Anda di halaman 1dari 37

LEMBAR PENGESAHAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA INSTRUMENT


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

DIBUAT OLEH : DIPERIKSA OLEH :


PRAKTIKAN ASISTEN
LAB.PENGEMBANGAN

(Putri Charolin) (Kristina Sisilia Br.Bangun)

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis ucapakn kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas
perkenaan-Nya laporan ini bisa diselesaikan tepat waktu .

Dalam mengoperasikan seluruh instrument yang terdapat dalaam suatu


industri pengolahan, baik pengolahan bahan pangan maupun nonpangan sangat
dibutuhkan tenaga khusus yang menguasai /mengendalikan jalannya suatu mesin
pengolahan. Tenaga tersebut tidak dituntut dapat melakukan seluruh perbaikan
terhadap kerusakan yang dialami oleh sebuah mesin , melainkan dapat memahami
sebab sebab kerusakan serta perbaikan secara menyeluruh suau mesin tersebut .

Dalam laporan ini pembahasan terfokus pada penentuan kadar logam yang
terdapat pada sampel, dan penggunaan serta manfaat spektrofotometer UV-Vis
dalam dunia Industri baik itu pangan, non pangan, maupun obat-obatan.

Medan, 22 April 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI

2
halaman
SAMPUL LAPORAN .............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN ........................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ..............................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum ..................................................... 1

1.2. Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-Vis .................................... 1

1.3. Landasan Teori ........................................................................... 1

1.3.1. Jurnal ............................................................................... 1

1.3.2. Spektrophotometry ..........................................................11

1.3.3. Spektrophotometer UV & UV-Visible.............................14

BAB II. PROSEDUR KERJA ..........................................................................19

2.1. Alat dan Bahan............................................................................19

a. Alat ........................................................................................19

b. Bahan......................................................................................19

2.2. Prosedur Kerja............................................................................15

3
a. Prosedur Kerja Preparasi .......................................................19

b. Prosedur Kerja UV-Vis Spektrophotometer ..........................20

BAB III. GAMBAR RANGKAIAN .................................................................21

3.1.Gambar Peralatan ......................................................................21

3.2. Gambar Rangkaian ...................................................................23

3.3. Keterangan Gambar Rangkaian ...............................................23

BAB IV. DATA PENGAMATAN .....................................................................24

BAB V. PENGOLAHAN DATA .....................................................................26

5.1. Perhitungan Regresi Linier Sederhana .....................................26

5.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Concentration

vs- adsorbansi ........................................................................27

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................28

6.1. Kesimpulan................................................................................28

6.2. Saran..........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

4
halaman

Tabel 1.1. Pengaruh Keasaman terhadap Komplek Nd-Arsenazo ....................7

Tabel 1.2. Hasil Pengamatan pengaruh intensitas serap Nd-arsenazo terhadap


volume Arsenazo ...............................................................................8

Tabel 1.3. Data hasil pengukuran blanko dan larutan standar


Neodimium .......................................................................................10

Tabel 4.1. Tabel Kurva Kalibrasi .......................................................................24

Tabel 4.2. Data pengamatan Fe pada sampel ..................................................24

Tabel 5.1. Perhitungan Regresi Linier Sederhana .............................................26

DAFTAR GAMBAR

5
halaman

Gambar 1.1. Hasil Penyapuan Panjang Gelombang Nd-Arsenazo ...................5

Gambar 1.2. Pengaruh waktu kestabilan komplek terhadap intensitas serap


Nd-Arsenazo III ............................................................................6
Gambar 1.3. Pengaruh tingkat keasaman terhadap intensitas serap
Nd-Arsenazo-III ...........................................................................7

Gambar 1.4. Pengaruh Konsentrasi Nd-Aresenazo III terhadap intensitas


serap...............................................................................................8
Gambar 1.5. Hasil penentuan linieritas Nd .......................................................9
Gambar 1.6. Absorbsi sinar larutan hukum Lambert-Beer ...............................11

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Konsentrasi vs- Absorbansi ...........................24

Gambar 4.2. Grafik Kalibrasi Konsentrasi vs- Absorbansi .............................25

BAB I

PENDAHULUAN

6
1.1 Tujuan Percobaan Praktikum
1. Agar mahasiswa/i mampu untuk mengetahui susunan, cara kerja dan
penggunaan alat Spektrofotometri.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui hubungan konsentrasi terhadap
absorbansi pada pengukuran dengan spektrofotometer UV-Visible.

1.2 Prinsip Percobaan


1. Berkas Polykromatis diubah menjadi monokromatis.
2. Sinar yang di absorbsi oleh bahan yang diselidiki sebanding dengan
jumlah (Konsentrasi) bahan yang diselidiki.
3. Hukum Lambert-Beer.

1.3 Landasan Teori


1.3.1. Analisis Neodimium Menggunakan Metoda Spektrofotometri Uv-
Vis
Pendahuluan

Instalasi Radiometalurgi (IRM) terintegrasi dengan Bidang


Pengembangan Radiometalurgi. Instalasi ini dalam SK Kepala
BATAN mempunyai tugas untuk melaksanakan pengembangan
radiometalurgi, analisis fisikokimia dan teknik uji pasca iradiasi (Post
Irradiation Examination Program, PIE Program) terhadap bahan
bakar reaktor riset maupun bahan bakar reaktor daya beserta
komponennya. Program uji pasca iradiasi meliputi pemeriksaan dan
pengujian merusak dan tidak merusak. Salah satu pengujian merusak
pasca iradiasi elemen bakar yang dilakukan adalah penentuan derajat
bakar (burn up) bahan bakar reaktor riset melalui analisis fision
product yang dihasilkan.
Neodimium adalah jenis isotop yang dapat digunakan sebagai
monitor penentuan derajat bakar (burn up), selain itu neodimium
adalah unsur-unsur yang sering terdapat dalam logam tanah jarang
sehingga mempelajari metoda analisis untuk penentuan unsur ini
adalah cukup penting. Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk

7
menentukan unsur tersebut adalah spektrofotometri UV-Vis.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan kegiatan tentang analisis
unsur neodymium menggunakan metoda Spektrofotometri UV-Vis
serta parameter-parameter yang mempengaruhi hasil analisis. Hasil
pengujian ini akan diterapkan pada analisis unsur Nd yang terdapat
dalam logam tanah jarang dan fision product untuk penentuan burn
up.
Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu alat ukur untuk
analisa unsur-unsur berkadar rendah secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak
yang dihasilkan pada spektrum suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif
berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa
kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai.
Pembentukan warna dilakukan dengan cara menambahkan bahan
pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan. Pada
penentuan neodimium dengan metoda spektrofotometri UV-Vis
digunakan penggomplek arsenazo-III (C22H16As2N4Na2O14S24H2O),
sehingga terbentuk senyawa kompleks neodimium-arsenazo III. Pada
metoda ini dilakukan pengujian parameter analisis Nd terhadap
penentuan konfirmasi identitas, kestabilan waktu pembentukan
komplek, dan penentuan keasaman, pengaruh pengomplek dan
pengaruh konsentrasi larutan. Pengujian parameter dilakukan dengan
menggunakan bahan standar bersertifikat CRM (Certificate Reference
Material) dari Spex.

Metoda
Bahan:
Dalam kegiatan ini sebagai sampel digunakan larutan standar
neodimium bersertifikat dari Spex, arsenazo III 0.1% sebagai bahan

8
pengomplek dan HCl 2N sebagai media pengomplek aresnazo III.
Sedangkan sebagai pelarut digunakan air bebas mineral.

Peralatan:
Dalam penyiapan cuplikan digunakan peralatan gelas labu
takar, corong, gelas beaker, pipet effendof, batang pengaduk, dan
timbangan analitis. Untuk pengukuran digunakan alat
Spektrofotometer UV-Vis Lamda 15.

Cara Kerja:
A. Penyiapan larutan
1. Pembuatan larutan sampel simulasi neodimium
Pembuatan larutan sampel Nd dilakukan dengan
mengencerkankan 1 mL larutan standar Spex Neodimium
10.000 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, dan ditepatkan hingga
tanda batas dengan air bebas mineral, diperoleh konsentrasi
larutan standar induk Nd sebesar 100 ppm.

2. Pembuatan larutan Arsenazo III 0,1 %


Pembuatan larutan pengomplek arsenazo 0.1 %
dilakukan dengan melarutkan 0,01 gram arsenazo III dengan
air bebas mineral hingga larut di dalam gelas piala. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL ditambahkan
natrium karbonat 0.1 mL dan ditepatkan hingga tanda batas
menggunakan air bebas mineral. Larutan arsenazo III disimpan
di dalam botol plastic.

3. Pembuatan larutan HCl 2 N


Pembuatan larutan HCl 2 N dilakukan dengan
mengencerkan 15.3 mL HCl pekat 12 N dengan air bebas
mineral dalam gelas ukur 100 mL.

9
4. Pembuatan larutan blanko
Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan memipet
larutan pengomplek arsenazo III 0,1 % sebanyak 0.8 mL
kedalam labu ukur 10 mL, larutan ditepatkan hingga tanda
batas menggunakan HCl 2 N.

B. Analisis Unsur Neodimium


1. Penentuan konfirmasi identitas
Penentuan konfirmasi identitas dari neodimium
dilakukan dengan cara melakukan penyapuan panjang
gelombang dari 190 nm hingga 900 nm. Dari penyapuan ini
akan diperoleh panjang gelombang yang memberikan spektrum
optimum. Spektrum yang diberikan merupakan karakteristik
dari unsur yang dianalisis. Penentuan konfirmasi identitas
dilakukan setelah melakukan back corr terhadap larutan
blanko.

2. Penentuan parameter pengujian untuk analisis Neodimium


Penentuan parameter pengujian dilakukan masing-
masing terhadap kestabilan waktu pembentukan komplek,
pengaruh keasaman larutan, pengaruh konsentrasi pengomplek
dan pengaruh konsentrasi larutan.

Hasil Dan Pembahasan


Penentuan daerah panjang gelombang Neodimium:
Pada penentuan daerah panjang gelombang neodimium yang
dilakukan terhadap konsentrasi neodimium 4 ppm, dengan penyapuan

10
panjang gelombang dari 190 nm sampai dengan 900 nm, diperoleh
daerah panjang gelombang yang memberikan puncak spektrum
neodimium pada panjang gelombang 654.9 nm dengan besar serapan
0.423, seperti ditunjukkan dalam gambar 1. Panjang gelombang yang
diperoleh merupakan karakteristik dari senyawa komplek. Analisis
senyawa neodimium-arsenazo III akan memberikan kepekaan analisis
maksimum pada panjang gelombang serapan optimum karena pada
keadaan tersebut hukum Lambert- Beer akan terpenuhi. Daerah
panjang gelombang serapan optimum terjadi pada panjang gelombang
654.9 nm. Panjang gelombang yang diperoleh digunakan untuk
pengukuran absorban pada analisis neodimium lebih lanjut.

Gambar 1.1. Hasil Penyapuan Panjang Gelombang Nd-Arsenazo

Penentuan waktu kestabilan komplek :


Waktu kestabilan komplek dilakukan dengan melihat
perubahan serapan sinar x dari senyawa komplek Nd-arsenazo yang
terbentuk terhadap waktu pengomplekan. Waktu kestabilan
pembentukan komplek diamati dari 0 menit sampai 70 menit. Dari
pengamatan tersebut terlihat bahwa intensitas serap Nd-arsenazo akan
terus meningkat hingga waktu pengomplekan selama 30 menit dan
mengalami penurunan intensitas serap hingga waktu komplek 70
menit seperti ditunjukkan dalam gambar 2. Pada tabel 1 terlihat
bahwa waktu mempengaruhi intensitas sinar yang diserap (besar

11
absorban). Pengaruh waktu ini digunakan untuk lama proses
pembentukan waktu komplek pada analisis neodimium lebih lanjut.

Gambar 1.2. Pengaruh waktu kestabilan komplek terhadap intensitas


serap Nd-Arsenazo III.

Penentuan tingkat keasaman media komplek:


Pengamatan pengaruh keasaman (pH) terhadap intensitas serap
dari Nd-arsenazo, dengan cara mengatur pH secara bervariasi 2.0; 2.5;
3.0; 3.5; dan 3.7 untuk Nd-arsenazo 5 ppm. Dari pengamatan
pengaruh pH tersebut terlihat bahwa tingkat keasaman dari media
komplek sangat mempengaruhi intensitas serap komplek Nd-arsenazo
yang terbentuk. Semakin tinggi tingkat keasaman makin rendah
intensitas serap yang diberikan. Intensitas serap optimal terjadi pada
tingkat keasaman dengan pH 3.5 seperti ditunjukkan dalam tabel 1
dan Gambar 3. Pada pengamatan pengaruh pH ini terlihat bahwa
absorban dari NdArsenazo optimal terjadi pada tingkat keasaman 3.5
dan pada pH di atas 3.5 terjadi penurunan intensitas serap dari Nd-
Arsenazo.

Tabel 1.1. Pengaruh Keasaman terhadap Komplek Nd-Arsenazo

No. Keasaman (pH) Absorban (Nd)


1. 1,5 0,109
2. 2,0 0,516

12
3. 2,5 0,686
4. 3,0 0,733
5. 3,5 0,704

Gambar 1.3. Pengaruh tingkat keasaman terhadap intensitas serap Nd-


Arsenazo III

Pengaruh jumlah pengomplek:


Kemudian dilakukan pengamatan pengaruh jumlah
pengomplek terhadap intensitas serap dari Nd-arsenazo, dengan cara
mengatur volume arsenazo yang ditambahkan sebagai pengomplek
pada Nd-arsenazo konsentrasi 5 ppm, Jumlah arsenazo yang
ditambahkan yaitu 0.25; 0.50; 0.75; 1.0; 1.5 dan 2 mL. Dari
pengamatan pengaruh arsenazo tersebut diperoleh intensitas serap
optimal pada volume arsenazo 1 mL (kandungan arsenazo 0.01%)
seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 1.2. Hasil Pengamatan pengaruh intensitas serap Nd-arsenazo


terhadap volume Arsenazo

No. Volume Arsenazo Intensitas serap


( mL) (Absorban) Nd
1 0,25 0,135

13
2 0,50 0,351
3 0,75 0,590
4 1,00 0,858
5 1,50 0,855
6 2,00 0,854

Penentuan daerah kerja:


Penentuan daerah kerja dilakukan dengan mengamati
pengukuran larutan standar sampel dari konsentrasi bervariasi dari 0;
1,0; 3,0; 5,0; 7,0 dan 10 ppm. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa
daerah kerja optimal terjadi pada konsentrasi 1 ppm hingga
konsentrasi 7 ppm dengan besar absorban 0,199 hingga 0,784 seperti
ditunjukkan Gambar 4. Hal ini sesuai dengan spesifikasi dalam
analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, yang menyatakan
bahwa daerah kerja yang optimal adalah apabila absorban berkisar
antara 0,2 0,8.

Gambar 1.4. Pengaruh Konsentrasi Nd-Aresenazo III terhadap


intensitas serap

14
Gambar 1.5. Hasil penentuan linieritas Nd

Pada gambar 5 terlihat bahwa hubungan yang linier terjadi


pada konsentrasi sampel dibawah 7 ppm, kemudian dibuat uji
linieritas dengan pembuatan kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi
diperoleh persamaan garis lurus y = 0,098x + 0,103 dengan koefisien
regresi sebesar 0,998. Nilai koefisien regresi yang diperoleh lebih
besar dari 0,98, hal ini menunjukkan ketepatan terhadap data ukur
yang mendekati nilai benar, karena hasil linieritas yang baik
ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi mendekati angka 1. Data
hasil pengukuran untuk penentuan daerah kerja dituangkan dalam
Tabel 3.

Penentuan nilai akurasi.


Selanjutnya parameter uji yang telah ditetapkan diterapkan
pada analisis sampel dari larutan standar neodimium. Dari
pengukuran larutan standar yang dijadikan larutan sampel dilakukan
perhitungan nilai akurasi. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai
akurasi sebesar 96,73% untuk konsentrasi standar sampel 1 ppm, dan
99,86% untuk konsentrasi 3 ppm.

Tabel 1.3. Data hasil pengukuran blanko dan larutan standar


Neodimium

Konsentrasi Absorban Absorban SD


(ppm) Rerata
0 0,004 0,005 0.006 0,007 0,008 0,0060 0,0016
1.0 0,199 0,198 0,197 0,199 0,196 0,1978 0,0013

15
3.0 0,397 0,395 0,396 0,398 0,397 0,3966 0,0011
5.0 0,608 0,609 0,608 0,607 0,608 0,608 0,0007
7.0 0,784 0,782 0,785 0,783 0,784 0,7836 0,0011
10.0 0,696 0,698 0,697 0,698 0,699 0,6976 0,0011
Persamaan regresi y = 0,098x + 0,103
Koefisien regresi 0.998

Besar nilai akurasi yang baik dalam Tabel 4 adalah apabila nilai
akurasi tersebut menuju 100 %. Nilai akurasi yang diperoleh untuk
konsentrasi 1 ppm dan 3 ppm memenuhi kriteria tersebut, sehingga
besaran akurasi yang diperoleh dari analisis neodimium menggunakan
metoda spektrometri UV Vis dapat diterima dengan tingkat
kepercayaan 95%.

Tabel 1.4. Data hasil pengukuran sampel larutan standar Neodimium

Konsentrasi Absorban Konsentrasi


Terhitung (ppm) rerata SD terukur Akurasi
(ppm)
1.0 0,1978 0,0013 0,9673 96,73

3.0 0,3966 0,0011 2,9959 99,86

Kesimpulan
Dari kegiatan analisis neodimium (Nd) menggunakan metoda
spektrofotometri UV-Vis dapat disimpulkan bahwa untuk analisis
neodimium konsentrasi sampel berkisar dari 1 ppm hingga 7 ppm
dengan tingkat keasaman larutan pada pH 3,5 dan dengan konsentrasi
pengomplek 0,01 %. Analisis dapat diterima dengan persen akurasi
berkisar antara 96,73% sampai 99,86% dengan tingkat kepercayaan
95%.

1.3.2. Spektrophotometry

16
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri.Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda.

Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :

A= log ( Io / It ) = abc

Keterangan : Io = Intensitas sinar datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorptivitas

b = Panjang sel/kuvet

c = konsentrasi (g/l)

A = Absorban

Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat


dibedakan dari filter fotometri sebagai berikut :

1. Daerah jangkauan spektrum

17
Filter fotometrihanya dapat digunakan untuk mengukur serapan
sinar tampak (400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat
mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun
IR (> 750 nm).

2. Sumber sinar

Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka


spektrofotometer menggunakan sumber sinar yang berbeda pada
masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Sedangkan sumber
sinar filter fotometer hanya untuk daerah tampak.

3. Monokromator

Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator.


Tetapi pada spektro digunakan kisi atau prisma yang daya
resolusinya lebih baik.

4. Detektor

- Filter fotometer menggunakan detektor fotosel

- meter menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube.

1.3.3. Spektrophotometer UV& UV- Visibel


Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia
analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel
baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi
antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud
dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah
elektron valensi. Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu

18
disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.

Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi


elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan,
diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya


sama yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau
pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara
materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat).
Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun
medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut


sebagai sifat dualistik cahaya yaitu:

1. Sebagai gelombang

2. Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.

Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui


misalnya panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang
gelombang (l) didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak. Hubungan
dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal
dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang
frekuensi dirumuskan sebagai:

c = . v atau = c/v atau v = c/

Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi

19
E=h.v

E = h . c/

dimana :

E = energi tiap foton

h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),

v = frekuensi sinar

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi


suatu foton akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi
energi yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan
frekuensinya. Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar
dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV
memiliki panjang gelombang () yang lebih pendek (100400 nm)
dibanding panjang gelombang yang dimiliki sinar tampak (400800
nm). Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi
penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi
sehingga spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber
sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk
spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga
semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru,
hijau, apapun..selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut

20
termasuk ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang
umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan namaWolfram merupakan unsur
kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik
didih yang tertinggi (3422 C) dibanding logam lainnya. karena sifat
inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal
ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus
terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil. Salah satu contohnya adalah pada analisa
kadar protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan
tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat
berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah
reagent Folin. Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam
suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada
panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna
biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang
berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.

2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV


berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki
panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy hidrogen.
Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di

21
laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu
neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak
memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteros, yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki dua
pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu,
sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa
meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap
harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak
ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa
protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri
visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin,
maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung
dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV
pada panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak
sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi
protein terlarut semakin besar. Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada
bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak
kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang
juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi
menimbulkan bias pada hasil analisa.

3.Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV


dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber
cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih

22
canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber
UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan
paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat
digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak
berwarna.

BAB II

PROSEDUR KERJA

2.1. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Pipet tetes : 1 Buah
2. Gelas ukur 10 ml : 1 Buah
3. Botol semprot : 1 Buah
4. Beaker glass 100 ml : 1 Buah

23
5. Pipet volume 10 ml : 1 Buah
6. Pipet volume 1 ml : 1 Buah
7. Bola karet : 1 Buah
8. Neisler 50 ml : 8 Buah
9. Rak neisler : 1 Buah

b. Bahan yang digunakan


1. Pelarut pelarut sampel yang disesuaikan dengan sampel yang diperiksa.
2. HCl 1:1
3. HONH2HCl
4. O.Phenontroline 0,1%
5. Fe standart ( 0, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm)
6. Larutan buffer

2.2. Prosedur Kerja


a. Prosedur kerja preparasi
1. Larutan stock Fe dipipet (1 ml =1g Fe) 0, 5, 10,15,20,25 ppm
kedalam labu ukur 50 ml,tambahkan 1 ml HCl 1:1 tambahkan 1 ml
HONH2HCl 10 %,tambahkan 5 ml O.phenotrolin .aduk sampai rata
dan tambahkan 5 ml buffer asetat 50% dan diaduk kembali sampai
merata.
2. Dilakukan perlakuan yang sama seperti diatas dengan mengganti
larutan stock dengan sampel.
3. Diukur warna pakai spektrofotometri pada 510 nm.

b. Prosedur kerja UV Visible Spektofotometer


1. Diperiksa bahwa tidak terdapat sampel didalam cell compartment
2. Diperiksa posisi setiap switch,harus pada posisi off atau posisi semula.
3. Dinyalakan power switch.
4. Dipilihlah lampu yang sesuai, dinyalakan sesuai dengan range panjang
gelombang yang akan diukur. Lampu D2 untuk range 190-380 nm.
Lampu W untuk range 380-900 nm.
5. Melalui knop panjang gelombamg ,diatur panjang gelombang yang
dikehendaki.
6. Diperiksalah 0% T dengan meletakkan sutheer block pada sampel
beam, display harus menunjukan 0% T.

24
7. Diletakkan cell-cell berisi pelarut pada refeernce dan sampel beam atur
agar absorbsinya 0 atau 100% Y.
8. Kuvet tempat sampel dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan
sampel itu sendiri lalu air bilasan dibuang, kemudian sampel diisi
kembali dengan sampel dan dilap bagian samping sampel dengan tisue,
lalu dimasukkan ke tempatnya.
9. Lalu ditekan tombol Start utmuk melihat nilai absorbansi dari pada
sampel.
10. Dilakukan hal yang sama pada langkah 8 9 untuk pengukuran sampel
dengan variasi konsentrasi.

BAB III

GAMBAR RANGKAIAN

3.1. Gambar Peralatan

Labu ukur 50 ml Tabung Nesler

25
Pipet Volume Safety Karet

Rak Nesler Botol Semprot

Tissue Labu Ukur 1000 ml

26
Ruang Asam Spektrofotometer UV-Vis

3.2. Gambar Rangkaian

27
1 2 3 4 5

3.3. Keterangan Gambar Rangkaian


1. Read Out : berfungsi sebagai pembaca hasil keluaran.
2. Tempat Sampel : berfungsi sebagai tempat masuk sampel.
3. Monitor : berfungsi sebagai penampil hasil.
4. Control Panel : berfungsi sebagai tombol pengontrol.
5. Lampu Deuterium : berfungsi sebagai sumber cahaya.
7. Rak nesler dilengkapi dengan tabung nesler.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1. Tabel Kurva Kalibrasi

No Konsentrasi Absorbansi
(X) (Y)
1 0,0000 0,000
2 10,0000 0,032
3 20,0000 0,064
4 30,0000 0,096
5 40,0000 0,128
6 50,0000 0,150

28
4.2. Kurva Kalibrasi Konsentrasi vs- Absorbansi

0.16

0.14

0.12

0.1

0.08
Absorbansi
y
0.06
Linear (y)

0.04

0.02

0
0 10 20 30 40 50 60

Konsentrasi

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi

29
BAB V

PENGOLAHAN DATA

5.1. Perhitungan Regresi Linier Sederhana

No Konsentrasi Absorbansi XY X2 Y2
(X) (Y)
1 0,0000 0,000 0,00000
0,000 0,000 0
2 10,0000 0,032 0,00102
0,32 100,000 4
3 20,0000 0,064 0,00409
1,28 400,000 6
4 30,0000 0,096 0,00921
2,88 900,000 6
5 40,0000 0,128 0,01638
5,12 1600,000 4
6 50,0000 0,150 7,5 2500,000 0,02250

30
0
150 0,47 17,1 5500 0,05322

Perhitungan Regresi Linear Sederhana


a = Y bx
1. Perhitungan koefisien b
(X 2) ( X )2
n
n (XY ) (X )( Y )
b=

6 ( 10,165 ) ( 75 ) (0,558)
b=
6 ( 1375 ) (5625)

60,9941,45
b=
2625

b=0,007291429

2. Perhitungan koefisien a
Untuk memperoleh nilai a diperlukan nilai y rata rata ( ) dan x rata

rata ( x ) dengan rumus berikut ini :

x
x =
n

75
= 6

= 12,5
y
= n

31
0,558
= 6

= 0,093

Sehingga dari nilai x = 12,5dan = 0,093 maka dapat diperoleh

nilai a sebagai berikut

a = -b x

= 0,093 (0,007291429) . 12,5


= 0,093 0,09114286
= 0,00185714
y = a + bx
y = 0,00185714 +(0,0072)x
Jadi persamaan diatas adalah y = 0,00185714 +(0,0072)x
3. Pembuktian Konsentrasi Sampel
y = 0,00185714 +(0,0072)x
a. Untuk sampel air minum merk Vit
0,002=0,00185714+0,0072x
0,0072x = 0,002 0,00185714
0,0072x = 0,00014286
x = 0,0198
b. Untuk sampel air keran
0,002=0,00185714+0,0072x
0,0072x = 0,002 0,00185714
0,0072x = 0,00014286
x = 0,0198
5.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Concentration vs- Adsorbansi
R= n(XY) (X)(Y)
[n(X2) (X)2][(nY2) (Y)2]
6 (10,165) (75)( 0,558)
=
[6(1375) (75)2][(6(0,0751) (0,558)2]

= 19,14
(2625)(0,1392)
19,14
=

32
19,1500131
= 0,99947712
R2 = 0,99895451

Grafik Hubungan Antara Konsentrasi vs Absorbansi


0.2
f(x) = 0.01x + 0
0.15 R = 1

Absorbansi 0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30

Konsentrasi (ppm)

Gambar 7. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Vs Absorbansi

Diketahui : n=6
x = 150
y = 0,47
xy = 17,1
x2 = 5500
y2 = 0,05322
Penyelesaian
a Perhitungan Koefisien b
x 2
( n x 2 )
b = n ( xy )( x)( y )

5500 2
6 ( 5500 )
= 6 ( 17,1 ) ( 150 ) (0,47)

33
102,670,5
= 3300022500

= 0,00305714285

b Perhitungan koefisien a
x
x =
n
150
= 6

= 25
y
= n
0,47
= 6

= 0,078333

Maka nilai a dapat ditentukan


a = - b x
= 0,0783 0,003057 (25)
= 0,001908

Y= a + bx
Y = 0,001908 + 0,003057x

5.2. Perhitungan Koefisien Korelasi Concentrarion vs- Adsorbansi


x 2
y 2
n y 2
R= n x 2 .


n xy ( x )( y)

34
22500
0,47 2
6 ( 0,05322 )
6 ( 5500 )
=


6 ( 17,1 ) (150)(0,47)

102,670,5
= ( 10500 ) .(0,09842)
32,1
= 10,085

= 3,1829

35
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Semakin besar atau tinggi nilai dari ml Fe atau larutan standar apabila
ditambahkan dengan campuran larutan maka warna yang terbentuk
semakin cerah dalam hal ini (orange).
2. Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi. Semakin tinggi
konsentrasi dari sampel, maka semakin besar daya absorbansinya
3. Dari perhitungan koefisien korelasi di dapatkan harga R = 3,1829 dan
Dari perhitungan dapat disimpulkan Y = 0,001908 + 0,003057x

B. Saran
Untuk melakukan analisa spektrofotometri UV-Visible diperlukan
ketelitian dan pemahaman agar didapat data yang akurat. Untuk praktikum
diharapkan memahami betul apa yang sudah diarahkan dan dijelaskan oleh
asisten yang bersangkutan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Sri, Astuti. Penuntun praktikum kimia analisa instrument. PTKI Medan :


Laboratorium Kimia analisa Instrument, 2016.

Barus. Adil.Ir.Msi.Kimia Analisa Instrumen.Medan: Politeknik Teknologi Kima


Industri, 2013.

Puspawati.N.M, dkk. 2012 Isoalasi Gelatin dari Kulit Kaki Ayam Broiler dan
Karakterisasi Gugus Fungsinya dengan Spektrotometri IR. Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana, Denpasar

Stevens, Malcolm P. Kimia Polimer. Jakarta : Pradnya Paramita, 2001.

37

Anda mungkin juga menyukai