Anda di halaman 1dari 79

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambahan penduduk yang sangat pesat merupakan masalah utama yang sedang
dihadapi oleh negara berkembang, khususnya Indonesia. Bertambahnya kebutuhan
kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus
hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Kota
merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka
untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduk harus ada sanitasi yang
memadai, misalnya drainase.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan.Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan.Drainase perkotaan
adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang
erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan sosial budaya kawasan tersebut
(Kodoatie.J.Robert dan Roestam S, 2005).
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.Drainase perkotaan tidak
hanya terbatas pada teknik penyaluran dan pembuangan kelebihan air akibat limpasan
air hujan akan tetapi juga meliputi penyaluran air buangan atau air limbah terutama
yang berasal dari aktifitas domestik. Sesuai dengan prinsipnya sebagai jalur
pembuangan maka waktu terjadi kelebihan air diusahakan untuk secepatnya dibuang
agar tidak menimbulkan genangan yang dapat mengganggu aktifitas perkotaan,
kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek kesehatan lingkungan
(Kodoatie. J. Robert dan Roestam S, 2005).

1
Khususnya di Desa Kuala Rosan merupakan daerah pemukiman yang padat
penduduk yang telah mengalami banyak perubahan tata guna lahan.Kondisi lahan
sebagai ruang terbuka hijau beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan
perkantoran. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya aliran permukaan langsung
dan menurunnya kuantitas air yang meresap ke dalam tanah, sehingga terjadi banjir
pada musim hujan. Bertambahnya kawasan pemukiman menyebabkan pemanfaatan
lahan yang semula terbuka, lolos air dan berfungsi sebagai daerah resapan berubah
menjadi kawasan tertutup perkerasan dan kedap air yang dapat meningkatkan
limpasan air permukaan, dan menyebabkan banjir dan genangan saat musim hujan.
Adanya drainase, genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari
dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta
aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Manfaat adanya drainase di Desa Kuala Rosan ini untuk membantu mencegah
terjadinya banjir.Segala sesuatu yang berlebihan cenderung akan mengakibatkan
dampak negatif. Begitupun jika kapasitas air di suatu tempat terlalu banyak, maka air
bisa merusak benda-benda dan infrastruktur yang tergenang. Contohnya air yang
berlebihan dapat mengelupas struktur jalan aspal, merusak permukaan jalan beton
menjadi tidak rata, dan mengeroposkan bagian bawah bangunan yang terendam.Tidak
hanya itu, pada lingkungan yang masih labil, keberadaan air yang terlalu banyak
dapat pula menyebabkan bencana alam seperti tanah longsor, erosi, dan banjir
bandang.Berdasarkan hal tersebut, diperlukannya perencanaan saluran drainase pada
Desa Kuala Rosan, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau.

1.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan saluran drainase yaitu memberikan solusi atau
pemecahan masalah banjir yang terjadi, mengetahui besarnya debit dan
merencanakan sistem saluran drainase yang optimal serta bekerja secara
efektif.Selain itu, menganalisis rancangan berdasarkan kriteria desain serta proyeksi
jumlah penduduk dan kebutuhan air dengan periode ulang 10 tahun.

2
1.3 Cakupan Pekerjaan
Cakupan pekerjaan dengan memproyeksikan jumlah penduduk, desain teknik
saluran drainase dan lahan resapan, menganalisis hidrologi dan produksi air buangan
dengan cara menganalisis menggunakan metode hidrologi dan menentukan periode
ulang 10 tahun. Adapun perhitungan yang digunakan yaitu curah hujan
rencana,.intensitas hujan, koefisien limpasan permukaan, rancangan anggaran biaya
serta debit puncak yang dihasilkan dari limpasan hujan.

3
BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1 Kondisi Geografis


Lokasi perencanaan berada di Desa Kuala Rosan, Kecamatan Meliau,
Kabupaten Sanggau.Desa Kuala Rosan merupakan salah satu dari 19 Desa yang ada
di Kecamatan Meliau. Luas wilayah pada Desa Kuala Rosan yaitu ± 0,1925 Km².
Secara geografis Desa Kuala Rosan terletak pada 0º11’45’’ Lintang Selatan sampai
0º15’20” Lintang Selatan dan 110º19’00” Bujur Timur sampai 110º21’10” Bujur
Timur.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Perencanaan Pembangunan Drainase

4
Secara administratif Desa Kuala Rosan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Meliau Hilir
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Lalang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Mukti Jaya
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Kunyil

2.2 Kependudukan
Desa Kuala Rosan dalam angka tahun 2017 bahwa kepadatan penduduknya
yaitu sebanyak 2545 jiwa per kilometer persegi.Rata-rata jumlah anggota keluarga
untuk setiap keluarga di Desa Kuala Rosan adalah 5 jiwa per keluarga.Laju
pertumbuhan penduduk menurut BPS Kuala Rosan, hasil sensus penduduk 2010yaitu
1,63 persen per tahun. Masalah pokok dalam bidang kependudukan antara lain adalah
jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran
penduduk yang belum merata, komposisi penduduk yang tidak seimbang serta arus
urbanisasi dari desa ke kota.Jumlah penduduk di Desa Kuala Rosanyang digunakan
adalah sebanyak 490 jiwa dan 1 rumah tangga terdapat 5 jiwa. Perencanaan air
buangan drainase berdasarkan data kependudukan 5 tahun terakhir.
Tabel 2.1 Kependudukan Desa Kuala Rosan Tahun 2012-2016
Jumlah
Kepadatan
Penduduk
Tahun
(jiwa/
(Jiwa)
Km2)

2012 420 2.181

2013 430 2.233

2014 445 2.311

2015 465 2.415

2016 490 2.545

5
2.3 Fasilitas Umum
2.3.1 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Desa Kuala Rosan disediakan hampir
sepenuhnya oleh pemerintah.Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Kuala
Rosan tahun ajaran 2016 adalah SD sebanyak 1unit dengan jumlah guru
sebanyak 28 orang dan jumlah murid sebanyak 360 anak. Sementara jumlah
SMP 1 unit dengan jumlah guru 22 orang dan murid 180 orang, SMU
sebanyak 1unit dengan jumlah guru 20 orang dan murid orang.Hal ini
membuktikan bahwa keseriusan pemerintah daerah untuk terus berupaya
meningkatkan ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan kepada seluruh
masyarakat hingga menjangkau daerah terpencil.

Table 2.2 Jumlah Unit Fasilitas Pendidikan di Desa Kuala Rosan


Jumlah Guru Murid
Sekolah Sekolah
(jiwa) (jiwa)
(Unit)
SD 1 28 360

SMP 1 22 180

SMA 1 20 165

2.3.2 Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan di Desa Kuala Rosan terdapat 1 puskesmas dan
1 posyandu.Hal ini membuktikan bahwa keseriusan Pemerintah daerah
untuk terus berupaya meningkatkan ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat hingga menjangkau daerah
pedesaan.

Tabel 2.3 Jumlah Unit Fasilitas Kesehatan di Desa Kuala Rosan


Sarana Jumlah
Kesehatan (unit)
Puskesmas 1
Posyandu 1

6
2.3.3 Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Jumlah tempat ibadah
diwilayah Desa Kuala Rosan di tahun 2016 terdapat 1 Masjid, dan 1
Gereja.

Tabel 2.4 Jumlah Fasilitas Ibadah di Desa Kuala Rosan


Tempat Jumlah
Ibadah (unit)
Masjid 1
Gereja 1

2.3.4 Perkantoran
Fasilitas perkantorandi Desa Kuala Rosan terdapat 1 kantor dan 1
pos polisi. Hal ini membuktikan bahwa keseriusan Pemerintah daerah
untuk terus berupaya meningkatkan ketersediaan fasilitas sarana dan
prasarana perkantoran di Desa Kuala Rosan kepada seluruh masyarakat
hingga menjangkau daerah pedesaan.

Tabel 2.5 Jumlah Fasilitas Perkantoran di Desa Kuala Rosan

Jumlah
Perkantoran
(unit)

Kantor 1

Pos Polisi 1

2.4 Topografi
Secara umum Desa Kuala Rosan merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit dan rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan
Sungai Sekayam.Adapun jenis tanah yang terdapat di Desa Kuala Rosan adalah jenis
podsolik merah kuning batuan dan padat yang hampir merata di seluruh desa.Formasi
geologi antara lain adalah Formasi kwartir, Kapur, Trias, Pistosen, Instruksif dan
Plutonik Basa menengah, Intruksif Plutonik Asam, Seksi Hablur Intruksif dan

7
Plutonik Lapisan Batu dan Permo Karbon. Topografi wilayah Desa Kuala Rosan
berada pada kontur titik tertinggi sebesar 77 mdpl hingga terendah 25 mdpl.

2.5 Hidrologi
Daerah Desa Kuala Rosan adalah beriklim tropis basah (subtropis) mengingat
daerah ini dilalui oleh garis khatulistiwa.Sehubungan dengan itu, maka dikenal
adanya dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Biasanya di antara
kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba yaitu terjadinya perubahan cuaca,
suhu udara, tingkat kelembaban udara, panjang sinar matahari serta arus angin.Hal ini
terjadi sebagai akibat di musim panas seringkali terjadi turun hujan, sementara pada
musim hujan juga dijumpai teriknya matahari.
Tingkat curah hujan di Desa Kuala Rosan berdasarkan stasiun pengukur
hujan, bahwa hari hujan di wilayah ini setiap tahun mengalami perubahan.Adanya
perbedaan yang cukup mencolok, namun demikian perubahan cuaca yang terjadi
merupakan gejala alam yang sulit untuk diprediksi sebelumnya.Bulan Juni sampai
dengan Agustus merupakan bulan-bulan kering karena curah hujan tergolong sangat
rendah.Sebaliknya, pada bulan September sampai dengan bulan Februari dapat
digolongkan ke dalam musim hujan dan pada saat inilah para petani mulai menggarap
lahan pertanian mereka, khususnya pertanian padi.
Desa Kuala Rosan terdapat beberapa titik yang rawan banjir, ini dapat dilihat
pada garis kontur yang terdapat di peta.Adapun titik kontur 25 mdpl yang berada di
dekat perumahan dan dekat Gereja dapat dikatakan rawan banjir, karena garis
konturnya renggang yang menandakan tempat tersebut curam yang mengakibatkan
terjadinya banjir.

8
BAB 3
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

3.1 Metode Proyeksi Penduduk


Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas-fasilitas yang ada sangat diperlukan
untuk kepentingan perencanaan dan perancangan serta evaluasi perencanaan air
buangan dan drainase. Kebutuhan akan air buangan semakin lama semakin meningkat
sesuai dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk dimasa yang akan datang.
Suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk (termasuk juga fasilitas-
fasilitas umum).Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya dan
ketelitiannya bersifat subjektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metode.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk, yaitu (Smith,
dkk, 2001) :
1. Jumlah populasi peduduk dalam suatu area
Bila perkembangan penduduk pada masa lampau tidak terdapat
penurunan, maka proyeksi penduduk akan semakin teliti.
2. Kecepatan pertambahan penduduk
Apabila angka kecepatan pertambahan penduduk pada masa lampau
semakin besar, maka proyeksi penduduk akan berkurang petelitiannya.
3. Kurun waktu proyeksi
Semakin panjang kurun waktu proyeksi, maka proyeksi penduduk
akan semakin berkurang ketelitiannya. Data penduduk masa lampau
sangat penting untuk menentukan proyeksi penduduk pada masa yang
akan datang. Jadi pada dasarnya proyesi penduduk pada masa yang akan
datang sangat bergantung pada data penduduk saat sekarang ataupun
masa lampau.

9
Ada tiga metode untuk menghitung proyeksi penduduk, yaitu :
a. Metode Rata-rata (Aritmatik)
Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
selalu naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang
digunakan :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + 𝑟(𝑑𝑛) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.1)
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi
r = rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun
dn = kurun waktu proyeksi

b. Metode Berganda (Geometrik)


Proyeksi dengan metoda ini menganggap bahwa perkembangan
penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk .Metoda
ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun,
disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Rumus yang digunakan
sebagai berikut:
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + (1 + 𝑟)𝑑𝑛 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.2)
dimana :
Po = Jumlah Penduduk mula-mula
Pn = Penduduk tahun n
dn = kurun waktu
r = rata-rata prosentase tambahan penduduk pertahun

c. Metode Selisih Kuadrat Minimum (Least Square)


Metoda ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data
perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis
linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah.Dalam

10
persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil.Rumus yang
digunakan:
𝑃𝑛 = 𝑎 + (𝑏𝑡) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.3)
dimana :
t = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a = {(∑ 𝑝)(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)(∑ 𝑝. 𝑡)}/{𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)2 }
b = {𝑛(∑ 𝑝. 𝑡) − (∑ 𝑡)(∑ 𝑝)}/{𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡)2 }

d. Pemilihan Metode Proyeksi


Cara menentukan pilihan metode proyeksi jumlah penduduk yang akan
digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus
dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi. Standar deviasi adalah ukuran
dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata (mean).Cara mementukan
metode proyeksi yang paling mendekati kebenaran terlebih dahulu perlu dihitung
standar deviasi dari hasil perhitungan ketiga metode diatas.
√Σ(yi−y mean)2
S= untuk n < 20. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.4)
n

Dimana :
S = standar deviasi
Yn = variable independen Y
Y = data penduduk per tahun
n = jumlah data
Cara menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih
dahulu mencari nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap - tiap metode. Adapun metode
yang mempunyai nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1 (satu), sesuai atau
tidaknya analisa yang akan dipilih ditentukan dengan menggunakan nilai koefisien
korelasi yang berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu) maka metode itulah yang dipakai
untuk memproyeksikan penduduk. Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut :
𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑦)(∑ 𝑥)
𝑟= ............................ (3.5)
√{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 }{(𝑛 ∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 }

11
Keterangan :
n = Jumlah data
x = Urutan tahun
y = Jumlah proyeksi penduduk
Adapun dilakukan perhitungan proyeksi menggunakan beberapa metode –
metode proyeksi yang digunakan untuk menentukan metode proyeksi yang tepat pada
jumlah penduduk yaitu Metode Aritmatik, Metode Geometri, dan Metode Least
Square.
Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan, metode yang digunakan dalam
memproyeksikan penduduk di Desa Kuala Rosan adalah dengan menggunakan
metode geometri.Metode ini digunakan karena memenuhi kriteria nilai standar
deviasi terendah dan korelasi mendekati 1 atau paling besar. Hasil perhitungan
standar deviasi sebesar 25,11 dan korelasinya adalah 0,989. Perhitungan ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1

12
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Kolerasi Semua Metode

Data Aritmatik Geometrik Least Square

Jumlah
Tahun Penduduk x Y xy x² y² x y xy x² y² x y xy x² y²

2012 420 0 1 6,04 6,04 1 36,48 1 420 420 1 176400

2013 430 1 10 10 1 100 2 6,06 12,13 4 36,77 2 430 860 4 184900

2014 445 2 15 30 4 225 3 6,10 18,30 9 37,18 3 445 1335 9 198025

2015 465 3 20 60 9 400 4 6,14 24,56 16 37,72 4 465 1860 16 216225

2016 490 4 25 100 16 625 5 6,19 30,97 25 38,37 5 490 2450 25 240100

Jumlah 2250 10 70 200 30 4900 15 30,54 92,00 55 186,53 15 2250 6925 55 1015650

r (korelasi) 0,303 0,989 0,986


Standar Deviasi 51,51 25,11 26,35

keterangan : x = urutan tahun


y (aritmatik) = pertambahan penduduk
y (geometrik) = ln (jumlah penduduk)
y (least square) = pertambahan penduduk

13
3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Desa kuala rosan merupakan daerah yang padat penduduk. Jumlah penduduk
pada tahun 2016 tercatat sebanyak 490 jiwa dengan luas wilayah 0,1925 Km2
sertakepadatan penduduk sebanyak 2545 jiwa/km2. Perencanaan air buangan
dandrainaseinimenggunakan data kependudukandari 5 tahunsebelumnya yang
tercantum dalam Tabel 3.2.Adapun hasil proyeksi jumlah penduduk selama 10 tahun
ke depan menggunakan metode geometri dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.2 Pertambahan Penduduk Desa Kuala Rosan
Jumlah Pertumbuhan
Tahun Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Persen)
2012 420

2013 430 2,38

2014 445 3,49

2015 465 4,49

2016 490 5,38

Jumlah 15,7

Rata – rata 3,925

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk Desa Kuala Rosan, Kabupaten Meliau,


Kabupaten Sanggau dengan rasio pertambahan penduduk sebesar 3,94%.

14
Tabel 3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Desa Kuala Rosan
Jumlah
No. Tahun Penduduk
(Jiwa)
1. 2017 509
2. 2018 529
3. 2029 550
4. 2020 572
5. 2021 594
6. 2022 618
7. 2023 642
8. 2024 668
9. 2025 694
10. 2026 721
11. 2027 750

Adapun hasil perhitungan proyeksi penduduk 10 tahun ke depan dapat dilihat


pada lampiran 1.

15
BAB 4
ANALISIS HIDROLOGI DAN PRODUKSI AIR BUANGAN

4.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi merupakan bidang yang sangat rumit dan kompleks.Hal ini
dikarenakan oleh ketidakpastian siklus hidrologi itu sendiri, rekaman data dan
kualitas data. Hujan adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi secara pasti seberapa
besar curah hujan yang akan terjadi pada suatu periode waktu, maka diperlukan
analisis hidrologi (Bambang Triatmodjo,1998).
Analisis hidrologi bertujuan untuk memperoleh debit puncak limpasan hujan
(Qp) yang akan dialirkan dalam saluran drainase. Daerah pengaliran kecil dan waktu
konsentrasi alirn yang pendek Qp dapat dihitung dengan menggunakan rumus
rasional ( Wanielista,1990).
Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai
atau saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas (I Made Kamiana, 2011).
𝑄𝑝 = 0,278 × 𝐶 × 𝑖 × 𝐴 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4.1)
Dimana :
Qp = debit limpasan hujan (m3/detik).
I = intensitas hujan (mm/jam).
C = nilai koefisien C untuk sub daerah pengaliran.
A = luas sub daerah pengaliran (km2)
Berdasarkan hal diatas, perlu ditentukan terlebih dahulu koefisien limpasan
permukaan (sesuai dengan jenis penggunaan lahan dan periode ulang yang
diinginkan), intensitas hujan (untuk curah hujan rencana dengan periode ulang yang
diinginkan) dan luas daerah pengaliran.

16
4.1.1 Periode Ulang Hujan (Tr)
Penanganan masalah banjir tidak terlepas dari tersedianya infrastruktur
pengendali banjir seperti bendungan, bendung, jaringan irigasi, saluran drainase dan
lain-lain.Desain bangunan air pengendali banjir tersebut dibutuhkan informasi curah
hujan maksimum dengan periode ulang tertentu. Besarnya curah hujan maksimum
untuk setiap rancangan bangunan air tergantung pada usia guna dan kapasitas
tampung, sebagai contoh untuk bangunan waduk yang besar dibutuhkan informasi
hujan maksimum dengan periode ulang yang besar dengan periode ulang 50,100
tahunan, sedangkan untuk saluran irigasi membutuhkan informasi curah hujan
maksimum dengan periode ulang yang pendek dengan periode ulang antara 2, 5, 10
tahunan (Masduki Hardjosuprapto M, 1996).
Periode ulang adalah waktu perkiraan di mana hujan dengan suatu besaran
tertentu akan disamai atau dilampaui. Besarnya debit rencana untuk fasilitas drainase
tergantung pada interval kejadian atau periode ulang yang dipakai. Jika debit yang
dipilih adalah debit dengan periode ulang yang panjang, berarti debit rencana besar,
maka kemungkinan terjadinya debit banjir yang melampaui debit rencana dan resiko
kerusakan menjadi menurun, namun biaya konstruksi untuk menampung debit yang
besar menjadi meningkat begitu pula sebaliknya (Wanielista, 1990).
Saluran drainase yang akan dibangun selain berfungsi untuk menyalurkan air
hujan yang berlebihan juga akan melindungi lahan, bangunan dan badan jalan dari
kerusakan akibat genangan air. Tr untuk berbagai jenis drainase adalah sebagai
berikut :

17
Tabel 4.1 Periode Ulang Hujan (Tr) Untuk Perencanaan

Struktur Hidraulik Tr (tahun)

Sistem drainase minor* 2 – 25

Sistem drainase mayor* 10 – 50

Gorong-gorong minor* 10 – 50

Gorong-gorong mayor* 25 – 100

Kolam detensi/retensi kecil, on-site* 2, 10, 25, 100

Kolam detensi/retensi besar, on-site* 10 – PMF

Dataran banjir di sungai kecil* 10 -100

Dataran banjir di sungai besar* >100

Perkarangan rumah, taman dan kuburan** 2

Daerah pemukiman, perkantoran dan lain-lain

Jalan lingkungan** 5

Jalan dalam kota** 2–5

5 – 10

Berdasarkan Tabel 4.1 perencanaan drainase pada Desa Kuala Rosan


termasuk sistem drainase daerah pemukiman, perkantoran, perdagangan dan industri.
Saluran drainase memiliki ketentuan desain untuk periode ulang hujan 5 tahun. Oleh
karena itu, Desa Kuala Rosan menggunakan periode ulang hujan (Tr) 5 tahun.

4.1.2 Curah Hujan Rencana (Rr)


Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana
(perhitungan potongan melintang dan lain-lain) adalah curah hujan jangka waktu
yang pendek dan bukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah
hujan tahunan atau bulanan. Curah hujan tersebut berdasarkan volume debit (yang
disebabkan oleh curah hujan) dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan
debit banjir, rencana peluap suatu bendungan, gorong- gorong melintasi jalan dan
saluran, selokan-selokan samping (Sostrodarsono dan Takeda, 1976).

18
Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan debit puncak limpasan
hujan (Qp) adalah data curah hujan harian maksimum yang diperoleh dari data
Stasiun Desa Kuala Rosan dengan panjang tahun pengamatan 10 tahun. Tabel 4.2
menampilkan data curah hujan harian maksimum sebagai berikut:
Tabel 4.2 Curah Hujan Harian Maksimum Desa Kuala Rosan
Curah Hujan
Tahun
(mm)
2003 63
2004 87
2005 96
2006 95
2007 190
2008 162
2009 146
2010 140
2011 284
2012 184
Jumlah 1448

Tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai
rata -ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai rata-
ratanya. Sehingga diperlukan pengukuran, yakni melalui perhitungan parametrik
statistik untuk (Xi–X), (Xi–X)2, (Xi–X)3, (Xi–X)4 terlebih dahulu.

Dimana : C = Jumlah curah hujan maks (mm)

𝐶̅ = Rata-rata curah hujan maksimum daerah (mm)

Parameter-Parameter tersebut meliputi:

1
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝐶̅ ) = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝐶𝑖 …………………………………………...(4.1)

∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
2
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 (𝑆) = √ 𝑛
…………………………………(4.2)

19
𝑆
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝐶𝑣) = 𝐶̅ …………………………………...………(4.3)

𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
3
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 (𝐶𝑠) = (𝑛−1)(𝑛−2)𝑆 3
………………………….…(4.4)

𝑛 ∑𝑛
𝑖=1(𝑐𝑖 −𝑐̅)
4
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑡𝑎𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝐶𝑘) = …………………… (4.5)
(𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆 4

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan beberapa parameter yang menjadi


syarat penggunaan suatu metode distribusi. Tabel tersebut akan menunjukkan
beberapa nilai Cs, Cv, dan Ck yang menjadi persyaratan dari penggunaan empat
jenis metode distribusi. Hasil perhitungan distribusi hujan dan syarat metode
sebaran dapat dilihat seperti pada Tabel 4.3 - Tabel 4.4

Tabel 4.3. Persyaratan metode sebaran

No Jenis Sebaran Syarat Perhitungan Keterangan

Cs = 0 1,126161495 tidak memenuhi


1 Normal
Ck = 3 6,183591394 tidak memenuhi

Cs= 0.763 1,126161495 tidak memenuhi


2 Log Nomal
Ck = 3 6,183591394 tidak memenuhi

Cs ≤ 1.1398 1,126161495 tidak memenuhi


3 Gumbel
Ck ≤ 5.402 6,183591394 tidak memenuhi

1,126161495 memenuhi
4 log pearson III Selain nilai diatas
6,183591394 memenuhi
(Sumber : Soewarno, 1995)

20
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum

Curah
Hujan
Tahun Xi-X (Xi-X)2 (Xi-X)3 (Xi-X)4
Maksimum
(Xi)

2003 63 -8,.8 6691,24 -547343,432 44772692,7


2004 87 -57,8 3340,84 -193100,552 11161211,9
2005 96 -48,8 2381,44 -116214,272 5671256,47
2006 95 -49,8 2480,04 -123505,992 6150598,4

2007 190 45,2 2043,04 92345,408 4174012,44


2008 162 17,2 295,84 5088,448 87521,3056
Selanjutnya akan dihitung besarnya RT yaitu curah hujan harian maksimum dengan Tr 10 ta
2009 146 1,2 1,44 1,728 2,0736

2010 140 -4,8 23,04 -110,592 530,8416


2011 285 140,2 19656,04 2755776,808 386359908
2012 184 39,2 1536,64 60236,288 2361262,49
Jumlah 1448 38449,6 1933173,84 460738997
Rata-rata
144,8
(X)
Standar
62,00774145
deviasi (S)
Cv 0,428230259
Cs 1,126161495
Ck 6,183591394

Selanjutnya akan dihitung besarnya RT yaitu curah hujan harian


maksimum dengan Tr 10 tahun. Adapun hasil pada tabel 4.4 dapat dilihat pada
lampiran 2. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode analisis Log
Pearson Type III. Persamaan distribusi frekuensi yang digunakan sebagai berikut
(CD.Soemarto,1999):
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋
Dimana :
Log XT = nilai logaritma hujan rencana dengan periode ulang T
Log X = nilai rata-rata dari log X
KT = variabel Standar (Cs pada tabel frekuensi KT untuk distribusi Log
Pearson Type III)

21
S Log X = Standar deviasi dari log

Tabel 4.5 Nilai KT untuk Distribusi Log Pearson Type III Kemencengan (Positif)

PeriodeUlang
Peluang Kt
(Tahun)

2 0,5 -0,099

5 2 0,8

10 0,1 1,32

20 0,05 1,939

50 0,02 2,359

100 0,01 2,755


(Sumber :Bambang Triatmodjo 2008)

Tabel 4.6 Perhitungan Log Pearson Type III

(Log Xi - Log
Curah Hujan (Log Xi - Log RATA-
Tahun Maksimum (Xi) Log Xi Rata)2 RATA)3
2003 63 1,799 0,104 -0.034
2004 87 1,940 0,033 -7164,219
2005 96 1,982 0,019 -7116,661
2006 95 1,978 0,021 -7121,710
2007 190 2,279 0,025 -6792,625
2008 162 2,210 0,008 -6867,399
2009 146 2,164 0,002 -6916,466
2010 140 2,146 0,001 -6936,332
2011 285 2,455 0,111 -6604,907

2012 184 2,265 0,020 -6807,631


Jumlah 1448 21,217 0,344 -62327,983
Log Rata-rata
(X) 144,8 2,121
Standar
Deviasi (S) 0,195
Cs 0,640

22
Adapun untuk harga Cs = 0,6398 dan Tr (Periode Ulang) tertentu maka
harga Faktor Gt, untuk sebaran Log Pearson III dapat dihitung dalam interpolasi
(lihat tabel 4.5) Hasil perhitungan selanjutnya dibuat tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7 Curah Hujan Rencana Periode Ulang T tahun dengan Metode Log Pearson Type
III

Periode
Ulang Kt LOG XT RT (mm)
(Tahun)

2 -0,099 2,102 126,586


5 0,8 2,278 189,682
10 1,33 2,382 240,754
25 1,94 2,501 316,775
50 2,36 2,583 382,655
100 2,75 2,659 456,040

Jadi besarnya curah hujan rencana (RT) periode ulang Tr 10 tahun dengan
Metode Log Pearson Type sebesar 240,75 mm. Analisis lengkap untuk mendapatkan
RT dapat dilihat pada lampiran 3.

4.1.3 Intensitas Hujan


Intensitas Hujan dicari dengan menggunakan Metode Haspers & der
Weduwen.Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang
dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang
simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih
kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda, 2007 ). Perhitungan intensitas curah hujan
dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen adalah sebagai berikut :

1218𝑡+54
𝑅𝑡 = 𝑋𝑡 ( )......................................................................(4.6)
𝑋𝑡 (1−𝑡)+1272𝑡
𝑅
𝐼= ………………...……………………………………………………..(4.7)
𝑡

23
Untuk 1 ≤ t < 24 jam:

11300𝑡 𝑋𝑡
𝑅 = (√ [ ])……………………………………………….(4.8)
𝑡+ 3.,12 100

Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R, Rt = Curah Hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
T = Durasi curah hujan (jam)
Xt = Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)

Metode perhitungan Haspers dan Der Weduwen dilakukan dengan


menggunakan persamaan Talbot.Rumus Talbot dikemukakan oleh professor Talbot
pada tahun 1881.Rumus ini banyak digunakan di Jepang karena mudah
diterapkan.Tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga terukur. Adapun
persamaan talbot tersebut :
𝑎
𝐼= ………………………………………………………………(4.9)
𝑡+𝑏
∑[𝐼.𝑡] ∑[𝐼 2 ]− ∑[𝐼 2 .𝑡] ∑[𝐼]
𝑎= …………………………...………...(4.10)
𝑁 ∑[𝐼 2 ]− ∑[𝐼][𝐼]

∑[𝐼] ∑[𝐼.𝑡]−𝑁 ∑[𝐼 2 .𝑡]


𝑎= …………………………………………(4.11)
𝑁 ∑[𝐼 2 ]− ∑[𝐼][𝐼]

Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
a dan b = Konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang
terjadi di suatu wilayah
N = Jumlah durasi curah hujan sampel (8 jenis durasi curah
hujan)

24
Rumus Talbot memerlukan data lamanya hujan (t). Untuk rumus
rasional, t yang menyebabkan Qp sama dengan waktu konsentrasi aliran (tc)
(Waniliesta, 1990). Tc pada suatu daerah pengaliran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Kirpich. Rumus Kirpich yang digunakan untuk menghitung
tc adalah sebagai berikut ( Springer, 2002) :
tc =0,0195. L 0,77. S-0,385 ............................................................................ (4.12)

Dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit).
L = panjang aliran atau saluran (feet).
S = kemiringan rata-rata daerah pengaliran atau saluran.

Untuk menentukan tc perlu diperkirakan arah aliran di dalam setiap blok


pengaliran dan ruas saluran drainase. Arah aliran di dalam saluran drainase dapat
dilihat pada gambar.
Berikut ini adalah tc pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran drainase :

25
Tabel 4.8 Waktu konsentrasi (tc) pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran drainase.
elevasi lahan elevasi saluran tc zona
Zona Saluran Lo (m) So To Ld (m) Sd td tc (menit ) tc (jam)
Awal Akhir awal akhir (jam)

1 1 425,00 33,00 26,30 0,0158 10,18 409,58 32,90 25,50 0,0181 9,39 19,57 0,326 0,326
2 2 285,09 33,30 32,00 0,0046 12,07 232,90 32,90 31,60 0,0056 9,56 21,62 0,360 0,360
3 3 191,35 32,50 30,00 0,0131 5,92 216,01 31,50 29,50 0,0093 7,42 13,34 0,222
0,329
4 0 0 0 0 0 70,07 31,60 31,50 0,0014 6,41 6,41 0,107
4 5 155,30 27,30 26,30 0,0064 6,62 113,09 27,50 26,80 0,0062 5,26 11,88 0,198
0,294
6 0 0 0 0 0 101,83 26,80 26,40 0,0039 5,79 5,79 0,096
5 7 197,61 29,00 27,30 0,0086 7,13 167,26 29,50 27,50 0,0120 5,52 12,65 0,211 0,211
6 8 0 0 0 0 0 56,61 27,90 27,50 0,0071 2,94 2,94 0,049
9 0 0 0 0 0 65,95 28,80 28,50 0,0045 3,91 3,91 0,065 0,323
10 188,37 28,50 27,30 0,0064 7,71 170,68 28,80 25,80 0,0176 4,84 12,55 0,209
7 11 139.11 29,50 28,00 0,0108 4,99 98,24 28,40 27,65 0,0076 4,36 9,34 0,156
0,217
12 0 0 0 0 0 93,52 29,40 28,40 0,0107 3,68 3,68 0,061
8 13 0 0 0 0 0 139,66 32,70 31,50 0,0086 5,46 5,46 0,091
0,220
14 131,66 32,30 31,00 0,0099 4,94 114,97 32,70 28,80 0,0339 2,77 7,71 0,129
9 15 0 0 0 0 0 66,95 30,90 30,80 0,0015 6,08 6,08 0,101
0,238
16 135,22 31,30 30,00 0,0096 5,10 101,04 30,80 28,85 0,0193 3,12 8,22 0,137

Contoh analisis untuk mendapatkan tcdapat dilihat pada lampiran 4. Setelah memperoleh tc selanjutnya dapat i
dan hasilnya ditampilkan pada tabel 4.9 – 4.10

26
Tabel 4.9 Metode Hasper

2 2
No Durasi hujan(t) Durasi Hujan (t) Ri R I It (I) (I) t

1 5 0,083 114,60 19,65 235,77 19,65 55589,19 4632,43


2 10 0,167 149,95 35,89 215,37 35,89 46384,07 7730,68
3 20 0,333 189,47 62,58 187,73 62,58 35241,18 11747,06
4 40 0,667 224,61 100,18 150,27 100,18 22582,06 15054,71
5 60 1 126,09 126,09 126,09 15897,45 15897,45
6 90 1,5 145,83 97,22 145,83 9451,30 14176,95
7 120 2 159,95 79,98 159,95 6396,24 12792,48
8 160 2,667 173,73 65,15 173,73 4244,51 11318,69
9 200 3,333 183,93 55,18 183,93 3044,82 10149,41
10 240 4 191,82 47,96 191,82 2299,77 9199,09

Jumlah 945 15,75 1199,66 1260,71 1199,66 201130,60 112698,95

Metode Hasper digunakan untuk mendapat nilai a dan b. Adapun nilai perhitungannya dapat dilhat pada lampiran 5

27
Tabel 4.10 Intensitas Hujan (I)
No
Zona jam a b I (mm/jam)
Saluran

1 1 0,326 235,131 0,9135 189,673


2 2 0,360 235,131 0,9135 184,575

3
3 0,329 235,131 0,9135 189,221
4
5
4 0,294 235,131 0,9135 194,645
6
5 7 0,211 235,131 0,9135 209,127
8
6 9 0,323 235,131 0,9135 190,111

10
11
7 0,217 235,131 0,9135 207,961
12
13
8 0,220 235,131 0,9135 207,519
14
15
9 0,238 235,131 0,9135 204,156
16

Perhitungan intensitas hujan dapat dilihat pada lampiran 5.

4.1.4 Koefisien Limpasan Permukaan (C)


Nilai koefisien limpasan ataupun koefisien pengaliran sangat berpengaruh
terhadap debit banjir. Semakin kedap suatu permukaan tanah, maka semakin
tinggi nilai koefisien pengalirannya.Harga koefisien aliran berbeda-beda dan sulit
ditentukan secara tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai koefisien
limpasan adalah : kondisi tanah, laju infiltrasi, kemiringan lahan, tanaman
penutup tanah dan intensitas hujan (Suripin, 2005).
Nilai C ditentukan berdasarkan jenis penggunaan lahan pada setiap blok
pengaliran. Penentuan nilai C harus memperhatikan kemungkinan perubahan tata
guna lahan.Sebagai acuan digunakan daftar nilai C dari berbagai literatur.Nilai
koefisien limpasan C berdasarkan penggunaan jenis penggunaan lahan :

28
Tabel 4.11 Nilai Koefisienlimpasan C berdasarkan penggunaan jenis
penggunaan lahan

Guna Lahan C Minimum C Maksimum

Gedung/bangunan beratap 0,75


Kebun (Tanah da)tar 0-5% 0,3 (landai 5-10%) 0,40
Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/ha) 0,25 0,40
Perumahan kerapatan (21-60 rumah/ha) 0,40 0,70
Perumahan rapat (61-160 rumah/ha) 0,70 0,80
Rumput 0,10 0,16
Sawah irigasi 0,40 0,40
Sawah tadah hujan 0,30 0,30
Tanah lading (tanah datar 0,5%) 0,3 (landai 5-10%) 0,4
Belukar/semak 0,40 0,40
Hutan (tanah datar 0,5%) 0,1 (landai 5-10%) 0,25
Rekreasi 0,20 0,30
Fasilitas umum 0,50 0,75
Taman 0,10 0,25
Perdagangan/komersil/bisnis dan perkantoran 0,70 0,95
Daerah stasiun Kereta Api 0,20 0,40
Industri 0,50 0,90
Perkerasan aspal 0,80 0,90

29
Tabel 4.12 Nilai Koefisien limpasan C berdasarkan penggunaan jenis penggunaan
lahan

No Untuk daerah/kondisi permukaan C

1 Perdagangan 0,70 - 0,95

a. Pusat kota, terbangun sepenuhnya 0,50 - 0,70

b. Sekeliling pusat kota, pinggiran

2 Pemukiman

a. Rumah tunggal 0,30 - 0,50

b. Rumah multi unit, terpisah 0,40 - 0,60

c. Rumah multi, tergabung 0,60 - 0,75

d. perkampungan 0,25 - 0,40

e. apartemen 0,50 -0,75

3 Industri

a. Ringan 0,50 - 0,80

b. Berat 0,60 - 0,90

4 Taman, perkuburan 0,10 - 0,25

5 Perkarangan rel kereta api 0,20 - 0,35

6 Daerah tak terbangun/terbengkalai 0,10 - 0,30

7 Perkerasan

a. Aspal atau beton 0,70 - 0,95

b. Batu bata, paving block 0,70 0 0,85

8 Atap 0,70 - 0,95

9 Perkarangan , tanah berpasir

a. Datar, < 2% 0,05 - 0,10

b. Landai, 2-7% 0,10 - 0,15

c. Curam, >7% 0,15 - 0,20

10 Pekarangan, tanah berat

a. Datar, < 2% 0,13 - 0,17

b. Landai, 2-7% 0,18 - 0,22

c. Curam, >7% 0,25 - 0,35

30
Nilai C untuk setiap blok pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Nilai koefisien limpasan permukaan (C) pada setiap blok pengaliran
A
No Penggunaan C
A Lahan Total C Blok
blok Lahan Tabel
(km²)
1 Rumah 0,00485 0,5

pos polisi 0,00036 0,75

posyandu 0,00065 0,75 0,025 0,215

gereja 0,00053 0,75

lahan kosong 0,01911 0,1


2 puskesmas 0,00076 0,75

rumah 0,00314 0,5 0,011 0,264

lahan kosong 0,00677 0,1


3 rumah 0,00452 0,5
0,012 0,248
lahan kosong 0,00766 0,1
4 sd 0,00657 0,75
0,013 0,426
lahan kosong 0,00655 0,1
5 pasar 0,00305 0,95

rumah 0,00051 0,5 0,012 0,336


lahan kosong 0,00828 0,1

6 kantor 0,00030 0,75

masjid 0,00052 0,75


0,016 0,290
rumah 0,00620 0,5

lahan kosong 0,00882 0,1

7 smp 0,00459 0,75


rumah 0,00268 0,5 0,010 0,488
lahan kosong 0,00318 0,1
8 rumah 0,00189 0,5
pasar 0,00420 0,95
0,013 0,447
lapangan 0,00078 0,3

lahan kosong 0,00605 0,1

9 sma 0,00843 0,75


0,009 0,718
lahan kosong 0,00044 0,1

4.1.5 Debit Puncak Limpasan


Limpasan permukaan adalah aliran air yang mengalir di atas permukaan
karena penuhnya kapasitas infiltrasi tanah. Limpasan ini terjadi apabila intensitas
hujan yang jatuh di suatu wilayah melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi

31
terpenuhi maka air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah
cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas
permukaan tanah.
Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap
ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Kondisi
daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh terhadap bagian dari air
hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan akan membentuk limpasan permukaan.

4.1.5.1 Debit Puncak Limpasan Hujan (Qp)


Besar debit puncak limpasan hujan (Qp) untuk seluruh saluran yang akan
digunakan dalam perencanaan saluran drainase dapat dihitung menggunakan rumus
rasional (persamaan 4.1). Besar debit puncak limpasan hujan pada setiap blok dapat
dilihat pada Tabel 4.14 berikut. Perhitungan debit puncak limpasan hujan dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 4.14 Debit puncak limpasan hujan (Qp) pada setiap blok pengaliran

No No
C Blok I (mm/jam) A (km²) Qp (m3/s)
Blok Saluran

1 1 0,215 189,67 0,025 0,283


2 2 0,264 184,58 0,011 0,149
3 3
0,248 189,22 0,012 0,157
4
4 5
0,426 194,65 0,013 0,300
6
5 7 0,336 209,13 0,012 0,234

6 8
9 0,290 190,11 0,016 0,245
10
7 11
0,488 207,96 0,01 0,282
12
8 13
0,447 207,52 0,013 0,335
14
9 15
0,718 204,16 0,009 0,367
16

32
Hasil pada tabel diatas dilakukan dengan perhitungan debit limpasan. Adapun
perhitungan debit limpasan tersebut terlampir pada Lampiran 6.

4.1.5.2 Debit Limbah Domestik


Proyeksi jumlah penduduk Desa Kuala Rosan selama 10 tahun dapat dilihat
pada Tabel 3.3 kemudian dihitung jumlah buangan limbah domestik dengan asumsi
produksi air limbah sumber dari rumah tunggal di huni satu keluarga adalah 280
liter/orang/hari. Adapun proyeksi debit buangan Desa Kuala Rosan selama 10 tahun
pada Desa Kuala Rosan dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Proyeksi dan Debit Limbah Desa Kuala Rosan

Jumlah Debit Air Debit Debit Debit Debit


No Tahun Penduduk Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
(Jiwa) (L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 509 280 142605,7 1,65 0,00165 0,00248

2 2018 529 280 148224 1,72 0,00172 0,00257

3 2019 550 280 154064 1,78 0,00178 0,00267

4 2020 572 280 160135 1,85 0,00185 0,00278

5 2021 594 280 166444 1,93 0,00193 0,00289

6 2022 618 280 173002 2,00 0,00200 0,00300

7 2023 642 280 179818 2,08 0,00208 0,00312

8 2024 668 280 186903 2,16 0,00216 0,00324

9 2025 694 280 194267 2,25 0,00225 0,00337

10 2026 721 280 201921 2,34 0,00234 0,00351

11 2027 750 280 209877 2,43 0,00243 0,00364

33
4.1.5.3 Debit Limbah Non Domestik

Debit limbah non domestik dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun
sehingga unit fasilitas kegiatan yang menghasilkan air buangan perlu diproyeksikan
selama 10 tahun yang akan datang pada Desa Kuala Rosan.

Tabel 4.16 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Sekolah)

Debit Air Debit Debit Debit Debit


Jumlah
No Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

2 2018 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

3 2019 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

4 2020 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

5 2021 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

6 2022 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

7 2023 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

8 2024 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

9 2025 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

10 2026 3 75 225 0,0026 0,0000026 0,0000039

11 2027 4 75 300 0,00347 0,0000035 0,0000052

34
Tabel 4.17 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Ibadah)

Debit Air Debit Debit Debit


Jumlah Debit Rerata
no Tahun Limbah Buangan Buangan Puncak
Unit (m3/detik)
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik)

1 2017 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

2 2018 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

3 2019 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

4 2020 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

5 2021 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

6 2022 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

7 2023 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

8 2024 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

9 2025 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

10 2026 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

11 2027 3 4,5 13,5 0,000156 0,000000156 0,000000234

35
Tabel 4.18 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Pasar)

Debit Air Debit Debit Debit Debit


Jumlah
no Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

2 2018 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

3 2019 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

4 2020 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

5 2021 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

6 2022 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

7 2023 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

8 2024 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

9 2025 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

10 2026 2 80 160 0,00185 0,00000185 0,00000278

11 2027 3 80 240 0,00278 0,00000278 0,00000417

36
Tabel 4.19 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Puskesmas)

Debit Air Debit Debit Debit Debit


Jumlah
no Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

2 2018 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

3 2019 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

4 2020 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

5 2021 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

6 2022 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

7 2023 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

8 2024 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

9 2025 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

10 2026 1 650 650 0,0075 0,0000075 0,0000113

11 2027 2 650 1300 0,0150 0,0000150 0,0000226

37
Tabel 4.20 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan
Fasilitas Umum (Posyandu)

Debit Air Debit Debit Debit Debit


Jumlah
no Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

2 2018 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

3 2019 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

4 2020 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

5 2021 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

6 2022 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

7 2023 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

8 2024 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

9 2025 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

10 2026 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

11 2027 2 570 1140 0,0132 0,0000132 0,0000198

38
Tabel 4.21 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Pos polisi)

Debit Air Debit Debit Debit


Jumlah Debit Rerata
no Tahun Limbah Buangan Buangan Puncak
Unit (m3/detik)
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik)

1 2017 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

2 2018 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

3 2019 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

4 2020 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

5 2021 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

6 2022 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

7 2023 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

8 2024 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

9 2025 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

10 2026 1 10 10 0,000116 0,000000116 0,000000174

11 2027 2 10 20 0,000231 0,000000231 0,000000347

39
Tabel 4.22 Proyeksi dan Debit Limbah Non Domestik Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Kantor)

Debit Air Debit Debit Debit Debit


Jumlah
no Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

2 2018 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

3 2019 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

4 2020 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

5 2021 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

6 2022 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,000000694

7 2023 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,00000069

8 2024 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,00000069

9 2025 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,00000069

10 2026 1 40 40 0,000463 0,000000463 0,00000069

11 2027 2 40 80 0,000926 0,000000926 0,00000139

4. 23 Debit Total Limbah

No Fasilitas Nama Fasilitas Debit Puncak

1 Domestik Rumah 0,00364


2 Sekolah 0,0000052
3 Ibadah 0,000000234
4 Pasar 0,00000417
5 Non Domestik Puskesmas 0,0000226
6 Posyandu 0,0000198
7 Pos Polisi 0,000000347
8 Kantor Desa 0,00000139
Jumlah 0.0037

4.1.5.4 Debit Total

40
Adapun Debit total didapatkan dari debit limpasan ditambahkan dengan debit
total limbah pada Desa Kuala Rosan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.24 Debit Total

Zona No Saluran QLimpasan QLimbah Qtotal Qeqiv

1 1 0,283 0 0,283 0,436


2 2 0,149 0,0037 0,153 0,153
3 0,320
3 0,157 0,0037 0,160
4 0,160
5 1,971
4 0,300 0,0037 0,303
6 5,135
5 7 0,234 0,0037 0,238 2,475
8 1,917
6 9 0,245 0,0037 0,249 1,917
10 3,164
11 1,668
7 0,282 0,0037 0,286
12 0,606
13 0,659
8 0,335 0,0037 0,339
14 0,998
15 0,691
9 0,367 0,0037 0,370
16 1,061

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 16 saluran dengan sistem penyaluran


terpusat dan 1 saluran dengan sistem penyaluran terpisah yaitu pada saluran 1,
sehingga nilai debit limbahnya bernilai 0.

4.1.6 Desain Drainase


Perencanaan sistem penyaluran air hujan (drainase) dilakukan untuk
melayani seluruh wilayah di Desa Kuala Rosan dengan debit limpasan hujan
yang berbeda-beda untuk setiap saluran. Saluran air hujan (drainase) akan
direncanakan dengan penampang persegi terbaik, karena dapat menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus
menerus dengan fluktuasi yang kecil (Wesli,2008).

41
Berikut adalah persamaan bentuk saluran penampang hidrois terbaik, dapat
dilihat pada Tabel 4.24

Tabel 4.25 Persamaan Penampang Hidrolis Terbaik


Keliling Jari-jari Lebar Kedalaman
Penampang Luas
No. basah Hidrolis Puncak Hidrolik (D)
melintang (A)
(P) (R) (T)
Trapesium (setengah 6 1 4
1. √3. 𝑌 2 √3
.Y
2
.Y √3 𝑦 ¾y
segi enam) 3
Persegi empat
1
2. (setengah bujur 2𝑌 2 4Y
2
.Y 2Y Y
sangkar)
Segitiga (setengah 1
3. 𝑌2 2√2 . Y 4
. √2. Y 2.Y ½y
bujur sangkar)
𝜋 2 1 𝜋
4 Setengah lingkaran 𝑦 𝜋.Y .Y 2 .Y 𝑦
2 2 4
4 2 8 1
5 Lingkaran . √2𝑌 . √2 . Y .Y 2. √2 . Y 2/3 y
3 3 2

6 Lengkung hidrolis 1,3959 . y2 2,9836 y 0,46784 y 1,91753 y 0,728 y

Sumber: Wesli, 2008

Perencanaan ukuran penampang drainase memiliki ukuran saluranyang


beragam, karena volume air hujan dari setiap blok pengaliran yang berbeda-beda.
Dinding saluran yang akan digunakan dalam perencanaan drainase ini adalah
susunan pasangan batu kali tidak dihaluskan dengan nilai koefisien kekasaran
Manning (n) adalah 0,035. Koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada
Tabel 4.25 berikut.

42
Tabel 4.26 Koefisien kekasaran Manning
Jenis N

Pasangan batu bata diplester halus 0,01-0,015

Pasangan batu bata tidal diplester 0,012-0,018

Pasangan batu kali dihaluskan 0,017-0,03

Pasangan batu kali tidak dihaluskan 0,023-0,035

Beton dihaluskan 0,011-0,015

Beton cetak tidak dihaluskan 0,014-0,02

Tanah galian yang rapi 0,016-0,02

Galian pada batuan yang keras 0,025-0,04


Sumber: Chow, 1999
Menghitung dimensi saluran drainase maka akan digunakan persamaan
Manning berikut ini:
1 2⁄ 1
𝑄= .𝐴 .𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 ................................................................... (4.13)
𝑛

Dimana:
n : Koefisien manning
A : Luas saluran (m2)
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Kecepatan dalam saluran dapat menggunakan rumus Manning berikut ini:
1 2⁄ 1
𝑉= .𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 ....................................................................... (4.14)
𝑛

Dimana:
v : Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
n : Koefisien manning
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Tinggi jagaan adalah tinggi vertikal yang direncanakan dan elevasi
permukaan air rencana hingga puncak tanggul.Hal ini dimaksud untuk mencegah

43
melimpahnya air yang dapat mengancam kestabilan saluran.Meningginya muka
air dapat pula diakibatkan oleh pengaliran air buangan ke dalam saluran.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari tinggi jagaan adalah
(Standar Perencanaan Irigasi, 1986).

𝑓 = √2 ………………………………………………………..(4.15)

Berdasarkan pengaruh gaya tarik bumi, aliran dibedakan menjadi aliran


subkritis, kritis dan superkritis. Ketiga aliran ini dapat diketahui melalui nilai
bilangan Froude (Fr).
𝑣
Fr = .......................................................................................(4.16)
√𝑔.𝑦

Dimana:
Fr : Bilangan Froude
V : Kecepatan aliran (m/detik)
g : Percepatan gravitasi
y : Kedalaman aliran (m)
Tabel 4.27 Bilangan Froude

Jenis
Kriteria
Aliran

Fr < 1 Subkritis

Fr = 1 Kritis

Fr > 1 Superkritis
Sumber : Chow, 1959

44
Tabel 4.28 Dimensi Saluran Drainase
No Qtotal F (Tinggi Tinggi
Zona Sb n Y (m) B (m) A (m2) P (m) Rh (m) V (m/s) Fr Keterangan
Saluran (m3/s) Jagaan) Saluran Akhir

1 1 0,436 0,0181 0,035 0,482 0,964 0,465 1,928 0,241 1,480 0,681 0,491 0,973 Sub Kritis
2 2 0,153 0,0056 0,035 0,405 0,811 0,329 1,621 0,203 0,733 0,368 0,450 0,856 Sub Kritis
3 3 0,320 0,0093 0,035 0,487 0,974 0,474 1,947 0,243 1,067 0,488 0,493 0,980 Sub Kritis
4 0,160 0,0014 0,035 0,533 1,066 0,568 2,132 0,267 0,445 0,195 0,516 1,049 Sub Kritis
4 5 1,971 0,0062 0,035 1,037 2,075 2,153 4,150 0,519 1,448 0,454 0,720 1,758 Sub Kritis
6 5,135 0,0039 0,035 1,618 3,236 5,235 6,472 0,809 1,554 0,390 0,899 2,517 Sub Kritis
5 7 2,475 0,0120 0,035 0,999 1,997 1,995 3,995 0,499 1,962 0,627 0,707 1,705 Sub Kritis
6 8 1,917 0,0071 0,035 1,001 2,003 2,006 4,006 0,501 1,511 0,482 0,708 1,709 Sub Kritis
9 1,917 0,0045 0,035 1,088 2,175 2,366 4,351 0,544 1,281 0,392 0,737 1,825 Sub Kritis
10 3,164 0,0176 0,035 1,019 2,037 2,076 4,075 0,509 2,411 0,763 0,714 1,732 Sub Kritis
7 11 1,668 0,0076 0,035 0,937 1,874 1,755 3,747 0,468 1,502 0,496 0,684 1,621 Sub Kritis
12 0,606 0,0107 0,035 0,602 1,204 0,724 2,407 0,301 1,321 0,544 0,549 1,150 Sub Kritis
8 13 0,659 0,0086 0,035 0,647 1,294 0,837 2,588 0,324 1,243 0,494 0,569 1,216 Sub Kritis
14 0,998 0,0339 0,035 0,584 1,169 0,683 2,337 0,292 2,308 0,964 0,541 1,125 Sub Kritis
9 15 0,691 0,0015 0,035 0,914 1,828 1,671 3,657 0,457 0,654 0,218 0,676 1,590 Sub Kritis
16 1,061 0,0193 0,035 0,665 1,329 0,883 2,658 0,332 1,897 0,743 0,576 1,241 Sub Kritis
,
Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7.

45
Bangunan pelengkap pada perencanaan saluran drainase adalah gorong-
gorong. Gorong-gorong adalah salah satu bagian terpenting dari suatu bangunan
konstruksi jalan, sebagai saluran air tertutup dengan kegunaan untuk mengalirkan
air dari suatu sisi ke sisi yang lain dari bangunan jalan agar kondisi badan jalan
tetap kering dan kuat (tidak jenuh) (Haria, 2009).
Banyaknya gorong-gorong yang diperlukan pada perencanaan drainase di
Desa Kuala Rosan sebanyak 9 buah. Gorong-gorong 1 menghubungkan saluran
4 ke saluran 13.Gorong-gorong 2 menghubungkan saluran 3 ke saluran
15.Gorong-gorong 3 menghubungkan saluran 3 ke saluran 12.Gorong-gorong 4
menghubungkan saluran 14 ke saluran 10.Gorong-gorong 5 menghubungkan
saluran 16 ke saluran 12.Gorong-gorong 6 menghubungkan saluran 11 ke
saluran 8.Gorong-gorong 7 menghubungkan saluran 8 ke saluran 7 dan gorong-
gorong 8 menghubungkan saluran 10 ke saluran 6.

4.2 Produksi Air Buangan


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang di buang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia
serta mengganggu lingkungan hidup (Haryoto Kusnoputranto,1985).

46
Tabel 4.29 Produksi Air Limbah
Sumber Air Limbah L/org/hari

Rumah tunggal dihuni satu keluarga 280

Perumahan multi unit/apartemen 225

Rumah mewah 380 – 570

Hotel dengan kamar mandi pribadi 2 orang


225
per kamar

Motel/losmen per tempat tidur 190

Restoran 10 – 40

Bar/lounge 8

Bioskop per tempat duduk 20

Pertokoan per toilet 1500

Sekolah dengan kantin 55

Sekolah tanpa kantin 75

Rumah sakit 570 – 950

Kantor pemerintah selain rumah sakit 280 – 470


Sumber: Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage 6 th Edition,
McGraw-Hill, Singapore

Tabel 4.30 Besarnyaa air buangan untuk berbagai jenis kegiatan


Debit Air
Peruntukan Unit
Limbah

Rumah Mewah L/penghuni/hari 200


Rumah biasa L/penghuni/hari 120
Rumah susun L/penghuni/hari 80
Ruko L/penghuni dan pegawai/hari 80
Kantor L/pegawai/hari 40
Toserba L/m2 luas lantai/hari 4,5
Pabrik L/pegawai/hari 40
Terminal L/jumlah penumpang/hari 2,7
Restoran L/kursi/hari 13,5
Hotel L/jumlah tempat tidur/hari 120
Sumber: Peraturan Gubernur Provinsi Jakarta No. 122 Tahun 2005

47
4.2.1 Proyeksi Penduduk
Q dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun, sehingga jumlah
penduduk dan kegiatan yang menghasilkan air buangan adalah hasil proyeksi
pada 10 tahun yang akan datang pada Zona I. Zona I terdapat rumah sebanyak 19
unit, dengan asumsi 1 unit rumah terdiri dari 5 jiwa. Jumlah penduduk pada
tahun 2016 sebanyak 95 jiwa. Proyeksi penduduk dilakukan dengan metode
geometri, prediksi jumlah pertumbuhan penduduk Desa Kuala Rosam zona I
dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut:
Tabel 4.31 Proyeksi Penduduk Desa Kuala Rosan (Saluran 1)

Jumlah
No Tahun Penduduk
(Jiwa)

1 2017 99

2 2018 103

3 2019 107

4 2020 111

5 2021 115

6 2022 120

7 2023 125

8 2024 129

9 2025 135

10 2026 140

11 2027 145

4.2.2 Debit Limbah


4.2.2.1 Debit Limbah Domestik
Data pertumbuhan penduduk Desa Kuala Rosan selama 10 tahun pada
Tabel 4.31 kemudian dapat dihitung jumlah buangan limbah domestik dengan
asumsi produksi air limbah sumber dari rumah tunggal di huni satu keluarga

48
adalah 280 liter/orang/hari. Adapun proyeksi debit buangan Desa Kuala
Rosan selama 10 tahun pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut:
Tabel 4.32 Proyeksi Limbah Domestik Kuala Rosan (Saluran 1)

Jumlah Debit Air Debit Debit Debit Debit


No Tahun Penduduk Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
(Jiwa) (L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 99 280 27720 0,32 0,00032 0,00048

2 2018 103 280 28737 0,33 0,00033 0,00050

3 2019 107 280 29870 0,35 0,00035 0,00052

4 2020 111 280 31046 0,36 0,00036 0,00054

5 2021 115 280 32270 0,37 0,00037 0,00056

6 2022 120 280 33541 0,39 0,00039 0,00058

7 2023 125 280 34863 0,40 0,00040 0,00061

8 2024 129 280 36236 0,42 0,00042 0,00063

9 2025 135 280 37664 0,44 0,00044 0,00065

10 2026 140 280 39148 0,45 0,00045 0,00068

11 2027 145 280 40690 0,47 0,00047 0,00071

4.2.2.2 Debit Limbah Non Domestik

Debit limbah non domestik dihitung untuk akhir umur rencana yaitu 10 tahun
sehingga unit fasilitas kegiatan yang menghasilkan air buangan perlu dproyeksikan
selama 10 tahun yang akan datang pada Desa Kuala Rosan (Saluran 1)

Tabel 4.33 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Gereja)

49
Debit Air Debit Debit Debit Debit
Jumlah
No Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

2 2018 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

3 2019 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

4 2020 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

5 2021 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

6 2022 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

7 2023 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

8 2024 1 4,5 4,5 0,000052 0,000000052 0,000000078

9 2025 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

10 2026 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

11 2027 2 4,5 9 0,000104 0,000000104 0,000000156

Tabel 4.34 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Pos Polisi)

50
Debit Air Debit Debit Debit Debit
Jumlah
No Tahun Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
Unit
(L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

2 2018 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

3 2019 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

4 2020 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

5 2021 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

6 2022 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

7 2023 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

8 2024 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

9 2025 1 10 10 0,00012 0,00000012 0,00000017

10 2026 2 10 20 0,00023 0,00000023 0,00000035

11 2027 2 10 20 0,00023 0,00000023 0,00000035

Tabel 4.35 Proyeksi Limbah Non Domestik Saluran 1 Desa Kuala Rosan Fasilitas
Umum (Posyandu)

51
Jumlah Debit Air Debit Debit Debit Debit
No Tahun Penduduk Limbah Buangan Buangan Rerata Puncak
(Jiwa) (L/org/hari) (L/hari) (L/detik) (m3/detik) (m3/detik)

1 2017 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

2 2018 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

3 2019 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

4 2020 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

5 2021 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

6 2022 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

7 2023 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

8 2024 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

9 2025 1 570 570 0,0066 0,0000066 0,0000099

10 2026 2 570 1140 0,0132 0,0000132 0,0000198

11 2027 2 570 1140 0,0132 0,0000132 0,0000198

4.36 Tabel Debit Total


Nama
No Fasilitas Debit Rerata Debit Puncak
Fasilitas

1 Domestik Rumah 0.00047 0,00071


2 Pos Polisi 0,00000023 0,00000035
3 Non Domestik Gereja 0,000000104 0,000000156
4 Posyandu 0,0000132 0,0000198

Jumlah 0.00048 0.00073

Hasil analisis diatas, total debit air limbah Desa Kuala Rosan selama 10 tahun,
pada tahun 2027 sebesar 40690 liter/hari atau 0,00073 m3/detik.

4.2.3 Perencanaan Saluran Buangan


Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan

52
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri.Terdapat dua sistem penyaluran
air limbah, sistem penyaluran terpusat dan sistem penyaluran terpisah.Sistem
penyaluran menggunakan sistem terpusat dimana air limbah dari seluruh daerah
pelayanan dikumpulkan dalam saluran pengumpul.Sedangkan sistem terpisah adalah
sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan. (Stella dan
Ariella, 2013)
Sistem pengaliran air limbah yang digunakan dalam perencanaan adalah
menggunakan sistem terpisah.Sistem terpisah dipilih agar lebih mudah dalam
perawatannya, untuk mengefisienkan sistem pengolahan, dan untuk membuat dimensi
saluran menjadi lebih ekonomis.Selain itu sistem terpisah menggunakan saluran
tertutup karena pertimbangan estetika lingkungan yaitu, tidak berbau, tidak menjadi
tempat berkembangbiaknya penyakit. (Stella dan Ariella, 2013)

Berikut dilakukan analisa untuk rancangan air buangan, khususnya untuk


analisa perhitungan diameter pipa sebagai berikut. Adapun mengetahui seberapa
besar diameter yang diperlukan untuk mengalirkan debit sebesar 0,00073 m³/detik,
dapat dilakukan dengan rumus berikut :

1
𝑄 2,63
D=( )
0,2785𝑥𝐶𝑥𝑆 0,54

Dimana :

Q = Debit

C = Koefisien kekasaran pipa

D = Diameter pipa

S = Slope kemiringan muka tanah

Tabel 4.37 Koefisien Hazen-William Untuk Variasi Pipa


Nilai Koefisien Pipa Jenis Pipa

140 Pipa Sangat Halus

53
130 Pipa Halus, semen, besi tuang baru

120 Pipa Baja dilas baru

110 Pipa Baja dikeling baru

100 Pipa Besi Tuang Tua

95 Pipa Besi dikeling tua

60 - 80 Pipa Besi Tua


Sumber : Bambang Triatmodjo

Rencana bentuk saluran buangan yang akan digunakan adalah bentuk


lingkaran. Adapun rumus penampang saluran lingkaran sebagai berikut:
1
A= (𝜃 − sin 𝜃) 𝑑2 ................................................................... (4.16)
8
1 sin 𝜃
R= (1 − )𝑑 2 ......................................................................(4.17)
4 𝜃

Dimana:
𝜃 : dalam radian, yaitu 180o = 3,14
d : diameter saluran (m)
Kecepatan dalam saluran dapat menggunakan rumus Hazen William
berikut ini:
2⁄ 1
𝑉 = 𝑘. 𝐶 . 𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 ....................................................................... (4.18)
Dimana:
v : Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
k : konstanta (0,849 untuk satuan metrik; 1,318 untuk satuan Inggris)
C : Koefisien Hazen-William yang tergantung pada kondisi air limbah dan
bahan pipa.
R : Jari-jari Hidraulik (m)
S : Kemiringan dasar saluran
Pipa air buangan harus memenuhi kemiringan minimum yang ditentukan
berdasarkan gaya seret aliran (tractive force).
𝜏 = 𝜌𝑤 𝑔𝑅ℎ 𝑆 ........................................................................................... (4.19)
Dimana:

54
𝜏 : Gaya seret (N/m2)
𝜌𝑤 : Kerapatan air (1000 kg/m3)
𝑔 : percepatan gravitasi (9,81 m2/detik)
𝑅ℎ : Jari-jari hidraulik (m)
𝑆 : Kemiringan pipa
Tabel 4.38 Desain Saluran Buangan

Desain Saluran 1

Panjang Pipa 409.58


Debit Rata-rata (m3/detik) 0.00048
Debit Puncak (m3/detik) 0.00073
Luas Lingkaran (m) 0.0297
Jari-jari Hidraulik (m) 0.0091
Koefisien Pipa 140
H awal (m) 32.9
H akhir (m) 25.5
Slope muka tanah 0.0181
V pipa (m/s) 0.685
Diameter Pipa (m) 0.036
Diameter Pipa (cm) 3.634
Diameter Pipa (inch) 1.431
Diameter Pipa (inch) 2"
T (N/m2) 1.610

Jenis pipa yang akan digunakan adalah jenis pipa HDPE dengan koefisien
kekasaran pipa 140. Besarnya kapasitas air buangan yang dialirkan melalui pipa
transmisi diambil dari kebutuhan air pada tahun perencanaan terakhir yaitu sebesar
0.00073 m³/detik. Jenis pipa yang digunakan yaitu besi yang sangat halus.
Permukaan dalam pipa yang sangat halus sangat dibutuhkan untuk saluran air
buangan serta ketahanan pipanya cukup kuat.

Diameter pipa saluran buangan adalah 0,036 m, kemudian disesuaikan dengan


pipa pasaran menjadi 2 inchi untuk diameter pipa yang akan digunakan. Pipa jenis ini
tergolong kuat karena tebal sehingga tidak mudah retak dan bocor serta tahan

55
terhadap korosi baik bagian internal maupun eksternal. Adapun hasil perhitungan
pada tabel 4.36 dapat dilihat pada lampiran 8.

4.2.4 Lahan Basah Buatan (Wetland)


4.2.4.1 Definisi Lahan Basah Buatan
Lahan basah buatan (human-made wetlands) adalah suatu ekosistem lahanbasah
yang terbentuk akibat intervensi manusia, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Lahan basah buatan yang pembentukannya disengaja, biasanya dibuat untuk
memenuhi berbagai kepentingan tertentu; misalnya untuk meningkatkan produksi
lahan pertanian dan perikanan, pembangkit tenaga listrik, sumber air, atau untuk
mengolah air limbah (Puspita, dkk. 2005).

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan sistem constructed wetland


(lahan basah buatan). Constructed wetland adalah salah satu teknologi pengolahan air
limbah dengan konsep natural treatment, dengan menggunakan kolam dangkal yang
didalamnya terdapat beberapa macam substrat seperti tanah atau kerikil dan tanaman
air. Sistem tersebut memanfaatkan simbiosis mikroorganisme tanah dengan akar
tumbuhan yang mengeluarkan oksigen. (Tanggahu dan Warmadewanthi, 2001).

Instalasi pengolahan limbah cair biologis atau constructed wetland merupakan


instalasi pengolahan limbah cair buatan yang dirancang dan dibuat berupa kolam atau
saluran yang ditanami oleh tumbuhan-tumbuhan air dan proses penjernihan limbah
cair dilakukan secara biologis dengan bantuan mikroorganisme, proses fisika dan
kimia. Instalasi ini dirancang seperti proses penjernihan limbah cair yang ada di alam,
tetapi dengan lingkungan yang dapat dikendalikan. Instalasi pengolahan limbah cair
buatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan instalasi pengolahan
limbah cair alami ( natural wetlands) yaitu lokasi bisa dipilih sesuai dengan
keinginan, ukuran lebih fleksibel, pola aliran serta waktu tinggal bisa diatur (Jimmy ,
2015).

56
Prinsip kerja instalasi pengolahan limbah cair buatan ini meniru atau hampir
sama dengan prinsip instalasi pengolahan limbah cair alami, tetapi perbedaannya
adalah bisa dibuat di tempat-tempat yang dikehendaki, instalasi pengolahan limbah
cair buatan ini semakin popular dan mampu mengolah berbagai limbah cair seperti
limbah cair domestik, limbah cair pemotongan hewan, limbah cair pabrik kertas,
limbah cair pabrik gula, limbah cair peternakan dan berbagai limbah cair lainnya
(Kurniadie, 2011).

4.2.4.2 Fungsi Lahan Basah Buatan

Sistem lahan basah buatan (constructed wetland) pada dasarnya berfungsi untuk
memperbaiki kualitas air limbah agar mutu hasil olahannya memenuhi baku mutu
yang telah ditetapkan dan tidak mencemari badan air penerima. Constructed wetland
sampai saat ini diyakini sebagai cara paling ekonomis untuk mengolah air limbah.
Contructed wetland sangat cocok diterapkan pada negara berkembang (terutama
daerah tropis yang iklimnya hangat), karena pengoperasian constructed wetland ini
tidak membutuhkan biaya investasi dan biaya pengoperasian yang tinggi, serta tidak
memerlukan tenaga operator khusus untuk mengoperasikannya. Selain itu
ketersediaan tanah yang relatif luas dan harga tanah yang tidak terlalu mahal di
negara-negara berkembang (dibandingkan dengan harga instalasi pengolahan limbah
modern) juga menyebabkan kolam ini cocok dikembangkan di negara berkembang
(Puspita, dkk. 2005).

Air olahan dari sistem lahan basah buatan ini pada tahap selanjutnya dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Air olahan ini sangat baik bagi
keperluan irigasi karena didalamnya terkandung nitrogen, fosfor, dan natrium yang
bermanfaat sebagai nutrien bagi tanaman. Endapan tanah organik yang terkumpul di
bagian dasar kolam juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah
pertanian. Selain itu biogas yang dihasilkan pada kolam anaerobik juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi (Puspita, dkk. 2005).

57
Menurut Tangahu dan Warmadewanthi (2001), pengolahan air limbah dengan
sistem Wetland lebih dianjurkan karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Dapat mengolah limbah domestik, pertanian dan sebagian limbah industri


termasuk logam berat.

b. Efisiensi pengolahan tinggi (80 %).

c. Biaya perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan murah dan tidak


membutuhkan ketrampilan yang tinggi.

Proses pengolahan air limbah dengan sistem ini dipengaruhi oleh media yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja sistem Wetland. Media reaktor lahan basah
aliran permukaan (SF-Wetlands) dan aliran bawah permukaan (SSFWetland) secara
umum dapat berupa tanah, pasir, batuan atau bahan-bahan lainnya. Tingkat
permeabilitas dan konduktivitas hidrolis media tersebut sangat berpengaruh terhadap
waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang cukup akan memberikan
kesempatan kontak antara mikroorganisme dengan air limbah, serta oksigen yang
dikeluarkan oleh akar tanaman (Tangahu & Warmadewanthi, 2001).

4.2.4.3 Komponen Sistem Lahan Basah Buatan

Tanaman adalah komponen terpenting yang berfungsi sebagai pendaur ulang


bahan pencemar dalam air limbah untuk menjadi biomassa yang bernilai ekonomis
dan menyuplai oksigen ke dasar air atau ke dalam substrat yang berkondisi anaerobik.
Tanaman menggunakan energi matahari untuk menggerakan reaksi biokimia di dalam
selnya, sehingga manusia tidak perlu lagi memasok energi listrik dalam proses
pembersihan air limbah (Khiatuddin, 2003). Tanaman pada lahan basah buatan
berperan:
a. Penyedia oksigen bagi proses penguraian zat pencemar
b. Media tumbuh dan berkembangnya mokroorganisme

58
c. Penahan laju aliran sehingga memudahkan proses sedimentasi padatan, membantu
proses filtrasi (terutama bagian perakaran tanaman) dan mencegah erosi.
d. Penyerap nutrient dan bahan-bahan pencemar lainnya
e. Pencegah pertumbuhan virus dan bakteri pathogen dengan mengeluarkan zat-zat
tertentu semacam antibiotik.
Tanaman air yang biasa digunakan di dalam lahan basah buatan dan telah terbukti
mempunyai kemampuan baik dalam proses pengolahan air limbah/air tercemar dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Tanaman yang mencuat ke permukaan air (emergent aquatic macrophyte),
merupakan tanaman air yang berakar dibawah air dan berdaun di atas air.
b. Tanaman yang mengambang dalam air (submergent aquatic macrophyte),
merupakan tanaman air yang keseluruhannya berada di dalam air.
c. Tanaman yang mengapung di permukaan air (floating plant), merupakan tanaman
yang mempunyai akar di dalam air dengan daun di atas air.
Tanaman yang digunakan pada lahan basah buatan (wetland) yaitu tanaman Iris.
Tanaman Iris telah banyak digunakan sebagai tanaman holtikultura, karena tanaman
ini dapat beradaptasipada kondisi oksigen yang rendah. Tanaman tersebut dapat hidup
pada area-area yang memiliki kandungan zat organic terlarut yang sangat tinggi dan
tanaman ini dapat menurunkan zat organic terlarut hingga 25% lebih dari satu tahun.
Dalam 24 jam, dapat menurunkan E.coli sebesar 50%, Salmonela hingga 70%, dan
Entercoli hingga 60%. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa tanaman Iris dapat
menurunkan logam berat pada air limbah secara efisien dan ekonomis, karena
kemampuan tanaman ini dalam menyerap logam serta dapat bertahan dalam kondisi
tidak baik (Jacobs, Graves & Mangold, 2010).
Iris pseudoacorus termasuk bunga “perennial” yang artinya salah satu bunga yang
dapat hidup lebih dari 2 tahun.Panjang akar biasanya 4 – 8 inci (10-20 cm) dan
memiliki getah berwarna hitam. Setiap individu menghasilkan 10 daun yang ditutupi
oleh lapisan lilin berwarna putih dan abu-abu. Daunya berbentuk pedang dengan
panjang 50 – 100 cm dan lebarnya 10 – 30 cm. Berkembang biak setiap bulan secara

59
vegetatif melalui sistem perakaran maupun secara generatif melalui biji yang terletak
diujung batang pada pangkal daun.
Media tanam disusun sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu kerikil berfungsi
sebagai filter dan rongga yang tersusun antar kerikil memungkinkan oksigen masuk
sampai kedasar. Sedangkan lumpur berfungsi untuk pertumbuhan mikroorganisme
dan tanaman air.
Fokus utama penggunaan tanaman hias dalam penelitian ini ialah agar penerapan
sistem lahan basah buatan tersebut dapat diselaraskan dengan upaya menambah
keindahan lansekap, dimana sistem tersebut selain dipakai sebagai pengolah limbah
biologis juga dapat dimanfaatkan sebagai taman Berbagai model reaktor sistem lahan
basah buatan dapat dirancang tergantung pada jenis aliran yang digunakan, namun
reaktor dengan jenis aliran vertikal jauh lebih ekonomis. Mengingat efektivitas
Sistem Lahan Basah menggunakan tanaman hias Iris pseudoacorus memerlukan
waktu detensi yang cukup lama yakni selama 3 hari, maka model reaktor dapat
dimodifikasi dengan cara menambah volume atau memperluas dimensi reaktor
sehingga potensi kontak air limbah dengan substrat dan akar tanaman jauh lebih
besar.
Penambahan jumlah biomassa Iris pseudoacorus yang digunakan juga dapat
mempersingkat waktu tinggal air limbah dalam reaktor. Dengan asumsi bahwa
peningkatan biomassa Iris pseudoacorus secara tidak langsung akan memperluas zona
rhizosfer sehingga kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk mendegradasi
materi organik dapat terpenuhi. Penambahan jumlah biomassa juga akan
meningkatkan proses remediasi oleh tanaman itu sendiri
Efektivitas lahan basah buatan ditunjukkan dengan persentase reduksi polutan.
efektivitas dari sistem lahan basah buatan dalam mereduksi berbagai parameter
limbah, dimana semakin lama waktu penanaman semakin besar penurunan kadar
BOD, COD, Nitrat dan Fosfat. Adapun nilai hasil efisiensi BOD, COD dan nitrat yaitu
83-87% , sedangkan efisiensi nitrat sebesar 60%.
DAFTAR PUSTAKA

60
Chow, V.T. 1959.Handbook of Applied Hydrology. McGraw-Hill: New York.

Haryoto Kusnoputranto,1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI: Jakarta.

Kamiana, I Made., 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu : Yogyakarta
Kodoatie, Robert J., dan Roestam, Sjarief., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Andi : Yogyakarta.
Masduki Hardjosuprapto M, 1996. Desain Drainase Perkotaan Vol.1 , ITB Bandung
Peraturan Gubernur Provinsi Jakarta No.122 Tahun 2005 .

Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage 6th Edition, McGraw-Hill,
Singapore
Triatmodjo, Bambang., 1998. Hidraulika I . Beta Offset : Yogyakarta.
Stella, dkk. 2013. Studi Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Pergerakan. ITB:
Bandung.

Suripin. 2005. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi:


Yogyakarta.

Suyono Sostrodarsono, Ir, Kensaku Takeda., 1976. Hidrologi Untuk Pengairan.


PT. Pradnya Paramita : Jakarta

Syarifudin, dkk. 2015. Lahan Basah Buatan sebagai Media Pengolahan Air
Limbah Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamaei)
Bersalinitas Rendah. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.22 No.2:
202. IPB: Bogor.
William S. Spinger. 2002. Storm Drain Design in Land Development Handbook.The
Drewberry Companies. Mc-Graw Hill: New york.

Wanielista, M.P. 1990. Hydrology and Water Quality Control. Florida: John Wiley &
Sons.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. PT. Graha Ilmu: Yogyakarta.

LAMPIRAN

61
LAMPIRAN 1
1. Perhitungan Geometri
a. Standar Deviasi
√Σ(3153)2
S= 5

= 25,11
b. Korelasi
𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑦)(∑ 𝑥)
𝑟=
√{𝑛(∑ 𝑦 2 )−(∑ 𝑦)2 }{(𝑛 ∑ 𝑥 2 )−(∑ 𝑥)2 }
𝑛(92)−(30,54)(15)
𝑟=
√5(186,53)−(932,08)(5𝑥55)−(225)
= 0,989
c. Pertumbuhan Penduduk:
P2015– P2011
Ka =
2015 − 2011
490– 420
Ka =
4
Ka = 17,5 Jiwa / Tahun

d. Rasio:

Pertumbuhan Penduduk (%)


r=
2015 − 2011
15,7 %
r=
4
r = 3,94 %
e. Proyeksi Penduduk
P2017 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)1
= 509

P2018 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)2
= 529

P2019 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)3
= 550

62
P2020 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)4
= 572

P2021 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)5
= 594

P2022 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)6
= 618

P2023 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)7
= 642

P2024 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)8
= 668

P2025 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)9
= 694

P2026 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)10
= 721

P2027 = Po (1+r)n
= 490(1+0,0394)11
= 750

LAMPIRAN 2

63
2. perhitungan nilai𝑪̅ , S, Cv, Cs, dan Ck.
̅)
1. Rata-Rata (𝑪

1
(𝑋̅) = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑐𝑖

63 + 87 + 96 + 95 + 190 + 162 + 146 + 140 + 285 + 184


̅=
𝐶
10

1448
𝐶̅ = = 144,8
10=

2. StandarDeviasi

∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )2
(𝑆) = √
𝑛−1

38449.60
𝑆=√
9

𝑆 = 62,00

3. KoefisienVariasi

𝑆
(𝐶𝑣) =
𝐶̅

65,3618
𝐶𝑣 =
144.8

𝐶𝑣 = 0,428

4. Koefisien Skewness

𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆 3

10 × 1933173.84
𝐶𝑠 =
9 × 8 × 65,36183

64
𝐶𝑠 = 1,126

5. Kofisien Ketajaman

𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑐𝑖 − 𝐶̅ )4
(𝐶𝑘) =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)𝑆 4

10 × 460738997.2
𝐶𝑘 =
9 × 8 × 7 × 65,36184

𝐶𝑘 = 6,1

LAMPIRAN 3
3. Perhitungan nilai RT
Untuk menghitung nilai digunakan rumus berikut :
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝐾𝑇 𝑥 𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋

Sebelum menghitung nilai RT ditentukan dahulu besarnya nilai-nilai


yang mempengaruhi perhitungan tersebut
𝐿𝑜𝑔 𝑋 = 2,1217
𝐾𝑇 (10) = 1,328
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑋 = 0,195
𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑇 = 2,1217 + 1,328 𝑥 0,195 = 2,381
= 240,75 𝑚𝑚

LAMPIRAN 4
4. Analisis Menghitung Nilai tc

65
Untuk menghitung besarnya nilai tc menggunakan rumus :
tc =0,0195. L 0,77. S-0,385
Sebelum menghitung nilai tc, dihitung terlebih dahulu nilai-nilai yang
mempengaruhi nilai tc, yaitu menghitung nilai to dan td dari Saluran 1
sampai Saluran 16.
Menghitung nilai to :
S1 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 4250,77 x 0,0158-0,385
= 10,18 menit
S2 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 285,090,77 x 0,0046-0,385
= 12,07 menit
S3 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 191,350,77 x 0,0131-0,385
= 5,92 menit
S4 to = 0
S5 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 155,300,77 x 0,0064-0,385
= 6,62 menit
S6 to = 0
S7 to = 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 197,610,77 x 0,0086-0,385
= 7,13 menit
S8 to = 0
S9 to = 0
S10 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 188,370,77 x 0,0064-0,385
= 7,71 menit
S11 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385

66
= 0,0195 x 139,110,77 x 0,0108-0,385
= 4,99 menit
S12 to= 0
S13 to= 0
S14 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 131,660,77 x 0,0099-0,385
= 4,94 menit
S15 to= 0
S16 to= 0,0195 x Lo 0,77 x So -0,385
= 0,0195 x 135,220,77 x 0,0096-0,385
= 5,10 menit

Menghitung nilai td :
S1 td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 409,580,77 x 0,0181-0,385
= 9,39 menit
S2td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 2330,77 x 0,0056-0,385
= 9,56 menit
S3td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 2160,77 x 0,0093-0,385
= 7,42 menit
S4td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 700,77 x 0,0014-0,385
= 6,41 menit
S5td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1130,77 x 0,0062-0,385
= 5,26 menit
S6td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385

67
= 0,0195 x 1020,77 x 0,0039-0,385
= 5,79 menit
S7td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1670,77 x 0,00120-0,385
= 5,52 menit
S8td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 570,77 x 0,0071-0,385
= 2,94 menit
S9td = 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 66,77 x 0,0045-0,385
= 3,91 menit
S10 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1710,77 x 0,0176-0,385
= 4,84 menit
S11 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 980,77 x 0,0076-0,385
= 4,36 menit
S12 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 940,77 x 0,0107-0,385
= 3,68 menit
S13 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1400,77 x 0,0086-0,385
= 5,46 menit
S14 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1150,77 x 0,0339-0,385
= 2,77 menit
S15 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 670,77 x 0,0015-0,385
= 6,08 menit

68
S16 td= 0,0195 x Ld0,77 x Sd-0,385
= 0,0195 x 1010,77 x 0,0193-0,385
= 3,12 menit

Sehingga tc :
S1 tc = to + td
= 10,18 + 9,39
= 19,57 menit = 0,326 jam
S2 tc = to + td
= 12,07 + 9,56
= 21,62 menit = 0,360 jam

S3 tc = to + td
= 5,92 + 7,42
= 13,34 menit = 0,222 jam
S4 tc = to + td
= 0 + 6,41
= 6,41 menit = 0,107 jam
Total tc zona = S3 + S4
= 0,222 + 0,107
= 0,329 jam

S5 tc = to + td
= 6,62 + 5,26
= 11,88 menit = 0,198 jam
S6 tc = to + td
= 0 + 5,79

69
= 5,79 menit
Total tc zona = S5 + S6
= 0,198 + 0,096
= 0,294 jam

S7 tc = to + td
= 7,13 + 5,52
= 12,65 menit = 0,211 jam

S8 tc = to + td
= 0 + 2,94
= 2,94 menit = 0,049 jam
S9 tc = to + td
= 0 + 3,91
= 3,91 menit = 0,065 jam
S10 tc = to + td
= 7,71 + 4,84
= 12,55 menit = 0,209 jam
Total tc zona = S8 + S9 + S10
= 0,049 + 0,065 + 0,209
= 0,323 jam

S11 tc = to + td
= 4,99 + 4,36
= 9,34 menit = 0,156 jam
S12 tc = to + td
= 0 + 3,68
= 3,68 menit = 0,061 jam
Total tc zona = S11 + S12

70
= 0,156 + 0,061
= 0,217 jam

S13 tc = to + td
= 0 + 5,46
= 5,46 menit = 0,091 jam
S14 tc = to + td
= 4,94 + 2,77
= 7,71 menit = 0,129 jam
Total tc zona = S13 + S14
= 0,091 + 0,129
= 0,220 jam

S15 tc = to + td
= 0 + 6,08
= 6,08 menit = 0,101 jam
S16tc = to + td
= 5,10 + 3,12
= 8,22 menit = 0,137 jam
Total tc zona = S15 + S16
= 0,101 + 0,137
= 0,238 jam

71
LAMPIRAN 5
5. Perhitungan Hasper dan Talbot
 Analisis untuk mendapatkan nilai i (intensitas )
Untuk menghitung nilai i, dapat menggunakan rumusTalbot sebagai
berikut:
𝑎
𝑖= ....................................................................................... (4.6)
𝑡+𝑏

dimana,
i = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di
suatu wilayah

Dari persamaan Talbot, nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan


∑[𝐼.𝑡] ∑[𝐼 2 ]−∑[𝐼 2 .𝑡] ∑[𝐼]
berikut:𝑎 = 𝑁 ∑[𝐼 2 ]−∑[𝐼]2
(1199,655𝑥201130.6)−(112699𝑥1260,708)
= (10𝑥201130.6)−1589385

= 235,1312

∑[𝐼] ∑[𝐼. 𝑡] − 𝑁 ∑[𝐼 2 . 𝑡]


𝑏=
𝑁 ∑[𝐼 2 ] − ∑[𝐼]2

(1260,708𝑥1199,655)−10𝑥112699
=
(10𝑥201130,6)−1589385
= 0,9135

 Nilai t menggunakannilaitc yang sudahdiubahdalamsatuan jam.


𝑎 235.131
I1 = = = 189,673
𝑡+𝑏 0,326+0,9135
𝑎 235.131
I2 = = = 184,575
𝑡+𝑏 0,360+0,9135
𝑎 235.131
I3 = = = 189,221
𝑡+𝑏 0,329+0,9135

72
𝑎 235.131
I4 = = = 189,221
𝑡+𝑏 0,329+0,9135
𝑎 235.131
I5 = = = 194,645
𝑡+𝑏 0,294+0,9135
𝑎 235.131
I6 = = = 194,645
𝑡+𝑏 0,294+0,9135
𝑎 235.131
I7 = = = 209,127
𝑡+𝑏 0,211+0,9135
𝑎 235.131
I8 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I9 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I10 = = = 190,111
𝑡+𝑏 0,323+0,9135
𝑎 235.131
I11 = = = 207,961
𝑡+𝑏 0,217+0,9135
𝑎 235.131
I12 = = = 207,961
𝑡+𝑏 0,217+0,9135
𝑎 235.131
I13 = = = 207,519
𝑡+𝑏 0,220+0,9135
𝑎 235.131
I14 = = = 207,519
𝑡+𝑏 0,220+0,9135
𝑎 235.131
I15 = = = 207,156
𝑡+𝑏 0,238+0,9135
𝑎 235.131
I16 = = = 207,156
𝑡+𝑏 0,238+0,9135

LAMPIRAN 6
6. Perhitungan Qp
 Analisis untuk mendapatkan nilai Qp
Untuk menghitung nilai Qp menggunakan rumus rasional yaitu :
S1𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,215 x 189,67 x 0,025
= 0,283 m3/detik
S2𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴

73
= 0,278 x 0,264 x 184.58 x 0,011
= 0,149 m3/detik
S3𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,248 x 189,22 x 0,012
= 0,157 m3/detik
S4𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,248 x 189,22 x 0,012
= 0,157 m3/detik
S5𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,426 x 194,65 x 0,013
= 0,300 m3/detik
S6𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,426 x 194,65 x 0,013
= 0,300 m3/detik
S7𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,336 x 209,13 x 0,012
= 0,234 m3/detik
S8𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S9𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S10𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,290 x 190,11 x 0,016
= 0,245 m3/detik
S11𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,488 x 207,96 x 0,01
= 0,282 m3/detik

74
S12𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,488 x 207,96 x 0,01
= 0,282 m3/detik
S13𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,447 x 207,52 x 0,013
= 0,335 m3/detik
S14𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,447 x 207,52 x 0,013
= 0,335 m3/detik
S15𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,718 x 204,16 x 0,009
= 0,367 m3/detik
S16𝑄𝑝 = 0,278. 𝐶. 𝑖. 𝐴
= 0,278 x 0,718 x 204,16 x 0,009
= 0,367 m3/detik

75
LAMPIRAN 7
7. Perhitungan Dimensi Saluran Drainase
Contoh Saluran 2 :
Qp + Qlimbah = 0,149 + 0,0037
= 0,153 m3/detik
Qeqiv (sesuai arah aliran) = 0,436 m3/detik
Sb = 0,0056

 Debit total
Q=𝐴𝑥𝑉
2
1 1
= 2𝑦² (𝑛 𝑥 (2 𝑦)3 𝑥 𝑆 1/2

𝑄𝑥𝑛 = 2𝑦 2 𝑥 0,629𝑦 2/3 𝑥 𝑆 1/2


𝑄𝑥𝑛
𝑦 8/3 =
𝑆 1/2 𝑥 2 0,629
𝑄𝑥𝑛
𝑦=( 1 ) 3⁄8
(𝑆) 𝑥 2 0,629
2

0,153 𝑥 0,035 3
y =( (0,0056)1/2 𝑥2𝑥0,629) 8

y = 0,405 m

 Lebar bawah
𝑏 =2𝑥𝑦
𝑏 = 2 𝑥 0,405
= 0,811𝑚

 Luas
𝐴 = 2 𝑥 𝑦2
𝐴 = 2 𝑥 (0,405)2
= 2 𝑥 0,164

76
= 0,329 𝑚2

 Keliling Basah
𝑃 = 4𝑥𝑦
𝑃 = 4 𝑥 0,405
= 1,621 m

 Jari-Jari Hidrolik
1
𝑅ℎ = 𝑦
2
1
𝑅ℎ = 𝑥0,405
2
= 0,203 𝑚

 Kecepatan
1 2/3 1/2
𝑉= 𝑥𝑅 𝑥𝑆
𝑛
1
𝑉= 𝑥(0,203)2/3 𝑥(0,0056)1/2
0,035
𝑉 = 28,57 𝑥 0,343 𝑥 0,075
= 0,733 𝑚/𝑠

 Bilangan Froude
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 𝑥 𝑦

0,733
𝐹𝑟 =
√9,81 𝑥 0,405

0,733
=
1,993

77
= 0,368 (Sub Kritis)

 Tinggi Jagaan
𝑦
Fjagaan = √2

0,405
= √
2

= √0,2025
= 0,450

 Tinggi Saluran Akhir


Fjagaan + y = 0,450 + 0,405
= 0,856 m

LAMPIRAN 8

8. Dimensi Pipa Air Buangan

Q = 0,00073 m3/s
Elevasi awal = 32,9
Elevasi akhir = 25,5
Sb = 0,0181

 Diameter pipa
Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54

1
𝑄 2,63
D=( )
0,2785𝑥𝐶𝑥𝑆 0,54
1
0,00073 2,63
=( )
0,2785𝑥140𝑥0,01810,54

78
= 0,036 m = 36 mm

= 1,43 inch = 2 inch

 Luas Lingkaran

1
A= (𝜃 − sin 𝜃) 𝑑 2
8

1
A= (180° − sin 180°) 0,0362
8

= 0,0297 m2

1 sin 𝜃 2
R= (1 − )𝑑
4 𝜃

1 sin 180
R= (1 − ) 0.0362
4 180

= 0,0091 𝑚

 Kecepatan dalam Pipa


2⁄ 1
𝑉 = 𝑘. 𝐶 . 𝑅 3 . 𝑆 ⁄2 .
2⁄ 1
𝑉 = 0,849.140 . (0,0091) 3 . 0,0181 ⁄2

= 0,68 𝑚/𝑠

79

Anda mungkin juga menyukai