat
berkepompong di tempat yang gelap, di sela-sela kaki dan tapis daun.

126
Mempunyai empat stadia dalam siklus hidupnya, yaitu stadia telur ±
8 hari, kepompong 10-11 hari dan ngengat. Tumbuhan inangnya: kelapa,
rumbia, nipah dan enau.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Daun yang terserang dipotong, kemudian dibakar.
b. Cara kimia
Menggunakan insektisida Dipterex SL 95, Endrin 19,2 EC atau Basudin
60 EC dengan dosis sesuai anjuran.
c. Cara biologis
Hama dapat diberantas dengan parasit telur Neotelenomus dan
Anastatus. Sedang parasit Apanteles agillis menyerang hama pada tingkatan
ulat.

10. Kutu Aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.)


Famili Coccidae
Ordo Rhynchota
Gejala serangan :
Pada serangan yang hebat, pelepah-pelepah daun mati sebelum
waktunya. Warna daun berubah menjadi merah keabu-abuan. Daun-daun yang
tumbuh tidak membesar, biasanya terkulai dan seluruh perdaunan bagaikan
layu. Akibat serangan hama ini, dalam waktu 2-5 tahun pohon tidak mampu
untuk berbuah.
Sifat dan cara hidup
Telur diletakkan pada bagian bawah dari daun muda. Setelah telur
menetas, larva bergerak ke bagian daun, dan berkepompong menjadi imago.
Hama ini menyebar dengan perantaraan manusia, angin, burung atau
serangga lainnya.
Pencegahan dan pemberantasan

127
a. Cara kimia
Dilakukan penyemprotan dengan menggunakan Malathion 0,05%
memberikan hasil yang efektif.
b. Cara biologis
Hama ini dapat diparasitir dengan serangga jenis Scymnus. Di Sri
Lanka parasit Chilocorus nigritns dapat digunakan untuk memberantas hama
ini dengan hasil yang cukup efektif, sedangkan di Fiji digunakan parasit
Crytognatha untuk pemberantasan.
11. Kutu Kapok Kelapa (Aleurodicus destructor M.)
Famili : Aleurodidae
Ordo : Rhynchota
Gejala serangan :
Daun yang diserang hama ini warnanya berubah menjadi kuning,
tetapi tidak sampai kering. Sirip-siripnya menggantung. Buahnya rontok dan
pohon tidak mengeluarkan bunga-bunga baru.
Pada musim kemarau perkembangannya pesat sekali. Kalau kutu ini
berada pada daun yang sudah menguning dan juga pada daun yang masih
muda, perkembangannya agak lambat.
Hama ini menimbulkan gangguan yang serius di daerah Sulawesi
Selatan.
Sifat dan cara hidup
Telur diletakkan di bagian daun sebelah bawah, disusun melingkar,
warnanya putih dengan ukuran ± 2 mm. Telur menetas dalam waktu empat
hari.
Larva tetap berada di tempat telur melekat pada permukaan daun
sebelah bawah, dan mengisap cairan daun. Berangsur-angsur larva menyusun
benang-benang lilin di permukaan tubuhnya, bentuknya panjang berlekuk-
lekuk.

128
Kutu tidak berkaki berbulu lilin putih. Makin tua kutu itu, makin
panjang bulunya. Garis tengah kutu dewasa ± 2 mm.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara kimia
Penyemprotan dengan Parathion dan Malathion dengan
konsentrasi 0,5% merupakan pemberantasan yang efektif.
b. Cara biologis
Hama ini diparasitir dengan tumbuhan parasit Encarsia (daya bunuh
di pulau Jawa mencapai 90%), Tetrastichus sp. dan predator Scympus sp.

12. Ngengat Bunga Kelapa (Batrachedra arenosella W.)


Gejala serangan :
- Ulat bunga kelapa menggerek seludang mayang untuk memakan bunga
jantan maupun bunga betina.
- Bila dilihat dari bawah pohon, seludang yang terserang tampak
mengeluarkan getah berwarna kuning.
- Mayang yang terserang hanya mampu menghasilkan bunga dan buah
dalam jumlah sedikit.
Sifat dan cara hidup
Larva berukuran 8 mm, warnanya hitam kecoklatan, kepalanya
berwarna coklat kehitaman. Mass larva 5-8 hari. Larva membuat kokon putih
untuk berkepompong. Masa kepompong selama 6-8 hari.
Kupu-kupu Batrachedra arenosella berwarna merah coklat. Pada
sayap depannya kelihatan titik-titik putih, baik sayap depan maupun sayap
belakang berjumbai. Kupu-kupu berukuran 8 mm dan jarak sayapnya 5-6 mm.
Kupu-kupu akan hidup selama seminggu lebih.
Telur diletakkan diantara lekukan kulit seludang dan akan menetas 3
hari kemudian.

129
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara kimia
Seludang bunga yang dapat dilubangi larva Batrachedra dilabur
dengan insektisida, misalnya Endrin 19,2 EC. Caranya : sebelum pelaburan,
seludang yang baru membuka dan seludang pertama yang akan membuka
terlebih dahulu dipotong. Permukaan seludang yang ditinggalkan dilabur
dengan larutan Endrin 19,2 EC 0,5%. Selang waktu pelaburan adalah 1 bulan.
Insektisida anjuran lainnya adalah Basudin 60 EC dan BHC.
b. Cara biologis
Pengontrolan terhadap hama ini dilakukan dengan menggunakan
parasit Sylino sp.yang menyerang pada stadia ulat.

13. Ulat Tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.)


Gejala serangan :
- Bunga jantan berlubang dan gugur akibat digerek hama ini.
- Di bawah pohon kelapa berserakan bunga jantan yang mengering dan
berlubang bekas gerekan.
Sifat dan cara hidup
Dalam perkembangannya mengalami empat stadia, yaitu stadia telur
4-6 hari, ulat 12-31 hari, kepompong ± 7 hari dan ngengat.
Ngengat Tirathaba bertelur pada bunga jantan secara berkelompok
dan setiap ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 140 — 1000
butir. Empat sampai enam hari kemudian menetas menjadi ulat dan memakan
bunga jantan serta menggandeng-gandengkannya. Ulat muda berwarna
keputih-putihan kemudian berubah menjadi keungu-unguan atau ungu
kecoklatan menjelang stadia kepompong.

130
Ngengat Tirathaba pada siang hari berdiam di ujung anak-anak daun
kelapa. Karena warnanya serupa dengan warna ujung anak-anak daun yang
telah kering, ngengat ini kadang-kadang tidak tampak jelas adanya.
Pencegahan dan pemberantasan
a. Cara mekanis
Seludang yang terserang berat dipotong dan dibakar agar tidak
menjadi sumber infeksi.
b. Cara kimia
Insektisida yang cukup efektif digunakan adalah Thiodan dengan
dosis 1,2 kg/ha/600 liter air serfs interval pemberian setiap 15 hari.
c. Cara biologis
Menggunakan musuh-musuh alam
- Telenomus tirathabae, menyerang stadia telur
- Apanteles tirathabae dan Eryca basifulva, menyerang stadia ulat
- Anacryptus impulsator, Melachnineumon muciallas dan Trichospilus
pupivora, menyerang stadia kepompong.
14. Tikus (Ratus-ratus Roquei)
Gejala serangan :
Tikus menggerek lubang pada buah yang sudah hampir masak.
Gerekan itu masuk sampai pada putih lembaga yang kemudian dimakannya.
Lubang gerekan selalu di bagian pangkal buah, berdekatan dengan tangkai
buah. Bentuk bekas gerekan pada bagian sabutnya kelihatan tidak bulat rata.
Sifat dan cara hidup
Tikus bersarang pada ketiak-ketiak daun dari berbagai jenis palma.
Sarangnya berbentuk sederhana, disusun dari rontokan-rontokan daun atau
ranting macam-macam tanaman. Sering juga bersarang di dalam tanah,
tanggul-tanggul atau di rumah.
Pencegahan dan pemberantasan

131
- Cara langsung, dengan memburu, menembak, memasang perangkap atau
umpan-umpan beracun.
- Cara tidak langsung, dengan berusaha agar bagian mahkota pohon kelapa
selalu dalam keadaan bersih, sehingga tidak menjadi tempat bersembunyi
tikus.
Contoh wujud hama yang banyak menyerang tanaman kelapa disajikan
pada Gambar 5.1. berikut ini.

Gambar 5.1. Beberapa Hama yang Menyerang Tanaman Kelapa


15. Tupai/Bajing (Callosciurus notatus dan Callosciurus nigrovitatus)
Gejala serangan :
Menggerek buah kelapa yang sudah agak tua di bagian ujung buah.
Bentuk lubang gerekan di bagian tempurung bulat sekali, tetapi di bagian
serabutnya bentuk gerekan tidak rata.

132
Sesudah buah digerek dan putih lembaganya dimakan habis, buah yang
sudah kosong tersebut selama sebulan masih tetap bergantung pada tandannya.
Sifat dan cara hidup
Bajing membuat sarang pada berbagai jenis tanaman, dan jarang sekali
pads pohon-pohon jenis Palmae. Sarangnya berukuran besar, bentuknya lebih
teratur, disusun dari dahan dan ranting-ranting.
Musim pembiakannya tidak tentu. Tiap beranak melahirkan 2-3 ekor
anak.
Pencegahan dan pemberantasan
Sama dengan pemberantasan pada tikus.
B. Penyakit Tanaman Kelapa
Di Indonesia masalah penyakit kelapa tidak begitu banyak terjadi
dibandingkan dengan hama. Walaupun demikian, dalam beberapa tahun terakhir
ini, masalah penyakit kelapa di Indonesia sering diungkapkan sebagai ancaman
berbahaya karena dapat menimbulkan kematian, kehampaan, hambatan
pertumbuhan dan kemerosotan produksi, baik pada tanaman muda maupun
tanaman tua yang telah berproduksi. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Penyakit fisiologis.
 Penyakit yang disebabkan oleh patogen.
1. Penyakit Fisiologis
Penyakit fisiologis adalah bila tanaman terganggu pertumbuhannya yang
bukan disebabkan oleh patogen, tetapi oleh hal-hal lain seperti kekurangan unsur
hara, kekeringan, kebanjiran dan lain-lain.

133
Gambar 5.2. Penyakit Fisiologis Akibat Kekurangan Unsur Hara
dan kekeringan

2. Penyakit Patogen
Penyakit patogen adalah bila tanaman terganggu pertumbuhannya
karena serangan cendawan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Macam-macam penyakit pada tanaman kelapa yang disebabkan oleh
patogen adalah :
- Penyakit busuk tunas (bud-root)
- Penyakit busuk daun
- Penyakit busuk buah
- Penyakit busuk batang (Steem Bleeding)
- Penyakit busuk janur (Spear rot)
- Penyakit bercak daun Pestalotia
- Penyakit bercak daun Curvularia
- Penyakit busuk kering pucuk (Dry bud-root)
- Penyakit bercak daun Helminthosporium

134
- Penyakit layu pucuk
- Lethal Yellowing
- Penyakit Kaincope
- Penyakit Kerala Wilt.
Yang dibahas dalam buku ajar ini hanya beberapa penyakit yang penting
dan banyak menyerang pertanaman kelapa di Indonesia.
a. Penyakit Layu Pucuk
Gejala serangan :
- Gejala awal, ujung daun melengkung (terkulai) dengan pelepah daun
bagian ujung berwarna coklat kehitaman dan mengering.
- Gejala medium, ujung daun patah menggantung dan mengering serta
pelepah daun bila dipotong melintang terlihat berwarna coklat dan
berongga.
- Gejala lanjut, seluruh pucuk daun roboh dan membusuk.
Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi dari
pemeriksaan pohon yang terserang ditemukan jasad renik Botryodiplodia sp.
dan Fusarium moniliforme.
Pengendalian
Usaha-usaha untuk mengendalikan penyakit ini adalah:
 Apabila terlihat gejala awal, yaitu ujung daun muda melengkung secara
tidak wajar, layu serta patah, maka daun tersebut segera dipotong pada
bagian pangkal sumbu daun kemudian dibakar.
 Pohon kelapa yang terserang dan pohon sekitarnya disemprot dengan
fungisida Captan, Dithane dan lain-lain.
 Tanaman kelapa yang terserang dapat dibongkar dan dibakar.
b. Penyakit Bercak Daun Pestalotia

135
Gejala serangan:
- Pertama kali timbul bercak-bercak tembus cahaya pada permukaan daun,
yang segera berubah menjadi warna coklat kehitaman sampai kelabu.
Bercak-bercak ini kemudian bersatu sehingga menjadi besar.
- Pada bercak terdapat bintik-bintik yang tidak lain merupakan kumpulan
spora cendawan
- Daun kelapa yang terserang cepat menjadi kering dan mati.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Pestalotia palparum Cooke
Pengendalian
- Pada tanaman muda, daun yang terserang dipotong dan dibakar
- Disemprot dengan bubuk Bordeaux 0,15% atau Dithane M 45.
c. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium
Gejala serangan :
- Timbul bercak-bercak berbentuk bulat kecil pada daun muda, ukuran
bercak terus membesar dan warnanya berubah menjadi coklat tua dan
akhirnya bentuk bercak menjadi lonjong.
- Pada serangan berat, timbul bercak-bercak nekrotik yang luas dan tidak
beraturan dengan warna bercak coklat tua atau kelabu.
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium
incurvatum
Pengendalian
Disemprot dengan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 0,2
%.
Contoh tanaman kelapa yang terserang penyakit bercak daun Helminthosporium
disajikan pada Gambar 5.3

136
Gambar 5.3. Penyakit Bercak Daun Helminthosporium
C. Simpulan
1. Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama tanaman kelapa dapat
dikelompokkan sebagai berikut: perusak pucuk seperti Kumbang Brontispa
(Brontispa sp.), Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros L., dan Kumbang Sagu
(Rhynchophorus ferrugineus); perusak daun seperti belalang tahun (Locusta
migratoria manilensis), walang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang
pedang (Sexava sp.), kutu kapok kelapa (Aleurodicus destructor M.), kutu
aspidiotus Jawa (Aspidiotus sp.), ulat kantong pinang (Mahasena corbetti), ulat
parasa (Parasa lepida); perusak bunga seperti ngengat bunga kelapa
(Batrachedra arenosella W.), ulat tirathaba (Tirathaba rufivena Walk.); perusak
buah seperti tikus (Rates-rates Roquel), tupai/bajing (Callosciurus notatus dan
Callosciurus nigrovitatus).
2. Mengingat banyak jenis hama yang merusak tanaman kelapa maka diperlukan
pemahaman terhadap gejala serangan, sifat dan cara hidup serta teknik
penanggulangan hama secara berdaya guna dan berhasil guna.

137
3. Penanggulangan hama tanaman kelapa dapat dilakukan dengan cara mekanis,
biologis, kimia, atau kombinasinya maupun dengan teknik pengendalian hama
terpadu.
4. Selain hama, penyakit tanaman kelapa juga berpotensi untuk merugikan para
petani dan pengelola kebun. Serangan penyakit dapat menimbulkan
terhambatnya pertumbuhan hidup sampai dengan kematian tanaman sehingga
akan menimbulkan kemerosotan produksi kelapa.
5. Penyakit yang menyerang tanaman kelapa dibedakan menjadi dua yaitu
penyakit fisiologis seperti kurangnya unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi
perkembangan dan pertumbuhan tanaman kelapa, akibat kekeringan atau
kebanjiran dll. serta penyakit patogen yang bersumber dari serangan
cendawan, bakteri dan mikroorganisme lainnya.
6. Jenis penyakit yang sering menyerang pada tanaman kelapa yang disebabkan
oleh patogen diantaranya yaitu: penyakit busuk tunas (bud-root), busuk daun,
busuk buah, busuk batang (Steem Bleeding), busuk janur (Spear rot), bercak
daun Pestalotia, bercak daun Curvularia, busuk kering pucuk (Dry bud-root),
bercak daun Helminthosporium, layu pucuk, Lethal Yellowing, penyakit
Kaincope, penyakit Kerala Wilt, dll.

138
BAB VI
PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL PANEN

A. Panen
Panen merupakan kegiatan yang penting dalam budidaya tanaman kelapa,
karena berhubungan langsung dengan hasil yang umumnya merupakan tahap akhir
dari siklus pembudidayaan suatu tanaman. Panen yang tepat, dalam arti yang
sesuai dengan tujuan untuk apa panen tersebut dilaksanakan dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih banyak.
Dalam pelaksanaan panen kelapa ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Umur tanaman
2. Saat panen
3. Interval panen
4. Cara panen
5. Banyaknya hasil
1. Umur Tanaman
Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, tanaman kelapa telah dapat
dipungut hasilnya :

 varietas genjah setelah berumur 3-4 tahun


 varietas dalam setelah berumur 6-7 tahun
 hibrida setelah berumur ± 3 tahun
Produksi buah akan terus meningkat sampai tanaman mencapai umur 60-
65 tahun, bahkan lebih bila kondisi pertumbuhan tanaman tetap baik. Setelah
mencapai puncak produksi kemudian produksi berangsur-angsur akan menurun,
sampai akhirnya mencapai keadaan “senil”, dengan produksi sangat rendah sampai
tidak berproduksi sama sekali.
Lamanya masa produktif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

139
 sifat genetik dari varietas yang ditanam
 keadaan iklim dan tanah
 sistem budidaya, seperti : kontinuitas pemupukan, irigasi, pengolahan tanah,
pemberantasan hama dan penyakit, dan sebagainya.
2. Saat Panen
Saat panen buah kelapa tergantung pada kegunaan hasil panen tersebut
dan hal ini biasanya berkaitan erat dengan umur buah kelapa. Bila keperluan untuk
kelapa sayur (kelapa segar), kopra dan untuk benih, maka buah kelapa yang akan
dipanen harus memenuhi syarat :
1. Umur buah berkisar 11-13 bulan, dimana ⅔ bagian kulit buah telah kering.
2. Kulit buah telah berwarna kecoklatan.
3. Bila buah digoncang mengeluarkan bunyi.
Pada tahap kemasakan demikian, buah memiliki kadar kopra dan minyak yang
masinal. Kualitas kopra yang dihasilkan dari buah tersebut adalah yang terbaik
pula.
Sedangkan panen buah kelapa dengan tujuan untuk mendapatkan buah
kelapa muda (jawa = degan), maka buah harus memenuhi syarat :
1. Umur buah berkisar 7 – 9 bulan
2. Umumnya buah terdapat pada tandan buah dengan spiral 9 – 10
3. Kulit buah halus, licin dan mengkilap.
3. Interval Panen
Interval panen (giliran petikan) dapat diartikan sebagai kurun waktu yang
diperlukan dari pelaksanaan panen pertama ke panen berikutnya. Interval panen
berhubungan dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia dan luas kebun dan biaya
yang ada.
Di daerah tertentu dimana tenaga kerja tersedia cukup banyak, panen
dapat dilakukan setiap bulan atau bahkan lebih cepat tetapi di daerah lain dengan

140
jumlah tenaga kerja terbatas dan pertanaman kelapa sangat luas biasanya panen
dilaksanakan dua bulan sekali dengan memetik dua tandan buah yang tertua.
Contoh perhitungan interval panen buah kelapa pada areal pertanaman
kelapa yang mempunyai 22.500 pohon produktif dan direncanakan dapat dipanen
setiap bulan. Jika hari efektif dalam sebulan ada 25 hari serta tenaga kerja tersedia
15 orang, maka :
a. Pohon yang harus dipetik/hari kerja = 22.500/25 = 900 pohon
b. Pohon yang dipetik/HK/pekerja = 900/15 = 60 pohon
c. Jika tiap pohon dapat dipetik 5 buah, maka tiap pekerja per hari kerja harus
memetik buah = 60 x 5 = 300 buah kelapa.
Dengan perhitungan di atas, maka dengan menggunakan 15 tenaga kerja
seluruh pohon produktif dapat dipanen setiap bulan.
Di pulau Jawa, panen kelapa dilaksanakan sebulan sekali. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya pencurian buah. Perusahaan-perusahaan
perkebunan kelapa di luar Jawa melakukan panen dengan interval dua bulan sekali.
Interval panen ini bersamaan waktunya dengan giliran pangkas pada tanaman
pupuk hijau perdu yang penting untuk mulching. Sedangkan di Sulawesi biasanya
dilakukan interval panen tiga bulan sekali.
4. Cara Panen
Cara panen buah kelapa yang dilakukan berbeda-beda tergantung
tujuannya. Misalnya cara panen buah kelapa untuk keperluan konsumsi, kopra
harus berbeda dengan cara panen buah untuk keperluan benih.
a. Untuk konsumsi
Ada beberapa cara memetik buah yang dikenal. Pemetikan buah yang
umum dilakukan adalah :
 Pohon dipanjat oleh pekerja yang terlatih. Untuk memudahkan memanjat, pada
batang biasa diadakan kowakan-kowakan (tataran) pada jarak tiap ½ meter. Pada

141
pohon yang masih muda, seringkali luka-luka kowakan ini menjadi tempat sarang
hama kumbang kelapa.
 Dengan menggunakan galah dimana terikat pisau/arit yang tajam pada ujungnya.
Cara ini biasa dilakukan kalau pohon masih rendah. Pada pohon yang sudah tinggi,
diperlukan galah yang lebih panjang.
 Di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan (juga di Malaysia dan Thailand)
digunakan kera (Macacus nemestrimus) yang terlatih untuk memetik buah. Dimana
sangat kurang tenaga pemetik yang terlatih, biasanya buah dibiarkan jatuh sendiri
(misalnya di kepulauan Samoa dan British Guinea).
b. Untuk keperluan benih
Cara yang terbaik adalah dengan cara memanjat pohon kelapa dan buah
tidak langsung dijatuhkan ke tanah, tetapi dimasukkan ke dalam karung
(keranjang) kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan tali. Hal ini dilakukan
untuk menghindari rusaknya lembaga benih.
5. Banyaknya Hasil
Tinggi rendahnya hasil dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
 varietas kelapa, yang masing-masing memiliki sifat genotipis sendiri-sendiri
 keadaan tanah dan iklim
 keadaan air tanah
 serangan hama dan penyakit, dan
 pemeliharaan tanaman dan keadaan sekitarnya.
Pada keadaan kebun normal, tiap-tiap pohon dapat memberikan hasil rata-rata
1,5-2,0 ton kopra per hektarnya.
B. Menyimpan Buah Kelapa
Buah yang telah dipetik, sebelum diolah lebih lanjut menjadi kopra,
biasanya disimpan dahulu selama beberapa hari. Kecuali bila sabutnya akan
digunakan untuk hasil-hasil samping, maka buah-buah itu segera dikupas sesudah
selesai panen (unduhan).

142
Keuntungan-keuntungan penyimpanan buah adalah sebagai berikut :
 pengupasan/pelepasan sabut lebih mudah.
 penyungkilan putih lembaga dari tempurung lebih mudah dan lebih bersih.
 tempurung yang diperoleh adalah kering, keras, dan bila digunakan sebagai bahan
bakar, menyalanya baik dan sedikit sekali asapnya.
 kandungan air dari putih lembaga berkurang dan ketebalan lapisan putih lembaga
tersebut bertambah. Akibatnya, hasil kopra dan minyak lebih tinggi.
 kualitas kopra yang dihasilkan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan buah yang
tidak disimpan terlebih dahulu.
Bahan yang terkandung pada buah kelapa segar disajikan pada Tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1. Susunan Kimia Buah Kelapa Segar
No Bahan terkandung Persentase (%)
1. Air 36,3
2. Protein 4,5
3. Lemak 41,6
4. Karbohidrat 13,0
5. Serat 3,6
6. Mineral 1,0
7. CaO 0,01
8. P2O5 0,24
9. Fe2O3 1,7
10. Vit. A sedikit sekali
11. Vit. B1 15 IU
12. Vit. C 1 IU
13. Vit. E 0,2 IU

C. Pengolahan
Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman ini berfaedah
bagi kehidupan manusia. Dari pohon kelapa dapat diperoleh bahan makanan,
minuman, bahan industri, alat-alat rumah tangga dan lain-lain.

143
Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa cara pengolahan hasil
terpenting yang berasal dari buah kelapa.
1. Pengolahan Kopra
Kopra adalah putih lembaga (endosperm) yang telah dikeringkan. Melalui
proses pengeringan, kadar air dalam putih lembaga sebesar ± 50% diturunkan
menjadi hanya 5-6%.
Kopra yang kualitasnya baik, berasal dari buah kelapa yang telah masak,
umur buah 11-12 bulan. Kualitas kopra dapat ditingkatkan dengan perlakuan
menyimpan buah yang masih utuh selama waktu tertentu sebelum buah diolah
menjadi kopra.
Suhardiman (1985) mengemukakan bahwa daging buah segar mengandung
air ± 52%, minyak ± 34%, putih telur ± 4,5% dan mineral lainnya 1%. Sedang setelah
menjadi kopra mengandung air 5-7%, minyak 60-65%, putih telur 20-30% dan
mineral 2-3%.
Balai Penelitian Kimia dan Bogor memberikan kriteria kualitas kopra
sebagai berikut :
 Kualitas A
Kandungan air maksimum 5%, lemak 65%, asam lemak bebas maksimum 5%
dan bagian berulat atau bercendawan kurang dari 8%.
 Kualitas B
Kandungan air 5%, lemak minimum 60%, asam lemak bebas maksimum 5%
dan bagian berulat atau bercendawan kurang dari 8%.
 Kualitas C
Kopra yang tidak memenuhi persyaratan kualitas A dan B.
a. Urutan pengolahan
1) Pengupasan sabut

144
Pengupasan sabut dilakukan dengan menggunakan suatu alat berbentuk
“linggis” terbuat dari besi yang dipasang berdiri vertikal dengan matanya
mengarah ke atas, setinggi ± 80 cm di atas lantai tanah.

Gambar 6.1. Alat untuk Mengupas Sabut

Cara mengupasnya adalah sebagai berikut :


Buah kelapa diangkat dengan kedua belah tangan. Bagian tangkai
menghadap ke depan. Dengan keras buah ditancapkan ke mata linggis, menembus
sabut sampai batas tempurung. Tangan yang satu memegang ujung bagian sabut
yang sudah terbelah, dan tangan lainnya menekan buah ke bawah sedikit
memutar. Dengan cara demikian sabut terkupas bagian demi bagian sampai habis.
Seorang pengupas berpengalaman dapat mengupas buah sebanyak 1500-2.000 per
hari.
2) Membelah buah
Buah yang masih bertempurung kemudian dibelah dua dengan
menggunakan golok pemukul atau kapak. Air buah ditampung atau dibiarkan
mengalir ke suatu bak penampung. Air kelapa ini dapat dicampur dengan dedak
atau bungkil untuk makanan ternak, atau diberi air kapur dimana endapannya
dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Seorang pekerja berpengalaman
sanggup membelah buah sampai 7.000 buah per hari.

145
Untuk memperoleh kopra yang baik, belahan buah harus sudah dikeringkan
dalam waktu 4 jam setelah dibelah. Bila lebih lambat, putih lembaga dapat
mengalami kerusakan karena gangguan mikroorganisme yang dapat
membusukkannya.
3) Mengeringkan
Pengeringan putih lembaga dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu :
 pengeringan dengan panas matahari
 pengeringan dengan menggarang di atas api atau di dalam rumah asap
 pengeringan tidak secara langsung, di dalam ruang tertutup dengan udara yang
dipanaskan (panas buatan)
Di dalam praktek, ketiga cara tersebut dapat dikombinasikan untuk
menghemat bahan bakar atau untuk mendapatkan hasil pengeringan yang lebih
baik.
Adapun perbedaan cara kedua dan ketiga ialah, bahwa pada cara ketiga
kopra tidak terkena asap dari pembakaran di dapur pemanas, sehingga
menghasilkan kopra yang baik warnanya.
 Pengeringan dengan panas matahari
Cara pengeringan dengan panas matahari adalah cara yang paling popular
dan sederhana, didalam pembuatan kopra. Tetapi pengeringan yang seluruhnya
menggunakan panas matahari hanya mungkin pada keadaan iklim tertentu,
terutama pada musim kemarau.
Urutan pengeringan adalah sebagai berikut :
 Belahan-belahan kelapa ditaruh di atas dasar penjemuran (niru, tampir,
lantai beton dll) dengan bidang belahan yang menghadap ke matahari.
 Setelah dijemur selama kira-kira dua hari, putih lembaga telah dapat
dengan mudah dilepaskan dari tempurungnya. Kopra yang masih basah ini
perlu dikeringkan lebih lanjut selama 3-7 hari lagi tergantung pada keadaan cuaca.

146
Sistem ini berlangsung baik jika terdapat paling tidak lima hari berturut-
turut cuaca terang, dalam satu periode pengeringan. Selama proses pengeringan,
pada waktu malam kopra harus ditutup untuk menghindari kemungkinan
kerusakan seandainya turun hujan. Setelah 5-9 hari, pengeringan diakhiri. Kopra
hasil pengeringan dengan cara ini disebut “kopra kering matahari” (sundried
copra).
Pada musim hujan cara ini tidak mungkin dilaksanakan dengan baik. Dalam
keadaan demikian, proses pengeringan dapat dikombinasikan dengan cara
pengeringan memakai panas buatan.
 Pengeringan dengan menggarang di atas api atau di dalam rumah asap

Keterangan :
A. Belahan-belahan buah B. Alas penggarangan C. Tembok
Gambar 6.2. Cara Menyusun Belahan-Belahan Kelapa Diatas Alas
Penggarangan

Pada cara ini, belahan-belahan buah langsung ditaruh di atas api, baik di
ruangan terbuka maupun dalam rumah asap. Rumah atau tempat pengasapan
kopra yang sederhana adalah bangunan sederhana dengan lubang-lubang yang
147
dibuat pada lantainya. Lubang-lubang itu bentuknya persegi. Di atas lubang itu
diberi rak yang dibuat dari belahan bambu atau kayu batang kelapa.

Belahan-belahan buah yang masih basah disusun berlapis-lapis di atas rak,


kurang lebih 4-5 lapis. Dua lapisan paling bawah disusun dengan belahan diarahkan

ke atas, dan lapisan-lapisan berikutnya menghadap ke bawah.

Gambar 6.3. Penampang Melintang Rumah Asap yang Banyak Dipakai (atas)
dan Rumah Pengeringan Kopra Bentuk “Comoro” (bawah).
Salah satu bentuk rumah pengeringan yang menggunakan
panas buatan

Cara menyusun demikian itu dimaksudkan agar putih lembaga dari


belahan-belahan buah yang berada pada lapisan pertama dan kedua tidak terlalu
banyak menghisap asap dari bahan bakar, dan juga agar tidak langsung terkena api
yang dapat merusak putih lembaga. Sebagai bahan bakar dapat digunakan
tempurung atau sabut kelapa.

148
Pada saat putih lembaga dapat dengan mudah dilepaskan dari
tempurungnya, pengeringan untuk sementara dihentikan. Belahan-belahan buah
dikeluarkan dari ruang pengasapan, dan putih lembaganya kemudian dilepaskan.
Pengeringan selanjutnya dapat diteruskan di dalam rumah pengasapan ini, atau
dijemur di panas matahari.
Apabila pengeringan dilanjutkan dalam rumah pengasapan tadi, lamanya
pengeringan keseluruhan adalah dua hari. Kapasitas pengeringan yang sederhana
dengan luas lantai 6-7 meter persegi rata-rata 1.000 kg kelapa sekali pengeringan,
atau menghasilkan sekitar 200 kg kopra.
Kopra yang dihasilkan berwarna coklat sampai kelabu hitam dan berbau
asap. Kopra yang demikian dalam perdagangan termasuk dalam kualita Mixed atau
Fair Merchantable (FM).
 Pengeringan dengan panas buatan
Bentuk rumah pengeringan yang disebut “pengeringan dengan api secara
tidak langsung” banyak macamnya. Ada yang disebut bentuk Samoa, bentuk Fiji,
bentuk Comoro (dekat Zanzibar), bentuk Groyop (di Malaysia), model Chula, model
Pearson, model Comessa, dan sebagainya.
Pada uraian di bawah ini hanya akan dibicarakan dua tipe saja, mewakili
cara tradisional dan modern, yaitu tipe “plaat oven” dan “yang menggunakan
bahan bakar minyak”.
a) Tipe “plaat oven”
Tipe ini terdiri dari dapur yang tingginya 1 meter dibuat dari bata merah.
Bagian atas dapur ditutup dengan plat-plat besi. Buah yang akan dikeringkan
disusun di atas plat-plat tersebut. Lebar rumah pengeringan 23 meter dan
panjangnya 10 meter.
Bagian dapur terdiri dari ruangan tempat pembakaran kayu atau bahan
bakar lainnya, dan disambung melalui terowongan, dibuat berlubang-lubang.

149
Udara panas dari ruangan dapur dapat dibagi merata melalui plat-plat besi yang
dipasang di atas terowongan itu. Bangunan ini diberi atap genteng atau seng.
b) Tipe dengan bahan bakar minyak
Model ini berkapasitas 20 ton kelapa selama masa prosesing 30 jam. Pada
proses pengeringan ini, pemanasan udara maupun proses pengeringan kopra
berlangsung secara terkontrol. Udara yang dipanaskan dimasukkan ke dalam ruang
pengeringan dengan bantuan kipas-kipas pengisap elektris melalui terowongan-
terowongan. Udara panas dinaikkan melalui lapisan-lapisan buah yang diatur di
atas plat-plat, terletak kira-kira 1 – 1,5 meter di atas terowongan. Tebal lapisan
buah yang sudah dibelah sekitar 0,5 meter dan dapat lebih tebal untuk kopra yang
sudah tidak bertempurung.
Pada proses pengeringan tingkat pertama, suhu dipertahankan secara
konstan pada 70°C selama 8-10 jam. Setelah pelepasan putih lembaga dari
tempurungnya, kopra kembali ditaruh dalam ruang pengeringan, dan suhu
diturunkan sampai 65°C. Pada pengeringan tingkat akhir selama 14-15 jam, suhu
diturunkan perlahan-lahan sampai 55-60°C.
Hasil pengeringan dengan panas buatan menghasilkan kopra yang putih
dengan kualitas yang baik, yang di dalam perdagangan dikenal dengan nama kopra
FMS (Fair Merchantable Sundried) atau “Supergrade copra”.
Dari berbagai cara pengeringan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengeringan kopra itu umumnya melalui tiga tingkatan, yaitu :
 Pengeringan pendahuluan, dimaksudkan untuk memudahkan melepaskan putih
lembaga (endosperm) dari tempurungnya.
 Pengeringan lanjutan, untuk menurunkan kandungan air di dalam kopra secara
berangsur-angsur.
 Pengeringan akhir, untuk menurunkan kandungan air dalam kopra sampai sekitar
6-7%.

150
b. Kerusakan-kerusakan pada kopra
Kopra adalah bahan yang mudah dirusakkan oleh berbagai organisma, baik
sewaktu masih dalam proses pengolahan maupun dalam penyiraman. Kerusakan
terutama terjadi bila kadar air dalam kopra melebihi kadar air yang semestinya.
1) Kerusakan karena bakteri
Kerusakan terjadi bila kadar air masih berkisar antara 20-50%. Tanda-
tandanya ialah pada permukaan putih lembaga terlihat becak-becak kuning atau
coklat. Kopra yang terserang disajikan pada Gambar 6.4.

Gambar 6.4. Kopra yang Rusak karena Serangan Bakteri

Kerusakan akan bertambah, bila kelembaban udara mencapai 80% atau


lebih dan suhu atmosfir mencapai 30°C. Penjemuran atau pengeringan segera
setelah membelah buah dapat mencegah terjadinya kerusakan ini.

2) Kerusakan karena cendawan


Kopra dapat dirusak oleh berbagai cendawan :

 Rhizopus sp. hidup pada putih lembaga yang basah. Organisma ini bila kondisi
memungkinkan, dapat merusak kandungan minyak dalam kopra menjadi
minyak berkadar asam lemak bebas (free fatty acid) yang tinggi. Kopra yang
demikian tidak dapat digunakan untuk pembuatan minyak goreng.

151
 Aspergillus niger menyebabkan warna hitam pada permukaan kopra, dan
hilangnya kadar minyak sampai 40% dari kandungan minyak dalam kopra.
Cendawan ini tumbuh baik pada kopra berkadar air 8-12%.
 Aspergillus flavus menyebabkan warna coklat pada permukaan kopra.
Cendawan ini paling banyak menimbulkan kerusakan. Kandungan minyak
dalam kopra dapat hilang lebih dari 40%. Cendawan tumbuh baik pada kopra
yang berkadar air 8-12%.
 Penicillium glaucum menyebabkan warna hijau pada permukaan kopra.
Cendawan ini dapat tumbuh meskipun kadar air dalam kopra telah mencapai
6-7%. Benang-benang cendawan dapat dihilangkan dengan disikat, dan tidak
mengakibatkan hilangnya kandungan minyak.
 Aspergillus tamari menyebabkan warna kuning pada permukaan kopra.
Kerusakan karena cendawan ini, kira-kira sama dengan akibat cendawan coklat
Aspergillus flavus.
Ketentuan mengenai berbagai macam kualitas kopra disajikan pada Tabel 6.2.
berikut ini.

Tabel 6.2. Ketentuan-Ketentuan Mengenai Macam-Macam Kualitas Kopra

No. Macam Kualitas Keterangan

1. Perfect/Supergrad copra Sama rata, keras, bersih, warna putih, bebas


dari semua kotoran dari luar yang dapat
merusak
2 Highgrade copra Sama rata, keras, bersih, warna putih kelabu,
tidak ada bagian yang berwarna jelek atau
rusak.
3 Fairmerchantable copra Campuran kopra kering kualitas rendah,
tidak ada bagian-bagian yang putih keras,
tetapi banyak yang masih lembek.
4. Mixed copra Kopra yang tidak cukup kering dengan
kualitas tidak tentu

152
5. Lowgrade copra Kopra yang tidak cukup kering, semuanya
gosong, terlalu banyak kena asap, busuk,
dimakan serangga, lembek dan/atau
berlendir, banyak yang pecah dan potongan-
potongan kecil.

2. Minyak Kelapa
Minyak kelapa telah berabad-abad dikenal dalam kehidupan manusia.
Minyak ini memenuhi lebih dari 10% kebutuhan minyak nabati di dunia. Secara
fisik, minyak kelapa berwarna kuning kecoklatan muda. Titik bekunya pada derajat
panas 18-20°C, dan mulai mencair pada 23-26°C. Berat jenis 0,91-0,93, tergantung
suhunya.

Dimanfaatkannya daging buah kelapa sebagai bahan baku pembuatan


minyak, karena mempunyai kandungan lemak atau minyak yang tinggi. Semakin
tua umur buah kelapa semakin tinggi kandungan lemak atau minyaknya. Minyak
kelapa dihasilkan dari pengolahan langsung putih lembaga yang segar, atau dari
bahan baku kopra.
Minyak kelapa mengandung ± 90% asam lemak jenuh, seperti caproic,
caprylic, capric, lauric, myristic, palmitic, stearic, arachidic. Sedang sisanya (9%)
merupakan asam lemak tidak jenuh, yaitu oleic dan linoleic. Dengan adanya asam
laurat (lauric acid), maka minyak kelapa sangat baik untuk bahan pembuatan
sabun.
Kandungan asam lemak jenuh yang cukup tinggi, menyebabkan minyak
kelapa berpengaruh terhadap kandungan kolesterol dalam darah manusia. Kadar
kolesterol yang melebihi normal dalam darah manusia dapat menyebabkan
pengerasan dan penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung dan stroke.
Stroke adalah pecahnya pembuluh darah dalam otak yang dapat menyebabkan
kelumpuhan total pada manusia. Sedangkan asam lemak tidak jenuh bila
teroksidasi dapat membentuk senyawa polimer yang disebut “resin” dan resin

153
inilah yang menyebabkan warna gelap setelah minyak digunakan untuk
menggoreng berkali-kali.
Selain untuk bahan baku pembuatan minyak, daging buah kelapa juga biasa
dimanfaatan sebagai bumbu aneka jenis makanan atau minuman, dan terutama
dipakai dalam bentuk santan (juice extract). Kecuali sebagai bumbu, santan kelapa
dapat juga dijadikan sebagai pengganti susu.
Pengolahan kelapa dapat dilakukan dengan cara sederhana sampai cara
modern.
 Pengolahan cara sederhana (cara tradisional)
Cara ini dilakukan oleh penduduk atau petani di pedesaan. Dua macam
cara pengolahannya yang sering digunakan yaitu dengan:
a. Cara pemanasan:
- Putih lembaga yang masih segar yang berasal dari buah tua diparut. Kemudian
diremas-remas sambil ditambah air pelarut santannya. Santan kemudian
direbus sampai seluruh kandungan airnya menguap.
- Minyak yang terjadi secara berangsur-angsur mengapung ke atas dalam
rebusan tadi, dan segera diambil untuk dipisahkan dari rebusannya. Rendemen
yang dicapai 58-60%.
b. Cara peragian yaitu dengan bantuan ketam sawah.
Tahapan-tahapan ke dua cara pemrosesan minyak kelapa disajikan pada
Gambar 6.5.

154
a. Pembuatan minyak kelapa b. Pembuatan minyak kelapa
dengan pemanasan dengan peragian

Pembersihan dan pencucian daging Pembersihan dan pencucian daging buah


buah kelapa tua kelapa tua

Pemarutan daging buah kelapa Pemarutan daging buah kelapa

Hasil parutan diremas-remas dengan Pemberian ketam sawah yang telah dibuang
penambahan air sebagai pelarut bagian punggungnya yang keras dan
dihaluskan

Penyaringan untuk pemisahan air Pencampuran parutan kelapa dengan ketam


perasan (santan) dengan ampasnya sawah halus ( 1 butir kelapa untuk 1-2 ekor
ketam sawah/yuyu)

Perebusan santan sampai kandungan


airnya menguap
Penyimpanan media campuran selama 12 jam
untuk proses peragian

Pemisahan minyak yang


Pemeriksaan campuran dengan melihat
mengapung dengan endapan minyak
adanya perubahan warna kemerah-merahan
dibawahnya (blendo/blondo)
dan kondisi adonan menjadi becek

Hasil campuran peragian dijemur 2-3 jam,


Tuangkan minyak goreng ke
dipres sampai keluar minyak kelapa
dalam kemasan yang telah
disiapkan

Penyaringan dan penyimpanan ke dalam


kemasan yang telah disediakan
Sumber: Elyas, 2006.

Gambar 6.5. Tahapan-Tahapan Proses Pembuatan Minyak


Kelapa Secara Pemanasan dan Peragian
155
 Pengolahan cara modern
Dilakukan di pabrik-pabrik minyak kelapa yang umumnya mempunyai
kapasitas produksi yang besar. Sebagai bahan baku digunakan kopra.
Cara pengolahannya adalah sebagai berikut :
a. Kopra terlebih dahulu dicuci bersih.
b. Kemudian digiling sampai halus (remuk) dan dibasahi dengan air panas. Setelah
dipanaskan kemudian diperas memakai alat peras hidrolik dengan tekanan
tinggi. Dengan cara ini dari tiap kuintal kopra diperoleh rendemen minyak rata-
rata 60-62%.
Ampas minyak yang disebut “bungkil” masih mengandung 8-10% minyak,
digunakan untuk makanan ternak dan lain-lain kegunaan.
 Pengolahan dengan cara destilasi
Kopra yang sudah digiling lembut dimasukkan ke dalam mesin-mesin
ekstraksi (ekstraksi dengan bensin). Dengan jalan destilasi, minyak dipisahkan dari
bensin. Rendemen yang dipakai lebih tinggi yaitu sekitar 63-65%.
Kegunaan minyak kelapa adalah sebagai minyak goreng dan bahan baku
industri lainnya. Dewasa ini dengan adanya tuntutan masyarakat internasional
untuk menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan serta kemajuan iptek di
bidang prosesing kelapa maka telah dikembangkan produksi biofuel dari kelapa.
Sejauh ini pemanfaatan minyak kelapa untuk biosolar dan biogas sudah jamak
dilakukan namun bioetanol belum banyak dilakukan untuk skala industri karena
dengan teknologi yang ada masih dinilai tidak ekonomis. Proses pembuatan
bioetanol ada 10 (sepuluh tahap) yaitu:
1. Pembuatan Minyak Kelapa (Cocos nucifera): Buah kelapa diparut kemudian
diperas hingga diperoleh santan dan ampas kelapa. Santan dipanaskan
hingga air menguap dan diperoleh minyak kelapa.
2. Pembuatan Biosolar: Minyak kelapa dipanaskan hingga suhu 55°C, kemudian
ditambahkan metanol yang telah dicampur NaOH. Aduk rata agar terjadi

156
trasesterifikasi pada minyak kelapa. Diamkan beberapa saat hingga diperoleh
dua lapisan. Lapisan bawah adalah gliserol dan lapisan atas adalah fame.
Fame inilah yang kemudian di-blending dengan solar. Untuk membuat
biosolar jenis B-5, dicampurkan 5% fame.
3. Hidrolisis Lignoselulosa Ampas Kelapa: Ampas kelapa berasal dari kelapa
yang telah diambil santannya. Ampas dibungkus dengan kain, direndam
dalam larutan H2SO4 0,1 M selama satu malam. Perendaman ini bertujuan
agar terjadi hidrolisis pada lignoselulosa yang terkandung dalam ampas
kelapa. Produk selulosa lalu dipecah menjadi glukosa, dan hemiselulosa
dipecah menjadi xylose.
4. Fermentasi Ampas Kelapa: Glukosa dan xylose dapat diubah menjadi etanol.
Ampas kelapa dicampur dengan Saccharomyces cerevisiae. Perbandingan
ragi tape dan bahan adalah dua butir untuk setiap 1 kg ampas kelapa.
Campuran ini harus ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga hari serta tidak
terkena cahaya matahari langsung.
5. Fermentasi Air Kelapa: Fermentasi air kelapa melalui proses yang agak
berbeda. Karena berbentuk larutan (cairan), dapat digunakan Saccharomyces
telluris, Saccharomyces tuac, atau Zymomonas mobilis. Saccharomyces
telluris didapat dari air perasan buah semu jambu mete. Saccharomyces tuac
dan Zymomonas mobilis didapat dari minuman tuak.
6. Penyulingan 'Badek': Setelah fermentasi, didapatkan larutan "badek", yang
mengandung etanol sekitar 12%. Harus dilakukan penyulingan, karena
bioetanol harus berkadar minimal 95% kalau hendak dijadikan bahan bakar.
Penyulingan dilakukan sampai suhu 78,20°C dan tekanan 1 atm. Alat suling
yang digunakan berkapasitas 250 mL.
7. Pembuatan Slurry dari Limbah Fermentasi Bioetanol:
Slurry adalah bahan baku biogas. Ia didapat dengan mencampur limbah
padat fermentasi bioetanol dengan air dengan perbandingan 1 : 1. Larutan

157
ini memiliki pH sekitar 4,7 dan perlu dinetralkan dengan basa. Penetralan
dilakukan menggunakan kristal NaOH, batu gamping, atau abu.
8. Proses Pembuatan Biogas: Slurry dikumpulkan hingga 100 l, lalu dimasukkan
ke tabung reaktor biogas. Tabung biodigester yang digunakan adalah tipe
batch dengan kapasitas volume yang sama. Larutan dibiarkan selama sebulan
dan dihitung biogas yang dapat diperoleh.
9. Proses Pengolahan Sludge: Sludge--limbah dari biogas--bisa langsung
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
10. Proses Pengujian: Bioetanol yang telah disuling disulut api. Jika menyala,
artinya bioetanol sudah berkadar 95%. Pengujian biogas dilakukan dengan
cara menampungnya dalam plastik besar. Plastik tersebut dilubangi dengan
jarum, kemudian didekatkan ke api. Jika api tersulit, pembuatan biogas
sukses (Yahya dkk., 2009).

3. Nata De Coco
Di Filipina air buah kelapa dimanfaatkan untuk pembuatan Nata de coco,
yaitu suatu makanan berbentuk gelatin yang dihasilkan dengan bantuan bakteri.
Bakteri yang digunakan untuk membuat Nata de coco adalah Leuconostoc
mesenteroides, Acetobacter aceti atau Acetobacter xylinium dan penambahan
asam asetat glasial serta gula pada konsentrasi tertentu. Tempat pembuat nata de
coco di Filipina terutama daerah Laguna dan Quezon. Dewasa ini beberapa negara
telah berhasil membuat bahan makanan ini.
Istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Kata nata
tersebut kemudian diterjemahkan dalam bahasa latin natare yang artinya
terapung. Sedangkan Ensiclopedia Universal Illustrade, mendefinisikan nata
sebagai suatu lapisan yang berbentuk di atas permukaan media yang mengandung
gula. Dengan demikian, maka nata de coco dapat pula diartikan sebagai krim atau
lapisan yang terapung yang terdapat pada permukaan air kelapa. Proses
pembuatan Nata de Coco disajikan pada Gambar 6.6.

158
Pembersihan/penyaringan air kelapa Lanjutan

Pemanasan air kelapa sampai Pempatan cawan-cawan pada rak datar dan
mendidih tunggu proses fermentasi sampai selesai

Pendinginan kembali air kelapa Pemeriksaan hasil fermentasi sbb:


 Selang 2 hari akan muncul lapisan di
permukaan cawan
 Dalam 12-15 hari, terbentuk Nata de
coco dengan ketebalan lapisan akan
Pengisian gula 7.5% dan asam cuka
mencapai 1.5 cm
glasial 1.5% dari volume air kelapa.
Pengadukan hingga merata
Lakukan perendaman Nata de Coco
tersebut selama 3 hari dengan penggantian
air rendaman setiap hari untuk
Penambahan bakteri starter nata
menghilangkan asam cuka
dan pengadukan kembali sampai
merata
Pemotongan Nata de Coco kecil-kecil
berbentuk kotak-kotak dan perebusan
Penuangan media ke cawan sekitar 30 menit
/mangkok berdiameter 20-30 cm,
isikan sampai media mencapai
Angkat dan tiriskan, campurkan satu
ketinggian 1.5 cm.
bagian berat gula pasir sampai merata
selama 1 malam

Tutup cawan tersebut dengan kain


bersih yang memungkinkan udara Setelah gula pasir meresap kedalam nata,
dapat masuk ke cawan lakukan pengemasan ke dalam botol yang
bersih dan steril. Nata de coco siap
dipasarkan

Lanjutan
Sumber: Elyas, 2006
Gambar 6.6. Tahapan-Tahapan Pembuatan Nata De Coco
159
Di Indonesia, Nata de Coco baru mulai diproduksi secara komersial setelah
tahun 1980-an, yakni di Bogor. Sekarang, produk ini sudah pula dibuat di daerah
lain seperti di Jakarta, Cianjur, dan Bandung. Selain itu, Nata de Coco mempunyai
potensi besar sebagai komiditi ekspor, terutama ke negara Amerika Serikat dan
Jepang.
4. Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa merupakan ampas dari kopra yang telah diperas untuk
diambil minyaknya. Bungkil kelapa mengandung minyak ± 6%, protein ± 20%,
hidrat arang ± 45%, serat ± 12%, abu ± 5%, dan kadar air ± 11%.
Bungkil kelapa dapat dimanfaatkan untuk :
a. Pembuatan minyak bungkil
b. Ampas bungkil dapat dijadikan pellet untuk bahan makanan ternak
c. Untuk media tumbuh jamur
d. Bahan pembuatan makanan tradisional tertentu seperti tempe bongkrek dan
oncom.
5. Arang Tempurung
Tempurung kelapa memang sangat baik bila dijadikan arang, karena
mempunyai sifat kekerasan yang tinggi. Tingkat ketebalannya pun tidak terlalu
lebar, sehingga memudahkan pada proses pembuatan, pengemasan, dan
pengangkutan arangnya. Tingkat kemasakan bakar dari arang tempurung kelapa
lebih baik bila dibandingkan dengan arang kayu, karena dapat diproses atau
dibakar dalam waktu yang cepat dan merata. Adapun tempurung kelapa yang ideal
untuk dijadikan arang yaitu dari buah kelapa tua (berumur 11-12 bulan), karena
kandungan airnya sudah berkurang sehingga akan mempercepat perambatan
panas ketika proses pengarangan. Gambar arang tempurung disajikan pada
Gambar 6.7. berikut ini.

160
Gambar 6.7. Arang Tempurung

Negara-negara yang selama ini menjadi pembeli tempurung dan arang


tempurung kelapa dari Indonesia adalah Singapura, Jepang, Taiwan, Uni Emirat
Arab, dan Inggris.
Selain dapat dibuat arang, tempurung kelapa juga sangat baik untuk bahan
pembuatan arang aktif.
Pembakaran tempurung kelapa dengan tekanan udara tertentu akan
menghasilkan arang tempurung yang merupakan bahan bakar berkalori tinggi.
Tempurung kelapa sering juga dioleh menjadi arang aktif yang mempunyai
kemampuan untuk mengabsorbsi gas, uap, untuk kedok gas, filter rokok, ekstraksi
bensin dari gas alam, pemurnian gas dan menghilangkan bau air. Arang aktif juga
dapat digunakan untuk menghilangkan warna dalam larutan, misalnya untuk
pemucatan minyak nabati.
6. Parutan Kelapa Kering (Desiccated Coconut)
Desiccated Coconut adalah parutan atau potongan-potongan kecil putih
lembaga segar yang dikeringkan dengan segera. Sebagai bahan baku adalah buah
yang sudah tua/masak.
Srilanka merupakan negara pelopor yang membuat Dessicated Coconut
atau disingkat dengan DCN (1891). Negara lain yang memproduksikan DCN adalah
Filipina, India, Papua Nugini, Indonesia dan Tonga.
161
Khusus di Indonesia, pembuatan DCN baru dikomersialkan dengan
orientasi ekspor pada tahun 1972, tepatnya oleh sebuah pabrik di Manado yang
dikelolan BUMN. Pada tahun 1988 di Lampung juga didirikan pabrik DCN oleh
group Astra dan mulai beroperasi sejak bulan April tahun 1991.
Cara pengolahannya dilakukan secara masinal dengan urutan sebagai
berikut :
 mengupas buah
 melepaskan putih lembaga dari tempurungnya
 membuang kulit luar dari putih lembaga yang berwarna coklat
 mencuci
 sterilisasi putih lembaga dengan uap pada suhu 80°C
 memarut atau memotong-motong putih lembaga menjadi butiran-butiran
halus (fine wet meal), dan mengeringkannya (disintegrating and desiccating).
Pengeringan dilakukan pada suhu 77-82° C selama 40-45 menit
 mendinginkan, dan
 packing
Kegunaan Desiccated Coconut adalah sebagai berikut :
 bahan pengisi kembang gula.
 pencampur atau penghias roti, biskuit, es krim.
 bahan pembuatan aneka macam kue dan aneka macam makanan jajanan.
 Apabila dalam Desiccated Coconut dibubuhkan sedikit air, maka santannya
dapat dimanfaatkan untuk keperluan dapur dan masakan biasa para ibu rumah
tangga.
Contoh Desiccated Coconut disajikan pada Gambar 6.8.

162
Gambar 6.8. Desiccated Coconut
7. Serat Sabut Kelapa (Coir atau Coconut Fibre)
Serat sabut kelapa termasuk golongan serat kasar yang penting sebagai
bahan perdagangan. Industri-industri yang menggunakan bahan baku serat ini
tersebar luas di negara-negara penghasil kelapa. Contoh serat sabut kelapa
disajikan pada Gambar 6.9.

Gambar 6.9. Serat Sabut Kelapa


163
Serat sabut kelapa ini diolah menjadi serat pintal dan serat sikat.
Pengolahan serat sabut kelapa adalah sebagai berikut :
 Serat pintal
Sabut kelapa dibusukkan dengan merendam dalam air laut di tepi pantai
atau dalam air tawar di tepi danau dimana keadaan air selalu bergerak. Lamanya
proses perendaman tergantung pada berbagai faktor, misalnya kemasakan buah
kelapa, iklim dan kualitas air. Sabut dari buah yang tua memerlukan waktu yang
lebih lama daripada satu buah yang lebih muda. Proses pembusukan pada musim
panas jauh lebih cepat. Demikian pula pembusukan dalam air tawar lebih cepat
daripada dalam air asin. Rata-rata lamanya proses pembusukan 8-10 bulan di air
asin, dan 4-6 bulan di air tawar.
Walaupun proses pembusukan dalam air asin lebih lambat, tetapi kualitas
hasil seratnya jauh lebih baik. Seratnya lebih kuat dan warnanya baik. Selama
pembusukan, sabut menjadi lunak dan berbagai bahan seperti karbohidrat,
glukosida, tannin dan senyawa-senyawa nitrogen terlarut.
Setelah selesai proses pembusukan, serat kemudian dicuci bersih dan
dijemur. Setelah kering serat dipintal.
 Serat sikat
Untuk memperoleh serat sikat, sabut kelapa yang digunakan harus berasal
dari buah yang sudah tua. Sabut digiling, kemudian direndam selama 3-5 hari.
Selesai direndam kemudian digiling lagi untuk kedua kalinya. Serat dipisahkan
secara masinal. Serat sikat digunakan untuk berbagai macam sikat dan sapu. Hasil
sampingannya berupa serat-serat pendek yang disebut serat matras, digunakan
untuk membuat matras, pengisi jok tempat duduk, bantal dan lain-lain.
8. Nira dan Gula Kelapa
Nira adalah cairan manis yang diperoleh dengan melaksanakan perlakuan
khusus terhadap mayang kelapa (spatha) yang belum membuka pada stadia umur
tertentu. Adapun gula kelapa adalah bahan pemanis yang merupakan hasil olahan

164
nira yang sejak dahulu hingga saat ini merupakan bahan perdagangan yang penting
bagi rakyat pedesaan.
a. Nira
Nira diperoleh dengan jalan melaksanakan perlakuan khusus yang disebut
penyadapan terhadap mayang kelapa yang belum membuka pada stadia umur
tertentu. Ada berbagai cara dalam melaksanakan penyadapan mayang kelapa,
tergantung pada kebiasaan setempat. Salah satu cara dapat diuraikan sebagai
berikut:
 memilih mayang
Pilihlah mayang yang akan disadap. Ikatlah mayang tersebut dengan tali
yang dibuat dari pelepah daun kelapa ataupun bahan pengikat lainnya untuk
mencegah agar mayang tidak mekar. Selanjutnya mayang dimemarkan dengan
memukul secara perlahan-lahan dengan sepotong kayu selama 5-8 menit mulai
dari pangkal sampai ke ujung. Bila letak mayang agak tegak, setiap hari setelah
pememaran mayang ditarik ke arah bawah untuk memudahkan nira menetes dan
untuk memudahkan meletakkan wadah penampung nira.
 perlakuan terhadap mayang
Sebelum penyadapan dilaksanakan secara rutin, mayang dipotong mulai
dari ujung sebanyak beberapa kali. Pemotongan ujung mayang dilakukan pada hari
kedua setelah pemeraman dilakukan. Selanjutnya, setiap hari ujung mayang
dipotong sepanjang 0,5 cm dan diikuti dengan pememaran berikutnya. Biasanya
perlakuan tersebut diulangi sampai sekitar 10 kali, sampai akhirnya mayang mulai
mengeluarkan nira.
 penyadapan
Setelah mayang mengeluarkan nira, penyadapan dapat dilaksanakan secara
rutin, biasanya dikerjakan pagi dan sore. Setiap kali menyadap, ujung mayang
dipotong sepanjang ± 0,5 cm. Hasil nira yang diperoleh mula-mula sedikit, tetapi
kemudian berangsur-angsur meningkat. Pada puncak produksi, setiap pohon dapat

165
menghasilkan 3-4 liter nira per hari. Mayang dapat berproduksi dengan baik
(maksimal) selama ± 15 hari, dan setelah itu produksi mulai menurun.
Nira yang dihasilkan dapat ditampung dengan bumbung bambu
penampung nira atau dapat pula menggunakan “pot” yang terbuat dari tanah liat,
yang diikatkan pada ujung mayang. Setelah nira berhenti menetes, alat
penampung diambil dan nira hasil penyadapan dikumpulkan. Contoh bambu
penampung nira disajikan pada Gambar 6.10.

Gambar 6.10. Bambu-Bambu Penampung Nira

Setiap kali mayang muncul pada ketiak daun dan sudah waktunya disadap
maka penyadap akan mengerjakannya seperti pada mayang sebelumnya.
 Manfaat nira kelapa
Nira kelapa segar mempunyai komposisi seperti terlihat pada Tabel 6.3.
berikut ini.

166
Tabel 6.3. Komposisi Nira Kelapa Segar

Komposisi bahan Kadar kandungan


(g/100 ml)
Total padatan 15,20 – 19,70
Sukrosa 12,30 – 17,40
Abu 0,11 – 0,41
Protein 0,23 – 0,32
Vitamin C 16,0 – 30,0
Berat jenis pada 29°C 1,058 – 1,077
Sumber : Thampan, 1981
Oleh karena nira mengandung sukrosa yang cukup tinggi, cairan nira
memiliki rasa manis dan menyegarkan. Oleh karena itu, nira dapat dimanfaatkan
sebagai minuman segar. Di India, nira segar digunakan sebagai :
 Minuman segar yang dikantongkan
Nira yang dikumpulkan oleh petani dibeli oleh pabrik. Nira ini kemudian
dimasukkan ke dalam mesin khusus yang disebut “prepack machine”. Rangkaian
mesin tersebut mempunyai unit penyaringan, pendinginan dan pengantongan.
Kantong yang digunakan adalah kantong plastik transparan. Setelah melalui
penyaringan dan pendinginan sampai suhu 5 – 7°C, nira kemudian dikemas dalam
kantong-kantong plastic sebanyak 200 ml per kantong. Nira yang dingin dan segar
ini kemudian dijual kepada para konsumen. Mesin tersebut dapat menghasilkan
6.000 kantong per hari.
 Minuman yang dibotolkan
Bahan baku pembuatan minuman ringan ini adalah sirup dari nira kelapa.
Setiap botol (volume 200 ml) mengandung 35 ml sirup, 165 ml air hangat, gas CO 2
dan ekstrak cola atau lemon. Sesuai dengan merk yang dikeluarkan pabrik, yang
menggunakan ekstrak cola diberi merk “Palmcola”, sedangkan yang menggunakan
campuran lemon mereknya “Palmta”. Pembuatan minuman segar ini dilaksanakan
menggunakan mesin buatan lokal.

167
 Minuman segar : “lahang” atau “legen”
Di Indonesia, terutama di daerah kelapa pedesaan, nira kelapa digunakan
sebagai minuman segar dengan nama lokal seperti “lahang” di Jawa Barat, atau
“legen” di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

b. Gula Kelapa
Apabila nira yang diperoleh akan dibuat gula, sebelum bumbung bambu
atau “pot” tanah dipasang untuk menampung nira hasil penyadapan, ke dalam
bumbung terlebih dahulu dibubuhkan suatu bahan yang disebut “laru”. Bila tidak
tersedia “laru” dapat menggunakan kapur sirih saja. Pemberian “laru” ini
dimasuksudkan untuk mencegah agar nira tidak menjadi masam. Bila nira menjadi
masam, pemasakan nira menjadi gula sulit, karena masakan nira tidak mengental
secara baik atau tidak dapat dicetak menjadi gula merah. Sebaliknya, apabila
pemberian laru terlalu banyak, dapat menyebabkan warna dan rasa gula kurang
menarik, sehingga menyebabkan rendahnya kualitas dan harga jual gula tersebut.
Pengolahan nira di Indonesia baru terbatas pada pembuatan gula merah,
sedangkan di India telah dapat menghasilkan gula semut, gula merah dan permen.
 Pembuatan gula semut
Untuk pembuatan gula semut, nira yang mempunyai pH 8 – 9 harus
diturunkan sehingga memiliki pH netral. Biasanya hanya nira yang disadap pagi hari
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula semut. Proses pembuatan
gula semut adalah sebagai berikut :
- Nira mula-mula disaring kemudian dimasak dengan menggunakan wadah (panci)
yang terbuka.
- Setelah mendidih diberi sedikit TSP (Triple Super Phosphate) untuk menurunkan
pH.
- Kemudian dilakukan pemeriksaan pH dengan menggunakan ketas lakmus.
Apabila pH telah mencapai sekitar netral, cairan disaring kembali dan

168
dipindahkan ke panci yang lebih besar yang dapat menampung nira dari
beberapa panci kecil.
- Cairan dimasak sampai kental kemudian dipindahkan lagi ke “jaggerypan”. Pada
tahap ini api pemanas mulai dikurangi dan masakan gula harus seringkali diaduk.
- Bila telah mencapai kekentalan tertentu, kemudian dituangkan ke panci plastik
dan disimpan di dalam lemari pendingin selama satu sampai dua hari sampai
mengkristal.
- Gula kristal kemudian dimasukkan ke dalam alat sentifuse untuk memecah dan
memperkecil butiran. Dengan menambah air sedikit demi sedikit dan alat
sentifuse dijalankan, maka akan terbentuk gula semut yaitu butiran-butiran gula
halus, yang diinginkan di pasaran.
- Rendemen gula semut adalah sebesar 7% (1kg nira menghasilkan 70 gram gula
semut).
 Pembuatan gula merah
Pembuatan gula merah prosesnya sama dengan gula semut, hanya saja
pada tahap akhir sewaktu cairan yang dimasak telah kental dan mulai mengeras,
pada saat itu masakan gula dituangkan ke dalam cetakannya yang biasanya terbuat
dari tempurung kelapa. Rendemen gula merah adalah 10% (1kg nira menghasilkan
100 gram gula merah). Kegiatan pembuatan gula merah disajikan pada Gambar
6.11.

169
Gambar 6.11. Kegiatan Pembuatan Gula Merah

Besarnya hasil nira yang diperoleh dari penyadapan tergantung dari


beberapa faktor, diantaranya adalah:
 Iklim
Keadaan iklim mempengaruhi banyaknya hasil nira. Penyadapan yang
dilakukan pada dua mayang pada musim penghujan menghasilkan jumlah nira
yang sama dengan penyadapan tiga mayang dalam musim kemarau.
 Umur tanaman
Hasil nira dari pohon-pohon yang lebih muda lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil dari pohon-pohon yang lebih tua. Diperkirakan hal ini disebabkan
oleh perbedaan proses pertumbuhan tanaman.
 Keterampilan menyadap
Diduga bahwa keterampilan penyadap sangat memegang peranan penting
tidak mencapai hasil yang optimal. Di India penyadapan kelapa telah dilakukan
sejak dahulu kala. Para petani telah menguasai teknik penyadapan kelapa,

170
sehingga hasil yang diperolehnya lebih tinggi. Sedangkan di Indonesia, teknik
penyadapan kelapa masih belum dikuasai secara merata oleh para petani.
Pemanfaatan hasilnya pun masih terbatas untuk konsumsi sendiri, dan bila ada
kelebihan saja baru dipasarkan. Akhir-akhir ini para petani peserta PIRBUN V di
Jawa Barat telah dilatih keterampilan menyadap kelapa, yang merupakan usaha
dari PT Perkebunan XI untuk mendiversifikasi hasil kelapa dan untuk menolong
petani karena harga kelapa yang sangat rendah.
9. Kegunaan Lain Bagian-Bagian dari Pohon Kelapa dan Buah Kelapa
Sudah lama akar kelapa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Akar kelapa
antara lain dapat digunakan sebagai obat demam dan mencret. Sedang batang
kelapa sering digunakan sebagai bahan bangunan atau tiang pancang, jembatan
dan kayu bakar. Umbutnya yang berada di puncak batang, dapat digunakan
sebagai bahan makanan, baik mentah atau diolah dahulu menjadi sayur.
Pelepah daun kelapa di daerah pedesaan banyak dipakai sebagai pagar
pembatas kebuh dan halaman rumah. Sedang pelepah yang sudah kering banyak
digunakan untuk kayu bakar. Penggunaan daun kelapa dalam kehidupan sehari-
hari sudah tidak asing lagi. Bagian ini sering dibuat sebagai pembungkus makanan
tradisional, bahan ketupat, pembungkus gula kelapa dan bahan untuk hiasan atau
janur, daun yang sudah kering untuk kayu bakar. Lidinya dapat dibuat menjadi
sapu, tusuk sate, atau sujen. Pada acara-acara pernikahan secara adat, daun tua
dan muda dan juga buah kelapa dijadikan bagian dari dekorasi yang mempunyai
nilai artistik yang tinggi. Contoh penggunaan bagian tanaman kelapa untuk
keperluan dekorasi disajikan pada Gambar 6.12.

171
Gambar 6.12. Aneka Dekorasi dari Bagian Tanaman Kelapa
Dalam dunia pengobatan tradisional ternyata kelapa banyak khasiatnya. Air
kelapa sering digunakan untuk menyembuhkan penderita keracunan makanan,
seperti akibat makan jengkol. Dengan mencampurkan ramuan yang lain, air kelapa
dapat dipakai sebagai obat demam berdarah, kencing batu, demam, kolera,
tuberkulosis, sifilis, pelancar haid, dan untuk memudahkan proses melahirkan.
Dalam perang Vietnam, air kelapa malah digunakan untuk transfusi darah.
Campuran minyak kelapa dengan kapur sirih dapat merangsang
pertumbuhan rambut. Berbagai campuran minyak tertentu yang berkhasiat
biasanya ditambah dengan minyak kelapa, seperti minyak sumbawa (obat nyeri),
minyak besi (obat luka tusukan), minyak kaselok (obat salah urat), dan lain-lain.
Air dan daging buah kelapa muda juga banyak dikonsumsi dalam keadaan
segar terutama pada saat buka puasa di bulan Ramadhan. Selain itu ada juga yang
menyukai buah kelapa muda bakar. Buah kelapa muda tersebut secara utuh
dibakar lewat alat pembakaran selama lebih kurang satu jam. Setelah itu, kelapa
dikupas dan dipangkas bagian atasnya. Disajikan dengan dicampur gula merah atau
gula pasir dan dihidangkan dalam keadaan hangat. Dewasa ini cukup mudah
menemukan warung atau restaurant yang menyediakan buah kelapa muda bakar.
Kegiatan pembakaran buah kelapa muda disajikan pada Gambar 6.13.

172
Keterangan:
(a) Tumpukan buah kelapa muda
(b) Pembakaran buah kelapa muda selama kurang lebih 1 jam
(c) Buah kelapa muda bakar siap diminum setelah dicampur gula jawa/gula
pasir.
Gambar 6.13. Pembakaran Buah Kelapa Muda
Minyak dari tempurung kelapa yang dibakar dan digulung bersama kapas
dapat dimanfaatkan untuk menutupi gigi berlubang yang sakit. Sedangkan akar
kelapa yang rasanya kecut dapat dipakai untuk mengobati mejan, demikian pula
pucuk bunganya. Ekstrak akar kelapa yang masih muda dan dicampur pulosari
cukup ampuh untuk obat demam dan mencret menahun.
Dalam kegiatan usaha tani, air kelapa dapat digunakan sebagai bahan
untuk mengasamkan tanah yang memiliki pH tinggi (basa).
Tempurung kelapa banyak dimanfaatkan orang secara tradisional untuk
berbagai jenis bahan pembuatan perabotan seperti gayung, gelas air minum,
tatakan gelas atau piring, dan aneka kerajinan. Dalam kegiatan sehari-hari,
tempurung kelapa biasa digunakan sebagai sumber air panas, misalnya dalam
industri pembuatan tempe tahu, pengasapan dalam industri sale pisang, dan lain
sebagainya.

173
B. Simpulan
1. Setelah melewati masa tanam dan menunggu beberapa waktu 3 s.d. 6 tahun maka
panen kelapa merupakan hal-hal yang ditunggu oleh petani dan pengelola kebun
kelapa. Kegiatan ini penting karena berhubungan langsung dengan hasil yang
umumnya merupakan tahap akhir dari siklus pembudidayaan tanaman kelapa
tersebut.
2. Dalam pemanenan kelapa, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu a.l. umur
tanaman, saat panen yang tepat, interval panen, cara panen dan banyaknya hasil
panenan.
3. Sebelum buah kelapa hasil panenan dibuat kopra dilakukan penyimpanan buah
dengan maksud agar: pengupasan/pelepasan sabut lebih mudah; penyungkilan
putih lembaga dari tempurung lebih mudah dan lebih bersih; tempurung yang
diperoleh adalah kering, keras, dan bila digunakan sebagai bahan bakar,
menyalanya baik dan sedikit sekali asapnya; kandungan air dari putih lembaga
berkurang dan ketebalan lapisan putih lembaga tersebut bertambah sehingga akan
didapatkan hasil kopra dan minyak yang lebih tinggi; kualitas kopra yang dihasilkan
juga akan lebih tinggi.
4. Kopra merupakan putih lembaga yang telah dikeringkan, proses pengeringan putih
lembaga dilakukan melalui tiga cara yaitu: pengeringan dengan panas matahari,
dengan menggarang di atas api, atau secara tidak langsung atau melalui panas
buatan.
5. Pengolahan buah kelapa dalam negeri pada saat ini masih didominasi oleh produk
setengah jadi berupa kopra dan Coconut Crude Oil (CCO) yang nilai jualnya masih
rendah. Untuk mendapatkan nilai tambah, perlu diupayakan agar kelapa dalam
negeri diolah lebih lanjut dalam bentuk: Virgin Coconut Oil (VCO), Nata de Coco,
Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk (CM), Coconut Cream
(CC), Coconut Charcoal ( CCL), Coconut Fiber (CF) dll.

174
6. Minyak kelapa dapat diperoleh melalui pengolahan cara tradisional yaitu
pemanasan dan peragian maupun secara modern yang dilakukan di pabrik-pabrik
minyak kelapa.
7. Produk olahan kelapa lainnya yaitu Nata de Coco. Produk ini merupakan , suatu
makanan berbentuk gelatin yang dihasilkan dengan bantuan bakteri yaitu:
Leuconostoc mesenteroides, Acetobacter aceti atau Acetobacter xylinium dan
penambahan asam asetat glasial serta gula pada konsentrasi tertentu. Di
Indonesia, Nata de Coco baru mulai diproduksi secara komersial setelah tahun
1980-an, yakni di Bogor dan sekarang telah diproduksi di kota-kota lain untuk
tujuan ekspor ke luar negri terutama Amerika Serikat dan Jepang.
8. Nira yang diperoleh dari hasil penyadapan mayang kelapa dapat dipakai sebagai
minuman segar ataupun diolah lebih lanjut menjadi gula semut dan gula merah.
9. Kegunaan lain bagian-bagian tanaman dari pohon dan buah kelapa cukup banyak
ragamnya seperti: akar kelapa dimanfaatkan sebagai obat tradisional, batang
kelapa sering digunakan sebagai bahan bangunan atau tiang pancang, jembatan
dan kayu bakar, pelepah daun kelapa di daerah pedesaan banyak dipakai sebagai
pagar pembatas kebun, halaman rumah dan kayu bakar, daun kelapa untuk
pembungkus makanan tradisional, bahan ketupat, pembungkus gula kelapa dan
bahan untuk hiasan atau janur, daun yang sudah kering untuk kayu bakar. Lidinya
dapat dibuat menjadi sapu, tusuk sate, atau sujen. Pada acara-acara pernikahan
secara adat, daun tua dan muda dan juga buah kelapa dijadikan bagian dari
dekorasi yang mempunyai nilai artistik yang tinggi.

175
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Luntungan. 1978. Pengadaan dan Penyaluran Bibit kelapa Didalam
Repelita III. Pemberitaan LPTI No.29. Bogor.
Branton,R.I. dan J.Blake (1983).New Sci.98,554-557
Buletin Balitka 8 Mei 1989. Balai Penelitian Kelapa, Manado.
Darwis,SN. 1986. Tanaman Kelapa dan Lingkungan Pertumbuhannya. Balai
Penelitian Kelapa Manado.
Deptan, Ditjen BP Perkebunan, 2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Kelapa.(www.deptan.go.id)
Elyas, N. 2006. Menjadi Jutawan Melalui Home Industry: Aneka Olahan Kelapa.
Penerbit Absoulut, Yogyakarta.
Filippone P.T., 2007. Coconut are the largest seed known.
(http://homecooking.about.com/od/food history/a/coconut history.htm)
Diunduh Januari 2008
Harold W.Byrd. 1968. Seed Technology Handbook. Mississipi.
Mansur,M. 1978. Pengaruh Naungan dan Mulch terhadap Pertumbuhan gibit
Kelapa. Pemberitaan LPTI No.28. Bogor.
Purseglove, J.W. (1981) Tropical Crops: Monoctyledons. Longmann Group
Limited,U.K.,607 pp
Suhardiman. 1985. Kelapa Hibrida. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardiyono. 1988. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Sukamto, ITN, 2001. Kelapa Kopyor Pembibitan dan Budidaya. Penebar Swadaya.
Jakarta
Taulu, Dina B., 1989. Penyadapan dan Pemanfaatan Nira Kelapa di India.
Thampan, P.K. 1981. Handbook on Coconut Palm. Oxford dan IBH Publishing Co.
New Delhi-Bombay-Calcuta.
Von Uexkull. 1980. Potassium Requirements of Some Tropical Tree Crops.
International Potash Institute. Switzerland.
Yahya, M.W., Purwo, A dan Sari, D.S. 2009. Optimalisasi Produksi Biofuel dari
Kelapa dengan Pengolahan Bertingkat (http://www.lipi.go.id/kompetisi/
kompetesi.cgi?media&1251256830&12&2009). Diunduh Maret 2011.

176
GLOSARIUM

Akar adventif : Akar liar


Akar primer : Akar pertama yang tumbuh dari batang utama.
Akar sekunder : Akar yang tumbuh dari akar primer
Akar tersier : Akar yang tumbuh dari akar sekunder.
Akllimatisasi : Penyesuaian terhadap perubahan iklim atau
lingkungan baru.
Alela : Salah satu bentuk alternatif dari gen.
Benih ilegitim : Benih yang tidak diketahui baik tetua jantan maupun
tetua betinanya.
Benih siap salur : Benih siap tanam.
Bobokor : Diambil dari bahasa daerah; penggemburan tanah dan
pembersihan gulma di sekeliling areal tanaman pokok
(± seluas tajuk tanaman).
Bungkil : Ampas biji-bijian yang telah diproses untuk diambil
minyaknya.
Circle weeding : Pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar pohon
secara melingkar dengan radius 75 - 200 cm.
Clean weeding : Pembersihan seluruh areal pertanaman dari gulma
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
Cross pollination : Penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari tanaman
lain.
Ekstensifikasi : Usaha untuk meningkatkan produksi dengan perluasan
areal budidaya.
Emaskulasi : Kastrasi, perlakuan terhadap bunga sempurna dengan
cara membuang benang sari sebelum serbuk sari
terlepas dari kotaknya agar tidak terjadi penyerbukan
sendiri, kemudian dilakukan penyerbukan dengan
serbuk sari dari bunga lain.
Gen dominan : Gen yang ekspresinya menutupi ekspresi alelnya jika
berpasangan dalam sel tubuh.
Gen resesif : Gen yang ekspresi fenotipenya dihalangi oleh alel
dominan.
Genus : Marga, klasifikasi tumbuhan di bawah rumpun atau
kebanyakan di bawah suku yang anggotanya
menunjukkan kesamaan ciri.
Herbisida kontak : Herbisida yang membunuh bagian tanaman yang
terkena saja, tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman.
Herbisida sistemik : Herbisida yang dapat menyebar ke seluruh bagian
tanaman dan mematikan seluruh bagian tanaman.

177
Heterosis : Hibrid kuat dengan produksi generasi F1 melebihi rata-
rata dari tetua (genetik heterosis) atau lebih tinggi dari
tetua (ekonomik heterosis).
Homozygot : Individu (hewan atau tumbuhan) yang sifatnya dibentuk
oleh gen yang sama.
Impermeabel : Tidak tembus udara atau air.
Insektisida sistemik : Insektisida yang dapat menyebar ke seluruh bagian
tanaman dan dapat mematikan seluruh bagian
tanaman
Intensifikasi : Usaha peningkatan produksi melalui peningkatan
produktivitas lahan.
Intercropping : Tumpang sari, sistem penanaman lebih dari satu
macam tanaman secara serempak pada lahan yang
sama.
In-vitro : Istilah yang digunakan pada reaksi-reaksi atau proses
yang terjadi di luar sel.
Kalus : Sel yang pertumbuhannya menyerupai tumor, tidak
beraturan ; terbentuk karena auksin dan sitokinin
tinggi.
Ketiak daun : Sudut teratas yang terbentuk dari tangkai daun atau
tangkai bunga dengan batang atau tangkai pendukung.
Kitri : Cikal bibit kelapa yang sudah siap ditanam di lapangan.
Konsentrat : Sekumpulan bahan makanan unggas berserat kasar
rendah yang mengandung gizi tertentu yang jumlahnya
lebih tinggi dari kebutuhan unggas.
Kopra : Daging buah kelapa yang dikeringkan dengan panas
matahari atau panas buatan hingga kadar airnya 6-8 %
dan kadar minyaknya 60-65%; digunakan sebagai bahan
baku minyak kelapa.
Kowakan : Lubang-lubang yang dibuat pada pohon kelapa untuk
memudahkan pemanjatan dalam mengambil buah
kelapa.
Kultivar : Varietas yang dibudidayakan.
Kultur embrio : Teknik biakan tanaman yang berasal dari lembaga atau
sporofit muda bakal tumbuhan baru yang terdapat
dalam biji.
Laru : Campuran yang terdiri dari kapur sirih dan irisan buah
manggis.
Mulching : Penutupan tanah dengan menggunakan bahan organik
yang ditempatkan di sekeliling tanaman atau baris
tanaman yang berfungsi melindungi tanah dari terpaan
butiran hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran

178
permukaan, menaikkan kapasitas infiltrasi tanah,
meningkatkan permeabilitas tanah, mengurangi
evaporasi dan menaikkan simpanan air tanah.
Mulsa : Serasah, bahan yang digunakan sebagai penutup tanah
yang berfungsi melindungi tanah dari terpaan butiran
hujan, mengurangi jumlah don kecepatan aliran
permukaan, menaikkan kapasitas inf iltrasi tanah,
meningkatkan permeabilitas tanah, mengurangi
evaporasi dan menaikkan simpanan air tanah.
PIR : Pola Inti Rakyat, Pola kemitraan usaha antara
perusahaan besar dengan rakyat dimana perusahaan
sebagai inti dan rakyat sebagai plasmanya.
Planlet : Anakan tumbuhan.
Plasma nutfah : Substansi sebagai sumber sifat keturunan yang
terdapat dalam setiap kelompok organisme yang dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit agar
tercipta suatu jenis unggul atau kultivar baru.
Pneumatophora : Akar nafas.
Rehabilitasi : Kegiatan pemulihan kemampuan produktivitas
sumberdaya pertanian yang kritis
Resin : Kelompok bahan kimia hasil sekresi tanaman yang
susunan kimianya sangat kompleks, padat, transparan
dan kompak.
Seedling : Hasil perbanyakan dengan biji.
Self polllination : Penyerbukan yang serbuk sarinya berasal dari bunga itu
sendiri atau bunga lain pada tangkai yang sama.
Senil : Tingkat pertumbuhan tanaman yang telah mencapai 8
tingkat akhir sehingga tidak dapat berproduksi lagi.
Sistem kontur : Penanaman tanaman dalam baris dengan arah
horizontal memotong lereng.
Tajuk daun : Paduan cabang, ranting dan daun yang membentuk
lapisan atas dari suatu tegakan atau pohon. Sistem
penanaman lebih dari satu macam tanaman secara
berurutan pada lahan tertentu dimana penanaman
tanaman kedua dilakukan saat tanaman pertama
mencapai pertumbuhan reproduksi sebelum panen.
Tumpang gilir : Sistem penanaman lebih dari satu macam tanaman
secara berurutan pada lahan tertentu dimana
penanaman tanaman kedua dilakukan saat tanaman
pertama mencapai pertumbuhan reproduksi sebelum
panen.

179
Unduhan : Buah kelapa yang segera dikupas sesudah selesai
dipanen.
Upgraded : Tingkat kualitas yang tinggi
Varietas : Klasifikasi tumbuhan di bawah jenis yang menunjukkan
varian jenis dengan perbedaan warna atau habitat yang
morfologinya tanpa mengaitkan masalah distribusinya.

180
RIWAYAT HIDUP PENULIS

GUN MARDIATMOKO, Dr.Ir.MP. lahir di Yogyakarta 6 April 1959,


menamatkan pendidikan S-1 di Fak. Kehutanan UGM pada tahun 1982,
S-2 pada Program Pasca Sarjana UGM Jurusan Manajemen Hutan pada
tahun 1997 dan S-3 di USAMV, Bukarest-Romania. Pertama kali meniti
karier sebagai Kabag. Perencanaan Hutan PT. Wai Hitam, Sumatera
Selatan pada tahun 1982-1983 dan periode tahun 1984-2000 sebagai
dosen tetap Fak. Pertanian Univ. Pattimura Ambon. Akibat dampak
kerusuhan massal yang terjadi di Ambon-Maluku, Januari 1999 maka
pada tahun 2001 pindah tugas sementara ke Fak. Pertanian Univ.
Padjadjaran Bandung, pada Jurusan Budidaya Pertanian dan mengajar
manajemen produksi tanaman perkebunan. Selanjutnya kembali
mengajar di Fak. Pertanian Univ. Pattimura mulai tahun 2007 s.d.saat ini.
Selama bekerja sebagai dosen di Maluku, juga menjadi tenaga ahli pada
Divisi Litbang HPH PT. Mangole Timber Producers, Maluku dengan
aktivitas a.l. perencanaan dan pengembangan HPH Bina Desa Hutan
melalui upaya intensifikasi budidaya tanaman sengon, kelapa, coklat,
karet dll. Penulis banyak menulis artikel bidang kehutanan/pertanian a.l.
pada Buletin Salawaku-Ambon dan Surat Kabar Suara Maluku dan Pos
Maluku serta tulisan pada berbagai seminar naional dari tahun 1986 s.d.
saat ini.

MIRA ARIYANTI, SP.MP. lahir di Bandung pada tanggal 8 Maret 1977.


Pendidikan penulis adalah sebagai berikut:
- Tahun 1983 – 1989: SD Negeri 2 Bandung
- Tahun 1989 – 1992: SMP Negeri 2 Bandung
- Tahun 1992 – 1995: SMA Negeri 5 Bandung
- Tahun 1995 – 2000: Fakutas Pertanian UNPAD
181
Selepas masa studi, penulis aktif sebagai asisten dosen serta memberikan
praktikum untuk mata kuliah berbagai komoditi perkebunan, teristimewa
kelapa, kelapa sawit, karet, teh, kakao dan lain-lain pada Program Studi
Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian – Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studi untuk meraih
gelar Master di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan selesai padan tahun
2004. Sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang, penulis tercatat
sebagai salah satu staf pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian – Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

===================================

182

Anda mungkin juga menyukai