Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional dewasa ini berjalan seiring dengan perkembangan
industri yang pesat dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi yang
ditandai dengan mekanisme, elektrifikasi, dan modernisasi. Dengan demikian maka
terjadi peningkatan penggunaan mesin-mesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi
modern dan berteknologi tinggi serta bahan berbahaya. Hal tersebut disamping
memberikan kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam
bahaya di tempat kerja. Selain itu akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang
memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan
intensitas kerja operasional tenaga kerja. Masalah tersebut akan sangat
mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja. (Depnaker RI dalam Rahimah, 2009).
Sejak Januari 1970 telah berlaku UU No. 1/ 1970 tentang keselamatan kerja
yang mengamanatkan agar setiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan, setiap orang lainnya yang berada di
tempat kerja perlu terjamin keselamatannya, setiap sumber produksi dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien serta terhindar dari peledakan, kerusakan
proses produksi, kebakaran, penyakit akibat kerja yang pada gilirannya dapat tercipta
tenaga kerja yang sehat, produktif serta peningkatan kesejahteraan tenaga kerja secara
menyeluruh. (Yanri dalam Rahimah, 2009).
Data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans)
menyebutkan sepanjang tahun 2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di
Indonesia. Angka tersebut menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus
dan pada 2008 sebanyak 58.600 kasus. Jika diasumsikan 264 hari kerja dalam
setahun, maka rata-rata ada 17 tenaga kerja  mengalami cacat fungsi akibat

1
kecelakaan kerja setiap hari dan faktor utama penyebab kecelakaan kerja adalah
perilaku dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (jamsostek.co.id).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) mendapat
perhatian yang sangat penting dewasa ini karena masih tingginya angka kecelakaan
kerja. SMK3 bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produkatif.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa manfaat yang diperoleh dari penerapan SMK3?
2. Bagaimana langkah penerapan SMK3 di Industri?
3. Bagaimana standar mutu penilaian SMK3?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan memahami penerapan Standar Manajemen K3 (SMK3) di Indonesia dan berbagai
langkah penerapannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)


Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif (PER.05/MEN/1996 pasal 1).

B. Prinsip Dasar Penerapan SMK3.


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan
peraturan/stadar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-
prinsip penerapan SMK3  mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB
III ayat (1) yaitu
1. Komitmen dan kebijakan.
Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3 di
perusahaan.
2. Perencanaan SMK3.
Merencanakan pemenuhan kebijaksanaan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Penerapan SMK3.
Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.

3
4. Pengukuran dan Evaluasi. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
5. Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja.

C. Dasar Hukum Penerapan SMK3


1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. -
Manajemen – Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan peraturan pelaksana.
3. UU No.1 tahun 1970 pasal 4 :
(1)Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
dalam perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk
teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup
bidang konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat
perlindungan, pengujian, dan pengesahan pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang produksi teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri keselamatan tenaga
kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

4
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut dalam
ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban
memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
4. UU No.18 tahun 1999
PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan,
manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan
dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
PASAL 22 (l): Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para
pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan social.
PASAL 23 (2): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan
setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
PP. NO. 28 / 2000 (Usaha & Peran Masyarakat Jakon) PP. 29 /2000
(Penyelenggaraan Jakon) PP. 30 / 2000 (Pembinaan Jakon).
5. UU No. 28 tahun 2002 :
PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungan.
PASAL 3 (2): Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan.
PASAL 16 (1): Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,dan
kemudahan.
PASAL 17 (1), (3) & (4) : Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung
untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persyaratan
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah menanggulangi bahaya kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung

5
untuk melakukan pengamanan terhdaap bahaya kebakaran melalui system proteksi
pasif/atau proteksi aktif. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem
penangkal petir. RPP. Persyaratan Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan
Gedung RPP. Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Bangunan Gedung RPP.
Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung

D. Tujuan Penerapan SMK3


Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
6. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
7. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system
8. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan K3L

E. Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3


Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan
minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3 . Alasan dari
penerapan SMK3 di tempat kerja karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah,
masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:

6
1. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset
perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat
dikurangi atau ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan bagi
perusahaan,karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
1. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang.
Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan yang
berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena bagaimanapun peraturan
atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan untuk kebaikan semua pihak.
Dengan mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku maka perusahaan
akan lebih tertib dan hal ini dapat meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri.
Berapa banyak perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang
berlaku mengalami kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak
permasalahan baik dengan karyawan,pemerintah dan lingkungan setempat.
2. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan.
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier mereka
untuk menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001. Karena penerapan SMK3 akan dapat
menjamin proses yang aman,tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan kualitas
dan mengurangi produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih baik,karena
mereka terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif. Kecelakaan dapat
dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan beroperasi secara penuh dan normal
untuk menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan. Tidak jarang pelanggan
melakukan audit K3 kepada para pemasok mereka untuk memastikan bahwa pekerja
terlindungi dengan baik dan proses produksi dilakukan secara aman. Tujuan mereka
tidak lain adalah untuk memastikan bahwa mereka sedang berbisnis dengan
perusahaan yang bisa menjamin kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping

7
itu dengan memiliki sertifikat SMK3 atau OHSAS 18001 akan dapat meningkatkan
citra perusahaan sehingga pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
3. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif.
Dengan menerapkan SMK3 atau OHSAS 18001 maka sistem manajemen
keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3 ataupun
OHSAS 18001 dipersyaratkan adanya prosedur yang terdokumentasi,sehingga segala
aktivitas dan kegiatan yang dilakukan akan terorganisir,terarah,berada dalam koridor
yang teratur dan dilakukan secara konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti
penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah
ketidaksesuaian. Sehingga analisis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-
larut dan melebar menjadi tidak terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi
yang tidak tepat atau tidak menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga
dipersyaratkan untuk dilakukan perencanaan,pengendalian,tinjau ulang,umpan
balik,perbaikan dan pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen
yang efektif. Sistem ini juga meminta komitmen manajemen dan partisipasi dari
semua karyawan,sehingga totalitas keterlibatan line manajemen dengan pekerja
sangat dituntut dalam menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk
melakukan peningkatan atau perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.
Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan
SMK3 bagi industri kita antara lain:
Manfaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.

Manfaat tidak langsung :


1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

8
2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
alat semakin lama.

F. Langkah-langkah Penerapan SMK3


Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif,karena SMK3 mempunyai
elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam
suatu organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang
dan ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa
system itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap
kemajuan perusahaan.

a.   Tahap Persiapan.


Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personel,mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuahn sumber daya
yang diperlukan,adapun tahap persiapan ini,antara lain:
1. Komitmen manajemen puncak.
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan
  b. Tahap pengembangan dan penerapan.
Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel,mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal serta
tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.

9
Langkah 1. Menyatakan Komitmen
Pernyataan komintmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah
Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh manajemen
puncak. Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya
komintmen terhadap system manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar
menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan
atau kegagalan penerapan Sistem K3. Komitmen manajemen puncak harus
dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar
dapat diketahui,dipelajari,dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan
perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui bahwa tanggung jawab
dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai
dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya
manajemen membuat cara untuk mengkomunikasikan komitmennya ke seluruh
jajaran dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna
menyampaikan komitmen manajemen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3.

Langkah 2. Menetapkan Cara Penerapan


Dalam menerapkan SMK3,perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara efektif,sehingga
dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan Sistem
Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas dapat
memberikan umpan  balik kepada manajemen secara objektif tanpa terpengaruh
oleh persaingan antar kelompok didalam organisasi/perusahaan.

10
3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga perusahaan
yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen K3 namun karena
desakan tugas-tugas yang lain di perusahaan,akibatnya tidak punya cukup waktu.

Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan.


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok
kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Biasanya manajer unit
kerja,hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab
terhadap unit kerja yang bersangkutan.

Langkah 4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan


Sumber daya disini mencakup orang/personel,perlengkapan,waktu dan dana.
Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi diluar tugas-
tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan adalah
perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan
dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah
pentingnya adalah waktu. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi
orang yang terlibat dalam penerapan,mulai mengikuti rapat,pelatihan,mempelajari
bahan-bahan pustaka,menulis dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit
assessment. Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan sekedar kegiatan yang dapat
berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang lebih satu tahun
perusahaan harus siap menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya
dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau beroperasi banyak terserap ke proses
penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan
dan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di perlukan adalah dengan
membayar konsultan (bila menggunakan konsultan),lembaga sertifikasi,dan biaya
untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3
ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki.

11
Sebagai contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan kebisingan
diatas rata-rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem Manajemen K3 yang
mengharuskan adanya pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan,perusahaan
tentu harus menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan,dan alat
ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan
ini tergantung pada masing-masing perusahaan.

Langkah 5. Kegiatan penyuluhan


Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan
personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan dari
seluruh karyawan dalam perusahan memlalui program penyuluhan.
Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan,antara lain:
1. Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan Sistem
Manajemen K3 bagi kinerja perusahaan.
2. Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi,manajer,staf dan seluruh
jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan standar system
ini.
Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,misalnya dengan
pernyataan komitmen manajemen,melalui ceramah,surat edaran atau pembagian
buku-buku yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

Langkah 6. Peninjauan sistem


Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau system yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau
pelaksanaan

12
1. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten prosedur
atau instruksi kerja dari OHAS 18001 atau Permenaker 05/men/1996.
2. Perusahaan belum memiliki dokumen,tetapi sudah menerapkan sebagian atau
seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.
3. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan standar
Sistem Manajemen K3 yang dipilih.

Langkah 7. Penyusunan jadwal kegiatan


Setelah melakukan peninjauan system maka kelompok kerja dapat menyusun
suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
1. Ruang lingkup pekerjaan
Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan beberapa banyak yang harus
disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa,disempurnakan,disetujui
dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan,semakin lama
waktu penerapan yang diperlukan.
2. Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Kemampuan disini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti
diketahui bahwa tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para anggota
kelompok kerja dan manajemen representative. Mereka masih mempunyai tugas dan
tanggung jawab lain diluar penerapan standar Sistem Manajemen K3 yang kadang-
kadang juga sama pentingya dengan penerapan standar ini. Hal ini menyangkut
kelangsungan usaha perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan,memenuhi
jadwal dan taget produksi.
3. Keberadaan proyek
Khusus bagi perusahaan yang kegiatanya berdasarkan proyek (misalnya
kontraktor dan pengembangan),maka ketika menyusun jadwal kedatangan asesor
badan sertifikasi,pastikan bahwa pada saat asesor datang proyek yang sedang
dikerjakan.

13
Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem
Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi,pembagian kelompok,penyusunan
bagan air,penulisan manual Sistem Manajemen K3,Prosedur,dan instruksi kerja.

Langkah 9. Penerapan Sistem


Setelah semua dokumen selesai dibuat,maka setiap anggota kelompok kerja
kembali ke masing-masing  bagian untuk menerapkan system yang ditulis. Adapun
cara penerapannya adalah:
1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan
mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk
mendapatkan masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis operasional.
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba
menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang
dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti
pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan system
ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai
efektif tidaknya system yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah
termasuk waktu yang digunakan untuk menyempurnakan system dan
memodifikasi dokumen.
Dalam praktek pelaksanaannya,maka kelompok kerja tidak harus menunggu
seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup salah satu
elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai dikerjakan. Sementara proses
penerapan system berlangsung,kelompok kerja dapat tetap melakukan pertemuan
berkala untuk memantau kelancaran proses penerapan system ini. Apabila langkah-
langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan dengan baik maka proses system ini
relative lebih mudah dilaksanakan. Penerapan system ini harus dilaksanakan

14
sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit internal. Waktu tiga bulan ini
diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti ( dalam bentuk rekaman tercatat) secara
memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta modifikasi dokumen.

Langkah 10. Proses sertifikasi


Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya Sucofindo
melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996. Namun Untuk OHSAS
18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang
diinginkan. Untuk itu organisasis disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi
OHSAS 108001 yang paling tepat.
G. Langkah-langkah Pengembangan SMK3
Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar.
Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundang-undangan
dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya
dibentuk tim untuk mendokumentasikan peraturan perundang-undangan dan standar
dibidang K3. Dari hasil identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan
dan Pedoman pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa
oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus
menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga
kerja.

2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan


Pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang
menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan
semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi

15
keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stacholder lainnya
seperti pelanggan dan pemasok.
3. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan
penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur.
4. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana yang
memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur
yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus
dikeluarkan.
5. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat reaktif
yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat proaktif, karena
didasarkan kepada upaya dari keseluruhan system.
6. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh.
Dengan melaksana-kan audit K3, manajemen dapat me-meriksa sejauh mana
organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi
berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan
komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan
pelaksanaannya.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan efisiensi dan peningkatan
produktivitas kerja baik oleh perusahaan maupun pekerja secara professional. 
Upaya penerapan perlindungan tenaga kerja dari bahaya akibat kerja , pencapaian
derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi serta  tingkat kenyamanan kerja
melalui penerapan SMK3 pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap
peningkatan produktivitas.
2. Penerapan SMK3 di industri meliputi dua tahap yakni tahap persiapan dan tahap
pengembangan dan penerapan yang terdiri dari sepuluh langkah: menyatakan
komitmen, menetapkan cara penerapan, membentuk kelompok kerja penerapan,
kegiatan penyuluhan, peninjauan sistem, penyusunan jadwal kegiatan,
pengembangan sistem manajemen K3, penerapan sistem, dan proses sertifikasi.
3. OHSAS 18001 dan SMK3 memberikan kita sebuah instrumen dalam mengatur
dan mengendalikan resiko kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan
kinerjanya. Pemenuhan persyaratan tersebut diharapkan dapat mengurangi
kecelakaan dan meningkatkan effisiensi kinerja yang ada. Selain itu,  dengan
diraihnya sertifikasi OHSAS 18001 & SMK3, perusahaan diharapkan mampu
mendemonstrasikan komitmennya dalam lingkungan kerja yang aman dan
menjaga karyawan terhadap kecelakaan pada saat kerja.

17
18

Anda mungkin juga menyukai