SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis ucapakn kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas
perkenaan-Nya laporan ini bisa diselesaikan tepat waktu .
Dalam laporan ini pembahasan terfokus pada penentuan kadar logam yang
terdapat pada sampel, dan penggunaan serta manfaat spektrofotometer UV-Vis
dalam dunia Industri baik itu pangan, non pangan, maupun obat-obatan.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
2
halaman
SAMPUL LAPORAN .............................................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
a. Alat ........................................................................................19
b. Bahan......................................................................................19
3
a. Prosedur Kerja Preparasi .......................................................19
6.1. Kesimpulan................................................................................28
6.2. Saran..........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
4
halaman
DAFTAR GAMBAR
5
halaman
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.1 Tujuan Percobaan Praktikum
1. Agar mahasiswa/i mampu untuk mengetahui susunan, cara kerja dan
penggunaan alat Spektrofotometri.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui hubungan konsentrasi terhadap
absorbansi pada pengukuran dengan spektrofotometer UV-Visible.
7
menentukan unsur tersebut adalah spektrofotometri UV-Vis.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan kegiatan tentang analisis
unsur neodymium menggunakan metoda Spektrofotometri UV-Vis
serta parameter-parameter yang mempengaruhi hasil analisis. Hasil
pengujian ini akan diterapkan pada analisis unsur Nd yang terdapat
dalam logam tanah jarang dan fision product untuk penentuan burn
up.
Spektrofotometer UV-Vis adalah salah satu alat ukur untuk
analisa unsur-unsur berkadar rendah secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak
yang dihasilkan pada spektrum suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif
berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa
kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai.
Pembentukan warna dilakukan dengan cara menambahkan bahan
pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan. Pada
penentuan neodimium dengan metoda spektrofotometri UV-Vis
digunakan penggomplek arsenazo-III (C22H16As2N4Na2O14S24H2O),
sehingga terbentuk senyawa kompleks neodimium-arsenazo III. Pada
metoda ini dilakukan pengujian parameter analisis Nd terhadap
penentuan konfirmasi identitas, kestabilan waktu pembentukan
komplek, dan penentuan keasaman, pengaruh pengomplek dan
pengaruh konsentrasi larutan. Pengujian parameter dilakukan dengan
menggunakan bahan standar bersertifikat CRM (Certificate Reference
Material) dari Spex.
Metoda
Bahan:
Dalam kegiatan ini sebagai sampel digunakan larutan standar
neodimium bersertifikat dari Spex, arsenazo III 0.1% sebagai bahan
8
pengomplek dan HCl 2N sebagai media pengomplek aresnazo III.
Sedangkan sebagai pelarut digunakan air bebas mineral.
Peralatan:
Dalam penyiapan cuplikan digunakan peralatan gelas labu
takar, corong, gelas beaker, pipet effendof, batang pengaduk, dan
timbangan analitis. Untuk pengukuran digunakan alat
Spektrofotometer UV-Vis Lamda 15.
Cara Kerja:
A. Penyiapan larutan
1. Pembuatan larutan sampel simulasi neodimium
Pembuatan larutan sampel Nd dilakukan dengan
mengencerkankan 1 mL larutan standar Spex Neodimium
10.000 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, dan ditepatkan hingga
tanda batas dengan air bebas mineral, diperoleh konsentrasi
larutan standar induk Nd sebesar 100 ppm.
9
4. Pembuatan larutan blanko
Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan memipet
larutan pengomplek arsenazo III 0,1 % sebanyak 0.8 mL
kedalam labu ukur 10 mL, larutan ditepatkan hingga tanda
batas menggunakan HCl 2 N.
10
panjang gelombang dari 190 nm sampai dengan 900 nm, diperoleh
daerah panjang gelombang yang memberikan puncak spektrum
neodimium pada panjang gelombang 654.9 nm dengan besar serapan
0.423, seperti ditunjukkan dalam gambar 1. Panjang gelombang yang
diperoleh merupakan karakteristik dari senyawa komplek. Analisis
senyawa neodimium-arsenazo III akan memberikan kepekaan analisis
maksimum pada panjang gelombang serapan optimum karena pada
keadaan tersebut hukum Lambert- Beer akan terpenuhi. Daerah
panjang gelombang serapan optimum terjadi pada panjang gelombang
654.9 nm. Panjang gelombang yang diperoleh digunakan untuk
pengukuran absorban pada analisis neodimium lebih lanjut.
11
absorban). Pengaruh waktu ini digunakan untuk lama proses
pembentukan waktu komplek pada analisis neodimium lebih lanjut.
12
3. 2,5 0,686
4. 3,0 0,733
5. 3,5 0,704
13
2 0,50 0,351
3 0,75 0,590
4 1,00 0,858
5 1,50 0,855
6 2,00 0,854
14
Gambar 1.5. Hasil penentuan linieritas Nd
15
3.0 0,397 0,395 0,396 0,398 0,397 0,3966 0,0011
5.0 0,608 0,609 0,608 0,607 0,608 0,608 0,0007
7.0 0,784 0,782 0,785 0,783 0,784 0,7836 0,0011
10.0 0,696 0,698 0,697 0,698 0,699 0,6976 0,0011
Persamaan regresi y = 0,098x + 0,103
Koefisien regresi 0.998
Besar nilai akurasi yang baik dalam Tabel 4 adalah apabila nilai
akurasi tersebut menuju 100 %. Nilai akurasi yang diperoleh untuk
konsentrasi 1 ppm dan 3 ppm memenuhi kriteria tersebut, sehingga
besaran akurasi yang diperoleh dari analisis neodimium menggunakan
metoda spektrometri UV Vis dapat diterima dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Kesimpulan
Dari kegiatan analisis neodimium (Nd) menggunakan metoda
spektrofotometri UV-Vis dapat disimpulkan bahwa untuk analisis
neodimium konsentrasi sampel berkisar dari 1 ppm hingga 7 ppm
dengan tingkat keasaman larutan pada pH 3,5 dan dengan konsentrasi
pengomplek 0,01 %. Analisis dapat diterima dengan persen akurasi
berkisar antara 96,73% sampai 99,86% dengan tingkat kepercayaan
95%.
1.3.2. Spektrophotometry
16
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri.Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda.
A= log ( Io / It ) = abc
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
17
Filter fotometrihanya dapat digunakan untuk mengukur serapan
sinar tampak (400-750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat
mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun
IR (> 750 nm).
2. Sumber sinar
3. Monokromator
4. Detektor
18
disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.
1. Sebagai gelombang
19
E=h.v
E = h . c/
dimana :
v = frekuensi sinar
20
termasuk ke dalam sinar tampak (visible). Sumber sinar tampak yang
umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan namaWolfram merupakan unsur
kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik
didih yang tertinggi (3422 C) dibanding logam lainnya. karena sifat
inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat
dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal
ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus
terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil. Salah satu contohnya adalah pada analisa
kadar protein terlarut (soluble protein). Protein terlarut dalam larutan
tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat
berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah
reagent Folin. Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam
suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk
senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada
panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna
biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang
berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
21
laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu
neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak
memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani,
deuteros, yang berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki dua
pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka
senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu,
sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa
meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap
harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak
ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa
protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri
visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin,
maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung
dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV
pada panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak
sinar yang diserap sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi
protein terlarut semakin besar. Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada
bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak
kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang
juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi
menimbulkan bias pada hasil analisa.
3.Spektrofotometri UV-Vis
22
canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber
UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan
paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat
digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak
berwarna.
BAB II
PROSEDUR KERJA
23
5. Pipet volume 10 ml : 1 Buah
6. Pipet volume 1 ml : 1 Buah
7. Bola karet : 1 Buah
8. Neisler 50 ml : 8 Buah
9. Rak neisler : 1 Buah
24
7. Diletakkan cell-cell berisi pelarut pada refeernce dan sampel beam atur
agar absorbsinya 0 atau 100% Y.
8. Kuvet tempat sampel dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan
sampel itu sendiri lalu air bilasan dibuang, kemudian sampel diisi
kembali dengan sampel dan dilap bagian samping sampel dengan tisue,
lalu dimasukkan ke tempatnya.
9. Lalu ditekan tombol Start utmuk melihat nilai absorbansi dari pada
sampel.
10. Dilakukan hal yang sama pada langkah 8 9 untuk pengukuran sampel
dengan variasi konsentrasi.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
25
Pipet Volume Safety Karet
26
Ruang Asam Spektrofotometer UV-Vis
27
1 2 3 4 5
BAB IV
DATA PENGAMATAN
No Konsentrasi Absorbansi
(X) (Y)
1 0,0000 0,000
2 10,0000 0,032
3 20,0000 0,064
4 30,0000 0,096
5 40,0000 0,128
6 50,0000 0,150
28
4.2. Kurva Kalibrasi Konsentrasi vs- Absorbansi
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
Absorbansi
y
0.06
Linear (y)
0.04
0.02
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi
29
BAB V
PENGOLAHAN DATA
No Konsentrasi Absorbansi XY X2 Y2
(X) (Y)
1 0,0000 0,000 0,00000
0,000 0,000 0
2 10,0000 0,032 0,00102
0,32 100,000 4
3 20,0000 0,064 0,00409
1,28 400,000 6
4 30,0000 0,096 0,00921
2,88 900,000 6
5 40,0000 0,128 0,01638
5,12 1600,000 4
6 50,0000 0,150 7,5 2500,000 0,02250
30
0
150 0,47 17,1 5500 0,05322
6 ( 10,165 ) ( 75 ) (0,558)
b=
6 ( 1375 ) (5625)
60,9941,45
b=
2625
b=0,007291429
2. Perhitungan koefisien a
Untuk memperoleh nilai a diperlukan nilai y rata rata ( ) dan x rata
x
x =
n
75
= 6
= 12,5
y
= n
31
0,558
= 6
= 0,093
a = -b x
= 19,14
(2625)(0,1392)
19,14
=
32
19,1500131
= 0,99947712
R2 = 0,99895451
Absorbansi 0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
Diketahui : n=6
x = 150
y = 0,47
xy = 17,1
x2 = 5500
y2 = 0,05322
Penyelesaian
a Perhitungan Koefisien b
x 2
( n x 2 )
b = n ( xy )( x)( y )
5500 2
6 ( 5500 )
= 6 ( 17,1 ) ( 150 ) (0,47)
33
102,670,5
= 3300022500
= 0,00305714285
b Perhitungan koefisien a
x
x =
n
150
= 6
= 25
y
= n
0,47
= 6
= 0,078333
Y= a + bx
Y = 0,001908 + 0,003057x
34
22500
0,47 2
6 ( 0,05322 )
6 ( 5500 )
=
6 ( 17,1 ) (150)(0,47)
102,670,5
= ( 10500 ) .(0,09842)
32,1
= 10,085
= 3,1829
35
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Semakin besar atau tinggi nilai dari ml Fe atau larutan standar apabila
ditambahkan dengan campuran larutan maka warna yang terbentuk
semakin cerah dalam hal ini (orange).
2. Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi. Semakin tinggi
konsentrasi dari sampel, maka semakin besar daya absorbansinya
3. Dari perhitungan koefisien korelasi di dapatkan harga R = 3,1829 dan
Dari perhitungan dapat disimpulkan Y = 0,001908 + 0,003057x
B. Saran
Untuk melakukan analisa spektrofotometri UV-Visible diperlukan
ketelitian dan pemahaman agar didapat data yang akurat. Untuk praktikum
diharapkan memahami betul apa yang sudah diarahkan dan dijelaskan oleh
asisten yang bersangkutan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Puspawati.N.M, dkk. 2012 Isoalasi Gelatin dari Kulit Kaki Ayam Broiler dan
Karakterisasi Gugus Fungsinya dengan Spektrotometri IR. Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana, Denpasar
37