Disusun oleh:
Tifany Natasha
1109045043
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Limbah
Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan FKM-UI mendifinisikan limbah atau
sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas
manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara saniter
kecuali buangan dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).
2.1.1 Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.
Arifin (2008) menyebutkan secara umum limbah rumah sakit dibagi dalam 2
(dua) kelompok besar, yaitu: 1) limbah klinis, 2) limbah non klinis baik padat
maupun cair. Limbah klinis/medis padat adalah limbah yang terdiri dari limbah
benda tajam, limbah infeksius, limbah laboratorium, limbah patologi atau jaringan
tubuh, limbah sitotoksis, limbah farmasi, dan limbah kimiawi.
Limbah cair rumah sakit dapat mengandung BOD, COD, TSS, suhu, pH dan
keberadaan mikroorganisme. Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri dari
sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah
tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen atau bahan
kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar
ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang
Parameter
Satuan
BOD5
COD
mg/L
mg/L
Kadar Maksimum
KepMen LH
Perda Kaltim
75
30
100
80
TSS
pH
Suhu
mg/L
100
69
-
30
69
Alami 3
Amonia (NH3N)
Fospat Total (PO4)
Kuman Golongan Koli
mg/L
mg/L
-
0,1
2
10.000
MPN,/100mL
Sumber: KepMen LH No 58 Tahun 1995 dan Perda Prov Kaltim No 2 Tahun 2011
2.2
Proses utama penjernihan limbah cair pada instalasi pengolahan limbah cair tipe
vertikal adalah sama dengan pada instalasi pengolahan limbah cair horizontal,
tetapi filter bed pada sistem vertikal lebih bersifat aerob dibandingkan dengan
sistem horizontal, sehingga proses nitrifikasi dan penurunan BOD lebih cepat,
tetapi proses penurunan suspended solid lebih baik pada sistem pengolahan
limbah cair tipe horizontal.
Proses eliminasi bahan organic dan unsure hara pencemar pada instalasi ini terjadi
melalui proses (Kurniadie, 2011):
a) Adsorpsi dari koloid-koloid oleh media atau substrat
b) Pengikatan kapasitas kation dan anion pada mineral liat dan oksida Fe
c) Transformasi dari nutrisi/unsur hara bahan organik pencemar oleh
mikroorganisme
d) Penghisapan oleh tanaman
Platzer dan Mauch dalam Kurniadie (2011) mengatakan bahwa instalasi pengolah
limbah cair subsurface water flow system dengan aliran vertikal dibuat dengan
tujuan untuk meningkatkan efesiensi pembersih dari kandungan nutrisi pembersih
serta bahan yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan instalasi pengolah
limbah cair subsurface water flow system dengan aliran horizontal. Selain itu
Flasche dalam Kurniadie (2011) melaporkan bahwa instalasi pengolah limbah cair
subsurface water flow system dengan aliran vertikal mempunyai efesiensi
pembersih lebih tinggi terhadap NH4N dan COD dibandingkan dengan instalasi
pengolah limbah cair subsurface water flow system dengan aliran horizontal.
2.2.2
Menurut Puspita, dll (2005), faktor-faktor yang beperan dalam proses pengolahan
limbah pada lahan basah buatan adalah sebagai berikut:
a. Mikroorganisme
Mikroorganisme pada lahan basah buatan biasanya melekat pada permukaan
perakaran dan substrat/media membentuk biofilm. Mikroorganisme berperan
sangat penting dalam sistem lahan basah buatan karena mikroorganisme
(terutama
pada
lahan
basah
buatan
beraliran
bawah
2.3
Tanaman Scirpus validus dan Iris pseudacorus memiliki kapasitas serapan hara
lebih tinggi disbanding Typha orientalis, Pharagmites australis (Haimin Wu et all
dalam Suswati, 2012).
Tanaman Iris telah banyak digunakan sebagai tanaman holtikultura, karena
tanaman ini dapat beradaptasipada kondisi oksigen yang rendah. Tanaman tersebut
dapat hidup pada area-area yang memiliki kandungan zat organic terlarut yang
sangat tinggi dan tanaman ini dapat menurunkan zat organic terlarut hingga 25%
lebih dari satu tahun. Dalam 24 jam, dapat menurunkan E.coli sebesar 50%,
Salmonela hingga 70%, dan Entercoli hingga 60%. Hal tersebut dapat
membuktikan bahwa tanaman Iris dapat menurunkan logam berat pada air limbah
secara efisien dan ekonomis, karena kemampuan tanaman ini dalam menyerap
logam serta dapat bertahan dalam kondisi tidak baik (Jacobs, Graves & Mangold,
2010).
Tanaman Iris dapat tumbuh di berbagai jenis tanah misalnya pada tanah berkerikil
di pantai dimana akar-akar menembus ke dasar tanah, hingga pada tanah liat yang
tergenang. Biasanya, tanaman tersebut tumbuh di daerah-daerah yang memiliki
kandungan air tanah yang cukup tinggi, tetapi tidak harus terendam, serta dapat
tumbuh pada tanah berpasir yang kering. Tanaman ini dapat membentuk lapisan
yang mengambang di air, tumbuh di daerah gambut dan terendam oleh tanah
organic dan anorganik secara permanen. Di negara eropa, tanaman ini tetap berada
pada daerah yang lebih tinggi dari rawa dan muara dengan salinitas hingga 24%.
Tanaman ini sering ditemukan di rawa-rawa, dengan pH 3,6 7,7 dan
membutuhkan kandungan nitrogen yang tinggi (Jacobs, Graves & Mangold,
2010).
Tanaman Iris pseudacorus dapat menurunkan kadar BOD, COD, pH, dan logam
berat dalam pengolahan limbah rumah sakit
BAB III
KEGIATAN RISET
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Parameter air limbah rumah sakit yang diuji meliputi BOD, COD, pH, dan logam
berat.
Pada tahap ini dilakukan untuk melarutkan partikel-partikel halus yang berasal
dari media agar terbentuk porositas media dengan baik. Pada tahap ini reactor
yang telah siap diisi dengan menggunakan air PDAM dengan waktu tinggal yang
diperlukan sebanyak 4 hari. Hal ini ditentukan ketika tidak ada lagi penurunan
media apabila ditambahkan air lagi.
3.5.3
Tahapan ini merupakan tahap adaptasi tanaman dan media terhadap reaktor
wetland dimana media tanaman dari taman yang dipindah ke reactor constructed
wetland agar dapat menyesuaikan diri dari lingkungan baru dan dapat bertahan
hidup. tahap aklimatisasi ini dilakukan selama 7 hari dengan pemberian air limbah
laboratorium secara berkala mulai dari konsentrasi air limbah yang diberikan
sebanyak 25%, 50%, 75%, hingga 100%.
3.5.4
Tahap ini merupakan tahap dimana reactor diisi dengan air limbah yang dialirkan
dengan menggunakan pipa yang dialirkan secara gravitasi ke inlet secara continue
yang dilakukan selama 6 hari.
Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah kadar pH, BOD, COD, dan logam berat
yang terkandung pada air limbah.
3.6.2
Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah jenis tanaman, jenis air limbah
KHASIpI-Pa P
geatdl r
pmsuten a
eP
npiLdau l e
dlbian i n
snrPmpde t
udoa i
enusap
smtan a
ra n
:nk
a
d nee
i sln u s
i i uf
k w ul a
a sl ao
ae la
t sm nar
i rlt r
ah
a
n
i i
s p
a
i
tk
i
e i
e
na n
im
l
t
rt
a
d
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daftar Pustaka
1. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius : Yogyakarta
2. Jacobs, J., M. Graves and J. Mangold. 2010. Plant Guide for Paleyellow Iris
(Iris pseudacorus). USDA-Natural Resources Conservation Service, Montana
State Office : Montana.
3. Kurniadie, Denny. 2011. Teknologi Pengoloahan Air limbah Cair secara
Biologis. Widya Padjajaran.
4. Puspita, U. Ratna., Siregar, A. Sahri., Hidayati. N. Vita. 2011. Kemampuan
Tumbuhan Air sebagai Agen Fitoremediator Logam Berat Kromium (Cr)
yang Terdapat Pada Limbah Cair Industri Batik. Berkala Perikanan Terubuk,
Februari 2011, hlm 58 64 Vol. 39 No. 1 ISSN 0126 4265.
5. Suswati,
Anna.,
dll.
2012.
Analisis
Luasan
Constructed
Wetland