Anda di halaman 1dari 10

1

Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemar dan Kualitas Air Sungai Lesti
Sebelum Pembangunan Hotel

Identifications Capacity Pollutant Loads and Water Quality of Lesti River


before the Construction of Hotel

Bambang Rahadi1, Bambang Suharto1, Florensia Yuke Monica2*


1Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145
2Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145

*Email Korespondensi: jbrahadi@ub.ac.id

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, salah satunya


yaitu limbah domestik. Salah satu kawasan padat penduduk terletak di Desa Ngaglik, Kota Batu.
Desa Ngaglik memiliki lokasi yang dekat dengan sumber air dan Sungai Lesti yang dimanfaatkan
oleh warga sekitar. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kualitas eksisting, indeks
pencemaran, dan status mutu air Sungai Lesti serta mengetahui daya tampung beban
pencemaran yang dapat diterima oleh Sungai Lesti. Metode untuk menentukan kemampuan
daya tampung air sungai terhadap limbah cair domestik yaitu metode Neraca Massa. Penentuan
status mutu air menggunakan metode Indeks Pencemaran dengan parameter suhu, pH, BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), TSS (Total
Suspended Solid), fosfat, dan nitrat. Metode pengambilan sampel yaitu grab sampling pada 5 titik.
Penelitian menunjukan bahwa suhu, pH, dan TSS air Sungai Lesti memenuhi baku mutu air
sungai kelas II. Daya tampung sungai untuk parameter BOD, COD, nitrat, dan fosfat bernilai
negatif yang berarti Sungai Lesti sudah tidak mampu lagi untuk menampung beban pencemaran.
Indeks pencemaran pada titik T1-T5 memilki nilai Pij dibawah 5, hal ini menunjukan bahwa
status mutu air Sungai Lesti dalam kondisi yang tercemar ringan.

Kata kunci: Indeks pencemaran, neraca massa, status mutu air

Abstract

Increasingpopulation causes various environmental problems, one of that problem is domestic waste. One
of the populated areas is located in Ngaglik Village, Batu City. Ngaglik Village has a location that is close
to the water source and Sungai Lesti which utilized by the local residents. The aim of research is to know
the existing quality, pollution index, water quality status of Lesti River and to know the capacity pollutant
load that can be received by Lesti River. Method to determine the ability of river water capacity to domestic
liquid waste is mass balance. Determination of water quality status using contamination index
(temperature, pH, BOD or Biological Oxygen Demand, COD or Chemical Oxygen Demand, DO or
Dissolved Oxygen, TSS or Total Suspended Solid, phosphate, and nitrate). The sampling method is grab
sampling at 5 location. Research shows that the temperature, pH, and TSS of Lesti River appropriate with
the water quality standard of class II. The river capacity for BOD, COD, nitrate and phosphate parameters
is negative, so the river is no longer able to accommodate pollution loads. The pollution index at T1-T5 has
a value under 5, indicating that the water quality status of the river in mild polluted conditions.

Keywords: pollution index, mass balance, water quality status


2
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENDAHULUAN merupakan salah satu metoda yang


digunakan untuk menentukan status mutu
Air merupakan sumberdaya alam yang air suatu sumber air. Status mutu air
dibutuhkan oleh manusia dan makhluk menunjukkan tingkat kondisi mutu air
hidup lainnya untuk bertahan hidup. Air sumber air dalam kondisi cemar atau kondisi
adalah bagian penting dalam ekosistem yang baik dengan membandingkan dengan baku
memiliki karakteristik unik karena air mutu yang telah ditetapkan (Agustiningsih et
memiliki sifat yang dinamis. Air yang berada al., 2012).
pada suatu daerah dapat berubah sewaktu- Salah satu kawasan padat penduduk
waktu tergantung dari kualitas dan terletak di Desa Ngaglik, Kota Batu, Jawa
kuantitasnya (Indriani, 2016). Timur. Desa Ngaglik ini memiliki lokasi
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh yang dekat dengan sumber air yang
manusia setiap harinya akan menghasilkan dimanfaatkan oleh warga sebagai kegiatan
limbah. Limbah yang dihasilkan ini terdapat mandi, cuci dan kakus dan terdapat sungai
dalam jumlah yang kecil maupun besar. yang mengalir disekitar rumah penduduk
Akumulasi limbah yang dihasilkan dalam yang berada di Jalan Lesti. Oleh karena itu,
skala besar memerlukan perhatian khusus peneliti memilih lokasi tersebut untuk
karena akan menimbulkan permasalahan digunakan sebagai lokasi penelitian dan
yang dapat mengganggu keseimbangan akan dibahas lebih lanjut. Tujuan penelitian
lingkungan hidup. Permasalahan ini yaitu mengetahui kualitas eksisting,
lingkungan hidup yang sering terjadi yaitu indeks pencemaran, dan status mutu air
berhubungan dengan timbulan limbah cair Sungai Lesti serta mengetahui dyaa tampung
dalam jumlah yang besar seperti limbah cair beban pencemaran yang dapat diterima oleh
domestik. Limbah cair domestik adalah air Sungai Lesti.
yang telah dipergunakan dan berasal dari
rumah tangga atau pemukiman termasuk di BAHAN DAN METODE
dalamnya adalah yang berasal dari kamar
mandi, tempat cuci, WC, serta tempat Metode Penelitian
memasak (Sugiharto, 2008). Metode penelitian yang digunakan yaitu
Peningkatan jumlah penduduk yang penelitian deskriptif (kuantitatif) dengan
tinggi dari tahun ke tahun menimbulkan membandingkan hasil uji laboratorium
berbagai permasalahan terutama dengan baku mutu Peraturan Gubernur
permasalahan lingkungan. Permasalahan Nomor 72 tahun 2013 untuk baku mutu air
lingkungan yang muncul yaitu padatnya limbah domestik. Penentuan kriteria mutu
rumah-rumah penduduk akibat air dilakukan dengan membandingkan
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. konsentrasi air dengan kriteria mutu air
Bertambahnya jumlah penduduk juga akan berdasarkan kelas Peraturan Pemerintah
diiringi dengan peningkatan jumlah limbah Nomor 82 Tahun 2001.
cair domestik yang dihasilkan. Kondisi
tersebut tidak diikuti dengan peningkatan Kondisi Titik Pengambilan Sampel
daya tampung lingkungan dan serta Pengambilan sampel air sungai dilakukan di
ekonomi masyarakat, sehingga diperlukan Sungai Lesti, Desa Ngaglik, Kota Batu Jawa
suatu perhatian khusus dan pengelolaan Timur. Pengambilan sampel dilakukan pada
secara bertahap. 5 (lima) buah titik yang diberi nama T1 (titik
Pengertian daya tampung sungai pertama), T2 (titik kedua), T3 (titik ketiga), T4
terhadap beban pencemaran adalah (titik keempat), dan T5 (titik kelima). Jarak
kemampuan air pada suatu sumber air, dari T1 hingga T5 yaitu sepanjang ± 500
untuk menerima masukan beban pencemar meter. Panjang Sungai Lesti yang mengalir
tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi melewati Desa Ngaglik Kota Batu yaitu
tercemar. Beban pencemaran itu sendiri sepanjang ± 500 meter.
merupakan jumlah suatu unsur pencemar
yang terkandung dalam air atau air limbah
(Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 110, 2003). Indeks pencemaran
3
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pengukuran Debit
Pengukuran debit dilakukan dengan
menggunakan metode pembagian segmen.
Pembagian segmen dilakukan dengan cara
pengukuran lebar sungai dan membaginya
menjadi 3 (tiga) bagian, kemudian mennaai
tiap segmen dengan tongkat kayu. Tongkat
kayu dengan seutas tali sebagai lintasan
segmen sepanjang 3 (tiga) meter. Gabus yang
berukuran 10 cm x 10 cm digunakan sebagai
Gambar 2. Skema titik sampling media dalam pengukuran waktu dari titik
awal segmen hingga lintasan akhir segmen.
T1 berjarak ± 100 meter dari sungai awal Cara kerjanya yaitu dengan meletakkan
yang melintas pada Desa Ngaglik Kota Batu. gabus pada permukaan air sungai dan
T1 diambil pada lokasi tersebut dengan mencatat waktu tempuh gabus hingga
pertimbangan pada aliran sungai terdapat 2 menyentuh akhir lintasan masing-masing
arah masukan aliran sungai, sehingga akan segmen. Proses tersebut dilakukan
menghasilkan hasil uji lab yang lebih akurat. pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali yang
T2 merupakan lokasi drainase yang di kemudian waktu tempuh akan dirata-rata.
sekelilingnya terdapat kamar mandi umum
(yang pembuangannya langsung melalui Perhitungan Beban Pencemaran
drainase tersebut), rumah penduduk, rumah Menurut Keputusan Menteri Lingkungan
makan, dan adanya usaha laundry Hidup No. 110 Tahun 2003, penentuan daya
(pembuangannya mengarah pada saluran tampung beban pencemaran air sungai
drainase). Lahan kosong dibagian atas lahan dilakukan dengan menggunakan metode
dan disamping drainase nantinya akan neraca massa ynag terdapat pada persamaan
dibangun sebuah hotel bernama Hotel Gold 1.
Miami. Lokasi drainase tersebut yang akan
dijadikan lokasi saluran pembuangan limbah ∑ 𝐶𝑖 𝑄𝑖 ∑ 𝑀𝑖
𝐶𝑅 = = (1)
cair dari hotel tersebut. Jarak dari T1 menuju ∑ 𝑄𝑖 ∑ 𝑄𝑖

T2 sangat dekat, hal ini dikarenakan sesuai


dengan kondisi dilapang yang harus diambil dimana CR adalah Konsentrasi rata-rata
sampel air dalam jarak ± 10.66 meter. konstituen untuk aliran gabungan, Ci
T3 merupakan lokasi akhir dalam mewakili konsentrasi konstituen untuk
perhitungan untuk neraca massa dan aliran ke-i, Qi adalah debit aliran ke-I, M
perhitungan daya tampung. Lokasi T3 adalah massa konstituen pada aliran ke-i.
menjadi lokasi yang dapat mewakili
perhitungan daya tampung. Daya tampung Analisa Indeks Pencemaran dan Status
akan lebih baik jika jarak T1 dan T3 dalam Mutu Air
radius jarak ± 500 meter, namun karena Menurut Keputusan Menteri Negara
kondisi dilapang tidak memungkinkan, dan Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003,
hanya berjarak ± 110.6 meter. penentuan status mutu air dilakukan
T4 dan T5 masih dalam kawasan Desa dengan menggunakan Metode Indeks
Ngaglik. Pada kawasan di sekeliling T4 dan Pencemaran atau Pollution Index (IP) yang
T5 juga memiliki daerah yang kawasan padat terdapat persamaan 2. Metode IP digunakan
penduduk dan lahan pertanian berupa untuk menentukan tingkat pencemaran
sawah yang cukup luas di beberapa tempat. relatif terhadap parameter kualitas air yang
T5 memiliki lokasi aliran sungai yang deras diizinkan. Metode ini dapat langsung
dan lebar sungai kurang lebih hingga 5 menghubungkan tingkat ketercemaran
meter, dan kedalaman yang mencapai 1 dengan dapat tidaknya suatu perairan
meter. Penetapan kelas air Sungai Lesti dipakai untuk peruntukan tertentu dan
berdasarkan acuan pada Peraturan Gubernur dengan nilai parameter-parameter tertentu.
Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2010.
4
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

𝐶 𝐶 mengevaluai neraca air suatu kawasan


( 𝑖⁄𝐿 )2 +( 𝑖⁄𝐿 )2
𝑃𝐼𝑗 = √
𝑖𝑗 𝑀 𝑖𝑗 𝑅
(2) melalui pendekatan potensi sumber daya air
2 permukaan yang ada (Finawan &
Mardiyanto, 2011).
Dimana Lij adalah konsentrasi parameter
kualitas air sesuai baku mutu peruntukan air 1
(j), Ci adalah konsentrasi parameter kualitas

Debit (m³/s)
air (i), Pij adalah IP bagi peruntukan (j), 0.377
0.338 0.296 0.357 0.344
(Ci/Lij)M adalah nilai Ci/Lij maksimum,
(Ci/Lij)R adalah nilai Ci/Lij rata-rata. Status
pencemaran air diperoleh dari konversi 0
indeks, Tabel 1 merupakan aturan konversi T1 T3 T3 * T4 T5
indeks ke status pencemaran. Titik Pengambilan Sampel
Tabel 1. Hubungan nilai IP dengan status
Gambar 2. Grafik debit air sungai Lesti
mutu air
Nilai IP Mutu Perairan
Debit terkecil Sungai Lesti terdapat
Memenuhi Baku Mutu
0 – 1.0 pada T3, hal ini dikarenakan pada T3
(kondisi baik)
terdapat bentuk sungai yang tidak lurus.
1.1 – 5.0 Cemar Ringan
Apabila dibandingkan dengan titik pertama
5.0 – 10.0 Cemar Sedang
debit T1 memiliki debit lebih besar,
>10.0 Cemar Berat
dikarenakan pada T1 memiliki dua arah
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan
aliran air sungai, sehingga debit yang
Hidup Nomor 115 Tahun 2003
dihasilkan juga cukup besar. Debit pada titik
HASIL DAN PEMBAHASAN T3* merupakan hasil perhitungan debit
antara T1 dengan T2. T4 menghasilkan nilai
Keadaan Umum Sungai Lesti debit cukup besar dikarenakan pada T4
Sungai Lesti merupakan Sub Daerah Aliran aliran sungai menerima aliran dari limpasan
Sungai atau Sub DAS dari DAS Brantas. persawahan, perkebunan, serta adanya
Sungai Lesti terletak di Desa Ngaglik, masukan dari aktivitas warga sekitar berupa
Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. limbah cair domestik. Debit T5 memiliki
Wilayah yang berada pada sepanjang sungai debit terbesar dikarenakan terdapat
yang dijadikan lokasi pengambilan sampel perbedaan bentuk dan tinggi bebatuan besar,
meruakan wilayah padat penduduk, rumah sehingga derasnya debit pada kondisi
makan, sumber air, kamar mandi umum eksisting sama dengan perhitungan yang
yang digunakan untuk MCK (Mandi, Cuci, menunjukkan debit tertinggi terletak pada
Kakus). Sungai Lesti yang memiliki bentuk titik T5.
lurus hanya dalam radius 100 meter hingga
200 meter. Debit sungai terbesar Sungai Lesti Suhu
yang terukur saat penelitian berlangsung Suhu adalah faktor yang berperan dalam
yaitu sebesar 1.15 m3.s-1 dengan kondisi ekosistem perairan. Sifat-sifat kimia seperti
cuaca yang cerah dan sejuk. Lebar sungai kelarutan oksigen, proses respirasi biota
rata-rata sebesar 2 meter hingga 5 meter. perairan, dan kecepatan degradasi bahan
pencemaran atau kecepatan reaksi kimia dan
Debit Sungai Lesti daya racun pencemar dipengaruhi oleh suhu
Debit merupakan volume air yang mengalir (Riza et al., 2015). Data temperatur yang
per satuan waktu. Debit aliran merupakan didapatkan sesuai dengan kondisi saat
satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis pengambilan sampel yaitu dengan udara
yang terjadi di lapangan. Kemampuan yang sejuk dan dilakukan pada pukul 05.00-
pengukuran debit aliran sangat diperlukan 06.00 WIB, dikarenakan pada jam-jam
untuk mengetahui potensi sumberdaya air di tersebut banyak dilakukan aktivitas warga.
suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat Suhu (Gambar 3) yang dihasilkan terjadi
dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan sedikit kenaikan pada titik T4 dikarenakan
5
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

kondisi T4 cukup jarang pepohonan. mikoorganisme untuk mendegradasi limbah


Peningkatan suhu menyebabkan organik, sehingga menjadi bahan yang
peningkatan terhadap kecepatan mudah menguap (Wardhana, 2004).
metabolisme dan respirasi organisme air dan Kadar DO pada titik T3, T4, dan T5 telah
peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, melewati batas minimum, sehingga dapat
2003). Peningkatan suhu juga menjadi dikatakan bahwa kadar DO pada Sungai
penyebab peningkatan dekomposisi bahan Lesti memenuhi baku mutu. Menurut Trofisa
organik oleh mikroba. Suhu air masih (2011), menyatakan bahwa semakin tinggi
memenuhi baku mutu air yang ditentukan kadar oksigen terlarut, maka semakin baik
oleh baku mutu. Arti dari deviasi 3 (baku kondisi dari suatu perairan tersebut. Selain
mutu) yaitu sebagai ± 3 ºC dari suhu normal itu penurunan kadar oksigen terlarut pada
alamiah. Jika suhu normal air 25 °C maka suatu perairan sungai atau badan air
kriteria kelas 1 sampai kelas 3 membatasi memungkinkan adanya limbah cair yang
nilai suhu air di kisaran 22 – 28 °C. masuk, baik dari limbah domestik atau yang
lainnya.
pH (derajat keasaman)
pH sangat erat hubungannya dengan Biological Oxygen Demand (BOD)
kandungan logam berat yang terdapat di Menurut Boyd (1990), menyatakan bahwa
dalam sungai. Semakin banyak bahan bahan organik yang terdekomposisi dalam
pencemar (kandungan logam berat) yang BOD merupakan suatu bahan organik yang
berada di dalam sungai akan mengakibatkan siap terdekomposisi. Pada lokasi T1 hingga
rendahnya nilai pH, dan dapat T5, nilai BOD tidak ada yang memenuhi
mengakibatkan kesadahan air bersifat asam. baku mutu atau melebihi baku mutu. T1
Air digolongkan asam karena bersifat (Gambar 6) memiliki kadar BOD tinggi
bikarbonat dalam air. Derajat keasaman (pH) karena merupakan titik awal yang mendapat
suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor masukan dari 2 arah aliran sungai, sehingga
alami dan manusia (Kristianto, 2002). kadar BOD pada T1 tinggi. T3 terjadi
Hasil nilai pH (Gambar 4) peningkatan kadar BOD tetapi tidak sebesar
menunjukkan pada T1, T3, T4 dan T5 pada titik pertama, dikarenakan kadar BOD
memiliki kadar pH yang berbeda-beda, telah terurai.
namun nilai pH pada Sungai Lesti masih Titik kelima T5 nilai BOD terjadi
dalam standar baku mutu. Fluktuasi nilai pH peningkatan kadar BOD menunjukkan
dipengaruhi oleh adanya buangan air limbah bahwa adanya masukan limbah cair
organik dan anorganik ke sungai. Air yang domestik yang ada disekitarnya dan
memiliki kadar pH yang normal dalam mengalir melewati sungai. Semakin besar
memenuhi sebuah kebutuhan dalam hidup nilai BOD maka semakin besar tingkat
yaitu mempunyai pH sekitrar 6.5-7.5 pencemaran air oleh bahan organik
(Wardhana, 2004). (Djoharam et al., 2018). Beberapa faktor yang
menjadikan kadar BOD dapat melebihi baku
Dissolved Oxygen (DO) mutu yaitu adanya masukan limbah
DO adalah parameter kualitas air yang domestik dari rumah-rumah warga sekitar,
penting dalam menentukan kehadiran selain itu kurangnya kesadaran masyarakat
makhluk hidup di dalam air. Umumnya sekitar untuk membuang sampah pada
konsentrasi DO di suatu perairan akan tempatnya, hal ini sesuai dengan kondisi
bersifat sementara atau musiman dan pada saat pengambilan sampel, dimana
berfluktuasi dari waktu ke waktu. beberapa orang yang masih membuang
Kandungan oksigen akan tertahan lebih lama sampah di sungai.
dalam air yang dingin. Berdasarkan hasil uji
lab (Gambar 5) kadar DO T1 sebesar 3.7 mg.l-
1 menunjukkan belum memenuhi baku mutu

(minimal 4 mg.l-1). Secara umum, kandungan


oksigen dalam air yang telah tercemar sangat
rendah, hal tersebut disebabkan oksigen
yang terlarut di dalam air diserap oleh
6
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

30 22.6 28 22.8 28 22.6128 24.6 28 23.5 28 20 14.87

BOD (mg/L)
Suhu (°C) 13.47 13.264
15 10.17 9.63
20
10
10 5
3 3 3 3 3
0 0
T1 T3 T3 * T4 T5 T1 T3 T3 * T4 T5
Titik Pengambilan Sampel Titik Pengambilan Sampel

SUHU Baku Mutu BOD Baku Mutu

Gambar 3. Grafik suhu air sungai Lesti Gambar 6. Grafik BOD air sungai Lesti

10 40 36.94 29.8 36.323 27.36 34.57


7.3 9 6.9 9 7.27 9 6.9 9 7.6 9
pH (Derajat

COD ( mg/L
Keasaman)

6 6 6 6 6 25 25 25 25 25
5 20

0 0
T1 T3 T3 * T4 T5 T1 T3 T3 * T4 T5
Tititk Pengambilan Sampel Titik Pengambilan Sampel

PH Baku Mutu Baku Mutu COD Baku Mutu

Gambar 4. Grafik pH air sungai Lesti Gambar 7. Grafik COD air sungai Lesti

6 4.8 4.9 100 81.1


4.4
)
DO (mg O2/L

3.7 3.758
TSS (mg/L

4 4 4 4 4 4
50 50 50 50 50 50
2 15.5 6.5 15.027 7.6
0 0
T1 T3 T3 * T4 T5 T1 T3 T3 * T4 T5
Titik Pengambilan Sampel Titik Pengambilan Sampel

DO Baku Mutu TSS Baku Mutu

Gambar 5. Grafik DO air sungai Lesti Gambar 8. Grafik TSS air sungai Lesti

20 16.15 3
2.32
Fosfat (mg/L)
Nitrat (mg/L

15 13.16
2 1.556 1.61
10 10 10 10 10 10 1.274
5.221 0.9099
1
5 0.922
0.1744
0 0 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
T1 T3 T3 * T4 T5 T1 T3 T3 * T4 T5
Titik Pengambilan Sampel Titik Pengambilan Sampel

NITRAT Baku Mutu FOSFAT Baku Mutu

Gambar 9. Grafik nitrat air sungai Lesti Gambar 10. Grafik fosfat air sungai Lesti

Lokasi kamar mandi umum khusus untuk pembuangannya tidak melalui septictank
kegiatan MCK (mandi, cuci, dan kakus) melainkan langsung dibuang ke arah aliran
7
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

sungai dan saluran drainase. Adanya baku mutu kecuali pada titik T5. Penyebab
beberapa rumah makan dan kawasan padat kadar TSS tertinggi pada titik T5. Hal ini
penduduk yang pembuangan limbah cair dikarenakan T5 memiliki debit air yang
domestiknya dibuang melalui saluran cukup deras, sehingga turbulensi air yang
drainase dan pada aliran Sungai Lesti. terjadi pada aliran sungai dapat membawa
padatan-padatan yang berasal dari aliran
Chemical Oxygen Demand (COD) sungai. Semakin luas lahan terbuka maka
COD mengindikasikan keseluruhan bahan potensi terjadinya butiran tanah yang
organik yang mudah maupun yang sulit terbawa aliran ke sungai ketika hujan turun
terurai. Kebutuhan oksigen kimia (COD) akan semakin besar pula, hal itu dikarenakan
merupakan ukuran banyaknya oksigen total tidak adanya bangunan maupun vegetasi
dalam satuan miligram per liter yang yang menghambat air hujan, sehingga air
diperlukan dalam proses oksidasi kimia hujan mengenai permukaan tanah secara
bahan organik dari limbah (Djoharam et al., langsung, dan tidak ada yang menaham laju
2018). Berdasarkan Peraturan Pemerintah aliran run off. Faktor kemiringan lahan, dan
Nomor 82 Tahun 2001, bahwa baku mutu dekat dengan wilayah pemukiman yang
COD kelas II yaitu sebesar 25 mg.l-1. Nilai padat penduduk pada titik T5 juga menjadi
COD di semua lokasi melebihi baku mutu penyebab tingginya TSS.
yang telah ditetapkan. Perubahan yang
fluktuatif pada kadar COD (Gambar 7) Nitrat
menunjukkan di beberapa titik bahwa Nitrat (𝑁𝑂3− ) merupakan ion-ion anorganik
adanya masukan limbah cair domestic, alami, yang merupakan bagian dalam siklus
sehingga menyebabkan nilai COD kembali nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air
meningkat. yang merupakan bagian-bagian di tanah atau
Berbeda dengan BOD, COD air menguraikan sampah yang mengandung
mengindikasikan bahan organik yang sulit nitrogen organik pertama yang kemudian
terurai. COD menunjukkan banyaknya menjadi ammonia, selanjutnya, akan
oksigen yang dibutuhkan untuk dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
mengoksidasi bahan-bahan organik secara adalah suatu senyawa yang paling sering
kimia (Yudo, 2010). Nilai konsentrasi COD ditemukan di dalam air bawah tanah
akan selalu lebih tinggi dibandingan BOD maupun air yang terdapat di permukaan
karena nilai COD merupakan kebutuhkan (Manampiring, 2009).
oksigen kimia untuk oksidasi terhadap bahan Gambar 9 menunjukkan adanya
buangan di dalam air baik senyawa kimia peningkatan nitrat dari T1 sampai dengan T5,
maupun biologi. Perbandingan nilai BOD hal ini menunjukkan bahwa adanya masukan
dan COD memberikan informasi sejauh beban pencemaran ditambah dengan bahan
mana air limbah tersebut dapat diolah secara pencemar yang dialirkan dari titik T1 dan T3
bilogis. Semakin tinggi nilai perbandingan dan terbawa hingga di titik akhir T5. Kualitas
BOD/COD semakin tinggi pula tingkat air Sungai Lesti untuk parameter nitrat yang
biodegradabilitas polutan limbah cair memenuhi baku mutu (10 mg.l-1) hanya pada
tersebut (Baherem, 2014). T1 dan T3, sedangkan T4 dan T5 melebihi
baku mutu (10 mg.l-1). Penyebabnya yaitu
Total Suspended Solid (TSS) adanya kawasan pemukiman padat
Padatan Total Suspended Solid (TSS) penduduk, dan adanya kegiatan masyarakat
merupakan bahan-bahan tersuspensi yang yang memiliki usaha rumah makan, dan
(diameter > 1µm) yang bertahan pada laundry, dimana pembuangan limbah
saringan mili pore yang memiliki diameter domestik yang langsung dialirkan pada
pori-pori 0.45 µm. Padatan total suspended aliran sungai tersebut dapat menambah
solid dapat berupa lumpur, pasir halus, dan kadar nitrat pada perairan. Selain itu
jasad renik yang terbentuk oleh kikisan tanah diperkirakan terdapat masukan limpasan
atau erosi tanah yang terbawa ke badan air dari daerah hulu yang banyak dengan
(Effendi, 2003). Hasil uji laboratorium kegiatan pertanian yang mengandung pupuk
(Gambar 8) menghasilkan kadar TSS yang ke dalam aliran sungai. Pupuk yang terbawa
dibawah baku mutu atau telah memenuhi dalam limpasan dari daerah pertanian
8
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

diidentifikasi mengandung nutrien-nutrien akan menjadi penyuburan / eutrofikasi


yang tidak terserap oleh tanaman, (Khatun, 2016). Kadar fosfat di selutuh titik
menjadikan kadar nitrat menjadi meningkat. melebihi baku mutu (0.2 mg.l-1). Kadar fosfat
Tingginya kadar nitrat dapat dijadikan pada T1 (Gambar 10) yaitu sebesar 1.56 mg.L-
pedoman untuk menggolongkan suatu 1, kemudian terjadi peningkatan pada T3,

perairan pada golongan perairan eutrofik namun pada titik T4 dan T5 mengalami
(kadar Nitrat 5-50 mg.l-1) yaitu perairan penurunan. Menurut Indriani dkk (2016)
dengan kadar unsur hara dan produktivitas menyatakan bahwa air buangan penduduk
primer tinggi. Kadar nitrat yang tinggi dapat (limbah rumah tangga) berupa deterjen,
menyebabkan eutrofikasi pada perairan, limbah pakan dan limbah pertanian
sehingga pertumbuhan algae dan tumbuhan merupakan sumber adanya unsur total fosfat.
air akan meningkat dengan sangat pesat Penurunan kadar fosfat yang terjadi pada T5
(Yogafany, 2015). dapat terjadi dikarenakan pada T5
merupakan lokasi aliran sungai yang deras
Fosfat dan banyak bebatuan besar, sehingga kadar
Fosfat berasal dari batuan dan sedimen yang fosfat dapat terpecah dan banyak menangkap
masuk ke dalam sungai dan air tanah dalam sinar matahari, sehingga proses aerasi di
bentuk ion pospat (𝑃𝑂4 ), pada umumnya alam dapat terjadi.
kandungan fosfat dalam perairan umum
tidah lebih dari 0,1 ppm. Bila kandungan
fosfat dalam air telah melampaui keperluan
posfat bagi pertumbuhan normal tanaman air

Tabel 2. Daya tampung beban pencemaran dan status mutu Sungai Lesti
Daya Tampung T1 T2 T3 T3*
Suhu 157.7194 8.3549 133.1920 166.0744
pH 1276554.8740 71602.5277 1119507.6080 1348157.4010
DO 8.7622 -1.3105 -20.4911 7.4516
BOD -305.8004 -10.8123 -183.6513 -316.6128
COD -348.7352 -0.5569 -122.9465 -349.2922
TSS 1007.6519 71.0992 1114.2029 1078.7512
Nitrat 286.9792 -6.9788 122.4086 280.0004
Fosfat -39.6051 -3.9137 -54.3013 -43.5188
IP1 4.0829 4.8692 4.6712 4.1212
Status Mutu Air1 Tercemar Ringan Tercemar Ringan Tercemar Ringan Tercemar Ringan
T4 T5
IP2 3.7863 3.5236
Status Mutu Air2 Tercemar Ringan Tercemar Ringan
Keterangan : 1) berdasarkan daya tampung; 2) berdasarkan alur aliran sungai

Daya Tampung Sungai Terhadap Beban Parameter yang tidak melebihi baku mutu,
Pencemaran baik berdasarkan dari hasil uji lab dan
Terdapat nilai daya tampung yang bernilai berdasarkan perhitungan dengan metode
minus (-) besaran, yang berarti kandungan neraca massa antara lain, suhu, pH, dan TSS
pencemar untuk parameter tersebut di lokasi (Total Suspended Solid). Parameter yang tidak
tersebut telah melebihi daya tampung atau melebihi baku mutu memiliki arti bahwa
dengan kata lain sungai sudah tidak mampu Sungai Lesti masih dapat menampung beban
untuk menampung beban pencemar pada pencemaran untuk parameter suhu, pH, DO,
Sungai Lesti untuk beberapa parameter dan TSS. Parameter DO bernilai negatif
kualitas air seperti DO, BOD, COD, Nitrat, dikarenakan kadar DO pada Sungai Lesti di
dan Fosfat. Terdapat perbandingan titik pertama dihasilkan nilai DO yang
perhitungan daya tampung sungai yaitu berada dibawah batas minimum.
berdasarkan hasil uji lab dan perhitungan
menggunakan metode neraca massa.
9
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Status Mutu air Sungai Lesti dinyatakan dengan dinyatakan dalam


Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu konstanta reaerasi yang tergantung pada
air yang menunjukkan kondisi cemar atau kedalaman aliran, kecepatan aliran,
kondisi baik pada suatu sumber air dalam kemiringan tepi sungai, dan kekasaran dasar
waktu tertentu dengan membandingkan sungai (KemMenLH 110/2003).
baku mutu air yang ditetapkan. Berdasarkan
Terdapat beberapa kesimpulan yang
Tabel 2, nilai antara T1 hingga T2 terjadi
diperoleh dari penelitian, bahwa kualitas air
peningkatan nilai indeks pencemaran, hal ini
Sungai Lesti dari T1 hingga T5 yang
dikarenakan pada titik kedua merupakan
memenuhi baku mutu air sungai kelas II
lokasi saluran drainase yang disekitarnya
yaitu parameter suhu, pH, dan TSS. Pada
merupakan lokasi penyumbang limbah
titik pertama parameter DO tidak mencapai
domestik yang cukup tinggi dengan kegiatan
baku mutu sebesar 4 mg.l-1. Parameter yang
masyarakat disekitarnya. Kegiatan tersebut
melebihi baku mutu yaitu BOD, COD, nitrat
berupa, adanya aktivitas usaha laundry,
dan fosfat.
rumah makan, dan kawasan padat
Kemampuan Sungai Lesti untuk
penduduk. Nilai indeks pencemaran T3
menampung beban pencemaran yaitu hanya
sedikit menurun dan tergolong tercemar
dapat menampung untuk parameter suhu,
ringan.
pH, DO, TSS saja, selebihnya untuk
Fluktasi nilai indeks pencemaran
parameter BOD, COD, nitrat dan fosfat
menunjukkan bahwa kondisi kualitas air menunjukkan bahwa Sungai Lesti sudah
Sungai Lesti berkaitan dengan penggunaan tidak mampu untuk menampung beban
lahan dan aktivitas masyarakat di sekitarnya. pencemar tersebut. Hal ini ditunjukkan
Berdasarkan keadaan eksisting pada Sungai dengan nilai daya tampung beban
Lesti yang mengalami banyak masukan pencemaran yang bernilai negatif. Parameter
limbah cair yang secara langsung yaitu pada DO bernilai negatif dikarenakan kadar DO
T1 dan T3. Debit pada titik tersebut tidak pada Sungai Lesti di titik pertama dihasilkan
cukup besar, sehingga menyebabkan kualitas nilai DO yang berada dibawah batas
air sungai menjadikan nilai indeks minimum. Hasil perhitungan indeks
pencemaran yang cukup besar apabila pencemaran bernilai di bawah 5 sehingga
menunjukkan bahwa status mutu air Sungai
dibandingkan dengan titik dengan debit
Lesti dalam kategori “Tercemar Ringan” di
sungai yang besar. Nilai indeks pencemaran
semua titik lokasi sampling.
pada T4 dan T5 lebih menurun dibandingkan
dengan T1, T3 dan T3*, hal ini dikarenakan DAFTAR PUSTAKA
pada titik T4 dan T5 memiliki jarak yang
lebih jauh dari titik awal. Agustiningsih D., Sasongko S.B., Sudarno.
Faktor lainnya berupa kedalaman 2012. Analisis kualitas air dan strategi
sungai yang juga dapat mempengaruhi pengendalian pencemaran Air Sungai
kualitas sungai. Menurut Agustiningsih Blukar Kabupaten Kendal Semarang.
(2012) menyatakan bahwa, sungai Jurnal Presipitasi, 9(2) September 2012.
mempunyai kemampuan memulihkan Baherem. 2014. Strategi Pengelolaan Sungai
Berdasarkan Daya Tampung Beban
dirinya sendiri (self purification) dari bahan
Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi –
pencemar, yang mana kandungan bahan
Studi Kasus: Sungai Cibanten Provinsi
organik mengalami penurunan nilai
Banten. Institut Pertanian Bogor.
parameter air. Kemampuan self purification Bogor.
sungai terjadi karena penambahan Boyd C.E. 1990. Water Quality In Ponds For
konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang Aquaculture. Birmingham Publishing
berasal dari udara. Kandungan oksigen di Co. Birmingham, Alabama.
dalam air akan menerima bahan tambahan Djoharam V., Etty R., Yani M. 2018. Analisis
akibat turbulensi, sehingga berlangsung kualitas air dan daya tampung beban
perpindahan (difusi) oksigen dari udara ke pencemaran Sungai Pesanggrahan di
air yang disebut reaerasi. Proses reaerasi wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jurnal
10
Rahadi, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Kristianto. 2002. Pencemaran Limbah Cair.


Lingkungan, 8(1) Yudhistira Jakarta.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Manampiring A. 2009. Studi Kandungan
Kanisius. Yogyakarta Nitrat Pada Sumber Air Minum
Finawan A., Mardiyanto A. 2011. Masyarakat Kelurahan Rurukan
Pengukuran debit air berbasis Kecamatan Tomohan Timur.
mikrokontroler AT89S51. Jurnal Litek Universitas Sam Ratulangi. Manado.
8(1) Pemerintah Republik Indonesia. 2001.
Gubernur Jawa Timur. 2010. Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Tahun 2010 tentang Penentuan Kelas Air Kualitas Air Dan Pengendalian
Pada Air Sungai. Sekretariat Daerah Pencemaran Air. Sekretariat Negara.
Provinsi Jawa Timur. Surabaya Jakarta
Gubernur Jawa Timur. 2013. Peraturan Riza F, Aziz N.B., Kismartini. 2015. Tingkat
Gubernur Jawa Timur Nomor 72 tahun pencemaran lingkungan perairan
2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah ditinjau dari aspek fisika, kimia dan
bagi Industri Dan / Atau kegiatan. logam di Pantai Kartini Jepara.
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Indonesian Journal of Conservation, 4(1),
Timur. Surabaya 52—60
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air
Indriani V.S. 2016. Identifikasi daya tampung
Limbah. UI-Press. Jakarta
beban pencemaran air Kali Surabaya
Trofisa D. 2011. Kajian Beban Pencemaran
segmen Jembatan Canggu-Tambangan
Dan Daya Tampung Pencemaran
Bambe dengan pemodelan Qual2kw.
Sungai Ciliwung Di Segmen Kota
Jurnal Teknik Its 5(2)
Bogor. IPB. Bogor
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003.
Wardhana W.A. 2014. Dampak Pencemaran
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun Yogafany E. 2015. Pengaruh aktifitas warga
2003 Tentang Pedoman Penentuan di sempadan sungai terhadap kualitas
Status Mutu Air. Kementerian air Sungai Winongo. Jurnal Sains Dan
Lingkungan Hidup. Jakarta Teknologi Lingkungan, 7(1), 41-50.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Yudo S. 2010. Kondisi kualitas air Sungai
110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Ciliwung di wilayah DKI Jakarta
Penetapan Daya Tampung Beban ditinjau dari parameter organik,
Pencemaran Air Pada Sumber Air. amoniak, fosfat, deterjen dan bakteri
Kementerian Lingkungan Hidup. coli. Jurnal Air Indonesia, 6(1), 2.
Jakarta
Khatun M. 2016. Kualitas air dari Mata Air
Dampit dan Petung Kecamatan
Windusari Kabupaten Magelang
Jawa Tengah. Jurnal Biologi, 5(4)

Anda mungkin juga menyukai