PENDAHULUAN
1
Khususnya di Desa Kuala Rosan merupakan daerah pemukiman yang padat
penduduk yang telah mengalami banyak perubahan tata guna lahan.Kondisi lahan
sebagai ruang terbuka hijau beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan
perkantoran. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya aliran permukaan langsung
dan menurunnya kuantitas air yang meresap ke dalam tanah, sehingga terjadi banjir
pada musim hujan. Bertambahnya kawasan pemukiman menyebabkan pemanfaatan
lahan yang semula terbuka, lolos air dan berfungsi sebagai daerah resapan berubah
menjadi kawasan tertutup perkerasan dan kedap air yang dapat meningkatkan
limpasan air permukaan, dan menyebabkan banjir dan genangan saat musim hujan.
Adanya drainase, genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari
dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta
aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Manfaat adanya drainase di Desa Kuala Rosan ini untuk membantu mencegah
terjadinya banjir.Segala sesuatu yang berlebihan cenderung akan mengakibatkan
dampak negatif. Begitupun jika kapasitas air di suatu tempat terlalu banyak, maka air
bisa merusak benda-benda dan infrastruktur yang tergenang. Contohnya air yang
berlebihan dapat mengelupas struktur jalan aspal, merusak permukaan jalan beton
menjadi tidak rata, dan mengeroposkan bagian bawah bangunan yang terendam.Tidak
hanya itu, pada lingkungan yang masih labil, keberadaan air yang terlalu banyak
dapat pula menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor, erosi, dan banjir
bandang.Berdasarkan hal tersebut, diperlukannya perencanaan saluran drainase pada
Desa Kuala Rosan, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau.
1.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan saluran drainase yaitu memberikan solusi atau
pemecahan masalah banjir yang terjadi, mengetahui besarnya debit dan
merencanakan sistem saluran drainase yang optimal serta bekerja secara
efektif.Selain itu, menganalisis rancangan berdasarkan kriteria desain serta proyeksi
jumlah penduduk dan kebutuhan air dengan periode ulang 10 tahun.
2
1.3 Cakupan Pekerjaan
Cakupan pekerjaan dengan memproyeksikan jumlah penduduk, desain teknik
saluran drainase dan lahan resapan, menganalisis hidrologi dan produksi air buangan
dengan cara menganalisis menggunakan metode hidrologi dan menentukan periode
ulang 10 tahun. Adapun perhitungan yang digunakan yaitu curah hujan
rencana,.intensitas hujan, koefisien limpasan permukaan, rancangan anggaran biaya
serta debit puncak yang dihasilkan dari limpasan hujan.
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
4
Secara administratif Desa Kuala Rosan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Meliau Hilir
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Lalang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Mukti Jaya
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Kunyil
2.2 Kependudukan
Desa Kuala Rosan dalam angka tahun 2017 bahwa kepadatan penduduknya
yaitu sebanyak 2545 jiwa per kilometer persegi.Rata-rata jumlah anggota keluarga
untuk setiap keluarga di Desa Kuala Rosan adalah 5 jiwa per keluarga.Laju
pertumbuhan penduduk menurut BPS Kuala Rosan, hasil sensus penduduk 2010yaitu
1,63 persen per tahun. Masalah pokok dalam bidang kependudukan antara lain adalah
jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran
penduduk yang belum merata, komposisi penduduk yang tidak seimbang serta arus
urbanisasi dari desa ke kota.Jumlah penduduk di Desa Kuala Rosanyang digunakan
adalah sebanyak 490 jiwa dan 1 rumah tangga terdapat 5 jiwa. Perencanaan air
buangan drainase berdasarkan data kependudukan 5 tahun terakhir.
Tabel 2.1 Kependudukan Desa Kuala Rosan Tahun 2012-2016
Jumlah
Kepadatan
Penduduk
Tahun
(jiwa/
(Jiwa)
Km2)
5
2.3 Fasilitas Umum
2.3.1 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Desa Kuala Rosan disediakan hampir
sepenuhnya oleh pemerintah.Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Kuala
Rosan tahun ajaran 2016 adalah SD sebanyak 1unit dengan jumlah guru
sebanyak 28 orang dan jumlah murid sebanyak 360 anak. Sementara jumlah
SMP 1 unit dengan jumlah guru 22 orang dan murid 180 orang, SMU
sebanyak 1unit dengan jumlah guru 20 orang dan murid orang.Hal ini
membuktikan bahwa keseriusan pemerintah daerah untuk terus berupaya
meningkatkan ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh
masyarakat hingga menjangkau daerah terpencil.
SMP 1 22 180
SMA 1 20 165
6
2.3.3 Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Jumlah tempat ibadah
diwilayah Desa Kuala Rosan di tahun 2016 terdapat 1 Masjid, dan 1
Gereja.
2.3.4 Perkantoran
Fasilitas perkantorandi Desa Kuala Rosan terdapat 1 kantor dan 1
pos polisi. Hal ini membuktikan bahwa keseriusan Pemerintah daerah
untuk terus berupaya meningkatkan ketersediaan fasilitas sarana dan
prasarana perkantoran di Desa Kuala Rosan kepada seluruh masyarakat
hingga menjangkau daerah pedesaan.
Jumlah
Perkantoran
(unit)
Kantor 1
Pos Polisi 1
2.4 Topografi
Secara umum Desa Kuala Rosan merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit dan rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan
Sungai Sekayam.Adapun jenis tanah yang terdapat di Desa Kuala Rosan adalah jenis
podsolik merah kuning batuan dan padat yang hampir merata di seluruh desa.Formasi
geologi antara lain adalah Formasi kwartir, Kapur, Trias, Pistosen, Instruksif dan
Plutonik Basa menengah, Intruksif Plutonik Asam, Seksi Hablur Intruksif dan
7
Plutonik Lapisan Batu dan Permo Karbon. Topografi wilayah Desa Kuala Rosan
berada pada kontur titik tertinggi sebesar 77 mdpl hingga terendah 25 mdpl.
2.5 Hidrologi
Daerah Desa Kuala Rosan adalah beriklim tropis basah (subtropis) mengingat
daerah ini dilalui oleh garis khatulistiwa.Sehubungan dengan itu, maka dikenal
adanya dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Biasanya di antara
kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba yaitu terjadinya perubahan cuaca,
suhu udara, tingkat kelembaban udara, panjang sinar matahari serta arus angin.Hal ini
terjadi sebagai akibat di musim panas seringkali terjadi turun hujan, sementara pada
musim hujan juga dijumpai teriknya matahari.
Tingkat curah hujan di Desa Kuala Rosan berdasarkan stasiun pengukur
hujan, bahwa hari hujan di wilayah ini setiap tahun mengalami perubahan.Adanya
perbedaan yang cukup mencolok, namun demikian perubahan cuaca yang terjadi
merupakan gejala alam yang sulit untuk diprediksi sebelumnya.Bulan Juni sampai
dengan Agustus merupakan bulan-bulan kering karena curah hujan tergolong sangat
rendah.Sebaliknya, pada bulan September sampai dengan bulan Februari dapat
digolongkan ke dalam musim hujan dan pada saat inilah para petani mulai menggarap
lahan pertanian mereka, khususnya pertanian padi.
Desa Kuala Rosan terdapat beberapa titik yang rawan banjir, ini dapat dilihat
pada garis kontur yang terdapat di peta.Adapun titik kontur 25 mdpl yang berada di
dekat perumahan dan dekat Gereja dapat dikatakan rawan banjir, karena garis
konturnya renggang yang menandakan tempat tersebut curam yang mengakibatkan
terjadinya banjir.
8
BAB 3
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
9
Ada tiga metode untuk menghitung proyeksi penduduk, yaitu :
a. Metode Rata-rata (Aritmatik)
Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
selalu naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang
digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.1)
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = kurun waktu proyeksi
10
persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil.Rumus yang
digunakan:
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏𝑡) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.3)
dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑ 𝑝)(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)(∑ 𝑝. 𝑡)}/{𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)2 }
b = {𝑛(∑ 𝑝. 𝑡) − (∑ 𝑡)(∑ 𝑝)}/{𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)2 }
Dimana :
S = standar deviasi
Yn = variable independen Y
Y = data penduduk per tahun
n = jumlah data
Cara menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih
dahulu mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Adapun metode
yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai atau
tidaknya analisa yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien
korelasi yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah yang dipakai
untuk memproyeksikan penduduk. Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut :
𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑦)(∑ 𝑥)
𝑟= ............................ (3.5)
√{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 }{(𝑛 ∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 }
11
Keterangan :
n = Jumlah data
x = Urutan tahun
y = Jumlah proyeksi penduduk
Adapun dilakukan perhitungan proyeksi menggunakan beberapa metode –
metode proyeksi yang digunakan untuk menentukan metode proyeksi yang tepat pada
jumlah penduduk yaitu Metode Aritmatik, Metode Geometri, dan Metode Least
Square.
Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan, metode yang digunakan dalam
memproyeksikan penduduk di Desa Kuala Rosan adalah dengan menggunakan
metode geometri.Metode ini digunakan karena memenuhi kriteria nilai standar
deviasi terendah dan korelasi mendekati 1 atau paling besar. Hasil perhitungan
standar deviasi sebesar 25,11 dan korelasinya adalah 0,989. Perhitungan ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1
12
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Kolerasi Semua Metode
Jumlah
Tahun Penduduk x Y xy x² y² x y xy x² y² x y xy x² y²
2016 490 4 25 100 16 625 5 6,19 30,97 25 38,37 5 490 2450 25 240100
Jumlah 2250 10 70 200 30 4900 15 30,54 92,00 55 186,53 15 2250 6925 55 1015650
13
3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Desa kuala rosan merupakan daerah yang padat penduduk. Jumlah penduduk
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 490 jiwa dengan luas wilayah 0,1925 Km2
sertakepadatan penduduk sebanyak 2545 jiwa/km2. Perencanaan air buangan
dandrainaseinimenggunakan data kependudukandari 5 tahunsebelumnya yang
tercantum dalam Tabel 3.2.Adapun hasil proyeksi jumlah penduduk selama 10 tahun
ke depan menggunakan metode geometri dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.2 Pertambahan Penduduk Desa Kuala Rosan
Jumlah Pertumbuhan
Tahun Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Persen)
2012 420
Jumlah 15,7
14
Tabel 3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Kuala Rosan
Jumlah
No. Tahun Penduduk
(Jiwa)
1. 2017 509
2. 2018 529
3. 2029 550
4. 2020 572
5. 2021 594
6. 2022 618
7. 2023 642
8. 2024 668
9. 2025 694
10. 2026 721
11. 2027 750
15
BAB 4
ANALISIS HIDROLOGI DAN PRODUKSI AIR BUANGAN
16
4.1.1 Periode Ulang Hujan (Tr)
Penanganan masalah banjir tidak terlepas dari tersedianya infrastruktur
pengendali banjir seperti bendungan, bendung, jaringan irigasi, saluran drainase dan
lain-lain.Desain bangunan air pengendali banjir tersebut dibutuhkan informasi curah
hujan maksimum dengan periode ulang tertentu. Besarnya curah hujan maksimum
untuk setiap rancangan bangunan air tergantung pada usia guna dan kapasitas
tampung, sebagai contoh untuk bangunan waduk yang besar dibutuhkan informasi
hujan maksimum dengan periode ulang yang besar dengan periode ulang 50,100
tahunan, sedangkan untuk saluran irigasi membutuhkan informasi curah hujan
maksimum dengan periode ulang yang pendek dengan periode ulang antara 2, 5, 10
tahunan (Masduki Hardjosuprapto M, 1996).
Periode ulang adalah waktu perkiraan di mana hujan dengan suatu besaran
tertentu akan disamai atau dilampaui. Besarnya debit rencana untuk fasilitas drainase
tergantung pada interval kejadian atau periode ulang yang dipakai. Jika debit yang
dipilih adalah debit dengan periode ulang yang panjang, berarti debit rencana besar,
maka kemungkinan terjadinya debit banjir yang melampaui debit rencana dan resiko
kerusakan menjadi menurun, namun biaya konstruksi untuk menampung debit yang
besar menjadi meningkat begitu pula sebaliknya (Wanielista, 1990).
Saluran drainase yang akan dibangun selain berfungsi untuk menyalurkan air
hujan yang berlebihan juga akan melindungi lahan, bangunan dan badan jalan dari
kerusakan akibat genangan air. Tr untuk berbagai jenis drainase adalah sebagai
berikut :
17
Tabel 4.1 Periode Ulang Hujan (Tr) Untuk Perencanaan
Gorong-gorong minor* 10 – 50
Jalan lingkungan** 5
5 – 10
18
Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan debit puncak limpasan
hujan (Qp) adalah data curah hujan harian maksimum yang diperoleh dari data
Stasiun Desa Kuala Rosan dengan panjang tahun pengamatan 10 tahun. Tabel 4.2
menampilkan data curah hujan harian maksimum sebagai berikut:
Tabel 4.2 Curah Hujan Harian Maksimum Desa Kuala Rosan
Curah Hujan
Tahun
(mm)
2003 63
2004 87
2005 96
2006 95
2007 190
2008 162
2009 146
2010 140
2011 284
2012 184
Jumlah 1448
Tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai
rata -ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai rata-
ratanya. Sehingga diperlukan pengukuran, yakni melalui perhitungan parametrik
statistik untuk (Xi–X), (Xi–X)2, (Xi–X)3, (Xi–X)4 terlebih dahulu.
1
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝐶̅ ) = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝐶𝑖 …………………………………………...(4.1)
∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
2
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 (𝑆) = √ 𝑛
…………………………………(4.2)
19
𝑆
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝐶𝑣) = 𝐶̅ …………………………………...………(4.3)
𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
3
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝐶𝑠) = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆 3
………………………….…(4.4)
𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
4
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑡𝑎𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝐶𝑘) = …………………… (4.5)
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆 4
1,126161495 memenuhi
4 log pearson III Selain nilai diatas
6,183591394 memenuhi
(Sumber : Soewarno, 1995)
20
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Curah
Hujan
Tahun Xi-X (Xi-X)2 (Xi-X)3 (Xi-X)4
Maksimum
(Xi)
21
S Log X = Standar deviasi dari log
Tabel 4.5 Nilai KT untuk Distribusi Log Pearson Type III Kemencengan (Positif)
PeriodeUlang
Peluang Kt
(Tahun)
2 0,5 -0,099
5 2 0,8
10 0,1 1,32
20 0,05 1,939
50 0,02 2,359
(Log Xi - Log
Curah Hujan (Log Xi - Log RATA-
Tahun Maksimum (Xi) Log Xi Rata)2 RATA)3
2003 63 1,799 0,104 -0.034
2004 87 1,940 0,033 -7164,219
2005 96 1,982 0,019 -7116,661
2006 95 1,978 0,021 -7121,710
2007 190 2,279 0,025 -6792,625
2008 162 2,210 0,008 -6867,399
2009 146 2,164 0,002 -6916,466
2010 140 2,146 0,001 -6936,332
2011 285 2,455 0,111 -6604,907
22
Adapun untuk harga Cs = 0,6398 dan Tr (Periode Ulang) tertentu maka
harga Faktor Gt, untuk sebaran Log Pearson III dapat dihitung dalam interpolasi
(lihat tabel 4.5) Hasil perhitungan selanjutnya dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 4.7 Curah Hujan Rencana Periode Ulang T tahun dengan Metode Log Pearson Type
III
Periode
Ulang Kt LOG XT RT (mm)
(Tahun)
Jadi besarnya curah hujan rencana (RT) periode ulang Tr 10 tahun dengan
Metode Log Pearson Type sebesar 240,75 mm. Analisis lengkap untuk mendapatkan
RT dapat dilihat pada lampiran 3.
1218𝑡+54
𝑅𝑡 = 𝑋𝑡 ( )......................................................................(4.6)
𝑋𝑡 (1−𝑡)+1272𝑡
𝑅
𝐼= ………………...……………………………………………………..(4.7)
𝑡
23
Untuk 1 ≤ t < 24 jam:
11300𝑡 𝑋𝑡
𝑅 = (√ [ ])……………………………………………….(4.8)
𝑡+ 3.,12 100
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt = Curah Hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
T = Durasi curah hujan (jam)
Xt = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
a dan b = Konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang
terjadi di suatu wilayah
N = Jumlah durasi curah hujan sampel (8 jenis durasi curah
hujan)
24
Rumus Talbot memerlukan data lamanya hujan (t). Untuk rumus
rasional, t yang menyebabkan Qp sama dengan waktu konsentrasi aliran (tc)
(Waniliesta, 1990). Tc pada suatu daerah pengaliran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Kirpich. Rumus Kirpich yang digunakan untuk menghitung
tc adalah sebagai berikut ( Springer, 2002) :
tc =0,0195. L 0,77. S-0,385 ............................................................................ (4.12)
Dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit).
L = panjang aliran atau saluran (feet).
S = kemiringan rata-rata daerah pengaliran atau saluran.
25
Tabel 4.8 Waktu konsentrasi (tc) pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran drainase.
elevasi lahan elevasi saluran tc zona
Zona Saluran Lo (m) So To Ld (m) Sd td tc (menit ) tc (jam)
Awal Akhir awal akhir (jam)
1 1 425,00 33,00 26,30 0,0158 10,18 409,58 32,90 25,50 0,0181 9,39 19,57 0,326 0,326
2 2 285,09 33,30 32,00 0,0046 12,07 232,90 32,90 31,60 0,0056 9,56 21,62 0,360 0,360
3 3 191,35 32,50 30,00 0,0131 5,92 216,01 31,50 29,50 0,0093 7,42 13,34 0,222
0,329
4 0 0 0 0 0 70,07 31,60 31,50 0,0014 6,41 6,41 0,107
4 5 155,30 27,30 26,30 0,0064 6,62 113,09 27,50 26,80 0,0062 5,26 11,88 0,198
0,294
6 0 0 0 0 0 101,83 26,80 26,40 0,0039 5,79 5,79 0,096
5 7 197,61 29,00 27,30 0,0086 7,13 167,26 29,50 27,50 0,0120 5,52 12,65 0,211 0,211
6 8 0 0 0 0 0 56,61 27,90 27,50 0,0071 2,94 2,94 0,049
9 0 0 0 0 0 65,95 28,80 28,50 0,0045 3,91 3,91 0,065 0,323
10 188,37 28,50 27,30 0,0064 7,71 170,68 28,80 25,80 0,0176 4,84 12,55 0,209
7 11 139.11 29,50 28,00 0,0108 4,99 98,24 28,40 27,65 0,0076 4,36 9,34 0,156
0,217
12 0 0 0 0 0 93,52 29,40 28,40 0,0107 3,68 3,68 0,061
8 13 0 0 0 0 0 139,66 32,70 31,50 0,0086 5,46 5,46 0,091
0,220
14 131,66 32,30 31,00 0,0099 4,94 114,97 32,70 28,80 0,0339 2,77 7,71 0,129
9 15 0 0 0 0 0 66,95 30,90 30,80 0,0015 6,08 6,08 0,101
0,238
16 135,22 31,30 30,00 0,0096 5,10 101,04 30,80 28,85 0,0193 3,12 8,22 0,137
Contoh analisis untuk mendapatkan tcdapat dilihat pada lampiran 4. Setelah memperoleh tc selanjutnya dapat i
dan hasilnya ditampilkan pada tabel 4.9 – 4.10
26
Tabel 4.9 Metode Hasper
2 2
No Durasi hujan(t) Durasi Hujan (t) Ri R I It (I) (I) t
Metode Hasper digunakan untuk mendapat nilai a dan b. Adapun nilai perhitungannya dapat dilhat pada lampiran 5
27
Tabel 4.10 Intensitas Hujan (I)
No
Zona jam a b I (mm/jam)
Saluran
3
3 0,329 235,131 0,9135 189,221
4
5
4 0,294 235,131 0,9135 194,645
6
5 7 0,211 235,131 0,9135 209,127
8
6 9 0,323 235,131 0,9135 190,111
10
11
7 0,217 235,131 0,9135 207,961
12
13
8 0,220 235,131 0,9135 207,519
14
15
9 0,238 235,131 0,9135 204,156
16
28
Tabel 4.11 Nilai Koefisienlimpasan C berdasarkan penggunaan jenis
penggunaan lahan
29
Tabel 4.12 Nilai Koefisien limpasan C berdasarkan penggunaan jenis penggunaan
lahan
2 Pemukiman
3 Industri
7 Perkerasan
30
Nilai C untuk setiap blok pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Nilai koefisien limpasan permukaan (C) pada setiap blok pengaliran
A
No Penggunaan C
A Lahan Total C Blok
blok Lahan Tabel
(km²)
1 Rumah 0,00485 0,5
31
terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah
cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas
permukaan tanah.
Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap
ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Kondisi
daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh terhadap bagian dari air
hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan akan membentuk limpasan permukaan.
No No
C Blok I (mm/jam) A (km²) Qp (m3/s)
Blok Saluran
6 8
9 0,290 190,11 0,016 0,245
10
7 11
0,488 207,96 0,01 0,282
12
8 13
0,447 207,52 0,013 0,335
14
9 15
0,718 204,16 0,009 0,367
16
32
Hasil pada tabel diatas dilakukan dengan perhitungan debit limpasan. Adapun
perhitungan debit limpasan tersebut terlampir pada Lampiran 6.
33
4.1.5.3 Debit Limbah Non Domestik
Debit limbah non domestik dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun
sehingga unit fasilitas kegiatan yang menghasilkan air buangan perlu diproyeksikan
selama 10 tahun yang akan datang pada Desa Kuala Rosan.
Tabel 4.16 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Sekolah)
34
Tabel 4.17 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Ibadah)
35
Tabel 4.18 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Pasar)
36
Tabel 4.19 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Puskesmas)
37
Tabel 4.20 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Posyandu)
38
Tabel 4.21 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Pos polisi)
39
Tabel 4.22 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Kantor)
40
Adapun Debit total didapatkan dari debit limpasan ditambahkan dengan debit
total limbah pada Desa Kuala Rosan adalah sebagai berikut:
41
Berikut adalah persamaan bentuk saluran penampang hidrois terbaik, dapat
dilihat pada Tabel 4.24
42
Tabel 4.26 Koefisien kekasaran Manning
Jenis N
Dimana:
n : Koefisien manning
A : Luas saluran (m2)
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Kecepatan dalam saluran dapat menggunakan rumus Manning berikut ini:
1 2⁄ 1
𝑉= .𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 ....................................................................... (4.14)
𝑛
Dimana:
v : Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
n : Koefisien manning
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Tinggi jagaan adalah tinggi vertikal yang direncanakan dan elevasi
permukaan air rencana hingga puncak tanggul.Hal ini dimaksud untuk mencegah
43
melimpahnya air yang dapat mengancam kestabilan saluran.Meningginya muka
air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari tinggi jagaan adalah
(Standar Perencanaan Irigasi, 1986).
ℎ
𝑓 = √2 ………………………………………………………..(4.15)
Dimana:
Fr : Bilangan Froude
V : Kecepatan aliran (m/detik)
g : Percepatan gravitasi
y : Kedalaman aliran (m)
Tabel 4.27 Bilangan Froude
Jenis
Kriteria
Aliran
Fr < 1 Subkritis
Fr = 1 Kritis
Fr > 1 Superkritis
Sumber : Chow, 1959
44
Tabel 4.28 Dimensi Saluran Drainase
No Qtotal F (Tinggi Tinggi
Zona Sb n Y (m) B (m) A (m2) P (m) Rh (m) V (m/s) Fr Keterangan
Saluran (m3/s) Jagaan) Saluran Akhir
1 1 0,436 0,0181 0,035 0,482 0,964 0,465 1,928 0,241 1,480 0,681 0,491 0,973 Sub Kritis
2 2 0,153 0,0056 0,035 0,405 0,811 0,329 1,621 0,203 0,733 0,368 0,450 0,856 Sub Kritis
3 3 0,320 0,0093 0,035 0,487 0,974 0,474 1,947 0,243 1,067 0,488 0,493 0,980 Sub Kritis
4 0,160 0,0014 0,035 0,533 1,066 0,568 2,132 0,267 0,445 0,195 0,516 1,049 Sub Kritis
4 5 1,971 0,0062 0,035 1,037 2,075 2,153 4,150 0,519 1,448 0,454 0,720 1,758 Sub Kritis
6 5,135 0,0039 0,035 1,618 3,236 5,235 6,472 0,809 1,554 0,390 0,899 2,517 Sub Kritis
5 7 2,475 0,0120 0,035 0,999 1,997 1,995 3,995 0,499 1,962 0,627 0,707 1,705 Sub Kritis
6 8 1,917 0,0071 0,035 1,001 2,003 2,006 4,006 0,501 1,511 0,482 0,708 1,709 Sub Kritis
9 1,917 0,0045 0,035 1,088 2,175 2,366 4,351 0,544 1,281 0,392 0,737 1,825 Sub Kritis
10 3,164 0,0176 0,035 1,019 2,037 2,076 4,075 0,509 2,411 0,763 0,714 1,732 Sub Kritis
7 11 1,668 0,0076 0,035 0,937 1,874 1,755 3,747 0,468 1,502 0,496 0,684 1,621 Sub Kritis
12 0,606 0,0107 0,035 0,602 1,204 0,724 2,407 0,301 1,321 0,544 0,549 1,150 Sub Kritis
8 13 0,659 0,0086 0,035 0,647 1,294 0,837 2,588 0,324 1,243 0,494 0,569 1,216 Sub Kritis
14 0,998 0,0339 0,035 0,584 1,169 0,683 2,337 0,292 2,308 0,964 0,541 1,125 Sub Kritis
9 15 0,691 0,0015 0,035 0,914 1,828 1,671 3,657 0,457 0,654 0,218 0,676 1,590 Sub Kritis
16 1,061 0,0193 0,035 0,665 1,329 0,883 2,658 0,332 1,897 0,743 0,576 1,241 Sub Kritis
,
Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7.
45
Bangunan pelengkap pada perencanaan saluran drainase adalah gorong-
gorong. Gorong-gorong adalah salah satu bagian terpenting dari suatu bangunan
konstruksi jalan, sebagai saluran air tertutup dengan kegunaan untuk mengalirkan
air dari suatu sisi ke sisi yang lain dari bangunan jalan agar kondisi badan jalan
tetap kering dan kuat (tidak jenuh) (Haria, 2009).
Banyaknya gorong-gorong yang diperlukan pada perencanaan drainase di
Desa Kuala Rosan sebanyak 9 buah. Gorong-gorong 1 menghubungkan saluran
4 ke saluran 13.Gorong-gorong 2 menghubungkan saluran 3 ke saluran
15.Gorong-gorong 3 menghubungkan saluran 3 ke saluran 12.Gorong-gorong 4
menghubungkan saluran 14 ke saluran 10.Gorong-gorong 5 menghubungkan
saluran 16 ke saluran 12.Gorong-gorong 6 menghubungkan saluran 11 ke
saluran 8.Gorong-gorong 7 menghubungkan saluran 8 ke saluran 7 dan gorong-
gorong 8 menghubungkan saluran 10 ke saluran 6.
46
Tabel 4.29 Produksi Air Limbah
Sumber Air Limbah L/org/hari
Restoran 10 – 40
Bar/lounge 8
47
4.2.1 Proyeksi Penduduk
Q dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun, sehingga jumlah
penduduk dan kegiatan yang menghasilkan air buangan adalah hasil proyeksi
pada 10 tahun yang akan datang pada Zona I. Zona I terdapat rumah sebanyak 19
unit, dengan asumsi 1 unit rumah terdiri dari 5 jiwa. Jumlah penduduk pada
tahun 2016 sebanyak 95 jiwa. Proyeksi penduduk dilakukan dengan metode
geometri, prediksi jumlah pertumbuhan penduduk Desa Kuala Rosam zona I
dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut:
Tabel 4.31 Proyeksi Penduduk Desa Kuala Rosan (Saluran 1)
Jumlah
No Tahun Penduduk
(Jiwa)
1 2017 99
2 2018 103
3 2019 107
4 2020 111
5 2021 115
6 2022 120
7 2023 125
8 2024 129
9 2025 135
10 2026 140
11 2027 145
48
adalah 280 liter/orang/hari. Adapun proyeksi debit buangan Desa Kuala
Rosan selama 10 tahun pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut:
Tabel 4.32 Proyeksi Limbah Domestik Kuala Rosan (Saluran 1)
Debit limbah non domestik dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun
sehingga unit fasilitas kegiatan yang menghasilkan air buangan perlu dproyeksikan
selama 10 tahun yang akan datang pada Desa Kuala Rosan (Saluran 1)
Tabel 4.33 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Gereja)
49
Debit Air Debit Debit Debit Debit
Jumlah
No Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)
Tabel 4.34 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Pos Polisi)
50
Debit Air Debit Debit Debit Debit
Jumlah
No Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)
Tabel 4.35 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Posyandu)
51
Jumlah Debit Air Debit Debit Debit Debit
No Tahun Penduduk Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
(Jiwa) (L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)
Hasil analisis diatas, total debit air limbah Desa Kuala Rosan selama 10 tahun,
pada tahun 2027 sebesar 40690 liter/hari atau 0,00073 m3/detik.
52
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri.Terdapat dua sistem penyaluran
air limbah, sistem penyaluran terpusat dan sistem penyaluran terpisah.Sistem
penyaluran menggunakan sistem terpusat dimana air limbah dari seluruh daerah
pelayanan dikumpulkan dalam saluran pengumpul.Sedangkan sistem terpisah adalah
sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan. (Stella dan
Ariella, 2013)
Sistem pengaliran air limbah yang digunakan dalam perencanaan adalah
menggunakan sistem terpisah.Sistem terpisah dipilih agar lebih mudah dalam
perawatannya, untuk mengefisienkan sistem pengolahan, dan untuk membuat dimensi
saluran menjadi lebih ekonomis.Selain itu sistem terpisah menggunakan saluran
tertutup karena pertimbangan estetika lingkungan yaitu, tidak berbau, tidak menjadi
tempat berkembangbiaknya penyakit. (Stella dan Ariella, 2013)
1
𝑄 2,63
D=( )
0,2785𝑥𝐶𝑥𝑆 0,54
Dimana :
Q = Debit
D = Diameter pipa
53
130 Pipa Halus, semen, besi tuang baru
Dimana:
𝜃 : dalam radian, yaitu 180o = 3,14
d : diameter saluran (m)
Kecepatan dalam saluran dapat menggunakan rumus Hazen William
berikut ini:
2⁄ 1
𝑉 = 𝑘. 𝐶 . 𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 ....................................................................... (4.18)
Dimana:
v : Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
k : konstanta (0,849 untuk satuan metrik; 1,318 untuk satuan Inggris)
C : Koefisien Hazen-William yang tergantung pada kondisi air limbah dan
bahan pipa.
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Pipa air buangan harus memenuhi kemiringan minimum yang ditentukan
berdasarkan gaya seret aliran (tractive force).
𝜏 = 𝜌𝑤 𝑔𝑅ℎ 𝑆 ........................................................................................... (4.19)
Dimana:
54
𝜏 : Gaya seret (N/m2)
𝜌𝑤 : Kerapatan air (1000 kg/m3)
𝑔 : percepatan gravitasi (9,81 m2/detik)
𝑅ℎ : Jari-jari hidraulik (m)
𝑆 : Kemiringan pipa
Tabel 4.38 Desain Saluran Buangan
Desain Saluran 1
Jenis pipa yang akan digunakan adalah jenis pipa HDPE dengan koefisien
kekasaran pipa 140. Besarnya kapasitas air buangan yang dialirkan melalui pipa
transmisi diambil dari kebutuhan air pada tahun perencanaan terakhir yaitu sebesar
0.00073 m³/detik. Jenis pipa yang digunakan yaitu besi yang sangat halus.
Permukaan dalam pipa yang sangat halus sangat dibutuhkan untuk saluran air
buangan serta ketahanan pipanya cukup kuat.
55
terhadap korosi baik bagian internal maupun eksternal. Adapun hasil perhitungan
pada tabel 4.36 dapat dilihat pada lampiran 8.
56
Prinsip kerja instalasi pengolahan limbah cair buatan ini meniru atau hampir
sama dengan prinsip instalasi pengolahan limbah cair alami, tetapi perbedaannya
adalah bisa dibuat di tempat-tempat yang dikehendaki, instalasi pengolahan limbah
cair buatan ini semakin popular dan mampu mengolah berbagai limbah cair seperti
limbah cair domestik, limbah cair pemotongan hewan, limbah cair pabrik kertas,
limbah cair pabrik gula, limbah cair peternakan dan berbagai limbah cair lainnya
(Kurniadie, 2011).
Sistem lahan basah buatan (constructed wetland) pada dasarnya berfungsi untuk
memperbaiki kualitas air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima. Constructed wetland
sampai saat ini diyakini sebagai cara paling ekonomis untuk mengolah air limbah.
Contructed wetland sangat cocok diterapkan pada negara berkembang (terutama
daerah tropis yang iklimnya hangat), karena pengoperasian constructed wetland ini
tidak membutuhkan biaya investasi dan biaya pengoperasian yang tinggi, serta tidak
memerlukan tenaga operator khusus untuk mengoperasikannya. Selain itu
ketersediaan tanah yang relatif luas dan harga tanah yang tidak terlalu mahal di
negara-negara berkembang (dibandingkan dengan harga instalasi pengolahan limbah
modern) juga menyebabkan kolam ini cocok dikembangkan di negara berkembang
(Puspita, dkk. 2005).
Air olahan dari sistem lahan basah buatan ini pada tahap selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Air olahan ini sangat baik bagi
keperluan irigasi karena didalamnya terkandung nitrogen, fosfor, dan natrium yang
bermanfaat sebagai nutrien bagi tanaman. Endapan tanah organik yang terkumpul di
bagian dasar kolam juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah
pertanian. Selain itu biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi (Puspita, dkk. 2005).
57
Menurut Tangahu dan Warmadewanthi (2001), pengolahan air limbah dengan
sistem Wetland lebih dianjurkan karena beberapa alasan sebagai berikut :
Proses pengolahan air limbah dengan sistem ini dipengaruhi oleh media yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja sistem Wetland. Media reaktor lahan basah
aliran permukaan (SF-Wetlands) dan aliran bawah permukaan (SSFWetland) secara
umum dapat berupa tanah, pasir, batuan atau bahan-bahan lainnya. Tingkat
permeabilitas dan konduktivitas hidrolis media tersebut sangat berpengaruh terhadap
waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang cukup akan memberikan
kesempatan kontak antara mikroorganisme dengan air limbah, serta oksigen yang
dikeluarkan oleh akar tanaman (Tangahu & Warmadewanthi, 2001).
58
c. Penahan laju aliran sehingga memudahkan proses sedimentasi padatan, membantu
proses filtrasi (terutama bagian perakaran tanaman) dan mencegah erosi.
d. Penyerap nutrient dan bahan-bahan pencemar lainnya
e. Pencegah pertumbuhan virus dan bakteri pathogen dengan mengeluarkan zat-zat
tertentu semacam antibiotik.
Tanaman air yang biasa digunakan di dalam lahan basah buatan dan telah terbukti
mempunyai kemampuan baik dalam proses pengolahan air limbah/air tercemar dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Tanaman yang mencuat ke permukaan air (emergent aquatic macrophyte),
merupakan tanaman air yang berakar dibawah air dan berdaun di atas air.
b. Tanaman yang mengambang dalam air (submergent aquatic macrophyte),
merupakan tanaman air yang keseluruhannya berada di dalam air.
c. Tanaman yang mengapung di permukaan air (floating plant), merupakan tanaman
yang mempunyai akar di dalam air dengan daun di atas air.
Tanaman yang digunakan pada lahan basah buatan (wetland) yaitu tanaman Iris.
Tanaman Iris telah banyak digunakan sebagai tanaman holtikultura, karena tanaman
ini dapat beradaptasipada kondisi oksigen yang rendah. Tanaman tersebut dapat hidup
pada area-area yang memiliki kandungan zat organic terlarut yang sangat tinggi dan
tanaman ini dapat menurunkan zat organic terlarut hingga 25% lebih dari satu tahun.
Dalam 24 jam, dapat menurunkan E.coli sebesar 50%, Salmonela hingga 70%, dan
Entercoli hingga 60%. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa tanaman Iris dapat
menurunkan logam berat pada air limbah secara efisien dan ekonomis, karena
kemampuan tanaman ini dalam menyerap logam serta dapat bertahan dalam kondisi
tidak baik (Jacobs, Graves & Mangold, 2010).
Iris pseudoacorus termasuk bunga “perennial” yang artinya salah satu bunga yang
dapat hidup lebih dari 2 tahun.Panjang akar biasanya 4 – 8 inci (10-20 cm) dan
memiliki getah berwarna hitam. Setiap individu menghasilkan 10 daun yang ditutupi
oleh lapisan lilin berwarna putih dan abu-abu. Daunya berbentuk pedang dengan
panjang 50 – 100 cm dan lebarnya 10 – 30 cm. Berkembang biak setiap bulan secara
59
vegetatif melalui sistem perakaran maupun secara generatif melalui biji yang terletak
diujung batang pada pangkal daun.
Media tanam disusun sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu kerikil berfungsi
sebagai filter dan rongga yang tersusun antar kerikil memungkinkan oksigen masuk
sampai kedasar. Sedangkan lumpur berfungsi untuk pertumbuhan mikroorganisme
dan tanaman air.
Fokus utama penggunaan tanaman hias dalam penelitian ini ialah agar penerapan
sistem lahan basah buatan tersebut dapat diselaraskan dengan upaya menambah
keindahan lansekap, dimana sistem tersebut selain dipakai sebagai pengolah limbah
biologis juga dapat dimanfaatkan sebagai taman Berbagai model reaktor sistem lahan
basah buatan dapat dirancang tergantung pada jenis aliran yang digunakan, namun
reaktor dengan jenis aliran vertikal jauh lebih ekonomis. Mengingat efektivitas
Sistem Lahan Basah menggunakan tanaman hias Iris pseudoacorus memerlukan
waktu detensi yang cukup lama yakni selama 3 hari, maka model reaktor dapat
dimodifikasi dengan cara menambah volume atau memperluas dimensi reaktor
sehingga potensi kontak air limbah dengan substrat dan akar tanaman jauh lebih
besar.
Penambahan jumlah biomassa Iris pseudoacorus yang digunakan juga dapat
mempersingkat waktu tinggal air limbah dalam reaktor. Dengan asumsi bahwa
peningkatan biomassa Iris pseudoacorus secara tidak langsung akan memperluas zona
rhizosfer sehingga kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk mendegradasi
materi organik dapat terpenuhi. Penambahan jumlah biomassa juga akan
meningkatkan proses remediasi oleh tanaman itu sendiri
Efektivitas lahan basah buatan ditunjukkan dengan persentase reduksi polutan.
efektivitas dari sistem lahan basah buatan dalam mereduksi berbagai parameter
limbah, dimana semakin lama waktu penanaman semakin besar penurunan kadar
BOD, COD, Nitrat dan Fosfat. Adapun nilai hasil efisiensi BOD, COD dan nitrat yaitu
83-87% , sedangkan efisiensi nitrat sebesar 60%.
DAFTAR PUSTAKA
60
Chow, V.T. 1959.Handbook of Applied Hydrology. McGraw-Hill: New York.
Kamiana, I Made., 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu : Yogyakarta
Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarief., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Andi : Yogyakarta.
Masduki Hardjosuprapto M, 1996. Desain Drainase Perkotaan Vol.1 , ITB Bandung
Peraturan Gubernur Provinsi Jakarta No.122 Tahun 2005 .
Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage 6th Edition, McGraw-Hill,
Singapore
Triatmodjo, Bambang., 1998. Hidraulika I . Beta Offset : Yogyakarta.
Stella, dkk. 2013. Studi Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Pergerakan. ITB:
Bandung.
Syarifudin, dkk. 2015. Lahan Basah Buatan sebagai Media Pengolahan Air
Limbah Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamaei)
Bersalinitas Rendah. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.22 No.2:
202. IPB: Bogor.
William S. Spinger. 2002. Storm Drain Design in Land Development Handbook.The
Drewberry Companies. Mc-Graw Hill: New york.
Wanielista, M.P. 1990. Hydrology and Water Quality Control. Florida: John Wiley &
Sons.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. PT. Graha Ilmu: Yogyakarta.
LAMPIRAN
61
LAMPIRAN 1
1. Perhitungan Geometri
a. Standar Deviasi
√Σ(3153)2
S= 5
= 25,11
b. Korelasi
𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑦)(∑ 𝑥)
𝑟=
√{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 }{(𝑛 ∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 }
𝑛(92)−(30,54)(15)
𝑟=
√5(186,53)−(932,08)(5𝑥55)−(225)
= 0,989
c. Pertumbuhan Penduduk:
P2015– P2011
Ka =
2015 − 2011
490– 420
Ka =
4
Ka = 17,5 Jiwa / Tahun
d. Rasio:
P2018 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)2
= 529
P2019 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)3
= 550
62
P2020 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)4
= 572
P2021 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)5
= 594
P2022 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)6
= 618
P2023 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)7
= 642
P2024 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)8
= 668
P2025 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)9
= 694
P2026 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)10
= 721
P2027 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)11
= 750
LAMPIRAN 2
63
2. perhitungan nilai𝑪̅ , S, Cv, Cs, dan Ck.
̅)
1. Rata-Rata (𝑪
1
(𝑋̅) = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑐𝑖
1448
𝐶̅ = = 144,8
10=
2. StandarDeviasi
∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )2
(𝑆) = √
𝑛−1
38449.60
𝑆=√
9
𝑆 = 62,00
3. KoefisienVariasi
𝑆
(𝐶𝑣) =
𝐶̅
65,3618
𝐶𝑣 =
144.8
𝐶𝑣 = 0,428
4. Koefisien Skewness
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3
10 × 1933173.84
𝐶𝑠 =
9 × 8 × 65,36183
64
𝐶𝑠 = 1,126
5. Kofisien Ketajaman
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )4
(𝐶𝑘) =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)𝑆 4
10 × 460738997.2
𝐶𝑘 =
9 × 8 × 7 × 65,36184
𝐶𝑘 = 6,1
LAMPIRAN 3
3. Perhitungan nilai RT
Untuk menghitung nilai digunakan rumus berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋
LAMPIRAN 4
4. Analisis Menghitung Nilai tc
65
Untuk menghitung besarnya nilai tc menggunakan rumus :
tc =0,0195. L 0,77. S-0,385
Sebelum menghitung nilai tc, dihitung terlebih dahulu nilai-nilai yang
mempengaruhi nilai tc, yaitu menghitung nilai to dan td dari Saluran 1
sampai Saluran 16.
Menghitung nilai to :
S1 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 4250,77 x 0,0158-0,385
= 10,18 menit
S2 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 285,090,77 x 0,0046-0,385
= 12,07 menit
S3 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 191,350,77 x 0,0131-0,385
= 5,92 menit
S4 to = 0
S5 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 155,300,77 x 0,0064-0,385
= 6,62 menit
S6 to = 0
S7 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 197,610,77 x 0,0086-0,385
= 7,13 menit
S8 to = 0
S9 to = 0
S10 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 188,370,77 x 0,0064-0,385
= 7,71 menit
S11 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
66
= 0,0195 x 139,110,77 x 0,0108-0,385
= 4,99 menit
S12 to= 0
S13 to= 0
S14 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 131,660,77 x 0,0099-0,385
= 4,94 menit
S15 to= 0
S16 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 135,220,77 x 0,0096-0,385
= 5,10 menit
Menghitung nilai td :
S1 td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 409,580,77 x 0,0181-0,385
= 9,39 menit
S2td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 2330,77 x 0,0056-0,385
= 9,56 menit
S3td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 2160,77 x 0,0093-0,385
= 7,42 menit
S4td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 700,77 x 0,0014-0,385
= 6,41 menit
S5td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1130,77 x 0,0062-0,385
= 5,26 menit
S6td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
67
= 0,0195 x 1020,77 x 0,0039-0,385
= 5,79 menit
S7td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1670,77 x 0,00120-0,385
= 5,52 menit
S8td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 570,77 x 0,0071-0,385
= 2,94 menit
S9td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 66,77 x 0,0045-0,385
= 3,91 menit
S10 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1710,77 x 0,0176-0,385
= 4,84 menit
S11 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 980,77 x 0,0076-0,385
= 4,36 menit
S12 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 940,77 x 0,0107-0,385
= 3,68 menit
S13 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1400,77 x 0,0086-0,385
= 5,46 menit
S14 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1150,77 x 0,0339-0,385
= 2,77 menit
S15 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 670,77 x 0,0015-0,385
= 6,08 menit
68
S16 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1010,77 x 0,0193-0,385
= 3,12 menit
Sehingga tc :
S1 tc = to + td
= 10,18 + 9,39
= 19,57 menit = 0,326 jam
S2 tc = to + td
= 12,07 + 9,56
= 21,62 menit = 0,360 jam
S3 tc = to + td
= 5,92 + 7,42
= 13,34 menit = 0,222 jam
S4 tc = to + td
= 0 + 6,41
= 6,41 menit = 0,107 jam
Total tc zona = S3 + S4
= 0,222 + 0,107
= 0,329 jam
S5 tc = to + td
= 6,62 + 5,26
= 11,88 menit = 0,198 jam
S6 tc = to + td
= 0 + 5,79
69
= 5,79 menit
Total tc zona = S5 + S6
= 0,198 + 0,096
= 0,294 jam
S7 tc = to + td
= 7,13 + 5,52
= 12,65 menit = 0,211 jam
S8 tc = to + td
= 0 + 2,94
= 2,94 menit = 0,049 jam
S9 tc = to + td
= 0 + 3,91
= 3,91 menit = 0,065 jam
S10 tc = to + td
= 7,71 + 4,84
= 12,55 menit = 0,209 jam
Total tc zona = S8 + S9 + S10
= 0,049 + 0,065 + 0,209
= 0,323 jam
S11 tc = to + td
= 4,99 + 4,36
= 9,34 menit = 0,156 jam
S12 tc = to + td
= 0 + 3,68
= 3,68 menit = 0,061 jam
Total tc zona = S11 + S12
70
= 0,156 + 0,061
= 0,217 jam
S13 tc = to + td
= 0 + 5,46
= 5,46 menit = 0,091 jam
S14 tc = to + td
= 4,94 + 2,77
= 7,71 menit = 0,129 jam
Total tc zona = S13 + S14
= 0,091 + 0,129
= 0,220 jam
S15 tc = to + td
= 0 + 6,08
= 6,08 menit = 0,101 jam
S16tc = to + td
= 5,10 + 3,12
= 8,22 menit = 0,137 jam
Total tc zona = S15 + S16
= 0,101 + 0,137
= 0,238 jam
71
LAMPIRAN 5
5. Perhitungan Hasper dan Talbot
Analisis untuk mendapatkan nilai i (intensitas )
Untuk menghitung nilai i, dapat menggunakan rumusTalbot sebagai
berikut:
𝑎
𝑖= ....................................................................................... (4.6)
𝑡+𝑏
dimana,
i = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di
suatu wilayah
= 235,1312
(1260,708𝑥1199,655)−10𝑥112699
=
(10𝑥201130,6)−1589385
= 0,9135
72
𝑎 235.131
I4 = = = 189,221
𝑡+𝑏 0,329+0,9135
𝑎 235.131
I5 = = = 194,645
𝑡+𝑏 0,294+0,9135
𝑎 235.131
I6 = = = 194,645
𝑡+𝑏 0,294+0,9135
𝑎 235.131
I7 = = = 209,127
𝑡+𝑏 0,211+0,9135
𝑎 235.131
I8 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I9 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I10 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I11 = = = 207,961
𝑡+𝑏 0,217+0,9135
𝑎 235.131
I12 = = = 207,961
𝑡+𝑏 0,217+0,9135
𝑎 235.131
I13 = = = 207,519
𝑡+𝑏 0,220+0,9135
𝑎 235.131
I14 = = = 207,519
𝑡+𝑏 0,220+0,9135
𝑎 235.131
I15 = = = 207,156
𝑡+𝑏 0,238+0,9135
𝑎 235.131
I16 = = = 207,156
𝑡+𝑏 0,238+0,9135
LAMPIRAN 6
6. Perhitungan Qp
Analisis untuk mendapatkan nilai Qp
Untuk menghitung nilai Qp menggunakan rumus rasional yaitu :
S1𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,215 x 189,67 x 0,025
= 0,283 m3/detik
S2𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
73
= 0,278 x 0,264 x 184.58 x 0,011
= 0,149 m3/detik
S3𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,248 x 189,22 x 0,012
= 0,157 m3/detik
S4𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,248 x 189,22 x 0,012
= 0,157 m3/detik
S5𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,426 x 194,65 x 0,013
= 0,300 m3/detik
S6𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,426 x 194,65 x 0,013
= 0,300 m3/detik
S7𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,336 x 209,13 x 0,012
= 0,234 m3/detik
S8𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S9𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S10𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S11𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,488 x 207,96 x 0,01
= 0,282 m3/detik
74
S12𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,488 x 207,96 x 0,01
= 0,282 m3/detik
S13𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,447 x 207,52 x 0,013
= 0,335 m3/detik
S14𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,447 x 207,52 x 0,013
= 0,335 m3/detik
S15𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,718 x 204,16 x 0,009
= 0,367 m3/detik
S16𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,718 x 204,16 x 0,009
= 0,367 m3/detik
75
LAMPIRAN 7
7. Perhitungan Dimensi Saluran Drainase
Contoh Saluran 2 :
Qp + Qlimbah = 0,149 + 0,0037
= 0,153 m3/detik
Qeqiv (sesuai arah aliran) = 0,436 m3/detik
Sb = 0,0056
Debit total
Q=𝐴𝑥𝑉
2
1 1
= 2𝑦² (𝑛 𝑥 (2 𝑦)3 𝑥 𝑆 1/2
0,153 𝑥 0,035 3
y =( (0,0056)1/2 𝑥2𝑥0,629) 8
y = 0,405 m
Lebar bawah
𝑏 =2𝑥𝑦
𝑏 = 2 𝑥 0,405
= 0,811𝑚
Luas
𝐴 = 2 𝑥 𝑦2
𝐴 = 2 𝑥 (0,405)2
= 2 𝑥 0,164
76
= 0,329 𝑚2
Keliling Basah
𝑃 = 4𝑥𝑦
𝑃 = 4 𝑥 0,405
= 1,621 m
Jari-Jari Hidrolik
1
𝑅ℎ = 𝑦
2
1
𝑅ℎ = 𝑥0,405
2
= 0,203 𝑚
Kecepatan
1 2/3 1/2
𝑉= 𝑥𝑅 𝑥𝑆
𝑛
1
𝑉= 𝑥(0,203)2/3 𝑥(0,0056)1/2
0,035
𝑉 = 28,57 𝑥 0,343 𝑥 0,075
= 0,733 𝑚/𝑠
Bilangan Froude
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 𝑥 𝑦
0,733
𝐹𝑟 =
√9,81 𝑥 0,405
0,733
=
1,993
77
= 0,368 (Sub Kritis)
Tinggi Jagaan
𝑦
Fjagaan = √2
0,405
= √
2
= √0,2025
= 0,450
LAMPIRAN 8
Q = 0,00073 m3/s
Elevasi awal = 32,9
Elevasi akhir = 25,5
Sb = 0,0181
Diameter pipa
Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54
1
𝑄 2,63
D=( )
0,2785𝑥𝐶𝑥𝑆 0,54
1
0,00073 2,63
=( )
0,2785𝑥140𝑥0,01810,54
78
= 0,036 m = 36 mm
Luas Lingkaran
1
A= (𝜃 − sin 𝜃) 𝑑 2
8
1
A= (180° − sin 180°) 0,0362
8
= 0,0297 m2
1 sin 𝜃 2
R= (1 − )𝑑
4 𝜃
1 sin 180
R= (1 − ) 0.0362
4 180
= 0,0091 𝑚
= 0,68 𝑚/𝑠
79