Disusun Oleh :
Kelas A5
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021-2022
2.1 Kolektor Surya
2.1.1 Bagian-Bagian Kolektor Surya
Kolektor surya merupakan alat yang berfungsi menyerap efek radiasi sinar
matahari dan merubahnya menjadi energi panas (kalor) yang berguna. Adapun
bagian-bagian dari kolektor surya adalah:
a. Penutup transparan (kaca bening)
Penutup transparan merupakan lapisan teratas dari kolektor surya. Penutup
transparan pada umumnya menggunakan kaca bening sebagai bahannya. Pemilihan
kaca bening sebagai penutup transparan pada kolektor diharapkan memiliki sifat
transmisivitas yang tinggi, serta sifat absorbsivitas dan refleksivitas serendah
mungkin. Refleksivitas (daya pantul suatu benda) tergantung pada indek bias dan
sudut datang yang dibentuk oleh sinar datang terhadap garis normal suatu
permukaan. Sedangkan transmisivitas suatu permukaan dapat mempengaruhi
intensitas energi matahari yang diserap oleh pelat penyerap. Transmisivitas kaca
akan menurun bila sudut datangnya melebihi 45° terhadap vertical. Sedangkan
absorbsivitas akan bertambah sebanding dengan panjang lintasan pada penutup
transparan, sehingga bagian yang diteruskan menjadi berkurang.
b. Pelat penyerap
Pelat penyerap yang ideal memiliki permukaan dengan tingkat absorbsivitas
yang tinggi, guna menyerap radiasi matahari sebanyak mungkin dan memiliki tingkat
emisivitas serendah mungkin. Disamping itu, pelat penyerap diharapkan memiliki
nilai konduktivitas thermal yang tinggi. Pemilihan bahan dengan tingkat emisivitas
serendah mungkin dimaksudkan agar kerugian panas karena radiasi balik sekecil
mungkin.
c. Isolasi
Untuk menghindari terjadinya kehilangan panas ke lingkungan, bagian luar
suatu kolektor surya diberi isolasi (perdam panas), yang dimana bahan yang
digunakan sebagai isolator merupakan bahan dengan sifat konduktivitas thermal yang
rendah.
2.1.2 Radiasi yang Diserap Kolektor Surya
Pada kolektor surya yang digunakan sebagai pemanas udara, radiasi matahari
tidak akan sepenuhnya diserap oleh pelat penyerap. Sebagian radiasi akan
dipantulkan (direfleksikan) menuju bagian dalam penutup transparan. Pantulan sinar
yang menuju penutup transparan akan dipantulkan kembali dan sebagian lainnya
terbuang ke lingkungan. Proses penyerapan radiasi ini diperlihatkan pada Gambar
2.14
Gambar 2.14 Penyerapan radiasi matahari oleh kolektor
Sumber: (Aditya Kresnawan, I Dewa Gede, 2013)
2.2 Kolektor Surya Pelat Bergelombang Sebagai Pelat Penyerap dan Pembuat
Arah Alur Aliran Fluida
Rancangan kolektor surya pada penelitian ini akan menggunakan pelat seng
sebagai pelat penyerap dan pembuat arah alur aliran fluida (udara) yang disusun
pararel sehingga menciptakan beberapa saluran fluida kerja guna mengetahui
performansi dari variasi jumlah saluran fluida kerja.
Fluida yang mengalir diantara pelat menerima hantaran panas dari hasil
penyerapan radiasi sinar matahari. Dimana aliran gelombang pada fluida dihasilkan
dari pemantulan aliran fluida yang disebabkan karena kontur pelat yang tidak rata.
Pemantulan fluida kerja yang berulang menyebabkan distribusi panas dari pelat
penyerap ke fluida kerja lebih baik.
2.2.3 Kolektor Surya Pelat Bergelombang
Kolektor surya ini memiliki rancangan dengan menggunakan pelat
bergelombang sebagai pelat penyerap dan variasi jumlah pelat bergelombang yang
disusun dibawah pelat penyerap. Aliran fluida kerja mengalir dibawah pelat
penyerap, dan pada bagian atas pelat penyerap udara dikondisikan diam.
a. Skema Kolektor
Skema kolektor surya pelat bergelombang sebagai absorber ditunjukan
pada Gambar 2.18
b. Tahanan Thermal
Untuk tahanan thermal yang terjadi pada kolektor surya pelat bergelombang
dapat dijelaskan seperti pada gambar 2.19
1/
ℎr Singk–c
Tc
Keterangan:
k/
c–a
∆x Ta = temperatur fluida diam
Ta
1/ Tc = temperatur cover (kaca bening)
k/ ℎ c–p
∆xa–p r
Tp = temperatur pelat penyerap
1/ 1/
ℎc
ƒ–pb k/
∆x ℎc = perpindahan panas secara konveksi
pc–pb
k/ perpindahan panas secara konduksi
∆x
=
Dimana:
ŋ = efisiensi kolektor
Qu = panas berguna (W)
Ṅ = laju aliran massa fluida (kg/s)
J
/)
Cp = kapasitas panas jenis fluida ( kg. °C
a. Posisi Matahari
Sepanjang bumi mengelilingi matahari pada suatu lintasan yang
berbentuk elips, yang disebut sebagai bidang ekliptika. Bidang ini
membentuk sudut 23,5° terhadap bidang equator. Akibat peredaran bumi
mengelilingi matahari, menimbulkan dampak perubahan musim pada
permukaan bumi. Di Indonesia sendiri, ada dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada saat posisi matahari berada
paling jauh diselatan bagi belahan bumi bagian utara (pada umumnya
terjadi pada bulan Desember). Sedangkan musim kemarau terjadi pada saat
posisi matahari berada pada titik paling utara bagian bumi (pada umumnya