Anda di halaman 1dari 54

[DOCUMENT TITLE]

[Document subtitle]

[DATE]
[COMPANY NAME]
[Company address]
BAB I

PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan


Judul Percobaan
Pengukuran Konduktivitas Isolator Panas
Maksud Percobaan
Untuk melihat dan mengetahui panas konduksi pada temperatur dengan
waktu yang berbeda-beda.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui besarnya panas yang diserap oleh penyekat / hambatan.

B. Latar Belakang
Bahan yang tidak dapat menghantarkan panas disebut bahan
isolator panas. Benda yang termasuk bahan isolator panas terbuat dari
kayu dan plastik. Misalnya pensil, pulpen, dan penggaris.
Benda yang memanfaatkan panas adalah termos. Termos digunakan untuk
menyimpan air panas agar tahan lama. Pada bagian penutup termos
biasanya terbuat dari gabus atau plastik yang bersifat tidak dapat
menghantarkan panas.
Panas dapat berpindah dari suatu zat ke zat yang lain dengan 3 cara yaitu:
Cara konduksi
Cara konveksi
Cara radiasi
Dari ke-3 cara tersebut sifat yang umum adalah bahwa perpindahan panas
itu terjadi apabila ada perbedaan temperatur sedangkan panas selalu
dipindahkan pada arah temperatur rendah.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Defenisi Percobaan
Perkembangan teknologi sekarang ini, untuk menyimpan zat-zat cair
kriogenik yang bersuhu rendah (sampai kira-kira 2500C), misalnya hidrogen
cair untuk waktu yang lama, telah dikembangkannya
superisolator(superinsolation). Superisolator yang paling efektif terdiri dari
lapisan-lapisan rangkap yang terbuat dari bahan yang berdaya refleksi tinggi
dengan isolatorisolator sebagai pengantara. Keseluruhan sistem ini dihampakan
agar konduksi melalui udara menjadi minimum (Wang Q.w, 2002). Mate
rialisolasi digunakan untuk mempertahankan temperatur zat pada keadaan
dingin dan panas. Material isolasi terkadang dipandang kurang praktis karena
mahal dan tebal. Material isolasi dapat digantikan dengan menggunakan
rongga udara bertekanan rendah atau vakum. Membuat derajat kevakuman
100% pada rongga udara tidaklah mudah, biasanya masih ada udara didalam
rongga yang mengakibatkan terjadinya perpindahan panas konveksi alami
(natural convection) antara kedua permukaan pembentuk rongga tersebut
(Holman JP, 1988).

Laju perpindahan panas pada suatu rongga dihitung berdasarkan hukum


newton pendinginan. Koefisien perpindahan panas konveksi(h) pada rongga
dipengaruhi oleh perbedaan temperatur dari kedua dinding pembatas, selain
itu juga merupakan fungsi dari geometri rongga, orientasi dari rongga dan
sifat-sifat yang dimiliki fluida. Besarnya laju perpindahan panas antara dua
permukaan yang membentuk rongga sangat dipengaruhi pula oleh kondisi sifat-
sifat (properties) yaitu ; tekanan, temperatur, massa jenis, konduktivitas,
viskositas dan sebagainya dari fluida yang berada di dalam rongga tersebut
(Setterfield Barry, 2002).

Laju perpindahan panas pada suatu rongga(cavity) dapat dikurangi dengan


cara penghampaan (pemvakuman). Penghampaan merupakan suatu metode yang
sangat populer didalam kehidupan sehari-hari. Cara ini sering digunakan pada
thermos, pelat-pelat absorber pada pemanas matahari, sebagai isolasi untuk
mengurangi kehilangan panas pada reak tornuklir, pendinginan pada tangki
sampah radioaktif, ventilasi ruangan dan seterusnya (Wang Q.W, 2002).
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah; seberapa besar laju
perpindahan panas konveksi alamiah yang terjadi pada rongga vakum dan aspek
ratio berapa yang memberikan daya penyimpanan yang optimal. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan aspek rongga dan besarnya tekanan
vakum yang paling optimal dan mampu sebagai isolator dalam suatu rongga.
selain itu juga manfaat dari penelitian ini adalah dipergunakan untuk menyimpan
bahan/zat/ lainnya yang tidak tahan pada kondisi temperatur/tekanan atmosfir
(bahan Kriogenik).

Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energy panas.


Proses tersebut adalah perpindahan energy secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan energy secara konduksi dan konveksi terjadi pada material padat dan
cair. Sedangkan proses perpindahan energy panas secara radiasi terjadi pada ruang
hampa. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai ketiga perpindahan energy
tersebut.

Konduksi

Perpindahan energy panas secara konduksi merupakan perpindahan energy


panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa adanya perpindahan
dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda padat, cair
maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut.
Ada empat hal penting dalam konduksi yaitu : 1. Konduktivitas panas, 2.
Konduktansi panas, 3. Resistivitas panas, dan 4. Resistansi panas.

Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas


suatu material atau disebut dengan indeks hantar per unit luas konduksi per
gradient temperature dari suatu material. Perumusannya adalah sebagai berikut :


K= /

Keterangan :

Q = kecepatan aliran panas (W)

A = Luas daerah hantaran panas (m2)

T/m = gradient temperature disepanjang material (1/ )

Konveksi

Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak


dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi
merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di
permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang
penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan
permukaan itu adalah yang utama.Perpindahan energy panas dengan proses
konveksi terjadi hanya pada benda cair. Perpindahan ini disertai dengan
perpindahan benda cair secara fisik. Pada saat energy panas yang diterima oleh
benda cair tersebut melebihi titik batas maka benda cair itu mengalami perubahan
fasa.

Besarnya konveksi tergantung pada :

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).

b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T)

c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :

Viscositas fluida
Kecepatan fluida
Perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
Kapasitas panas fluida
Rapat massa fluida
Bentuk permukaan kontak

Rumus :

H = h x A x T

Radiasi

Perpindahan panas dengan proses radiasi ini berbeda dengan proses-proses


yang telah dijelaskan sebelumnya. Energy radiasi dirambatkan menggunakan
gelombang elektromaknetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan
perbedaan temperature dan tanpa medium penghantar. Hal ini sangat berbeda
dengan perambatan energy cahaya yang hanya menggunakan panjang gelombang
masing-masing. Gelombang elektromaknetik ini (radiant energy) dapat melalui
ruangan hampa dengan sangat cepat dan juga dapat melalui cair, gas dan beberapa
benda yang dikenainya dengan jumlah yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada kemampuan menyerap dari benda yang dikenainya. Matahari merupakan
contoh yang mudah untuk perpindahan panas dengan radiasi. Radiant energy dari
matahari dirambatkan melalui ruang hampa dan atmosfer bumi. Energy yang
dirambatkan ini akan diserap dan tergantung pada karakteristik permukaan.
Semua objek yang memiliki warna yang gelap terutama berwarna hitam akan
lebih mudah menyerap energy ini.

Rumus :

E = e T4

Dimana : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K4 .

e : emitansi (0 e 1)

B. Perkembangan Serta Penggunaan Dalam Dunia Industri

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan alat-alat yang


terbuat dari kertas, plastik, karet, lilin, kayu, alumunium, bahkan bahan yang
terbuat dari besi dan baja. Ada benda yang bersifat konduktor dan ada pula yang
bersifat isolator. Seperti apa benda konduktor dan isolator? Lakukan kegiatan
berikut ini! Benda-benda yang termasuk konduktor misalnya: aluminium, besi,
dan baja. Sedangkan benda-benda yang termasuk isolator misalnya: kertas,
plastik, karet, lilin, dan kayu. Memasak air akan lebih cepat mendidih bila
menggunakan alat/wadah yang terbuat dari logam, karena logam merupakan
penghantar panas (konduktor) yang baik. Bandingkan jika menggunakan
alat/wadah yang terbuat dari tanah liat. Begitu pula tangkai atau pegangan alat
masak atau alat penggorengan, biasanya menggunakan kayu atau karet. Sebab,
kayu dan karet merupakan benda penyekat panas (isolator) yang baik atau
penghantar panas yang kurang baik. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan
bahwa benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik di sebut konduktor,
sedangkan benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut
isolator.

BAB III

MATERI DAN METODA

A.Materi

Alat
1. Stopwatch
2. Seperangkat peralatan pengukur konduktifitas isolator panas
Bahan
1) Logam

B.Metode

Prosedur Kerja
1. Arus Listrik
Arus listrik yang digunakan adalah : AC 200/220 V dan power 50/60
Hz.
2. Power Suplay
Tekan tombol On,SW (AC 220 V )
3. Voltage Adjustment
Atur Voltage Adjustment kearah 25V,On AC pada petunjuk indikator.
4. Peralatan
Pengukuran dan pembacaan dari pada harga temperatur
,voltage,ampere dari 1,2,...,5 setiap 10 menit sesudah start.
5. Penyelesaian dan perhitungan:
Sesudah pencatatan harga dari temperatur sudah selesai,ulangi seperti
pengambilan harga temperatur dengan cara penekanan tombol
sebanyak 4-5 kali.
6. Pengatur voltage
Apabila pengambilan data sudah selesai,knop dari voltage adjuster
dikembalikan ke posisi semula.
7. Matikan power supply Knop power SW(AC 220V) ke posisi Off.
C. Gambar rangkaian dan percobaan.
Satu set peralatan pengukur konduktifitas isolator panas
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK & PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

PRE SET MEASUREMENT

ClockWatch AC voltMeter AC meter DIGITAL THERMOMETER

TEMPERATUR
Time Volt Curr

STV T V A 1 2 3 4 5

o
UNIT h. min V A C

1 2 3 4 5 6 7 8

1 5 35 0,7 55,7 46,2 39,2 34,3 32


2 10 35 0,7 63,3 52,7 44,7 37,7 34,1

3 15 35 0,7 75,7 61,7 50,5 41,5 36,5

4 20 35 0,7 84,5 69,2 56,4 45,3 41,4

5 25 35 0,7 92.9 76.3 62.0 49.2 41.4

6 30 35 0,7 101.9 83.6 67.8 53.1 43.9

7 35 35 0,7 109.7 90.2 73.2 57.0 46.4

8 40 35 0,7 117.5 96.8 78.6 60.6 48.8

9 45 35 0,7 124.6 102.9 83.7 64.2 51.2

10 50 35 0.7 132.2 109.6 89.1 68.0 53.7

Bahan isolator: Selulosa r3= 0,0336

L= 0,25 m r4= 0,0436

r1= 0,0136 r5= 0,0536

r2= 0,0236
B. Pembahasan
Untuk data ke 4 ( t=20 menit )
a. Meghitung sumber panas
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 35 volt . 0,7 A
= 21,07 kkal/jam
= 0,351 kkal/menit

b. Perbedaan temperatur
=
= (84,5 69,2) oC
= 15,3 oC
=
= (69,2 56,4) oC
= 12,8 oC
=
= (56,4 45,3) oC
= 11,1 oC
=
= (45,3 38,9) oC
= 6,4 oC

c. Panas konduksi diperoleh antar jari jari.



. 21
12 =
2 .12 .

0,351 . 0,023560,0136
=
2 (3,14) . 15,3 . 0,25

0,351 0,5517692

=
24,021
= 0,0080539 kkal/m.menit.0C


. 32
23 =
2 .23 .

0,351 . 0,03360,0236
=
2 (3,14) . 12,8 . 0,25


0,258 0,3532

=
20,096

= 0,00617 kkal/m.menit.0C


. 43
34 = 2 .12 .

0,351 . 0,04360,0336
= 2 (3,14) . 11,1 . 0,25


0,258 0,26053

= 17,427

= 0,0005246 kkal/m.menit.0C

. 54
45 = 2 .12 .

0,351 . 0,05360,0436
= 2 (3,14) . 6,4 . 0,25


0,258 0,20649

= 10,048

= 0,007213 kkal/m.menit.0C
d. Menghitung temperatur rata-rata.

1 + 2 84,5 +69,2
12 = = = 76,85oC
2 2

2 + 3 69,2 + 56,4
23 = = = 62,8 oC
2 2

3 + 4 56,4 +45,3
34 = = = 50,85oC
2 2

4 + 5 45,3+ 38,9
45 = = = 42,1 oC
2 2

Data ke 5
1. Untuk pengukuran pada waktu 25 menit

a. Sumber Panas
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 35 volt . 0,7 A
= 21,07 kkal/jam
= 0,351 kkal/menit

b. Perbedaan temperatur
12 =12
= (92,9 76,2) oC
= 16,7 oC
23= 23
= (76,2 62,0) oC
= 14,2 oC
34= 34
= (62,0 49,2) oC
= 12,8 oC
45=45
= (49,2 41,4) oC
= 7,8oC

c. Panas konduksi diperoleh antar jari jari.



. 21
12 = 2 .12 .

0,351 . 0,023560,0136
= 2 (3,14) . 16,7 . 0,25

0,351 0,5517692

= 26,219

= 0,007387 kkal/m.menit.0C

. 32
23 = 2 .23 .

0,351 . 0,03360,0236
= 2 (3,14) . 14,2 . 0,25


0,258 0,3532

= 22,294

= 0,003852 kkal/m.menit.0C


. 43
34 = 2 .12 .

0,351 . 0,04360,0336
= 2 (3,14) . 21,1 . 0,25


0,258 0,26053

= 33,127

= 0,0027604 kkal/m.menit.0C

. 54
45 = 2 .12 .
0,351 . 0,05360,0436
= 2 (3,14) . 14,3 . 0,25


0,258 0,20649

= 22,451

= 0,003228 kkal/m.menit.0C

d. Menghitung temperatur rata-rata

1 + 2 92,9 +76,2
12 = = = 84,55oC
2 2

2 + 3 76,2 + 62,0
23 = = = 69,1oC
2 2

3 + 4 62,0 +49,2
34 = = = 55,6oC
2 2

4 + 5 49,2+ 41,4
45 = = = 45,3oC
2 2

Data ke 10
2. Untuk pengukuran pada waktu 30 menit
a. Meghitung sumber panas
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 35 volt . 0,7 A
= 21,07 kkal/jam
= 0,351 kkal/menit

b. Perbedaan temperatur
12 =12
= (132,2 109,6) oC
= 22,6 oC
23= 23
= (109,6 89,1) oC
= 20,5 oC
34= 34
= (89,1 68,0) oC
= 21,1 oC
45=45
= (68,0 53,7) oC
= 14,3oC

c. Panas konduksi diperoleh antar jari jari.



. 21
12 = 2 .12 .

0,351 . 0.02360,0136
= 2 (3,14) . 22,6 . 0,25

= 0,005452 kkal/m.menit.0C


. 32
23 = 2 .23 .

0,351 . 0,03360,0236
= 2 (3,14) .20,5 . 0,25

= 0,003852 kkal/m.menit.0C


. 43
34 = 2 .12 .

0,351 . 0,04360,0336
= 2 (3,14) . 21,1 . 0,25

= 0,0027604 kkal/m.menit.0C

. 54
45 = 2 .12 .

0,351 . 0,05360,0436
= 2 (3,14) . 14,3 . 0,25

= 0,003228 kkal/m.menit.0C

d. Menghitung temperatur rata-rata.

1 + 2 132.2 +109.6.2
12 = = = 120.9 oC
2 2

2 + 3 109.6 + 89.1
23 = = = 99.35oC
2 2

3 + 4 89.1 + 68.0
34 = = = 78.55oC
2 2

4 + 5 68.0+ 53.7
45 = = = 60.85oC
2 2

5. Konversi data ke 10 untuk grafik


kkal
12 = 0,005452 x 60
menit


= 0. 32712

kkal
23 = 0,003852 x 60
menit


= 0. 23112

kkal
34 = 0,0027604 x 60
menit


= 0. 165624

kkal
45 = 0,003228 x 60
menit


= 0. 19368

D . Tabulasi Data

PRE-SET MEASUREMENTS CALCULATION Graph Ploting

Clock
Vaton
AC voltmeter AC ammeter Digital Thermometer 8-1 8-2 8-3 8-4 8-5 8-6 8-7 8-8 8-9 8-10 8-11 8-12 8-13 8-14

Experimental
Time Volt Curr Temperatur Difference Thermal Conductivity Mean Themperature
Constants

T C A 1 2 3 4 5 Q 12 12 12 45 12 23 34 45 12 23 34 45 K1 K2

kkal/ja
h:min V A O
C C kkal/jam.m.
m

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

5 35 0,7 55.7 46.2 39.3 34.3 32.0 0.351 9.5 7 4.9 2.3 0.013 0.043 0.012 0.0201 50.95 42.1 36.76 33.45

10 35 0,7 63.3 52.7 44.7 37.7 34.1 0.351 10.6 8 7 3.6 0.016 0.051 0.0064 0.0128 58 48.1 41.2 35.9

0,03452
0,00232
0.3
15 35 0,7 75.7 61.7 50.5 41.5 36.5 13.8 11.2 9 5 0.0089 0.0071 0.0087 0.092 68.6 56.1 46 39
51

0.3 11. 0.0072


20 35 0,7 84.5 69.2 56.4 45.3 38.9 15.3 12.8 6.4 0.00505 0.00617 0.00524 56.85 62.8 50.55 44.1
51 1 1
12. 0.0059
25 35 0,7 92,9 76,2 62,0 49,2 41,4 0.351 16.7 14.2 7.8 0.00738 0.00556 0.00455 84.55 69.1 55.6 45.3
8 1

101. 14.
30 35 0,7 83.6 67.8 53.1 43.9 0.351 18.3 15.8 9.2 0.006 0.005 0.003 0.005 93.75 75.7 60.45 48.5
9 7

109. 0.3 16.


35 35 0,7 90.2 73.2 57.0 46.4 19.5 17 10.6 0.005 0.009 0.003 0.003 99.5 81.7 65.1 51.7
7 51 2

117. 0.3 107.1


40 35 0,7 96.8 78.6 60.6 48.8 20.7 18.2 18 11.8 0.005 0.004 0.003 0.003 87.7 69.6 54.7
5 51 5

124. 0.3 19.


45 35 0,7 102.9 83.7 64.2 51.2 21.7 19.2 13 0.0056 0.0041 0.0029 0.0035 113.9 93.3 73.9 53.7
6 51 5

132. 0.3 21. 99.4


50 35 0,7 109.6 89.1 68.0 53.7 22.6 20.5 14.3 0.0054 0.0038 0.0027 0.0032 120.9 78.55 60.85
2 51 1 5
BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telahdilakukan dapat disimpulkan :

Jadi,semakin besar atau bertambahnya waktu maka panas yang


dihasilkan juga semakin besar
Temperatur tertinggi terdapat padat 1, sedangkan temperature
terendah terdapat pada 5, hal ini disebabkan karena letak
pengukuran , lebih dekat dengan sumber panas.
Jadi,semakin lama waktu yang digunakan maka temperature akan
meningkat untuk setiap data.
DAFTAR PUSTAKA

D Crristie J. Geankoplis, (1997), Transport Process and Unit Operation,3rd


Ed., Prentice-Hall Of India.

Stanley M. Walas, (1988), Chemical Process Equipment , 10th Butterworth


Publisher USA.

Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), Operasi Teknik
Kimia, Jilid 1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga.
BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL PERCOBAAN
KEHILANGAN TEKANAN AKIBAT GESEKAN

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari dasar-dasar dinamika fluida
2. Mempelajari sifat fluida Inkompressible dalam jaringan pipa, khususnya
kehilangan tekanan akibat gesekan fluida
3. Memberikan motif untuk penghematan energi dalam operasi plastik.

C. LATAR BELAKANG

Dinamika fluida merupakan cabang disiplin ilmu dari mekanika fluida.


Ia hanya membahas tentang gerak aliran fluida. Aliran ini terbagi menjadi 2
tipe, antaranya :
1. Aliran lurus (laminer)
2. Aliran Bergolak (turbulen)
Aliran laminer terjadi apabila aliran lancer, sehingga aliran fluida
fluida yang saling mengalir dengan lancar. Sedang aliran turbulen terjadi jika
diatas kecepatan tertentu, dimana tergantung pada sejumlah factor, maka
aliran akan bergolak.
Solusi untuk masalah dinamika fluida biasanya melibatkan
perhitungan berbagai property dari fluida seperti :
- Kecepatan
- Tekanan
- Densitas, dan
- Suhu, sebagai fungsi ruang dan waktu.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. ALIRAN FLUIDA
Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari
benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil
pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan suatu bentuk
dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat
tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun volumenya, sedangkan
zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair
mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan
padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai bentuk dan
maupun volume yang tetap,gas akan berkembang mengisi seluruh wadah. Karena
fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap
keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian
kedua duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida.

B. SIFAT DASAR FLUIDA


Cairan dan gas disebut fluida , sebab zat cair tersebut dapat
mengalir. Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa
sifat dasar fluida. Adapun sifat sifat dasar fluida yaitu; kerapatan
(density), berat jenis (specific gravity), tekanan (pressure), kekentalan
(viscosity).

1. Kerapatan (density)
Kerapatan atau density dinyatakan dengan ( adalah huruf
kecil Yunani yang dibaca rho), didefinisikan sebagai mass per satuan volume.

= m/v (kg/m) (2-1)

dimana = kerapatan (kg/m3)

m = massa benda (kg)

v = volume (m3)

Pada persamaan 2-1 diatas, dapat digunakan untuk menuliskan


massa, dengan persamaan sebagai berikut :

M= .v [ kg ] (2-2)

Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda


tersusun atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki berbagai
ukuran ataupun massa, tetapi kerapatannya akan sama untuksemuanya.

2. Berat jenis (specific gravity)

Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan


kerapatan bahan terhadap kerapatan air. Berat jenis (specific gravity
disingkat SG) adalah besaran murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan
pada persamaan 2-3 dan 2-4 sebagai berikut :

Untuk fluida cair SGc = . c (g/cm3) (2-3)

.w (g/cm3)

Untuk fluida cair SGg = . g (g/cm3)

.a (g/cm3)

Dimana
c = massa jenis cairan (g/cm3)

w = massa jenis air (g/cm3)

g = massa jenis gas (g/cm3)

a = massa jenis udara (g/cm3)

3. Tekanan (pressure)

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F


dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A, maka :

P = F/A [ kg/m2] (2-5)

dimana P = tekanan (kg/m2)

F = gaya (kg)

A = luas permukaan (m2)

Satuan tekanan dalam SI adalah N/m . Satuan ini mempunyai


nama resmi

Pascal (Pa), untuk penghormatan terhadap Blaise Pascal dipakai 1 Pa


= 1 N/m. Namun untuk penyederhanaan, sering menggunakan
N/m2 . Satuan lain yang digunakan adalah dyne2/cm2 , lb/in , (kadang
disingkat dengan psi), dan kg/cm2 (apabila kilogram adalah gaya : yaitu, 1
kg/cm = 10 N/cm2 ). Sebagai contoh perhitungan tekanan, seorang dengan berat
60 kg yang kedua kakinya menutupi luasan 500 cm2 akan menggunakan tekanan
sebesar :

F/A = m.g/A

= (60 kg 9,8 m/det2 ) / 0,050 m

= 11760 kg/m2

= 12 10 N/m2
Terhadap tanah. Jika orang tersebut berdiri dengan satu kaki
atau dua kaki dengan luasan yang lebih kecil, gayanya akan sama tetapi karena
luasannya menjadi 2 maka tekanannya akan menjadi dua kali yaitu 24 10 N/m .
Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan
fluida. Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida menggunakan
tekanan ke semua arah.

Hal ini sangat dikenal oleh para perenang dan juga penyelam yang secara
langsung merasakan tekanan air pada seluruh bagian tubuhnya. Pada
titik tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua arah. Ini
diilustrasikan dalam II-1. Bayangan fluida dalam sebuah kubus kecil
sehingga kita dapat mengabaikan gaya gravitasi yang bekerja padanya.
Tekanan pada suatu sisi harus sama dengan tekanan pada sisi yang
berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya netto yang bekerja pada ini
tidak akan sama dengan nol, dan kubus ini akan bergerak hingga tekanan yang
bekerja menjadi sama.

Tekanan yang disebabkan oleh cairan pada kedalaman h ini disebabkan


oleh berat kolom cairan di atasnya. Dengan demikian gaya yang
bekerja pada luasan tersebut adalah F = mg = Ahg,dengan Ah adalah volume
kolom tersebut, adalah kerapatan cairan(diasumsikan konstan), dan g adalah
percepatan gravitasi. Kemudian tekanan P, adalah

F gh
P = = [ kg/m2 ] (2-6)
A A

P = .g.h [ kg/m2 ] (2-7)

Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, dan


kedalaman cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang
sama dalam cairan yang seragam sama. Persamaan 2-7, berlaku untuk fluida
yang kerapatannya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman
yaitu, jika fluida tersebut tak dapat dimampatkan (incompressible). Ini
biasanya merupakan pendekatan yang baik untuk fluida (meskipun pada
kedalaman yang sangat dalam didalam lautan, kerapatan air naik terutama
akibat pemampatan yang disebabkan oleh berat air dalam jumlah besar diatasnya).
Dilain pihak, gas dapat mampat, dan kerapatannya dapat bervariasi cukup besar
terhadap perubahan kedalaman. Jika kerapatannya hanya bervariasi sangat kecil,
persamaan 2-8 berikut dapat digunakan untuk menentukan perbedaan
tekanan p pada ketinggian yang berbeda dengan adalah kerapatan rata-rata

p = g h [ mmHg ] (2-8)

dimana :

p = perbedaan tekanan ( mmHg )

= kerapatan ( kg/m3 )

g = gravitasi ( m/det2)

h = pertambahan kedalaman (m)

4. Kekentalan (viscosity)

Kekentalan (viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau


gesekan fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan
atau gas, dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang
berdekatan ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida
dengan wadah tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh
gaya kohesif antara molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan
diantara molekul-molekul tersebut.

Kekentalan fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara


kuantatif dengan koefisien kekentalan, yang didefinisikan dengan cara sebagai
berikut :
Fluida diletakkan diantara dua lempengan datar. Salah satu lempengan diam dan
yang lain dibuat bergerak. Fluida yang secara langsung bersinggungan
dengan masing- masing lempengan ditarik pada permukaanya oleh
gaya rekat diantara molekul- molekul cairan dengan kedua lempengan
tersebut. Dengan demikian permukaan fluida sebelah atas bergerak
dengan laju v yang seperti lempengan atas, sedangkan fluida yang
bersinggungan dengan lempengan diam bertahan diam. Kecepatan

bervariasi secara linear dari 0 hingga v. Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak
dengan perubahan ini dibuat sama dengan v/I disebut gradien kecepatan.

Untuk menggerakkan lempengan diatas memerlukan gaya, yang


dapat dibuktikan dengan menggerakkan lempengan datar melewati
genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh bahwa gaya sebagai berikut :

FL
F= [ kg/m2 ] (2-9)
I

Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya


yang lebih besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini
didefinisikan sebagai koefisien

kekentalan, :

FL
= [ Pa.s ] (2-10)
AV

dimana :

F = gaya (kg/m2)

A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan ( m2 )

V = kecepatan fluida (m/detik )

L = Jarak lempengannya (m2)

= koefisien kekentalan ( pa.s )


Penyelesaian untuk , kita peroleh = FI/vA. Satuan SI untuk adalah
N.s/m2 = Pa.s (pascal.detik). Dalam sistem cgs, satuan ini adalah dyne.s/cm2 dan
satuan ini disebut poise (P). Kekentalan sering dinyatakan dalam centipoises
(cP), yaitu 1/100 poise. Tabel II-2 menunjukkan daftar koefisien
kekentalan untuk berbagai fluida. Suhu juga dispesifikasikan, karena
mempunyai efek yang berpengaruh dalam menyatakan kekentalan
cairan ; kekentalan cairan seperti minyak motor, sebagai contohnya,
menurun dengan cepat terhadap kenaikan suhu.

C. ALIRAN DALAM TABUNG

Jika fluida tidak mempunyai kekentalan, ia dapat mengalir melalui tabung


atau pipa mendatar tanpa memerlukan gaya. Oleh karena itu adanya kekentalan,
perbedaan tekanan antara kedua ujung tabung diperlukan untuk aliran mantap
setiap fluida nyata, misalnya air atau minyak didalam pipa. Laju alir dalam tabung
bulat bergantung pada kekentalan fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi tabung.
Seorang ilmuan Perancis J.L Poiseuille (1977-1869), yang tertarik pada fisika
sirkulasi darah (yang menamakan poise), menentukan bagaimana variabel yang
mempengaruhi laju aliran fluida yang tak dapat mampat yang menjalani
aliran laminar dalam sebuah tabung silinder.

Hasilnya dikenal sebagai persamaan Poiseuille sebagai berikut :

r ( P1 P2 )
= [ m /detik3 ] (2-11)
8L

dimana :

r = jari-jari dalam tabung ( m )

L = panjang tabung ( m )

P1-P2 = perbedaan tekanan pada kedua ujung (atm)

= kekentalan (P.s/m2)
Q = laju aliran volume (m /detik3)

1. Persamaan Kontiunitas

Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar


dengan dinding tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda
dari suatu titik ke titik lain didalam tabung. Pada gambar II-4
menunjukkan tabung aliran untuk membuktikan persamaan kontinuitas.
Gambar II-4 : Tabung aliran membuktikan persamaan kontinuitas Pada gambar II-
4, misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1 , dan pada titik Q adalah V2.
Kemudian A1 dan A2 adalah luas penampang tabung aliran tegak lurus pada titik
Q. Didalam interval waktut sebuah elemen fluida mengalir kira -kira sejauh Vt.
Maka massa fluida m1 yang menyeberangi A1 selama interval waktu t adalah

m = 1 . A1 . V1 . t (2-12)

dengan kata lain massa m1/t adalah kira -kira sama dengan 1 A1 V1 .
Kita harus mengambil t cukup kecil sehingga didalam interval waktu ini
baik V maupun Atidak berubah banyak pada jarak yang dijalani fluida, sehingga
dapat ditulis massa di titik P adalah 1 A1 V1 massa di titik Q adalah 2 A2 V2
, dimana 1 dan 2 berturut-turut adalah kerapatan fluida di P dan Q. Karena
tidak ada fluida yang berkurang dan bertambah maka massa yang
menyeberangi setiap bagian tabung per satuan waktu haruslah konstan. Maka
massa P haruslah sama dengan massa di Q, sehingga dapatlah ditulis;

1 A1 V1 = 2 A2 V2 (2-13)

atau AV = konstan (2-14)

Persamaan (2-15) berikut menyatakan hukum kekekalan massa didalam


fluida. Jika fluida yang mengalir tidak termampatkan, dalam arti
kerapatan konstan maka persamaan (2-15) dapat ditulis menjadi :
A1 V1 = A2 V2 (2-15)

A V = konstan (2-16)

Persamaan diatas dikenal dengan persamaan kontinuitas.

D. JENIS DAN KARAKTERISTIK FLUIDA

Hal yang berhubungan dengan jenis dan karakteristik aliran


fluida yang dimaksudkan disini adalah profil aliran dalam wadah tertutup (pipa
umumnya). Profil aliran dari fluida yang melalui pipa, akan dipengaruhi
oleh gaya momentum fluida yang membuat fluida bergerak di dalam pipa, gaya
viscous/gaya gesek yang menahan aliran pada dinding pipa dan fluidanya sendiri
(gesekan internal) dan juga dipengaruhi oleh belokan pipa, valve sebagainya.

Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1.Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang mengalir

persatuan luas.

Q
= [ m/detik ] (2-18)
A

2. Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang memberikan

banyaknya volume fluida dalam pipa.

Q =AV [ m detik3 ] (2-19)

Dimana V = kecepatan aliran (m/detik)

Q = laju aliran (m3)

A = luas pipa (m2)

E. PENGENALAN ALAT UKUR

Didalam pabrik-pabrik pengolahan dilengkapi dengan berbagai


macam alat pengoperasian. Setiap peralatan saling mendukung antara
satu peralatan dengan peralatan lainnya. Untuk mencapai hasil yang diinginkan
maka diperlukan peralatan pendukung. Salah satu peralatan pendukung yang
penting dalam suatu pabrik adalah peralatan instrument pabrik. Peralatan
instrument merupakan bagian dari kelengkapan keterpasangan peralatan yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui dan memperoleh sesuatu yang
dikehendaki dari suatu kegiatan kerja peralatan mekanik. Salah satu
peralatan instrument yang penting adalah alat ukur. Penggunaan alat
ukur dalam pabrik sangat banyak digunakan, ini bertujuan untuk
menjaga agar hasil yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan sehingga

F. JENIS ALAT UKUR ALIRAN FLUIDA

Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantara alat ukur

lainnya adalah alat ukur aliran fluida jenis beda tekanan. Hal ini
dikarenakan oleh konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang
mudah. Alat ukur aliran beda tekanan dibagi atas empat jenis :

1. Venturi Meter

2. Plat Orifice

3. Nozzle

4. Pitot Tube

G. Tabung Venturi

Tabung Venturi adalah suatu alat yang terdiri dari pipa dengan
penyempitan dibagian tengah yang dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk
mengukur kecepatan

aliran suatu zat cair. Fluida yang digunakan pada venturi meter ini dapat
berupacairan gas dan uap.
Tabung Venturi ini merupakan alat primer dari pengukuran
aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya dapat
dilihat pada gambar II-7. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran
aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer tabung U.
Tabung Venturi memiliki kerugian praktek tertentu karena harganya mahal,
memerlukan ruang yang besar dan rasio diameter throatnya dengan
diameter pipa tidak dapat diubah.

Untuk sebuah tabung venturi tertentu dan sistem manometer


tertentu, kecepatan aliran yang dapat diukur adalah tetap sehingga jika kecepatan
aliran maka diameter throatnya dapat diperbesar untuk memberikan pembacaan
yang akurat atau diperkecil untuk mengakomodasi kecepatan aliran maksimum
yang baru.Tabung Venturi terdiri dari 4 bagian yaitu:

a. Bagian inlet

Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter
pipa atau cerobong aliran. Lobang pengambilan tekanan awal
ditempatkan pada bagian ini.

b. Inlet cone

Bagian inlet yang berbentuk seperti kerucut yang berfungsi untuk


menaikkan tekanan fluida

c. Throat (leher)

Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir, dimana pada


bagian ini berbentuk bulat datar. Hal ini dimaksudkan agar tidak
mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran yang keluar dari inlet cone

d. Outlet cone

Bagian akhir dari venturi meter yang merupakan kebalikan dari inlet cone.

2. Plat Orifice
Plat orifice merupakan pengukur aliran yang paling murah, paling
mudah pemasangannya tetapi kecil juga ketelitiannya di antara pengukur-
pengukur aliran jenis head flow meter. Pelat orifice merupakan plat yang
berlubang dengan piringan tajam. Pelat-pelat ini terbuat dari bahan-bahan yang
kuat. selain terbuat dari logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastic agar
tidak terpengaruh oleh fluida yang menglir (erosi atau korosi).

3. Nozzle

Flow nozzle sama halnya dengan Plat Orifice yaitu terpasang


diantara dua flens. Flow nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida
yang besar, sedangkan plat orifice digunakan untuk aliran fluida yang
kecil. Karena flow nozzle mempunyai lubang besar dan kehilangan tekanan
lebih kecil dari pada plat orifice sehingga flow nozzle dipakai untuk fluida
kecepatan tinggi seperti uap tekanan tinggi pada temperatur tinggi dan
untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat primer dari
pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda tekanannya.
Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang
diukur atau alat sekundernya adalah berupa manometer. Pada flow
nozzle kecepatan bertambah dan tekanan semakin berkurang seperti dalam
venturi meter. Dan aliran fluida akan keluar secara bebas setelah melewati lubang
flow nozzle sama seperti pada plat orifice.
BAB III

MATERI DAN METODE

A. MATERI
Alat
1. Pipa Orifice
2. Pipa Nozzle
3. Pipa Venturi
4. Thermometer
5. Manometer U terbalik
6. Rota meter
7. Pompa air
8. Drain Valve
9. Vent Valve
10. Pompa sirkulasi

Bahan
1. Air
B. METODE
1. Menutup semua vent valve dan drain valve, kemudian di buka semua.
2. Menjalankan pompa sirkulasi.
3. Mengukur beda tegangan tekanan dengan manometer U terbalik,
dengan laju arus aktual di ukur dengan rota meter.
4. Tekanan keluar dan laju arus dapat di ubah, diulangi pengukuran
sampai 3 kali, lalu diambil data yang paling stabil.
5. Kemudian udara di purging melalui vent valve.
C. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PERHITUNGAN

A.HASIL KERJA PRAKTEK

Tabel I
PERBEDAAN TEKANAN TEMPERATUR
LAJU ARUS
PERCOBAAN Pipa Pipa Pipa 1
Q (m3/jam)
(25 26) (23 24) (21 22)

1 0,6 6 7 10 30

2 0,9 11 12 15 32

3 1,1 18 16 25 32

A12 = 2,6 x 104 2 d1 = 0,0296 m


A34 = 3,66 x 104 2 do =0,0147 m
A1 = 5,93 x 104 2 dv =0,0119 m
d12 = 0,0161 m dn =0,0131 m

d34 = 0,0216 m di =0,0276 m


L = 2m
Tabel II

PERBEDAAN TEKANAN
Laju Arus TEMPERATUR
PERCOBAAN Elbow Reducer Reducer Gate Globe V cock V
3
Q (m /jam) Elbow Tiba Tiba
1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12

1 0,6 31 27 25 20 18 25 25 6 6 6

2 0,9 32 33 35 35,3 30 41 35 4 32 25

3 1,1 33 48 53 50 56 63 45 45 55 41

Tabel III
PERBEDAAN TEKANAN (mmHg)
LAJU ARUS TEMPERATUR
PERCOBAAN Nozzle
3
Q (m /jam) Orifice Venturi
17 - 18 15 16 13 14

1 0,6 32 5 12 18

2 0,9 32 14 17,3 42
3 1,1 33 41 35 47
B.PEMBAHASAN

1. Dik = Q2 = 0,7 m3/jam


Laju Arus
3 1
Q1 = 0,7 3600

= 0,000194 m3/dtk
Kecepatan Air dalam Pipa
2 0,000194 3 /
V = 1 = 3,14
( )2 (0,0161 )2
4 2 4

0,000194 /
= 0,000203479

= 0,95341m/dtk
2 0,000194 3 /
V = 3 = 3,14
( )2 (0,0261 )2
4 4 4

0,000194 /
= 0,000366249

= 0,5297 m/dtk
2 0,000194 3 /
V1 = = 3,14
(1)2 (0,0296 )2
4 4

0,000194 /
= 0,000687785

= 0,2821 m/dtk
Faktor gesekan untuk aliran air dalam pipa

1 mmHg = 0,0135 mH2O


h1/2 = pipa = 30 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,408 mH2O

h3/4 = pipa 3/4 = 60 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,816 mH2O

h1 = pipa 1 = 60 mmHg x 0,0136 mH2O = 0,816 mH2O

1 1
2gh d 2 (9,8)0,408 mH2 O (0,0161m)
= 2 2
=
1
(v )2 x ( 0,95341 )2 x 2 m
2

= 0,07 mH2O
3 3
2gh d 2 (9,8)0,816 mH2 O (0,0261 m)
= 4 4
=
3
(v )2 x ( 0,226621)2 x 2 m
4

= 0,6147 mH2O
2 g h1 d1 2 (9,8)0,816 mH2 O (0,0296m)
1 `s = =
(v1)2 x ( 0,12067)2 x 2 m

= 0,8391 mH2O

Bilangan Reynold untuk air dalam pipa

Interpolasi T = 32 C

X = 32

X1 = 30

X2 = 35

Y1 = 0,00796 104

Y2 = 0,00724104

1 1
=
21 21

3230 0,00796104
=
3530 0,00724104 0,00796104

Y = 7,672 107

1 1
0,0161 0,95341 /
Red = 2 2
=
0,00725 104 2 /

= 20001,18
3 3
0,0216 0,5297 /
Red = 4 4
=
0,00725 104 2 /

= 14931,34
1 1 0,0296 0,2821 /
Red 1 = =
0,00725 104 2 /

= 10883,94
Menghitung laju arus teoritis yang melewati orifice, Qo
ho = 20 mmhg x 0,0136 mH20 = 0,272 mH20

3,14
Qo = do22 = (0,0147 m)22 9,8 0,272 2
4 4

= 0,01695,3312 /2
= 3,9167 104 m3/dtk
Menghitung laju arus teoritis yang melewati nozzle,Qn
hn = 60 mmhg x 0,0136 mH20 = 0,816 mH20
3,14
Qv = dv22 = (0,0119 m)22 9,8 0,544 2
4 4

= 1,11 104 10,6624 /2

= 3,631 104 m3/dtk

Menghitung laju arus teoritis yang melewati venture, Qv


hv = 40 mmhg x 0,0136 mH20 = 0,544 mH20
3,14
Qn = dn22 = (0,0131 m)22 9,8 0,816 2
4 4

= 1,3471 104 4,611480 /2

= 5,387 104m3/dtk

Koefisien arus dari orifice, nozzle, dan pipa venturi


1 1,94104 3 /
Co = =3,9167104 3 / = 0,4898

1 1,94104 3 /
Cv = = = 0,5343
3,631104 3 /

1 1,94104 3 /
Cn = = = 0,3601
5,387104 3 /

2. Grafik
Coefficient of Head Loss Across
12 0,816 2
E1-2 = =
(1)2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
0,816 2
= 0,0040

= 200,97
34 0,68 2
E3-4 = =
1
(1 )2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
2

0,68 2
=
0,00406

= 167,48
56 0,68 2
E5-6 = 1 =
(1 )2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
2

0,682
= 0,00406

= 167,48
78 0,68 2
E7-8 = =
(1)2 /2 0,07958 /2 9,8
0,408 2
= 0,00406

= 167,48
910 0,68 2
E9-10 = =
(1)2 /2 0,07958 /2 9,8
0,5576 2
= 0,00406

= 167,48
1112 0,816 2
E11-12 = =
(1)2 /2 0,0795 /2 9,8
0,8162
= 0,00406

= 200,985
2728 0,948 2
E27-28 = =
(1)2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
0,948 2
= 0,00406

= 100,46
2930 0,544 2
E29-30 = =
(1)2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
0,544 2
= 0,00406
= 133,95
3132 0,544 2
E31-32 = =
(1)2 /2 (0,2821)2 /2 9,8
0,5442
= 0,00406

= 133,95 mH2O

C.GRAFIK(TERLAMPIR)
D.TABULASI DATA
TABEL I

Perbedaan tekanan (mmHg) Kecepatan air dalam pipa(m/s) Faktor gesekan Bilangan reynold
TEMPE
PERCO LAJUARUS
RATUR
BAAN Q(m3/JAM
Pipa (25-26) Pipa (23-24 Pipa 1 (21-22) oC Pipa Pipa Pipa1 1 Red Red Red1

1 0,6 30 40 60 32 0,8177 0,4550 0,2422 0,0962 0,5562 4,0358 17159,76 12810,21 9344,52

2 0,7 30 60 60 32 0,9351 0,5297 0,2821 0,0709 0,6147 0,8391 20001,18 14913,3 10883,942
47

3 0,8 40 60 50 32 1,0910 0,6061 0,32277 0,07210 0,4701 1,89335 22895,07 17064,3 12523,82

3 3

4 0,9 20 30 30 32 1,2286 0,6825 0,3635 0,1137 0,7416 3,58288 25782,66 19215,32 14024,50
Tabel II

PERBEDAAN TEKANAN (mmHg) Coefficient of head loss

PER TIBA2
LAJUARUS TEMPER
COB ELBOW REDUCER REDUCER GATE GLOBE TIBA2
Q(m3/JAM) ATUR oC V COCK V ELBOW
AAN 29-30 ELBOW REDUCER GATE globe V cock elbow tiba2 tiba2
11-12 27-28
1-2 3-4 R 5-6 7-9 9-10 31-32

1 0.6 32 70 50 80 40 60 50 60 40 20 315.39 227.42 181.94 272.91 227.43 272.91 181.94 280.96

2 0.7 32 60 30 50 50 50 60 30 40 40 200.97 167.48 167.48 167.48 200.97 100.46 163.96 133.9

3 0.8 32 50 40 50 30 60 50 20 40 30 127.93 102.34 76.75 152.51 127.93 511.72 102.34 76.76

4 0.9 50 50 60 50 60 40 30 20 30 20 100.89 121.07 121.07 80.714 60.534 40.36 60..57 40.36


Tabel III

PERBEDAAN TEKANAN LAJU ARUS TEORITIS KOEFISIEN ARUS (-)


PER LAJU TEMPE
(mmHg) (m3/dtk)
COB ARUS RATUR
Orifice Venturi Nozzle Cn
AAN Q (m3/jam) 0rrifice Venturi Nozzle Co Cv
17 18 15 - 16 13 14

1 0.6 32 30 50 70 9.5917 x 10-4 10.4760 x 10-4 17.773 x 10-4 0.1736 0.15990 0.0937

2 0.7 32 20 40 60 3.9167 x 10-4 3.631 x 10-4 5.3837 x 10-4 0.4898 0.5343 0.3601

3 0.8 32 40 40 70 5.5411 x 10-4 3.3631 x 10-4 5.8213 x 10-4 0.4016 0.6119 0.3817

4 0.9 32 30 30 50 4.7969 x 10-4 6.2856 x 10-4 12.695 x 10-4 0.524 0.3977 0.1969
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jadi, Semakin besar perbedaan tekanan pada pipa maka, kecepatan air dalam pipa
semakin kecil
2. Laju arus yang mengalir pada fluida berbanding lurus dengan kecepatan aliran air
dalam pipa. Semakin besar laju arus yang mengalir maka semakin besar pula
kecepatan aliran dalam pipa
3. Tekanan disetiap aliran berbanding lurus dengan koefisien pada kehilangan panas.
Semakin tinggi tekanan pada aliran, maka koefisien akibat kehilangan panas semakin
besar.

B. SARAN

Sebaiknya sebagai seorang praktikan harus lebih teliti dan berhati- hati dalam
melakukan pecobaan ini, sebab sangat dibutuhkan kecepatan dan ketelitian dalam membaca
alat.
DAFTAR PUSTAKA

Lienda,Handoyo.1998.Teknologi Kimia. Jilid 2. Surabaya.Pradnya Param-mita.

Mc. Warren 1985. Operasi Teknik Kimia, Jilid 1 .Erlangga : Ciracas Jakarta.

Moody, L.F. (1944). "Friction Factors for Pipe Flow". Transactions of the ASME

Anda mungkin juga menyukai