PENDAHULUAN
1
Ada beberapa biomarker yang telah dicoba beberapa peneliti
untukmendeteksi feature/profile dari aroma MTB pada nafas atau
dahak pasien, atau biakan MTB,yaitu Asam Mycolic Methyl
Nicotinate, Asam Tuberculostearic (TBSA) dan Asam Hexacosanoic
(HCA), Alkane (misal tridecane), turunan alkane (missal dodecane),
hasil tekanan oksidatif (misal benzene, cyclohexane, decane, heptanes)
dan EsterMethyl Mycocerate.
Metode Penelitian
Aroma telah lama digunakan untuk mendiagnosa penyakit,
misalnya digunakan olehbangsa Yunani dan Cina sejak 2000 SM. Kini
setelah kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi, aroma masih dapat
digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit.
Berdasarkanbiomolekuler, aroma dimiliki oleh molekul aroma suatu
uap ataupun gas, secara umum molekularoma memiliki empat
karakteristik dasar yaitu terang, kutubnya polar, hidrofobik dan
kecil(masakuranglebih 300 Da),berdasarkanmikrobiologiklinis,suatu
penyakitdapat diidentifikasi dari aroma suatu senyawa organik tertentu
(biomarker). Dahak pasien TB terdapatbanyak bakteri dan
menimbulkan aroma yang kompleks dan sulit dipisahkan mana aroma
yangberasal dari MTB dan mana yang berasal dari bakteri-bakteri lain.
Ada beberapa metode yang menggunakan biomarker tersebut, pertama
hanya dengan menggunakan electronic sedangkan ke dua dengan Gas-
liquidchromatography (GLC), ketiga dengan metode High-
Performance Liquid Chromatography(HPLC),keempat dengan metode
Gas-ChromatographyMass-Spectrometry (GC-MS) atau dengan
metode Gas Chromatography/Mass Spectroscopy (GC/MS) dan,
kelima dengan metode Thermally Hydrolysis and Methylation
(THM)danGas-ChromatographyMassa
2
Hasil dan Pembahasan
1 Metode Yang Hanya Menggunakan eNose
Fungsi utama dari sebuah eNose adalah menirukan sistem
penciuman manusia dengancara menggabungkan sensor gas
nonspesifik dengan sistem pengenalan pola, sehingga sistem ini
diharapkan mampu mengenal aroma yang kompleks tanpa
memisahkan campuran menjadi komponen-komponen species. Feature
yang digunakan untuk mengidentifikasi biomarker dengan cara ini
adalah kurva respon eNose yang dihasilkan dari molekul aroma uap
dahak pasien. Penyerapan VOC yang diukur pada pemukaan sensor
menyebabkan perubahan fisik (konduktivitas, resistansi dan frekuensi)
sensor. Karena kekhasan yang parsial dan overlapping, maka kurva
respon dari setiap sensor dalam eNose dapat direkam selama
pengukuran, dengan cara ini diharapkan mampu dibedakan sampel-
sampel yang berbeda. Kurva respon tersebutdigambarkan dengan
persamaan matematika yang dinyatakan dengan tingkat
penyerapanmaksimum, laju desorpsi, respon maksimum (atau
divergen), dan area di bawah kurvarespon. Persamaan-persamaan
matematika itu kemudian dianalisis dengan perangkat lunakpengenalan
pola. Meskipun demikian, belum terjadi pemisahan yang sempurna,
seperti yangditunjukkan oleh tanda posisitif TB dan tanda negatif TB
yang overlapping, lihat Gambar 1.
3
Gambar 1 dan 2 memperlihatkan banyak terjadi infiltrasi sampel
negatif TB (tanda bulathijau) ke dalam daerah positif TB (tanda bulat
kuning) diperlihatkan oleh hasil penelitian.
4
biomarker asam mycolic dari dinding sel MTBdiperkenalkan pada
dekade terakhir ini, meskipun handal, metode ini belum digunakan
dalamlaboratorium mikrobiologi klinis. Berbagai kombinasi rantai
panjang asam mycolic dari dindingsel mycobacteria (yang dihasilkan
dengan metode-metode analisis yang berbeda) cocok menjadiobjek
dari analisis HPLC terhadap kromatogram yang dihasilkan.
Perbandingan profil tersebut dengan salah satu species mycobacteria
yang dikenal, memungkinkan identifikasi sampaitingkat species, tanpa
perlu mengenali senyawa individu.
5
keputusan, berdasarkan rasio tinggi puncak yang dipilih, sehingga
microbiologist dapat langsung mengidentifikasi strain yang benar.
Evolusi yang lebihcanggih menggunakan algoritma pengenalan pola
kromatogram yang dibantu komputer.
HPLC adalah metode yang cepat, karena keseluruhan
prosedur dilakukan tidak lebihdari tiga jam, jauh lebih cepat
dibandingkan prosedur konvensional yang membutuhkan
waktubiakan berminggu-minggu. Konsistensi pola asam mycolic
pada berbagai jenis mycobacteriadapat ditandai, hanya sedikit variasi
yang berkaitan dengan usia biakan yang diuji.
Adanya biakan mycobacteria campuran adalah masalah utama
pada hampersemua prosedur identifikasi. Evolusi yang lebihcanggih
menggunakan algoritma pengenalan pola kromatogram yang dibantu
computer. Adopsi terbaru dari sistem pemberian label untuk
komposisipuncakpadacluster-
clusterdansuatupuncakstandarddiharapkanmengatasikebingungan
karakterisasi banyak profil yang muncul sebelumnya, perhatikan Tabel
1.
6
Gambar 5 Puncak-puncak kromatogram MTB dalam cluster tunggal.
Metode Gas Chromatography/Mass Spectroscopy (GC/MS)
Metode ini juga menggunakan biomarker VOC untuk
mengidentifikasi kehadiran MTBdalam sampel nafas pasien positif TB.
VOC yang digunakan adalah methyl nicotinate yangsebelumnya
dilakukan derivatisasi (metilasi in situ) dengan 0.2 molar Trimethyl
sulfoniumhydroxide (TMSH) dari asam nikotinat.
Asam nikotinat sejak lama dikenal memainkan peran penting
dalam reaksi reduksioksidasi dalam metbolisme mycobacteria dan
diproduksi dalam jumlah yang cukup sehinggadapat digunakan untuk
membedakan MTB dari spesies mycobacteria lainnya dan bahkan telah
meniliti kadar asam nikotinat pada penderita TB, ditemukan bahwa
totalkadar asam nikotinat pasien TB lebih tinggi dibandingkan orang
normal.
Hasil ini menunjukkan bahwa metode ini cukup kuat dan
diskriminatif untuk menjaminstudi lebih lanjut, sayangnya konsentrasi
methyl nicotinate yang ditemukan masih rendah dalamnafas pasien
penderita TB, secara teknis menantang untuk diteliti dan belum
banyak yangdicapai ilmu pengetahuan, masih ditunggu apakah eNose
dapat mendeteksi methyl nicotinate dalam jumlah yang sedikit.
4. Metode Thermally Hydrolysis and Methylation (THM) dan Gas-
ChromatographyMass-Spectrometry (GC-MS)
Metode Gas Chromatography (GC), cepat, mudah digunakan, dan
tidak mahal, sudahmulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk
identifikasi mycobacteria. Sayangnyapenggunaan GC memiliki
kelemahan yaitu kebutuhan persiapan sampel yang komplekssebelum
7
analisis GC sebenarnya, untukmengatasinya menggunakan solid
phasemicro extraction (SPME) untuk membantu deteksi biomarker
volatil spesies MTB.
8
GC-MS Chromatogram (ion yang diseleksi m/z 74) sampel setelah
substraksimedium, muncul TBSA yang dimetilasi (Rt 40.5 menit) dan
HCA (Rt 52.6 menit) dioptimasi untuk injeksi sampel
dahak,Tuberculostearic acid (TBSA) dan Hexacosanoic (HCA) digunakan
sebagai biomarker untukmengidentifikasi MTB.
9
TBSA yang dimetilasi dan kadar HCA.Untuk TBSA, ditemukan
hubungan antara jumlah bakteri yang dicemarkan dan daerah
puncakfragmen. Sayangnya, korelasi ini tidak linier. Untuk HCA,
terutama untuk konsentrasi yang lebih rendah (di bawah 1x 10
bakteri/mL) tidak ada relasi linier yang ditemukan antara
tingkatpencemaran dan daerah puncak. Efek ini disebabkan oleh
rendahnya kadar HCA yang ada dikedua sampel dahak. Berdasarkan
TBSA, batas deteksi dari metode tersebut lebih baik dari 1 x104
bakteri/mL.
5. Metode Gas Chromatography (GC) dan e-Nose jenis Quartz Crystal
Microbalance
Cara ini mengkombinasikan metode gas chromatography (GC)
`dan hidung elektronikjenis quartcrystal microbalance (QCM). Sistem
ini terdiri atas kolom GC dan array sensorQCM 10-MHz yang
menghasilkan pola yang khas setiap aroma dalam ranah waktu,
perhatikanGambar 11. Beberapa aroma senyawa organik digunakan
untuk mengevaluasi selektivitassistem tersebut. Sistem ini dapat
membedakan pelarut organik senyawa yang berbeda kelas(misalnya
senyawa aromatik dengan alkohol), dan dapat pula membedakan senyawa
dalamkelas yang sama (misalnya premium dengan pertamax). Jaringan
syaraf tiruan dapat dilatihuntuk mengenali jenis aroma yang diujikan
dalam taraf identifikasi `85%, sistem ini dapatmengantikan hidung
manusia terutama untuk mengenali aroma senyawa yang beracun.
10
Metode ini diawali dengan deteksi gugus lemak yang merupakan
komponen penting dalam dinding sel MTB. Analysis kimia memiliki
keuntungan dibandingkan metode biakan,karena lebih cepat dan tidak
memerlukan organisme hidup. Ester methyl asam mycocerosic
darifamily phthiocerol dimycocerosate (PDIM) pada lemak kompleks
dinding sel ditentukansebagai biomarker diagnosa Tuberculosis .
Anggota Mycobacterium Tuberculosis yangkompleks ini memiliki profil
karakteristik terdiri atas asam trimethyl C , asam tetramethyl C29 dan C.
Asam lemak jenis ini ditemukan di MTB dan spesies lainnya. PDIMs
dari32Mycobacterium Tuberculosis ini adalah paraffin yang sangat
stabil, tersusun atas campuran darirantai panjang asam mycocerosic
multimethyl-branched yang teresterfikasi menjadi diol rantaipanjang C34
dan C36.phthiocerols. Thermochermolysis-gas chromatography-electron
impact mass spectrometry (THM-GC-EI/MS) dari lilin PDIM standar
menghasilkan karakteristik ester methyl mycocerosic milikMTB.
Diagnosa Mycocerosates adalah asam trimethyl C29 dan tetramethyl C30
dan C32.Seperti ditunjukkan Gambar 12, setiap mycocerosate
digambarkan dengan karakteristik puncakganda karena rasemisasi
selama hidrolisis alkaline.Analisa duplikasi dari ekstrak yang diperoleh
dengan sampel dahak negatif yangdicemari biakan MTB (140-5600
CFU/ml) menunjukkan bahwa daerah puncak ester methylasam
mycocerosic memiliki hubungan yang linear dengan jumlah bakteri yang
diuji.Seperti terlihat pada Gambar 12, puncak C 29 /C30dan C32. sangat
jelas terlihat dalamekstrak setelah dicemari dengan 140 CFU/ml dan
memiliki sinyal rata-rata terhadap noise ration(S/N) dari 36.2 untuk C29
/C30dan 55.3 untuk C32.
Setelah unblinding, kromatogram itu kembali dipelajari untuk
mengevaluasi dimanakesalahan klasifikasinya. Negatif palsu
teridentifikasi dengan cara mencari dimana smallcharacteristic doublet
peaksyang salah dalam background yang tinggi.Positif
palsuteridentifikasi dimana yang bukan doublet, dua puncak closely
11
eluting benar-benar telahdiobservasi, yang dekat, waktu-waktu retensi
yang diantisipasi, atau dimana doublet muncultidak pada waktu retensi
yang benar.
12
(iv)Interval waktu antara sinyal yang diduga C29/C30dan sinyal
yang diduga C32sangat tidakcocok dengan standar sehari-hari;
(v) Ukuran doublet pada C29/C30dan pada C32tidak sebanding
(vi)Bentuk dan ukuran kromatogram ion m/z 101 dan m/z 88 tidak
cocok satu sama lain.
13
Kesimpulan
Mycobacteria tuberculosis dalam nafas atau dahak pasien
senantiasa tercampurdengan bakteri-bakteri species lain dalam genus
Mycobacterium atau bahkan bakteri lain di luargenus tersebut,
sehingga menghasilkan aroma yang kompleks, masalah ini adalah hal
yang pokok untuk diatasi pada hampir semua prosedur
identifikasiMTB, sehingga metode yangmenggunakan biomarker tidak
cukup hanya dengan mengandalkan kemampuan electronic nose.
Adopsi terbaru dari sistem pemberian label untuk komposisipuncak
pada cluster-cluster dan suatu puncak yang distandarisasi diharapkan
mengatasikebingungankarakterisasibanyakprofilyangmunculdalamkrom
atogram,sehinggamemungkinkan identifikasi ke tingkat species.Penting
untuk diperhatikan dalam memilih biomarker, hindari biomarker yang
sangatpolar dan kurang stabil, jadi lebih baik menggunakan biomarker
dalam bentuk methyl/esterseperti Methyl Nicotinate atau Ester Methyl
Mycocerate yang stabil dan membuktikandalam sampel nafas pasien
positif TB yang dianalisis terbukti lebih banyak mengandungbiomarker
tersebut dibandingkan dengan nafas orang yang sehat.
Penggunaan GC masih memiliki kelemahan yaitu kebutuhan
persiapan sampel yang kompleks sebelum analisis GC sebenarnya,
maka diperlukan beberapa cara tambahan untukmengurangi persiapan
sampel yang kompleks yaitu dengan solid phase micro
extraction(SPME), hydrolysis and methylation (THM) dan
thermochermolysis (THM).
1.3.2. Analisis Senyawa Berbahaya Dalam Parfum Dengan
Kromatografi Gas-Spektrofotometri Massa Berdasarkan
Material Safety Data Sheet (MSDS)
Pendahuluan
14
pria, wanita, ataupun untuk keduanya. Kata parfum sendiri berasal
dari bahasa latin perfumum yang berarti melalui asap. Riwayat
parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih dari
4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang
menggunakan tanaman herbal, rempah-rempah dan bunga dan
dicampurkanbersama untuk membuat wewangian. Selanjutnya
pada pertengahan abad ke-15 parfum mulai dicampur minyak
danalkohol. Meskipun demikian, parfum baru mengalami
kemajuan pesat pada abad ke-18 dengan munculnya beragam
aroma wewangian dan botol yang indah.
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan
yang berfungsi sebagai media atau fondationbaik parfum itu asli
atau sintesis. Persentase kandungan bahan kimia dalam parfum
antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya. Namun dari
beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di
dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang
berbahandasar petroleum yang merupakan turunan benzene,
aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah satu
organisasi di Amerika yang menangani masalahkesehatan
lingkungan menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang
mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan
zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga ditemui
pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah diketahui
bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis
yang tinggi.
Menurut Cook (2009) ahligizi holistik dan naturopati
sekaligus penulis buku kesehatan popular mengatakan terdapat 500
lebih bahan kimia berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan
wewangian di parfum. Kebanyakan berasal dari bahan kimia
sintetis yang diperoleh dari bahan petrokimia, dan telah terbukti
mengandung neurotoxin (racun yang bisa merusak pembuluh darah
15
atau syaraf otak). Dan terdapat juga kandungan karsinogenik
(bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini
amat mengejutkan, karena hampir semua wanita bahkan pria
mengenakan parfum. Siapa sangka banyak bahan kimia yang
terkandung dalam parfum atau wewanian lain yang tak kalah
berbahaya dibandingkan bahaya asap rokok.
Ada beberapa alasan mengapa konsumen menggunakan
arfum. Dari hasil penelitian Borgave &Chaudari (2010), konsumen
merasa lebih baik dan merasa lebih percaya diri setelah
menggunakan parfum. Hasil penelitian lainnya dari Borgave &
Chaudari (2010), adalah konsumen menilai wangi parfum berada di
urutan pertama yang dipertimbangkan pada saat akan membeli
parfum. Urutan selanjutnya adalah merek, harga, dan kemasan
parfum itu sendiri.
Parfum diyakini sebagai salah satu indikator untuk
meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Varian aromanya yang
semakin beragam, membuat para wanita gemar untuk
menjadikannya sebagai koleksi meja rias.
Tujuan
1.Untuk mengetahui senyawa apa yang menjadi faktor penentu
yang terdapat dalam sampelparfum yang dianalisis.
2.Untuk mengetahui senyawa yang berbahaya dalam parfum yang
dianalisis.
Metode Penelitian
A.Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga
sampel parfum dan aquades.
B.Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gas
chromatography-spectrometry massa (GC-MS), thermometer,
16
refraktometer, piknometer, gelas ukur 10mL, pipet ukur 5mL, labu
ukur 10mL, dan corong.
C.Prosedur
Penetapan Berat JenisPenetapan berat jenis dilakukan
dengan menggunakan piknometer ukuran 5 ml dalam keadaan
bersih, kering, dan kosong dan ditimbang. Kemudian piknometer
diisi dengan aquades 5 ml dan ditimbang. Setelah itu piknometer
dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang. Piknometer diisi dengan
sampel parfum dan ditimbang.
Penetapan Indeks Bias
Penetapan indeks bias dilakukan dengan menggunakan
refraktometer. Permukaan prisma refraktometer dibersihkan
dengan aquades dan tissue. Kemudian diteteskan senyawa cair
(sampel) pada permukaan prisma. Setelah itu ditutup dan dibiarkan
berkas cahaya memasuki dan melewati senyawa cair. Diatur prisma
agar warna cahaya pada layar dalam alat refraktometer tersebut
menjadi dua warna dengan batas yang jelas. Setelah itu digeser
tanda batasnya dengan menggunakan knop pengatur pada
refraktometer sampai memotong titik perpotongan dua garis
diagonal yang saling berpotongan. Kemudian diamati dan dibaca
skala indeks bias yang terlihat pada refraktometer dan dicatat
hasinya. Setelah selesai pengukuran dibuka penutupnya dan
dibersihkan permukaan prisma dari sampel sampai bersih.
Analisis Sampel dengan Kromatografi Gas
Tiga sampel parfum, yaitu sampel A, B, dan C, masing-
masing diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang
berpenutup. Selanjutnya tersebut dianalisis dengan kromatografi
gas-spektrometri massa.
17
Gambar 3. Contoh kromatogram sampel parfum A.
Puncak 1 merupakan zat pelarut, puncak 2 zat pengikat dan
puncak 3 zat pewangi. Kondisi oprasional kromatogarfi adalah
Fasa Diam: Rtx-5 MS (Crossbond 5% diphenyl / 95% dimethyl
polysilaxone) ; Dimensi : 30 meter, 0,25 mmID, 0,25 um df ; Max
Prog. Temp. 350o; Min. Bleed at 330oC ; Fasa Gerak : Helium.
Berdasarkan contoh kromatogram pada gambar 3 dapat
dilihat bahwa senyawa yang terikat lebih kuat dengan fasa diam
akan tertahan lebih lama didalam kolom, sehingga waktu retensi
senyawa lebih panjang. Puncak kromatogram yang ada pada
kromatogram kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok
komposisi dalam parfum. Puncak 1 merupakan senyawa pelarut.
Senyawa pada puncak 2 merupakan zat pengikat, dan senyawa
pada puncak 3 merupakan zat pewangi dari sampel parfum A.
Puncak-puncak pada kromatogram di atas memiliki luas area yang
dinyatakan dalam persen luas (% area). Puncak-puncak yang
memiliki persen luas antara 1% sampai dengan 16,75% selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan spektrometri massa.
18
Analisis Sampel dengan Spektrometri Massa
19
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan
kromatografi gas dilakukan dengan cara sampel parfum
diinjeksikan kedalam ruang injeksi yang telah dipanaskan. Sampel
kemudian dibawa oleh gas pembawa melalui kolom untuk
dipisahkan. Didalam kolom fase diam akan menahan komponen-
komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya dan
akan dialirkan ke detektor yang memberi sinyaluntuk kemudian
dapat diamati pada sistem pembaca.
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan
spektrometri massa dengan data spektra massa standar yang
tersimpan dalam kepustakaan instrument kromatografi gas-
spektroskopi massa. Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai
SI atau indeks spektra senyawa yang ada pada komputer. Semakin
tinggi nilai SI, maka senyawa itu akan semakin mirip dengan
senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat ditampilkan bahwa
sampel tersebut samadengan senyawa yang memiliki SI tertinggi
20
dalam data komputer yang diberikan komputer. Dengan metode
ini, maka alat kromatografi gas-spektrometer massa dapat
digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan
senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada
kromatografi gas (Hapsari, 2008).
Adapun profil kromatogram dari setiap sampel dapat dilihat pada
gambar :
21
Berdasarkan material safety data sheet(MSDS) etanol
adalah senyawa yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung
dengan mata dapat menyebabkan iritasi, mata kemerahan, nyeri,
kornea, peradangan, dan kerusakan kornea. Selain itu, bahaya
untuk kulit jika dalam waktu pendek maupun panjang dapat
menyebabkan kulit kemerahan, gatal, peradangan. Bahkan
jikadigunakan berulang-ulang dapat menyebabkan reaksi alergi
kulit pada sebagian kecil individu atau manusia. Berkaitan dengan
karsinogen atau bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker,
mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan
terjadinya kanker, tumor ganas rongga mulut, faring, laring,
esophagus dan hati. Berikut adalah batas paparan dari etanol :
22
dari hasil penelitian didapatkan salah satu sampel dengan
menggunakan pelarut metanol. Dimana metanol dapat memberikan
potensi bahaya bagi tubuh.
23
terhirup dapat menyebabkan kebutaan, uapnya dapat menyebabkan
mengantuk atau pening. Untuk efek yang tertunda jika digunakan
secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan
system saraf pusat. Metanol dapat menghasilkan kerusakan saraf
optik, saraf pusat, dansaraf motorik. Berikut adalah batas paparan
dari metanol :
24
Gambar 6. Hasil Spektrometri Massa 1,2-Butanediol
25
Senyawa ini memiliki rumus molekulC5H12O2dengan
berat molekul 104 gram/mol. Berdasarkanmaterial safety data
sheet(MSDS) memiliki potensi berbayahaya. Dapat menyebabkan
iritaspada kulit, dan jika berulang dapat menyebabkan dermatitis
yang ditandai dengan kemerahan, pembengkakan. Dapat juga
masuk ke aliran darah melalui kulit yang luka atau lecet.
Menyebabkan iritasi pada mata. Jika tertelan akan menyebabkan
kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan saluran pencernaan.
Selain itu jika terhirup akan menyebabkan gangguan pada saluran
pernafasan.
c)Limonena
26
d)Dipropilen Glikol.
27
e) 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol
28
f) 3,3'-oksibis-2-Butanol
3. Zat Pewangi
29
Gambar 18. Hasil Spektrometri Massa Metil Dihidrojasmonat
30
Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) jika
senyawa ini tertelan akan menyebabkan aspirasi ke dalam paru-
paru dengan risiko pneumonitis kimia, dan konsekuensi serius bisa
terjadi. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa senyawa ini
dapat menyebabkan iritasi mata dan kerusakan pada beberapa
orang. Jika terjadi kontak kulit tidak memiliki efek kesehatan yang
merugikan,namun dapat menyebabkan luka seperti lecet,
terkelupas, atau kulit yang iritasi tidak boleh terkena senyawa ini.
Bahaya jika menghirup uap ini dapat menyebabkan mengantuk
atau pening, dapat disertai dengan kehilangan refleksi, kurangnya
koordinasi, dan vertigo. Ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pernafasan pada
beberapa orang. Respon tubuh terhadap iritasi tersebut dapat
menyebabkan kerusakan paru-paru lebih lanjut.
KESIMPULAN
1.2.3. Kromatografi
Kromatografi adalah metode pemisahan yang didasarkanatas
distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa.
a.Fasa diam (stationary phase) : berupa padatan/cairan yang terikat
pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben).
31
b.Fasa gerak (gerak phase) : berupa cairan yang disebut
eluen/pelarut, gas pembawa inert. Gerakan fasa gerak ini
mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponenkomponen
dalam sampel.
32
dialirkan fasa gerak. Di dalam kolom, aliran fasa gerak ini
membawa serta komponen-komponen cuplikan ke bawah
sepanjang kolom.Pada saat fasa gerak mengalir sepanjang
kolom terjadi kesetimbangan dinamisantara komponen
yang terlarut pada fasa gerak, dengan komponen yang
terdapatpada fasa diam.
Tetapan kesetimbangan sama dengan koefisien distribusi:
33
VR = tR . F
VM = VM (1+k)
= VM +K.Vs
Dimana VM volume fasa gerak yang ada di
dalam kolom pada waktu tertentu atau sering
disebut volume mati dan volume kosong yang tidak
terisi fasa diam. VS adalah volume fasa diam (bisa
berupa luas permukaan adsorbsi atau kapasitas
penukaran ion. Laju migrasi spesies ini sama
dengan laju rata-rata molekul fasa gerak.
c. Kapasitas
Faktor Kapasitas menggambarkan laju
migrasi komponen di dalam kolom. Faktor
kapasitas : perbandingan mol solut di dalam fasa
diam terhadap mol solut di dalam fasa gerak.
34
d. Faktor Selektivitas (Faktor Pemisahan)
Faktor selektivitas adalah faktor yang
merupakan ukuran bagi distribusi relatif komponen
di antara fasa diam dan fasa gerak. Faktor
selektivitas untuk 2 spesies A dan B dinyatakan
dengan rumus :
35
Dimana wx, wy adalah lebar puncak pada
bagian alasnya (dalam unit waktu) dan AZ adalah
perbedaan antara waktu retensi komponen x dan y.
Resolusi merupakan fungsi dari 3 faktor
adalah faktor efisiensi kolom (N), faktor selektivitas
(a) dan faktor kapasitas (k bagi komponen terelusi
kedua). Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Resolusi Rs mendekati nol (tidak ada resolusi)
jika N dan k mendekati nol atau bila a mendekati
satu.
2. Bila N, a, atau k diperbesar, maka Rs akan
menjadi lebih baik, tetapi nilai k yang besar akan
menjadikan waktu pemisahan yang lama.
3. Di dalam praktek, untuk memperbaiki Rs tidak
semua faktor dioptimasi secara bersamaan,
melainkan melalui berbagai tahapan, misalnya
memilih kolom dengan nilai N yang besar,
kemudian diikuti dengan mengoptimasi k
(biasanya antara 2 dan 5) dengan mengubah fasa
36
diam. Bila resolusi masih belum baik, harga N
atau a diperbesar lagi.
37
3 .Kromatografi pergeseran/pemindahan: digunakan fasa gerak
aktif yang akan mendesak molekul-molekul komponen yang
terikat kurang kuat pada adsorben.
4. .Kromatografi dengan analisis gradien: digunakan fasa gerak
(eluen) yang bervariasi. Variasi fasa gerak ini dapat berupa
tingkatan pH dan susunan atau komposisi fasa gerak
(digunakan lebih dari zat pengelusi, dari tingkatan yang paling
jelek sampai yang terbagus).
38
a. Tangki Gas Pembawa
Gas pembawa merupakan fase gerak yang
digunakan untuk mengangkut analat dalam kromatografi
gas. Gas pembawa bersumber dari tangki gas yang
bertekanan tinggi dan dilengkapi dengan alat pengatur
tekanan keluaran serta pengukur tekanan, sehingga
diperoleh kecepatan alir gas yang tetap, yaitu antara 25-
150 ml/menit pada kolom terpaket, dan 1-25 ml/menit
untuk kolom kapiler.. Gas pembawa harus bersifat murni,
kering, dan bersifat inert secara kimiawi, yaitu tidak
bereaksi dengan komponen-komponen di dalam contoh
maupun di dalam kolom. Selain itu, gas pembawa yang
digunakan harus sesuai dengan detektor yang digunakan
pula. Gas-gas yang umum digunakan dalam kromatografi
gas adalah gas hidrogen, helium, nitrogen, dan argon. Juga
dapat digunakan gas karbon dioksida atau udara kering.
39
c. Kolom
Kolom adalah bagian utama dari kromatografi gas,
karena pada bagian ini terjadi pemisahan dari komponen
analat yang akan dianalisis. Pemilihan kolom yang
digunakan harus sesuai dengan sifat dan kondisi sampel
yang dianalisis. Kolom dapar terbuat dari baja tahan karat,
kaca, Teflon, dan silikaBerdasarkan bentuknya kolom
kromatografi gas dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kolom Terpaket (Packed Colomn)
Kolom ini terbuat dari gelas atau logam dengan
diameter sampai dengan 8 mm, dan panjangnya 0,5-5 m.
kolom terpaket yang sering digunakan memiliki
perbandingan fase diam per fase gerak (Vs/Vm) antara
15-20, dan terdiri dari 100-1000 plat teoritis per kaki.
2. Kolom Kapiler
Kolom kapiler lebih menyerupai pipa dengan ruang
yang sempit serta memiliki diameter dalam sebesar 0,3-
0,5 mm. Kolom kapiler ini dibagi menjadi 2 bentuk
dasar, yaitu tipe WCOT (Wall Coated Open Tubular),
dan tipe SCOT (Support Coated Open Tubular). Kolom
kapiler WCOT lebih efisien dibandingkan tipe SCOT,
tetapi memiliki kapasitas contoh yang lebih kecil.
d. Oven
Oven merupakan salah satu komponen terpenting,
karena oven berfungsi untuk mempertahankan komponen-
komponen dalam contoh tetap dalam fase uap. Oven juga
merupakan tempat untuk meletakkan kolom pada
kromatografi gas.
e. Detektor
Detektor adalah alat untuk menunjukkan dan
mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas
40
pembawa. Alat ini akan mengubah analat yang telah
terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal
listrik yang proporsional.Detektor yang dapat digunakan
dalam kromatografi gas ada bermacam-macam, di
antaranya adalah detektor hantar bahang (TCD= Thermal
Conductivity Detector), detektor pengionisasi nyala (FID=
Flame Ionization Detector), detektor tangkap elektron
(ECD= Electron Capture Detector), dan lain-lain.
f. Rekorder
Pelaporan hasil analisis ini menggunakan kertas
grafik ukuran tertentu. Hasil yang diperoleh dicatat dalam
bentuk format yang berisi metode, grafik akhir dan area
percent repor.Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya
adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan
tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak
dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi
(tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat
penunjangnya.
Ada beberapa kelebihan kromatografi gas,
diantaranya kita dapat menggunakan kolom lebih panjang
untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gs
dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian
juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan
berlangsung cepat, sehingga analisis relative cepat dan
sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian
besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan
zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini terbatas
unruk zat yang mudah menguap.
41
BAB II
PROSEDUR KERJA
42
b. Persiapan Larutan Standard
1. Memipet larutan standard Methanol dengan menngunakan pipet
volum (10 mL).
2. Melakukan langkah 1 untuk larutan Ethanol, Iso Propyl
Alkohol,(dengan volum yang berbeda).
3. Menghomogenkan larutan.
d. Injeksi Sampel
1. Melakukan langkah seperti injeksi pada larutan standard untuk
larutan sampel.
43
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
44
Gambar . Neraca Gambar . Ekstraktor Gambar . Ekstraksi
Analitik Soxhlet
45
B. Gambar Rangkaian
46
kumparan.Kolom selalu merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat
terbuadari tembaga (murah dan mudah diperoleh), Plastik (teflon)
dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi, Baja (stainless steel)
mahal,Alumunium, dan Gela
e. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen
yang telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat,
dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi.
f. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu
oven harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel.
g. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis.
47
BAB IV
DATA PENGAMATAN
48
49
50
51
52
53
54
55
56