Anda di halaman 1dari 8

INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI

Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro


Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

Potret Perhutanan Sosial


di Kabupaten tebo

Perhutanan Sosial di Indonesia


Dengan kawasan hutan seluas 94,1 juta hektar atau 50,1 persen dari luas wilayah
daratandatarannya, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kawasan hutan terluas di
dunia (KLHK, 2020). Kawasan hutan yang sangat luas ini memaksamembuka berbagai
tantangan Indonesia untuk menghadapi beberapa permasalahan dalam upaya pengelolaan
kelestarian fungsi kawasan hutan. Dua hal yang menjadi tantangan dalam pengelolaan
kawasan hutan yakni terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Beberapa hal yang masih
terus terjadi hingga saat ini adalah deforestasi dan degradasin tersebut, salah satu yang masih
terjadi hingga saat ini yaitu deforestasi.

Pemicu utama deforestasi dan degradasi hutan yakni kebakaran hutan dan lahan, illegal
logging, perambahan hutan untuk perkebunan, serta berbagai kegiatan mengkonversi hutan
menjadi non hutan. Factor ekonomi tidak lain menjadi penyebab utama kerusakan hutan yang
menyebabkan kemiskinan, rendahnya akses terhadap sumberdaya hutan karena dibatasi oleh
regulasi, semakin tinggi kompetisi terhadap sumber ekonomi yang kesemuanya menyebabkan
masyarakat masuk ke dalam kawasan hutan untuk bertahan hidup. Tidak dapat dipungkiri
bahwa keterbatasan akses lahan masyarakat di sekitar kawasan hutan telah menjadi salah satu
faktor deforestrasi dan degradasi. Akses yang terbatas tersebut tidak hanya pada terbatasnya
akses terhadap pengelolaan kawasan hutan (lahan), lebih lanjut juga pada pemanfaatan hasil
hutan. Mata pencaharian masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan yang sangat
bergantung pada pohon dan produk hasil hutan (baik kayu dan non kayu) mendorong
masyarakat untuk mengakses memasuki dan memanfaatkan kawasan hutan dan sumber daya
didalamnya hutan tanpa melalui proses peizinan yang berlaku.
Fenomena ini mendorong perubahan paradigm dalam pengelolaan hutan ke depan. Seiring
pertambahan penduduk, keterbatasan lahan kelola masyarakat serta dukungan pemerintah
maka munculnya konsep Pperhutanan sSosial sebagai solusi untuk menekan bagi peningkatan
laju deforestasi dan degradasi hutan. sS serta, sebagai pembuka akses kelola masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya hutan secara legal bagi masyarakat. Pemerintah dalam hal ini
menunjukkan komitmennya dengan mencanangkan Program Perhutanan Sosial seluas 12,7
juta hektar di kawasan hutan negara di seluruh Indonesia.
Program Perhutanan Sosial yang dianggap sebagai solusi terbaik pengelolaan sumber daya
hutan saat ini juga dimanfaatkan oleh aktivis organisasi masyarakat sipil untuk mendukung
perluasan wilayah yang dikelola oleh rakyat. Dukungan masyarakat sipil telah membantu
pemerintah mencapai 4,6 juta hektar luasan Perhutanan Soial di kawasan hutan negara. Lebih
kurang 6,.798 izin/hak/unit akses Perhutanan Sosial telah diberikan kepada 895,769 Kepala
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

Keluarga (KK) hingga Februari 2021. Capaian ini telah memperoleh apresiasi tinggi dari
berbagai pihak walaupun capaian ini masih jauh dari target yang dicanangkan. (Latin, 2021).
Provinsi Jambi memiliki kawasan hutan seluas 2,1 juta Hha. Seluas lebihLebih kurang 200
ribu hektar dari luas tersebut di kelola secara melaluidengan skema pPerhutanan Ssosial yang
tersebar di 10 Kabupaten di Pprovinsi Jambi. Hingga bulan Januari 2021 Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menerbitkan izin Perhutanan Sosial di Provinsi
Jambi seluas ± 202.553,97 ha dengan jumlah Surat Keputusan sebanyak 420 unit kepada
penerima manfaat sejumlah 34.974 keluarga. Izin yang telah diberikan dalam bentuk Hutan
Desa (HD) seluas ± 102.254 ha dengan 51 Surat Keputusan, Hutan Kemasyarakatan (HKm)
seluas ± 28.333 ha dengan 58 Surat Keputusan, Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas ±
37.730,65 ha dengan 220 Surat Keputusan, Hutan Adat (HA) seluas ± 11.646,18 ha dengan
33 Surat Keputusan; dan Kemitraan Kehutanan (KK) seluas ± 22.590,14 ha dengan 58 Surat
Keputusan.
Kabupaten Tebo menjadi salah satu kabupaten yang memiliki kawasan hutan cukup luas di
Provinsi Jambi. Ddengan luasan 286,.784 Hha, hingga saat ini dan kawasan hutan di Tebo
terus mengalami tantangan dalam pengelolaannya yaitu tingginya laju deforestrasi dengan
laju yang masih sangat tinggi berupa illegal logging, kebakaran hutan dan lahan, danserta
terjadi degradasi akibat perambahan hutan untuk pertanian, perkebunan skala industry dan
pertambangan. yang dijadikan areal penggunaan lain (APL) dan pembukaan hutan untuk
keperluan industri dan dan pertambangan. Selain itu, pembukaan hutan di Kabupaten Tebo
juga dilakukan guna untuk memperluas areal perkebunan rakyat khususnya kelapa sawit dan
karet. Kondisi ini diperparah dengan mulai terjamahnya kawasan bentang hutan Bukit Tiga
Puluh yang merupakan salah satu kawasan konservasi untuk spesies yang terancam punah
termasuk Hharimau Ssumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatra (Elephas
maximus) dan berperan penting untuk masa depan satwa lain seperti Oorangutan Ssumatera
(Pongo abelii).
Perhutanan Sosial telah menjadi salah salah satu tawaran solusi untuk permasalahan
penguasaan kawasan hutan tanpa izin di Kabupaten Tebo,. sSeluas lebih kurang 30 ribu
hektar kawasan hutan telah dikelola secara melalui izin Pperhutanan Ssosial dengan skema
Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Kemasyarakatan dan Kemitraan. Pengelolaan hutan secara
melalui Pperhutanan Ssosial menjadi upaya untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat
sekitar hutan melalui pengelolaan hutan yang berkelanjutan, peningkatan ekonomi dan juga
untuk menekan laju deforestrasi di Kabupaten Tebo yang hingga saat ini masih sangat tinggi.

Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo


Perhutanan Ssosial yang merupakan sistem pengelolaan hutan lestari di dalam kawasan hutan
yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat,. sSebagai pelaku
utama pengelola hutan untuk mpeningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya, Perhutanan
Sosial juga telah diadopsi oleh pemerintah Kabupaten Tebo dalam penyelesaian masalah
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

pengelolaan penguasaan kawasan hutan tanpa izin dan untuk melakukanmembuka ruang
distribusi akses secara lebih adil kepada lebih banyak petani di dalam dan di sekitar hutan.
Konsep dan praktik pengelolaan kawasan hutan secara sosial di Kabupaten Tebo telah
berlangsung dan berkembang selama sepuluh tahun terakhir diawali dengan pemberian SK
IUPHHK-HTR seluas 2.263,74 Hha kepada Koperasi Maju Bersama. Hingga saat ini telah
ada 96 izin perhutanan sosial di Kabupaten Tebo, salah satu yang terbaru yaitu izin yang
diberikan kepada Gapoktan Muara Kilis seluas 1.126 hektar dengan skema Hutan
Kemasyarakatan.
Ada tiga skema Perhutanan Sosial yang diterapkan di Kabupaten Tebo yaitu Hutan Tanaman
Rakyat (HTR) seluas 22.679,32 Ha dengan 86 pemegang izin, Hutan Kemasyarakatan (HKm)
seluas 3.126 Ha dengan 2 pemegang izin dan Kemitraan seluas 2.594 Ha dengan 7 pemegang
izin. Ketiga skema dan para pemegang izin ini tersebar di KPHP Tebo Barat dan KPHP tebo
Timur.

Grafik Pemegang Izin Perhutanan Sosial di


Kabupaten Tebo Berdasarkan Skema
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
HTR HKM Kemitraan

Para pemegang izin tersebut terdiri dari Masyarakat, Koperasi, Kelompok Tani Hutan (KTH)
dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Pemanfaat kawasan hutan di Kabupaten Tebo
hingga saat ini masih didominasi oleh sektor perkebunan yaitu perkebunan kelapa sawit dan
karet.
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) sebagai tokoh utamainstansi pengelola


kawasan hutan produksi di tingkat tapak di Kabupaten Tebo dalam pelaksanaan penerapan
Program Perhutanan Sosial. Terdapat dua KPHP yang bekerja di Kabupaten Tebo, yaitu
KPHP wilayah IX Tebo Barat dan KPHP Wilayah …..Tebo Timur. H, hingga saat ini KPHP
Tebo Barat mengelola Program Perhutanan Sosial seluas 5.550,84 Ha dengan 69 pemegang
izin, serta KPHP Tebo Timur mengelola Program Perhutanan Sosial seluas 23.007,20 Ha
dengan 27 pemegang izin.

Grafik Pemegang Izin Perhutanan Sosial di


Kabupaten Tebo Berdasarkan Wilayah
80
70
60
50
40
30
20
10
0
KPHP Tebo Barat KPHP Tebo Timur

Peran dalam penerapan Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo hingga saat ini masih
didominasi oleh KPHP sebagai pengelola kawasan hutan di tingkat tapak, meski beberapa
dinas terkait seperti Bappelitbangda Kabupaten Tebo dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa juga ikut terlibat dalam beberapa kegiatan sosialisasi terkait Program Pehutanan
Sosial. Ada tiga skema Perhutanan Sosial yang diterapkan di Kabupaten Tebo yaitu Hutan
Tanaman Rakyat (HTR) seluas 22.679,32 Ha dengan 86 pemegang izin, Hutan
Kemasyarakatan (HKm) seluas 3.126 Ha dengan 2 pemegang izin dan Kemitraan seluas
2.594 Ha dengan 7 pemegang izin. Ketiga skema dan para pemegang izin ini tersebar di
KPHP Tebo Barat dan KPHP tebo TPara pemegang izin tersebut terdiri dari Masyarakat,
Koperasi, Kelompok Tani Hutan (KTH) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

Pemanfaat kawasan hutan di Kabupaten Tebo hingga saat ini masih didominasi oleh sektor
perkebunan yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet.

Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya


Pandemi COVID 19 telah memberi dampak yang besar bagi semua sektor kehidupan di
dunia, tidak terlepas sektor kehutanan di Indonesia. Beberapa kegiatan menjadi tertunda atau
bahkan dibatalkan akibat situasi yang hingga saat ini masih belum menentu, termasuk
beberapa kegiatan Program Perhutanan Sosial.
Di Kabupaten Tebo sendiri situasi pandemi COVID 19 sangat berdampak terhadap penerapan
Program Perhutanan Sosial. Tahun 2020 yang merupakan puncak dari pandemi COVID 19
mengakibatkan tidak adanya kegiatan apapun terkait program Pperhutanan Ssosial di
Kabupaten Tebo, kegiatan- – kegiatan Program Perhutanan Sosial seperti sosialisasi dan
pengajuan izin baru terpaksa harus ditunda bahkan dibatalkan.
Selain mengkibatkan penundaan kegiatan, Pandemi COVID 19 juga berdampak terhadap
anggaran Perhutanan Sosial. Permasalahan anggaran yang sebelum pandemi telah menjadi
salah satu permasalahan utama semakin diperparah oleh situasi pandemi, beberapa anggaran
yang telah dialokasikan untuk Program Perhutanan Sosial telah direlokasikan untuk program
lain yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi secara langsung.Joko Santoso Kasi
Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan KPHP wilayah IX tTebo bBarat menyampaikan
Pandemi COVID 19 mangkibatkan tidak ada kegiatan Program Perhutanan Sosial yang
dilaksanakan dari bulan Maret 2020 hingga Januari 2021.
Tahun ini, situasi pandemi COVID 19 cenderung membaik, status Kabupaten Tebo yang
merupakan zona hijau membuat beberapa kegiatan Pperhutanan Ssosial sudah mulai dapat
dijalankan. Hingga Maret 2021 KPHP sebagai pengelola kawasan hutan di tingkat tapak telah
mengadakan beberapa kegiatan sosialisasi dan proses pembentukan KTH baru sebagai
langkah awal pengajuan izin perhutanan sosial.
Program Pehutanan Sosial dalam pelaksanaannya juga harus menghadapi berbagai masalah
struktural dan kultural. Sistem dan manajemen kelembagaan di tingkat petani yang belum
baik, kurangnya pemahaman masyarakat tentang Program Perhutanan Sosial yang masih
kurang yang berpengaruh kepada penerimaan masyarakat terhadap Program Perhutanan
Sosial itu sendiri, dan serta alur proses perizinan bagi yang masyarakat masih terlalu rumit
merupakan permasalahan- permasalahan yang harus diselesaikan dalam penerapan Program
Perhutanan Sosial.
Permasalahan- – permasalahan diatas terjadi akibat adanya kekurangan sumber daya manusia
dalam penerapan Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo. Kegiatan- – kegiatan seperti
sosialisasi terkait hak dan kewajiban pemegang izin Pperhutanan Ssosial, pendampingan
dalam pengurusan izin serta pendampingan dalam tata cara pengelolaan kawasan hutan
membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kemauan yang kuat.
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

Keterlibatan aktif lembaga pemerintah di tingkat tapak yang masih sangat kecil belum dapat
membantu kekurangan sumber daya manusia dalam pelaksanaan Program Perhutanan Sosial.
Lembaga seperti Bappelitbangda dan Dinas PMD Kabupaten Tebo hingga saat ini hanya baru
terlibat dalam beberapa kegiatan sosialisasi terkait Program Perhutanan Sosial, keterlibatan
dua lembaga tersebut dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat akan sangat
membantu pemecahan masalah kekurangan sumber daya manusia dalam pelaksanaan
Program Perhutanan Ssosial. Terbatasnya keterlibatan lembaga lain dalam pelaksanaan
Program Perhutanan Sosial juga diakibatkan oleh tanggapan bahwa progaram ini masih
merupakan program sektoral KLHK yang dalam pelaksanaannya di tingkat tapak
dilaksanakan oleh KPHP.
Aktivitas organisasi masyarakat sipil dalam Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo
juga masih belum optimal. Ada beberapa organisasi masyarakat sipil yang aktif dalam
pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Tebo, dua diantaranya Orang Rimba Kito (ORIK)
dan Lembaga Pemantau Penyelamat Lingkungan Hidup (LP2LH). ORIK dan LP2LH aktif
dalam pendampingan dan pemberdayaan kelompok masyarakat asli Jambi yakni Orang
Rimba yang hidup dan mencari penghidupan di dalam dan sekitar kawasan hutan. ORIK dan
LP2LH sedang mengupayakan pengakuan masyarakat adat bagi Orang Rimba. Hal ini
dimaksudkan agar Orang Rimba diakui keberadaannya dan dapat melakukan pengelolaan
sumber daya hutan secara legal. “Saat ini kami fokus dalam pengupayaan pengakuan
Masyarakat Hukum Adat dan wilayah khusus bagi Orang Rimba” kata Syahrial Koordinator
Program ORIK ketika diwawancara. Saat ini ORIK mendampingi 4 kelompok orang rimba
diantaranya, kelompok Temenggung Apung di desa Muara Kilis, kelompok Temenggung
Ngadap di desa Tanah Garo serta kelompok Temenggung Tupang Besak dan Temenggung
Bujang Itam di desa Sungai Ibul.
Selain lembaga lokal Kabupaten Tebo, ada juga kelompok akademisi yang tergabung dalam
lembaga KEHATI yang membantu sosialisasi dan pemberdayaan pasca izin perhutanan sosial
di Kabupaten Tebo. KEHATI saat ini sedang menjalankan program Strategi Jangka Benah di
wilayah KPHP Tebo Timur, program ini membantu kelompok penerima izin untuk dapat
menjalankan kewajiban sebagai penerima izin perhutanan sosial.
“Saat ini kami menjalankan program Strategi Jangka Benah yang merupakan program dari
yayasan Kehati dan Mahasiswa UGM (Universitas Gajah Mada), kami menanam 100 pohon
kayu per satu hektar lahan kami” ucap Aleh Syaifudin Ketua KTH Soko Tulang desa Sungai
Jernih. Hingga saat ini telah ada 5 kelompok pemegang izin perhutanan sosial yang
tergabung dalam program ini, salah satunya pemegang izin HTR KTH Soko Tulang di Desa
Sungai Jernih. Program ini membantu kelompok pemegang izin dalam melaksanakan
kewajiban menanam 100 pohon kayu di setiap 1 Ha lahan yang mereka kelola. Adapun jenis
pohon yang ditanami antara lain Meranti, Sengon, Durian, Gaharu dan Pinang.
Kegiatan – kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh lembaga – lembaga disebut
diatas pada prinsipnya selaras dengan Program Perhutanan Sosial yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan melalui proses
pemberdayaan dengan berpegang pada aspek kelestarian hutan, akan tetapi ketidaksinergian
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

antara KPHP sebagai pelaksana di tingkat tapak, dinas terkait dan organisasi masyarakat
menjadikannya kurang efektif. Suatu wadah untuk memadukan ketiganya diperlukan guna
meningkatkan efektifitas dalam pelaksanaan Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo.
Dengan target izin perhutanan sosial sebesar 12,7 juta Ha hingga tahun 2024 pemerintah
perlu memberikan wadah bagi para aktor dan mendinamisir pelaksanaan Program Perhutanan
Sosial. Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial (Pokja PPS) dibentuk oleh Dirjen
PSKL sebagai wadah bertemunya para pihak terkait untuk mencapai target pemberian akses
perhutanan sosial.

Rekomendasi Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo


Permasalahan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan di Kabupaten Tebo yang telah
terjadi selama kurun waktu yang cukup panjang diharapkan mampu diselesaikan melalui
Program Perhutanan Sosial. Sebagai sebuah solusi, Program Perhutanan Sosial harus
dijalankan secara efektif dan efisien, berdasarkan dari temuan di lapangan, kajian ini merinci
beberapa solusi yang direkomendasikan dalam pelaksanaan Program Perhutanan Sosial di
Kabupaten Tebo.
1. Peningkatan Kinerja
Pemerintah melalui KPHP perlu melakukan strategi peningkatan kinerja dalam upaya
meningkatkan efisiensi dan efektivitas Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo.
Peningkatan kinerja perlu dilakukan dalam beberapa aspek antara lain, sosialisasi perhutanan
sosial, percepatan izin perhutanan sosial, serta pembinaan pasca izin perhutanan sosial
2. Desentralisasi
KPHP, Pemerintah Kabupaten dan Dinas lain membangun sinergi antarsektor dalam
pelaksanaan Program Perhutanan Sosial, kerja sama antarsektor dalam penerapan Program
Perhutanan Sosial sangat di perlukan untuk memenuhi target perhutanan sosial jangka pendek
maupun jangka panjang.
3. Komunitas dan Praktisi
Peran komunitas dan praktisi lingkungan maupun kehutanan dalam implementasi Program
Perhutanan Sosial sangat dibutuhkan, pengembangan pengetahuan dan teknologi perhutanan
sosial oleh akademisi dan perguruan tinggi serta kegiatan pemberdayaan seperti sekolah
lapang maupun pelatihan- – pelatihan bagi petani sekitar kawasan hutan yang difasilitasi oleh
komunitas dan kelompok masyarakat sipil lokal akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Program Perhutanan Sosial.
Komunitas dan praktisi perlu melakukan pendampingan manajemen kelembagaan di tingkat
petani yang merupakan pemegang izin perhutanan sosial. mManajemen kelembagaan masih
menjadi permasalahan mendasar Program Perhutanan Sosial di Kabupaten Tebo.
INISIATIF AKSI SOSIAL DAN KONSERVASI
Jl. Sultan Thaha, Tebing TinggiBedaro
Rampak,
Tebo Tengah, Tebo, Jambi 37573
Email: info.inisiasi@gmail.com

4. Peran Wanita dan Kelompok Rentan


Para pelaku perhutanan sosial perlu menjalankan prinsip kesetaraan gender dan keberpihakan
terhadap kelompok rentan di desa untuk menjamin perhutanan sosial yang inklusif dan
berkeadilan sosial dengan tetap memperhatikan nilai-nilai kultural masyarakat setempat.
Perlu adanya peningkatan peran wanita dan kelompok rentan seperti keluarga miskin,
keluarga tanpa tanah, dan perempuan kepala keluarga dalam setiap tahapan, seperti:
sosialisasi, pembuatan usulan, penyusunan kepengurusan, serta keterlibatan pasca izin
perhutanan sosial.
5. Kaum Muda
Menggerakkan pembangunan menuju pembangunan berkelanjutan dan mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) mesti juga harus menggerakkan kaum muda
(millenial) dan generasi berikutnya agar dapat berkembang menjadi pelaku utama dalam
berbagai sektor seperti : teknologi, bisnis dan ilmu pengetahuan. Para pelaku utama
Pperhutanan Ssosial saat ini perlu memberi arena seluas-luasnya bagi kaum muda untuk
mengembangkan berbagai inovasi yang mampu mengatasi permasalahan terkait
permasalahan pengelolaan kawasan hutan.

Anda mungkin juga menyukai