Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

KULIAH LAPANGAN
PENGANTAR REKAYASA LINGKUNGAN
(PT. Angkasa Pura II, Bandar Udara SUPADIO Pontianak)

KELOMPOK VI
1. Fitria Susanti (D1051171001)
2. Utin Yeni Syafarida (D1051171003)
3. Lismawati (D1051171005)
4. Elsie Gloria (D1051171007)
5. Arika Sari (D1051171009)
6. Detri Rizky (D1051171013)
7. Tamas Faiz Dicelebica (D1051171023)
8. Dwiki Anggoro Putro (D1051171027)

DOSEN PENGAMPU :
1. Hendri Sutrisno ST,MT.
2. Herda Desmaiani S.Si, M.Sc
3. Ochih Saziati S.Si, M.Sc

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bandara atau yang biasa disebut Bandar Udara merupakan kawasan di daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya. Bandar Udara merupakan salah satu tempat atau
kawasan tersibuk di beberapa negara bahkan bandara Soekarno-Hatta saja di tahun
2014 lalu pernah mendapatkan peringkat 10 besar bandara tersibuk di dunia, karna
di badar udara itu sendiri banyak terjadi beberapa aktivitas yang dilakukan
manusia, mulai dari keberangkatan, kedatangan dari pesawat, makan di restoran
yang disediakan bandara, berbelanja oleh-oleh bahkan menggunakan toilet sebelum
berangkat.
Dengan begitu banyak nya aktivitas yang dilakukan manusia di suatu Bandar
Udara pasti banyak pula sampah dan limbah domestik yang dihasilkan dari manusia
itu sendiri, jika hal ini tidak diperthatikan akan berdampak buruk pada kebersihan
bandara dan kesehatan lungkungan bandar udara itu sendiri. Zaman sudah modern
ilmu dan teknologi berkembang pesat sudah banyak bandara yang memiliki
teknologi-teknologi untuk mengolah limbah nya sendiri dan dapat membuang
limbah itu menjadi layak di buang dan tidak akan menganggu kesehatan lingkungan
dan tidak dapat berdampak merugikan pada masuarakat.
PT. Angkasa Pura II merupakan perusahaan yang menjalankan Bandar Udara
Supadio yang terletak di Kalimantan Barat yang sudah ada pada tahun 1940an dan
mulai pada tahun 2016 memiliki program untuk mengolah limbah domestik dan
Limbah dapur itu sendiri dengan membuat STP (Sewage Treatment Plant) yang
dapat mengolah limbah air domestik yang berasal dari seluruh aktivitas yang
dilakukan di Bandar Udara Supadio agar dapat di buang dengan layak dan tidak
memicu konflik masyarakat akan buruk nya pembuangan limbah yang dapat
membahayakan lingkungan dan menyerang kesehatan masyarakat itu sendiri.
Bukan hanya meiliki STP (Sewage Treatment Plant) untuk mengolah limbah nya
sendiri, Bandar Udara Supadio juga memiliki tempat pengolahan air baku yang
dapat digunakan untuk aktivitas bandara itu sendiri dan dalam pengolahan air baku
ini juga memperhatikan lingkungan sekitar karena memakai senyawa kimia seperti
tawas, kaporit, dan kapur tohor sebagai tujuan untuk memberdayakan sumberdaya
alam dan sebagai tempat pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian air bersih
yang dapat menunjang aktivitas Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan kami yaitu:
1. Memenuhi tugas kuliah lapangan untuk mata kuliah Pengantar Rekayasa
Lingkungan.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai STP (Sewage Treatment
Plant) yang dibangun oleh bandara supadio sebagai tempat pengolahan limbah
air domestic atau yang biasa disebut IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
3. Dapat mengetahui proses yang di lakukan oleh STP (Sewage Treatment Plant)
yang memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dalam mengolah
Limbah Air Domestik yang diperoleh dari seluruh area Bandara Supadio.
4. Mengetahui proses pengolahan air baku yang dimiliki oleh Bandara Supadio
sebagai tempat pengolahan, penyimpanan, dan pendistribusian air bersih untuk
menunjang aktivitas yang dimiliki oleh Bandara Supadio Pontianak

1.3 Manfaat
1. Dari penulisan laporan mengenai kunjungan kuliah lapangan yang dilakukan
di Bandar Udara Supadio Pontianak, mahasiswa/i diharapkan mampu
mengetahui program yang dijalankan oleh Bandara Supadio Pontianak dalam
mengolah air limbah menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
yang terdapat pada STP (Sewage Treatment Plant) dan proses pengolahan air
baku untuk menunjang aktivitas Bandara itu sendiri dan tetap memperhatikan
aspek kesehatan lingkungan yang jika tidak di jaga akan menyebabkan banyak
permasalah serius di masyarakat khusunya di Kalimantan Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IPAL

IPAL atau Instalasi Pengolahan Air Limbah adalah suatu perangkat teknik
beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa proses produksi
pabrik sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan atau masyarakat.

2.2 Air

Air adalah salah satu unsur penting yang ada di bumi yang sangat dibutuhkan
untuk kehidupan dan semua jenis makhluk hidup. Oleh karena ini, air ini sendiri
sering disebut sebagai sumber kehidupan yang dimana ada air maka disitu pula
terdapat kehidupan.
Sedangkan menurut para ahli sendiri pengertian air ini adalah :

a) Sitanala Arsyad
Air adalah senyawa gabungan anatara dau atom hydrogen dan satu atom
oksigen menjadi H2O .
b) Hefni Effendi
Air adalah salah satu sumber energi gerak.
c) Robert J. Kodoatie
Air merupakan material yang merupakan kehidupan terjadi dibumi.
d) Roestam Sjarief
Air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup.
e) Ilmu Kimia
Air ialah H2O dan jawaban itu dibenarkan secara empiris berdasarkan
observasi.
2.3 Pengolahan Air

Pada dasarnya, metode yang digunakan untuk pengolahan air dari berbagai
sumber dan untuk berbagai tujuan dapat dibedakan menjadi :

1) Pengolahan secara fisik


2) Pengolahan secara kimia
3) Pengolahan secara biologis

Sistem peralatan yang digunakan untuk pengolahan secara fisika sering disebut
sebagai satuan operasi, sedangkan sistem peralataj yang digunakan untuk pengolahan
secara kimia sering disebut sebagai satuan proses. Fungsi masing-masing satuan
untuk pengolahan tersebut disajikan tabel.

No Satuan Operasi Penerapan


1. Saringan (screening) Saringan kuarsa digunakan untuk melindungi
pompa dari padatan mengapung. Saringan
halus digunakan untuk menghilangkan
padatan mengapung dan tersuspensi.
2. Saringan micron Digunakan menghilangkan impuritas yang
(mikroscreening) halus seperti alga, pasir, dan sebagainya.
3. Aerasi Untuki menambah maupun mengeluarkan
gas-gas dari air.
4. Mixing Untuk mencampur bahan-bahan kimia dan
gas-gas yang diperlukan untuk pengolahan.
5. Flokulasi Untuk mempercepat penggumpalan partikel
dengan pengadukan sangat lambat.
6. Sedimentasi Untuk menghilangkan partikel-partikel
seperti tanah dan pasir atau padatan (flok)
tersuspensi.
7. Filtrasi Untuk menyaring padatan yang masih tersisa
setelah pengendapan / sedimentasi.

No Satuan Proses Penerapan


1. Koagulasi Proses penambahan bahan-bahan kimia untuk
membentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya
dipisahkan pada proses koagulasi
2. Disinfeksi Digunakaan unutk mematikan bakteri
pathogen yang ada didalam air.
3. Presipitasi Penghilangan komponen ion terlarut seperti
magnesium (kesadahan) dengan penambahan
bahan-bahan kimia sehingga akan
menimbulkan endapan.
4. Ion exchange Untuk penghilangan sebagian maupun
keseluruhan kation dan anion terlarut dalam
air.
5. Adsorpsi Untuk penghilangan senyawa-senyawa
organik yang menyebabkan warna, rasa, dan
bau.
6. Oksidasi kimia Untuk mengoksidasi berbagai senyawa ynag
ditemukan didalam air, yang menyebabkan
rasa, warna dan kerak.
2.4 Pengertian Limbah

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan
manusia. Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan, sisa
makanan, plastik bekas pakai dan lain-lain. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Apabila
konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas, keberadaan limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Berdasarkan polimer penyusun mudah atau tidaknya terdegradasi(terurai) menurut


Nusa Idaman Said(Pengelolaan Limbah Domestik,2011), limbah dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu:

1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami(degradable


waste), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri
dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran dan lain-lain
2. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara
alami(nondegradable waste), yaitu limbah yang sukar terurai di alam
contohnya plastik, kaca, kaleng, dan lain-lain.

Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Limbah padat
limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat
bersifat kering. Contoh dari limbah padat adalah sisa potongan kayu,
plastik, logam, dan kertas.
2. Limbah cair
limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut
dalam air dan dapat berpindah. Contoh limbah cair adalah air bekas
mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan lain-lain.
3. Limbah gas

Limbah gas adalah semua materi yang berbentuk gas/materi patrikulat


yang terbawa gas yang apabila berada di udara dapat bersifat sebagai
polutan. Contohnya adalah karbon monoksida, sulfur oksida, dan
nitrogen oksida

2.5 Air Limbah

Air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan
juga yang berasal dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum
(DASAR-DASAR PENGOLAHAN AIR LIMBAH, SUGIHARTO).

1. Sumber Asal Air Limbah


Data mengenai sumber ar limbah dapat dipergunakan untuk
memperkirakan jumlah rata-rata aliran limbah dari berbagai jenis perumahan,
industry dan aliran air tanah yang ada disekitarnya. Kesemuannya ini harus
dihitung perkembangannya atau pertumbuhannya sebelum membuat suatu
bangunan pengolahan air limbah serta merencanakan pemasangan saluran
pembawanya.
a. Air Limbah Rumahtangga
Sumber utama air limbah rumahtangga dari masyarakat adalah berasal dari
perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak
kalah pentinganya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah
fasilitas rekreasi. Untuk daerah tertentu banyaknya air limbah dapat diukur
secara langsung.
b. Air Limbah Industri
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses
industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
Puncak tertinggi aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan
tangki penahan dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air
limbah yang dihasilkan oleh industri ynag tidak menggunakan proses
basah diperkirakan sekitar 50m3 /ha/hari. Sebagai patokan dapat
dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95% dari jumlah air yang
dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak
menggunakan kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan
kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi.
c. Air Limbah Rembesan dan Tambahan
Apabila turun hujan disuatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan
mengalir masuk kedalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila
saluran ini tidak mampu menampungnya, maka limpahan air hujan akan
digabung dengan saluran air limbah , dengan demikianakan merupakan
tambahan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu diketaui curah hujan
yang ada sehingga banyaknya air yang akan ditampung melalui saluran air
hujan atau saluran pengering dan saluran air limbah dapat diperhitungkan.

2. Sifat Air Limbah


a. Sifat fisik

Sifat fisik air limbah adalah kandungan zat padat, kejernihan, warna,
bau, dan temperatur. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat fisik adalah
turbiditas atau kekeruhan. Turbiditas dalam air disebabkan zat yang
tersuspensi seperti lumpur, plankton, dan zat organic. Penentuan derajat
kekotoran air limbahsangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah
terlihat. Adapun sifat fisik yang penting meliputi kandungan zat padat,
kejernihan, bau, warna, dan temperatur. Bau pada air limbah dapat
menunjukkan apakah air limbah tersebut masih baru atau telah busuk.

b. Sifat kimia
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat
merugikan lingkungan memalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau
yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya
apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Adapun bahan kimia
yang penting yang ada di dalam air limbah pada umumnya dapat
diklasifikasikan sebagai berikutl; bahan organik, protein, karbohidrat, lemak,
minyak dan gemuk, deterjen atau serfeactan, fenol, bahan anorganik, pH,
klorida, kebasaan, sulfur, zat beracun, logam berat, metan, nitrogen, fosfor,
dan gas.
c. . Sifat Biologis

Pemeriksaan biologis didalam air dan air limbah untuk memisahkan


apakah ada bakteri-bakreti pathogen berada didalama air limbah keterangan
biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang di
pergunakan sebagai air minum serat untuk keperluan kolam renang. Selain itu
untuk menaksir tingkat kotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air.
Pembagian dari mikroorganisme adalah sangat berpariasi, sebab terdapat
banyak skema yang bisa dipergunakan. Selain itu terdapat kecendrungan
klasifikasi kedalam jenis binatang, tumbuh-tumbuhan, dan prostista.
3. Parameter Pengolahan Air Limbah Industri

Ada tiga parameter utama dalam pengolahan air limbah industri yaitu
oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen (DO), kebutuhan oksigen biologis
(KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia
(KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD). DO (Dissolved Oxygen) adalah
jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi
atmosfer atau udara. BOD (Biologycal Oxygen Demand) adalah jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk memecah atau
mengoksidasi bahan organik dalam air (Kurnia 2009). COD (Chemical Oxygen
Demand) adalah kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan
buangan di dalam air.

1) BOD (Biochemedical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen


dalam ppm atau miligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk
menguraikan benda organic oleh bakteri, sehingga limbah tersebut
menjadi jernih kembali.
2) COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen dalam
ppm atau miligram/liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus
untuk menguraikan benda organic secara kimiawi.
3) DO (Dissolved Oxygen) adalah banyaknya oksigen yang terkandung
di dalam air dan diukur dalam satuan miligram/liter. Oksigen yang
terlarut ini digunakan sebagai tanda derajat pengotoran limbah yang
ada. Semakin besar oksigen yang terlarut, maka menunjukkan
derajat pengotoran yang relatif kecil.
4. Pengolahan Air Limbah

Prinsip pengelolaan lingkungan adalah meminimalkan dampak negatif


dan memaksimalkan dampak positif yang terjadi. Untuk meminimalkan
dampak negatif, dilakukan upaya pengolahan air limbah sebelum dibuang ke
badan air. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Teknik-teknik pengolahan air limbah secara umum
dibagi menjadi tiga teknik yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi
(Eckenfelder & Wesley 2000). Ketiga teknik tersebut dapat diaplikasikan
secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Pengolahan air limbah secara fisika dapat dilakukan dengan


penyaringan (screening), presipitasi, filtrasi. Penyaringan merupakan cara yang
efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi berukuran besar
dengan menggunakan sand filter dimana ukuran silikanya dapat disesuaikan
dengan bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Proses
filtrasi dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse
osmosis. Hal ini dilakukan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel
tersuspensi dalam air sehingga tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang digunakan dalam proses osmosis. Proses adsorbsi
biasanya menggunakan karbon aktif dan dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik dan senyawa organik terlarut lainnya.Pengolahan air limbah secara
kimia dilakukan dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan
untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid),
logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun.

Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD,


partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen. Selain itu, diperlukan
juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen
beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasi yang ada
menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan
tersebut diatas dapat dikurangi.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin, 3 Oktober 2017, pukul 10.00-12.30


WIB yang berlokasi di PT. Angkasa Pura, Bandar Udara Supadio Pontianak yang
beralamat di Jalan Arteri Supadio Km. 17, Limbung, Sungai Raya, Kubu Raya,
Kalimantan Barat
3.2 Profil Instansi

PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II”


atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan
jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat.
Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan
nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa
Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor
14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring
perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris
Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT Angkasa
Pura II (Persero).
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan
dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar
udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang
dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut
diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu
tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan
dan kepercayaan masyarakat.
Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan
usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan
berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara
yang dikelolanya diantaranya adalah Bandar Udara SUPADIO Pontianak.
Bandar udara SUPADIO ini awalnya dibangun pada awal tahun 1940-
an sebagai Bandar Udara Sungai Durian. Pada tahun 1980-an, bandar udara ini
dinamai kembali sebagai Bandar Udara Supadio. Sejak 1989, Bandar Udara
Supadio sudah memiliki bangunan terminal baru dengan landasan pacunya
yang lebih panjang dan lebar, agar menjadi bandara kelas dunia, bukan hanya
landasan pacu dan bangunan baru Bandara SUPADIO sudah mempunyai STP
(Sewage Treatment Plant) untuk mengolah Limbah dan tempat Pengolahan Air
Baku untuk keperluan air bersih dalam aktivitas PT. Angkasa Pura, Bandar
Udara Supadio Pontianak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 STP (Sewage Water Treatment)


PT. Angkasa Pura II (Persero) cabang Bandara Supadio Pontianak adalah tempat
yang bekerja pada bidang kebandarudaraan. Di kawasan bandara supadio ada
instanlasi pengolahan air limbah yang bernama STP (Sewage treatment plant) yaitu
lokasi dimana terdapat tempat pengolahan limbah yang menjadi salah satu program
kerja yang di jalankan oleh bandara Supadio Pontianak, untuk mengolah limbah
domestik berupa hasil ekskresi manusia yang di ambil dari semua toilet yang berada di
seluruh kawasan Bandara Supadio. Dan di Kalimantan pengolahan limbah di katakan
paling besar karena mampu mengolah limbah sekitar 500meter kubik per hari. Semua
yang dari septic tank yaitu limbah kotoran manusia, limbah-limbah cair dan limbah
padat yang di dorong ke STP di alirkan melalui pipa yang memiliki baling-baling cutter
untuk memotong sampah-sampah yang berasal dari dapur dan toilet melalui proses
penyaringan berupa Grease Trap.
Air di alirkan ke tangki limbah toilet dan limbah yang bertujuan untuk mengolah
limbah-limbah sisa menjadi limbah yang layak buang ke masyarakat. Dengan adanya
seluruh di sekitar terminal maka semua limbah dialirkan di IPAL. IPAL dibandara di
katakan cukup banyak karena kapasitas nya yang besar. Ada dua kategori limbah ada
limbah air bekas dan limbah air kotor, limbah air bekas berupa limbah yang berasal
dari wastefel sedangkan limbah air kotor berasal dari limbah toilet. Kotoran tadi di
pompa menggunakan gelembung udara yaitu oksigen agar limbah yang ada dapat
tercampur dengan rata. Setelah melewati pencampuran akan di alirkan ke tempat
penampungan khusus seperti kolam sehingga mencapai 400meter kubik yang dimana
nanti terdapat kotoran-kotoran berupa sisa endapan air limbah dan di beri klorin agar
menghilangkan bau dan menjadi bersih serta layak di buang ke masyarakat, sebelum
di buang ke masyarakat limbah akan di uji terlebih dahulu di labolatorium. Pompa yang
digunakan berjumlah dua buah, pompa tersebut akan bekerja selama 24jam perhari dan
bergantian setiap 30menit sekali agar tetap terjaga kestabilannya.
Apabila terjadi kelebihan air dalam penampungan, maka air akan segera di pompa
ke penampungan lain. Bakumutu IPAL yang memiliki STP sendiri beupa oksigen atau
BOD sebagai pengolah limbah air yang memiliki proses kapasitas 6 meter kubik dan
di lakukan selama 1x24 jam. Tempat pengolah limbah juga bekerja sama dengan PLN
(perusahaan listrik negara) di karenakan hampir semua sistem bekerja menggunakan
energi listrik dan di PLN ada dua jalur jikasalah satu PLN mati maka akan ada jalur
back-up dan jika kedua jalur tersebut mati maka akan menggunakan mesin bantu yaitu
genset.
Projek kerja PT.Angkasa pura untuk bagian STP sudah bekerja sejak tahun 2014
dengan membangun terminal kemudian projek STP ini mulai berkembang dari tahun
2016, semenjak pengembangan kawasan terminal bandara Supadio Pontianak. Apabila
suhu meningkat maka mesin blower akan bekerja menggunakan sensor untuk
mendeteksi suhu tersebut. Ada beberapa gedung yang tidak terkirim ke STP ini namun
mereka juga menggunakan klorin untuk mengatasi bau air limbah maupun udara sekitar
di septic tank.
Cara kerja peralatan STP (Sewage Treatment Plant)
Pengoperasian
A. Pemeriksaan Sistem
1. Mematikan seluruh sistem (power off)
2. Periksa isi minyak pelumas pada root blower/ air blower.
3. Buka control panel dan periksalah seluruh starter dan circuit breaker.
4. Periksalah seluruh dudukan motor dan root blower.
B. Start Up
1. Star circuit breaker pada central power supply.
2. Jalankan semua peralatan STP ini.
3. Bersihkan bak dari sisa pekerjaan konstruksi (kayu, potongan pipa,
kabel,dll).
4. Isi seluruh bak dengan air bersih sampai penuh.
5. Buka Valve Air Diffuser (Air Spiroturb) sebesar 100%.
6. Start Air Blower, periksa dan atur gerakan turbulensi air agar seragam di
permukaan Bak Aerasi.
7. Sebelum Airlift System dijalankan, pastikan dahulu bahwa dasar bak
pengendapan sudah bersih.
8. Buka Valve Airlift System dan atur sampai didapatkan aliran yang baik ke
arah bak Aerasi/ Aeration.
9. Periksa laju air Over Flow dari Settling Tank – Chlorine Tank harus
mengalir dengan baik.
10. Air limbah yang masuk sekarang sudah siap diolah.
C. Cara Kerja Peralatan STP
1. Grease Trap
Air limbah dari Kitchen secara gravitasi mengalir ke dalam Equalizing
Tank melalui Grease Trap. Hal ini dimaksudkan agar minyak dan lemak
tertangkap oleh Grease Trap dan tidak mengalir ke dalam System STP.
2. Screen Tank
Air limbah dari gedung secara gravitasi mengalir kedalam Equalizing
Tank melalui Screen Tank.
3. Equalizing Tank
Di dalam Equalizing Tank dilakukan pemerataan air limbah oleh Air
Diffuser dengan Supply udara dari Root Blower.
4. Aeration Tank
Setelah dilakukan pemerataan di dalam Equalizing Tank, air limbah
dialirkan secara gravitasi kedalam Aeration Tank. Dengan bantuan air
spireturb untuk penambahan oksigen (O2) selama 24 jam/hari ( NON
STOP ) agar bakteri Aerobik dapat tetap hidup ( Lumpur Aktif ). Bakteri
Aerobik hidup ini, yang akan menguraikan Air Limbah yang rutin masuk
kedalam Aeration Tank. Lalu secara overflow dipindahkan ke
sedimentation Tank.
5. Sedimentation Tank
Setelah proses Aerasi, kemudian air limbah secara gravitasi melewati
Sparing pipa OVER FLOW masuk kedalam Sedimentation Tank.
Didalam Sedimentation Tank akan terjadi pemisahan Lumpur Aktif dengan
Air Limbah yang sudah melalui proses Aerasi.
Dengan Airlift & Scum Removal dibantu Air Lifting ( Dorongan udara Air
Blower ) Lumpur Aktif dan buih dikembalikan ke Equalizing Tank &
Holding Tank untuk menjaga lumpur aktif didalam Aeration Tank tetap
stabil.
6. Lumpur Aktif
Jika dalam Bak Aerasi sudah beroperasi cukup lama akan bertambah
banyaklah lumpur aktif lebih dari 50% ( > 50% ) dalam 1 ( satu ) liter air
limbah, maka lumpur aktif harus dikurangi untuk memaksimalkan proses
Aerasi.
Jika hal ini terjadi ( Lumpur Aktif berlebihan ), lakukan penyedotan di
Holding Tank dengan menggunakan Vaccum Car ( MOBIL TINJA ) untuk
menyedot lumpur supaya dibuang.
7. Disinfectant Tank
Air limbah yang telah diproses, lalu disuplai Chlorine cair supaya
bakteri yang terbawa dapat dibunuh (Disinfektanasi). Chlorine cair disuplai
dengan menggunakan Dosing Pump.
8. Intermediate Water Tank
Dengan menggunakan Dosing Pump, Chemical (PAC) dimasukan kedalam
untuk pembentukan flok-flok dari kotoran (shidge) agar memudahkan proses
penyaringan didalam Recycle System.
9. Effluent Tank
Air limbah yang telah selesai melewati seluruh proses STP dan tidak di olah
kembali melalui Recycling System, akan dibuang ke Saluran Kota (Drainage)
dengan menggunakan Effluent Pump.

Air limbah ini sudah menjadi air layak buang sesuai peraturan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.

URAIAN PROSES
A. SCREEN TANK
Screen Tank berfungsi untuk menangkap kotoran yang terbawa oleh air,
dimana kotoran akan tertahan oleh Screen untuk menghindari Screen tertutup
oleh kotoran, maka kotoran yang tertangkap harus dikeluarkan secara rutin dan
berkala (manual).

B. GREASE TRAP
Grease Trap berfungsi untuk memisahkan minyak dan lemak dengan air, air
dari Kitchen mengalir masuk ke Basket Screen. Dimana kotoran akan tertahan
di dalam Basket Screen dan harus dikeluarkan secara rutin dan berkala
(manual).
Air akan mengalir secara gravitasi ke Equalizing Tank. Minyak dan lemak akan
mengapung dan mengambang diatas permukaan Grease Trap. Minyak dan
lemak yang mengapung harus dikeluarkan dari Grease Trap secara rutin dan
berkala (manual).
C. EQUALIZING TANK
Didalam Equalizing Tank dipasang Fine Bubble Diffuser untuk proses
pemerataan kondisi Air Limbah (didalam tangki ini, Fine Bubble Diffuser
berfungsi sebagai pengaduk) yang mendapatkan tenaga dari Air Blower (Root
Blower).
Air Limbah yang sudah merata kondisinya didalam Equalizing Tank, ditransfer
secara Automatic ke Aeration Tank menggunakan 2 buah Equalizing Pump (1
unit expansi) secara bergantian dan apabila terjadi beban lebih (peak flow) maka
kedua buah Equalizing Pump akan bekerja bersamaan.

D. AERATION TANK
Didalam Aeration Tank dipasang Fine Bubble Diffuser untuk proses
pemberian oksigen (O2) dengan cara penghembusan udara guna memberikan
kehidupan bagi bakteri aerobik. Fine Bubble Diffuser ini mendapat hembusan
udara dari Air Blower.
Bakteri ini akan mati jika hembusan udara (Air Blower) tidak dioperasikan. Jika
terjadi hal demikian, langkah yang perlu diijalankan :
1. Bakteri aerobic tidak perlu ditambah, sebab air limbah domestik sudah
mengandung bakteri aerobic yang siap di kembang-biakan.
2. Hidupkan Air Blower secara rutin terus menerus bergantian satu dengan
lainnya (Non Stop 24 Jam/Hari), maka kehidupan bakteri dapat diwujudkan
kembali. Air dari Aeration Tank mengalir ke Chlorination Tank melalui
Sedimentation Tank secara gravitasi sebelum dialirkan ke Effluent Tank
untuk dibuang ke saluran kota (Drainage).
3. Sedimentation Tank ini berfungsi untuk mempercepat pengendapan
Lumpur Aktif (Activated Sludge) agar terpisah dengan air yang sudah mulai
jernih dari hasil pengolahan dalam Aeration Tank. Didalam Sedimentation
Tank terdapat Airlift & Scum Removal yang berfungsi untuk
mengembalikan Lumpur Aktif (bakteri yang hidup) dan buih kedalam
Holding Tank untuk proses pengolahan rutin. Airlift & Scum Removal
bekerja menggunakan tenaga udara yang dihembuskan dari Air Blower.
Pengembalian lumpur aktif dan buih harus continue (terus menerus) agar
proses pengolahan berhasil baik. Air limbah yang sudah diolah (lebih
jernih) mengalir secara gravitasi melalui kanal masuk kedalam Disifectant
Tank.

E. SEDIMENTATION TANK
Disebut juga bak pengendapan yang berfungsi untuk mengendapkan
kotoran (Sludge / Suspended Solid) untuk kemudian kotoran yang mengendap
tersebut dialirkan kembali (menggunakan Airlift) ke Equalizing Tank dan
Holding Tank.

F. DISINFECTANT TANK
Air limbah yang telah diolah di Aeration Tank dan dipisahkan dengan
lumpur aktifnya di Sedimentation Tank akan dialirkan melalui kanal secara
gravitasi ke Disifectant Tank untuk proses Chorinasi dari Chlorine Tank yang
disupply menggunakan Dosing Pump. Setelah di Chlorinasi / diberi Cairan
Clorine, lalu dialirkan secara gravitasi ke Effluent Tank. Chlorine Tank (Tempat
/ Wadah Chlorine Cair) harus selalu di isi secara berkala.

G. INTERMEDIATE WATER TANK


Intermediate Water Tank merupakan bak penampungan sementara air
limbah yang sudah diolah, sebelum diolah kembali melalui Recycling System.
Didalam Intermediate Water Tank air limbah mendapat supply Chemical (PAC)
yang berfungsi untuk pembentukan flok-flok dari kotoran (Sludge / Suspended
Solid) yang lolos dari Sedimentation Tank. Supply Chemical (PAC)
menggunakan Dosing Pump.
H. HOLDING TANK
Holding Tank berfungsi sebagai penampungan Lumpur Aktif (Activated
Sludge) yang dialirkan dari Sedimentation Tank melalui Airlift. Lumpur Aktif
(Activated Sludge) ini berguna untuk supply jika proses didalam Aeration Tank
kurang maksimal. Selain itu juga berfungsi untuk penyedotan jika lumpur aktif
yang berada di dalam Aeration Tank lebih dari 50% ( > 50% ).
Didalam Holding Tank terdapat Diffuser Pipe yang berfungsi untuk proses
pemberian oksigen (O2) dengan cara penghembusan udara guna memberikan
kehidupan bagi bakteri aerobic yang terdapat di dalam lumpur aktif.

I. EFFLUENT TANK
Air yang sudah melewati proses Chlorinasi, akan mengalir secara gravitasi
ke Effluent Tank dan kemudian akan dialirkan menggunakan Effluent Pump
untuk dibuang ke saluran kota (Drainage).
Effluent Pump menggunakan 2 buah pompa (1 unit ekspansi) bekerja secara
bergantian (secara otomatis / dikontrol oleh float switch) dan apabila beban
lebih (peak flow) maka kedua buah pompa otomatis akan bekerja secara
bersamaan.
Selain bisa langsung dibuang ke saluran kota, air yang sudah di Chlorinasi juga
bisa digunakan untuk di Flushing dan siram taman atau yang lain setelah
melalui proses Recycling System (manual book terpisah).
Setelah air sudah melalui proses Recycling System ditampung di Recycle Water
Tank untuk kemudian di distribusikan dengan bantuan Distribution Pump.
J. RECYCLE WATER TANK
Air yang sudah diolah melalui Recycling System ditampung di Recycle
Water Tank yang sebelumnya sudah di Inject Chemical (chlorine) dengan
menggunakan Dosing Pump.Dari Recycle Water Tank ini kemudian air dapat
di distribusikan dengan bantuan Distribution Pump.

K. OPERATION ROOM
Dalam proses Sewage Treatment Plant, Air Blower adalah inti peralatan
yang harus dipelihara dengan baik. Air Blower membutuhkan udara segar atau
baru, maka intake & exhaust fan sangat diperlukan untuk sirkulasi udara baru.
CONTROL PANEL tidak kalah pentingnya dengan Air Blower, maka harus
dipelihara dengan baik agar tetap dapat beroperasi.

4.2 Pengolahan Air Baku


Pengolahan air baku di lakukan dari pukul 06.00wib sampai pukul 12.00wib.
Parameter yang di ambil adalah air pada penampungan terakhir bukan air yang berada
di kolam. Terdapat tempat pengolahan air baku yang di ambil dari air gertak kuning
yang berada di jalan menuju bandara supadio dan air di ambil menggunakan pompa
yang di pakai secara begantian. Pertama proses koabulasi yaitu air di pompa menuju
kolam-kolam lalu di beri tawas agar kotoran yang terdapat pada air mengendap, ada
dua bak terakhir yang berguna untuk memfilter kotoran pada air tersebut, kemudian di
filter kembali menggunakan ijuk, pasir dan kerikil. Bak pertama yang di gunakan untuk
menampung air baku setinggi 2,5m dana lebar 2m. Kemudian air di alirkan ke bak yang
bermuatan lebih dari 200kubik. Setelah air tersebut dialirkan ke bak kemudian di filter
kembali menggunakan kapur tohor dan kaporit dan di birkan mengendap selama satu
malam untuk mengendapkan lumpur nya. Kemudian endapan tersebut di kuras dan di
buang ke parit-parit di sekitar pengolahan air baku karena endapan tersebut sudah tidak
berbahaya untuk lingkungan. Pengurasannya hanya bisa di lakukan selama satu tahun
sekali.
Takaran pemakaian bahan kimia pada pengolahan air baku yaitu :
1. Tawas berjumlah 15-25kg.
2. Kaporit 3-4kg.
3. Kapur tohor 1-5kg.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

PT Angkasa Pura II (persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang


menjalankan Bandar Udara Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat yang dimana
terdapat 2 Instalasi penting yang menunjang aktivitas Bandara dan kedua instalasi ini
tetap memperhatikan aspek lingkungan yaitu Sewage Treatment Plant dan Instalasi
Pengolahan Air Baku, dan kedua instalasi ini meiliki peran yang sangat penting
seperti STP sebagai tempat pengolahan Limbar Air yang berasal dari seluruh aktivitas
Bandara dan instalasi pengolahan air baku untuk memasok kebutuhan air yang
dibutuhkan dalam aktivitas bandara namun tetap memperhatikan aspek lingkungan
agar tidak merugikan masyarakt sekitar.

5.2 SARAN
Dengan mengetahui bahwa pengolahannya yang cukup canggih, ada baiknya
jika pihak dari PT Angkasa Pura II (persero) untuk selalu mengawasi dan mengontrol
keadaan mesin agar kinerja mesin tetap stabil, sehingga nantinya tidak menghambat
proses pengolahan air limbah, serta menindak lanjuti penelitian air limbah yang sudah
siap buang agar dapat menjadi air limbah yang dapat diproses kembali menajdi air
minum sehingga dapat bermanfaat serta tidak merugikan masyarakat sekitar.
Limbah padat yang berada di belakang STP mohon diperhatikan karena
keadaan nya yang masih berserakan dan seharusnya dibersihkan agar tidak
mencemari kolam penampungan air limbah siap buang buang.
Untuk Instalasi Pengolahan Air Baku nya sendiri diharapkan PT. ANGKASA
PURA II lebih memperhatikan dan mengembangkan lagi instalasi ini karna sudah
cukup mendukung aktivitas Bandara yg di kelola namun Bandar Udara SUPADIO
sendiri memiliki program untuk membangun terminal ke-2 untuk menunjang aktivitas
penerbangan untuk itulah pengembangan instalasi Pengolahan Air Baku sangat
diperlukan agar aktivitas di Bandara SUPADIO tetap berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto dan Agung Suprihatin. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup.


Yogyakarta: Gava Media.
Joko, Tri.2010. Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Kristanto, Philip. 2013. Ekologi Industri. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Sumardiono, Siswo dan Budiyono. 2013. Teknik Pengolahan Air. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sugiharto. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan di PT. ANGKASA PURA II, Bandar Udara SUPADIO
Pontianak:

Anda mungkin juga menyukai