Anda di halaman 1dari 9

ELEKTROKIMIA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang
perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik
(elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini
disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber
energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi
redoks (reduksi-oksidasi) dan larutan elektrolit. Pada reaksi reduksi terjadi
peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa
pelepasan elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia
(Harahap, 2016).
Elektrokimia memiliki banyak kegunaan yang penting untuk kehidupan
sehari-hari. Diantaranya membuat senyawa lain, seperti unsur logam, halogen,
gas hidrogen, dan gas oksigen. Contohnya pada elektrolisa larutan NaCl. Cara itu
digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion logam dalam larutan. Kegunaan
lainnya yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam yang lain.
Mahasiswa teknik kimia harus memahami teori yang berkaitan dengan
proses elektrolisis. Banyak aplikasi elektrolisis seperti electroplating,
electrorefining, dan juga electrowinning. Oleh karena itu, mahasiswa teknik
kimia perlu melakukan percobaan elektrolisis, seperti menentukan berat Cu yang
menempel pada katoda setelah proses elektrolisis.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah proses elektrolisis.
2. Menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis dengan menggunakan
metode titrasi iodometri.
3. Mengetahui pengaruh variabel terhadap konversi massa dan konversi volume.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menentukan berat Cu yang menempel pada katoda setelah
proses elektrolisis.
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar Cu2+ dalam larutan sisa elektrolisis
dengan menggunakan metode titrasi iodometri.
3. Mahasiswa mengetahui pengaruh variabel terhadap konversi massa dan
konversi volume.
ELEKTROKIMIA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Elektrokimia


Elektrokimia mempelajari reaksi-reaksi yang disertai perpindahan
elektron. Pada proses ini energi kimia diubah menjadi energi listrik atau
sebaliknya. Elektrokimia secara umum terbagi dalam dua kelompok, yaitu sel
Galvani dan sel elektrolisis. Sel Galvani atau disebut juga sel volta merupakan
sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik yang disebabkan oleh
terjadinya reaksi redoks yang spontan. Sedangkan elektrolisa adalah proses
peruraian suatu elektrolit yang disebabkan oleh adanya arus listrik searah. Dalam
percobaan ini digunakan larutan CuSO4.5H2O sebagai elektrolitnya. Pada larutan
CuSO4.5H2O tidak terbentuk endapan tembaga sulfit sehingga proses ini
menunjukan proses pengolahan yang bersih, sederhana dan sangat baik
untukmengambil kembali tembaga yang mempunyai kemurnian tinggi yaitu
sekitar 99%.
Pada sel elektrolisa terjadi proses pelucutan ion-ion bermuatan. Selama
proses berlangsung, arus listrik mengalir melalui elektrolit, memberikan energi
yang cukup untuk menjalankan reaksi oksidasi dan reduksi. Ion-ion yang
bermuatan bergerak, setelah arus listrik mengalir dalam elektrolit. Ion positif
bergerak ke elektroda negatif (katoda) dan ion negatif bergerak ke elektroda
positif (anoda). Saat ion-ion bermuatan saling bersinggungan dengan elektroda
akan terjadi reaksi elektrokimia. Pada elektroda positif, ion negatif melepaskan
elektron dan teroksidasi. Pada elektroda negatif, ion positif menangkap elektron
dan tereduksi.

2.2 Reaksi pada Proses Elektrolisis


Reaksi reaksi pada proses elektrolisis merupakan reaksi reversibel dan
merupakan reaksi redoks. Pada katoda berlangsung reaksi reduksi dan pada
anoda berlangsung reaksi oksidasi. Sebagai contoh, pada suatu percobaan,
sebagai katoda digunakan batang tembaga dan sebagai anoda digunakan grafit.
Elektrolitnya adalah larutan CuSO4.5H2O.
Reaksi yang terjadi:
CuSO4 ↔ Cu2+ + SO42- (1)
2H2O ↔ 2H+ + 2OH- (2)
Anoda 2OH- ↔ H2O + ½O2 +2e- (3)
Katoda Cu2+ + 2e- ↔ Cu (4)
CuSO4 + H2O ↔ Cu + 2H+ + SO42- + ½O2 (5)
ELEKTROKIMIA

Berdasarkan persamaan reaksi elektrolisis CuSO4, pada larutan akan tersisa


asam sulfat, pada anoda akan terbentuk gas O2 dan logam Cu akan menempel
pada katoda.
Untuk analisa larutan sisa elektrokimia digunakan metode titrasi iodometri.
Metode ini dilakukan untuk mengetahui kadar Cu2+ yang masih tersisa dalam
larutan.
Reaksi :
2Cu2+ + 4I- → 2CuI + I2 (6)
I2 + S2O32- → 2I- + S4O62- (7)
-
I2 + I- → I3 (8)
- -
Amilum (A) + I3 → AI3 (Biru) (9)

2.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Proses Elektrokimia


• Arus listrik
Semakin besar arus listrik maka elektrokimia akan berlangsung lebih cepat
karena proses penghantaran ion-ion dalam larutan ke katoda lebih cepat.
• Jarak antar elektroda
Jarak antara elektroda mempengaruhi kecepatan transfer elektron antara
anoda yang menerima elektron dengan katoda sebagai tempat terjadinya
proses reduksi. Semakin dekat jarak antar elektroda maka besar hambatan
pergerakan elektron bernilai kecil begitu pula sebaliknya.
• Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan akan mempengaruhi jumlah ion-ion yang terdapat dalam
larutan, sehingga konsentrasi yang semakin tinggi akan mempercepat proses
elektrokimia.
• Suhu
Semakin tinggi suhu menyebabkan konduktivitas larutan semakin besar
sehingga dapat mempercepat hantaran arus listrik dari anoda menuju katoda
sehingga akan mempercepat proses elektrokimia.
• Waktu
Semakin lama waktu untuk melakukan proses elektrokimia maka semakin
banyak pula kation yang akan tereduksi dan menempel pada katoda.

2.4 Deret Volta


Susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektroda standarnya
disebut deret elektrokimia atau deret volta.
ELEKTROKIMIA

Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb (H) Cu Hg Ag Pt Au
Mudah mengalami oksidasi (Reduktor) Mudah mengalami reduksi (oksidator)
Gambar 2.1 Deret volta
Semakin ke kiri kedudukan suatu unsur logam dalam deret volta, maka
logam semakin reaktif dan logam memiliki sifat reduktor yang semakin kuat atau
semakin mudah mengalami oksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan
suatu logam dalam deret volta, logam semakin kurang reaktif dan logam
memiliki sifat oksidator yang semakin kuat atau semakin mudah mengalami
reduksi (Yulianti dkk., 2017).

2.5 Aplikasi Proses Elektrokimia


• Electroplating
Yaitu proses pelapisan suatu logam dengan logam lain dengan cara
elektrolisis.
Prinsipnya:
1. Katoda sebagai logam yang dilapisi
2. Anoda sebagai logam pelapis
3. Menggunakan elektrolit garam dari logam anoda
Contohnya adalah pada pelapisan Tembaga-Nikel-Krom.
• Electrorefining
Yaitu untuk mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggi dari bijih
logam dengan kemurnian yang sudah cukup tinggi.
• Electrowinning
Yaitu untuk mendapatkan logam dengan kemurnian yang tinggi dari logam
yang kadarnya rendah.

2.6 Hukum Faraday


Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan kuantitatif
antara jumlah zat yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat dalam reaksi
redoks.
Hukum Faraday menyatakan bahwa massa yang dihasilkan dalam suatu
sistem sel elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang mengalir
dalam sel tersebut. Besarnya muatan listrik yang terjadi dalam sel merupakan
hasil antara kuat arus yang dialirkan dengan lamanya waktu elektrolisis.
Pernyataan ini merupakan prinsip dasar Hukum Faraday yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
ELEKTROKIMIA

1. Massa zat yang dihasilkan atau melarut selama elektrolisis berbanding lurus
dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis.
2. Massa zat yang dihasilkan berbanding lurus dengan massa ekuivalennya untuk
jumlah listrik yang sama.
Secara aljabar, Hukum Faraday dapat diformulasikan sesuai dengan
persamaan 2.1:
𝑒 × 𝑖 × 𝑡
𝑊= (2.1)
𝐹
W = massa zat (gram)
e = massa ekuivalen
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (sekon)
F = tetapan Faraday (96500 Coulomb)
ELEKTROKIMIA

BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1 Bahan
1. CuSO4.5H2O
2. KI
3. Na2S2O3.5H2O
4. Amilum
5. Aquades
3.1.2 Alat
1. Tangki elektrokimia
2. Anoda
3. Katoda
4. Voltmeter/Amperemeter
5. Power supply
6. Magnetic stirrer

3.2 Gambar Rangkaian Alat

2 3
1 2
1 1

Gambar 3.1 Rangkaian alat elektrolisis

Keterangan: 1. Tangki elektrolisis


2. Katoda
3. Anoda
4. Power supply, Amperemeter, Voltmeter
ELEKTROKIMIA

Gambar Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan :

1. Klem
2. Statif
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.2 Rangkaian alat titrasi

Data Yang Diperlukan


1. Konsentrasi larutan CuSO4.5H2O
2. Volume titran Na2S2O3 sebelum dan sesudah proses elektrolisa
3. Berat katoda sebelum dan sesudah proses elektrolisa

3.3 Prosedur Percobaan


1. Tangki elektrolisis diisi dengan 250 ml larutan CuSO4.5H2O sesuai dengan
konsentrasi yang telah ditentukan.
2. Sebelum melakukan proses elektrolisis, keringkan katoda dalam oven 110°C
selama 5 menit lalu dinginkan ke dalam desikator selama 1 menit.
3. Posisi katoda dan anoda diletakkan secara permanen pada tangki dengan jarak
yang telah ditentukan. Anoda dihubungkan dengan kutub positif dan katoda
dengan kutub negatif penyearah arus.
4. Arus bertegangan rendah dialirkan (sesuaikan dengan LKR).
5. Ketika mencapai waktu yang telah ditentukan (waktu elektrolisis bisa
divariasi) arus listrik dihentikan, katoda diambil. Selanjutnya katoda dicuci,
dikeringkan dan ditimbang.
6. Analisa cairan sisa elektrolisa dengan metode titrasi iodometri untuk
mengetahui kandungan Cu2+ yang masih tersisa.

Keterangan
Variabel berubah: waktu elektrolisis, jenis katoda, kuat arus
ELEKTROKIMIA

3.4 Analisa Hasil


Sejumlah 5 ml cairan sisa hasil elektrolisis diambil, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan selanjutnya ditambahkan 3 ml larutan KI X% berat. Mulut labu
erlenmeyer ditutup dengan gelas arloji kecil dan dibiarkan selama 5 menit di
tempat yang gelap agar reaksi berlangsung dengan sempurna. Selanjutnya tutup
gelas arloji dicuci dengan aquades dan air cucian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai
warna larutan berubah menjadi kuning jamu. Selanjutnya 3 tetes indikator
amilum ditambahkan ke dalam campuran dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3
sampai warna putih susu.

3.5 Cara Perhitungan


Konversi massa (X1) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.1).
𝑀−𝑀0
X1 = (3.1)
𝑀𝐶𝑢

Keterangan :
X1 = konversi massa
M = berat katoda setelah proses elektrolisa
M0 = berat katoda sebelum proses elektrolisa
MCu = berat tembaga dalam cairan mula mula

Sedangkan konversi volume (X2) dapat dihitung dengan persamaan (3.2).


V0. N−V.N 𝑉0 −𝑉
X2 = = (3.2)
𝑉0 .𝑁 𝑉0

Keterangan :
X2 = konversi volume
V0 = volume larutan Na2S2O3 sebelum dielektrolisis
V = volume larutan Na2S2O3 setelah dielektrolisis
N = normalitas larutan Na2S2O3
ELEKTROKIMIA

DAFTAR PUSTAKA

Badger, W.Z. dan Bachero, J.F., ”Introduction to Chemical Engineering”, International


student edition, Mc Graw Hill Book Co.
Daniels, F. (1961). “Experimental Physical Chemistry”, 6thed., Mc Graw Hill book.
Kogakusha, Tokyo.
Harahap, M.R. (2016). Sel elektrokimia: Karakteristik dan aplikasi. Circuit, 2(1), 177-
180.
Yulianti, D., Suprianto, A., dan Fauzi, G.A. (2017). Analisis kelistrikan sel volta
memanfaatkan logam bekas. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 5(1), 49-57.

Anda mungkin juga menyukai