Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................. v
I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................... 2
II PEMBAHASAN................................................................. 3
2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung......................................... 3
2.2. Morfologi Jagung......................................................... 4
2.2.1. Akar......................................................................... 4
2.2.2. Batang..................................................................... 5
2.2.3. Daun........................................................................ 6
2.2.4. Bunga...................................................................... 7
2.2.5. Tongkol dan biji...................................................... 8
2.3. Syarat Tumbuh............................................................. 9
2.3.1.Iklim......................................................................... 9
2.3.2. Tanah....................................................................... 9
2.4 Budidaya Tanaman Jagung......................................... 10
2.4.1. Penyiapan Benih.................................................... 10
2.4.2. Persiapan Lahan.................................................... 12
2.4.3. Ploting dan Penanaman........................................... 13
2.4.4. Pemupukan.............................................................. 15
2.4.5. Pengairan................................................................. 17
2.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit........................... 19
iii
2.4.7. Penanganan Pasca Panen Jagung............................ 21
2.4.8. Pemanenan.............................................................. 22
2.4.9. Pengeringan............................................................. 23
2.4.10. Pemipilan............................................................... 25
2.4.11. Penyimpanan......................................................... 26
III PENUTUP......................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.................................................................... 29
3.2 Saran.............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 30
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Akar jagung.......................................................................... 5
2. Batang jagung....................................................................... 6
3. Daun Jagung......................................................................... 7
4. Bunga Jagung....................................................................... 7
5. Biji dan tongkol jagung........................................................ 9
6. Pestisida................................................................................ 11
7. Persiapan lahan jagung......................................................... 13
8. Penanaman jagung................................................................ 15
9. Proses pemupukan jagung.................................................... 17
10. Proses pengairan lahan jagung.......................................... 19
11. Proses pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung. . 21
12. Alur Penanganan Pascapanen Jagung................................. 27
v
I PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui proses budidaya jagung hingga tahap
penanganan pasca panen jagung (Zea mays L.)
2
II PEMBAHASAN
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotiledon
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
3
2.2. Morfologi Jagung
2.2.1. Akar
Tanaman jagung berakar serabut dan memiliki sistem perakaran
yang terdiri dari tiga bagian yaitu akar seminal, akar adventif, dan
akar penyangga atau kait. Akar seminal adalah akar yang tumbuh ke
bawah pada saat akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Saat plumula muncul ke permukaan tanah pertumbuhan akar seminal
akan melambat dan akan berhenti pertumbuhan akar seminal pada
saat tanaman berumur 10-18 hari setelah berkecambah.Akar adventif
adalah akar yang tumbuh keatas secara berurutan dari tiap buku antara
7- 10 buku yang berasal perkembangan dari buku di ujung mesokotil.
Akar adventif akan berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar
adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar penyangga
atau kait adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di
atas permukaan tanah, akar penyangga berperan untuk menjaga agar
tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu
penyerapan hara dan air. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
akar jagung berdasar kedalaman dan penyebarannya adalah varietas,
pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah dan
pemupukan (Subekti, et al. 2012).
4
Gambar 1. Akar jagung
2.2.2. Batang
Batang tanaman jagung tidak bercabang dan terdiri atas ruas-
ruas. Ruas- ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian
bawah berbentuk bulat pipih yang terdiri dari sejumlah ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang akan berkembang menjadi
tongkol. Batang jagung memiliki tiga komponen jaringan utama yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat
batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran batang dengan
kepadatan bundles yang tinggi namun mendekati pusat batang
kepadatan bundles akan berkurang. Penyebab batang tanaman jagung
tahan rebah dikarenakan konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi
dibawah epidermis. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat
memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di
bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Paliwal,
2000).
5
Gambar 2. Batang jagung
2.2.3. Daun
Sesudah koleoptil muncul di atas permukaan tanah, daun jagung
mulai terbuka. Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan
pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama
dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya berkisar antara 10-
18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4
hari setiap daun.
Daun jagung berbentuk memanjang merupakan banun pita
(ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer).
Tanaman jagung memiliki lebar helai daun, sudut daun, bentung
ujung daun yang beragam dan terdapat dua tipe daun jagung, yaitu
tegak (erect) dan menggantung (pendant) Terdapat ligula diantara
pelepah daun dan helai daun. Ibu tulang daun sejajar dengan tulang
daun. Jagung memiliki stomata berbentuk memanjang (halter). Setiap
stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas yang berperan
penting dalam respon tanaman dalam deficit air pada sel-sel daun
(Subekti, et al. 2012)
6
Gambar 3. Daun Jagung
2.2.4. Bunga
Tanaman jagung termasuk tanaman berumah satu (monoecious)
yaitu dimana bunga jantan dan bunga betina terpisah dalam satu
tanaman. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh (aplikal)
di ujung tanaman. Bunga betina berkembang dari pertengahan batang
(Palliwal, 2000). Tanaman jagung memiliki bunga jantan (staminate)
terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate)
terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung termasuk
penyerbukan silang dikarenakan sifatnya yang protrandy dan bunga
jantan dan bunga betina terpisah (Muhadjir. 1988). Menurut Subekti,
et al. (2012), menyatakan tanaman jagung bersifat protandry yaitu
dimana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya (anthesis)
muncul 1-3 hari sebelum rambut bunga betina (silking) muncul.
7
2.2.5. Tongkol dan biji
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung
varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu
terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah.
Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu
genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa
lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme
pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan
makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati
dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio
(lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
Pati endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang
sebagian besar terdiri atas dua molekul, yaitu amilosa dan
amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara. Namun pada beberapa
jenis jagung terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan
amilopektin. Protein endosperm biji jagung terdiri atas beberapa
fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan menjadi
albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein
atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi), dan glutein
(larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-
8
masing fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin
60%, dan glutein 34% (Vasal 1994).
2.3.1.Iklim
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang
hingga subtropis atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak
antara 0-500LU hingga 0-400 LS. Tanaman jagung juga menghendaki
penyinaran matahari yang penuh. Suhu optimum yang dikehendaki
adalah 21-340 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung
adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan tanaman
jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010).
2.3.2. Tanah
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur,
berdrainase yang baik, pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat
toleran ditanami jagung antara lain andosol, latosol dengan syarat pH-
9
nya harus memadai untuk tanaman tersebut (Rukmana, 1997). Pada
tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka
perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi
tanahnya gembur, dalam budidaya jagung tanah tidak perlu diolah
(sistem TOT). Tanaman jagung ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki
ketinggian antara 1000-1800 mdpl. Sedangkan daerah yang optimum
untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Tim Karya
Tani Mandiri, 2010).
10
sistemik yang bersifat protektif dan kuratif berbentuk pekatan
suspensi berwarna merah muda digunakan untuk mengendalikan
penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) pada tanaman jagung.
Manfaat penggunaan Insure Max 510FS diantaranya perlindungan
total terhadap serangan penyakit bulai, mampu mengendalikan
penyakit bulai yang sudah resisten dengan fungisida lain,
meningkatkan pertumbuhan awal tanaman (vigor tanaman terlihat
lebih baik), warna daun lebih hijau dan sehat. Adapun insektisida
yang digunakan adalah jenis Cruiser 350F, manfaat penggunaan jenis
insektisida ini diantaranya dapat mengendalikan dan mencegah
serangan hama-hama seperti aphid, hama penghisap, ulat tanah, lalat
bibit, thrips, ulat, dan serangga pemotong batang.
Gambar 6. Pestisida
12
Langkah selanjutnya dalam persiapan lahan adalah pembuatan
bedengan dengan ukuran 150 cm x 80 cm yang dilakukan dengan alat
bantu cangkul untuk membudahkan pembuatan bedeng. Bedengan
yang telah jadi kemudian ditaburi dengan pupuk kendang dan diolah
ringan, penambahan pupuk kendang bertujuan untuk menggemburkan
tanah dan menyempurankan aerasi tanah (Azwir, 2013) sehingga
proses penanaman akan lebih mudah. Pada bagian pingir lahan dibuat
saluran drainase dnegan lebar 30 cm untuk menghindari adanya
genangan air disekitar area lahan budidaya. Jarak antara pengolahan
lahan dengan waktu tanam adalah 1 minggu. Lubang tanam dibentuk
pada bedengan yang telah dibuat dengan bantuan alat tanam
konvensional.
14
Gambar 8. Penanaman jagung
2.4.4. Pemupukan
Pupuk merupakan suatu bahan yang ditambahkan ke tanah
untuk mendukung dan menyediahkan unsur-unsur esensial dalam
menopang pertumbuhan tanaman target. Pemupukan sangat berkaitan
erat dengan kegiatan budidaya jagung dimana pemupukan adalah
salah satu dari faktor kunci bagi keberhasilan dalam budidaya jagung.
Kegiatan pemberian pupuk dalam mendukung pertumbuhan tanaman
jagu, baik itu berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik dimana
pada dasarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara yang
diperlukan jagung dalam mendukung pertumbuhan dan
berkembangnya tanaman.
Sumber hara alami, seperti bahan yang berasal dari tanah, pupuk
kandang, sisa tanaman, dan air irigasi. Sedangkan Pupuk anorganik
umumnya hanya untuk memenuhi kekurang hara alami yang
diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sehingga
perlu diperhatikan waktu dari pemberian pupuk serta takaran pupuk
yang akan diberikan yang hendaknya disesuaikan dengan umur
tanaman pertumbuhan tanaman. Pengelompokan pupuk pada dasarnya
didasarkan pada sumber bahan yang digunakan, bentuk, kandungan
unsur hara dalam pupuk dan cara aplikasinya.
15
berdasarkan kepada keseimbangan antara hara yang dibutuhkan oleh
tanaman jagung yang berdasarkan tingkat sasaran hasil yang ingin
dicapai serta ketersediaan hara dalam tanah. Dengan tetap
mempertimbangkan beragamnya kondisi kesuburan tanah diberbagai
tempat satu. Hal ini sangat berpengaruh terhadap takaran dan jenis
pupuk yang diperlukan untuk tempat atau lokasi target yang berbeda
pula. Mengacu dengan beberapa hal tersebut maka pemupukan
berimbang dikenal juga dengan disebut Pengelolaan hara spesifik
lokasi.
18
Gambar 10. Proses pengairan lahan jagung
19
pucuk mulai dari jagung berusia sekitar 1 bulan hingga pada saat
dewasa daun akan menjadi rusak. Pengendalian yang dilakukan guna
menghindarinya yautu dengan penyemprotan insektisida pada jagung
(filidol).
Penyakit pada tanaman jagung yang juga sering di jumpai yaitu
busuk batang. Penyakit ini juga menjadi ancaman bagi petani jagung
saat ini. Penyakit ini disebabkan jamur Diplodia maydis. Jamur ini
biasa muncul ketika memasuki musim kemarau yang kering. Penyakit
busuk batang biasanya akan terlebih dahulu menyerang pangkal
batang hingga sampai pada jaringan batang dan merusak batang dan
membusuk. Biasanya jika sudah terjadi pada tanaman penyemprotan
fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan sidazeb.
Hama dan penyakit pada tanaman jagung lain seperti hama
penggerek batang, hawar daun, serta hama lainnya juga masih kerao
dijumpai di lahan pertanian jagung. Maka dari itu pengendalian hama
dan penyakit penting untuk dilakukan guna menjaga kualitas jagung
yang dihasilkan. Pengendalian yang biasa dilakukan dengan
penyemprotan, atau dengan mengguanakan pupk sesuai dosis dan
penambahan nutrisi pada pemupukan.
20
2.4.7. Penanganan Pasca Panen Jagung
Waktu panen menentukan mutu biji jagung, pemanenan yang
terlalu awal menyebabkan banyak butir muda sehingga kualitas
rendah dan tidak tahan simpan. Pemanenan yang terlambat
menurunkan kualitas dan meningkatkan kehilangan hasil. Jagung siap
panen ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai menguning
dan berwarna kecoklatan pada kadar air sekitar 35 - 40%. Panen
optimum merupakan saat panen yang paling tepat untuk mendapatkan
kualitas hasil panen yang baik. Pada umumnya kadar air jagung yang
dipanen pada kondisi optimal tersebut sesuai untuk konsumsi sebagai
pangan, pakan dan industri. Penundaan kegiatan panen akan
menurunkan kualitas jagung (Syarif dan Halid, 1993).
Alur penanganan proses pascapanen jagung menurut (Richana et
al., 2012) sebagai berikut:
2.4.8. Pemanenan
Mutu hasil panen jagung akan baik bila jagung dipanen pada
tingkat kematangan yang tepat (matang optimal). Tanda jagung siap
panen atau matang optimal antara lain : bila kelobot telah berwarna
kuning, biji telah keras dan warna biji mengkilap, jika ditekan dengan
ibu jari tidak lagi ditemukan bekas tekanan pada biji tersebut, pada
keadaan seperti ini kadar air sudah mencapai sekitar 35%. Cara lain
untuk menentukan tingkat kematangan jagung adalah terbentuknya
lapisan berwarna hitam pada butiran (black layer tissue formation),
21
terbentuk dalam selang waktu lebih kurang tiga hari bersamaan
dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran.
Tanaman jagung dapat dipanen pada kadar air tinggi dan kadar
air rendah, tergantung dari tujuan memanen dan permintaan pasar.
Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi yaitu pada kadar air sekitar
35% (pada matang optimal). Sedangkan jagung yang dipanen pada
kadar air rendah biasanya ditandai dengan kelobot batang dan daun
yang sudah berwarna coklat dan tanaman sudah sangat kering,
biasanya kadar air berkisar antara 17-18%. Hal ini memudahkan
proses pengeringan dan pemipilan yang akan dilakukan .
Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan
persentase butir muda yang tinggi dan biji keriput setelah mengalami
pengeringan, sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah.
Pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan mutu dan
peningkatan kehilangan hasil, karena butir rusak akan meningkat
sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun
infeksi hama dan penyakit dilapangan. Perlu diingat bahwa kelobot
tidak sepenuhnya dapat melindungi biji jagung.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada hari-hari cerah, jangan
pada saat hujan agar supaya penanganan jagung setelah dipanen yaitu
pengeringan tidak mendapat hambatan. Pemanenan jagung yang
sederhana dan umum dilakukan dan hasilnya sangat baik adalah
dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai.
Sekaligus memotong batang dan bagian tanaman lainnya dan
ditinggal dilapangan dan kemudian dibenamkan kedalam tanah
22
sebagai bahan pupuk. Jagung sebaiknya dipanen dalam bentuk
tongkol lengkap dengan kelobotnya, bila dipanen tanpa kelobot resiko
kerusakan butir-butir jagung tambah besar. Segera setelah dipanen
pisahkan jagung yang tidak sehat atau terinfeksi penyakit dilapangan
supaya penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah.
2.4.9. Pengeringan
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air sampai
mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk diproses selanjutnya dan
aman untuk disimpan dan mutu produk yang dihasilkan tinggi. Tujuan
pengeringan adalah memenuhi persyaratan mutu yang akan
dipasarkan, kadar air jagung yang memenuhi standar mutu
perdagangan adalah 14%. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghindari kerusakan-kerusakan seperti kerusakan karena biji
terangsang pertunbuhannya, dan kerusakan karena mikroba yang
terangsang perkembangannya. Biji yang akan disimpan kadar air
sebaiknya 13%, dimana jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah.
Disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam
setelah panen.
Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol berkelobot,
tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan. Pengeringan jagung
idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan
dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pemipilan jagung,
sebab pemipilan tanpa dilakukan pengeringan terlebih dahulu dapat
menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan
23
pengerjaannya lambat. Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar
air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan
tidak menimbulkan kerusakan. Jagung sudah berupa pipilan dapat
dikeringkan sampai kadar air 13% sehingga tahan untuk disimpan.
Cara pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan
konvensional, dan pengeringan buatan. Pada sistem konvensional,
jagung pada batangnya dibiarkan dilapang sampai kering secara
alami. Hal ini dapat mengakibatkan infestasi hama dan lahan tidak
dapat diolah untuk tanaman berikutnya selama jagung tersebut belum
dipanen. Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari
sebaiknya dari pukul 08.00-11.30, dan lamanya pengeringan sekitar 3
hari bila cuaca cerah. Gunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur,
terpal dan sebagainya. Cara pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari dianggap baik karena kadar air jagung tidak turun secara
drastis, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini
adalah yang termurah.
Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara
pengasapan. Cara ini bisa digunakan untuk mengamankan hasil
jagung dimusim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari
pembakaran sekam dan tongkol jagung. Cara digantung setinggi 80
cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi 14%
jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari. Untuk tujuan benih,
pengasapan lebih baik dari pada penjemuran ditinjau dari daya
tumbuh dan serangan jamur. Daya tumbuh benih jagung BC-2 dengan
pengasapan lebih tinggi dari penjemuran yaitu masing-masing 92.9%
24
dan 90.9%. Selain itu dengan pengasapan serangan jamur lebih
rendah dibandingkan dengan penjemuran yaitu masing-masing 5.0%
dan 9.0%.
Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis, seperti alat
pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain.
Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara
tertentu sesuai dengan tujuan pengeringan. Untuk jagung konsumsi
temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif
40%, sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40 °C,
karena temperatur diatas 45 °C dapat mematikan embrio.
2.4.10. Pemipilan
Pipilan adalah pemisahan biji jagung dari tongkolnya. Pemipilan
dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak
lebih dari 18%, yaitu bila dipipil dengan tangan lembaga tidak
tertinggal pada janggel. Pipilan jagung pada kadar air tersebut lebih
mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan. Dalam proses
pembijian, tidak dapat dihindari terjadinya kerusakan mekanis pada
biji jagung, yang besarnya proporsional terhadap kadar air butiran.
Pemipilan jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan.
Metode ini meskipun berat dan kapasitasnya kecil tapi efektif dalam
pemisahan kelobot dan tongkol serta kerusakan mekanisnya kecil.
Pemisahan biji yang rusak atau terserang hama dan penyakit dari biji
yang sehat. Alat pemipil yang lebih maju yaitu yang disebut corn
25
sheller yang dijalankan dengan motor. Jagung dalam kondisi masih
bertongkol dimasukkan kedalam lubang pemipil (hopper) dan karena
ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang berlangsung dalam corn
sheller maka butir-butir biji akan terlepas dari tongkol, butir-butir
tersebut langsung akan keluar dari lubang pengeluaran untuk
selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung. Pemipil dengan alat
ini sangat efektif karena relatif 100% butir-butir jagung dapat terlepas
dari tongkolnya (kecuali butir-butir yang terlalu kecil yang terdapat di
bagian ujung tongkol). Kualitas pemipilannya sangat baik karena
persentase biji yang rusak/cacat serta kotoran yang dihasilkannnya
sangat kecil.
2.4.11. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan kualitas
sekaligus mencegah kerusakan dan kehilangan yang dapat disebabkan
faktor luar dan dalam, seperti kadar air biji, aktivitas respirasi,
pemanasan sendiri, suhu penyimpanan, kelembaban udara,
konsentrasi oksigen udara, serangan mikroba, hama dan iklim.
Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol
berkelobot dan dalam bentuk pipilan, jarang ditemukan jagung yang
disimpan tanpa kelobot.
Proses pascapanen jagung terdiri atas serangkaian kegiatan yang
dimulai dari pemetikan dan pengeringan tongkol, pemipilan tongkol,
pengemasan biji, dan penyimpanan sebelum dijual ke pedagang
pengumpul. Semua proses tersebut apabila tidak tertangani dengan
26
baik akan menurunkan kualitas produk karena berubahnya warna biji
akibat terinfeksi cendawan, jagung mengalami pembusukan,
tercampur benda asing yang membahayakan bagi kesehatan
(Firmansyah et al., 2006).
Alur penanganan mulai dari panen dan pascapanen jagung dapat
dilihat pada Gambar 7.
27
pascapanen untuk mencapai standart mutu tertentu. Aplikasi prinsip-
prinsip jaminan mutu dan keamanan pangan dalam tahapan GHP
diharapkan dapat meningkatkan pasokan hasil pertanian yang
berkualitas. Akselerasi penerapan penanganan pascapanen yang baik
akan memberikan mutu yang baik pada hasil akhir. Tujuan yang ingin
dicapai melalui penerapan GHP adalah untuk menurunkan kehilangan
hasil, mempertahankan mutu, meningkatkan ketersediaan hasil
pertanian yang bermutu, meningkatkan daya saing dan meningkatkan
akses pasar.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt) merupakan
salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-
rumputan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang
penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung manis (Zea mays
Saccharata Sturt) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah
satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi.
28
Jagung merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai
ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah
beras juga sebagai sumber pakan. Upaya peningkatan produksi jagung
masih menghadapi berbagai masalah sehingga produksi jagung dalam
negeri belum mampu mencukupi kebutuhan nasional.
3.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam melaksanakan
budidaya tanaman jagung perlu diperhatikan dalam hal perawatan
agar tanaman yang dihasilkan memiliki kualitas dan kuantitas yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
29
Firmansyah, I.U., Muhammad. A. dan Yamin, S. 2011. Penanganan
Pasca Panen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Hardman and Gunsolus. 1998. Corn growth and development.
Extension Service. University of Minesota.
Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Bogor. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 423 hal.
Paliwal, R. L. 2000. Tropical maize morphology. Intropical maize:
improvement
and production. Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Rome. p 13 – 20.
Purwanto, S., 2008. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam
Peningkatan Produksi Jagung.
Richana, N., Ratnaningsih, dan H. Winda. 2012. Teknologi
Pascapanen Jagung. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Bogor. 38 hal.
Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Sirappa, M. P, dan Nasruddin, R. 2010. Peningkatan Produktivitas
Jagung Melalui Pemberian Pupuk N, P, K dan Pupuk Kandang
pada Lahan Kering di Maluku. Prosiding Pekan Serelia Nasional.
Soerjandono, N. B. 2008. Teknik Produksi Jagung Anjuran di Lokasi
Peima Tani Kabupaten Sumenep. Buletin Teknik Pertanian.
Subekti, N. A., Syafruddin, R, Efendi dan S. Sunarti. 2012. Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Marros. Hal 185-204.
Syarif, R. dan Halid, H.1993.Teknologi Penyimpanan Pangan.
Penerbit Arcan. Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa
Aulia. Bandung.
Vasal, S. K. 1994. High quality protein corn. In: A.R. Halleuer (Ed.).
Sepcialty
corns. CRC Press Inc. USA.
30
31