PENDAHULUAN
Aspek fisik daerah perencanaan terdiri dari batas administrasi, topografi serta
penggunaan lahan wilayah perencanaan. Kelurahan Bansir Laut yang merupakan bagian
dari Kecamatan Pontianak Tenggara. Kelurahan Bansir Laut secara administrasi terdiri
dari 38 RT dan 9 RW. Kelurahan Bansir Laut mempunyai luas wilayah 295,53 Ha. Secara
geografis Kelurahan Bansir Laut terletak pada posisi 00º 53' 09" LU - 00º 56' 11" LU dan
108º 59' 10" BT - 109º 02' 18" BT. Berdasarkan topografi, wilayah Kelurahan Bansir Laut
sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah yang dipadati oleh rumah penduduk.
Secara umum, wilayah Kelurahan Bansir Laut beriklim tropis dengan suhu rata – rata
minimum 26,9oC yang terjadi pada bulan Januari dan suhu rata – rata maksimum yaitu
28,1oC yang terjadi pada bulan Mei. Curah hujan kelurahan ini cukup tinggi yaitu rata –
rata 3154 mm pertahun dengan rata – rata 134 hari hujan pertahun.
Air baku menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2005
Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, adalah “Air baku untuk air
minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal
dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku
mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum”. Menurut Chandra dalam Cut
Khairunnisa (2012), berdasarkan letaknya air baku dapat diperoleh dari beberapa sumber,
diantaranya adalah air angkasa (hujan), air permukaan, air laut, dan air tanah. Di
Indonesia sendiri, sumber air yang sering dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat
adalah air tanah, baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam.
Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang sangat besar sehingga
memiliki potensi untuk dipergunakan sebgai air baku bagi instalasi pengolahan air
minum. Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Air baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.
2. Air baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat digunakan sebagai air
minum.
3. Air baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan sebagai air minum.
4. Air baku yang tidak bisa digunakan sebgai air minum.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tanggal 14
Desember tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air, maka klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Golongan I (satu)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
b. Golongan II (dua)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Golongan III (tiga)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Golongan IV (empat)
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Berdasarkan peraturan dari pemerintah maka mutu air dengan klasifikasi golongan
satu yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum, dengan parameter yang
diperhatikan harus seperti parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pada parameter fisik
unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah kekeruhan, warna, zat padat terlarut dan
suhu. Pada parameter kimia unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman
(pH), senyawa organik, senyawa logam, sulfida, dan lain-lain. Sedangkan pada parameter
mikrobiologi unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah bakteri koliform.
Sungai Kapuas telah mengalami pencemaran oleh beberapa parameter, yaitu logam
berat, zat organik, dan warna. Logam berat berupa Hg, Cd, dan Pb tersebar di sepanjang
pesisir Kalimantan Barat yang disebabkan oleh kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin
(PETI) dan kegiatan rumah tangga berupa MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus) serta
keperluan lainnya. Air Sungai Kapuas memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
yaitu mencapai 194 mg/L. Tingginya kandungan bahan organik yang terlarut terutama
dalam bentuk asam humus dan turunannya menyebabkan air sungai tersebut berwarna
coklat kemerahan.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas, diperoleh bahwa air Sungai
Kapuas telah mengalami pencemaran ringan. Berikut hasil pemantauan air Sungai
Kapuas yang akan dibandingkan dengan baku mutu yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 :
Tabel 2.1 Kualitas Air Baku
Baku Mutu
Kualitas Air
No Paramater Satuan PP RI NO.82 TAHUN
Baku
2001
1 TDS mg/l 1000 1000
2 TSS mg/l 50 75*
3 pH mg/l 6 s/d 9 8
4 BOD mg/l 2 2
5 COD mg/l 10 10
6 DO mg/l 6 6
7 Kekeruhan mg/l 5 5
8 Besi mg/l 0,3 0,5*
9 Mangan mg/l 1 1
10 NH3 mg/l 0,5 0,5
11 NO3 mg/l 10 10
12 NO2 mg/l 0,06 0,06
13 SO4 mg/l 400 400
Sumber : Hasil Analisa,2017 dan PP RI No.82 Tahun 2001
Sumber air baku yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyediaan air
bersih di Kelurahan Bansir Laut adalah air Sungai Kapuas. Sungai Kapuas mampu
mengaliri air bersih untuk kebutuhan masyarakat Kota Pontianak dengan kapasitas debit
sebesar 1020 liter/detik. Sungai Kapuas mempunyai lebar sekitar 250 m dengan
kedalaman antara 12-16 m. Sungai Kapuas memiliki elevasi muka air rata-rata ± 15 mdpl,
elevasi muka air minimum (LWL) ± 10 mdpl serta elevasi muka air maksimum (HWL)
± 25 mdpl.
5. Infiltration gallery
Gambar 2.4 Infiltration Gallery
Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang
dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar sungai sejajar dengan
tepi sungai.
6. River intake
Perencanaan unit pengambilan air baku menggunakan sistem river intake. River
intake digunakan karena memperkirakan beberapa hal seperti pada sumber air baku
perencanaan yaitu air permukaan (Sungai Kapuas) yang dapat terjadinya pasang-surut
dan menyebabkan ketinggian air berbeda – beda. Sehingga dengan menggunakan river
intake permasalahan pengambilan air baku dalam kondisi surut dapat teratasi karena
menggunakan tempat penampungan berupa sumur yang dapat menampung banyak air
meskipun berada dalam kondisi surut dengan ketentuan sumur harus lebih dalam dari
muka air terendah.
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR
Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
Jumlah per
1 E.Coli 100 ml 0
sampel
Jumlah per
Total Bakteri
2 100 ml 0
Coliform
sampel
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
Ada dua macam pengolahan air yang sudah dikenal, yaitu (Chandra, 2007):
a) Pengolahan lengkap, disini air baku mengalami pengolahan lengkap, yaitu
pengololahan fisk, kimiawi dan bakteriologis. Pengolahan ini biasanya dilakukan
pada air sungai yang keruh/kotor. Pada proses pengolahan lengkap terdapat 3
tingkat pengolahan, yaitu :
1. Pengolahan fisik
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurang/ menghilangkan kotoran
kotoran kasar, penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zar organik yang ada
pada air yang akan diolah. Proses pengolahan,fisik dilakukan tanpa
penambahan zat kimia
2. Pengolahan kimia
Pengolahan ini bertujuan untuk membantu proses pengolahan selanjutnya,
misalnya pembubuhan tawas supaya mengurangi kekeruhan yang ada.
3. Pengolahan biologi
Pengolahan ini bertujuan membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri
terutama bakteri penyebab penyakit yang terkandung di dalam air, misalnya
baketri E. coli. Salah satu proses pengolahan adalah dengan desinfektan seperti
kaporit.
b) Pengolahan sebagian, disini air baku hanya mengalami proses pengolahan kimia
dan/ atau pengolahan bakteriologis.
Strategi pengolahan yang dapat diterapkan pada masing-masing jenis air
adalah berbeda. Berdasarkan karakteristik air baku yang akan diolah maka
pengolahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Joko, 2010) :
a. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi. Air baku dengan tingkat
kekeruhan yang tinggi dapat dilakukan pengolahan dengan pilihan sebagai berikut
:
- Alternatif 1
Tingkat kekeruhan yang tinggi menyebabkan tingginya sedimen dalam air
baku, maka akan lebih ekonomis jika sebelum koagulasi flokulasi dilakukan
prasedimentasi. Berikut alternatif pengolahannya : prasedimentasi, koagulasi-
flokulasi, filtrasi dan desinfeksi.
- Alternatif 2
Alternatif lain adalah dengan menggunakan saringan pasir lambat, dimana
sebelumnya harus dilakukan pengendapan sampai kekeruhan mencapat 50 mg/L
SiO2.
b. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang. Air permukaan
dengan tingkat kekeruhan rendah sampai sedang diasumsikan sekitar 10-50 NTU.
Pada jenis air ini dapat dilakukan pengolahan dengan alternatif sebagai
betikut :
- Alternatif 1
Berikut alternatif pengolahannya yaitu koagulasi-flokulasi, sedimentasi,
filtrasi dan desinfeksi.
- Alternatif 2
f. Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang
belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi sehingga dihasilkan air minum
dengan kualitas tinggi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan air melalui
media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
g. Desinfeksi
Proses pembubuhan zat desinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di
reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke pelanggan.
BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
= 1,02 𝑚²
Diameter pipa
𝐴𝑥4
𝑑2 = 𝜋
1,02 𝑥 4
= 3,14
= 1,3 𝑚²
𝑑 = 1,14 𝑚 ≈ 1 𝑚 = 1000 𝑚𝑚 = 40 𝑖𝑛𝑐ℎ
Diketahui luas penampang pipa dan diameter pipa, maka kecepatan aliran air dapat
dihitung dengan :
Luas permukaan pipa
1
𝐴= 𝜋𝐷2
4
1
= (3,14)(1,14)²
4
= 1,020 𝑚²
Kecepatan aliran air dalam pipa
𝑄
𝑣= 𝐴
1,02
= 1,020
= 1 𝑚/𝑠
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui diameter pipa yang
digunakan intake yaitu sebesar 40 inch. Kecepatan aliran dalam pipa adalah 1 m/detik,
pipa yang digunakan pada perencanaan ini yaitu pipa jenis PVC (Polyvinyl Chloride).
PVC mempunyai sifat keras dan kaku. Kekuatan benturannya baik, mudah terdegradasi
akibat panas dan cahaya, mudah disintesis, bentuknya serbuk putih sehingga mudah
diolah, mudah larut dalam suhu kamar serta tidak mudah terbakar (Billmeyer, 1984).
a. Kriteria Desain
Pengadukan dengan paddle impeller
Kecepatan pengadukan = 20 – 150 rpm (Reynold dan Richards, 1996)
Diameter bak = 50-80% dari lebar bak (Reynold dan Richards,1996)
Kedalaman bak = 1,5 x diameter bak
Priode pengadukan (td) = 10 – 60 detik (Joko, 2010)
Gradien kecepatan (G) = 700 – 1000/detik (Joko, 2010)
b. Perencanaan
Debit rencana = 1,02 m3/detik
Priode pengadukan (td) = 60 detik
Gradien kecepatan (G) = 850 detik-1
Viskositas air = 0,89 x 10-3 kg/m.detik
Efisiensi motor = 70%
Lebar blade (b) = 0,5 m
CD = 1,8
K = 0,25
c. Perhitungan
1). Dimensi Bak
Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/s x 60 detik
= 61,2 m3
Volume bak =AxH
61,2 m3 = (1/4 x 3,14 x D2) x (1,5 x D)
61,2 m3 = 1,1775 D3
D3 = 51,974 m3
D = 3,73 m
Kedalaman bak = 1,5 x diameter
= 1,5 x 3,73 m3
= 5,59 m3
2). Daya pengadukan
P = µ x V x G2
= (0,89 x 10-3 kg/m.det) x (60 m3) x (850/det)2
= 38581,5 watt
3). Dimensi blade
lebar (b) = 0,5 m
panjang (l) = 60% x diameter bak
= 60% x 3,7 m
= 2,22 m
jari-jari paddle = 2,22/2 = 1,11 m
4). Putaran motor untuk multiple blade
𝑝 1/3
N = (𝐶𝐷 𝑥 𝑙𝑤 𝑥 (1.44𝑥10−4 )𝑥 (𝐼−𝑘)3 𝑥 𝑏 𝑥 (𝑟)4 )
38581,5 1/3
= (1,8 𝑥 997 𝑥 (1.44𝑥10−4 )𝑥 (1−0.25)3 𝑥 0,5𝑥 (1,11)4 )
38581,5 1/3
= (0.08275) = (466241,692)1/3 = 77,54 RPM
b. Perencanaan
Flokulasi menggunakan paddle impeller dan masing-masing mempunyai 2 blade.
Bentuk dua persegi panjang dengan 3 kompartemen berbentuk silinder.
Debit = 1,02 m3/det
Tahap 1, G = 70 l/det td = 4 menit
Tahap 2, G = 50 l/det td = 4 menit
Tahap 3, G = 30 l/det td = 4 menit
Td total = 12 menit = 240 detik
Kedalaman bak (h) =3m
Lebar blade (b) = 0,5 m
𝜌w = 997 kg/m3 (25oC)
𝛾w = 9,77 Kn/m3
𝜌s = 2600 kg/m3
µ = 0,89 x 10-3 kg/m.detik
υ = 0,8934 x 10-6 m2/detik
CD = 1,8
K = 0,25
ղ motor = 80%
c. Perhitungan
• Dimensi tiap kompartemen
V = Q x td = 1,02 x 240 = 244,8 m3
V =AxH
𝑉 244,8
A =𝐻= = 81,6 m2
3
1
A = 4 𝜋D2
1
81,6 = 4 x π x D2
D2 = 103,949 m
D = 10,2 m
• Daya pengadukan tiap kompartemen
P1 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 702
= 1067,57 watt
P2 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 502
= 544,68 watt
P3 = µ x V x G2
= 0,89 x 10-3 x 244,8 x 302
= 196,08 watt
• Daya motor tiap kompartemen
𝑃 1067,57
Pmotor1 = = = 1334,5 watt
ղ 80 %
𝑃 544,68
Pmotor2 = = = 680,8 watt
ղ 80 %
𝑃 196,08
Pmotor3 = = = 245,1 watt
ղ 80 %
• Dimensi Blade
Lebar, b = 0,5 m
Panjang, p = 60% D = 0,6 x 10 = 6 m
6
r paddle =2=3m
n1 = 5,33 RPM
• Kompartemen 2
1
𝑃 3
n = (𝐶 −4
)
𝐷 x 𝜌 x 1,44 .10 x (1−K)3 𝑥 𝑟 4
1
680,8 3
n = (1,8𝑥997𝑥1,44.10−4 𝑥(1−0,25)3 𝑥 34 )
1
680,8 3
n =( 8,83 )
n2 = 4,26 RPM
• Kompartemen 3
1
𝑃 3
n = (𝐶 −4
)
𝐷 x 𝜌 x 1,44 .10 x (1−K)3 𝑥 𝑟 4
1
245,1 3
n = (1,8𝑥997𝑥1,44.10−4 𝑥(1−0,25)3 𝑥 34 )
1
245,1 3
n= ( 8,83 )
n3 = 3,02 RPM
D = 1,471 m = 1471 mm
Dikarenakan nilai NRe dan NFr tidak memenuhi kriteria desain, maka diperlukan
penambahan plate settler pada bak sedimentasi.
- Kecepatan aliran masuk plate
Q/A = νo sin ∝
νo = 1,53 x 10-3 m/det / sin 55º = 1,87 x10-3 m/det
- Dimensi plate
L = h / sin ∝ = 1,1 m / sin 55º = 1,34
- Jumlah plate
Jarak horizontal antar plate
x = w / sin ∝ = 0,055 m / sin 55º = 0,067 m
Jumlah plate
n = P / x = 21,08 m / 0,067 m = 315 buah
Jari – jari hidrolis
R = w / 2 = 0,055 / 2 = 0,0275 m
- Cek bilangan Reynold
NRe = νo x R / ν
0,283 m2 = 0,800 D²
D = 0,594 m
P pipa dan P bak = 21,08 m
wor = 1,5 m
hor = 21,08 m / 1,5 m = 14,05 = 14
Qor = A / hor = 0,283 m2 / 14 = 0,0202 m3/det
Aor = 0,0202 m3/det / 0,6 m/det = 0,034 m2
1,02
A = π D²
4
0,034 m2 = 0,800 D2
D = 0,205 m
- Zona lumpur
Konsentrasi effluent dan lumpur (80% x TSS)
Cef = (100 % - 80 %) x turbidity
= 20 % x 75 mg/l
= 15 mg/l
Cs = 80 % x turbidity
= 0,8 x 15 mg/l
= 12 mg/l
Berat lumpur tiap hari
Ws = Q x Cs x 86400
= 1020 L/det x 12.10-6 kg/L x 86400
= 1057,5 kg/hari
- Debit lumpur
Qds = Ws / ρs
= (1057,5 kg/hari) / (2600 kg/m3)
= 0,406 m3/ hari
- Debit lumpur kering secara keseluruhan
Qs = Qds / % lumpur
= (0,406 m3/ hari) / (0,04)
= 10,15 m3/ hari
- Volume bak lumpur
V = Qs x td
= 10,15 m3/ hari x 3 hari
= 30,45 m3
- Dimensi ruang lumpur
21,08
P=P/5 = = 4,2 m
5
5,27
Ls = L / 3 = = 1,76 m
3
V kerucut = 1/3 x A x Hs
3 𝑥 30,45 𝑚3
Hs =4,2 𝑚 𝑥 1,76 𝑚 = 12,36 m
D pembuang = 0,205 m
- Zona outlet
Lebar gutter = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)
Q/A = Vo = 1,53 x 10-3 m/det
- Dimensi V notch
Freeboard V notch, Fw = 1/2 x ho
= 1.2 x 0,03 m = 0,015 m
• Lateral
• Manifold
= 1,5 x 0,139 m2
= 0,208 m2
4 𝑥 𝐴𝑚𝑎𝑛
Diameter, Dman =√ 𝜋
4 𝑥 0,208
=√ = 0,514 m = 514 mm
3,14
Pman = Pbak = 7,4 m
𝑃𝑚𝑎𝑛 7,4
Jumlah pipa lateral, n = x 2 = 0,2 x 2 = 37 buah
𝑊𝑙𝑎𝑡
37
Jumlah lateral tiap sisi = = 18 buah
2
𝐴𝑙𝑎𝑡 0,139
4𝑥 4𝑥
Dlat = √ 𝑛
=√ 37
= 0,069 m = 69 mm
𝜋 3,14
d. Sistem Inlet
1,02
Debit tiap saluran, Qi = = 0,078 m3/detik
13
Dimensi pipa
0,078 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
A= = 0,052 m2
1,5 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
1
A= 𝜋D2
4
1
0,052 = 4 𝑥(3,14)𝑥 D2
D = 0,256 m
e. Backwash
• Pasir
Vs dihitung untuk mendapatkan kecepatan aliran back wash
4g
Vs = [ (ss-1)d]1/2
3Cd
Koefisien drag,pada rentang transisi digunakan rumus :
24 3 𝑑𝑉𝑠
Cd =𝑁𝑅𝑒 + √𝑁𝑅𝑒 + 0,34 dengan N Re =
𝑉
Cd = 24 3
+ + 0,34 = 1,41
131,6 √131,6
4 9,81𝑚 2,65
𝑥 𝑥 − 1 𝑥 0,0004572 𝑚 ]1/2 =0,08365 m/det
Vs = [ 3 𝑑𝑒𝑡² 1,41
4,5
Kecepatan backwash Vb = Vs x Ɛ
=0,08365 m/det x0,44,5
= 0,00135 m/det
Porositas saat ekspansi
𝑉𝑏 0,22 0,00135 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Pe = ( ) = ( 0,08365 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )0,22
𝑉𝑠
= 0,4034 m3
Persentase ekspansi
𝑃𝑒−𝑃𝑜 0,4034−0,4
% ekspansi = x 100 = x 100% = 57%
1−𝑃𝑒 1−0,4034
Tinggi ekspansi
𝐿𝑒−𝐿𝑝
% eks = x 100
𝐿𝑝
𝐿𝑒−0,7
0,57 = 0,7
Le = 1,1 m
o Kerikil
Tinggi ekspansi
𝐿𝑒−𝐿𝑘
%= x 100%
𝐿𝑘
𝐿𝑒−0,3
0,57 = 0,3
Le = 0,47 m
Porositas saat ekspansi
𝑃𝑒−𝑃𝑜 𝐿𝑒−𝐿𝑘
=
1−𝑃𝑒 𝐿𝑘
𝑃𝑒−0,4 0,47−0,3
=
1−𝑃𝑒 0,3
Pe = 0,13
Debit backwash → Qbw = vbw x Abak
=0,00135 m/det x 27,4 m3 = 0,037 m3/detik
Volume backwash, Vbw = Qbw x tbw = 0,037x 600 = 22,2 m3
f. Saluran Penampung Air Pencuci
Air bekas pencucian yang berada di atas media penyalur dialirkan ke gullet
melalui gutter dan selanjutnya keluar melalui pipa pembuangan. Dasar
saluran gutter harus diletakkan di atas ekspansi maksimum pada saat
pencucian. Hal ini dilakukan agar pasir pada media penyaring tidak ikut
terbawa pada saat pencucian.
20𝑚/𝑗𝑎𝑚
Debit pencucian, Q = x 27,4 m2 = 0,1522 m3/detik
3600
- Saluran gutter
Panjang gutter, Pg = 7,4 m dan lebar gutter, Lg = 0,5 m
Kedalaman air di saluran gutter
𝑄
Hg = (1,38 𝑥 𝐿𝑔)2/3
𝑜,1522
= (1,38 𝑥 0,5)2/3
= 0,36 m
Air sisa pencucian dari gutter akan masuk ke dalam gullet dengan
Lebar saluran, Lbuang = 0,2 m
Debit yang akan ditampung, Qbuang = 1,02 m3/detik
Tinggi air dalam saluran pembuangan
𝑄 0,1522
Hbuang = (1,38 𝑥 𝐿𝑏𝑢𝑎𝑛𝑔)2/3 = (1,38 𝑥 0,2)2/3 = 0,67 m
g. Sistem Outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa
outlet sama dengan pipa manifold.
h. Kehilangan Tekan
1) Head loss pada media yang masih bersih
• Pasir
- Cek bilangan Reynold
𝜓𝑥𝐷𝑝𝑥𝑣𝑓 0,82𝑥 0,045𝑥10−2 𝑥 2,8𝑥10−3
- NRe = = = 0,000115 < 5 (OK)
𝜐 0,8975𝑥10−2
Koefisien Drag
24 3 24 3
- CD = 𝑁𝑅𝑒 + + 0,34 = 0,000115 + + 0,34 = 21,7
√𝑁𝑅𝑒 √0,000115
Headloss
1,067 𝐶𝐷 𝑣𝑓 2 1
hfp = x x Lp x 𝑃𝑜4 x 𝐷𝑝
𝜓 𝑔
• Kerikil
1 𝑣𝑓𝑥𝐷𝑘 1 2,8𝑥 10−3 𝑥 3𝑥10−3
- NRe = 1−𝑃𝑜 x = 1−0,4 x = 15,6 > 5 (OK)
𝜐 0,8975𝑥10−6
- Headloss
𝜐 (1−𝑃𝑜)2 𝑣𝑓
hfk = 180 x 𝑔 x x 𝐷𝑘 2 x Lk
𝑃𝑜 3
𝑣𝑜𝑟 2 1,12
Head loss, hfor = 1,7 x = 1,7 x 2𝑥9,81 = 0,10 m
2𝑥𝑔
• Lateral
𝑄 0,078
Qlat = 𝑛𝑙𝑎𝑡 = = 2 x 10-3 m3/detik
37
𝑄𝑙𝑎𝑡 2𝑥10−3
vlat = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = = 0,014 m/detik
0,139
Headloss lateral
hflat = 1,3 x hf
𝑃𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑙𝑎𝑡 2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑙𝑎𝑡 2𝑥𝑔
1,39 0,0142
= 1,3x 0,026 x 0,069 x 2𝑥9,81 = 6,8 x 10-6 m
• Manifold
𝑄𝑏𝑤 0,078
Qman = 𝑛𝑚𝑎𝑛 = = 0,078 m3/detik
1
𝑄𝑚𝑎𝑛 0,078
vman = 𝐴𝑚𝑎𝑛 = 0,208 = 0,375 m/detik
hfman = 1,3 x hf
𝑃𝑚𝑎𝑛 𝑣𝑚𝑎𝑛2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑚𝑎𝑛 2𝑥𝑔
7,4 0,3752
= 1,3x 0,026 x 0,514 x 2𝑥9,81 = 3,5 x 10-3 m
= 0,1035068 m = 0,104 m
= 0,52 m
• Kerikil
= 0,007 m
𝑄𝑏𝑤 0,037
Qor = = = 6,8 x10-5 m3/detik
𝑛𝑜𝑟 548
𝑄𝑜𝑟 6,8.10−5
vor = 𝐴𝑜𝑟 = 1,27.10−4 = 0,54 m/detik
𝑣𝑜𝑟 2 0,542
hfor =1,7 x = 1,7 x 2𝑥9,81 = 0,026 m
2𝑥𝑔
• Lateral
𝑄𝑏𝑤 0,037
Qlat = 𝑛𝑙𝑎𝑡 = = 0,001 m3/detik
37
𝑄𝑙𝑎𝑡 0,001
vlat = 𝐴𝑙𝑎𝑡 = 0,139 = 0,0072 m/detik
𝑃𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑙𝑎𝑡 2
hflat = 1,3 x hf = 1,3 x f x x
𝐷𝑙𝑎𝑡 2𝑥𝑔
1,39 0,0722
= 1,3x 0,026 x 0,069 x 2𝑥9,81 = 1,80x10-4 m
• Manifold
𝑄𝑏𝑤 0,037
Qman = 𝑛𝑚𝑎𝑛 = = 0,037 m3/detik
1
𝑄𝑚𝑎𝑛 0,037
vman = = = 0,18 m/detik
𝐴𝑚𝑎𝑛 0,208
hfman = 1,3 x hf
𝑃𝑚𝑎𝑛 𝑣𝑚𝑎𝑛2
= 1,3 x f x x
𝐷𝑚𝑎𝑛 2𝑥𝑔
7,4 0,182
= 1,3x 0,026 x 0,514 x 2𝑥9,81 = 8,04 x 10-4 m
= 0,554 m
Daya pompa
𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄𝑏𝑤 𝑥 ℎ𝑓𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
P = ղ
997𝑥 9,81 𝑥 0,037 𝑥 6,554
= = 3162,35 Watt = 4,241 HP
0,75
c. Perhitungan
Debit Desinfektan
100
Kadar klor = x 0,8 = 1,14 mg/l
70
Keperluan kaporit = Q x kadar klor
= 1020 l/det x 1,14 mg/l
= 1163 mg/detik
= 100,5 kg/hari
m 100,5 kg/hari
Debit Desinfektan (Q) = =
ρ 0,0032 kg/liter
= 31406,25 liter/hari
= 1308,6 liter/jam
Volume klor yang dibutuhkan selama pencampuran (Vc)
Vc = Q x tc
= 1308,6 liter/jam x 8 jam
= 10468,8 liter
Volume larutan dalam 2 %
100
Vol lar = x Vc
2
100
= x 10468,8 liter
2
= 523440 liter = 523,44 m³
Dimensi unit desinfeksi
Q = 1020 L/detik
td = 60 detik
V = Q x td
= 1020 liter/det x 60 det
= 61200 L
= 61,2 m³
Dimensi bak:
P:L:H = 1:1:1
V =PxLxH
60 m³ = 1 L³
3
L = √61,2 𝑚³ = 3,94 m
H = L + Freeboard = 3,94 m + 0,3 m = 4,24 m
𝑉 61,2 𝑚³
P = = = 3,66 m
𝐿𝑥𝐻 3,94 𝑚 𝑥 4,24 𝑚
4.7 Perencanaan Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampungan air minum sebelum dilakukan
pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan
tanah maupun di bawah permukaan tanah. Bangunan reservoir umumnya diletakkan di
dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air secara baik
dan merata ke seluruh daerah konsumen. Reservoir berfungsi sebagia cadangan air saat
darurat, mengurangi pemakaian pompa, dan meningkatkan kemudahan operasi. Selain
itu, sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik.
a. Perencanaan (Joko, 2010)
- Tipe : Ground Reservoir dengan 2 kompartemen
- Kecepatan inlet desain (vi) = 1,77 m/detik
- Faktor peak (fp) = 2,5
- Kecepatan outlet desain (vo) = 3 m/detik
- Waktu pengurasan (tk) = 2 jam
- Kecepatan pengurasan (vk) = 2,5 m/detik
- Kecepatan overflow (vow) = 1,77 m/detik
- Kecepatan ventilasi desain (vud) = 4 m/detik
- Persentase Qin = 4,17%
- Persentase Volume Reservoir = 27,66 %
b. Volume Reservoir
Vr = 27,66% x Qrata x waktu
= 0,2766 x 1020 L/det x 86.400 detik
= 24376205 L = 24376,205 m³
c. Dimensi Reservoir
- Volume tiap kompertemen
24376,205 𝑚³
Vr = = 12188,10 m³
2
- Direncanakan kedalaman reservoir, Hr = 5 m
𝑉𝑟 12188,10 𝑚³
Ar = = = 2437,62 m²
𝐻𝑟 5𝑚
- P:L =3:1
Ar = 3 x L²
2437,62 m² = 3 x L²
L = 28,50 m
P = 3 x 28,50 m
= 85,5 m
d. Perpipaan Reservoir
Pipa Inlet
- Debit inlet tiap kompertemen :
Qi = ¼ x Qr = ¼ x 1,02 m³/det = 0,255m³/det
- Diameter pipa inlet
4 𝑥 𝑄𝑖 4 𝑥 0,255 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Di = √ =√ = 0,43 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑖 3,14 𝑥 1,77
Pipa Outlet
- Debit outlet tiap kompertemen :
Qo = Qi x fp = 0,255 m³/det x 2,5 = 0,637 m³/det
- Diameter pipa inlet
4 𝑥 𝑄𝑜 4 𝑥 0,637 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Do = √ =√ = 0,52 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑜 3,14 𝑥 3
Pipa Pengurasan
- Tinggi pengurasan, Hk = 2 m
- Volume pengurasan :
Vk = Pr x Lr x Hk
= 85,5 m x 28,50 m x 2 m
= 4873,5 m³
- Debit pengurasan
𝑉𝑘
Qk = 𝑡𝑘
4873,5 𝑚3
= 2 𝑥 3600
= 0,68 m³/det
- Diameter pipa pengurasan
4 𝑥 𝑄𝑘 4 𝑥 0,68 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Dk = √ =√ = 0,58 m
𝜋 𝑥 𝑣𝑘 3,14 𝑥 2,5
Pipa Overflow
- Debit overflow, Qow = Qi = 0,255 m³/det
- Diameter overflow = diameter inlet = 0,52 m
Pipa Vent
Direncanakan 4 pipa vent untuk reservoir
Debit pengaliran :
(𝑄𝑜 −𝑄𝑖 )
Qud = 4
(0,637 𝑚3 / det − 0,255 𝑚3 /det)
= 4
= 0,095 m³/det
Diameter pipa vent :