Anda di halaman 1dari 6

Nama : Meaikhel Nikolas Dikumpulkan tanggal : 26 September 2018

NPM : 1706038374
Kel :9 Paraf Asisten :……………………

I. Degradasi Limbah Cair


1. Metode Elektrokimia (elektrolisis)
1.1. Keuntungan metode elektrolisis
1.2. Proses degradasi yang terjadi
2. Komponen dalam elektrolisis
2.1 Suhu
2.2 Waktu kontak
2.3 Kuat arus listrik
2.4 Tegangan
2.5 pH
2.6 Elektroda
2.7 Elektrolit

II. Pembahasan
2.1. Metode elektrokimia pada degradasi limbah cair
Pada degradasi elektrokima, senyawa organik akan terurai menjadi senyawa-
senyawa-senyawa penyusunnya atau menjadi senyawa lain yang lebih sederhana.
Metode ini dinilai lebih efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan, dan sangat sesuai
untuk memecah senyawa-senyawa organik. Hasil akhir dari penguraian limbah
organik adalah air (H2O) dan gas CO2, sedangkan limbah anorganik seperti logam-
logam akan terendapkan di katoda. Logam yang sudah terendapkan di katoda dapat
dipisahkan dengan melarutkan logam tersebut dalam asam kuat, kemudian dipisahkan
menjadi logam murni melalui pengendapan. Proses degradasi memerlukan arus listrik
searah melalui peristiwa elektrolisis. Penggunaan listrik ke dalam air limbah akan
mempercepat pergesekan partikel di dalam air sehingga akan memudahkan proses
degradasi. Degradasi elektrokimia memiliki karakteristik dalam mendegradasi limbah
yakni tidak menghasilkan limbah sampingan berupa sludge.

2.1.1. Keuntungan metode elektrolisis


Teknik elektrokimia ini dinilai ramah lingkungan kerena pereaksi utamanya
adalah elektron yang berasal dari elektroda yang mana merupakan suatu
pereaksi yang bersih dan fleksibel karena elektron ini dapat bereaksi dengan
polutan yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Selain itu, proses elektrokimia
ini memakan waktu yang relatif singkat (lebih cepat mereduksi kandungan
koloid/partikel yang paling kecil karena penggunaan listrik ke dalam air akan
mempercepat pergerakan partikel di dalam air sehingga akan memudahan
proses), mampu mengatasi limbah zat warna dengan hasil yang memuaskan,
dan tidak memerlukan banyak analisis yang rumit.

2.1.2. Proses degradasi yang terjadi


Prinsip kerja elektrodegradasi dalam menurunkan konsentrasi warna yaitu
dengan memanfaatkan reaksi redoks pada kedua elektroda. Reaksi kimia yang
terjadi pada proses elektrodegradasi yaitu reaksi reduksi oksidasi, yaitu sebagai
akibat adanya arus listrik searah (DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari
ion-ion yaitu ion positif (disebut kation) yang bergerak pada katoda yang
bermuatan negatif, sedangkan ion-ion negatif bergerak menuju anoda yang
bermuatan positif yang kemudian ion-ion tersebut dinamakan sebagai anion
(bermuatan negatif).

Gambar 1.
Gambar 2.

Dari Gambar 1 dan Gambar 2 terlihat prinsip kerja elektrodegradasi dalam


menurunkan konsentrasi warna dengan memanfaatkan reaksi redoks pada
kedua elektroda (katoda dan anoda).

Mekanisme reaksi yang terjadi pada batangan katoda dan anoda dapat
dilihat pada reaksi berikut: (jika: elektrodanya berupa karbon dan elektrolitnya
NaCl)

Saat dua elektroda di dalam elektrolit dialiri arus listrik searah akan terjadi
dekomposisi elektrolit yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan
menerima elektron yang direduksi oleh ion negatif (anion) yang bergerak ke
arah anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Pada katoda terbentuk
gas H2 dan OH- sebagai hasil dari reduksi H2O. Ion Na+ tidak tereduksi karena
E0 air > E0 Ion Na+, sehingga air lebih mudah mengalami reduksi membentuk
gas hidrogen dan ion hidroksida.
Pada anoda yang terbentuk Cl2 karena grafit (C) merupakan elektroda yang
inert sehingga tidak ikut bereaksi, sehingga pada elektrolisis larutan
mengandung ion Cl-, maka ion Cl- yang lebih mudah dioksidasi dibandingkan
dengan air sehingga yang teroksidasi membentuk Cl2. Dalam proses ini akan
terjadi proses reaksi reduksi air menjadi gas hidrogen dan ion hidroksida pada
katoda, sedangkan pada anoda terjadi reaksi oksidasi ion Cl- menjadi gas Cl2.
Klor (Cl2), asam hipoklorit (HOCl), dan ion hipoklorit (OCl-) merupakan agen
pengoksidasi yang kuat dan sering digolongkan ke dalam klor aktif. Proses
degradasi zat warna dalam limbah dimulai ketika terbentuk klor aktif dari hasil
reaksi pada katoda dan pada anoda dalam larutan. Klor aktif memiliki
kemampuan untuk mendegradasi zat warna di dalam limbah karena merupakan
oksidator yang sangat kuat.

2.2.Komponen dalam elektrolisis


Dalam degradasi elektrolisis terdapat beberapa hal yang mempengaruhi yaitu bahan
elektroda, pH, tegangan listrik, arus listrik, waktu kontak, dan jenis larutan elektrolit
pendukung.

2.2.1. Suhu
Semakin tinggi suhu dalam cairah, maka semakin besar energi aktifasinya,
sehingga kecepatan reksi akan semakin besar, dan memungkinkan proses
oksidasi akan semakin cepat.
2.2.2. Waktu kontak
Faktor yang sangat berpengaruh dalam proses elektrokoagulasi, maka
semakin lama waktu kontak penempelan ion-ion logam pada elektroda semakin
banyak.
2.2.3. Kuat arus listrik
Dalam proses elektrolisis arus yang digunakan yaitu arus searah yang dicari
sampai optimum, besarnya arus dapat menyebabkan pembentukan gas H2
yang terlalu besar dan cepat bisa memecahkan flok yang sudah terbentuk.
2.2.4. Tegangan
Karena arus listrik yang menghasilkan perubahan kimia mengalir melalui
medium (logam atau elektrolit) disebabkan adanya beda potensial, karena
tahanan listrik pada medium lebih besar dari logam, maka perlu diperhatikan
adalah mediumnya dan batas antar logam dengan medium. Semakin besar
tegangan maka semakin besar dan cepat penurunan intensitas warna karena
transfer elektron dan muatan semakin cepat seiring dengan kecepatan degradasi
warna.
2.2.5. pH
Dekolorasi secara elektrokimia juga dipengaruhi oleh kondisi pH awal. Proses
dekolorisasi umumnya berlangsung lebih cepat pada pH yang relatif rendah.
2.2.6. Elektroda
Jenis elektroda juga mempengaruhi jenis reaksi yang terjadi. Jika elektroda
inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi:
1. Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya
2 H2O → 4H+ + O2 + 4 e
2. Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH-→ 2H2O+ O2+ 4 e
3. Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah
2 X(halida) → X (halida)2 + 2 e
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif) ditarik oleh
katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga bilangan oksidasinya
berkurang.
1. Jika kation merupakan logam golongan IA(Li, Na, K, Rb, Cs, Fr),
IIA(Be, Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al, dan Mn, maka reaksi yang terjadi
adalah 2 H2O+ 2e → H2+ 2 OH-
2. Jika kationnya berupa H+, maka reaksinya 2H++ 2 e → H2
3. Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya
(nama logam)x++ xe → (nama logam)

2.2.7. Elektrolit
Larutan elektrolit pendukung juga mempengaruhi degradasi elektrokimia.
Larutan yang sering digunakan adalah larutan NaCl dan Na2SO4. Kedua
larutan elektrolit ini paling efektif dalam meningkatkan konduktivitas listrik
dalam limbah zat warna dan dapat mengurangi waktu elektrolisis. Larutan
elektrolit Na2SO4 merupakan larutan elektrolit pendukung yang mempunyai
karakteristik relatif stabil.
III. Daftar Pustaka
FITRIANI, R. D., 2016. [Online]
Available at: http://repository.unair.ac.id/56511/19/RIZKY%20DWI%20FITRIANI-min.pdf
[Accessed 25 9 2018].

Lestari, N. D. & Agung, T., n.d. PENURUNAN TSS DAN WARNA LIMBAH INDUSTRI BATIK. Jurnal Ilmiah
Teknik Lingkungan, 6(1), pp. 37-44.

Marlena, B., Mukimin, A. & Susana, E., 2012. Dekolorasi Pewarna Reaktif Pada Air Limbah Industri Tekstil
Secara Elektrokimia. Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, 2(2), pp. 98-85.

Nugroho, S., 2013. [Online]


Available at: http://lib.unnes.ac.id/18256/1/4350408037.pdf
[Accessed 25 9 2018].

P, B. H. & Harsanti, M., 2010. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TEKSTIL MENGGUNAKAN PROSES
ELEKTROKOAGULASI DENGAN SEL Al-Al. yogyakarta: s.n.

Rohayati, Z. et al., 2017. Pengolahan Limbah Industri Tekstil Berbasis Green Technology Menggunakan
Metode Gabungan Elektrodegradasi dan Elektrodekolorisasi dalam Satu Sel Elektrolisis. Chemical et
Natura Acta, 5(2), pp. 95-100.

Anda mungkin juga menyukai