Anda di halaman 1dari 20

MODUL

PERILAKU API
DAN TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN
Fire prevention and Training
EHS Dept 2012
I.PERILAKU API

A. SEGITIGA API
Bahan Bakar (Pohon, rumput, dan semak dll) dapat terbakar bila tersedia udara dan panas
yang cukup. Tiga unsur tersebut biasa disebut "segitiga api".

B. PENGHANTAR PANAS
Penghantar panas dapat dibagi dalam tiga macam proses dimana masing-masing proses
mempunyai andil dalam masalah kebakaran hutan dan lahan. Proses ini adalah:

B1 Radiasi
Peristiwa perpindahan panas dari satu sumber panas ketempat lain dengan menggunakan
penghantar udara. Peristiwa merambatnya panas dapat berlangsung ke segala arah baik
secara vertikal atau horisontal.

B.2 Konveksi
Peristiwa perpindahan panas dari suatu sumber panas ke tempat lain yang bergerak dari
tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi yang dipengaruhi oleh tekanan udara sehingga
bahan bakar yang ada di atas menjadi kering dan kemudian terbakar.

B.3 Konduksi
Peristiwa perpindahan panas dari sumber panas ke tempat lain dengan menggunakan bahan
penghantar, dimana panas menjalar melalui penghantar atau konduktor seperti logam, besi
dan kayu yang kemudian terjadi nyala api ditempat yang baru.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU API

C.1 Bahan bakar


Secara umum bahan bakar dapat dibagi menjadi tiga bagian menurut tingkatan atau susunan
secara vertikal.
1. Bahan Bakar Atas
Semua bahan bakar hijau (hidup) dan mati yang terdapat di kanopi hutan, meliputi
cabang ranting dan mahkota pohon serta semak belukar yang tinggi.
2. Bahan Bakar Permukaan
Semua bahan yang dapat terbakar di atau dekat permukaan tanah, meliputi daun-daun
kering, rumput, batang, ranting belukar dan bahan organik yang terdapat di lantai hutan
atau permukaan tanah.
3. Bahan Bakar Bawah
Semua bahan yang dapat terbakar yang terdapat di bawah permukaan tanah, meliputi
bonggol akar, batubara, akar-akar tanaman dan pembusukan bahan-bahan kayu
lainnya.
Sedangkan menurut sifat dan penyebarannya bahan bakar dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:

4. Bahan Bakar Ringan


Bahan bakar ringan adalah bahan bakar yang mudah terbakar seperti rumput, daun
atau serasah dan tanaman muda. Bahan bakar ringan biasanya akan mudah terbakar
dan akan cepat padam.

5. Bahan Bakar Berat


Bahan bakar berat adalah bahan bakar yang terdiri dari batang kayu yang rebah,
tunggul, sisa-sisa tanaman yang akan sulit terbakar dan akan sulit dipadamkan bila
telah terbakar.
6. Bahan Bakar Merata
Mencakup bahan bakar yang tersebar secara kontinyu pada suatu areal. Termasuk
dalam katagori ini, adalah daerah-daerah yang memiliki suatu jaringan bahan bakar dan
saling berhubungan satu sama lain sehingga terbuka jalan bagi penyebaran api.
7. Bahan Bakar Tidak Merata
Meliputi semua bahan bakar yang tersebar secara tidak merata pada suatu areal.
Hambatan atau rintangan tertentu yang ada, misalnya berupa gunung batu, kolam atau
danau, jalan, sungai atau tanaman yang sulit terbakar.

8. Bahan Bakar Yang Sangat Rapat


Meliputi tanaman pada areal dimana tanaman yang ada penyebaranya sangat rapat
sehingga dimungkinkan api dapat merambat keatas melalui dahan dan ranting yang
saling berhubungan.

C2. Cuaca

1. Temperatur Udara
Temperatur udara tergantung dari intensitas panas/penyinaran matahari. Daerah-
daerah dengan temperatur tinggi akan menyebabkan cepat mengeringnya bahan bakar,
dan memudahkan terjadinya kebakaran.

2. Curah Hujan
Daerah dengan curah hujan tinggi berpengaruh terhadap kelembaban dan kadar air
bahan bakar. Bila kelembaban dan kadar air tinggi, bahan bakar sulit terbakar.

3. Kelembaban Nisbi
Kelembaban nisbi atau kelembaban uadara di dalam hutan sangat berpengaruh
terhadap mudah tidaknya bahan bakar yang ada untuk mengering, yang berarti mudah
tidaknya terjadi kebakaran.

4. Angin
Angin merupakan faktor pemacu dalam tingkah laku api. Angin mempercepat
pengeringan bahan bakar, memperbesar ketersedian oksigen sehingga api berkobar
dan merambat dengan cepat. Disamping itu angin dapat menerbangkan bara api yang
dapat menimbulkan api loncat, dan terjadinya kebakaran baru.

C3. Topografi

Bentuk permukaan tanah sangat penting untuk mengontrol suatu kebakaran. Bukit dan lereng
lebih sulit dibanding dengan lahan datar, semua mempengaruhi bagaimana kebakaran terjadi
dan bagaimana cara memadamkannya. Ada beberapa hal pengaruh kemiringan terhadap
kebakaran

Kemiringan atau kelerengan


Pada lahan yang miring nyala api akan mendekati bahan bakar yang ada di atasnya
dan akan bergerak lebih cepat dibanding lahan yang datar. Tanaman akan menjadi
panas sebelum api menyentuhnya, dan akan lebih mudah untuk terbakar. Pada
kelerengan yang terjal akan lebih cepat api menyebar dan akan lebih sulit untuk
dikontrol. Dalam membuat sekat bakar untuk di atas lereng harus lebih lebar dibanding
jika membuat di bawah lereng.

Aspek adalah posisi kemiringan terhadap arah datangnya sinar matahari. Lahan miring yang
langsung menghadap matahari, akan lebih cepat terjadi panas dan mengalami proses
pengeringan bahan bakar, sebaliknya pada bagian lain bahan bakar relatif lebih dingin,
sehingga apabila terjadi kebakaran pada lereng yang menghadap matahari atau sebelah
timur akan lebih cepat jika kebakaran terjadi pada lereng bagian barat.

D. BAGIAN-BAGIAN API
1.Ekor Api : Bagian belakang dari kebakaran dimana api mulai membakar
2.Sisi Api : Bagian tepi areal kebakaran
3.Jari-jari Api : Bagian nyala api yang tidak terarah dengan arah api utama
4.Teluk Api : Areal yang tidak terbakar antara api utama dengan jari-jari api
5.Kepala Api : Nyala api utama dan searah dengan arah angin
6.Pulau Api : Areal yang tidak terbakar
7.Api Loncat : Nyala api yang terjadi akibat loncatan api dari areal kebakaran
8.Areal Hitam: Areal bekas terjadinya kebakaran.

E. JENIS KEBAKARAN
Berdasarkan letak terhadap tanah, kebakaran hutan dan lahan digolongkan menjadi 3 macam
yaitu kebakaran bawah, kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk.

1. Kebakaran Bawah
Ciri- ciri kebakaran bawah adalah:

a. Kebakaran bawah terjadi pada bahan bakar organik yang berada di bawah permukaan
tanah dan di atas permukaan tanah sampai pada ketebalan 15 cm.
b. Asap yang keluar biasanya sangat sedikit, bahkan kalau kebakaran terjadi di dalam tanah
boleh jadi tak ada asap. Keadaan inilah yang sering mempersulit pengendalian kebakaran
karena sulitnya mengetahui dengan tepat lokasi sisi-sisi api.
c. Nyala api berada pada kedalaman beberapa centimeter sampai kurang dari 1 (satu) meter.
Pada beberapa kasus, seperti pada kebakaran lapisan batubara, kedalaman apinya bisa
mencapai 2 (dua) meter atau lebih.
d. Bahan bakar terdiri dari dedaunan, serasah, humus, cabang-cabang kecil atau ranting-
ranting (diameter kurang dari 0,5 cm) yang menggeletak di atas tanah, lapisan gambut dan
lapisan batubara.
e. Bentuk perambatan api pada umumnya melingkar atau bulat karena hampir tidak ada
pengaruh angin terhadap perambatan api. Sehingga api menjalar ke segala arah dengan
kecepatan relatif sama.

2. Kebakaran Permukaan
Ciri-ciri Kebakaran Permukaan adalah:
1. Kebakaran terjadi pada bahan bakar yang berada di atas permukaan tanah dengan
tinggi sampai 2 (dua) meter dari permukaan tanah.
2. Tinggi asap yang keluar adalah menengah (medium) sampai tinggi dengan tinggi nyala
api antara 0,5 meter sampai 15 meter.
3. .Bahan bakar terdiri atas berbagai jenis tumbuhan bawah, rerumputan, semak belukar,
anakan pohon, batang atau cabang-cabang pohon yang menggeletak di atas tanah,
serasah dan berbagai bahan bakar yang belum terurai atau membusuk.
4. Bentuk perambatan api pada umumnya bulat telur (elips) karena adanya pengaruh
angin terhadap penjalaran api, sehingga api menjalar lambat ke arah yang berlawanan
dengan arah angin dan menjalar cepat searah dengan arah angin.
5. Jenis kebakaran ini paling mudah dikendalikan karena intensitas kebakaran tidak terlalu
besar dan perilaku api relatif lebih mudah diketahui.

3. Kebakaran Tajuk
Ciri-ciri Kebakaran Tajuk adalah:

1. Kebakaran ini pada umumnya berkembang dari kebakaran permukaan yang terlambat
dikendalikan. Jenis, volume dan susunan vertikal bahan bakar membawa api dan gas
panas dari permukaan ke lapisan bahan bakar tajuk pohon. Kebakaran ini dapat juga
bermula dari api loncat yang jatuh ke tajuk pohon.
2. Tinggi asap berkisar dari menengah (medium) sampai sangat tinggi, dan nyala api
berkisar dari 10 meter sampai dengan 50 meter atau lebih. Keadaan ini sangat sulit
dipadamkan dan pemadaman dari bawah akan sangat berbahaya.

3. Bahan bakar terdiri dari semak-semak dengan tinggi 2 (dua) meter atau lebih dan
semua pohon dengan tinggi 2 meter atau lebih, serta semua bahan bakar yang ada di
tajuk pohon.
4. Bentuk perambatan api pada umumnya bulat telur (elips) besar karena adanya
pengaruh angin terhadap penjalaran api. Sehingga api menjalar dengan sangat cepat
terutama di atas permukaan tajuk.
5. Kebakaran ini biasanya terjadi pada tegakan tanaman berdaun jarum (seperti pinus,
cemara) dan jarang terjadi pada hutan tropis yang berdaun lebar.
6. Kebakaran tajuk dapat bermula dengan jalan sebagai berikut:

Aliran udara panas dan gas-gas panas lainnya ke atas akibat kebakaran
permukaan menyebabkan penurunan kadar air bahan bakar pada lapisan tajuk
pohon.
Aliran udara dan gas panas ini dapat juga membawa naik material seperti daun
atau ranting yang apabila mencapai bahan bakar pada lapisan tajuk yang sudah
menurun kadar airnya dapat menyalakan bahan bakar tajuk tersebut.
Keadaan susunan vertikal bahan bakar yang bersambung (tak terputus) dapat
juga mengantarkan api dari kebakaran permukaan ke tajuk.
Begitu bahan bakar tajuk pohon mulai menyala, angin akan mempercepat
pembesaran nyala api dan mempercepat penjalaran api.

Berdasarkan ukuran besar kecilnya api, kebakaran hutan digolongkan menjadi tiga yaitu
kebakaran kecil, kebakaran sedang dan kebakaran besar.

1. Kebakaran Kecil
Kebakaran kecil merupakan kebakaran yang belum berkembang dengan luasan pada
umumnya tidak lebih dari 10 hektar. Kebakaran kecil biasanya hanya berupa kebakaran
permukaan.

2. Kebakaran Sedang
Kebakaran sedang merupakan kebakaran yang cukup serius karena intensitas api cukup
besar. Kebakaran ini biasanya mencakup luasan sampai 100 hektar dan dapat berupa
kebakaran permukaan ataupun kebakaran tajuk. Pemadaman dapat dilakukan dengan cara
pemadaman langsung maupun pemadaman tidak langsung.

3. Kebakaran Besar
Kebakaran besar merupakan kebakaran yang paling serius karena intensitas api besar dan
kerusakan yang ditimbulkan juga berat. Kebakaran ini biasanya mencakup luasan ratusan
sampai ribuan hektar dan terjadi dalam selang waktu berhari-hari. Sehingga pengetahuan
tentang perilaku api pada waktu siang dan waktu malam harus diketahui dengan baik untuk
mengendalikannya.

II. PERSIAPAN DAN TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN

HUTAN DAN LAHAN


A. Persiapan umum
Sebelum datangnya musim kering atau kemarau yang biasanya juga diikuti dengan datangnya
musibah kebakaran hendaknya setiap pasukan pemadam kebakaran telah mengadakan
persiapan. Persiapan ini penting agar apabila musibah kebakaran tiba semua peralatan dan
sarana yang dimiliki telah dalam kondisi siap pakai, untuk melaksanakan ini ada beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan sebelum atau menjelang datangnya musim panas.

1. Mengumpulkan data atau informasi mengenai cuaca dan lain-lain baik dari media cetak
elektronik atau dari laporan daerah dan dari instansi yang berkaitan dengan masalah
kebakaran hutan dan lahan. Informasi cuaca ini mungkin juga bisa diperoleh dengan
memperhatikan peristiwa alam yang terjadi di sekitar kita
2. Memeriksa keadaan peralatan, memperbaiki jika ada yang rusak atau menajamkan bila
dalam keadaan tumpul, mengganti bagian yang rusak dan menginventarisir kembali bila
ada yang hilang.
3. Mengumpulkan peralatan jika masih ada yang tertinggal atau dipergunakan untuk
kepentingan lain selama musim hujan
4. Merapikan susunan peralatan sehingga jika sewaktu-waktu digunakan tidak sulit
mencari atau memilih jenis peralatan yang akan digunakan dalam pemadaman
5. Mengecek keberadaan kendaraan pemadam dan perlengkapannya, antara lain bahan
bakar, roda, alat komunikasi yang ada dan keadaan mesin dipastikan dalam keadaan
baik.
6. Selain peralatan dan sarana yang lain yang tidak kalah pentingnya juga kesehatan dan
kesiapan anggota regu pemadam, diharapkan olah raga yang teratur sehingga jika
kebakaran terjadi semua anggota dalam keadaan siap.

B. Prakiraan atau penilaian situasi kebakaran (Size Up)


Salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan
prakiraan awal yang sering di sebut Size up. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi yang nantinya digunakan untuk mengambil keputusan dalam upaya
pencegahan atau pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan prakiraan ini adalah :

B1. Prinsip
Datangi lokasi kebakaran, kelilingi secepat dan seaman mungkin atau lihat atau awasi dari
tempat yang tinggi sehingga semua areal kebakaran terlihat dengan jelas. Tetapi jangan coba-
coba melintasi kepala api jika kepala api bergerak cepat. Jika demikian kondisinya nilailah
kebakaran dari tempat yang tinggi atau dari sayap api saja.

B2. Apa yang dicari


Perhatikan lima hal penting ini dengan seksama:
1. Bahan bakar terbakar yang berdekatan dengan sayap api khususnya pohon mati, log,
semak belukar, dan alang-alang
2. Sekat bakar alami : jalan, sungai, jurang, danau, tanah kosong, dan lain-lain.
3. Kemiringan lereng
4. Api loncat
5. Bahan bakar didepan api yang sedang menjalar

B3. Faktor-faktor lain untuk dipertimbangkan


Ada 2 faktor yang hendaknya dipertimbangkan yaitu

1. Kondisi cuaca: angin, suhu, kelembaban relatif


2. Jam berapa saat itu
B4. Tentukan hal-hal berikut ini:
1. Lokasi bahaya dimana api kemungkinan akan membesar/menggejolak
2. Lokasi paling paling vital untuk penyerangan
3. Alat terbaik yang digunakan untuk penyerangan sesuai situasinya
4. Dapatkan regu-regu pemadam yang dapat bekerja dengan baik
5. Penyebab kebakaran (jika ulah manusia, cari data-data selengkap mungkin)
6. Golongan tumbuhan yang terbakar. Biasanya seorang komandan regu jika mendapat
laporan kebakaran di suatu tempat atau wilayah akan langsung dapat memperkirakan
jenis bahan bakar apa yang terbakar, semak, rumput, bahan bakar ringan atau berat
yang nantinya akan menentukan alat dan teknik yang akan digunakan dalam upaya
pemadaman.
7. Seorang komandan regu juga harus dapat memperkirakan keadaan cuaca pada saat
terjadi kebakaran. Hal yang mungkin terjadi misalnya perubahan suhu, kecepatan
angin ini untuk menentukan perbekalan dan tindakan keselamatan regu pada saat
upaya pemadaman.
8. Dengan mengetahui cuaca saat terjadi kebakaran seorang komandan regu harus
dapat memperkirakan akan kemana arah kebakaran berjalan, berapa kecepatan
rambat api dengan bahan bakar dan kecepatan angin yang sedang bertiup, apakah
akan terjadi api loncat, kemungkinan luas kebakaran yang akan terjadi. Perhitungan ini
semua dikumpulkan untuk mengambil keputusan yang tepat dan aman bagi upaya
pemadaman.
9. Untuk memperkirakan bahaya api yang akan terjadi sesuai waktu kejadian kita dapat
mengunakan jarum waktu yang dihubungkan dengan temperatur dan kelembaban
udara sehingga kita dapat menggolongkan kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk
memadamkan api.
10. Memperhitungkan kecepatan angin saat memadamkan biasanya angin bertiup
kencang saat siang hari dan akan berubah-rubah arah sehingga lidah api tidak dapat
dikendalikan, dan biasanya angin akan berubah pada sore hari yang berarti akan
mempermudah upaya pemadaman.
11. Setelah kita memperkirakan semua aspek yang mungkin terjadi langkah selanjutnya
adalah membuat rencana dan menentukan teknik apa yang akan digunakan, jumlah
personil, peralatan apa yang cocok dan mempersiapkan tenaga bantuan bila
diperlukan.
12. Sebelum mengambil keputusan langkah awal adalah menentukan kepala api, hal ini
penting untuk kordinasi dan kesepakatan dalam operasi pemadaman.
13. Perkirakan dari mana arah api dan akan kemana api berjalan dengan topografi dan
kondisi cuaca dan bahan bakar yang ada di lapangan.
14. Seorang komandan regu harus mengerti kondisi lapangan dimana terjadinya
kebakaran, misalnya apakah api akan membakar perkebunan, pemukiman, hutan
lindung dan lain-lain dengan demikian prioritas apa yang harus diamankan dan
diselamatkan.
15. Jalan, lahan yang terbuka, sungai, rawa atau danau, jalan setapak, lahan bekas
terbakar dan bekas sekat bakar yang kemungkinan ada dapat digunakan untuk
menentukan dimana upaya pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan. Tempat-
tempat ini juga dapat dikatakan "titik jangkar " (anchor point) atau tempat awal yang
juga dapat digunakan untuk menyelamatkan diri saat api tidak dapat dikendalikan
(Safety zone).
16. Setelah semua kegiatan ini dilakukan tugaskan seseorang untuk mengawasi api,
tempatkan di daerah yang tinggi dan terus memberikan laporan perkembangan yang
terjadi kepada komandan secara lengkap mengenai kondisi kebakaran yang terjadi.
17. Komandan regu kemudian mendiskusikan hasil prakiraan dengan komandan regu yang
lain untuk menentukan langkah selanjutnya dan upaya pengendalian.
18. Setelah mendapatkan keputusan komandan regu menginformasikan kepada regu
masing-masing.
19. Seorang komandan regu harus menyampaikan informasi atau instruksi dengan jelas
dan yakinkan anggota telah mengerti semua instruksi yang disampaikan, demikian juga
bagi para anggota harus menanyakan bila ada instruksi yang tidak jelas.
20. Semua kegiatan pemadaman akan berjalan dengan baik bila semua tim menyadari
bahwa setiap orang adalah bagian yang penting dan merupakan satu kesatuan.

C. Pemadaman langsung
Pemadaman langsung yaitu semua upaya pemadaman diarahkan langsung pada arah api.
Pemadaman langsung merupakan satu kesatuan rentetan aktifitas yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk mendinginkan, memukul/ menyekap, memindahkan bahan bakar
agar api tidak meluas dan segera padam.

1. Pertimbangan dalam pemadaman langsung


a. Api relatif kecil dan bahan bakar sedikit
b. Topografi tidak terlalu curam
c. Pohon dan ranting yang akan jatuh tidak ada
d. Areal untuk menyelamatkan diri sudah disiapkan.

2. Pelaksanaan pemadaman langsung


Peralatan yang digunakan pada umumnya sekop, penggebuk api dan sejenisnya,
pompa punggung dan sejenisnya, pompa portable dan uni mobil pemadam
Untuk keselamatan sebaiknya pemadaman dimulai dari belakang api menuju ke sisi kiri
dan kanan hingga ke kepala api
Gunakan sekop untuk melempar api dengan tanah atau lumpur untuk mengurangi
besarnya api.
Gunakan penggebuk api untuk mengurangi dan mematikan api yang sedang menyala
Petugas yang membawa pompa punggung sebaiknya mematikan api bersama sama
dengan petugas yang menggunakan sekop
Kalau lokasi kebakaran dekat dengan sumber air, lebih efektif menggunakan pompa
portable, jika lokasi kebakaran jauh dari sumber air gunakanlah mobil pemadam bila
ada jalan untuk masuk kelokasi.
Dengan menggunakan pompa portable atau mobil pemadam, memungkinkan kita untuk
mematikan api mulai dari kepala api dengan memperhatikan cukupnya persediaan air
dan keselamatan petugas dan peralatan.

Contoh pemadaman di areal padang alang-alang/semak belukar

Jenis kebakaran pada areal seperti ini yang paling mudah untuk dipadamkan. Bila kebakaran
api baru mulai, api relatif masih kecil dan areal yang terbakar belum meluas, segera
dipadamkan dengan peralatan perorangan yang ada, seperti pemukul api, sekop, garu, dan
sebagainya, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemadaman dimulai pada bagian belakang api, dilanjutkan ke bagian sisi dan
kepala api.
b. Lakukan pengecekan kembali pada areal bekas terbakar, bila masih tersisa bara
api yang berpotensi menyala kembali dan dapat menimbulkan kebakaran baru,
padamkan.

Contoh pemadaman kebakaran di areal hutan alam dan hutan tanaman


Kebakaran yang terjadi pada tegakan hutan alam maupun tanaman biasanya ada dua jenis,
yaitu kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk. Kebakaran permukaan terjadi karena
adanya serasah pada lantai hutan, baik itu berasal dari daun-daun dan ranting-ranting yang
jatuh, juga tumbuh-tumbuhan berupa belukar dan rumput-rumput, maupun limbah hasil
eksploitasi.

a. Kebakaran permukaan
Apabila terjadi kebakaran jenis ini, teknik pemadaman langsungnya sama dengan yang
dipakai pada pemadaman diareal padang alang-alang dan semak belukar.

b. Kebakaran tajuk
Kebakaran tajuk biasanya dimulai dari terjadinya kebakaran permukaan. Bila terjadi kebakaran
jenis ini, api dipadamkan dengan pompa air bertekanan tinggi, jika tidak dapat dipadamkan,
terpaksa menggunakan teknik pemadaman tidak langsung.
Contoh pemadaman kebakaran pada areal hutan gambut

c. Kebakaran Gambut
Kebakaran gambut sulit untuk dipadamkan, karena kebakaran menjalar di bawah
permukaan, dan muncul ke permukaan berupa asap. Teknik pemadaman kebakaran seperti ini
dilakukan dengan cara penggemburan. Didekat titik asap yang muncul ke permukaan, dibuat
galian sampai ketemu lapisan yang masih basah. Kemudian gambut yang terbakar dikubur
dalam lubang galian ini.
Di daerah bergambut sering terdapat titik-titik api, berupa celahan-celahan tanah yang
membara karena di dalamnya berisi gambut yang terbakar. Pemadaman dilakukan dengan
penyuntikan/penyemprotan air yang bertekanan tinggi secara terus-menerus ke dalam celahan
yang membara.

D. Pemadaman Tidak Langsung


Pemadaman tidak langsung dilakukan apabila upaya pemadaman langsung tidak
berhasil mematikan kobaran api atau sudah diperkirakan sebelumnya api tidak bisa dimatikan
secara langsung, karena kobaran api terlalu besar. Metode pemadaman tidak langsung
dengan membuat ilaran api dan membuat api untuk bakar balik. Pemadaman tidak langsung
bertujuan mengendalikan kobaran api dengan membuat ilaran api pada jarak tertentu dari
batas kebakaran. Prinsip ilaran api adalah menghambat laju kebakaran, agar tidak
meluas/melewati ilaran api yang dibuat.

1. Pertimbangan dalam membuat ilaran api


Besarnya api akan menentukan panjangnya ilaran yang harus dibuat
Kecepatan api menjalar akan menentukan jarak antara ilaran api yang akan dibuat
dengan api yang meyala.
Personil yang diperlukan tergantung keterampilan/kekuatan dan panjang ilaran yang
akan dibuat
Adanya penghalang alamiah seperti rawa, sungai, tanah lapang dan lain-lain yang
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi panjangnya pembuatan ilaran api
Bentuk ilaran api disesuaikan dengan topografi
Lebar ilaran api minimal 1,5 kali tinggi bahan bakar

2. Pembuatan ilaran api


Peralatan yang digunakan pada umumnya :
- Alat potong kayu/pohon : Chain saw, Gergaji tangan, Kapak dua fungsi (Pulasky) dan
sejenisnya.
- Alat potong rumput/semak : Parang, Pengait semak, Arit dan sejenisnya.
- Alat penggaru : Garu-cangkul (McLeod), Sekop, Penggaru, Cangkul dan sejenisnya.

Rencana jalur yang akan dibuat ilaran diberi tanda dengan pita warna cerah atau
tanda-tanda lain pada pohon yang akan dilewati.
Ilaran api diawali atau diakhiri pada titik taut, yaitu yang berupa penghalang alamaiah
maupun bagian areal yang telah terbakar.
Ilaran api dibuat tegak lurus dengan arah menjalarnya api
Lebar ilaran tergantung tinggi tumbuhan/bahan bakar yang ada.
Ilaran api yang dibuat pada lereng bukit, harus berbentuk ?V? untuk menampung bara
api yang jatuh.
Ilaran api harus benar-benar bersih dari bahan bakar, baik yang diatas permukaan,
dipermukaan dan dibawah permukaan/dalam tanah.
Bahan bakar yang dipotong/digali dibuang disebelah luar/belakang ilaran, agar tidak
menambah besarnya api pada saat api sampai didepan ilaran.
3. Bentuk-bentuk Ilaran Api
1. Metode 2 (dua) kaki
Ilaran dibuat pada jarak kurang dari 1 meter dari api utama, pada jarak antara ilaran
dengan tepi api ini dilakukan pembakaran pembersihan dengan maksud memperkuat ilaran
api. Jenis pembuatan ilaran ini dapat dilakukan pada kebakaran rumput atau kebakaran
serasah
2. Bentuk paralel
Ilaran api dibuat pada sisi kiri dan kanan secara bersamaan, yang teknis pembuatannya
tergantung type bahan bakar, intensitas kebakaran dan keadaan lapangan. Ilaran ini
biasanya memanfaatkan batas-batas alami yang dipakai seperti jalan, sungai dan
sebagainya.
3. Pada bahan bakar yang tinggi
Untuk mengurangi beban pekerjaan dalam pembuatan ilaran pada bahan bakar/pohon
yang tinggi, pohon sebaiknya ditebang untuk merendahkan tinggi bahan bakar, kemudian
dibuat sekat bakar sesuai dengan kondisi lapangan.
4. Bentuk V
Pada topografi yang lereng, sekat bakar dibuat dengan cara menggali (membuat parit)
agar bara api yang terjatuh dapat ditampung dalam parit yang ada. Setelah ilaran api
selesai sebaiknya dilakukan pembakaran balik.

E.Pembakaran Balik
Pembakaran balik adalah ditujukan untuk memperlebar ilaran api dan mengurangi bahan
bakar yang belum terbakar antara garis kontrol dan sisi api atau kepala api.
Pembakaran balik sebaiknya dilakukan setelah ilaran api selesai, sebab dengan cara ini
semua petugas dapat mengawasi kalau terjadi api loncat pada saat pembakaran balik.

1.Pertimbangan dalam pembakaran balik.


Angin tidak terlalu kencang agar api tidak terbang/loncat keluar areal kebakaran.
Personil selalu siap siaga untuk mematikan api terbang/loncat, jika terjadi api terbang
harus secepat mungkin dimatikan agar tidak membesar.
2. Pelaksanaan pembakaran balik
Peralatan yang digunakan pada umumnya : obor dari bambu, Drip torch dan
sejenisnya.
Pembakaran dimulai dari titik taut, yaitu sudut yang terbentuk antara ilaran api yang
dibuat dengan ilaran api alami (jalan, sungai dll).
Pembakaran kedua dilakukan pada pinggiran ilaran yang berhadapan dengan api
utama/kepala api.
Pembakaran berikutnya sepanjang sisi api menuruni bukit.
Apabila api utama berkembang menjadi jari-jari api, maka pembakaran diarahkan ke
jari-jari api tersebut.
Pembakaran balik diusahakan dengan cepat dan terus menerus, jangan berhenti
ditengah jalan.

F.Pembersihan sisa-sisa api (Mop Up)


Mop-Up adalah suatu tindakan yang bertujuan agar lokasi kebakaran menjadi aman dengan
menghilangkan atau mematikan seluruh bahan bakar yang masih terbakar/menyala /membara
yang berada di sepanjang atau berdekatan dengan pingiran areal yang terbakar. Kecermatan
dalam pelaksanaan Mop-Up merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
kebakaran akan timbul lagi atau memerlukan pekerjaan tambahan untuk mengendalikan
kebakaran baru.

Pekerjaan Mop-Up dilakukan setelah kebakaran, atau sewaktu api mulai dapat dikendalikan
atau sebelum pekerjaan pemadaman selesai.

Mop-Up adalah komponen penting untuk mensukseskan pemadaman kebakaran yang harus
dikerjakan secara serius. Beberapa peristiwa pemadaman kebakaran hutan dan lahan
mengalami kegagalan karena melalaikan Mop-Up.

1.Prinsip-prinsip Mop-Up
Mulailah bekerja pada masing-masing posisi ilaran api dan pembakaran mantap telah
dikerjakan dengan sempurna. Perlakuan situasi yang paling mengancam pertama kali
Biarkan saja bahan bakar terbakar jika menurut pandangan anda memang aman dan
memberikan manfaat.
Apabila api kecil, ragu segera memadamkan semua bara api yang ada di dalam lokasi
kebakaran, dengan catatan jumlah/volume bahan bakar yang terbakar tidak terlalu
besar, atau cukup praktis jika dipadamkan semua.
Pada kebakaran besar material-material yang masih membara di dalam areal segera
dimatikan dengan lebar jalur kira-kira 30 meter dari ilaran api/sisi areal yang tidak
terbakar.
Cari terus sampai ketemu titik api yang masih membara atau samapai tidak terlihat
asap
Tempatkan pada kondisi yang aman semua bahan bakar berat seperti kayu/log
walaupun diluar namun dekat dengan ilaran api.
Cari dan keluarkan akar-akar yang membara dekat dengan ilaran api.
Pisah-pisahkan tumpukan bahan bakar untuk mengurangi panas dan bahaya bila
terpercik api atau bara.
Bersihkan semua cabang-cabang di dalam ilaran api yang kemungkinan dapat tesulut
api dan jatuh pada ilaran api.
Tempatkan semua bahan bakar yang mudah menggelinding pada posisi yang
menyulitkan mengelinding ke luar dari ilaran api.
Cari indikasi-indikasi api loncat, gunakan tangan jika memungkinkan untuk mengetahui
bara. Contoh : bara kotoran rusa atau hewan mamalia lainnya yang terkubur tidak
terlalu dalam
Gunakan air dimanapun mungkin dan aplikasikan dalam Mop-Up. Jika perlu tambahkan
bahan campuran kimia lainnya.
Tipe bahan bakar, cuaca dan topografi semuanya berpengaruh pada operasi Mop-Up.
Pada kondisi bahan bakar ringan, dimana hampir semua bahan bakar terbakar, Mop-Up
relatif lebih mudah dan tidak rumit. Regu pemadam memastikan bahwa bahan bakar
yang masih membara dipisah-pisahkan, dikubur dan dimatikan sehingga tidak ada bara
menyebar.
Pada lereng yang terjal atau pada situasi dimana bahan bakar rapat sekali, membusuk
berat atau terbakar secara lambat, maka Mop-Up memerlukan regu yang banyak.
Sementara panas, cuaca berangin kering semakin menambah buruknya situasi
pekerjaan Mop-Up. Hembusan angin kering dapat membawa oksigen baru dan
menghidupkan kembali bara api, kondisi memungkinkan situasi buruk akan terjadi
kembali.

2.Prosedur Mop-Up
1 Pemadaman semua bara api dengan air atau tanah. Waspadailah api loncat
yang melintas ilaran api di depan api utama. Persiapkan untuk mengantisipasi kondisi
terjelek dengan Mop-Up semua material yang ada di dekat ilaran pada kebakaran besar,
hal ini untuk menuntaskan bahwa api tidak akan menyala kembali, membentuk titik api
baru atau melintasi ilaran api.
2 Bahan bakar yang tidak sempurna terbakarnya biarkan terbakar dengan
sendirinya atau dibakar sampai habis atau dimasukan ke dalam api yang masih menyala.
bahan kar ini juga dapat dibuang jauh dari bara api yang panas. Pindahkan atau pisah-
pisahkan bahan bakar yang menumpuk atau yang mungkin mengelinding ke arah ilaran
api. Untuk menyelamatkan potongan kayu yang besar dan tidak mungkin dipindahkan,
gali parit di bawahnya dengan maksud untuk menangkap kayu-kayu tersebut apabila
mengelinding menuruni bukit. Kayu-kayu yang mulai membusuk, terobosan, semak-
semak, cabang pohon yang dekat dengan permukaan tanah harus dibersihkan /dipotong
baik pada sisi luar atau dalam ilaran api. Material lain yang telah tersulut api dibagian sisi
api harus dipindahkan atau digelindingkan kembali ke dalam ilaran api. Dalam beberapa
kasus tumpukan bahan bakar diluar ilaran api yang diperkirakan sangat berbahaya
apabila ditinggalkan begitu saja, maka harus disemprot dengan air atau cairan kimia atau
dipindahkan kedalam ilaran api dan bakar saja.
3 Jatuhkan pohon mati yang terbakar ke dalam dengan hati-hati. Apabila jatuh
dengan sendirinya ditakutkan baranya akan kemana-kemana (jatuh mengelinding ke
bawah). Jika tidak mungkin maka bersihkan bahan bakar di sekelilingnya, terutama
bagian disekitar pohon tersebut akan jatuh. jangan bekerja sendirian, dan harus
ditugaskan seseorang yang khusus untuk melihat pohon-pohon mati yang terbakar, ini
untuk keselamatan kerja bersama.
4 Balik-balikan log dan potong-potong untuk melihat bara yang ada dibawahnya.
cacah pada bagian yang membara dan matikan.
5 Tonggak yang terbakar selalu menjadi masalah karena api seringkali mencapai
akar pohon dan susah sekali dikendalikan. Cek tonggak tersebut, lihat bagian yang
terbakar terlebih dahulu dan cari bagian akar yang terbakar terutama yang dekat ilaran
api, jika memungkinkan gali dan cabut maka potong akarnya, buatlah galian di
sekelilingnya. Hati-hati bekerja di lokasi ini, abu panas dapat mencelakakan anda.
6 Hati-hati dengan bahan bakar kecil tapi padat seperti buah pinus atau kotoran
mamalia besar yang menggelinding yang kadang-kadang membara untuk periode yang
susah untuk diduga. Hancurkan untuk menghindari masalah lebih lanjut.
G. Aplikasi Air
Jika di lokasi tersebut tersedia air maka dapat diaplikasikan pompa portabel dengan gelar
selang, pada bagian-bagian yang tak terjangkau dapat dimanfaatkan back pack pump.
Disamping itu diperlukan juga hand tool untuk memotong, menggaru atau menggali.

Anda mungkin juga menyukai