Anda di halaman 1dari 6

Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut Kebakaran

STRATEGI PENCEGAHAN KEBAKARAN


02
HUTAN DAN LAHAN GAMBUT

Konsep sederhana untuk mencegah terjadinya


Manajemen kebakaran proses pembakaran adalah menghilangkan salah
berbasiskan masyarakat satu dari komponen segitiga api. Hal yang dapat
akan lebih baik diarahkan dilakukan adalah menghilangkan atau
untuk kegiatan pencegahan mengurangi sumber panas (api) dan akumulasi
bahan bakar. Adapun strategi yang dapat
daripada usaha dijadikan acuan dalam usaha pencegahan
pemadaman kebakaran. terjadinya kebakaran, meliputi: 1) sistem
Pencegahan kebakaran peringatan dini; 2) peningkatan partisipasi
hutan dan lahan masyarakat; dan 3) memasyarakatkan teknik-
merupakan usaha untuk teknik ramah lingkungan dalam pengendalian
kebakaran
mencegah atau Bagan segitiga api
mengurangi api dari luar
masuk ke dalam areal Sistem peringatan dini
hutan atau lahan serta
membatasi penyebaran api Berdasarkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mudah terbakarnya vegetasi dan
biomassa, tingkat penyebaran, kesulitan pengendalian, dampak kebakaran dan faktor
apabila terjadi kebakaran.
klimatologis serta kemajuan teknologi, maka dapat dikembangkan Sistem Peringkat Bahaya
Proses pembakaran terjadi Kebakaran (Fire Danger Rating System) sebagai sistem peringatan dini bahaya kebakaran. Di
karena adanya sumber Indonesia sistem ini dikembangkan oleh Canadian Forest Service (CFS), serta sejumlah lembaga
panas (api) sebagai pemerintah (Departemen Kehutanan, BMG, BPPT dan Bakornas) dan universitas melalui
penyulut bahan bakar yang dukungan dana hibah dari CIDA (Canadian International Development Agency). Keluarannya
berupa peta tentang kemudahan dimulainya api, tingkat kesulitan pengendalian api dan kondisi
tersedia dan adanya
kekeringan di wilayah Indonesia. Informasi tersebut dapat diakses melalui www.fdrs.or.id atau
oksigen seperti terlihat www.haze-online.or.id.
dalam bagan segitiga api.

ISI:
Low
Moderate
High

! Sistem peringatan Extreme

dini
! Peningkatan
partisipasi
masyarakat
! Memasyarakatkan
teknik-teknik ramah
lingkungan dalam
Southeast Asia
pengendalian Fire Danger
Rating System
Project

kebakaran
! Teknik zero burning Contoh peta bahaya kebakaran di Asia Tenggara (www.fdrs.or.id)
! Teknik pembakaran
terkendali (controlled Jika dari hasil sistem peringatan dini yang telah dilakukan di tingkat lembaga pusat maupun
burning) daerah menunjukkan indikasi akan terjadinya kemarau panjang yang berpotensi menimbulkan
! Pemanfaatan beje kebakaran, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah:
dan parit sebagai
! Menyebarkan peringatan dini melalui media lokal (cetak, radio) agar diketahui oleh
sekat bakar kelompok target pemanfaat hutan, politisi, masyarakat dan pengelola lahan lain mengenai
partisipatif akan terjadinya kemarau panjang yang berpotensi menyebabkan kebakaran;

1
! Memantau aktivitas disekitar ! Pembentukan Tim Pemadam Mengurangi resiko polusi air yang
lahan dan hutan, terutama daerah Kebakaran (fire brigade) di tingkat disebabkan oleh pencucian nutrisi
rawan melalui patroli harian; masyarakat yang difungsikan di permukaan;
! Menyebarluaskan informasi untuk membantu menanggulangi 4. Penanaman bibit secara langsung
larangan melakukan pembakaran; kebakaran hutan dan lahan sejak pada timbunan limbah organik
! Melakukan persiapan, pelatihan dini di wilayahnya. Fire Brigade akan menambah manfaat
dan penyegaran untuk semua dibentuk dari anggota agronomi (mempunyai nilai total
petugas terkait dan masyarakat masyarakat, Kepala Desa sebagai nitrogen, potassium tertukar,
dalam usaha-usaha pemadaman penanggung jawab, sementara kalsium dan magnesium yang
kebakaran; LSM dan dinas pengendali lebih tinggi dan kehilangan nutrisi
! Merencanakan penanggulangan kebakaran terkait bertindak yang lambat); -
bersama dengan masyarakat, sebagai pengarah dan 5. Pelaksanaannya tidak bergantung
LSM, dan perusahaan-perusahaan pembimbing. pada kondisi cuaca;
di sekitar hutan; 6. Mempunyai periode keterbukaan
! Memastikan ketersediaan Memasyarakatkan teknik- lahan yang lebih singkat sehingga
peralatan pemadaman dan semua teknik ramah lingkungan meminimalisasi dampak run off
peralatan berfungsi dengan baik; yang dapat menyebabkan
! Melakukan pertemuan dan
dalam pengendalian penurunan muka air tanah,
komunikasi secara rutin antara kebakaran subsiden dan polusi;
masyarakat, perusahaan, LSM dan 7. Pelaksanaan teknik zero burning
petugas pemadam kebakaran. Teknik zero burning dalam penanaman kembali Kelapa
sawit akan menghasilkan
Peningkatan partisipasi Zero burning merupakan salah satu penerimaan tambahan dari
kebijakan yang diadopsi oleh negara- pemanenan secara kontinyu
masyarakat negara anggota ASEAN dalam rangka (terus menerus) sampai Kelapa
mengatasi polusi asap lintas negara sawit ditebang.
Peningkatan partisipasi/peran serta
akibat kebakaran. Dalam
masyarakat lokal dalam pencegahan
pelaksanaannya telah dibuat panduan Hambatan pelaksanaan teknik zero
kebakaran hutan dan lahan
sebagai acuan pelaksanaan kebijakan burning
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
zero burning.
yaitu dorongan dan rangsangan,
insentif, kesempatan, kemampuan, 1. Terdapatnya serangan hama
Beberapa hal penting tentang teknik Oryctes rhinocerous (sejenis
serta bimbingan. Upaya peningkatan
tanpa bakar (ASEAN Secretariat, serangga) dan penyakit
partisipasi masyarakat ini dapat
2003), yaitu: Ganoderma boninense (sejenis
dilakukan melalui:
! Kampanye peningkatan kesadaran jamur) terhadap tanaman yang
Definisi dibudidayakan, kecuali dilakukan
masyarakat terhadap bahaya
kebakaran dan penegakan hukum tindakan pencegahan serangan
Teknik zero burning adalah sebuah hama dan penyakit secara
melalui dialog langsung dan/atau metode pembersihan lahan dengan
melalui media penyuluhan (buku intensif;
cara melakukan penebangan tegakan 2. Pada hutan sekunder dan rawa
cerita, stiker, brosur, kalender, pohon pada hutan sekunder atau
poster, dll); gambut, pelaksanaan zero
pada tanaman perkebunan yang burning membuat daerah ini
! Pemberian insentif, sehingga sudah tua (misal Kelapa sawit)
masyarakat akan memperoleh rawan terhadap serangan rayap
kemudian dilakukan pencabikan (Captotermes curvinaathus dan
manfaat dari partisipasi aktif (shredded) menjadi bagian-bagian
mereka dalam mencegah dan Macrotermes gilvus);
yang kecil, ditimbun dan ditinggalkan 3. Timbunan kayu atau biomasa
menanggulangi kebakaran. disitu supaya membusuk/terurai
Insentif dapat diberikan dalam dapat menjadi tempat
secara alami. berkembang biak tikus;
bentuk pengembangan produk-
produk alternatif yang dapat 4. Secara umum, teknik zero burning
Manfaat lebih mahal untuk dilaksanakan
dihasilkan masyarakat seperti
hasil kerajinan rotan, pembuatan terutama pada lahan dengan
1. Merupakan pendekatan ramah volume biomasa yang tinggi.
briket arang dan kompos serta lingkungan yang tidak
dalam pengembangan kegiatan- Teknik ini juga membutuhkan
menyebabkan polusi udara; peralatan mesin berat yang tidak
kegiatan ekonomi yang ramah 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca
lingkungan, misalnya budidaya mungkin dapat disediakan oleh
(GHG) terutama CO2; perkebunan berskala kecil;
ikan dalam kolam beje dengan
3. Limbah biomasa tanaman (bahan 5. Pada saat musim kemarau,
memanfaatkan parit/kanal yang
organik) dapat terurai sehingga timbunan biomasa dapat
ditabat;
meningkatkan penyerapan air dan mengalami pengeringan dan
! Peningkatan kemampuan
kesuburan tanah, mengurangi dapat menjadi sumber terjadinya
masyarakat melalui pelatihan dan
kebutuhan pupuk anorganik dan kebakaran.
bimbingan;

2
Teknik zero burning untuk penanaman ! Pada daerah datar, saluran
kembali pada lahan gambut drainase sekunder dibangun
pada setiap empat atau
Sebuah perusahaan perkebunan delapan baris tanaman;
besar Malaysia (Golden Hope ! Pembuatan saluran drainase
Plantation) telah mengadopsi teknik baru menggunakan double
zero burning dalam sistem penyiapan rotary ditcher;
lahan yang mereka lakukan. Adapun ! Buldozer atau excavator
tahap-tahap yang dilakukan, yaitu: digunakan untuk membuat
1. Perencanaan jalan baru, yang sebaiknya
! Pembuatan desain yang dibuat agak tinggi agar jalan
mempertimbangkan lingkup tersebut tidak becek/basah.
pekerjaan, ketersediaan dari 5. Penebangan dan pencabikan
peralatan dan mesin yang (shredding) Penimbunan
dibutuhkan, waktu ! Tanaman yang sudah tua 7. Pembajakan dan penggaruan,
pelaksanaan dan anggaran ditebang langsung dilakukan setelah penebangan,
biaya; menggunakan excavator's pencabikan (shredding) dan
! Pelatihan (training) atau field hydraulic boom; penimbunan selesai. Pembajakan
trip untuk personil atau ! Untuk efektifitas pencabikan dan penggaruan dikerjakan
kontraktor pelaksana yang (shredding), mata pisau sepanjang baris tanaman baru
kurang memahami teknik zero pemotong dibuat dari high untuk menyiapkan areal
burning; tensile carbon steel; permukaan tanam.
! Penataan kembali jalur jalan ! Batang pohon dipotong- 8. Penanaman tanaman polong-
atau sistem drainase; potong. polongan (legume) sebagai
! Jika lahan mempunyai sejarah 6. Penimbunan tanaman penutup, dilakukan
terserang Ganoderma, ! Pada area dimana antara dua setelah penyiapan lahan selesai.
dilakukan penanaman dengan saluran drainase sekunder Tanaman legume yang sering
tingkat kerapatan yang lebih dibangun 4 baris tanaman, digunakan adalah Kacang riji
tinggi. penimbunan material yang Pueraria javanica, Kacang Asu
2. Penanggulangan Ganoderma telah dipotong kecil-kecil Calopogonium mucinoides dan
! Sensus detail tanaman yang dilakukan dipusat diantara dua Calopogonium caeruleum.
terserang Ganoderma, ditandai saluran sekunder (gambar a); 9. Pembuatan lubang tanam dan
lalu dicatat; ! Pada area dimana antara dua penanaman.
! Pohon yang terserang saluran drainase sekunder 10. Penumbukan/pencacahan
penyakit ditebang sebelum dibangun 8 baris tanaman, (Pulverization)
penanaman kemudian penimbunan material hasil ! Kebutuhan dilakukannya
dilakukan pencabikan pencabikan dilakukan secara penumbukan tergantung pada
(shredding) dan ditempatkan bergantian diantara jalur resiko serangan hama
diantara baris menggunakan drainase (gambar b).
excavator. Oryctes. Pada lahan
Drainase sekunder

Drainase sekunder

dimana terjadi serangan


Drainase sekunder

3. Penentuan batas dilakukan dengan


membuat baris tanaman baru, Oryctes, terutama
jalan, jalur pemanenan dan disekitar pantai,
saluran drainase. penumbukan
4. Pembuatan jalan dan saluran seharusnya dikerjakan
! Pembuatan saluran sekunder dua sampai enam bulan
dapat dikerjakan sebelum atau setelah penebangan dan
sesegera mungkin setelah pencabikan (shredding)
Gambar a. Penimbunan pada sistem 1 drainase untuk mempercepat
penebangan; pada setiap 4 baris tanaman
! Jika saluran drainase lama penguraian/
tidak sesuai dengan layout pembusukan;
Drainase sekunder

Drainase sekunder

yang baru maka harus


ditimbun dengan tanah dan
saluran drainase baru segera
dibangun. Tapi jika saluran Legenda
drainase lama masih dapat Tanaman yang sudah tua
dipertahankan, maka
dilakukan pengerukan lumpur Jalur pemanenan
sampai mempunyai kedalaman
Gambar b. Penimbunan pada sistem 1 drainase Penimbunan material
yang sama dengan saluran pada setiap 8 baris tanaman
drainase yang baru;

3
! Penumbukan dapat dilakukan Angin berhenti karena angin
menggunakan sebuah akan merubah arah rebah
modifikasi heavy-duty rotary pohon (gambar e).
slasher atau mulcher yang d. Pembagian batang pohon
dipasang pada traktor 80-100 menjadi potongan-potongan
HP. berukuran panjang 1-2 meter.
11. Manajemen pasca penanaman Bagian pohon yang
! Perhatian utama seharusnya berdiameter >10 cm diangkut
diberikan pada manajemen keluar dari calon lahan yang
pengelolaan hama dan akan ditanami untuk
penyakit; mengurangi akumulasi bahan
! Dilakukan monitoring secara bakar;
rutin terhadap kerusakan
yang disebabkan oleh tikus
dan jika memungkinkan
dilakukan pembasmian
dengan rodentisida. Gambar d

Teknik pembakaran terkendali


(controlled burning)

Teknik pembakaran terkendali


merupakan salah satu alternatif
dalam penyiapan lahan mengingat
teknik zero burning kemungkinan
kecil untuk dapat dilaksanakan oleh
usaha pertanian masyarakat lokal.
Namun teknik ini sedapat
mungkin harus dihindari atau
Gambar c
hanya dilakukan dengan syarat:
! Hanya diijinkan pada masyarakat
lokal yang tidak berbadan hukum; Tahapan:
! Luas lahan tidak lebih dari 1-2 ha; 1. Buat potongan datar sedalam 1/4 -
! Kondisi tidak memungkinkan 1/3 pohon
tanpa penggunaan api 2. Buat potongan miring 45o
(pembakaran); 3. Buat takik balas
! Pembakaran dilakukan bergilir 4. Tinggalkan engsel 1/10 - 1/6
Gambar e
pada setiap calon ladang.

Ada beberapa tahap yang dapat


dijadikan acuan dalam pengolahan
lahan gambut yang menggunakan e. Pengeringan bahan bakar hasil
teknik controlled burning (Syaufina, Penjalaran api. Parit dan tandon
penebasan dan penebangan air dapat juga dimanfaatkan untuk
2003), yaitu: dijemur dibawah sinar matahari
a. Pemilihan lokasi calon ladang, budidaya ikan sehingga dapat
selama 10-30 hari tergantung menambah pendapatan ekonomi
diutamakan lahan yang berupa kondisi cuaca;
semak dengan luas 1- 2 ha; petani (gambar f);
f. Pembuatan Ilaran/sekat bakar i. Pembakaran.
b. Penebasan tumbuhan bawah, dengan membersihkan sisi-sisi
semak, dan anakan dengan Hal yang perlu diperhatikan dalam
ladang dari serasah selebar pembakaran adalah:
menggunakan golok; kurang lebih 1-4 meter (gambar
c. Penebangan pohon menggunakan f); Penyiapan personil:
kapak atau chainsaw, dengan cara: g. Penumpukan bahan bakar yang Personil terdiri dari orang yang
! membuat takik rebah dan berupa serasah secara merata melakukan pembakaran dan
selanjutnya membuat takik dan setipis mungkin di lokasi orang yang mengawasi
balas serendah mungkin calon ladang yang akan dibakar berlangsungnya proses
(gambar c); untuk mengurangi asap yang penyebaran api sehingga api tidak
! Arah penebangan mengikuti dihasilkan (gambar f); menjalar keluar.
arah condong tajuk (gambar d); h. Pembuatan parit dan tandon air - personel pembakar : 4 orang
! Apabila ada angin pada saat di sekeliling calon ladang sebagai - personel pengawas : 10
penebangan sebaiknya kegiatan sumber air serta untuk mencegah orang
penebangan ditunda sampai

4
Arah angin untuk memperbaiki kondisi hidrologi di
lahan gambut. Dengan melakukan
penyekatan maka diharapkan aliran air ke
Personil sungai terkontrol sehingga dapat menaikkan
pembakar muka air tanah kembali terutama disaat
Ilaran/sekat bakar musim kemarau.
Lebar: 1 - 4 m
Lahan gambut dengan
Naiknya paras (muka) air tanah di lahan
bahan bakar yang sudah kering
gambut akan menyebabkan tanah gambut
Titik pembakaran tetap lembab, mempercepat proses suksesi
alami dan mendukung kegiatan rehabilitasi
serta kondisi rawan kebakaran akan
Arah pembakaran menurun. Parit yang telah disekat juga
dapat berfungsi sebagai beje atau kolam-
10 m kolam ikan biasa (budidaya). Dengan sistem
ini masyarakat akan memperoleh manfaat
Parit Tandon air ekonomi dan lingkungan dari beje/parit yang
Lebar : 50 cm Lebar : 1 m mereka sekat dan tingkat kerawanan
Dalam : 1 m Panjang: 1 m
kebakaran disekitarnya dapat diminimalkan.
Dalam : 1 m
Gambar f. Teknik Penyiapan Lahan di Lahan Gambut dengan modifikasi (Syaufina, 2003) Kegiatan semacam ini merupakan salah satu
upaya untuk mengikutsertakan masyarakat
agar berpartisipasi aktif dalam upaya
Waktu Pembakaran: Pemanfaatan beje dan parit pencegahan dan pengendalian kebakaran
Kurang lebih pukul 12.00 - 14.00, sebagai sekat bakar partisipatif hutan dan lahan yang disesuaikan dengan
bervariasi tergantung kondisi kondisi sosial, ekonomi dan budayanya.
daerah dan cuaca. Pembakaran Keberadaan beje dan parit di dalam
yang baik dilakukan pada saat lahan/hutan gambut dengan kondisi Beberapa pertimbangan praktis dalam
bahan bakar sudah sangat kering fisik berupa kolam yang selalu mengoptimalkan pemanfaatan beje dan parit
dan angin tidak bertiup terlalu tergenang disaat musim kemarau yang telah disekat sebagai sekat bakar :
kencang sehingga bahan bakar dapat dimanfaatkan sebagai sekat 1. Parit dan beje yang telah ada diperbaiki
lebih mudah terbakar dan api bakar (pemisah bahan bakar dan kondisinya dengan membuang lumpur,
mudah dikontrol. menghambat penyebaran api) serta limbah kayu dan limbah lain di dalamnya
Teknik pembakaran: sebagai tandon air untuk pelaksanaan sehingga volume air di dalam beje atau
Teknik pembakaran melingkar pemadaman. parit yang disekat tetap optimum dan
(ring firing). Pembakaran kondisi beje/parit sebagai habitat ikan
dilakukan oleh empat orang yang Khusus untuk parit yang telah dapat dipertahankan.
berdiri pada sudut calon ladang diindikasikan sebagai penyebab 2. Memotong akar yang menembus beje
secara terus menerus dan berada terjadinya penurunan muka air tanah, dan membersihkan areal disekitar beje
dibawah satu komando yang perlu dilakukan penyekatan (lihat (50 cm) dari vegetasi.
bermula dari dua tempat yang box). Kegiatan ini ditujukan juga
berbeda. Setiap dua pembakar
bergerak menuju arah yang sama
dan membuat titik-titik api yang Penyekatan parit di Sungai Puning
berjarak sekitar 1 meter pada
arah yang sama (gambar f). Foto disamping memperlihatkan kegiatan penutupan/
Dengan menggunakan teknik penyekatan parit di Sungai Puning, Kabupaten Barito
pembakaran ini api akan bergerak Selatan, Kalimantan Tengah. Parit tersebut tidak
ke tengah dan proses dimanfaatkan kembali/dibiarkan terbengkalai dan telah
pembakaran lebih cepat sehingga menyebabkan keringnya gambut dan mudah terbakar.
Kebakaran terjadi pada tahun 1998 dan terulang kembali
dapat mengurangi resiko
pada tahun 2002. Penyekatan dilakukan dengan
penjalaran api ke arah luar dan ke menggunakan material yang mudah diperoleh di sekitar
bawah. Jika diperlukan, parit (log kayu, papan dan gambut yang telah dipadatkan
pembakaran tahap kedua dapat sebagai pengisi). Penyekatan dilakukan di beberapa titik
dilakukan di tempat khusus diluar disesuaikan dengan topografi lahan. Penyekatan bertujuan
areal calon ladang. Abu dari sisa untuk menaikkan muka air tanah, sehingga tanah gambut
pembakaran ini dapat ditaburkan tetap lembab disaat musim kemarau sehingga sulit terbakar
di bedeng tanaman sebagai dan untuk mendukung suksesi dan rehabilitasi tanaman di
pupuk. sekitar parit yang sebagian besar berupa lahan bekas
terbakar.

5
3. Penempatan beje-beje baru Kolam beje di Sungai Puning
sebagai sekat bakar mengelilingi
lahan, sehingga sekat bakar dapat Kolam beje banyak dijumpai di wilayah Sungai
Puning, Kabupaten Barito Selatan-
berfungsi optimal. Ukuran beje,
Kalimantan Tengah. Beje-beje ini terletak di
lebar 2m, dalam maksimum 2m, hutan gambut dengan jarak 500 m dari
panjang 10-20 m atau lebih. pemukiman. Ukuran beje bervariasi, lebar
Ukuran beje ini dapat disesuaikan 1.5-2 m, dalam 1-1.5 m, panjang 10-20 m.
dengan kondisi lapangan. Beje ini merupakan sumber persediaan ikan
4. Jika kondisi lahan di sekitar alam disaat musim kemarau. Jenis-jenis ikan
beje/parit terdegradasi yang terdapat (terperangkap di dalam beje
(penutupan vegetasinya rendah saat musim hujan ketika air sungai di sekitarnya meluap), seperti ikan Gabus Chana sp., Lele
bahkan terbuka) maka perlu Clarias sp., Betok Anabas testudineus, Sepat Trichogaster sp., Tambakan Helostoma sp.
dilakukan percepatan suksesi
dengan melakukan rehabilitasi di
sekitar lokasi beje. Keberadaan Anggota kelompok bertanggung
vegetasi ini nantinya diharapkan jawab melakukan patroli dan
dapat mempercepat pemulihan pengawasan di areal sekitar beje
tata air di lahan gambut. mereka termasuk hutan yang Daftar Pustaka
5. Pengelolaan beje dan parit yang berbatasan. Temuan adanya
difungsikan sebagai sekat bakar sumber api atau kegiatan- ASEAN Secretariat. 2003. Guidelines for
kegiatan yang berpotensi the implementation of the ASEAN policy
dapat dilakukan oleh kelompok
menimbulkan terjadinya on zero burning. The ASEAN
masyarakat yang sekaligus Secretariat Jakarta.
berperan sebagai fire brigade. kebakaran agar segera dilaporkan
oleh ketua kelompok kepada Syaufina, L. 2003. Guidelines for
POSKO pengendalian kebakaran. implementation of controlled burning
practices. Fakultas Kehutanan IPB.
Hutan Gambut Bogor.

Lahan Gambut Lahan Gambut


Tim Produksi:

Penyusun : Wahyu Catur Adinugroho


& INN Suryadiputra
Parit
Foto : Alue Dohong,
Beje United Plantations Berhad,
Beje Sekat Yus Rusila Noor
& Faizal Parish
Pemukiman Ilustrasi : Triana
Disain/
Tata Letak : Vidya Fitrian
Sungai

Sketsa pemanfaatan beje dan parit yang telah difungsikan sebagai sekat bakar

Head Office: Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI),


Wetlands International-Indonesia Programme merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon
Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161 sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan
PO. Box 254/BOO-Bogor 16002 Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan
Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755 pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di
co_ccfpi@wetlands.or.id OR sec_ccfpi@wetlands.or.id Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap
karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya
Sumatra Office: Kalimantan Office: menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
Jl. H. Samsoe Bahroem No. 28 Jl. Teuku Umar No 45 proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan
RT 24/VIII-Jambi 36135 Palangka Raya 73111 - Kal Teng usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut.
Tel/Fax: +62-741-64445 Tel/Fax: +62-536-38268 Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan
ccfpi_ssc@telkom.net OR aluedohong@yahoo.com OR pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai
sec_ccfpiss@yahoo.com alue_dohong@hotmail.com pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat
dari masyarakat setempat.

The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is


undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through
The Canadian International Development Agency (CIDA)
Canadian International Agence canadienne de
Development Agency dveloppement international

Anda mungkin juga menyukai