Disusun Oleh:
ANGGA PRASETYA
21080118140072
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui sebagai syarat ujian oleh dosen pembimbing dan asisten
mahasiswa laporan tugas mata kuliah Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir
yang disusun oleh:
NIM : 21080118140072
Pada Tanggal:
Dengan Judul:
ANGGA PRASETYA 2
21080118140072
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Kota Semarang 2021
ANGGA PRASETYA 3
21080118140072
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan pertolongan-
Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perencanaan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah ini. Laporan ini penyusun susun, untuk memenuhi
tugas sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Perencanaan Tempat
Pemrosesan Akhir dengan bobot 3 SKS. Tugas ini dimaksudkan agar penyusun
dapat memahami secara baik penerapan mata kuliah ini kepada masyarakat luas
dan lingkungan luar.
1. Bapak Dr. Ir. Syafrudin, CES, MT, Bapak Ika Bagus Priyambada ST,
M.Eng. Sc dan Bapak Bimastyaji Surya Ramadan, ST, MT sebagai dosen
Mata Kuliah Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
2. Ika Bagus P, ST, M.Eng.SC sebagai dosen pembimbing tugas besar
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
3. Kirana sebagai asisten tugas besar Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah.
4. Teman-teman sekelompok tugas, dan rekan-rekan Teknik Lingkungan 2018.
5. Serta semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan
laporan ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu per satu.
Laporan ini penyusun buat seoptimal mungkin, sehingga nantinya akan
dapat berguna bagi pihak yang membacanya. Penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik demi kesempurnaan laporan dan penambah wawasan untuk
pembuatan tugas di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................19
1.3 Tujuan...........................................................................................................20
1.4 Manfaat.........................................................................................................20
4.1.6 Hidrogeologi..........................................................................................65
4.1.1 Kependudukan.................................................................................66
4.1.2 Pendidikan........................................................................................68
dalamnya perencanaan TPA yang baik sehingga aman dan berumur panjang di
Kota Semarang.
1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah
Kota Semarang adalah:
1. Mengetahui analisis timbulan sampah daerah pelayanan Kota Semarang.
2. Mendesain Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah untuk daerah
pelayanan Kota Semarang berdasarkan analisa dan referensi yang ada.
3. Membuat perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) desain Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah Kota Semarang.
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari tugas Perencanaan Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Pemerintah
Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi Pemerintah
Kabupaten Jepara dalam mengelola Tempat Pemrosesan Akhir Sampah yang
baik.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil studi ini dapat menambah wawasan masyarakat atau pembaca
mengenai permasalahan sampah terutama di Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah serta alternatif-alternatif optimasi TPA yang mungkin dilakukan.
3. Manfaat Bagi Penulis
Hasil studi ini dapat membuat penulis mengetahui cara serta proses
merencanakan dan mendesain sebuah sistem TPA di suatu daerah yang tepat.
Volume Berat
Klasifikasi Kota
(L/orang/hari) (kg/orang/hari)
Kota besar/sedang 2.75 – 3.25 0.70 – 0.80
Kota kecil 2.5 – 2.75 0.625 – 0.70
Sumber: SNI 19-3983-1995
Dimana :
b. Pengelolaan Terpusat
I. Umum
1. Batas Administrasi 5
Dalam batas administrasi 10
Diluar batas administrasi tetapi satu sistem
5
pengelolaan TPA sampah terpadu
Diluar batas administrasi dan diluar sistem 1
pengelolaan TPA sampah terpadu 1
Diluar batas administrasi
2.
Pemilik hak atas tanah 3
10
Pemerintah daerah/pusat
7
Pribadi (satu)
No. Parameter Bobot Nilai
Swasta/perusahaan (satu) 5
Lebih daru satu pemilik hak dan atau status 3
kepemilikan
Organisasi/agama 1
5
3. Kapasitas lahan
10 tahun
5 tahun - 10 tahun
3 tahun - 5 tahun
kurang dari 3 tahun 10
3
4. 8
Jumlah pemilik tanah 5
satu (1) kk 1
2 - 3 kk
4 - 5 kk
6 - 10 kk
3
lebih dari 10 kk
5.
10
Partisipasi masyarakat
7
Spontan
Digerakkan 5
Negosiasi 3
1
10
5
1
1. 5
10
2. Air Tanah 5
10
10 m dengan kelulusan 10 cm/det
-6 8
3
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det
cm/det
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det- 10-
4
3. cm/det 3
10
5
1
4. Discharge area/lokal 3
Recharge area dan discharge area lokal 10
Tanah penutup
Intensitas hujan 1
9. 5
Transportasi sampah (satu jalan)
Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
sampah 3
17. 3
Estetika 10
5
Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar
1
Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar
Operasi penimbunan terlihat dari luar
Sumber : SNI 03-3241-1994.
Keterangan :
L = luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m3)
V = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)
T = ketinggian timbunan yang direncanakan (m), 15% rasio tanah
penutup
V = A x E.........................................................(2-2)
Keterangan :
A = volume sampah yang akan dibuang
E = tingkat pemadatan (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3
b) Kebutuhan luas lahan
H=LxIxJ …. (2-3)
Keterangan :
H = luas total lahan (m3)
L = luas lahan setahun
I = umur lahan (tahun)
J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2.
Untuk perhitungan kebutuhan lahan untuk sanitary landfill dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
𝑉 = 𝑅 (1 − 𝑝
) + 𝐶𝑣 ………………… (2-4)
100
𝐷
Keterangan :
V = Volume sampah padat dan tanah penutup (m3/org/tahun)
R = Laju generasi sampah perorang pertahun (kg/org/tahun)
D = Densitas (kepadatan) sampah sebelum dipadatkan yang tiba di
TPA (kg/m3)
P = Persentase pengurangan volume karena pemadatan dengan alat
berat 3-5 kali lintasan (50%-75%).
Cv = Volume tanah penutup (m3/org/tahun)
A = Luas TPA yang diperlukan pertahun (m2/ tahun)
N = Jumlah penduduk yang dilayani (orang)
d = Tinggi atau kedalaman sampah padat dan tanah penutup (m)
Keterangan :
SWp = berat spesifik sampah pada tekanan P, lb/yr3
SW1 = berat spesifik sampah pemadatan awal,
lb/yr3 P = beban tekanan, lb/in2
a = konstanta empiris, (lb/in2)(lb/in2)
b = konstanta empiris, yd3/lb
2.6.5 Sistem Penutup Akhir
Rancangan penutup akhir sebaiknya mempertimbangkan juga aspek
kesehatan, keselamatan, estetika, permeabilitas, kekuatan dan pemanfaatan lahan
setelah ditutup kelak. Fungsi yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a) Pengontrol gerakan air ke sarana supaya timbulan lindi dibatasi.
b) Pengontrol limpasan air agar ke luar sarana.
c) Pengontrol binatang atau vektor-vektor penyakit yang dapat memasukkan
penyakit pada ekosistem.
d) Pengaman terhadap adanya kontak langsung limbah dengan manusia.
e) Pengontrol terhadap gas yang terbentuk sehingga tidak menurunkan
kualitas udara.
f) Pengurangan kemungkinan kebakaran dengan mencegah emisi udara ke
dalam lahan.
g) Penjamin stabilitas lahan-urug akibat kemungkinan bergeraknya massa
limbah
h) Pencegah kemungkinan erosi
i) Pengontrol terbangnya debu
j) Pengatur tampilan lahan urug dari sudut estetika.
k) Penjamin agar tanaman atau tumbuhan dapat tumbuh secara baik setelah
sarana ditutup.
Jarak yang diijinkan untuk dasar TPA dengan air tanah sebesar 3,0 meter
atau lebih (SNI T-11-1991-03), sehingga memungkinkan adanya zone penyangga
dari tanah tersebut seandainya lindi dari atas menembus ke bawah. Secara teoritis,
kepadatan sampah di suatu tempat akan tergantung pada ketinggian sampah
tersebut. Kepadatan di TPA dapat dihitung berdasarkan angka 0,60-0,65 ton/m 3.
Sedang kepadatan sampah di truk pengangkut sekitar 0,30-0.35 ton/m3.
Pendekatan yang bisa diturunkan dalam menghitung kapasitas lahan
sebuah lahan-urug dengan tanah penutup harian dengan asumsi sebagai berikut
(Darmasetiawan, 2004) :
1) Timbulan sampah (dihitung terhadap densitas gerobak yang mendekati angka
densitas truk) sebesar 2,0-2,5 l/org/hari.
2) Rasio tanah penutup sebesar 15%.
3) Rasio kepadatan sampah di TPA dan di truk (sudah termasuk tanah penutup
harian) sebesar 0,50-0,60 ton/m3.
4) Kepadatan di urugan atau timbunan sebesar 0,6-0,65 ton/m3.
Penelitian pada timbunan sampah setinggi 2,0 m yang ditutup tanah
penutup setebal 20 cm terungkap bahwa timbunan tersebut akan tetap
memungkinkan fase aerobik yang ditandai dengan panas timbunan di sekitar 50 oC
(Darmasetiawan, 2004). Konsep timbunan aerobik tersebut sebetulnya dapat pula
dikembangkan lebih jauh misalnya dengan mengatur agar suatu timbunan sampah
dibiarkan sampai sekitar 10-15 hari sebelum diatasnya ditimbun sampah baru
(Darmasetiawan, 2004). Pemadatan sampah di timbunan dengan mengandalkan
alat berat dozer atau loader yang biasa digunakan di TPA Indonesia akan
mengahasilkan kepadatan timbunan sampai 0,70 ton/m3 (Darmasetiawan, 2004).
2.6.6 Pengontrol Lindi
1. Sistem Liner untuk Sampah Perkotaan
Berfungsi untuk meminimasi infiltrasi lindi menuju tanah subpermukaan
dibawah lahan urug. Pasir atau kerikil berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan
lindi yang mungkin bercampur dalam lahan urug. Lapisan geotekstil digunakan
untuk menimimasi pencampuran tanah dan lapisan pasir atau kerikil. Lapisan
akhir tanah digunakan untuk melindungi lapisan penghalang dan drainase.
Gabungan desain liner menggunakan geomembran dan lapisan tanah liat untuk
lebih melindungi dan secara hidrolik lebih efektif dari tipe individu.
Pelapis dasar yang dianjurkan, terutama untuk lahan-urug limbah B3
adalah dengan geosintesis atau dikenal sebagai flexible membran liner (FML).
Jenis geosintesis yang biasa digunakan sebagai pelapis dasar adalah :
1. Geotekstil sebagai filter.
2. Geonet sebagai sarana drainase
3. Geomembrane dan geokomposit sebagai lapisan penghalang.
Disamping itu dikenal pula lapisan geokomposit misalnya tanah liat yang
mengandung natrium montmorillonit yang dilapiskan pada geotekstil, sehingga
membentuk lapisan tanah yang tipis dengan permeabilitas yang rendah
(Damanhuri, 1995).
a b
4. Drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh
pada area timbunan sampah sehingga juga mengurangi jumlah lindi yang
terbentuk serta mencegah penyebarannya keluar lokasi TPA.
5. Pagar
Pagar berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar
tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga
setebal 5 m untuk mengurangi atau mencegah dampak negatif yang terjadi dalam
TPA seperti keluarnya sampah dari TPA ataupun mencegah pemandangan yang
kurang menyenangkan (Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004).
6. Pagar Kerja
Pagar kerja merupakan pagar portabel yang dipasang disekitar pembuatan
sel untuk mencegah atau mengurangi kecepatan angin yang dapat menyebarkan
sampah ringan dalam lokasi atau bahkan keluar lokasi (Departemen Pekerjaan
Umum dalam Hairunnisa, 2004).
7. Papan nama
Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004).
2.7.2 Fasilitas Perlindungan Lingkungan
Fasilitas Perlindungan Lingkungan TPA adalah sebagai berikut :
1) Pembentukan dasar TPA, dengan syarat teknis adalah :
a) Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap
kedalam tanah dan tidak tercemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan
dasar TPA harus lebih kecil dari 10-6 cm/detik.
b) Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar TPA
dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau geomembrane
setebal 5 mm.
c) Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan
minimal 2% ke arah saluran pengumpul maupun penampung lindi.
d) Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan
urutan zona atau blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolam
pengolah lindi.
2) Sel
Ketebalan timbunan sampah padat pada sistem lahan urug, setiap lapisnya
direkomendasikan ketebalannya 0,6 m. Ketebalan yang lebih kecil akan
menyebabkan kebutuhan tanah untuk lapisan penutup menjadi lebih besar.
Ketebalan lapisan yang lebih besar akan menyebabkan pemadatan dengan alat
berat (compactor atau buldozer) menjadi kurang efektif, kecuali residu dari hasil
pembakaran, tiap lapis dapat lebih tebal. Ketebalan lapisan tanah penutup,
ketebalan lapisan tanah penutup timbulan sampah +20 cm, sedangkan ketebalan
lapisan tanah penutup terakhir pada bagian permukaan adalah +50 cm.
Timbulan sampah berlapis, lapisan pertama sebaiknya dibiarkan selama 3
bulan, baru ditimbun dengan lapisan sampah berikutnya (Departemen Pekerjaan
Umum dalam Hairunnisa, 2004).
3) Saluran pengumpul lindi
Fasilitas ini dimaksudkan agar lindi yang dihasilkan oleh sanitary landfill
tidak mencemari lingkungan disekitar TPA.
4) Ventilasi gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi
akumulasi tekanan gas.
5) Tanah Penutup, dengan syarat teknis adalah :
a) Jenis tanah penutup adalah jenis tanah yang tidak kedap air.
b) Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode pembuangannya,
untuk lahan urug saniter penutupan tanah dilakukan setiap hari.
c) Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari penutupan
tanah harian (setebal 15-20 cm), penutupan antara (setebal 30-40 cm) dan
penutupan tanah akhir (kira – kira setebal 50-100 cm, tergantung rencana
peruntukan bekas TPA nantinya)
d) Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat mengalirkan air
hujan keluar dari atas lapisan penutup tersebut.
e) Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan
kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1:3) untuk
menghindari terjadinya erosi.
f) Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media tanam (top
soil/vegetable earth)
g) Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan
reruntukan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil
pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.
Trash
blade
Scraper,
dragline,
water truck
(Sumber : Tchobanoglous, 1993)
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
b. Peta administrasi
d. Peta kontur
3 Jumlah penduduk Kota BPS Paper Dokumentasi
Semarang selama 10 tahun Provinsi
terakhir Jawa
Tengah
5 Kondisi geografis, topografi, BPS Paper Dokumentasi
hidrologi, klimatologi, tata Provinsi
guna lahan, geologi. Jawa
Tengah
7 Gambaran umum kondisi BPS Paper Dokumentasi
Kota Semarang Provinsi
Jawa
Tengah
Sumber :Analisa Penulis, 2021
Data Administratif
Persiapan
JumlahPenduduk
Pengumpulan Data
KondisiGeografis, Topografis, Hidrologi, Klimatologi, Tata Guna Lahan dan Ge
Fasilitas Umum
Data Jumlah Fasilitas Sosial dan
Perencanaan Pelayanan Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi PDRB
Proyeksi Timbulan
Studi Literatur
Site Selection
(Tiga Alternatif)
Penentuan Lokasi
TPA
PenyusunanLaporan
Selesai
Luas Daerah
No Kecamatan
(Km2)
1 Mijen 57,55
2 Gunungpati 54,11
3 Banyumanik 25,69
4 Gajahmungkur 9,07
5 Semarang Selatan 5,93
6 Candisari 6,54
7 Tembalang 44,20
8 Pedurungan 20,72
9 Genuk 27,39
10 Gayamsari 6,18
11 Semarang Timur 7,70
12 Semarang Utara 10,97
13 Semarang Tengah 6,14
14 Semarang Barat 21,74
15 Tugu 31,78
16 Ngalian 37,99
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, 2021
a. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan
pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Berumur Holosen.
c. Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya
disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna
coklat kehitaman. Berumur Plietocene
d. Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan
breksivolkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir
halus-kasar. Berumur Plio-Pliestocene
e. Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan
tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Halus-sedang,
porositas sedang, Berumur Plio-Pliestocene
f. Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Berumur
Miocene- Plieocene Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan,
konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping.
Struktur geologi di daerah Semarang umumnya berupa sesar yang terdiri
dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah
barat- timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara
selatan hingga barat laut-tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah
barat-timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek,
Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Geseran- geseran intensif sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung,
yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo.
Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai
jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.
4.1.5 Kondisi Hidrologi
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kota Semarang Tahun 2005-2025, di Kota Semarang mengalir 9 (sembilan)
sungai besar dan beberapa sungai kecil, adapun 9 sungai besar tersebut antara
lain sungai Banjir Kanal Timur, Banjir Kanal Barat, Kali Babon, Kali Kreo,
Kali Kripik, Kaligarang, Kali Semarang, Kali Bringin, dan Kali Plumbon.
Sedangkan penanganan drainase di Kota Semarang terbagi atas dua
karakteristik wilayah, yaitu penanganan daerah atas dan daerah bawah
Penanganan daerah atas terbagi ke dalam beberapa pelayanan DAS,
yaitu DAS Babon, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Banjir Kanal Barat, DAS
Silandak/Siangker, DAS Bringin dan DAS Plumbon. Sementara bagian bawah
terbagi kedalam empat sistem drainase meliputi sistem Drainase Semarang
Timur, Sistem Drainase Semarang Tengah, Sistem Drainase Semarang Barat
dan Sistem Drainase Semarang Tugu.
Gambar 4.3 Peta Jaringan Sungai Kota Semarang
Kepadatan
Luas Wilayah Penduduk
No Kecamatan penduduk
Km Jiwa Jiwa/km2
1 Mijen 57,55 76037 1321
2 Gunungpati 54,11 118760 2195
3 Banyumanik 25,69 164953 6421
4 Gajahmungkur 9,07 60679 6690
5 Semarang Selatan 5,93 70522 11892
6 Candisari 6,54 76857 11752
7 Tembalang 44,2 209504 4740
8 Pedurungan 20,72 214689 10361
9 Genuk 27,39 119010 4345
10 Gayamsari 6,18 83036 13436
11 Semarang Timur 7,7 75762 9839
12 Semarang Utara 10,97 119647 10907
13 Semarang Tengah 6,14 61102 9951
14 Semarang Barat 21,74 165048 7592
15 Tugu 31,78 33333 1049
16 Ngalian 37,99 165171 4348
Jumlah Total
2020 373,7 1 814110 4854
2019 373,7 1 729 428 4628
2018 373,7 1 701 172 4269
2017 373,7 1 584 906 4241
2016 373,7 1 572 105 4207
Sumber: Kota Semarang dalam Angka, 2020
Dari tabel diatas juga memperlihatkan sebuah indikasi akan adanya
peningkatan jumlah penduduk di tahun-tahun berikutnya.
4.1.2 Pendidikan
Menurut Kota Semarang dalam Angka, 2020, pembangunan pada
sektor Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang cerdas dan terampil yang diikuti rasa percaya diri sendiri serta sikap dan
perilaku inovatif, disamping itu merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung seumur hidup
dan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Perkembangan tingkat partisipasi sekolah haruslah diimbangi dengan
penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Tabel
3.4. menyajikan gambaran yang jelas mengenai jumlah sekolah, ruang kelas,
murid dan guru selama tahun 2020 untuk seluruh tingkat pendidikan dari TK
hingga Perguruan Tinggi.
Tabel 4.4 Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Kota Semarang Tahun 2020
Perguruan
No Kecamatan SD SMP SMA
Tinggi
1 Mijen 31 8 6
2 Gunungpati 36 9 8 1
3 Banyumanik 41 12 9 1
4 Gajahmungkur 21 8 11 3
5 Semarang Selatan 31 13 11 2
6 Candisari 26 10 9
7 Tembalang 35 12 14 3
8 Pedurungan 48 14 13 1
9 Genuk 24 9 10 1
10 Gayamsari 21 6 6
11 Semarang Timur 29 13 5 1
12 Semarang Utara 33 10 8
13 Semarang Tengah 34 21 18 4
14 Semarang Barat 49 22 20
15 Tugu 14 5 1
16 Ngalian 34 11 13
Jumlah Total 507 183 162 17
Sumber: Kota Semarang dalam Angka, 2021
4.1.3 Mata Pencaharian
Menurut Kota Semarang dalam Angka, 2020, Sejalan dengan laju
perkembangan dan pertumbuhan penduduk, untuk sektor tenaga kerja ini
diprioritaskan pada penciptaan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja
serta perlindungan tenaga kerja. Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk usia
kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun ke atas dan dibedakan
sebagai Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah
penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Disisi lain, bukan
Angkatan Kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya mengurus rumah
tangga, sekolah atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena
usia tua atau alasan fisik (cacat).
Untuk tahun 2020, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yaitu
perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar
79,29
%. Sedangkan tingkat kesempatan kerja, yaitu perbandingan antara penduduk
yang bekerja dengan penduduk usia kerja pada tahun 2014 adalah sebesar
53,80
%. Dari data yang ada, mata pencaharian penduduk yang utama berturut-turut
adalah Jasa dan lainnya (11,86 %), Buruh Industri (25,65 %), Buruh Bangunan
(12,02 %), PNS/ABRI (13,76 %) serta Petani sendiri (3,95%).
4.1.4 Fasilitas Ibadah
Kementrian Agama Kota Semarang mencatat ada 3.391 tempat
peribadatan, 1134 diantaranya adalah masjid, 1932 langgar/mushola/surau,
287 gereja/kapel, dan 38 vihara/kuil/pura. Banyaknya Fasilitas ibadah di Kota
Seamrang berdasarkan data tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Banyaknya Tempat Ibadah di Kota Semarang Tahun 2020
Tahun
Produksi Terangkat
No Kecamatan
m3 m3
1 Mijen 177,94 154,63
2 Gunungpati 238,22 206,98
3 Banyumanik 405,68 358,31
4 Gajahmungkur 204,72 177,9
5 Semarang Selatan 269,56 234,19
6 Candisari 259,25 225,22
7 Tembalang 448,69 389,82
8 Pedurungan 564,28 490,27
Produksi Terangkat
No Kecamatan
m3 m3
9 Genuk 288,52 250,66
10 Gayamsari 236,89 205,81
11 Semarang Timur 258,05 224,18
12 Semarang Utara 413,13 358,92
13 Semarang Tengah 233,95 203,29
14 Semarang Barat 519,2 451,1
15 Tugu 96,67 83,99
16 Ngalian 384,11 333,74
Jumlah Total 4998,85 4349