Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Kondakting (www.

ss)

 Kondakting dalam bahasa Perancis ialah direction, bahasa German dirigieren dan Itali

ialah direzione, ialah petunjuk dari sebuah pertunjukan musikal dengan memakai

bentuk gerak isyarat yang dapat dilihat, untuk menjamin kebulatan suara baik

interpretasi maupun pelaksanaan kondakting itu sendiri.1

 Menurut Conrad Wilson di dalam Collins Encyclopedia of Music, kondakting ialah

petunjuk atau aba-aba dari sebuah pertunjukan yang diberikan oleh sekelompok

penyanyi atau pemain musik atau keduanya, yang menyangkut tidak hanya ketepatan

tempo, dinamik dan phrasing, tetapi juga persiapan yang baik dan teliti untuk

menjamin bahwa balance sudah benar, serta maksud atau tujuan dari komposer di

dalam karya tersebut dihadirkan dengan jelas.2

 Kondakting berawal dari suatu ketukan atau tempo yang dapat didengar, yang

sudah dipakai pada berbagai jaman untuk menandai ritme, dan selalu dipakai dalam

keadaan tertentu, misalnya pertunjukan marching band oleh musik militer.

 Di Yunani kuno ketukan (tempo) pada baik koor maupun musik instrumental ditandai

dengan ketukan kaki kanan pada tanah, dengan melekatkan sepotong besi pada

sepatu. Inilah mungkin asal mula pelaksanaan mengangkat tangan untuk ketukan

lemah dan penurunan tangan untuk ketukan yang kuat.

 Penulis-penulis abad pertengahan kadang-kadang mengacu pada tepuk tangan, tetapi

hal ini tampaknya cenderung lebih sesuai untuk intruksi terhadap murid dibanding

untuk aba-aba pertunjukan.

 Menurut anonymous translator dari Raquenet’s, di Perancis kondakter awalnya duduk

dipanggung dan memberi tempo dengan memukul meja, kemudian ia pindah ke


1
Jack Westrup. Conducting, dalam The New Grove Dictionary of Music and Musicians, Vol. 4
Stanley sadie (ed.). London: Macmillan Publishers Ltd., 1980, p. 641.
2
Conrad Wilson. Collins Encyclopedia of Music. London: Chancellor Press, 1984, p. 137.
orkestra dan memukul lantai dengan tongkat panjang, yang mana sebetulnya hanya

banyak membuat gaduh, akan tetapi hal ini juga dilakukan di London.

 Kebiasaan memukul lantai dengan tongkat panjang tidak dikenal di Itali, karena dari

awal abad ke 19 prinsipal biola biasanya mengetukkan kaki di tanah atau memukul

standar musiknya dengan penggeseknya.3

 Di dalam gereja katolik Roma pada awal abad pertengahan pemimpin koor

menggunakan tangannya untuk menunjukkan pada penyanyi, pada naik turunnya

lagu-lagu monophonic kuno (plainsong atau gregorian chant). Hal ini secara khusus

perlu sepanjang tidak ada catatan-catatan, dan tidak berlebihan ketika aba-aba

individu ditunjukkan, karena ini dimaksudkan hanya untuk memberi samar-samar

petunjuk umum pada garis melodi. Sebagai pemimpin yang kebetulan juga seorang

penyanyi, maka dapat memberi bantuan yang lebih jauh dengan suaranya.

 Tanda pemimpin ialah sebuah tongkat yang dipegang pada tangan kiri, sambil

menggunakan tangan kanannya untuk memberi petunjuk pada penyanyi. Akan tetapi

hal tersebut juga masih membingungkan, karena beberapa penyanyi melihat pada

ujung tongkat dan penyanyi lainnya melihat pada tangan pemimpin yang memberi

aba-aba.

 Perkembangan musik poliponi membuat esensial untuk memberi tanda ketukan,

dengan maksud bahwa tongkat akan memberi petunjuk lebih pasti dibanding

tangan.

 Metode memberi aba-aba adalah sederhana yaitu turun untuk ketukan pertama dan

naik untuk ketukan kedua, sedangkan untuk aba-aba tiga ketukan atau tiga perempat,

ke bawah ditahan untuk dua ketukan dan ke atas untuk ketukan ketiga.

3
Westrup, loc .cit.
 Seluk beluk musik akhir abad ke 16, khususnya musik vokal sekular (duniawi)

membawa ke realisasi bahwa tidak selalu diperlukan tempo harus strict atau tetap,

melainkan tempo sebaiknya fluktuatif (naik-turun) sesuai dengan suasana kata-kata.

 Peningkatan kebebasan interpretasi juga ditambahkan pada tanggung jawab

kondakter, yang mana metode direksi atau aba-aba yang lebih efisien makin

diperlukan.

 Tongkat petugas musik di katedral atau petugas yang memimpin psalm dan hymn di

gereja sangat tidak praktis digunakan, walaupun begitu itu masih digunakan di opera

Paris.

 Pemakaian tongkat ini di kemudian hari secara tidak langsung ikut

menyebabkan kematian Lully, karena menurut kebiasaan ia selalu memukul

kakinya dengan tongkat tersebut sehingga melukainya, dan tanpa disadari hal ini

menyebabkan jaringan tubuhnya mati.4

 Beberapa kondakter ada pula yang menggunakan gulungan kertas atau kertas kecil,

yang dipegang kuat pada salah satu tangan, yang memang tidak terlalu fleksibel tetapi

mungkin lebih mudah dilihat dalam sinar yang suram dan tempat yang luas.

 Para penulis abad ke 17 menyarankan untuk memakai apa saja, yang penting aba-

aba terlihat jelas, bahkan termasuk penggunaan sapu tangan. Pada abad ke 17 ini,

metode aba-aba naik – turun yang lama dari tactus (satuan ketukan), sudah tidak

memadai lagi untuk berbagai ritme pada musik Barok. Apa lagi pada awal abad ke

18 kebiasaan modern membuat perbedaan gerakan aba-aba empat perempat dan

tiga perempat sudah ditetapkan, meskipun secara umum belum diterima.

 Kejanggalan metode kondakting dilakukan di opera Paris dan tetap dipertahankan

sampai abad ke 18, dengan alasan untuk mengontrol koor yang harus sering bergerak

4
Hugo D. Marple. The Beginning Conductor. New York: McGraw-Hill Book company, p. 2.; periksa
juga Jay D. Zorn. The Music Listerner’s Companion. New Jersey: Prentice-Hall Inc., 1995, p. 55.
disekitar panggung, bahkan disarankan untuk memakai alat-alat komunikasi yang

lain seperti pemakaian perlengkapan elektrik modern.

 Sedangkan di opera Itali karena koor biasanya hanya sebagai peran tambahan, maka

model kondakting semacam ini tidak diperlukan. Di dalam kenyataan ada dua

kondakter, satu duduk sebagai pemain keyboard di mana ia dapat mengiringi

resitatif, yang dilakukan oleh para penyanyi; dan yang lain dilakukan oleh prinsipal

biola yang bertanggung jawab terhadap orkestra.

 C.P.E. Bach (1753) mempertahankan bahwa cara terbaik memimpin musik

instrumental adalah dari pemain keyboard, disisi lain kebiasaan yang umum dalam

pertunjukan musik orkestra dipimpin oleh prinsipal biola.5 Oleh sebab itu hanya di

dalam gereja tongkat dan sejenisnya biasanya dipakai, atau dalam pertunjukan besar

koor dan orkestra, di mana mungkin ada tiga kondakter sekaligus, yaitu prinsipal

biola, pemain keyboard dan kondakter itu sendiri.6

 Ketika orkestra tumbuh lebih besar dalam abad ke 19, dan keperluan memakai

instrumen continuo (keyboard) akhirnya menghilang, aba-aba dari keyboard menjadi

tidak praktis dan instrumen tersebut akhirnya hanya dipakai dalam konser kamar. Dari

aba-aba pertunjukan dengan instrumen prinsipal biola, terpaksa dipercayakan pada

penggeseknya (yang dipakai sebagai baton atau tongkat) untuk kondakting, dan

selalu siap untuk memainkan intrumennya pada saat yang diperlukan.

 Pada awal abad ke 19 banyak kondakter yang adalah pemain biola, Ludwig

Spohr (1784-1859) seorang pemain biola, kondakter dan juga komposer asal Jerman,

mencatat bahwa pada tahun 1816 di La Scala, Milan, pertunjukan-pertunjukan opera

dikondak oleh prinsipal biola. Tidak ada aba-aba lain baik dari pemain piano ataupun

dari sebuah meja dengan memegang tongkat.

5
Gunther Schuller. The Compleat Conductor. New York: Oxford University Press, 1997, p. 71.
6
Westrup, op. cit., p. 641-643.
 Spohr sendiri memakai sebuah gulungan kertas ketika mengkondak Haydn’s

Creation dan konser orkestra di Frangkenhausen tahun 1809. Di Frankfurt opera

tahun 1817, Spohr dibujuk oleh seorang penyanyi pada saat latihan, untuk

menggunakan penggesek biolanya guna menunjukkan tempo, dan memegang biola

yang siap ditangan. Akan tetapi yang ia lakukan adalah meletakkan biola

disampingnya, dan memberi aba-aba dalam gaya Perancis dengan menggunakan

tongkat.

 Pada tahun 1820 Spohr berkunjung ke London, ia melihat bahwa orkestra biasa

dikondak oleh prinsipal biola, ketika ia mengeluarkan tongkat dari kantong jasnya, ia

mendapat beberapa peringatan dari direktur orkestra, akan tetapi ternyata hasilnya

sangat efektif yang diakui oleh pemain orkestra, seperti yang diakui pula oleh para

penyanyi ketika tiba pada bagian resitatif.

 Menurut catatan Spohr beberapa tahun sebelum orkestra dipimpin oleh prinsipal

biola, yang disebut kondakter pada piano (keyboard) sudah ditinggalkan di Inggris.7

 Di Perancis pemakaian penggesek biola untuk kondakting juga berlangsung beberapa

tahun, misalnya F.A. Habeneck (1781-1849) kondakter, pemain biola dan komposer

Perancis, dikenal memakainya baik untuk konser orkes simfoni maupun opera.

 Bagi kondakter yang adalah seorang pemain biola atau prinsipal biola, biasanya

hanya mempunyai part biola pertama saja dengan tanda-tanda atau isyarat-

isyarat untuk instrumen-instrumen lainnya pada standar musiknya, agar supaya

dapat dengan mudah mengikuti perjalanan semua instrumen dan langsung bergabung

main jika diperlukan. Hal ini kemudian menimbulkan suatu persepsi yang tidak

menguntungkan terhadap Habaneck karena ia dianggap sebagai seorang musisi yang

kurang kompeten.

7
Ibid., p. 643; periksa juga Hugo D. Marple, loc. cit.
 Sebaliknya Richard Wagner (1813-1883) seorang komposer dari Jerman mendapat

banyak pujian karena mengkondak simfoni no. 9 dari Beethoven, dengan mengetahui

partitur secara detil dan bahkan hafal tanpa partitur sekalipun.

 Ketika Wagner mengkondak karya Requiem dari Berlioz pada tahun 1837, ia tiba-tiba

mengambil sedotan tembakau (pipa) dan dipakainya sebagai tongkat kondakting pada

saat yang kritis. 8

 Penggunaan tongkat untuk kondakting (baton) pada akhir abad ke 18 mendapat

kemajuan terus menerus di Jerman, meskipun ada sejumlah perlawanan lokal.

Diantara komposer yang memakai tongkat untuk kondakting disamping Spohr adalah

Spontini (sebagai kondakter opera Berlin), Weber dan Mendelssohn.

 Seperti kondakter-kondakter abad ke 19 lainnya, Spontini memakai sebuah tongkat

tebal terbuat dari ebony, dengan gading ditengahnya (tempat memegang) dan di

ujung, menurutnya pemakaian tongkat yang lebih kecil hanya untuk mengkondak

aria-aria.

 Julius Benedict (1804-1885) seorang komposer dan kondakter Inggris yang lahir di

Jerman, mengkondak pertama kali Der Freischutz di Berlin tahun 1821 memakai

sebuah tongkat yang sangat kecil, dan ternyata tongkat merupakan alat paling

sempurna untuk mengontrol seksi-seksi dari orkestra.

 Mendelssohn yang mengkondak di London dengan tongkat putih, dikagumi sebagai

seorang kondakter oleh banyak musisi pada jamannya, tetapi yang secara khusus

menarik perhatian dari Mendelssohn adalah disiplin yang terapkan pada orkestra.

 Tidak seperti Weber yang suka mempertahankan tempo stabil (tetap), dan lebih suka

memberi tanda ketukan pada permulaan bagian, kemudian meninggalkan orkestra

bermain sendiri.9

8
Westrup, loc.cit.
9
Ibid., p. 645.
 Diduga bahwa Weber adalah penemu metode kondakting modern, yang

diwariskan kepada Wagner dan Berlioz (komposer Jerman dan Perancis), kemudian

oleh mereka prinsip-prinsip kondakting dibakukan dan masih berlaku hingga

sekarang.

 Wagner menuntut bahwa musik harus selalu menyanyi, untuk dapat menghasilkan

itu kondakter harus dapat menentukan tempo yang tepat, dikatakannya bahwa tanda-

tanda metronom adalah suatu petunjuk yang tidak pasti. Sebagai ilustrasi tentang

fleksibelitas tempo dicontohkan karyanya yang berjudul Overture to Die Mister

Singer, yang walaupun pada permulaan ditandai dengan moderato, namun meminta

beberapa fluktuasi tempo, dan berakhir dalam tempo yang presis sama seperti pada

permulaan (hal ini tidak tertulis dalam partitur).

 Berlioz disamping menjelaskan detil-detil ketukan irama (tempo), juga menekankan

masalah-masalah psikologi dari seni kondakting dan menganjurkan latihan terpisah

untuk penyanyi dan orkestra. Ia menyalahkan ketukan irama (tempo) yang

terdengar sebagai pembunuhan yang kejam (barbar), tetapi memperbolehkan

memberi sebuah ketukan tunggal yang dirasa perlu di dalam teater untuk masuknya

koor.

 Sebagai kondakter diantara Wagner dan Berlioz mempunyai perbedaan yang sangat

menyolok, Wagner menurutkan kata hati dalam rubato dan tidak sabar, bahkan

cenderung kasar dalam latihan. Sedangkan Berlioz memilih tempo yang tetap dan

dicatat untuk pertimbangannya pada pemain.10

 Prinsip kondakting yang diletakkan oleh Wagner dan Berlioz, telah diikuti dalam

berbagai tingkat dan dengan berbagai modifikasi, oleh kondakter-kondakter sejak

jaman mereka, dari masa mereka muda sebaya Von Bulow (1830-94, pemain piano,

10
Ibid.
kondakter dan komposer Jerman) dan Richter (1843-1916, kondakter dan pemain

horn dari Austri-Hongaria) hingga sekarang.

 Satu hal yang tidak dapat dilepaskan adalah, bahwa temperamen individu

kondakter dan seringkali karakter nasional mereka, secara alami mempengaruhi

metode dalam kondakting. Nikisch dan Strauss sebagai contoh dicatat karena cara

kondakting mereka yang sederhana, lainnya seperti Stokowski dan Bernstein yang

sama-sama berhasil dengan pendekatan yang lebih semarak (cemerlang), sementara

kondakter semacam Furtwangler dan Beecham mengembangkan gaya pribadi secara

tinggi.

 Beberapa kondakter membatasi mereka sendiri pada repertoar tertentu, yang

sesuai dengan simpati intuisinya. Mengenai kondakting konserto oleh seorang

pemain solo (solois yang sambil main merangkap sebagai kondakter) menjadi

bertambah umum dalam akhir abad ke 20, meskipun ini tidak tepat untuk pemain

orkestra karena masih kurang meyakinkan dalam mengiringi solis, khususnya pada

pasase-pasase yang temponya berubah-ubah, kecuali mungkin jika orkestranya kecil.11

11
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai