Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah,
terutama menjadi kebutuhan dasar sebagai air minum, mencuci, memasak, mandi dan
kebutuhan lainnya. Masalah yang masih dihadapi pada saat ini adalah sering dijumpai
bahwa kualitas air yang berasal dari tanah maupun air sungai yang digunakan kurang
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang layak untuk digunakan. Maka perlu adanya
mendapatkan perhatian serius karena sebagian besar air tercemar oleh limbah – limbah
dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga untuk memperoleh air yang baik sesuai
dengan standar tertentu diperlukan biaya yang cukup mahal. Secara kualitas, sumber daya
air telah mengalami penurunan. Begitu pula secara kuantitas yang sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat. Indonesia telah memiliki undang-
undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor
7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua
setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi
pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka
dibutuhkan air rata-rata sebesar 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan air
di suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperlukan sekitar 60 liter/hari.
Kelurahan Bansir Laut adalah salah satu dari 4 kelurahan di Kecamatan Pontianak
Tenggara yang terletak di Kota Pontianak. Memiliki luas wilayah 295,53Ha, dengan
jumlah penduduk sebanyak 12.447 jiwa. Jumlah penduduk ini tentu dapat terus
meningkat dipengaruhi oleh angka kelahiran dan urbanisasi. Sehingga angka kebutuhan
air semakin meningkat setiap tahunnya. Kelurahan Bansir Laut memiliki tingkat
pertumbuhan sosial ekonomi yang cukup tinggi, sehingga tingkat kebutuhan sarana
prasarana penyediaan air minum sangat besar.
Air bersih terutama air minum penting bagi kehidupan manusia. Krisis air bersih
yang terjadi akan semakin memburuk apabila tidak ditangani secara tepat dan serius. Oleh
Karena itu diperlukan perencanaan bangunan pengolahan air bersih untuk mengelola air
baku. Perencanaan bangunan pengolahan air bersih bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih bagi masyarakat secara memadai dan terus-menerus baik dalam hal kuantitas
dan kualitas. Adapun penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat serta berperan
dalam meningkatkan standar kualitas hidup masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka air perlu dikelola mulai dari awal pengambilan hingga proses pengolahan sehingga
dapat dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan oleh masyarakat kelurahan Bansir
Laut.

1.2 Gambaran Umum Lokasi


Kelurahan Bansir Laut merupakan salah satu dari 4 kelurahan di Kecamatan
Pontianak Tenggara yang terletak di Kota Pontianak. Memiliki luas wilayah 295,53Ha,
dengan jumlah penduduk sebanyak 12.447 jiwa. Jumlah penduduk ini tentu dapat terus
meningkat dipengaruhi oleh angka kelahiran dan urbanisasi. Sehingga angka kebutuhan
air semakin meningkat setiap tahunnya. Kelurahan Bansir Laut memiliki tingkat
pertumbuhan sosial ekonomi yang cukup tinggi, sehingga tingkat kebutuhan sarana
prasarana penyediaan air minum sangat besar.
Kelurahan Bansir Laut berbatasan dengan tiga kelurahan dan Sungai Kapuas, batas-
batas kelurahan Bansir Laut adalah sebagai berikut:
1. Utara : Sungai Kapuas.
2. Timur : Kelurahan Bangka Belitung Laut.
3. Selatan : Kelurahan Bansir Darat.
4. Barat : Kelurahan Parit Tokaya
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Pontianak Tenggara

Aspek fisik daerah perencanaan terdiri dari batas administrasi, topografi serta
penggunaan lahan wilayah perencanaan. Kelurahan Bansir Laut yang merupakan bagian
dari Kecamatan Pontianak Tenggara. Kelurahan Bansir Laut secara administrasi terdiri
dari 38 RT dan 9 RW. Kelurahan Bansir Laut mempunyai luas wilayah 295,53 Ha. Secara
geografis Kelurahan Bansir Laut terletak pada posisi 00º 53' 09" LU - 00º 56' 11" LU dan
108º 59' 10" BT - 109º 02' 18" BT. Berdasarkan topografi, wilayah Kelurahan Bansir Laut
sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah yang dipadati oleh rumah penduduk.
Secara umum, wilayah Kelurahan Bansir Laut beriklim tropis dengan suhu rata – rata
minimum 26,9oC yang terjadi pada bulan Januari dan suhu rata – rata maksimum yaitu
28,1oC yang terjadi pada bulan Mei. Curah hujan kelurahan ini cukup tinggi yaitu rata –
rata 3154 mm pertahun dengan rata – rata 134 hari hujan pertahun.

1.3 Cakupan Pekerjaan


Perencanaan pengolahan air minum pada wilayah Kelurahan Bansir Laut. Ruang
lingkup dari perencanaan bangunan pengelolaan air minum meliputi :
1. Menentukan lokasi penempatan bangunan pengelolaan air minum.
2. Menentukan dan mendesain suatu Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) di
Kelurahan Bansir Laut sesuai tahapan-tahapan pembuatan desain IPA.
3. Merancang dan merencanakan IPA yang sesuai kriteria daerah dan
perencanaan, menghitung unit proses dan unit operasi.
4. Menggambar denah dan potongan unit pengelolaan air minum.
BAB II
SUMBER AIR BAKU

2.1 Sumber Air Baku yang Digunakan dalam Perencanaan


Sumber air merupakan satu komponen yang mutlak harus ada, karena tanpa sumber
air sistem penyedian air tidak akan berfungsi. Dengan mengetahui karakteristik masing-
masing sumber air serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, diharapkan dapat
membantu di dalam pemilihan air baku untuk suatu sistem penyediaan air bersih, serta
mempermudah tahapan selanjutnya di dalam pemilihan tipe dari pengolahan untuk
menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas secara fisik, kimiawi dan bakteriologis.

Air baku menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005
Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, adalah “Air baku untuk air
minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal
dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku
mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum”. Menurut Chandra dalam Cut
Khairunnisa (2012), berdasarkan letaknya air baku dapat diperoleh dari beberapa sumber,
diantaranya adalah air angkasa (hujan), air permukaan, air laut, dan air tanah. Di
Indonesia sendiri, sumber air yang sering dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat
adalah air tanah, baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam.

Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang sangat besar sehingga
memiliki potensi untuk dipergunakan sebgai air baku bagi instalasi pengolahan air
minum. Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Air baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.
2. Air baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat digunakan sebagai air
minum.
3. Air baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan sebagai air minum.
4. Air baku yang tidak bisa digunakan sebgai air minum.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tanggal 14
Desember tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air, maka klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Golongan I (satu)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Golongan II (dua)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Golongan III (tiga)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Golongan IV (empat)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Berdasarkan peraturan dari pemerintah maka mutu air dengan klasifikasi golongan
satu yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum, dengan parameter yang
diperhatikan harus seperti parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pada parameter fisik
unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah kekeruhan, warna, zat padat terlarut dan
suhu. Pada parameter kimia unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman
(pH), senyawa organik, senyawa logam, sulfida, dan lain-lain. Sedangkan pada parameter
mikrobiologi unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah bakteri koliform.
Sungai Kapuas telah mengalami pencemaran oleh beberapa parameter, yaitu logam
berat, zat organik, dan warna. Logam berat berupa Hg, Cd, dan Pb tersebar di sepanjang
pesisir Kalimantan Barat yang disebabkan oleh kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin
(PETI) dan kegiatan rumah tangga berupa MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus) serta
keperluan lainnya. Air Sungai Kapuas memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
yaitu mencapai 194 mg/L. Tingginya kandungan bahan organik yang terlarut terutama
dalam bentuk asam humus dan turunannya menyebabkan air sungai tersebut berwarna
coklat kemerahan.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas, diperoleh bahwa air Sungai
Kapuas telah mengalami pencemaran ringan. Berikut hasil pemantauan air Sungai
Kapuas yang akan dibandingkan dengan baku mutu yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 :
Tabel 2.1 Kualitas Air Baku

Baku Mutu
Kualitas Air
No Paramater Satuan PP RI NO.82 TAHUN
Baku
2001
1 TDS mg/l 1000 1000
2 TSS mg/l 50 75*
3 pH mg/l 6 s/d 9 8
4 BOD mg/l 2 2
5 COD mg/l 10 10
6 DO mg/l 6 6
7 Kekeruhan mg/l 5 5
8 Besi mg/l 0,3 0,5*
9 Mangan mg/l 1 1
10 NH3 mg/l 0,5 0,5
11 NO3 mg/l 10 10
12 NO2 mg/l 0,06 0,06
13 SO4 mg/l 400 400
Sumber : Hasil Analisa,2017 dan PP RI No.82 Tahun 2001

Keterangan : * Melebihi/tidak sesuai dengan baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001

Sumber air baku yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air
bersih di Kelurahan Bansir Laut adalah air Sungai Kapuas. Sungai Kapuas mampu
mengaliri air bersih untuk kebutuhan masyarakat Kota Pontianak dengan kapasitas debit
sebesar 1020 liter/detik. Sungai Kapuas mempunyai lebar sekitar 250 m dengan
kedalaman antara 12-16 m. Sungai Kapuas memiliki elevasi muka air rata-rata ± 15 mdpl,
elevasi muka air minimum (LWL) ± 10 mdpl serta elevasi muka air maksimum (HWL)
± 25 mdpl.

2.2 Perencanaan Intake


Bangunan pengambilan air baku adalah proses paling awal dari rangkaian proses
pengolahan air baku menjadi air minum. Bangunan pengambilan air baku, bentuk desain
dan kekuatannya sangat tergantung terhadap sumber air baku yang dipilih. Untuk air
permukaan bangunan pengambilan air baku atau biasa disebut intake, umumnya akan
dilengkapi dengan pompa dan peralatannya, saringan untuk melindungi pompa, alat ukur
dan saluran pembawa (pipa transmisi).
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air (SNI 19-6774-2002). Umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih,
diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air.
Perencanaan lokasi intake ada beberapa persyaratan lokasi yang harus
dipertimbangkan agar intake berfungsi secara efektif. Adapun beberapa persyaratan
lokasi intake yang harus diperhatikan yaitu (Kawamura, 1991):
1. Kualitas air yang tersedia harus baik.
2. Berlokasi d tempat dimana tidak terdapat arus / aliran kuat yang dapat merusak intake.
3. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
4. Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
5. Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
6. Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari.
7. Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga meminimalkan
biaya perpipaan.
8. Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
9. Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa menstimulus
pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar.
10. Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
11. Bangunan intake harus kedap air
Jenis-jenis intake untuk air permukaan yaitu (Petunjuk Teknik Pengembangan
SPAM, 2007) :
1. Intake tower

Gambar 2.1 Intake Tower

Dibangun sedekat mungkin ke pinggiran sungai, tetapi dengan kedalaman minimum


3 meter. Puncak intake (ruangan pompa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi.
2. Shore tower

Gambar 2.2 Shore Tower


Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi lapangan, tetapi
yang pasti terletak di pinggiran sungai. Jenis-jenis shore intake yang umum digunakan
antara lain adalah:
a. Siphone well intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake
berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi pengaruh pada
interior intake.
b. Floating intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang terapung
dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.
c. Suspended intake
Memiliki karakteristik dimana pipa hisap dibenamkan ke dalam sumber air tanpa
menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercampur dengan aliran sumber
air.
3. Intake crib

Gambar 2.3 Intake Crib


Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar dari 3 m dari
permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap kemungkinan hanyut
oleh arus sungai.
4. Intake pipe/conduit
Pengambilan air dari mata air dilakukan dengan pipa/saluran, dengan kecepatan
maksimun 1,2-1,9 m/s untuk mencegah akumulasi sedimen pada saluran.

5. Infiltration gallery
Gambar 2.4 Infiltration Gallery
Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang
dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar sungai sejajar dengan
tepi sungai.
6. River intake

Gambar 2.6 River Intake


River Intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi 2 atau lebih
pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup
sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul
dalam sumur kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River
Intake terletak pada bagian hulu kota untuk menghidari pencemaran oleh air buangan.
7. Lake intake

Gambar 2.7 Lake Intake


Lake Intake terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di dasar
danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa
dibuat jembatan yang menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan
air.
8. Canal intake

Gambar 2.8 Canal Intake


Canal Intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthed yang
terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk
mencegah masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga
dilapisi dengan saringan dari kerikil.

Perencanaan unit pengambilan air baku menggunakan sistem river intake. River
intake digunakan karena memperkirakan beberapa hal seperti pada sumber air baku
perencanaan yaitu air permukaan (Sungai Kapuas) yang dapat terjadinya pasang-surut
dan menyebabkan ketinggian air berbeda – beda. Sehingga dengan menggunakan river
intake permasalahan pengambilan air baku dalam kondisi surut dapat teratasi karena
menggunakan tempat penampungan berupa sumur yang dapat menampung banyak air
meskipun berada dalam kondisi surut dengan ketentuan sumur harus lebih dalam dari
muka air terendah.
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1 Standar Kualitas Air


Kualitas air menunjukkan mutu atau kondisi yang dikaitkan dengan suatu kegiatan
dan keperluan tertentu. Air yang digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari harus
memenuhi suatu standar air bersih agar dapat aman digunakan. Jika tidak, maka hal
tersebut akan berdampak buruk bagi siapapun yang memanfaatkannya. Standar untuk air
bersih dan air minum ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Menurut peraturan ini, pengawasan kualitas air secara intensif diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menghindari gangguan kesehatan yang
ditimbulkan akibat rendahnya kualitas air baku. Kualifikasi mutu air digolongkan
menjadi empat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu sebagai berikut:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi kualitas air ini, air Sungai Kapuas digolongkan pada
Kelas dua yaitu air digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan
pengairan tanaman. Jadi, air Sungai Kapuas jika dimanfaatkan untuk air bersih dan air
minum dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Karena itulah unit
pengolahan air bersih dibutuhkan untuk mengolah sumber air baku Sungai Kapuas agar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Unit pengolahan ini dapat meningkatkan kualitas
air dengan melalui proses fisika, proses kimia, dan proses biologi.
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kelas dari air bersih. Parameter
– parameter yang digunakan sebagai standar kualitas air diantara lain (Joko,2010) :
 Parameter fisik, meliputi padatan terlarut, kekeruhan, warna, rasa, bau dan
suhu.
 Parameter kimia, meliputi Total Dissolved Solids, alkalinitas, flourida, logam,
kandungan organic dan nutrient.
 Parameter biologi, meliputi mikroorganisme yang dianggap pathogen yaitu
bakteri, virus, protozoa, dan cacing parasite (Helminthes).

3.2 Syarat Kualitas Air Minum


Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum mengenai
Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Parameter kualitas air minum yang ditetapkan dalam PERMENKES
492/2010 terdiri atas persyaratan fisik, persyaratan kimiawi, persyaratan mikrobiologis.
Tabel 3.1 Syarat Kualitas Air Minum Paramater Fisika

No Paramater Satuan Kadar Maksimum


yang diizinkan
1 Bau Tidak Berbau
2 Warna TCU 15
3 TDS mg/l 500
4 Kekeruhan NTU 5
5 Rasa Tidak Berasa
6 Suhu C Suhu udara ±3
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Tabel 3.2 Syarat Kualitas Air Minum Paramater Kimia

No Paramater Satuan Kadar Maksimum


yang diizinkan
1 Arsen mg/l 0,01
2 Fluorida mg/l 1,5
3 Total Kromium mg/l 0,05
4 Kadmium mg/l 0,003
Nitrit (Sebagai
5 NO2) mg/l 3
Nitrat (Sebagai
6 NO3) mg/l 50
7 Sianida mg/l 0,07
8 Selenium mg/l 0,01
9 Alumunium mg/l 0,2
10 Besi mg/l 0,3
11 Kesadahan mg/l 500
12 Khlorida mg/l 250
13 Mangan mg/l 0,4
14 pH 6,5 - 8,5
15 Seng mg/l 3
16 Sulfat mg/l 250
17 Tembaga mg/l 2
18 Amonia mg/l 1,5
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
Tabel 3.3 Syarat Kualitas Air Minum Paramater Biologi

Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan

Jumlah per
1 E.Coli 100 ml 0
sampel

Jumlah per
Total Bakteri
2 100 ml 0
Coliform
sampel
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

3.3 Jenis Sistem Pengolahan


Untuk menanggulangi pencemaran yang terjadi di Sungai Kapuas baik parameter
fisika maupun parameter kimia maka perlu dipertimbangkan alternatif pengolahan yang
paling efektif untuk menghasilkan air yang sesuai dengan standar kualitas air minum,
berdasarkan Kepmenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-Syarat dan
pengawasan Kualitas Air Minum.

Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu (Chandra, 2007):
a) Pengolahan lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap, yaitu
pengololahan fisk, kimiawi dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya dilakukan
pada air sungai yang keruh/kotor. Pada proses pengolahan lengkap terdapat 3
tingkat pengolahan, yaitu :
1. Pengolahan fisik
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurang/ menghilangkan kotoran
kotoran kasar, penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zar organik yang ada
pada air yang akan diolah. Proses pengolahan,fisik dilakukan tanpa
penambahan zat kimia
2. Pengolahan kimia
Pengolahan ini bertujuan untuk membantu proses pengolahan selanjutnya,
misalnya pembubuhan tawas supaya mengurangi kekeruhan yang ada.

3. Pengolahan biologi
Pengolahan ini bertujuan membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri
terutama bakteri penyebab penyakit yang terkandung di dalam air, misalnya
baketri E. coli. Salah satu proses pengolahan adalah dengan desinfektan seperti
kaporit.
b) Pengolahan sebagian, disini air baku hanya mengalami proses pengolahan kimia
dan/ atau pengolahan bakteriologis.
Strategi pengolahan yang dapat diterapkan pada masing-masing jenis air
adalah berbeda. Berdasarkan karakteristik air baku yang akan diolah maka
pengolahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Joko, 2010) :
a. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi. Air baku dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi dapat dilakukan pengolahan dengan pilihan sebagai berikut
:
- Alternatif 1
Tingkat kekeruhan yang tinggi menyebabkan tingginya sedimen dalam air
baku, maka akan lebih ekonomis jika sebelum koagulasi flokulasi dilakukan
prasedimentasi. Berikut alternatif pengolahannya : prasedimentasi, koagulasi-
flokulasi, filtrasi dan desinfeksi.
- Alternatif 2
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana
sebelumnya harus dilakukan pengendapan sampai kekeruhan mencapat 50 mg/L
SiO2.
b. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang. Air permukaan
dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang diasumsikan sekitar 10-50 NTU.
Pada jenis air ini dapat dilakukan pengolahan dengan alternatif sebagai
betikut :
- Alternatif 1
Berikut alternatif pengolahannya yaitu koagulasi-flokulasi, sedimentasi,
filtrasi dan desinfeksi.
- Alternatif 2

Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat,dimana


sebelumnya harus dilakukan pengendapan sampai kekeruhan mencapat 50 mg/L
SiO2.
c. Air permukaan dengan kekeruhan yang sifatnya temporer. Pada kasus pengolahan
air baku dengan kekeruhan temporer dapat dilakukan pilihan pengolahan sebagai
berikut :
- Alternatif 1
Berikut alternatif pengolahannya : prasedimentasi, koagulasi-flokulasi,
sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Pengoperasional untuk alternatif ini adalah
bila tidak hujan maka tidak dilakukan koagulasi. Tetapi pada saat kekeruhan
tinggi perlu dilakukan koagulasi.
- Alternatif 2
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana
sebelum dilakukan penyaringan harus terlebih dahulu dilakukan pengendapan.
- Alternatif 3
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir cepat, dimana saat
terjadi kekeruhan yang tinggi IPA tidak operasional. Pelayanan air bersih
memnafaatkan air reservoir yang memliki daya tampung di atas 6- 24 jam
tergantung lamanya kekeruhan yang terjadi.
d. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi.
Air baku dengan tingkat warna yang tinggi dapat diolah hanya dengan
pengolahan sebagai berikut : koagulasi-flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan
desinfeksi. Pada pengolahan ini memerlukan koagulan lebih banyak dan lebih
baik jika dibubuhkan bubuk koali, bentonite, atau lumpur setempat yang berguna
untuk memperberat flok. Waktu flokulasi dan sedimentasi labih lama
dibandingkan air yang tidak bewarna.
e. Air permukaan dengan tingkat kesadahan yang tinggi
Air dengan tingkat kesadahan yang tinggi dapat dilakukan dengan proses
kapur soda, yaitu dengan pemisahan Ca, Mg secara kimiawi kemudian
diendapkan di bak pengendap. Apabila kesadahan sementara lebih dominan dapat
dilakukan dengan saringan marmer. Alternatif lain dengan proses pelunakan
memnfaatkan ion exchange dengan ersi, karbon atau pasir aktif.
f. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah.
Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah dapat dilakukan
dengan pengolahan langsung dengan filtrasi dan desinfeksi. Filtrasi dilakukan
untuk menjaga partikulat yang masuk.
Berdasarkan kualitas air Sungai Semelagi, didapatkan parameter BOD, posfat,
besi, minyak dan lemak yang melebihi baku mutu kualitas air kelas I. Sehingga
alternative yang dapat digunakan adalah meningkatkan sistem atau unit
pengolahan :
a. Aerasi
Transfer gas dari atmosfer ke dalam air juga berpengaruh pada kualitas air.
Penambahan oksigen terlarut (dissolved oxygen) akan mempertinggi tingkat
oksidasi besi, mangan, dan logam lain sehingga logam-logam tersebut ada
dalam bentuk yang tidak terlarut serta dapat menurunkan BOD, besi, serta
minyak dan lemak.
b. Koagulasi
Koagulasi dilakukan dengan penambahan koagulan yang dapat mengikat
logam – logam atau unsur yang terkandung di dalam air sehingga dapat
menurunkan konsentrasi besi, seng dan fosfat di air bersih.
c. Sedimentasi dan Filtrasi
Presipitat hasil dari aerasi akan disisihkan dari air pada kolam sedimentasi dan
unit filtrasi.

Pemilihan masing-masing unit operasi yang digunakan dipengaruhi oleh berbagai


faktor seperti jenis dan karakteristik air, variasi debit, kualitas hasil olahan yang
diinginkan, pertimbangan kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan yang
berkaitan dengan ketersediaan teknologi dan tenaga terampil serta aspek ekonomis
menyangkut biaya yang harus disediakan untuk pembangunan instalasi serta baiya
operasionalnya. Sedangkan pengolahan air secara khusus yang disesuaikan dengan
kondisi sumber air baku dan atau keperluan/peruntukan penggunaannya dapat
dilakukan di antaranya dengan reserve osmosis, ion exchange, adsorbs, dan pelunakan
air. ( Joko, 2010 )
Unit proses dan unit operasi diklasifikasikan sebagai pengolahan secara fisik,
kimia atau biologi sesuai dengan prinsip dasarnya. Unit operasi adalah unit
pengolahan secara fisik sedangkan unit proses adalah unit pengolahan secara kimia
dan biologis. Rancangan proses pengolahan air permukaan menjadi air minum
disesuaikan dengan karakteristik umum air permukaan. Parameter yang perlu
diperhatikan adalah parameter yang kadarnya signifikan besar atau melebihi nilai
baku mutu air minum. Berikut proses pengolahan berdasarkan sumber air baku (
Robert J. Kodoatie, 2008 )
a. Air Sungai
Karakteristik umum air sungai adalah terdapat kandungan partikel
tersuspensi atau koloid. Oleh karena itu, unit pengolahan air paling tidak terdiri
atas:
- Koagulasi-flokulasi
- Sedimentasi
- Filtrasi
- Disinfeksi
Bila air sungai mempunyai kekeruhan atau kadar lumpur yang tinggi,
maka diperlukan tambahan unit pretreatment meliputi screen dan prasedimentasi.
Bila kadar oksigen sangat rendah, maka diperlukan tambahan unit aerasi. Bila
terdapat kandungan kesadahan yang tinggi, maka diperlukan tambahan unit
penurunan kesadahan (presipitasi dengan kapur/soda-sedimentasi rekarbonasi).
b. Air Danau
Karakteristik air danau umumnya menyerupai air sungai, yaitu terdapat
kandungan koloid. Karakteristik yang spesifik adalah kandungan oksigen rendah
karena umumnya air danau relatif tidak bergerak, sehingga kurang teraerasi.
Dengan karakteristik umum demikian, maka diperlukan unit pengolahan sebagai
berikut:
- Aerasi
- Koagulasi-flokulasi
- Sedimentasi
- Filtrasi
- Disinfeksi
c. Air Gambut
Air gambut adalah air yang kandungan bahan organik alamiahnya tinggi,
terutama asam humat dan asam fulvat. Oleh karena itu diperlukan unit pengolahan
untuk menghilangkan bahan-bahan ini, misal slow sand filter (bila kandungan
koloid rendah) atau adsorpsi karbon aktif atau reverse osmosis. Jika air gambut
tersebut mengandung koloid tinggi, maka diperlukan unit pengolahan berupa
koagulasi-flokulasi – sedimentasi – filtrasi.
d. Air Tanah
Rancangan proses pengolahan air tanah menjadi air minum disesuaikan
dengan karakteristik umum air tanah. Karakteristik umum air tanah adalah
kekeruhan atau padatan tersuspensi rendah, sehingga tidak diperlukan unit
koagulasi flokulasi – sedimentasi – filtrasi. Pengolahan hanya ditujukan pada
parameter yang kadarnya signifikan besar atau melebihi nilai baku mutu air
minum.
- Air Tanah dengan Kadar Besi dan Mangan Tinggi
Air tanah biasanya diambil dengan cara pemompaan. Kadar besi dan mangan
yang tinggi dalam air tanah dapat dikurangi dengan cara oksidasi dengan
oksigen klor, klor dioksida, kalium permanganat, atau ozone. Presipitat yang
terbentuk akibat oksidasi ini diendapkan di bak pengendap atau langsung
difilter.
- Air Tanah dengan Kalsium dan Magnesium Tinggi
Kadar kalsium dan magnesium yang tinggi dalam air tanah menyebabkan
kesadahan yang tinggi. Kesadahan dapat dikurangi dengan presipitasi
menggunakan kapur dan/atau soda. Presipitat yang terbentuk akibat
penambahan kapur/soda ini diendapkan di bak pengendap. Setelah itu perlu
ditambah CO2 untuk mengurangi kadar kapur berlebih.

e. Air dari Mata Air


Air dari mata air atau air tanah yang telah memenuhi semua persyaratan kualitas
air minum tidak memerlukan proses pengolahan. Namun demikian tetap harus
didisinfeksi untuk menjamin keamanan konsumen dari segi mikrobiologis.
3.4 Sistem Pengolahan
Berdasarkan dari kondisi mutu air baku Sungai Kapuas, direncanakan pembuatan
sistem pengolahan lengkap. Pengolahan air bersih secara lengkap mampu menurunkan
parameter-parameter yang berlebihan tersebut sehingga air yang dihasilkan sesuai dengan
baku air minum menurut Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Direncanakan
sistem pengolahan air bersih secara lengkap dengan skema sebagai berikut:

Air Baku Intake Bak Pengumpul Koagulasi

Filtrasi Sedimentasi Flokulasi

Desinfeksi Air Bersih

Gambar 3.10 Denah Proses Pengolahan Air


a. Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan ‘Bar screen’ / penyaring
yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak sampai
masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa. Bangunan intake juga
berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang berasal dari sumbernya
atau badan air seperti sungai, danau dan kolam sesuai dengan debit yang di
perlukan untuk pengolahan. Konstruksi intake disesuaikan menurut konstruksi
bangunan air, dan umumnya secara kualitas airnya kurang baik namun secara
kuantitas airnya cukup banyak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembangunan intake, yaitu lokasi harus aman dari arus deras, terletak di hulu
sungai sehingga aman dari pencemaran, posisi intake yang benar agar air baku
dapat disadap secara konstan sesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau
maupun pada musim hujan (Purnama, 2010).
b. Bak Pengumpul
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku sebelum disalurkan ke
unit pengolahan melalui pipa transmisi.
c. Koagulasi
Proses Koagulasi adalah penambahan koagulan ke dalam air baku untuk
mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid. Koagulasi berfungsi untuk
menghilangkan zat-zat yang berbahaya dalam air guna menghasilkan air bersih
yang dapat digunakan.
d. Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan
flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga
menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami
pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin besar
dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk. Namun jika nilai
gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan
flok, sedangkan jika nilai gradien terlalu rendah atau tidak memadai maka proses
penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah
mengendap akan sulit dihasilkan.
e. Sedimentasi
Proses sedimentasi partikel-partikel atau flok- flok yang terbentuk dari
flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi
‘tube settler’ yang bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan. Fungsi unit
sedimentasi dalam instalasi pengolahan yaitu dapat mengurangi beban kerja unit
filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring serta mengurangi biaya
operasi instalasi pengolahan.

f. Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang
belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi sehingga dihasilkan air minum
dengan kualitas tinggi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan air melalui
media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
g. Desinfeksi
Proses pembubuhan zat desinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di
reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

4.1 Perhitungan Dimensi Intake


Diameter pipa dapat ditentukan berdasarkan debit pemakaian jam puncak, dalam
menentukan diameter pipa dapat ditentukan dengan persamaan Hazen William sebagai
berikut :
𝑄 = 0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷2,63 𝑥 𝑆 0,54
Di mana :
Q = Debit Harian Puncak Maksimum (m³/ detik)
C = Koefisien Kekasaran Pipa
D = Diameter Pipa (m)
S = Kemiringan
Berdasarkan perhitungan dimensi intake, adapun beberapa ketentuan yang
direncanakan pada bangunan intake yang dibuat yaitu :
 Kapasitas pengolahan : 1020 L/detik = 1,02 m³/detik
 Kecepatan aliran pada pipa (vpipa) : 1 m/detik
Maka, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan kontiunitas sebagai berikut :
𝑄 =𝐴𝑥𝑣
Jadi, luas penampang pipa dan diameternya yaitu :
 Luas penampang pipa
𝑄
𝐴= 𝑣
1,02
= 1

= 1,02 𝑚²
 Diameter pipa
𝐴𝑥4
𝑑2 = 𝜋
1,02 𝑥 4
= 3,14
= 1,3 𝑚²
𝑑 = 1,14 𝑚 ≈ 1 𝑚 = 1000 𝑚𝑚 = 40 𝑖𝑛𝑐ℎ
Diketahui luas penampang pipa dan diameter pipa, maka kecepatan aliran air dapat
dihitung dengan :
 Luas permukaan pipa
1
𝐴= 𝜋𝐷2
4
1
= (3,14)(1,14)²
4

= 1,020 𝑚²
 Kecepatan aliran air dalam pipa
𝑄
𝑣= 𝐴
1,02
= 1,020

= 1 𝑚/𝑠
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui diameter pipa yang
digunakan intake yaitu sebesar 40 inch. Kecepatan aliran dalam pipa adalah 1 m/detik,
pipa yang digunakan pada perencanaan ini yaitu pipa jenis PVC (Polyvinyl Chloride).
PVC mempunyai sifat keras dan kaku. Kekuatan benturannya baik, mudah terdegradasi
akibat panas dan cahaya, mudah disintesis, bentuknya serbuk putih sehingga mudah
diolah, mudah larut dalam suhu kamar serta tidak mudah terbakar (Billmeyer, 1984).

4.1.1 Perhitungan Bar Screen


Intake ini dipasang kisi-kisi atau saringan (screen) untuk mencegah masuknya daun
dan reruntuhan, melindungi pompa dari sampah dan benda penyumbat lainnya serta untuk
menghilangkan padatan-padatan kasar yang mengapung dengan kriteria desain sebagai
berikut :
Asumsi-asumsi yang digunakan :
1. Ketinggian muka air bangunan sadap pada saluran pembawa sama dengan muka air
sungai
2. Elevasi muka air maksimum (HWL) = + 25 m (dpl)
3. Elevasi muka air minimum (LWL) = + 10 m (dpl)
4. Elevasi muka air rata-rata (AWL) = + 15 m (dpl)
5. Elevasi dasar sungai = + 0 m (dpl)
 Kriteria Desain :
Jarak kisi = 2,5 cm – 5 cm (Metcalf & Eddy,1981)
Kemiringan kisi = 30º - 80º (Kawamura, 1991)
Kecepatan = < 0,6 m/s (Kawamura, 1991)
Tebal Bar Screen = 1,25 – 2 (Kawamura, 1991)
 Perencanaan Desain :
Debit air baku = 1020 L/detik = 1,02 m³/detik
Tinggi muka air di screen = 25 m
Lebar kisi (w) = 10 mm = 0,01 m
Jarak kisi (b) = 50 mm = 0,05 m
Kemiringan kisi (𝜃) = 70º
Kecepatan = < 0,6 m/s
Tebal Bar Screen = 1,5
Koefisien batang screen (β) = 1,79 (Bentuk lingkaran)
Perhitungan :
a. Jumlah Kisi
Jika jarak antar kisi 5 cm maka kisi yang diperlukan adalah :
𝑙 5
𝑛= −1= − 1 = 99 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑏 0,05
b. Lebar Saluran
𝐿 = (𝑛 + 1)𝑏 + (𝑛 𝑥 𝑤 )
= (99 + 1)0,05 + (99 𝑥 0,01)
= 5 + 0,99 = 5,99 𝑚
c. Lebar Efektif Lubang
𝐿𝑒𝑓 = (𝑛 + 1)𝑏
= (99 + 1)0,05 = 5 𝑚
d. Tinggi Efektif Lubang
Tinggi efektif lubang jika kemiringan :
𝐻
𝐻𝑒𝑓 =
sin 700
25 𝑚
=
sin 70⁰
= 26,60 𝑚
e. Luas Efektif
𝐴𝑒𝑓 = 𝐿𝑒𝑓 𝑥 𝐻𝑒𝑓
= 5 𝑥 26,60 = 133 𝑚²
f. Kecepatan Aliran Saat Melewati Kisi
𝑄 1 ,02
𝑉= = = 0,0076 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (memenuhi kriteria desain ˂0,6 m/detik)
𝐴𝑒𝑓 133

g. Head Velocity Pada Kisi


𝑣² 0,0076²
𝐻𝑣 = = = 2,943. 10−6
2𝑔 2 𝑥 9,81
h. Headloss (Kehilangan Tinggi) saat melewati batang screen
4
𝑤 30
𝐻𝐿 = 𝛽 sin 70 ( ) 𝐻𝑣
𝑏
4
0,01 3
= 1,79 𝑥 0,939 ( ) 𝑥 2,943. 10−6
0,05
= 5,78 𝑥 10−7
Tinggi muka air setelah melewati kisi = H – HL
= 25 – 5,78.10-7 = 24,99 m
4.2 Perhitungan Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan ke dalam air baku diikuti dengan
pengadukan cepat yang bertujuan untuk mencampur antara koagulan dengan koloid. Unit
koagulasi dapat menurunkan parameter total padatan terlarut (TDS) sebanyak 80-90%,
BOD5 sebanyak 40-70%, COD sebanyak 30-60%, bakteri 80-90%. Proses koagulasi ini
dapat menurunkan derajat warna, bau dan rasa. Partikel suspense maupun koloid yang
telah terbentuk flok hasil koagulan dapat dipisahkan dari air melalui proses sedimentasi.
Perencanaan instalasi pengolahan air di kelurahan Parit Tokaya akan dibangun unit bak
koagulasi. Pengadukan bak koagulasi direncanakan menggunakan pengadukan secara
mekanis.

a. Kriteria Desain
 Pengadukan dengan paddle impeller
 Kecepatan pengadukan = 20 – 150 rpm (Reynold dan Richards, 1996)
 Diameter bak = 50-80% dari lebar bak (Reynold dan Richards,1996)
 Kedalaman bak = 1,5 x diameter bak
 Priode pengadukan (td) = 10 – 60 detik (Joko, 2010)
 Gradien kecepatan (G) = 700 – 1000/detik (Joko, 2010)
b. Perencanaan
 Debit rencana = 1,02 m3/detik
 Priode pengadukan (td) = 60 detik
 Gradien kecepatan (G) = 850 detik-1
 Viskositas air = 0,89 x 10-3 kg/m.detik
 Efisiensi motor = 70%
 Lebar blade (b) = 0,5 m
 CD = 1,8
K = 0,25
c. Perhitungan
1). Dimensi Bak
 Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/s x 60 detik
= 61,2 m3
 Volume bak =AxH
61,2 m3 = (1/4 x 3,14 x D2) x (1,5 x D)
61,2 m3 = 1,1775 D3
D3 = 51,974 m3
D = 3,73 m
 Kedalaman bak = 1,5 x diameter
= 1,5 x 3,73 m3
= 5,59 m3
2). Daya pengadukan
P = µ x V x G2
= (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (60 m3) x (850/det)2
= 38581,5 watt
3). Dimensi blade
 lebar (b) = 0,5 m
 panjang (l) = 60% x diameter bak
= 60% x 3,7 m
= 2,22 m
 jari-jari paddle = 2,22/2 = 1,11 m
4). Putaran motor untuk multiple blade

𝑝 1/3
N = (𝐶𝐷 𝑥 𝑙𝑤 𝑥 (1.44𝑥10−4 )𝑥 (𝐼−𝑘)3 𝑥 𝑏 𝑥 (𝑟)4 )
38581,5 1/3
= (1,8 𝑥 997 𝑥 (1.44𝑥10−4 )𝑥 (1−0.25)3 𝑥 0,5𝑥 (1,11)4 )
38581,5 1/3
= (0.08275) = (466241,692)1/3 = 77,54 RPM

5). Zona Inlet dan Outlet


Zona inlet dan outlet dalam unit koagulasi ini menggunakan ukuran pipa
yang sama dengan perhitungan sebagai berikut :
- Luas penampang
A = Q/V
= 1,02 m/s / 0,6 m/s = 1,7 m2
- Diameter:
A = 1/4 x 3,14 x D2
1,7 m2 = 0,785 D2
D2 = 2,16 m2
D = 1,469 m = 1469 mm
4.2.1 Perhitungan Dimensi Bak
a. Perencanaan
Jenis Koagulan : Alumunium Sulfat (Al2SO4)3 .18H20
Dosis pembubuh alum, Cal : 50 mg/l
Kadar Alum Aktif : 17% (Rifa’I ,2007)
Kadar alum dalam tawas : 60%
Masa Jenis (ρ) : 1,34 kg/l
Konsentrasi Larutan Alum : 10%
Jumlah Unit Koagulan : 1 unit
Waktu Pencampuran : 8 jam/hari
Debit (Q) : 1000 l/detik
Tinggi Bak Pembubuh :1m
Efisiensi Pompa Pembubuh : 85%
b. Perhitungan
1) Kebutuhan Koagulan Alum dalam Tawas
m = (Q x Cal) / 17%
m = ((1020 L/det) (50 mg/L)) / 0,17
m = 300000 mg/det
m = 25920 kg/hari
Total koagulan yang dibutuhkan perhari adalah 25920 kg/hari
2) Debit Koagulan (Q)
Q = m/ρ
= (25920 kg/ hari) / (1,34 kg/L)
= 19343 L/hari
= 805,958 L/Jam
3) Volume Alum
Vol = Q x tc
= (805,958 L/Jam) x (8 jam)
= 6447,66 L
4) Volume Larutan
Val = Vol / 10%
= (6447,66 L) / (10%)
= 64476,6 L
5) Q lar = Val/det
= 64476,6 L / (8 jam)
= 8059,575 L/jam
= 2.2388 L/det
6) Volume Bak Pembubuh
Vbak = Qlar x td x 3600
= (2.2388 L/det) (8jam) (3600)
= 64477,4 L
= 64,4774 m3
7) Dimensi bak pembubuh
V = π.R2. H
64,4774 m3 = (3,14) (R2) (1 m)
64,4744 m3 = 3,14 R2
R = 4,531 m
8) Daya pompa pembubuh
P = (ɣ x Q x H ) / ŋ
= ((9,77 x 10-3 N/m3) x (64,4774 m3/det) x (1m)) / (0,85)
= 741,110 x 10-3 Watt

4.3 Perhitungan Flokulasi


Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan lambat. Flokukasi ini berlangsung
proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang lebih besar dan akibat adanya
perbedaan berat jenis terhadap air, maka flok-flok tersebut dapat dengan mudah
mengendap. Flokuasi dilakukan setelah proses koagulasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam mendesain proses flokuasi adalah kualitas air baku, proses
pengolahan dan hasil yang akan dicapai, kehilangan tekan, kondisi tempat, biaya, fasilitas
pengolahan lainnya dan asesoris lainnya (Joko, 2010).
a. Kriteria Desain (Joko, 2010) :
 Kondisi aliran, Nre = >10.000
 Periode pengadukan, td = 10-20 menit
 Gradien kecepatan, G = 20-70/detik
 G x td = 10.000-100.000

b. Perencanaan
 Flokulasi menggunakan paddle impeller dan masing-masing mempunyai 2 blade.
 Bentuk dua persegi panjang dengan 3 kompartemen berbentuk silinder.
 Debit = 1,02 m3/det
 Tahap 1, G = 70 l/det td = 4 menit
 Tahap 2, G = 50 l/det td = 4 menit
 Tahap 3, G = 30 l/det td = 4 menit
 Td total = 12 menit = 240 detik
 Kedalaman bak (h) =3m
 Lebar blade (b) = 0,5 m
 𝜌w = 997 kg/m3 (25oC)
 𝛾w = 9,77 Kn/m3
 𝜌s = 2600 kg/m3
 µ = 0,89 x 10-3 kg/m.detik
 υ = 0,8934 x 10-6 m2/detik
 CD = 1,8
 K = 0,25
 ղ motor = 80%
c. Perhitungan
• Dimensi tiap kompartemen
V = Q x td = 1,02 x 240 = 244,8 m3
V =AxH
𝑉 244,8
A =𝐻= = 81,6 m2
3
1
A = 4 𝜋D2
1
81,6 = 4 x π x D2

D2 = 103,949 m
D = 10,2 m
• Daya pengadukan tiap kompartemen
P1 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 702
= 1067,57 watt
P2 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 502
= 544,68 watt
P3 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 302
= 196,08 watt
• Daya motor tiap kompartemen
𝑃 1067,57
Pmotor1 = = = 1334,5 watt
ղ 80 %
𝑃 544,68
Pmotor2 = = = 680,8 watt
ղ 80 %
𝑃 196,08
Pmotor3 = = = 245,1 watt
ղ 80 %

• Dimensi Blade
Lebar, b = 0,5 m
Panjang, p = 60% D = 0,6 x 10 = 6 m
6
r paddle =2=3m

• Putaran Motor untuk Multiple Blade


P = CD x 𝜌 x 1,44 . 10-4 x (1-K)3 x n3 x r4
• Kompartemen 1
1
𝑃 3
n = (𝐶 −4 )
𝐷 x 𝜌 x 1,44 .10 x (1−K)3 𝑥 𝑟 4
1
1334,5 3
n = (1,8𝑥997𝑥1,44.10−4 𝑥(1−0,25)3 𝑥 34 )
1
1334,5 3
n =( 8,83 )

n1 = 5,33 RPM
• Kompartemen 2
1
𝑃 3
n = (𝐶 −4
)
𝐷 x 𝜌 x 1,44 .10 x (1−K)3 𝑥 𝑟 4
1
680,8 3
n = (1,8𝑥997𝑥1,44.10−4 𝑥(1−0,25)3 𝑥 34 )
1
680,8 3
n =( 8,83 )

n2 = 4,26 RPM
• Kompartemen 3
1
𝑃 3
n = (𝐶 −4
)
𝐷 x 𝜌 x 1,44 .10 x (1−K)3 𝑥 𝑟 4
1
245,1 3
n = (1,8𝑥997𝑥1,44.10−4 𝑥(1−0,25)3 𝑥 34 )
1
245,1 3
n= ( 8,83 )

n3 = 3,02 RPM

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Tahap – Tahap Flokuasi


Uraian Satuan Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
G 1/detik 70 50 30
Td menit 4 4 4
detik 240 240 240
V m3 244,8 244,8 244,8
H M 3 3 3
A m2 80 80 80
D M 10 10 10
B M 0,5 0,5 0,5
P watt 1067,57 544,68 196,08
Pmotor watt 1334,5 680,8 245,1
N RPM 5,33 4,26 3,02
(Sumber: Analisis, 2018)
• Zona Inlet dan Outlet
- Ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi (Joko,2010)
- Diameter pipa
𝑄 1,02
A =𝑣= = 1,7 m2
0,6
1
A = 4 𝜋D2
1
1,7 m2 = 4 x 3,14 x D2

D = 1,471 m = 1471 mm

4.4 Perhitungan Sedimentasi


Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai proses pengendapan. Partikel yang
mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang
lebih kecil berat jenisnya akan mengapung akibat gaya gravitasi. Kecepatan pengendapan
partikel akan bertambah sesuai dengan penambahan ukuran partikel dan berat jenisnya.
Prinsp yang digunakan adalah menyaring flok-flok yang telah mengendap (Joko, 2010).
 Kriteria
Kriteria desain menurut Kawamura (1991) :
- Kebutuhan air = 12-15 ft (3,6 – 4,5 m)
- Kecepatan aliran rata-rata = maks.0,5 fpm = 0,51 m/menit
= 2,5 x 10 -3 m/s
- Waktu detensi pada settler = min. 4 menit
- Waktu detensi = 1 – 4 jam
- Surface loading = 1,5 – 3 gpm/ft2 (3,8 -7,5 m/jam)
- Panjang : Lebar = minimal 1 : 4
- Diameter orifice = ≥ 3 cm
- Vo = 60 – 120 m3/m2.hari
- Kemiringan plate (∝) = 45º – 60º
- Jarak antar plate (wp) = 25 – 100 mm = 2,5-10 cm
- Tebal plate (tp) = 2,5 - 5 mm = 0,25 – 0,5 m
- Panjang plate (pp) = 1000 - 2500 mm
- Lebar plate (lp) = 1000 - 1200 mm
- Nfr = ≥ 10 -5
- NRe = ≤ 2000
- Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 – 0,3 m
- Jarak plate ke pipa inlet = 1-1,4 m
- Jarak gutter ke plate = 0,3 – 0,4 m
- Tinggi plate = 1 - 1,2 m
- Kadar lumpur = 4-6 %
- Faktor keamanan (n) = 1/3 (sangat baik)
- v = 0,893.10-6 m/det (25˚)
 Perencanaan
- Bentuk bangunan 6 persegi panjang dengan p:l = 1:4
- νo = Q/A = 5,5 m/jam = 1,53 x 10-3 m/det
- td = 1,5 jam = 5400 detik
- H =3m
- Jarak antar plate, w = 5,5 cm = 0,055 m
- Tinggi plate, h = 1,1 m
- Sudut kemiringan plate , ∝ = 55º
- Td lumpur = 3 hari
- ho = 0,03 m
- Freeboard, Fb = 0,3 m
 Perhitungan
- Zona Sedimentasi
Debit masing-masing bak sedimentasi = Q/6 = 1,02/6 = 0,17 m3/det
Dimensi bak
νo = Q/A = 1,53 x 10-3 m/det
A = Q/ νo
= 0,17 m3/det / 1,53 x 10-3 m/det
= 111,11 m2 = 111 m2
P = 4 L, P : L = 1 : 4
A = 4 L2
111 m2 = 4 L2
L2 = 111/4 = 27,75 m2
L = 5,27 m
P = 4 x 5,27 m = 21,08 m
- Kecepatan horizontal partikel
VH = Q / (LxH) = 0,17 m3/det / (5,27 m x 3 m) = 1,08 x 10-2 m/det
- Jari – jari Hidrolis
5,27 𝑚 𝑥 3 𝑚
R = (L x H) / (L + 2H) = 5,27+(2 𝑥 3 𝑚) = 1,40 m

- Cek bilangan Reynold


NRe = (VH x R) / ν
1,08 x 10−2 m/det x 1,40 m
= 0,893 x 10−6 (28º C )

= 16931,6 ˃ 2000, tidak memenuhi syarat


- Cek bilangan Froude
NFr = VH2 / gR = (1,08 x 10-2 m/det)2 / (9,81 m/det2 x 1,40 m)
= 8,49 x 10 -6 ˂ 10-5 , tidak memenuhi syarat
Untuk mengetahui perbandingan Vs > VH dilakukan pengecekan terhadap Vs
PxLxH 21,08 m x 5,27 m x 3 m
- Cek td = =
𝑄 0,17 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡

= 1960 detik (memenuhi td = 0,5 – 2 jam)


H 3m
Vs = = = 1,53 x 10−3 m/det
𝑡𝑑 1960
g
µ= x Vs x (Ss – 1) x D2
18
9,81
0,8934 x 10-6 m2/det = x 1,53 x 10−3 m/det x (5 – 1) x D2
18
D2 = 2,67 x 10-3 m2
D = 0,052 m
Vs x Dpartikel 1,53 x 10−3 m/ det 𝑥 0,052 𝑚
NRe = = = 89,05
µ 0,8934 𝑥 10−6 𝑚2 /𝑑𝑒𝑡

Dikarenakan nilai NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, maka diperlukan
penambahan plate settler pada bak sedimentasi.
- Kecepatan aliran masuk plate
Q/A = νo sin ∝
νo = 1,53 x 10-3 m/det / sin 55º = 1,87 x10-3 m/det
- Dimensi plate
L = h / sin ∝ = 1,1 m / sin 55º = 1,34
- Jumlah plate
Jarak horizontal antar plate
x = w / sin ∝ = 0,055 m / sin 55º = 0,067 m
Jumlah plate
n = P / x = 21,08 m / 0,067 m = 315 buah
Jari – jari hidrolis
R = w / 2 = 0,055 / 2 = 0,0275 m
- Cek bilangan Reynold
NRe = νo x R / ν

= (1,87 x10-3 m/det x 0,0275 m) / 0,893 x 10-6 (28º C)


= 57,58 ˂ 2000 (OK)
- Cek bilangan Froude
NFr = νo2 / gR = (1,87 x10-3 m/det)2 / (9,81 m/det2 x 0,0275 m)
= 1,29 x 10-5 ˃ 10-5 (OK)
- Zona Inlet
Dimensi pipa inlet
A = Q / ν = 0,17 m3/det / 0,6 = 0,283 m2
1,02
A = π D²
4

0,283 m2 = 0,800 D²
D = 0,594 m
P pipa dan P bak = 21,08 m
wor = 1,5 m
hor = 21,08 m / 1,5 m = 14,05 = 14
Qor = A / hor = 0,283 m2 / 14 = 0,0202 m3/det
Aor = 0,0202 m3/det / 0,6 m/det = 0,034 m2
1,02
A = π D²
4

0,034 m2 = 0,800 D2
D = 0,205 m
- Zona lumpur
Konsentrasi effluent dan lumpur (80% x TSS)
Cef = (100 % - 80 %) x turbidity
= 20 % x 75 mg/l
= 15 mg/l

Cs = 80 % x turbidity
= 0,8 x 15 mg/l
= 12 mg/l
Berat lumpur tiap hari
Ws = Q x Cs x 86400
= 1020 L/det x 12.10-6 kg/L x 86400
= 1057,5 kg/hari
- Debit lumpur
Qds = Ws / ρs
= (1057,5 kg/hari) / (2600 kg/m3)
= 0,406 m3/ hari
- Debit lumpur kering secara keseluruhan
Qs = Qds / % lumpur
= (0,406 m3/ hari) / (0,04)
= 10,15 m3/ hari
- Volume bak lumpur
V = Qs x td
= 10,15 m3/ hari x 3 hari
= 30,45 m3
- Dimensi ruang lumpur
21,08
P=P/5 = = 4,2 m
5
5,27
Ls = L / 3 = = 1,76 m
3

V kerucut = 1/3 x A x Hs
3 𝑥 30,45 𝑚3
Hs =4,2 𝑚 𝑥 1,76 𝑚 = 12,36 m

D pembuang = 0,205 m
- Zona outlet
Lebar gutter = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)
Q/A = Vo = 1,53 x 10-3 m/det

Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman, 1978:


Q / n.L ˂ 5 x H x Vo
(0,17 m3.det-1 / n.5,27 m) ˂ (5 x 3 x 1,53.10-3)
0,0322 ˂ 0,02295 n
n ˃ 1,40
Rencana jumlah gutter 2 dengan 45º V-notch
- Debit tiap gutter
Qg = Q / n = 0,17 m3/det / 2 = 0,085 m3/det = 3,00 cfs
- Dimensi gutter
Qg = 2,49 x Lg x 𝐻𝑜3/2
3,00 cfs = 2,49 x (1,5 x Ho) x 𝐻𝑜3/2
3,00 cfs = 3,735 x 𝐻𝑜5/2
𝐻𝑜5/2 = 0,8032
Ho = 0,916 ft = 0,28 m
Lg = 1,5 x Ho = 1,5 x 0,28 m = 0,42 m
Hg = Ho + (20 % x Ho) + ho + Freeboard
= 0,28 m + (20% x 0,28 m) + 0,03 m + 0,3 m
= 0,666 m
Pg = P = 21,08 m
- Debit tiap v notch
Qw = 1,36 x ℎ𝑜3/2
= 1,36 x (0,03)3/2
= 2,12 x 10−4 m³/detik
- Jumlah V notch
𝑄𝑔 0,0835 𝑚³/𝑑𝑒𝑡
Total jumlah V notch (n) = = = 393,87= 394 buah
𝑄𝑤 2,12 x 10−4 m³/detik

Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi:


394
n' = = 197 buah
2

- Dimensi V notch
Freeboard V notch, Fw = 1/2 x ho
= 1.2 x 0,03 m = 0,015 m

Lebar muka air V notch, Lw = 2 x ho tan 45º


= 2 x 0,03 m x 1 = 0,06 m
Pintu V notch, Lp = 2 x ( ho + Fw ) x tan 45º
= 2 x ( 0,03 m + 0,015 m ) x 1 = 0,09 m
- Jarak antar V notch
Pg = (n’ x Lp) + (n’ x w)
21,08 m = (197 x 0,09) + (197 x w)
21,08 m = 17,73 m + 197w
197w = 3,35
w = 0,0170 m
- Jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b’= 2b
L outlet = 2 x Lg + 2b + 2b
5,27 m = 2 x 0,42 m + 4b
5,27 m = 0,84 m + 4b
4b = 4,43 m
b = 1,11 m
- Jarak antar gutter
b΄ = 2 x 1,145 m = 2,22 m
- Saluran pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi.
𝑄 0,17m³/det
A saluran = = = 0,283 m²
𝑣 0,6

A salutan = L saluran x H air


0,283 m² = 5,27 m x H air
H air = 0,054 m
H saluran = H air + Fb = 0,054 m + 0,3 = 0,354 m
P saluran = 0,5 m
- Kehilangan tenaga headloss pada V notch
𝑄 8 𝐻
= x CD x √2 𝑥 𝑔 tan x ℎ𝑓 5/2
𝑣 𝑛𝑜𝑡𝑐ℎ 15 2
2,12 x 10−4 = 0,533 x 1,8 x √2 𝑥 9,81 𝑚² tan 45º x ℎ𝑓 5/2
ℎ𝑓 5/2 = 4,99 x 10-5 m maka hf = 0,02 m

4.5 Perencanaan Unit Filtrasi


Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku melalui media
pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan (straining), flokulasi
antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis. Dilihat dari segi desain
kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan pasir cepat (filter bertekanan dan
filter terbuka) dan saringan pasir lambat (Martin D, 2001). Menurut Arifiani dan
Hadiwidodo (2007), dalam perencanaan unit filtrasi harus mempertimbangkan jenis
media filter dan hidrolika filtrasi. Dalam unit fitrasi pada erencanaan ini digunakan
filltrasi jenis saringan pasir cepat. Hal ini karena rapid send filter memiliki kelebihan
dalam segi dimesi unit filtrasi yang tidak memerlukan lahan yang luas namun
membutuhkan backwash dalam pengoperasiannya (Schulz, 1984).
4.5.1 Kriteria Desain Unit Filtrasi
Kriteria desain pada unit filtrasi adalah sebagai berikut (Joko, 2010) :
a. Kecepatan filtrasi (vf) = 8-12 m/jam
b. Tebal media pasir (Lp) = 60-80 cm
c. Tebal media kerikil (Lk) = 10-30 cm
d. Waktu backwash (tbw) = 5-15 menit
e. Tinggi air di atas media (ha) = 0,9-1,2 m
f. Diameter media (∅m) = 0,6-1,2 mm
g. Ekspansi backwash = 30-50%
h. An orifice (Aor) : A = (0,0015-0,005) : 1
i. A lateral (Alat): Aor = (2-4) : 1
j. A manifold (Am): Al = (1,5-3) : 1
k. Jarak orifice (Wor) = 6-20 cm
l. Porositas = 0,36-0,45
m. Diameter orifice (∅o) = 0,6-2 cm
n. Kecepatan backwash (vbw) = 15-25 m/jam
o. Surface loading = 7-12 m/jam
4.5.2 Perencanaan
Vf = 10 m/jam = 2,8 x 10-3 m/detik
Dor = 0,5 inchi = 1,27 cm
Aor = 0,0025 x Af
Wlat = 20 cm
Vbackwash = 20 m/jam
Tebal lapisan pasir, Lp = 70 cm = 0,7 m
Tebal lapisan kerikil, Lk = 30cm = 0,3 m
Diameter pasir, Dp = 0,6 mm = 6 x10-4 m
Diameter kerikil, Dk = 3 mm = 3 x10-3 mm
Porositas awal, Po = 0,4
υ = 0,893 x 10-6 m2/detik
Ψ pasir = 0,82 (bulat)
Alat = 2 x Aor
Aman = 1,5 x Alat
% ekspansi kerikil akibat vbw = 10%
tbw = 10 menit = 600 detik
NRe pasir < 5
NRe kerikil > 5

4.5.3 Perhitungan Dimensi Unit Filtrasi


a. Jumlah Bak
n = 12 x Q0,5 = 12 x (1,02)0,5 = 12,119 = 12
ditambah 1 cadangan bak sehingga jumlah bak 13 buah.
b. Dimensi Bak
1
Debit tiap filter, Qf = 13 x 1,02 = 0,078 m3/detik

Vf = 10 m/jam = 2,8x10-3 m/detik


𝑄𝑓 0,078
Luas tiap unit filter, Af = 𝑉𝑓 = 2,8 𝑥 10−3 = 27,86 m2

Jika P:L = 1:2 maka


Af = 2L2
27,86 m2 = 2L2
L2 = 27,86 : 2
L2 = 13,93 m
√L = 13,93 m
L = 3,7 m
P = 2 x L = 2 x 3,7 = 7,4 m
H =3m
c. Sistem Underdrain
• Orifice
1
Luas bukaan orifice, Aor = 4 𝜋D2
1
= 4 3,14 x (0,0127 m)2 = 1,27 x10-4 m2

0,0025 𝑥 𝐴𝑓 0,0025 𝑥27,86


Jumlah lubang tiap filter, n = = = 548
𝐴𝑜𝑟 1,27𝑥10−4

• Lateral

Luas bukaan, Alat = 2 x Aor x n

= 2 x 1,27 x 10-4 x 548 = 0,139 m2

• Manifold

Luas total, Aman = 1,5 x Alat

= 1,5 x 0,139 m2

= 0,208 m2

4 𝑥 𝐴𝑚𝑎𝑛
Diameter, Dman =√ 𝜋

4 𝑥 0,208
=√ = 0,514 m = 514 mm
3,14
Pman = Pbak = 7,4 m

𝑃𝑚𝑎𝑛 7,4
Jumlah pipa lateral, n = x 2 = 0,2 x 2 = 37 buah
𝑊𝑙𝑎𝑡

37
Jumlah lateral tiap sisi = = 18 buah
2

Panjang pipa lateral tiap sisi

𝐿𝑏𝑎𝑘−𝐷𝑚𝑎𝑛−(2𝑥𝑊𝑙𝑎𝑡) 3,7− 0,514−(2𝑥0,2)


Plat = = = 1,39 m
2 2

Diameter pipa lateral

𝐴𝑙𝑎𝑡 0,139
4𝑥 4𝑥
Dlat = √ 𝑛
=√ 37
= 0,069 m = 69 mm
𝜋 3,14

d. Sistem Inlet

Inlet masing-masing unit filtrasi dilengkapi dengan sebuah valve yang


berfungsi sebagai pembuka dan penutup saluran air saat akan filtrasi dan
pencucian (backwash). Inlet berupa pipa.

1,02
Debit tiap saluran, Qi = = 0,078 m3/detik
13

Kecepatan dalam saluran 1,5 m/detik.

Dimensi pipa

0,078 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
A= = 0,052 m2
1,5 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

1
A= 𝜋D2
4

1
0,052 = 4 𝑥(3,14)𝑥 D2

D = 0,256 m

e. Backwash
• Pasir
Vs dihitung untuk mendapatkan kecepatan aliran back wash
4g
Vs = [ (ss-1)d]1/2
3Cd
Koefisien drag,pada rentang transisi digunakan rumus :

24 3 𝑑𝑉𝑠
Cd =𝑁𝑅𝑒 + √𝑁𝑅𝑒 + 0,34 dengan N Re =
 𝑉

𝑑𝑉𝑠 0,82 𝑥 0,45 𝑥 32



 𝑉 
N Re =
0,8975𝑥10−2

Cd = 24 3
+ + 0,34 = 1,41
131,6 √131,6
4 9,81𝑚 2,65
𝑥 𝑥 − 1 𝑥 0,0004572 𝑚 ]1/2 =0,08365 m/det
Vs = [ 3 𝑑𝑒𝑡² 1,41

Diketahui porositas Ɛ= 0,4

4,5
Kecepatan backwash Vb = Vs x Ɛ
=0,08365 m/det x0,44,5
= 0,00135 m/det
Porositas saat ekspansi
𝑉𝑏 0,22 0,00135 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Pe = ( ) = ( 0,08365 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )0,22
𝑉𝑠

= 0,4034 m3
Persentase ekspansi
𝑃𝑒−𝑃𝑜 0,4034−0,4
% ekspansi = x 100 = x 100% = 57%
1−𝑃𝑒 1−0,4034

Tinggi ekspansi
𝐿𝑒−𝐿𝑝
% eks = x 100
𝐿𝑝
𝐿𝑒−0,7
0,57 = 0,7

Le = 1,1 m
o Kerikil
Tinggi ekspansi
𝐿𝑒−𝐿𝑘
%= x 100%
𝐿𝑘
𝐿𝑒−0,3
0,57 = 0,3
Le = 0,47 m
Porositas saat ekspansi
𝑃𝑒−𝑃𝑜 𝐿𝑒−𝐿𝑘
=
1−𝑃𝑒 𝐿𝑘
𝑃𝑒−0,4 0,47−0,3
=
1−𝑃𝑒 0,3

Pe = 0,13
Debit backwash → Qbw = vbw x Abak
=0,00135 m/det x 27,4 m3 = 0,037 m3/detik
Volume backwash, Vbw = Qbw x tbw = 0,037x 600 = 22,2 m3
f. Saluran Penampung Air Pencuci
Air bekas pencucian yang berada di atas media penyalur dialirkan ke gullet
melalui gutter dan selanjutnya keluar melalui pipa pembuangan. Dasar
saluran gutter harus diletakkan di atas ekspansi maksimum pada saat
pencucian. Hal ini dilakukan agar pasir pada media penyaring tidak ikut
terbawa pada saat pencucian.
20𝑚/𝑗𝑎𝑚
Debit pencucian, Q = x 27,4 m2 = 0,1522 m3/detik
3600

- Saluran gutter
Panjang gutter, Pg = 7,4 m dan lebar gutter, Lg = 0,5 m
Kedalaman air di saluran gutter
𝑄
Hg = (1,38 𝑥 𝐿𝑔)2/3
𝑜,1522
= (1,38 𝑥 0,5)2/3

= 0,36 m
Air sisa pencucian dari gutter akan masuk ke dalam gullet dengan
Lebar saluran, Lbuang = 0,2 m
Debit yang akan ditampung, Qbuang = 1,02 m3/detik
Tinggi air dalam saluran pembuangan
𝑄 0,1522
Hbuang = (1,38 𝑥 𝐿𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔)2/3 = (1,38 𝑥 0,2)2/3 = 0,67 m

g. Sistem Outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa
outlet sama dengan pipa manifold.
h. Kehilangan Tekan
1) Head loss pada media yang masih bersih
• Pasir
- Cek bilangan Reynold
𝜓𝑥𝐷𝑝𝑥𝑣𝑓 0,82𝑥 0,045𝑥10−2 𝑥 2,8𝑥10−3
- NRe = = = 0,000115 < 5 (OK)
𝜐 0,8975𝑥10−2

Koefisien Drag
24 3 24 3
- CD = 𝑁𝑅𝑒 + + 0,34 = 0,000115 + + 0,34 = 21,7
√𝑁𝑅𝑒 √0,000115

Headloss
1,067 𝐶𝐷 𝑣𝑓 2 1
hfp = x x Lp x 𝑃𝑜4 x 𝐷𝑝
𝜓 𝑔

1,067 21,7 (2,8𝑥10−3 )2 1


hfp = x 9,81 x 0,7 x x 0,045𝑥10−2 = 1,75 m
0,82 0,44

• Kerikil
1 𝑣𝑓𝑥𝐷𝑘 1 2,8𝑥 10−3 𝑥 3𝑥10−3
- NRe = 1−𝑃𝑜 x = 1−0,4 x = 15,6 > 5 (OK)
𝜐 0,8975𝑥10−6

- Headloss
𝜐 (1−𝑃𝑜)2 𝑣𝑓
hfk = 180 x 𝑔 x x 𝐷𝑘 2 x Lk
𝑃𝑜 3

0,8975𝑥10−6 (1−0,4)2 2,8𝑥10−3


hfk = 180 x x x (3𝑥10−3 )2 x 0,3 = 1,56 m
9,81 0,43

Head loss total media


Hfmedia = hfair + hfpasir + hfkerikil = 0,11+1,75+1,56 = 3,42 m

2) Head loss sistem underdrain


• Orifice nor
Debit tiap filter = 0,078 m3/detik
𝑄 0,078
Debit orifice, Qor = 𝑛𝑜𝑟 = = 1,42x10-4 m3/detik
548
𝑄𝑜𝑟 1,42𝑥 10−4
Kecepatan di orifice, vor = 𝐴𝑜𝑟 = = 1,1 m/detik
1,27𝑥10−4

𝑣𝑜𝑟 2 1,12
Head loss, hfor = 1,7 x = 1,7 x 2𝑥9,81 = 0,10 m
2𝑥𝑔

• Lateral
𝑄 0,078
Qlat = 𝑛𝑙𝑎𝑡 = = 2 x 10-3 m3/detik
37
𝑄𝑙𝑎𝑡 2𝑥10−3
vlat = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = 0,014 m/detik
0,139

Headloss lateral
hflat = 1,3 x hf
𝑃𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑙𝑎𝑡 2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑙𝑎𝑡 2𝑥𝑔

1,39 0,0142
= 1,3x 0,026 x 0,069 x 2𝑥9,81 = 6,8 x 10-6 m

• Manifold
𝑄𝑏𝑤 0,078
Qman = 𝑛𝑚𝑎𝑛 = = 0,078 m3/detik
1
𝑄𝑚𝑎𝑛 0,078
vman = 𝐴𝑚𝑎𝑛 = 0,208 = 0,375 m/detik

hfman = 1,3 x hf
𝑃𝑚𝑎𝑛 𝑣𝑚𝑎𝑛2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑚𝑎𝑛 2𝑥𝑔

7,4 0,3752
= 1,3x 0,026 x 0,514 x 2𝑥9,81 = 3,5 x 10-3 m

Head loss total underdrain

hfunderdrain = hfor + hflat + hfman

= 0,10 m + 6,8x10-6 m + 3,5x10-3 m

= 0,1035068 m = 0,104 m

3) Head loss total awal

hfawal = hfmedia + hfunderdrain

= 3,42 m + 0,104 m = 3,5 m


4) Head loss media pada saat back wash
• Pasir

1 𝑣𝑏𝑤 𝑥 𝐷𝑝 1 0,00135 𝑥 0,45.10−3


NRe = 1−𝑃𝑒 x = 1−0,11 x = 0,76
𝜐 0,8975 𝑥 10−6

𝜐0,8 (1−𝑃𝑒)1,8 𝑣𝑏𝑤 1,2


hfp = 130 x x x x Le
𝑔 𝑃𝑒 3 𝐷𝑝1,8

(0,8975.10−6 )0,8 (1−0,40)1,8 (0,00135)1,2


hfp = 130 x x x (0,45 𝑥 10−3 )1,8 x 1,12
9,81 0,403

= 0,52 m

• Kerikil

1 𝑣𝑏𝑤𝑥𝐷𝑘 1 0,00135 𝑥 3.10−3


NRe = 1−𝑃𝑒 x = 1−0,40 x = 7,52
𝜐 0,8975 𝑥 10−6

𝜐0,8 (1−𝑃𝑒)1,8 𝑣𝑏𝑤 1,2


hfk = 130 x x x x Le
𝑔 𝑃𝑒 3 𝐷𝑘 1,8

(0,8975.10−6 )0,8 (1−0,40)1,8 (0,00135)1,2


hfk = 130 x x x x 0,47
9,81 0,403 (3.10−3 )1,8

= 0,007 m

5) Head loss sistem underdrain pada saaat back wash


• Orifice

𝑄𝑏𝑤 0,037
Qor = = = 6,8 x10-5 m3/detik
𝑛𝑜𝑟 548

𝑄𝑜𝑟 6,8.10−5
vor = 𝐴𝑜𝑟 = 1,27.10−4 = 0,54 m/detik

𝑣𝑜𝑟 2 0,542
hfor =1,7 x = 1,7 x 2𝑥9,81 = 0,026 m
2𝑥𝑔

• Lateral

𝑄𝑏𝑤 0,037
Qlat = 𝑛𝑙𝑎𝑡 = = 0,001 m3/detik
37

𝑄𝑙𝑎𝑡 0,001
vlat = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = 0,139 = 0,0072 m/detik
𝑃𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑙𝑎𝑡 2
hflat = 1,3 x hf = 1,3 x f x x
𝐷𝑙𝑎𝑡 2𝑥𝑔

1,39 0,0722
= 1,3x 0,026 x 0,069 x 2𝑥9,81 = 1,80x10-4 m

• Manifold

𝑄𝑏𝑤 0,037
Qman = 𝑛𝑚𝑎𝑛 = = 0,037 m3/detik
1

𝑄𝑚𝑎𝑛 0,037
vman = = = 0,18 m/detik
𝐴𝑚𝑎𝑛 0,208

hfman = 1,3 x hf
𝑃𝑚𝑎𝑛 𝑣𝑚𝑎𝑛2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑚𝑎𝑛 2𝑥𝑔

7,4 0,182
= 1,3x 0,026 x 0,514 x 2𝑥9,81 = 8,04 x 10-4 m

6) Head loss total pada saat back wash

Hfbw = hfmedia + hfunderdrain

= hfp + hfk + hfor + hflat + hfman

= 0,52 + 0,007 + 0,026 + (1,80x10-4) + (8,04x10-4)

= 0,554 m

i. Pompa Back Wash


Head loss pada pompa
Hfpompa = hfbw + hs + sisa tekan = 0,554 + 5 + 1 = 6,554 m

Daya pompa
𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑏𝑤 𝑥 ℎ𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
P = ղ
997𝑥 9,81 𝑥 0,037 𝑥 6,554
= = 3162,35 Watt = 4,241 HP
0,75

4.6 Perhitungan Desinfeksi


Desinfeksi adalah usaha untuk mematikan mikroorganisme yang masih tersisa
dalam proses, terutama ditujukan kepada yang pathogen. Desinfeksi terdapat du acara,
yaitu cara kimia dan cara fisika. Cara fisika berupa gelombang mikro dan ultraviolet. Cara
kimia berupa larutan kaporit, gas klor, dan gas ozon. Desinfektan yang sering digunakan
adalah kaporit, gas klor, dan sinar ultraviolet. Kemampuan dari desinfektan ini adalah
menghilangkan bau, mematikan alga, dan mengoksidasi Fe (II) menjadu Fe (III) sehingga
konsentrasi di air turun. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi desinfeksi adalah
waktu kontak, konsentrasi desinfektan, jumlah mikroorganisme, tempeeatur air, pH, dan
adanya senyawa lain dalam air (Joko, 2010).
a. Kriteria Desain (Kawamura, 1991 dan Schulz-Okun, 1984)
Jenis desinfektan = kaporit (Ca(OCl)2)
Cl sisa = 0,6 mg/l – 1 mg/l
pH = 6-8
v = 0,3 – 6 m/det
b. Perencanaan
Dosis klor = 0,8 mg/l
Sisa klor = 0,6 mg/l
Daya pengikat klor = 0,25 mg/l
Kadar klor dalam kaporit = 70 %
Q = 1000 liter/detik = 1 m³/s
Pembubuhan dilakukan tiap = 8 jam
ρ = 0,0032 kg/liter
Konsentrasi =2%
Freeboard = 0,3 m

c. Perhitungan
Debit Desinfektan
100
Kadar klor = x 0,8 = 1,14 mg/l
70
Keperluan kaporit = Q x kadar klor
= 1020 l/det x 1,14 mg/l
= 1163 mg/detik
= 100,5 kg/hari
m 100,5 kg/hari
Debit Desinfektan (Q) = =
ρ 0,0032 kg/liter

= 31406,25 liter/hari
= 1308,6 liter/jam
Volume klor yang dibutuhkan selama pencampuran (Vc)
Vc = Q x tc
= 1308,6 liter/jam x 8 jam
= 10468,8 liter
Volume larutan dalam 2 %
100
Vol lar = x Vc
2
100
= x 10468,8 liter
2
= 523440 liter = 523,44 m³
Dimensi unit desinfeksi
Q = 1020 L/detik
td = 60 detik
V = Q x td
= 1020 liter/det x 60 det
= 61200 L
= 61,2 m³
Dimensi bak:
P:L:H = 1:1:1
V =PxLxH
60 m³ = 1 L³
3
L = √61,2 𝑚³ = 3,94 m
H = L + Freeboard = 3,94 m + 0,3 m = 4,24 m
𝑉 61,2 𝑚³
P = = = 3,66 m
𝐿𝑥𝐻 3,94 𝑚 𝑥 4,24 𝑚
4.7 Perencanaan Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampungan air minum sebelum dilakukan
pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan
tanah maupun di bawah permukaan tanah. Bangunan reservoir umumnya diletakkan di
dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik
dan merata ke seluruh daerah konsumen. Reservoir berfungsi sebagia cadangan air saat
darurat, mengurangi pemakaian pompa, dan meningkatkan kemudahan operasi. Selain
itu, sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik.
a. Perencanaan (Joko, 2010)
- Tipe : Ground Reservoir dengan 2 kompartemen
- Kecepatan inlet desain (vi) = 1,77 m/detik
- Faktor peak (fp) = 2,5
- Kecepatan outlet desain (vo) = 3 m/detik
- Waktu pengurasan (tk) = 2 jam
- Kecepatan pengurasan (vk) = 2,5 m/detik
- Kecepatan overflow (vow) = 1,77 m/detik
- Kecepatan ventilasi desain (vud) = 4 m/detik
- Persentase Qin = 4,17%
- Persentase Volume Reservoir = 27,66 %
b. Volume Reservoir
Vr = 27,66% x Qrata x waktu
= 0,2766 x 1020 L/det x 86.400 detik
= 24376205 L = 24376,205 m³

c. Dimensi Reservoir
- Volume tiap kompertemen
24376,205 𝑚³
Vr = = 12188,10 m³
2
- Direncanakan kedalaman reservoir, Hr = 5 m
𝑉𝑟 12188,10 𝑚³
Ar = = = 2437,62 m²
𝐻𝑟 5𝑚
- P:L =3:1
Ar = 3 x L²
2437,62 m² = 3 x L²
L = 28,50 m
P = 3 x 28,50 m
= 85,5 m
d. Perpipaan Reservoir
 Pipa Inlet
- Debit inlet tiap kompertemen :
Qi = ¼ x Qr = ¼ x 1,02 m³/det = 0,255m³/det
- Diameter pipa inlet

4 𝑥 𝑄𝑖 4 𝑥 0,255 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Di = √ =√ = 0,43 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑖 3,14 𝑥 1,77

 Pipa Outlet
- Debit outlet tiap kompertemen :
Qo = Qi x fp = 0,255 m³/det x 2,5 = 0,637 m³/det
- Diameter pipa inlet

4 𝑥 𝑄𝑜 4 𝑥 0,637 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Do = √ =√ = 0,52 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑜 3,14 𝑥 3

 Pipa Pengurasan
- Tinggi pengurasan, Hk = 2 m
- Volume pengurasan :
Vk = Pr x Lr x Hk
= 85,5 m x 28,50 m x 2 m
= 4873,5 m³
- Debit pengurasan
𝑉𝑘
Qk = 𝑡𝑘
4873,5 𝑚3
= 2 𝑥 3600
= 0,68 m³/det
- Diameter pipa pengurasan

4 𝑥 𝑄𝑘 4 𝑥 0,68 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Dk = √ =√ = 0,58 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑘 3,14 𝑥 2,5

 Pipa Overflow
- Debit overflow, Qow = Qi = 0,255 m³/det
- Diameter overflow = diameter inlet = 0,52 m
 Pipa Vent
Direncanakan 4 pipa vent untuk reservoir
Debit pengaliran :
(𝑄𝑜 −𝑄𝑖 )
Qud = 4
(0,637 𝑚3 / det − 0,255 𝑚3 /det)
= 4

= 0,095 m³/det
 Diameter pipa vent :

4 𝑥 𝑄𝑢𝑑 4 𝑥 0,095 𝑚³/𝑑𝑒𝑡


Dv = √ =√ = 0,17 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑢𝑑 3,14 𝑥 4
BAB V

RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG

5.1. Fasilitas-Fasilitas Penunjang yang Diperlukan


Fasilitas penunjang dalam instalasi pengolahan air (IPA) merupakan hal sangat
penting. Adapaun fasilitas penunjang yang harus ada dalam bangunan instalasi
pengolahan air adalah sebagai berikut:
5.1.1. Laboratorium
Laboratorium diperlukan dalam pengolahan air minum. Laboratorium berfungsi
sebagai tempat pengujian terhadap air baku dan air minum yuang sudah diolah.
Letak bangunan laboratorium sebaiknya dibangun didekat proses pengolahan air
minum (IPA) sehingga jarak untuk membawa sampel tidak jauh.
5.1.2. Kantor
Kantor merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat pengadukan jika
terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran. Selain itu juga kantor
berfungsi sebagai tempat administrasi dan penyimpan data-data / dokumen
penting.
5.1.3. Pos Jaga
Pos jaga merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan menjaga
keamanan disekitar daerah produksi air. Sehingga mengurangi kemungkinan
kehilangan barang-barang yang tidak diinginkan.
5.1.4. Ruang Pembubuh
Ruang pembubuhan merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi sebagai
tempat pembubuhan bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak pengolahan. Di
ruang pembubuh inilah koagulan yang akan digunakan dicampurkan terlebih
dahulu dengan air dengan perbandingan yang telah ditentukan sebelumnya. Ruang
pembubuh harus dilengkapi exhaust fan, drainase dan perlengkapan pembersihan.
5.1.5. Ruang Pompa dan Genset
Ruang pompa dan genset merupakan bangunan yang diperlukan untuk
menyimpan pompa dan genset agar pompa terlindungi dari hujan dan panas
sehingga tidak cepat rusak. Pompa berfungsi untuk membantu tekanan air agar
dapat mengalir dengan baik. Ruang genset dan pompa harus kedap suara, tahan
getaran dan tidak mudah terbakar serta dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan
yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
5.1.6. Gudang
Gudang merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan barang-barang
yang diperlukan dalam suatu instalasi pengolahan air bersih.
5.1.7. Ruang Penyimpanan Bahan Kimia
Ruang penyimpan bahan kimia merupakan bangunan fasilitas penunjang yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam
pengolahan air bersih. Sama halnya dengan ruang pembubuh , ruang penyimpan
bahan kimia juga harus dilengkapi exhaust fan, drainase dan perlengkapan
pembersihan.

Kriteria bangunan penunjang menurut SNI 6774-2008 Tentang Tata Cara


Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
a. Jenis bangunan
Jenis Bangunan yang diperlukan adalah:
a) bangunan Instalasi Pengolahan Air;
b) bangunan penunjang Instalasi Pengolahan Air;
1) ruang pembubuh;
2) ruang jaga;
3) ruang pompa; ruang genset,
4) ruang laboratorium;
5) ruang gudang;
6) ruang penyimpan bahan kimia
c) sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan bak pengendap dan
pencucian saringan.
b. Bahan dan bangunan pelengkap
Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung air
minum dari beton bertulang, baja atau bahan lainnya berdasarkan
pertimbangan kondisi lapangan.
2. ruang genset harus kedap suara, tahan getaran dan tidak mudah terbakar,
dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan yang
berlaku;
3. ruang pembubuh dan penyimpan bahan kimia dilengkapi exhaust fan,
drainase dan perlengkapan pembersihan;
4. bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang memenuhi
ketentuan yang berlaku;
5. pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi ketentuan
yang berlaku.

c. Rencana tapak dan sarana pelengkap


Rencana tapak dan sarana pelengkap perencanaan untuk instalasi
pengolahan air paket adalah sebagai berikut:
a. Rancangan tapak harus mengikuti peraturan mendirikan
bangunan yang berlaku setempat.
b. Apabila tidak ditentukan oleh peraturan setempat yang ada, untuk
kemudahan operasi dan pemeliharaan, jarak bagian terluar Instlasi
Pengolahan Air Paket terhadap bangunan lain disekitarnya yang terdekat
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
1. 3, 0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas sampai
dengan 20 l/detik
2. 4,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas diatas 20
l/detik
c. Luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus memenuhi ketentuan
luas berikut;
1. Kapasitas sampai dengan 5 l/detik, luas minimal 2000 m2.
2. Kapasiras (10 – 30) l/detik, luas minimal 2400 m2.
3. Kapasitas (40 – 80) l/detik, luas minimal 3000 m2
d. Tata letak bangunan penunjang instalasi pengolahan air berdasarkan
mudah operasi, sirkulasi dan efisien, dilengkapi tempat parkir, pagar,
kamar mandi, toilet dan fasilitas penerangan;
e. Untuk kebutuhan operasi dan pemeliharaan Paket Unit Instalasi
Pengolahan air harus dilengkapi dengan lantai pemeriksaan.
f. Jalan masuk dari jalan besar menuju ke tapak Instalasi Pengolahan air
lebarnya harus mencukupi untuk dilalui kendaraan roda empat.
g. Jalan dan tempat parkir harus diberikan perkerasan yang memadai;
h. Tapak instalasi pengolahan air haruas bebas banjir.

Anda mungkin juga menyukai