Anda di halaman 1dari 206

Nomor KP : 807A/UN7.3.

3/TL/PP/2019

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA SEBAGAI PENGENDALIAN POTENSI
BAHAYA DAN RISIKO DI PT. PJB UP PAITON PROBOLINGGO

DISUSUN OLEH:

ANGGA PRASETYA
21080117120072

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sebagai Pengendalian Potensi
Bahaya Dan Risiko di PT. PJB UP Paiton Probolinggo”
Laporan ini praktikan susun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
mata kuliah Kerja Praktik (TKL 510 B) dengan bobot 2 SKS. Dalam pelaksanaan
kerja praktik dan penyusunan laporan ini penulis mendapatkan banyak bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada :
1. Allah SWT beserta Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa memberikan
perlindungan dan bimbingannya dalam melakukan suatu kegiatan.
2. Bapak, Ibu serta kakak-kakak yang senantiasa memberikan semangat dan
selalu mendoakan.
3. Bapak Dr. Badrus Zaman, S.T., M.T selaku Ketua Departemen Teknik
Lingkungan Universitas Diponegoro.
4. Bapak Bimastyaji Surya Ramadan, S.T., M.T selaku Koordinator Kerja
Praktik Departemen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro.
5. Bapak Dr. Haryono Setiyo Huboyo S.T.,M.T selaku dosen pembimbing Kerja
Praktik yang telah memberikan bimbingan, saran, petunjuk serta nasihat.
6. Bapak Drajat selaku Supervisor dan Mas Bagas selaku pembimbing lapangan
Kerja Praktik di Bidang K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo yang telah
memberikan bimbingan serta bantuan.
7. Mbak Anggi, Mas Ksatrya, Mas Azky, Bapak Wahid, Bapak Zaini, Bapak
Musdar, Bapak Subariyanto Bapak Nurdi, Bapak Didi, Bapak Inam, dan
Bapak Syaifudin di PT. PJB UP Paiton Probolinggo yang telah banyak
membantu dan membimbing selama proses Kerja Praktik.
8. Ibu Yati, Mas Misbi serta seluruh staff dan karyawan di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo yang telah banyak membantu selama pelaksanaan Kerja Praktik.
9. Herni Fitriand dan Aulia Nurlutfiani yang menjadi teman seperjuangan Kerja
Praktik di PT. PJB UP Paiton Probolinggo.

III
10. Teman - teman Teknik Lingkungan 2017 Universitas Diponegoro yang selalu
memberikan dukungan dan semangat.
11. Segenap pihak yang turut membantu dan memberikan motivasi dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja praktik ini yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Laporan ini Penulis susun dengan sebaik-baiknya, sehingga kelak akan berguna
bagi pihak yang membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan
ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dalam usaha perbaikan di masa mendatang.

Semarang, 2020

Penulis

IV
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA SEBAGAI PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA
DAN RISIKO DI PT. PJB UP PAITON PROBOLINGGO

Sifa Amalia*) dan Haryono Setiyo Huboyo**)


Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.
H. Soedarto, S.H. Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
*Email : sifaamalia747@gmail.com

ABSTRAK
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting bagi masyarakat
untuk menunjang berbagai aspek dalam kehidupan. PT. PJB UP Paiton Probolinggo
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembangkitan listrik tenaga uap
berbahan bakar batu bara. Dalam kegiatan produksi energi listrik tentunya memiliki
potensi bahaya, yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit yang
dapat mempengaruhi aktivitas kerja seperti terjatuh dari ketinggian, tergelincir,
tersetrum, terpapar debu, serta bahaya-bahaya lainnya. K3 merupakan sarana untuk
mencegah kecelakaan kerja dan keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari
ketenagakerjaan. Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian potensi bahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, PT. PJB UP Paiton
Probolinggo telah menerapkan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku. Selain itu harus dilakukannya
identifikasi bahaya dan pengendalian risiko pada setiap kegiatan yang dilakukan
baik pekerja rutin atau non rutin. PT. PJB UP Paiton Probolinggo menggunakan
metode Hazard Identification Risk Asessment and Risk Control (HIRARC) untuk
mengidentifikasi bahaya dan risiko yang dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan guna mencegah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan di area
kerja.

Kata Kunci : PT. PJB UP Paiton Probolinggo, Sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko, Hazard Identification Risk
Asessment and Risk Control (HIRARC)

V
ABSTRACT

Electrical energy is one of the important needs for the community to support
various aspects of life. PT. PJB UP Paiton Probolinggo is a company engaged in
the generation of coal-fired steam power. In electrical energy production activities
certainly have the potential danger, which can lead to work accidents and diseases
that can affect work activities such as falling from a height, slipping, being
shocked, exposed to dust, and other hazards. K3 is a means to prevent occupational
accidents and their existence cannot be separated from employment. As an effort to
prevent and control potential hazards that can cause occupational accidents and
occupational diseases, PT. PJB UP Paiton Probolinggo has implemented an
Occupational Safety and Health System (OSH) based on applicable regulations. In
addition, hazard identification and risk control must be done in every activity
carried out by both routine and non-routine workers. PT. PJB UP Paiton
Probolinggo uses the Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control
(HIRARC) method to identify hazards and risks that are carried out periodically
and continuously to prevent and minimize accidents in the work area.

Keywords : PT. PJB UP Paiton Probolinggo, Occupational Safety and Health


System (OSH), Identification of Potential Hazards and Risks, Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
DAFTAR ISTILAH

APAR = Alat Pemadam Api Ringan


APD = Alat Pelindung Diri
B3 = Bahan Berbahaya Beracun
HIRARC = Hazard Identification Risk Assessment Control
IK = Instruksi Kerja
IMS = Integrated Management System
ISO = International Organization for Standardization
LOTOTO = Lock Out, Tag Out & Try Out
MCU = Medical Check Up
K3 = Kesehatan dan Keselamatan Kerja
OHSAS = Occupational Health and Safety Assessment
P2K3 = Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja
P3K = Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PLTU = Pembangkit Listrik Tenaga Uap
SMK3 = Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
TPS = Tempat Penyimpanan Sementara
UP = Unit Pembangkitan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................I
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................II
KATA PENGANTAR..................................................................................................III
ABSTRAK...................................................................................................................V
DAFTAR ISTILAH......................................................................................................VII
DAFTAR ISI................................................................................................................VIII
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................XI
DAFTAR TABEL........................................................................................................XII
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................XIII
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. I-1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………………………….I-1
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………… I-2
1.4 Tujuan………………………………………………………………………….. I-2
1.5 Ruang Lingkup………………………………………………………………… I-2
1.5.1 Ruang Lingkup Materi………………………………………………….....I-2
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu………………………………………………….....I-2
1.5.3 Ruang Lingkup Lokasi………………………………………………….... I-2
1.6 Manfaat Kegiatan Kerja Praktik………………………………………………...I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja……………………………………………. II-1
2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja…………………………………….. II-2
2.3 Syarat-Syarat Keselamatan Kerja……………………………………………… II-
4 2.4 Teori Kecelakaan Kerja………………………………………………………...
II-5
2.4.1 Penyebab Kecelakaan Kerja……………………………………………….II-8
2.4.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja…………………………………………....... II-10
2.4.3 Pencegahan Kecelakaan………………………………………………….. II-
11 2.5 Manajemen Risiko……………………………………………………………...
II-13
2.5.1 Penentuan Ruang Lingkup………………………………………………...II-14
2.5.2 Identifikasi Bahaya dan Risiko…………………………………………… II-
14 2.5.3Penilaian Risiko…………………………………………………………... II-17
2.5.4 Analisis Risiko…………………………………………………………….II-18
2.5.5 Penanganan Risiko………………………………………………………...II-22
2.6 Potensi Bahaya………………………………………………………………….II-
22
2.7 HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control)…………..II-23
BAB III METODOLOGI KERJA PRAKTIK
3.1 Tujuan Operasional…………………………………………………………….. III-1
3.2 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik……………………………………………. III-3
3.2.1 Tahap Persiapan…………………………………………………………...III-3
3.2.2 Tahap Pelaksanaan………………………………………………………...III-3
3.2.3 Tahap Penyusunan Laporan………………………………………………. III-
6 3.3 Metode Pengambilan Data………………………………………………........... III-
6 3.3.1 Metode Primer……………………………………………………………. III-7
3.3.2 Metode Sekunder..........................................................................................I-8
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PERUSHAHAAN
4.1 Profil PT PJB Unit Pembangkitan Paiton………………………………………IV-1
4.1.1 Sejarah Singkat PT PJB Unit Pembangkitan Paiton………………………IV-1
4.1.2 Perencanaan PLTU Paiton………………………………………………... IV-2
4.1.3 Lokasi dan Plan Layout PLTU Paiton…………………………………....IV-3
4.1.4 Logo PT PJB Unit Pembangkitan Paiton ………………………………… IV-5
4.1.5 Visi dan Misi PT PJB Unit Pembangkitan Paiton………………………... IV-6
4.1.6 Struktur Organisasi PT PJB Unit Pembangkitan Paiton…………………..IV-7
4.1.7 Pengahargaan PT. PJB UP Paiton………………………………………... IV-13
4.2 Alur Proses Produksi Listrik PT. PJB UP Paiton……………………………… IV-15
4.3 Peralatan Pendukung Proses Produksi PT. PJB UP Paiton……………………. IV-17
4.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan PT. PJB UP Paiton………………………….. IV-23
4.5 Aspek Lingkungan dan Bahaya K3……………………………………………. IV-24
4.6 Kebijakan K3 PT PJB Unit Pembangkitan Paiton……………………………...IV-26
4.7 Penghargaan K3 PT PJB Unit Pembangkitan Paiton…………………………...IV-28
4.8 Organisasi K3 PT. PJB UP Paiton………………………………..…………….IV-29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Observasi Terhadap Objek Kerja Praktik………………………………...V-1


5.1.1 Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut……………………………………… V-1
5.1.2 Patrol P2K3………………………………………………………………..V-5
5.1.3 Pengecekan H2…………………………………………………………….V-6
5.1.4 Bulan K3 Nasional………………………………………………………...V-7
5.1.5 Live Audit………………………………………………………………… V-8
5.2 Analisis Penerapan (SMK3) di PT. PJB UP Paiton Probolinggo……………… V-8
5.2.1 Penerapan SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo…………………….V-9
5.2.1.1 Kompetensi dan Pelatihan K3………………………………………........ V-9
5.2.1.2 Komunikasi K3……………………………………………………….......V-11
5.2.1.3 Safety Induction…………………………………………………….…… V-13
5.2.1.4 Dokumentasi K3………………………………………………………….V-14
5.2.1.5 Pengendalian Dokumen…………………………………………………..V-14
5.2.1.6 Pengendalian Operasi……………………………………………………. V-15
5.2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan…………………………………………… V-20
5.2.1.8 Sistem Tanggap Darurat…………………………………………………. V-
22 5.2.1.9 Audit K3………………………………………………………………….
V-23
5.3 Tingkat Pencapaian SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………….. V-24
5.4 Analisis Identifikasi Potensi Bahaya dengan Metode HIRARC…………………. V-31
5.4.1 Analisis Tahap Identifikasi Potensi Bahaya dan Analisis Risiko…………V-31
5.4.2 Analisis Tahan Penilaian Risiko…………………………………………..V-31
5.4.3 Analisis Tahap Pengendalian Risiko……………………………………... V-40
5.5 Tingkat Pencapaian Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko Berdasarkan OHSAS 18001
:2007……………………………………..……………………………………. V-75
5.6 Hubungan Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) dengan Analisis Potensi Bahaya
dan Risiko……………………………………..………………………………...V-80

IX
BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan….......................................................................................................I-1

6.2 Saran……..…………………………………………………………………….. VI-

2 DAFTAR ISI

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Domino Berjajar Tegak.............................................................................I-6


Gambar 2. 2 Domino Jatuh Semua………………………………………………….. II-7
Gambar 2. 3 Domino (Bagian) yang Retan Diambil…………………………………..II-7
Gambar 2. 4 Teori Sebab Kecelakaan…………………………………………………II-8
Gambar 2. 5 Proses Manajemen Risiko………………………………………………. II-14
Gambar 2. 6 Proses Identifikasi Hazard……………………………………………….II-16
Gambar 2. 7 Proses Penilaian Risiko…………………………………………………. II-18
Gambar 3. 1 Diagram Alir Tahapan Kerja Praktek……………………………………III-5
Gambar 4. 1 Peta Lokasi PLTU Paiton……………………………………………….. IV-4
Gambar 4. 2 Layout PLTU Paiton……………………………………………………. IV-4
Gambar 4. 3 Layout Kanor Unit 1&2, Safety Induction dan Gedung K3……………. IV-5
Gambar 4. 4 Logo PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton………………………………. IV-5
Gambar 4. 5 Struktur Organisasi PT. PJB UP Unit Pembangkitan Paiton…………… IV-7
Gambar 4. 6 Diagram Alir Proses Produksi PT. PJB UP Paiton Unit 1-2…………….IV-15
Gambar 4. 7 Kebijakan K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………………… IV-27
Gambar 4. 8 Komitmen K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo…………………………IV-28
Gambar 4. 9 Penghargaan K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo……………………… IV-29
Gambar 5. 1 Kegiatan Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut…………………………...V-1
Gambar 5. 2 Kegiatan Partrol P2K3 dan Inspeksi Temuan Patrol P2K3……………...V-5
Gambar 5. 3 Contoh Laporan Patrol P2K3…………………………………………… V-6
Gambar 5. 4 Kegiatan Pengecekan H2 pada Pengelasan Pipa WTP…………………. V-6
Gambar 5. 5 Kegiatan Meeting Lomba Bulan K3 Nasional………………………V-7
Gambar 5. 6 Kegiatan Live Audit Pemasangan Screen Inlet Kanal………………….. V-8
Gambar 5. 7 Skenario Tangap Darurat di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………….. V-10
Gambar 5. 8 Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat di PT. PJB UP Paiton Probolinggo V-10
Gambar 5. 9 Rambu-Rambu K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………… V-11
Gambar 5. 10 Poster K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………………….V-12
Gambar 5. 11 Papan InK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………………..V-13
Gambar 5. 12 Kegiatan Rutin Safety Induction Petugas Keamanan…………………..V-13
Gambar 5. 13 Lemari Penyimpanan Dokumen K3…………………………………… V-15
Gambar 5. 14 Contoh APD di PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………………V-17
Gambar 5. 15 Contoh LOTO Pada PT. PJB UP Paiton Probolinggo………………….V-18
Gambar 5. 16 Work Permit Pada PT. PJB UP Paiton Probolinggo…………………... V-19
Gambar 5. 17 Contoh Kegiatan IZAT APAR………………………………………… V-22
Gambar 5. 18 Sistem Tanggap Darurat………………………………………………..V-23
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko….................................................I-19


Tabel 2. 2 Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko………………………………….II-19
Tabel 2. 3 Matriks Analisis Risiko-Tingkatan Risiko…………………………………II-20
Tabel 3. 1 Tujuan Operasional ……………………………………………………….. III-1
Tabel 3. 2 Kegiatan Pelaksanaan Kerja Praktik………………………………………. III-4
Tabel 3. 3 Metode Pengumpulan Data Primer………………………………………... III-7
Tabel 4. 1 Perencanaan PLTU Paiton………………………………………………… IV-2
Tabel 4. 2 Aspek Lingkungan dan Bahaya K3.………………………………………. IV-
25 Tabel 4. 3 Dampak Lingkungan dan Risiko
K3……………………………………….IV-26 Tabel 4. 4 Susunan Pengurus P2K3 PT.
PJB UP Paiton Probolinggo………………... IV-30 Tabel 5. 1 Tabel Klasifikasi Alat
Angkat dan Angkut………………………………...V-2 Tabel 5. 2 Alat Pelindung Diri di
PT. PJB UP Paiton…………………………………V-16 Tabel 5. 3 Tingkat Pencapaian
SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo…………... V-24 Tabel 5. 4 Kriteria Nilai
Keparahan…………………………………………………... V-33 Tabel 5. 5 Kriteria Nilai
Kemungkinan………………………………………………..V-36 Tabel 5. 6 Tabel Kriteria
Faktor ECM………………………………………………... V-37 Tabel 5. 7 Matriks
Risiko K3…………………………………………………………. V-38 Tabel 5. 8
Kategori Risiko dan Tindakan Yang Dibutuhkan………………………….V-38 Tabel 5. 9
Identifikasi Bahaya dan Risiko Bidang Kimia dan Lab PT. PJB UP Paiton V-42 Tabel 5.
10 Identifikasi Bahaya dan Risiko Tinggi PT. PJB UP Paiton Probolinggo... V-68 Tabel 5.
11 Tingkat Pencapaian Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko Berdasarkan
OSHAS:2007……………………………………………………………......................V-75
Tabel 5. 12 Hasil Akhir Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 dan Identifikasi Potensi
Bahaya dan Risiko di PT. PJB UP Paiton Probolinggo…………………..................... V-80
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A
Sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Working Permit
Pengukuran Kualitas Lingkungan
Instruksi Keja (IK) PJB-IMS
Daftar Peserta Training K3 dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Peraturan Safety, Gree and Clean Power Plant
Form HIRARC
Denah Evakuasi
Denah Penempatan APAR
Lampiran B
Form KP-01 Kelayakan Mengajukan Kerja Praktik
Form KP-02 Persetujuan Judul dan Permohonan Dosen Pembimbing
Form KP-03
Permohonan Kerja Praktik
Surat Balasan Kerja Praktik
Surat Tugas Pembimbing Kerja Praktik
Logbook dan Lembar Presensi Kerja Praktik
Kuisioner Kerja Praktik
Sertifikat Keterangan Telah Menyelesaikan Kerja Praktik
Lembar Asistensi
Lembar Menghadiri Seminar Kerja
Praktik Form Persetujuan Seminar Kerja
Praktik Surat Tugas Seminar Kerja Praktik
Lembar Revisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. K3 tidak saja
sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3 mempunyai dampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, isu K3 pada saat ini bukan
sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus
dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan
semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja
dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.

Pada setiap proses produksi di PT. PJB UP Paiton Probolinggo. PT. PJB UP
Paiton Probolinggo tentunya akan memiliki risiko maupun bahaya kecelakaan kerja
yang disebabkan karena adanya proses produksi. Sehingga diperlukannya
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan peraturan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas
bagi PT. PJB UP Paiton Probolinggo. PT. PJB UP Paiton Probolinggo telah
menerapkan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang baik. PT. PJB UP Paiton
Probolinggo ini telah memiliki sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Hal tersebut diharapkan dapat meminimalkan risiko
kecelakaan, cedera dan paparan bahaya kesehatan bagi seluruh karyawan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan kegiatan Kerja Praktek


(KP), di mana penulis dapat mempelajari mekanisme penerapan SMK3 di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo yang tidak didapatkan melalui kegiatan perkuliahan.

1.2 Identifikasi Masalah


1. PT. PJB UP Paiton Probolinggo sudah menerapkan Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang dapat di identifikasi dengan membandingkan
dengan peraturan terkait.
2. Terdapat berbagai aktivitas di PT. PJB UP Paiton Probolinggo yang dapat

I-1
menimbulkan potensi bahaya dan risiko kecelakaan.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kegiatan kerja praktik ini yaitu:
1. Apakah penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di PT.. PJB UP Paiton Probolinggo telah sesuai peraturan yang
berlaku?
2. Bagaimana identifikasi bahaya dan analisis Risiko di di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktik ini adalah:
1. Mengetahui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di PT. PJB UP Paiton Probolinggo dan dapat
membandingkannya dengan peraturan terkait.
2. Menganalisis identifikasi bahaya dan analisis risiko di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo.
1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kerja praktik dan pembahasannya meliputi:

1.5.1 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi Kerja Praktik adalah mengidentifikasi sumber-
sumber, program,dan metode yang tepat dalam upaya menangani adanya potensi
bahaya dan risiko terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo.

1.5.2 Ruang Lingkup Waktu


Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik ini dimulai tanggal
2 Januari – 31 Februari 2020 sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh PT. PJB UP
Paiton Probolinggo.

1.5.3 Ruang Lingkup Lokasi


Ruang lingkup lokasi Kerja Praktik adalah di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo yang berlokasi di Jl. Raya Surabaya-Situbondo Km 142, Paiton-
Probolinggo, Jawa Timur.
1.6 Manfaat Kegiatan Kerja Praktik
Manfaat dari pelaksanaan kegiatan kerja praktik antara lain :
1. Bagi PT. PJB UP Paiton Probolinggo
a. Perusahaan memperoleh rekomendasi pengendalian bahaya yang dapat
mengurangi tingkat kecelakaan di PT. PJB UP Paiton Probolinggo.
b. Perusahaan dapat menerima beberapa saran dari penulis mengenai
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang lebih baik.
2. Bagi Penulis
a. Memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktik pada kurikulum Departemen
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
b. Menambah wawasan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengembangkan
keilmuan yang di pelajari pada perkuliahan.
c. Mendapat pengalaman pengenalan dunia kerja yang sesuai dengan
bidang keahlian dan keilmuah mahasiswa.
3. Bagi Departemen Teknik Lingkungan
a. Menjadi referensi bagi civitas akademi mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di industri pembangkitan listrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah


terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa
luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan
peralatan/mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008).

Kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan


tenaga kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan
melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan
faktor-faktor lain yang berbahaya, menempatkan tenaga kerja dalam suatu
lingkungan yang sesuai dengan faal dan jiwa serta pendidikannya, meningkatkan
efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan
sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi, bahan
bangunan dan sisa produksi. (Widodo Siswowardojo, 2003).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan


proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya risiko kecelakaan di lingkungan kerja.
(Ramli,2010).

Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 Pasal 3 Ayat I, syarat


keselamatan kerja dan juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkankebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahayapeledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian-kejadian lain yangberbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

II-1
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada parapekerja.

g. Mencegah mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembabab,


debu, kotoran asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara
dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yangcukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman


atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenisbangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan


penyimpangan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yangberbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 berdasarkan Permenaker


05/MEN/1996 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

Rudi Suardi (2005) menjelaskan manfaat penerapan sistem manajemen K3


sebagai berikut :
1. Perlindungan Karyawan.

Tujuan inti penerapan Sistem K3 adalah memberi perlindungan kepada


pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara
dan dijaga keselamatannya.

2. Memperlihatkan Kepatuhan pada Peraturan dan Undang-Undang

Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3, setidaknya sebuah


perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan
perundang- undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa
menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan.

3. Mengurangi Biaya

Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3, perusahaan dapat mencegah


terjadinya kecelakaan, kerusakan, atau sakit akibat kerja. Dengan demikian
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian
tersebut.

4. Membuat Sistem Manajemen yang Efektif

Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang


sebesar- besarnya. Hal ini akan dapat dicapai dengan adanya sistem manajemen
perusahaan yang efektif. Banyak variabel yang ikut membantu pencapaian
sebuah sistem manajemen yang efektif, di samping mutu, lingkungan, keuangan,
teknologi informasi, dan K3.

5. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan


bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang
dihasilkan.

Menurut Suma’mur (1994) tujuan utama kesehatan kerja adalah:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-
pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga
kerja.
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi,yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi.
Tujuan utama tersebut dapat dirinci lebih lanjut sebagai berikut:
pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakan-kecelakaan
akibat kerja, pemeliharaaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat-gandaan kegairahan serta
kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari bahaya- bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan
yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri (Suma’mur, 1994).

2.3 Syarat-Syarat Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek yang
berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan cara kerja.
Menurut Tarwaka (2008) persyaratan dan keselamatan kerja diantaranya adalah:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atauradiasi, suara dan getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik


maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup


12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan


penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

18. Menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang


bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.4 Teori Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula yang dapat
mengacaukan suatu proses setelah direncanakan oleh pihak yang bersangkutan.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah semua kejadian kecelekaan dalam hubungan
kerja yan berakibat cidera fisik dan atau psikis serta kerusakan peralatan harta
benda (Widodo Siswowardojo, 2003).

Tarwaka (2008) menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian


yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Dengan demikian, kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan


tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan;
b) Tidak diinginkan atau diharapkan;

c) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan.

Pada prinsipnya kecelakaan dapat dicegah. Pencegahan kecelakaan ini


dapat ditempuh dengan melakukan berbagai cara. Langkah pertama yang harus
dilakukan
tentunya adalah mengetahui bagaimana proses kecelakaan terjadi untuk kemudian
dapat ditentukan tindakan pencegahannya.

1) Teori H.W. Heinrich

Pada tahun 1931 H. W Heinrich memperkenalkan teori yang disebut


dengan teori domino, dimana suatu kecelakaan terjadi akibat satu peristiwa yang
menyebabkan peristiwa yang lain, seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Domino Berjajar Tegak

Sumber: Gempur Santoso, 2004

Keterangan:

I. Heriditas (keterunan), misalnya keras kepala dan memiliki pengetahuan


lingkungan yang buruk.
II. Kesalahan manusia, kelemahan sifat perorangan yang menunjang
terjadinya kecelakaan misalnya kurang pendidikan, angkuh dan cacat
fisik atau mental.

III. Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tidak aman), misalnya secara
fisik/ mekanik meninggalkan alat pengaman lalu pencahayaan tidak
memadai dan mesin sudah tua dan mesin taka da pelindungnya.
IV. Kesalahan (Accident), misalnya akan menimpa pekerja dan
mengakibatkan kecelakaan orang lain (termasuk keluargannya)
V. Dampak kerugian, misalnya:

a. Pekerja: luka, cacat, tidak mampu bekerja atau meninggal dunia.

b. Supervisor: kerugian biaya langsung dan tak langsung


c. Konsumen: pesanan tertunda atau barang menjadi langka

Apabila satu jatuh, maka akan mengenai semua, akhirnya sama-sama


jatuh.

Gambar 2.2 Domino Jatuh Semua

Sumber: Gempur Santoso, 2004

Untuk mengatasi agar yang lain tidak berjatuhan, salah satu domino
misalnya no. 2 harus diambil

Gambar 2.3 Domino (Bagian) yang Rentan Diambil

Sumber: Gempur Santoso, 2004

2) Loss Causation Model

Loss Causation Model adalah salah satu teori penyebab kecelakaan


yang merupakan pengembangan dari teori domino yang dikemukakan oleh
Heinrich. Teori ini dikembangkan oleh Frank E. Bird menjadi lebih
sederhana dan mudah dipahami oleh pengguna. Dalam teori ini tahapan
kecelakaan terdiri atas loss (kerugian akibat kecelakaan), insiden, penyebab
langsung, penyebab dasar, serta kurangnya kontrol dari pihak manajemen.

2.4.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Gambar 2.4 Teori Sebab Kecelakaan

Sumber: Salim, 2002

Dilihat dari Gambar 2.5 diatas, bahwa suatu kecelakaan (insiden) tidak akan
terjadi tanpa didahului oleh adanya sebab langsung dan sebab dasar (Salim, 2002):

1. Management problem (Lack of Control)

Management problem adalah masalah-masalah manajemen perusahaan


seperti salahnya pengaturan suatu program perusahaan.

2. Sebab dasar

Sebab dasar adalah semua penyebab kecelakaan yang disebabkan oleh


faktor dari pekerjaan itu sendiri atau dari pribadi/pekerjaan itu sendiri.

3. Sebab langsung

Sebab langsung adalah semua penyebab kecelakaan yang diakibatkan


karena tindakan berbahaya yang dilakukan oleh pekerja dan keadaan berbahaya.

Komponen yang meliputi Sebab Langsung (Salim, 2002):

1. Unsafe Action (Tindakan Tidak Aman)

Tindakan berbahaya (unsafe action) adalah tindakan orang yang


menyimpang dari prosedur atau cara yang benar, sehingga tindakan tersebut
merupakan tindakan yang mengandung bahaya. Misalnya: Berdiri di bawah
barang yang diangkat crane, ngebut di jalan ramai. Keadaan dan tindakan
berbahaya jika dibiarkan tanpa perbaikan akan dapat menimbulkan kecelakaan.

2. Unsafe Condition (Kondisi Tidak Aman)

Keadaan berbahaya adalah kondisi apa saja, baik fisik, mekanis, kimiawi,
atau biologis yang berbahaya. Misalnya: sinar las yang tidak terlindungi, roda
gigi yang tidak tertutup pelindung, ban penggerak terbuka, sumber radioaktif,
bahan mudah terbakar yang berada dekat sumber api..

Komponen yang meliputi Sebab Dasar (Salim, 2002):

1. Personal Factor (Faktor Pribadi)

Hal-hal yang termasuk ke dalam Personal Factor :

a) Kemampuan fisik/fisiologis yang terbatas

b) Ketidakmampuan mental/psikologis

c) Stres fisik atau fisiologis

d) Stres mental atau psikologis

e) Kurang pengetahuan (lack of knowledge)

f) Kurang ketrampilan (lack of skill)

2. Job Factor (Faktor Pekerja)


Hal-hal yang termasuk ke dalam Job Factor:

a) Tidak memadai kepemimpinan dan supervise;

b) Tidak memadainya rekayasa (inadequate engineering);

c) Tidak memadainya proses pemeliharaan dan perawatan


(inadequate maintenance);
d) Tidak memadainya peralatan dan perkakas (inadequate tools
& equipment;
e) Tidak memadainya standar kerja;

f) Keausan (wear and tear);

g) Penyalahgunaan/salah pakai (abuse/mis-use).

2.4.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tdak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat (Suma’mur, 1996).

Jenis kecelakaan kerja yang terjadi di area pabrik menurut Ramli (2009)
adalah:

1. Near-miss

Near-miss adalah keadaan hampir nyaris celaka. Jenis kecelakaan yang


sering terjadi akibat adanya kondisi seperti terjepit, terpeleset, terjatuh,
tersandung, dan tersengat arus listrik

2. Property Damage

Property damage adalah kejadian yang tidak diinginkan dan dapat


menyebabkan kerusakan terhadap bahan, mesin, atau alat. Kejadian yang
menyebabkan kecelakaan tersebut adalah penyimpanan material dan alat
yang tidak sesuai tempatnya.

3. First Aid Injury

First aid injury adalah kecelakaan yang secara normal yang diperlakukan
sebagai pertolongan pertama dengan menggunakan bantuan di kotak P3K
sebagai pertimbangan pertolongan dokter karena dapat diklasifikasikan first
aid untuk luka-luka ringan.

4. Medical Treatment Injury

Medical treatment injury adalah kecelakaan yang membutuhkan pertolongan


oleh dokter yang spesifik, namun pekerja yang cedera dapat melanjutkan
pekerjaan pada hari shift kerja berikutnya. Jenis kecelakaan yang sering
terjadi adalah terhirup atau tertelan zat kimia.

5. Lost time Injury

Lost time injury adalah kecelakaan kerja yang mengakibatkan karyawan yang
cedera tidak mampu untuk melakukan pekerjaan rutin setelah hari kecelakaan
kerja terjadi.

6. Fatality

Fatality adalah kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.

2.4.3 Pencegahan Kecelakaan

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab-sebab


kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan di suatu perusahaan diketahui dengan
mengadakan analisa fkecelakaan. Maka dari itu sebab-sebab dan cara analisanya
harus betul-betul diketahui (Suma’mur, 1996).

Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat-alat kerja


perkakas kerja, dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat
lingkungan kerja yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan
gedung yang selamat, dan perencanaan yang baik. Selain tentang perencanaan, juga
perawatan mesin-mesin dan perkakas-perkakas kerja harus diperhatikan.
Kurangnya perawatan sering mengakibatkan bencana besar, seperti misalnya,
peledakan mesin-mesin disel. Alat- alat perlindungan berupa kacamata, sarung
tangan, pakaian kerja yang tepat ukurannya, dan lain-lain. Tentang faktor manusia
harus diperhatikan adanya aturan- aturan kerja, kemampuan si pekerja, kurangnya
konsentrasi, disiplin kerja, perbuatan- perbuatan yang mendatangkan kecelakaan,
ketidakcocokan fisik dan mental (Suma’mur, 1996).

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan (Suma’mur,


1996):

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan


mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja
peralatan industri, tugas- tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervise
medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak
resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum, atau alat-alat pelindung diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu,
atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang- tambang pengangkat dan peralatan lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis


dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa
sebab- sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan, atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama
efetif tidaknya penerapan keselamatan kerja.
2.5 Manajemen Risiko

Menurut Australia/ New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen risiko


menyangkut tentang budaya, proses, dan struktur yang diarahkan untuk mengelola
suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu manajemen yang baik.
Manajemen risiko adalah bagian dari integral dari manajemen yang baik. Ini adalah
proses yang berulang yang terdiri dari beberapa tahap yaitu, ketika dilakukan di
dalam sebuah urutan, memungkinkan peningkatan yang berkelanjutan di dalam
pembuatan keputusan.

Beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko menurut


Australia/ New Zealand Standard 4360 : 1999, yaitu :

1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko;

2. Melaksanakan identifikasi bahaya;

3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan konsekuensi


yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko;
4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan membandingkan
dengan criteria yang ada;
5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima;

6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen risiko yang


telah dilaksanakan;
7. Komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dalam proses manajemen risiko
yang melibatkan pihak internal dan eksternal.
Berdasarkan Australia/ New Zealand Standard 4360 : 1999, proses
manajemen risiko dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Proses Manajemen Risiko

Sumber : Australia/ New Zealand Standard 4360 : 1999

2.5.1. Penentuan Ruang Lingkup

Penentuan ruang lingkup merupakan parameter dasar proses manajemen


risiko. Ruang lingkup tersebut mencakup tiga komponen, yaitu ruang lingkup
eksternal, ruang lingkup internal, dan ruang lingkup manajemen risiko di mana
proses manajemen risiko akan diterapkan (Australia/ New Zealand Standard
4360 : 1999).

2.5.2 Identifikasi Bahaya dan Risiko


Menurut OHSAS 18001 : 2007 pengertian identifikasi bahaya adalah proses
untuk mengetahui adanya suatu bahaya dan menentukan karakteristiknya.
Identifikasi hazard merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali
seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja
(Tarwaka, 2008).

Menurut OHSAS 18001 : 2007, organisasi harus membuat, menerapkan,


dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada, penilaian risiko,
dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi
bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan :

a) Aktivitas rutin dan tidak rutin;


b) Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk
kontraktor dan tamu);
c) Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya;
d) Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada
kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di
lingkungan tempat kerja;
e) Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang
terkait di dalam kendali organisasi;
f) Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh
organisasi ataupun pihak lain;
g) Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-
aktivitas atau material;
h) Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara, dan
dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas;
i) Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko
dan penerapan pengendlian yang dibutuhkan;
j) Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi, mesin/ peralatan,
prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya kepada
kemampuan manusia.
Sedangkan menurut Tarwaka (2008), proses identifikasi hazard dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini.
Proses Identifikasi Hazard

Buat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, sistem kerja, ko
dll) yang ada di tempat kerja

Periksa semua objek yang ada di tempat kerja

dan sekitarnya

Lakukanlah wawancara dengan tenaga kerja


yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebu

Review kecelakaan, catatan P3K dan informasi

lainnya

Catat seluruh hazard yang telah diidentifikasi

Gambar 2.6 Proses Identifikasi Hazard

Sumber : Tarwaka, 2008

Tahap pertama dalam kegiatan manajemen risiko dimana kita melakukan


identifikasi risiko yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses. Identifikasi
risiko adalah usaha untuk mengetahui, mengenal dan memperkirakan adanya risiko
pada suatu system operasi, peralatan, prosedur, unit kerja. Identifikasi risiko
merupakan langkah penting dalam proses pengendalian risiko. Sumber bahaya
ditempat kerja dapat berasal dari:

1. Bahan/material
2. Alat/mesin
3. Proses
4. Lingkungan Kerja
5. Metode Kerja
6. Cara Kerja
7. Produk
Target yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya :

a) Manusia
b) Produk
c) Peralatan/fasilitas
d) Lingkungan
e) Proses
f) Reputasi
Kegunaan identifikasi risiko:

1. Mengetahui potensi bahaya


2. Mengetahui lokasi bahaya
3. Menunjukan suatu bahaya pada pengendali
4. Menunjukan suatu bahaya tidak akan menimbulkan akibat
5. Sebagai bahan analisa lebih lanjut (Husen, 2011)

2.5.3 Penilaian Risiko


Penilaian risiko harus dilakukan secara sistematis dan terencana dengan
mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian risiko. Proses penilaian risiko ini
dilakukan untuk menilai tingkat risiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan
merupakan proses kelanjutan dari proses identifikasi hazard. Proses penilaian risiko
dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Tarwaka, 2008)
Proses Penilaian Risiko

Estimasi kekerapan terjadinya kecelakaan


atau sakit di tempat kerja

Estimasikan keparahan dari kemungkinan


terjadinya kecelakaan dan sakit yang

Buat skala prioritas risiko yang telah dinilai


untuk pengendalian risiko

Gambar 2.7 Proses Penilaian Risiko

Sumber : Tarwaka, 2008

2.5.4 Analisis Risiko


Menurut Kolluru (1996) dalam Ekananda (2014), analisis risiko adalah
sebuah bentuk sistematika dalam penggunaan informasi yang telah tersedia untuk
mengidentifikasi bahaya (hazard) dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap
individu, populasi, bangunan, dan lingkungan. Sedangkan menurut Australia/ New
Zealand Standard 4360 : 1999, analisis risiko adalah suatu kegiatan sistematik
dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa besar
konsekuensi dan tingkat keseringan suatu kejadian yang ditimbulkan.

Analisis risiko harus mempertimbangkan kisaran konsekuensi potesial dan


bagaimana risiko dapat terjadi. Tujuan melakukan analisis risiko adalah untuk
membedakan antara risiko kecil dengan risiko besar dan menyediakan data untuk
membant evaluasi dan penanganan risiko. Kategori kemungkinan terjadinya risiko
(likelihood) menurut Ramli (2009) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2. 1 Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko

Level Likelihood Deskripsi


(Kemungkinan)

A Almost certain Dapat terjadi setiap saat dalam


(Hampir pasti kondisi normal
terjadi)
B Likely Terjadi beberapa kali dalam periode waktu
(Sering terjadi) tertentu
C Possible Risiko dapat terjadi namun tidak
(Dapat terjadi)
D Unlikely sering Kadang-kadang terjadi
(Kadang-
kadang)
Dapat terjadi dalam keadaan tertentu
E Rare
(Jarang sekali)
Sumber : Ramli, 2009

Contoh keparahan atau konsekuensi suatu kejadian secara kualitatif


menurut Ramli (2009) dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2. 2 Tingkat Konsekuensi Terjadinya Risiko

Consequence
Level (Akibat/Risiko) Dekripsi

Insignifican Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cedera


t
1 pada manusia
(Tidak
signifikan) Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil dan
Minor tidak
2 (Kecil) menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan bisnis
Cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak
Moderate
3 menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang
(Sedang)
Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan
Major
kerugian finansial besar serta menimbulkan
4 (Berat)
dampak serius terhadap kelangsungan usaha

Catastrophi Mengakibatkan korban meninggal dan kerugiab


c parah
5
(Bencana) bahkan dapat menghentikan kegiatan usaha
selama Sumber : Ramli, 2009
nya

Peringkat kemungkinan seperti di atas bersifat kualitatif dan subjektif karena


hanya diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian, tidak dapat diartikan
bahwa kejadian A adalah dua kali lipat kemungkinannya dibanding kejadian B.
Demikian juga dengan tingkat keparahan.

Peringkat 4 bukan berarti dua kali lipat lebih besar disbanding peringkat 2.
Untuk menghindarkan hal tersebut digunakan pendekatan secara semi kuantiatif
atau kuantitatif yang menggunakan peringkat yang lebih konkrit.

Selanjutnya hasil kemungkinan dan konsekuensi yang diperoleh dimasukkan


ke dalam tabel matrik risiko yang akan menghasilkan peringkat risiko (Ramli,
2009).

Tingkat risiko merupakan perkalian antara tingkat kemungkinan (Likelihood)


dan keparahan (Consequences) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan
kerugian, kecelakaan, atau cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan
suatu hazard di tempat kerja (Tarwaka, 2008).

Tingkat Risiko = Kemungkinan (Likelihood) x Keparahan (Consequences)

Tujuan kita menggambarkan dalam matriks ranking ini adalah sebagai


masukan bagi kita dalam menentukan prioritas. Hal yang harus diperhatikan adalah
nilai risiko bukanlah nilai yang absolute. Matriks ini hanya menyediakan ranking
nilai saja. Berdasarkan matriks ranking tersebut kita dapat mengidentifikasi
tindakan yang akan kita lakukan terhadap suatu risiko. Matriks ranking dapat dilihat
pada Tabel 2.3 di bawah ini :

Tabel 2. 3 Matriks Analisis Risiko-Tingkatan Risiko

Consequences (Akibat / Risiko(A))


Likelihood
InsignificanMinor t2 Moderat e Major Catastrophic
(Peluang(P))
1 3 4 5

A (Almost Certain) T T E E E
B (Likely) S T T E E
C (Moderate) R S T E E
D (Unlikely) R R S T E
E (Rare) R R S T T

Sumber : Ramli, 2009

Keterangan :
E : Risiko ekstrim

T : Risiko tinggi

S : Risiko sedang

R : Risiko rendah

Menurut Ramli (2009), pada tingkat risiko ekstrim kegiatan tidak boleh
dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak
memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka
pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.

Pada tingkat risiko tinggi, kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko
telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk
mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih
berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.

Pada tingkat risiko sedang, perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi
biaya pencegahan yang diperlukan perlu diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi.
Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang
ditentukan.

Sedangkan pada tingkat risiko rendah, risiko dapat diterima. Pengendalian


tambahan tidak diperlukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa
pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar.

Peringkat kemungkinan dan keparahan secara kualitatif ini sangat relative


dan bervariasi, misalnya dengan menggunakan 3, 4, atau 5 peringkat. Karena itu
dapat dikembangkan oleh masing-masing organisasi sesuai dengan kebutuhan
masing- masing atau mengacu kepada suatu referensi tertentu misalnya yang
dikeluarkan oleh Australia/ New Zealand Standard 4360, OSHA, atau Institute of
Risk Management, UK (Ramli, 2009).
2.5.5 Penanganan Risiko
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan apakah risiko tersebut
masih bisa diterima (acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh suatu
organisasi. Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka organisasi harus
menetapkan bagaimana risiko tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya
paling minimum/ sekecil mungkin. Bila risiko mudah dapat diterima/tolerir maka
organisasi perlu memastikan bahwa monitoring terus dilakukan terhadap risiko itu.
Menentukan suatu risiko dapat diterima akan tergantung kepada
penilaian/pertimbangan dari suatu organisasi berdasarkan :

1. Tindakan pengendalian yang telah ada


2. Sumber daya (finansial, SDM, fasilitas, dll)
3. Regulasi/standard yang berlaku
4. Rencana keadaan darurat
5. Catatan/data kecelakaan terdahulu, dll Walau suatu risiko masih dapat
diterima tapi tetap harus dipantau/dimonitor (Husen, 2011).

2.6 Potensi Bahaya


Bahaya kerja adalah setiap keadaan lingkungan kerja yang berpotensi untuk
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Bahaya kerja terdiri dari
bahaya faktor peralatan mesin, fisiologis dan beban kerja fisik, kimiawi, biologis
dan psikologis (Harrianto, 2010).

Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan


untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang
bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari
berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari
luar proses kerja.

Menurut Tarwaka (2008) identifikasi potensi bahaya ditempat kerja yang


berisiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh
berbagai faktor:
1. Kegagalan komponen
2. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan
3. Kesalahan manusia dan organisasi
4. Pengaruh kecelakaan dari luar
5. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar
ataupun dari dalam pabrik, biasanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau
dicegah, namun faktor ini frekuensinya sangat kecil dibandingkan dengan
faktor penyebab lainnya.

2.7 HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control)


HIRARC merupakan salah satu bagian dari standari OHSAS 18001:2007
klausa 4.3.1. Di Indonesia biasa juga disebut sebagai risk assesment atau
identifikasi bahaya dan aspek K3L. Pada klausa tersebut menyebutkan bahwa
organisasi harus menetapkan, membuat, menerapkan dan memelihara prosedur
untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan
pengendalian bahaya dan risik yang diperlukan. Dalam klausa ini menjelaskan
mengenai proses atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan HIRARC
diantaranya :
1. Hazard/Bahaya;
2. Risk/Risiko;
3. Penentuan untuk pengendalian bahaya dan risiko (harus
mempertimbangkan hirarki dari pengendalian: eliminasi, subtitusi,
isolasi, engineering control, penandaan/peringatan/administrative
control, APD);
4. Perubahan dari management;
5. Pencatatan dan dokumentasi dari kegiatan HIRARC;
6. Tinjauan yang berkelanjutan.
Dalam OHSAS 18001:2007 menerangkan bagian-bagian yang harus masuk dalam
membuat HIRARC, karena HIRARC merupakan salah satu dasar dari penerapan
OHSAS :
1. Kegiatan rutin dan non rutin;
2. Semua kegiatan yang memungkinkan seluruh pekerja/orang mempunyai
akses masuk di area kerja (termasuk kontraktor dan juga
pengunjung/tamu);
3. Perilaku manusia, kemampuan, dan juga faktor manusia;
4. Bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek
buruk ke kesehatan dan keselamatan pekerja di organisasi;
5. Bahaya yang timbul dari kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan atau
aktivitas yang berada di bawah kendali di lingkungan kerja dan
organisasi.
6. Infrastruktur/sarana/prasarana, peralatan dan material di tempat kerja,
yang disediakan oleh pihak organisasi atau pihak luar;
7. Perubahan atau rencana perubahan pada organisasi, kegiatannya, dan
bahan yang digunakan;
8. Modifikasi dari SMK3, termasuk yang bersifat sementara, dan
pengaruhnya terhadap kegiatan operasi, proses atau aktivitas;
9. Semua peraturan yang mengikat yang berkaitan dengan penilaian risiko
dan pengendalian yang dibutuhkan;
10. Desain dari area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, termasuk
kemampuan adaptasi dari pekerja/manusia.

Dalam klausa ini juga mengharuskan menentukan metodologi atau cara


untuk melakukan HIRARC, dan metodologi yang digunakan itu berbentuk tindakan
yang proaktif :

a. Cara-cara untuk melakukan ini diserahkan kepada organisasi tergantung


dari kebutuhan organisasi untuk melakukan HIRARC, tergantung dari
ruang lingkup, sifat, besar kecil organisasi, waktu,biaya dan ketersediaan
data untuk pelaksanaan HIRARC. Dari semua itu diharapkan metode
yang dipilih dapat mencakup untuk pelaksanaan HIRARC yang ada di
organisasi;
b. Orang yang melakukan harus berkompeten pada bidang tersebut.
BAB III
METODOLOGI KERJA PRAKTIK
3.1 Tujuan Operasional
Tujuan operasional dilakukannya kerja praktik mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT.. PJB UP Paiton Probolinggodapat dilihat pada tabel 3.1
berikut :
Tabel 3. 1 Tujuan Operasional
Tujuan Definisi Operasional Data
1. Mengetahui penerapan a. Melakukan dokumentasi 1. Gambaran
Sistem Manajemen dan wawancara dengan umum
Keselamatan dan bidang K3 untuk perusahaan;
Kesehatan Kerja mengetahui gambaran 2. Struktur
(SMK3) di PT. PJB UP penerapan K3; organisasi
Paiton Probolinggo dan b. Melakukan observasi perusahaan;
dapat dan dokumentasi di PT. 3. Penerapan
membandingkannya PJB UP Paiton SMK3
dengan peraturan terkait. Probolinggo untuk
mengetahui
penerapan K3 di
lapangan;
c. Melakukan
perbandingan kesesuaian
penerapan SMK3 di PT.
PJB UP Paiton
Probolinggo
dengan peraturan
perundangundangan
SMK3 yang sesuai.

III-1
2. Menganalisis identifikasi a. Melakukan wawancara 1. Daftar kegiatan
bahaya dan analisis dan dokumentasi di PT. PJB UP
risiko di PT. PJB UP dengan Staff K3. Paiton
Paiton Probolinggo Probolinggo.
2. Potensi bahaya

III-2
Tujuan Definisi Operasional Data
b. Melakukan observasi di 3. Penilaian risiko
PT. PJB UP Paiton 4. Pengendalian
Probolinggo. bahaya
c. Menguraikan setiap 5. Pengukuran
tahapan proses kerja di Lingkungan
PT. PJB UP Paiton Kerja
Probolinggo. 6. Instruksi Kerja
d. Melakukan identifikasi 7. SOP
potensi bahaya yang
mungkin terjadi di PT.
PJB UP Paiton
Probolinggo.
e. Melakukan analisis
potensi bahaya dan
pengendalian potensi
bahaya yang sesuai.
f. Melakukan analisis
risiko untuk
mengetahui nilai hasil
terkait identifikasi
potensi bahaya
berdasarkan penilaian
risiko yang dilakukan
oleh perusahaan.
g. Menentukan tingkat
risiko untuk setiap
kegiatan berdasarkan
hasil penilaian risiko.
h. Menyusun tabel
rekapitulasi dan analisis
risiko.
Tujuan Definisi Operasional Data
i. Menentukan prioritas
pengendalian bahaya
dan pengendalian

Sumber : Analisis Penulis, 2020

3.2 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktik


3.2.1 Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi pencarian tempat kerja praktik, studi literatur di


perpusatakaan untuk membuat proposal yang akan diajukan ke tempat kerja praktik,
serta proses pengurusan adminitrasi kerja praktik berupa surat permohonan kerja
praktik dari kampus kemudian surat balasan persetujuan pelaksanaan kerja praktik
dari PT PJB UP Paiton Probolinggo.

3.2.2 Tahap Pelaksanaan


Tahap ini meliputi pelaksanaan Kerja Praktik di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo di Jl. Raya Surabaya-Situbondo Km 142, Paiton-Probolinggo, Jawa
Timur. Pada tahap ini juga dilakukan pengumpulan data, baik data sekunder yang
didapat melalui studi literatur dari pihak PT. PJB UP Paiton Probolinggo maupun
dari perpustakaan Teknik Lingkungan serta pengumpulan data primer yang
dilakukan dengan cara observasi secara langsung di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo, serta wawancara tidak terstruktur dengan narasumber. Pelaksanaan
kerja praktik dimulai pada tanggal 2 Januari 2020 hingga 31 Februari 2020. Tahap
pelaksanaan kerja praktik secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3. 2 Kegiatan Pelaksanaan Kerja Praktik

No Hari, Tanggal Kegiatan


1. Kamis, 2 Januari 2020 Administrasi berkas dan ID Card
2. Jum’at, 3 Januari 2020 Pembagian pembimbing lapangan
3. Senin, 6 Januari 2020 Input Monthly Report K3
4. Selasa, 7 Januari 2020 Kunjungan ke WTP dan CCR
5. Rabu, 8 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
6. Kamis, 9 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
7. Jumat, 10 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
8. Senin, 13 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
9. Selasa, 14 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
10. Rabu, 15 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
11. Kamis, 16 Januari 2020 Input Patrol P2K3
12. Jum’at, 17 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
13. Senin, 20 Januari 2020 Patrol P2K3 dan Meeting Lomba Bulan K3
Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
14. Selasa, 21 Januari 2020 dan Live Audit (Pekerjaan di WTP dan
Pemasangan Screen Inlet Kanal)
15. Rabu, 22 Januari 2020 Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
Sertifikasi Peralatan Angkat dan Angkut
16. Kamis, 23 Januari 2020
dan Simulasi Lomba Bulan K3
Kunjungan ke Sumber Klontong dan
17. Jumat, 23 Februari 2020
Benduman
18. Senin, 27 Januari 2020 Live Audit ( Pekerjaan di Turbine)
19. Selasa, 28 Januari 2020 Latihan Lomba Bulan K3
20 Rabu, 29 Januari 2020 Latihan Lomba Bulan K3
21. Kamis, 30 Januari 2020 Latihan Lomba Bulan K3
Presentasi Hasil Kerja Praktik dan Latihan
22. Jum’at, 31 Januari 2020
Lomba Bulan K3
Sumber : Analisis Penulis, 2020
Alur tahapan kerja praktek dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini

Mulai

Persiapan

Tahap Studi Literatur


Pelaksanaan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Tahap Wawancara Dokumentasi Data dari laporanterdahulu


Pengamatan langsung di Dokumen dan referensi di PT. PJB UP Paiton Probolinggo
lapangan Literatur dari berbagai sumber.
Laporan

Analisis

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Tahapan Kerja Praktek


Sumber : Analisis Penulis, 2020
3.2.3 Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini dilakukan analisis dan pembahasan mengenai keadaan di
tempat kerja praktik. Kemudian materi tersebut disusun dan dilakukan
pembandingan antara hasil di lapangan dengan teori yang sudah ada. Metodologi
penyusunan laporan kerja praktik akan disusun sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab yang berkaitan dengan latar belakang, identifikasi masalah, tujuan kerja
praktik, ruang lingkup kerja praktik, serta manfaat kerja praktik.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab yang berisi landasan teori mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
3. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
Bab yang menguraikan tentang tahapan-tahapan pelaksanaan kerja praktik secara
rinci dari proses perizinan sampai dengan proses penyusunan laporan.
4. BAB IV GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PT. PJB UP
Paiton Probolinggo
Bab yang berisi mengenai gambaran umum perusahaan, proses produksi,
pengelolaan lingkungan perusahaan, kepedulian terhadap lingkungan, dan
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PJB UP Paiton Probolinggo.
5. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab yang berisi mengenai analisis sekaligus pembahasan yang dilakukan
berdasarkan data yang diperoleh pada pelaksanaan kerja praktik mengenai
analisis penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
di PT. PJB UP Paiton Probolinggo.
6. BAB VI PENUTUP
Bab yang berisi kesimpulan dari seluruh pengamatan selama pelaksanaan kerja
praktik serta saran-saran yang dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi PT.
PJB UP Paiton Probolinggo.
3.3 Metode Pengambilan Data
Laporan kerja praktik disusun berdasarkan data-data dan informasi yang
valid. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dibedakan berdasarkan
jenis data, yaitu data primer dan data sekunder, seperti uraian berikut.
3.3.1 Metode Primer
Dalam pengumpulan data primer dilakukan secara insitu yaitu melalui
pengamatan langsung atau kinerja secara objek kerja praktik. Metode pengumpulan
data yang diterapkan yaitu:
Metode pengumpulan data bersumber dari tiga hal, yaitu person, place dan
paper. Sedangkan metode yang digunakan berupa :
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan langsung di lapangan, mengenai permasalahan
yang ditinjau.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan wawancara (tanya jawab) dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan permasalahan yang ditinjau.
3. Metode Dokumentasi
Data yang diperoleh berupa foto bukti penerapan SMK3 di PT. PJB UP
Paiton Probolinggo.
Tabel 3. 3
Metode Pengumpulan Data Primer

No. Data Primer Sumber Data Metode Alat


Pengambilan Pengumpulan
Data Data

1. Proses Produksi Bidang SDM, Wawancara dan Daftar Pertanyaan


Rendal OP Observasi dan Alat Tulis
dan Tempat
Kerja

2. Program- Bidang K3 Wawancara Daftar Pertanyaan


Program K3 dan Alat Tulis
Perusahaan

3. Sumber Bahaya Tempat Kerja Wawancara dan Daftar Pertanyaan


dan Pekerja Observasi dan Alat Tulis
No. Data Primer Sumber Data Metode Alat
Pengambilan Pengumpulan
Data Data

4. Potensi Bahaya Tempat Kerja Wawancara dan Daftar Pertanyaan


dan Pekerja Observasi dan Alat Tulis

5. Penilaian Risiko Tempat Kerja Wawancara dan Daftar Pertanyaan


dan Pekerja Observasi dan Alat Tulis

Sumber : Analisis Penulis, 2020

3.3.2 Metode Sekunder


Metode pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan data
yang bersumber dari literatur, jurnal, makalah, laporan penelitian terdahulu, dan
data- data yang berasal dari PT. PJB UP Paiton Probolinggo. Kemudian data-data
tersebut digunakan sebagai pengetahuan awal sebelum studi lapangan, sebagai
pedoman selama pengamatan di lapangan dan data pada waktu pembahasan dalam
tahap penyusunan laporan.
Tabel 3. 4
Metode Pengumpulan Data Sekunder

No. Data Sekunder Sumber Data Metode Alat


Pengambilan Pengumpulan
Data Data

1. Informasi Bidang SDM Dokumentasi 1. Dokumen


mengenai profil Perusahaan
PT. PJB UP 2. Kamera
Paiton 3. Flashdisk
Probolinggo

2. Struktur Bidang K3 Dokumentasi 1. Dokumen


organisasi PT. Perusahaan
PJB UP Paiton 2. Kamera
Probolinggo 3. Flashdisk
Mrica

3. Intruksi Kerja Bidang K3 Dokumentasi 1. Dokumen


PT. PJB UP Perusahaan
2. Kamera
No. Data Sekunder Sumber Data Metode Alat
Pengambilan Pengumpulan
Data Data

Paiton 3. Flashdisk
Probolinggo

4. Data Bidang K3 Dokumentasi 1. Dokumen


Pemeriksaan Perusahaan
Iklim Kerja 2. Kamera
3. Flashdisk

5. Data Struktur Bidang K3 Dokumentasi 1. Dokumen


Organisasi Perusahaan
P2K3 PT. PJB 2. Kamera
UP Paiton 3. Flashdisk
Probolinggo

6. Data Peralatan Bidang K3 Dokumentasi 1. Dokumen


Sertifikasi Perusahaan
Disnaker 2. Kamera
3. Flashdisk

Sumber : Analisis Penulis, 2020


BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING
PERUSHAHAAN

4.1 Profil PT PJB Unit Pembangkitan Paiton


4.1.1 Sejarah Singkat PT PJB Unit Pembangkitan Paiton
Unit Pembangkitan Paiton terbentuk berdasarkan surat keputusan direksi
PLN No.030K/023/DIR/1993, tanggal 15 Maret 1992 merupakan unit kerja yang
dikelola oleh PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur
dan Bali (PLN KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturisasi di PT. PLN pada
tahun 1995 mengubah PT. PLN menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik
Jawa-Bali I dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Kemudian
pada tahun 1997 Sektor Paiton namanya menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa- Bali II Unit Pembangkitan Paiton (UP Paiton).
Berdasarkan surat keputusan direksi No.039K/023/DIR/1998 tentang
pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi PT. PLN Pembangkitan Tenaga
Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan Paiton. Organisasi UP. Paiton sejak tanggal
3 Juni 1999 mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PT. PLN.
PJB. II yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan
situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari Unit
Pembangkitan adalah dipisahkan fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga
Unit Pembangkitan menjadi organisasi yang Lean and Clean, dan hanya
mengoperasikan pembangkitan untuk menghasilkan GWh.
Dengan perkembangan organisasi dan kebijaksanaan manajemen, maka
sejak tanggal 3 Oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II
berubah menjadi PT. PLN Pembangkitan Jawa-Bali (PT PJB) dengan unit
Pembangkitan Paiton sebagai satu unit pembangkitan utama.
Pembangkitan PLTU tersebut diawali dengan pembangunan 2 unit (unit1
dan unit2) dan akan dikembangkan unit 3 dan unit 4 (digabung menjadi 1 unit)
dalam rangka pelaksanaan pembangunan unit-unit pembangkitan tersebut,
pemerintah menetapkan dalam Surat Keputusan Presiden Nomor 35 tahun 1957
untuk

IV-1
Pelaksanaan Pengawasan dan Koordinasi Pembangunan PLTU Unit Pembangkitan
Paiton.
Sesuai dengan program yang dirancang oleh pemerintah dalam rangka
penghematan bahan bakar minyak dan deversifikasi sumber energi, maka PLTU
Paiton telah didesain untuk menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya.
Total kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2x400 MW atau sama dengan800 MW,
yang telah beroperasi sejak tahun 1993/1994 untuk tahap 1.

4.1.2 Perencanaan PLTU Paiton


Dalam pelaksanaan pembangunannya, area komplek PLTU Paiton terdiri
dari 8 Unit dengan perencanaan sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Perencanaan PLTU Paiton

Kapasitas Kapasitas
Perencanaan Unit Kepemilikan Operator / Unit Total
(MW) (MW)
Tahap 1 1&2 PT. PJB PT. PJB 400 800
Tahap 2 3 PEC PT. IPMOMI 815 815
Tahap 3 5&6 PT. Jawa Power PT.YTL Jatim 610 1220

Tahap 4 7&8 PEC PT. IPMOMI 610 1220


Tahap 5 9 PT. PLN PT. PJBS 660 660
Kapasitas Total PLTU Paiton 4715
Keterangan :
PT. PJB : PT. Pembangkitan Jawa Bali
PT. IPMOMI : PT. International Power Mitsui Operation and Maintenance
PEC : Paiton Energy Company
PT. PJBS : PT. Pembangkitan Jawa Bali Service

Sumber : Laporan Tahunan Bidang SDM PT. PJB UP Paiton


Kebutuhan akan bahan bakar batubara PLTU Paiton dipasok dari tambang
batu bara Kalimantan Selatan. Jumlah pemakaian untuk operasional direncanakan
sesuai dengan perencanaan desain Unit Pembangkitan Paiton.
Konsultan Sargent & Lundydari Amerika – Kanada adalah konsultan yang
ditunjuk oleh PT. PLN dalam rangka membantu perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan proses pembangunan PLTU Paiton, sedangkan konsultan yang
mendampingi adalah PT. CITACONTRAC. Pelaksanaan pembangunan PLTU
Paiton diatur dalam dokumen kontrak kerja yang didalamnya diatur hal – hal
mengenai jenis pekerjaan, jadwal pekerjaan, spesifikasi, besarnya nilai kontrak,
cara pembayaran dan lain sebagainya.
4.1.3 Lokasi dan Plan Layout PLTU Paiton
PT PJB UP Paiton yang berlokasi di Jl. Raya Surabaya-Situbondo
Km142, Paiton-Probolinggo, Jawa Timur. Lokasi tersebut terletak kurang lebih 52
Km dari Probolinggo atau kurang lebih 142 Km dari Surabaya ke arah timur.
Sedangkan total area proyek Paiton adalah kurang lebih 476 Ha, termasuk kurang
lebih 200 Ha untuk ash disposal (area pembuangan abu) dan kurang lebih 32 Ha
untuk komplek perumahan karyawan. Kondisi meteorologi dan factor kimia di
Paiton yaitu:
 Kondisi Meteorologi
Suhu rata-rata : 25,5 oC
Curah hujan rata-rata : 1219 mm
Kelembaman udara rata-rata : 72.6%
Kecepatan angin rata-rata perbulan : 5-11.7 Km/jam
Bulan-bulan basah : November – April
Bulan-bulan kering : Mei – Oktober
Bulan terbasah : Januari (453 mm)
Arah angin dominan : Selatan Barat
 Faktor Kimia
Oksida Nitrogen (NOx) : 0,0488 ppm
Sulfur Dioksida (SO2) : 0,0038 ppm
Karbon Monoksida (CO) : 0,9304 ppm
Kadar Debu : 0,169 mg/m3
(Data diambil tanggal 15-16 November 1999)
Gambar 4. 1 Peta Lokasi PLTU Paiton
Dokumentasi : Laporan Tahunan Bidang SDM PT. PJB UP Paiton

Gambar 4. 2 Layout PLTU Paiton


Dokumentasi : Laporan Tahunan Bidang SDM PT. PJB UP Paiton
Gambar 4.3 Layout Kantor Unit 1 & 2,Safety Induction dan Gudang K3
Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

4.1.4 Logo PT PJB Unit Pembangkitan Paiton


Adapun gambar logo PT PJB Unit Pembangkitan Paiton adalah sebagi
berikut:

Gambar 4.4 Logo PT PJB Unit Pembangkitan Paiton

Dokumentasi : Laporan Tahunan Bidang SDM PT. PJB UP Paiton


4.1.5 Visi dan Misi PT PJB Unit Pembangkitan Paiton
4.1.5.1 Visi Perusahaan
Menjadikan perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi
dengan standa kelas dunia.
4.1.5.2 Misi Perusahaan
1. Memberikan solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan
terintegrasi untuk menjaga kedaulatan listrik nasional.
2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, berdaya saing, dan
ramah lingkungan.
3. Mengembangkan kompetensi produktivitas human capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan.
4.1.5.3 Budaya Perusahaan
Nilai – nilai dasar budaya yang diterapkan di PT. PJB UP Paiton antara lain:
1. Integritas ( jujur, dedikasi dan konsistensi) yaitu kepribadian yang selalu
memperjuangkan kebenaran melalui kejujuran dan tanggung jawab.
2. Keunggulan ( ide, efisien dan konsisten ) yaitu kondisi dimana kualitas
kerja melampaui standar kerja yang telah ditetapkan.
3. Kerjasama ( apresiasi, pembelajaran bersama dan aktif terlibat ) yaitu
menyatukan kemampuan dan bakat tiap orang untuk mencapai tujuan
bersama.
4. Pelayanan ( motivasi, perbaikan berkelanjutan dan cepat tanggap ) yaitu
sikap dan perilaku mementingkan kepuasan pelanggan pemegang saham,
masyarakat dan bangsa.
5. Sadar Lingkungan yaitu kesadaran untuk selalu memelihara kelestarian
alam dan lingkungan kerjanya sebagai sumber daya demi kelestarian
perusahaan.
Dalam menjalankan bisnisnya, PT PJB menerapkan kaidah-kaidah
internasional yang didasarkan pada tiga pilar strategis yaitu asset management
sebagai core competence perusahaan (organization capital), sistem manajemen
SMANAGER (human capital), dan teknologi informasi sebagai business enabler
(information capital readiness). Tiga pilar strategis itu dijabarkan dalam 10 sistem
manajemen best practice yang antara lain: Manajemen Asset, Manajemen Risiko,
Manajemen Mutu ISO 9000, Manajemen Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS
18000, Manajemen Good Corporate Governance (GCG), Manajemen Teknologi
Informasi, Knowledge Management, Manajemen SMANAGER Berbasis
Kompetensi, Manajemen Baldrige dan Manajemen housekeeping 5S.

4.1.6 Struktur Organisasi PT PJB Unit Pembangkitan Paiton

General Manager UP Paiton

Manajer Enjiring & Manajer OperasiManajer PemeliharaanManajer LogistikManajer Keuangan &


Quality Assurance Administrasi

SPV Senior SPV Senior SPV Senior SPV Senior


SPV Senior
Rendal Operasi Rendal Pemeliharaan Inventori Kontrol & Kataloger SDM
System Owner
SPV Senior Outage Management
SPV Senior Har Mesin 1, Boiler, Turbin & AAB
SPV SeniorSPV Senior SPV Senior Umum
TechnologyProduksi PLTU SPV Senior
Owner1-2 (A, B, C, D) Pengadaan
SPV Senior
SPV Senior Keuangan
SPV Senior SPV Senior
Teknologi & Informasi Bahan Bakar & Niaga Administrasi Gudang
SPV Senior Har
SPV Senior Mesin 2, Sistem BB & Abu
SPV Senior
Manajemen Mutu, Resiko & Kepatuhan
Kimia & Lab
SPV Senior Har Kontrol & Instrumen

SPV Senior Har Listrik

SPV Senior Sarana

SPV Senior Lingkungan

SPV Senior K3

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT PJB Unit Pembangkitan Paiton

Dokumentasi : Laporan Tahunan Bidang SDM PT. PJB UP Paiton

4.1.6.1 Pimpinan Tertinggi (General Manager) Unit Pembangkitan Paiton


Dijabat oleh seorang manajer yang bertugas mengelola pengingkatan kinerja
operasi dan kompetensi SDM UP Paiton sehingga mampu memproduksi listrik
dengan efisien, mutu, dan keandalan yang tinggi dengan tetap memperhatikan aspek
komersial.
4.1.6.2 Manajer Enjiniring dan Quality Assurance
Menyelenggarakan pelaksanakan evaluasi, analisis, dan perbaikan
penyelenggaraan, pemangkitan listrik meliputi sistem dan prosedur serta pre-
assurance untuk memastikan produksi listrik yang efisien, serta melaksanakan
program SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja), SML
(Sistem Manajemen Lingungan), Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Risiko.

1. Supervisor System Owner


Membantu manajer dalam menyediakan dana dalam implementasi
proyek sistem informasi untuk menunjan proses produksi listrik di PT. PJB
UP Paiton.
2. Supervisor Technology Owner
Membantu deputi manajer dalam menyediakan dana dalam
implementasi kebutuhan teknologi untuk menunjang proses produksi listrik di
PT. PJB UP Paiton.
3. Supervisor Teknolgi dan Informasi
Membantu manajer dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengelola pekerjaan teknolgi informasi (IT), meliputi aplikasi dan software
dalam operasional sehari – hari di PT. PJB UP Paiton serta memberikan
solusi maupun konsultasu teknologi untuk mnecapai tujuan dan strategi bisnis
perusahaan.
4. Supervisor Manajemen Mutu, resiko, dan Kepatuhan
Membantu manajer dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan kegiatan bidang audit internal yang mencakup penentuan dan
penilaian kualitas (efektif dan efisien) pelaksanaan pengendalian operasi Unit
Pembangkitan Paiton atau unit bisnis, pelaksanaan tanggungjawab yang
diberikan reabilitas dan integritas informasi bidang audit operasional
keuangan dan administrasi sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang
berlaku sheingga keentuan perusahaan terlindungi dan tercapai kinerja
perusahaan yang maksimal dan optimal. Serta melaksanakan program SMK3,
SML, Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Risiko.
4.1.6.3 Manajer Operasi
Merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi program bidang operasi dan
pengendalian bahan bakar yang mencakup penentuan dan penilaian kualitas (efektif
dan efisien) pelaksanaan pengendalian operasi Unit Pembangkitan Paiton. Serta
mengumpulkan dan mendokumentasi pelaksanaan bidang operasi dan bahan bakar
sebagai bahan evaluasi.

1. Supervisor Perencanaan dan Pengendalian Operasi


Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan kegiatan operasi pada unit 1 dan 2 serta menentukan tindakan
teknis pada setiap permasalahan yang timbul pada pelaksanaan program
kerja.
2. Supervisor Produksi PLTU 1-2 (A,B,C,D)
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pengendalian operasi dan menjabarkan rencana tersebut ke dalam fungsi
produksi, melaksanakan dan mengendalikan agar dicapai proses produksi
tenaga listrik yang efektif dan efisien sesuai rencana operasi.
3. Supervisor Bahan Bakar dan Niaga
Membantu Manajer dalam menyusun rencana anggaran penyediaan dan
perniagaan Bahan Bakar yang dibutuhkan dalam proses produksi listrik di
Unit Pembangkitan Paiton.
4. Supervisor Kimia dan Laboratorium
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
kimia serta menjabarkan rencana tersebut ke dalam fungsi kimia teknik dan
laboratorium, melaksanakan dan mengendalikan agar mencapai sasaran unit
pembangkitan paiton sesuai dengan standar atau ketentuan yang berlaku.
4.1.6.4 Manajer Pemeliharaan
Merencanakan, melaksanakan dan mengndalikan kegiatan bidang
pengendalian, pemeliharaan agar selalu siap beroperasi setiap saar sehingga mampu
mendukung upaya pencapaian sasaran Unit Pembangkitan Paiton sesuai dengan
kontrak kinerja yang ditetapkan redaksi.
1. Supervisor Perencanaan, Pengendalian dan Pemeliharaan
Membantu Manajer dalam melakukan koordinasi atas pelaksanaan
kegiatan perencanaan, pengendlaian, dan pemeliharaan secara prediktif,
preventif, korektif, dan emergency di Unit Pembangkitan Paiton untuk
mendukung pengoperasian unit secara optimal dalam sasaran unit
pemabangkitan, sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan direksi.
2. Supervisor Outage Management
Membantu Manajer dalam melakukan perencanaan dan koordinasi atas
pelaksanaan mematikan unit 1 maupun unit 2 Unit Pembangkitan Paiton
untuk mendukung pengoperasian unit secara optimal dalam mencapai sasaran
unit pembangkit, sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan direksi.
3. Supervisor Harian Mesin 1 (Boiler, Turbin dan Alat-Alat Bantu)
Membantu Manajer dalma pelaksanan dan pemeliharaan harian pada
bidang mekanis unit 1 dan 2 Unit Pembangkitan Paiton untuk mendukung
pengoperasian unit secara optimal.
4. Supervisor Harian Mesin 2 (Sistem Bahan Bakar dan Abu)
Membanu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan harian pada
sistem bahan bakar dan abu baik unit 1 dan unit 2 Unit Pemabngkitan Paiton
untuk mendukung pengoperasian unit secara optimal.
5. Supervisor Harian Control dan Instrument
Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan harian pada
control dan instrument baik di unit 1 maupn unit 2 Unit Pembangkitan Paiton
untuk mendukung pengoperasian unit secara optimal.
6. Supervisor Harian Listrik
Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan harian pada
sistem kelistrikan baik unit 1 dan 2 Unit Pembangkitan Paiton untuk
mendukung pengoperasian unit secara optimal.
7. Supervisor Sarana
Membantu Manjaer dalam menyusun rencana dan anggaran dalam
bidang sarana dan prasarana dan menjabarkan rencana tersebut kedalam
fungsi sarana dan parasarana serta meaksanakan dan mengendalikan kegiatan
inventarisasi dan pemeliharaan sarana non instalasi terorganisir dengan
efektif dan efisien.
8. Supervisor Lingkungan dan LK3
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
lingkungan serta menajabarkan rencana tersebut ke dalam fungsi tata letak,
perawatan serta kelestarian lingkungan di sekitar Unit Pembangkitan Paiton
sesuai dengan standar nasional dan internasional. Selain itu juga menyusun
rencana dan anggaran bidang K3 serta menjabarkan rencana tersebut ke
dalam fungsi K3 yang menyangkut tentang keselamatan dan kesehatan kerja
seluruh karyawan dan semua yang menyangkut aset operasional di Unit
Pembangkit Paiton seuai dengan standar internasional yang berlaku.
4.1.6.5 Manajer Logistik
Merencanakan, menetukan dan menyediakan kebutuhan barang yang
diperlukan untuk menunjang kelancaran proses produksi listrik secara kontinyu di
Unit Pembangkitan Paiton. Selain itu, merencanakan perkiraan kebutuan barang
untuk mendukung penjualan hasil produksi.
1. Supervisor Inventori Control dan Cataloger
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidag
pengendalian pemeliharaan dan menjabarkan rencaa tersebut ke dalam funsgi
inventori control dan cataloger, melaksanakan dan mengendalikan agar
dicapai tingkat inventori yang optimal.
2. Supervisor Pengadaan dan Kontrak Bisnis
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran dalam
bidang pengadaan dan kontrak bisnis, melaksanakan dan mengendalikan
kegiatan pengadaan dan kontrak bisnis secara terorganisir dengan efektif dan
efisien.
3. Supervisor Administrasi Gudang
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pergudangan serta menjabarkan rencana tersebut ke dalam fungsi administrasi
pergudangan serta pelaksanaan dan mengendalikan kegiatan administrasi
gudang dengan efektif dan efisien.
4.1.6.6 Manajer Keuangan dan Administrasi
Menjabarkan rencana tahunan Unit Pembangkitan Paiton, termasuk di
dalamnya adalah rencana setiap bidang Unit Pembangkit Paiton ke dalam anggaran
tahunan Unit Pembangkitan Paiton serta merencanakan kegiatan Bidang
Pengendalian Keuangan dan mengendalika pelaksanaanya untuk mendukung upaya
pencapaian sasaran unit pembangkitan Paiton secara efektif dan efisien sesuai
dengan kontrak kerja yang ditetapkan direksi.
Selain itu, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi program
administrasi kepegawaian pada seluruh jenjang jabatan untuk menciptakan sistem
administrasi SDM yang tertib dan rapi sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
perusahaan.
1. Supervisor SDM
Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan kegiatan bidang SDM, yang mencakup sistem dan oganisasi
bidang SDM, serta pendidikan serta pelatihan, penyediaan fasilitas kerja,
pembinaan mutu terpadu, hubungan karyawan yang ada di Unit
Pembangkitan Paiton, untuk mendukung upaya pencapaian sasaran Unit
Pembangkitan Paiton sesuia kontrak kinerja yang ditetapkan direksi. Selain
itu, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi program pengembangan
dan diklat SDM pada seluruh jabatan untuk mencapai SDM yang berkualitas,
terampil, dan profesional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
perusahaan.
2. Supervisor Umum
Membantu Manajer dalam merencaakan, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan bidang umum untuk mendukung upaya pencapaun
sasaran yang telah direncanakan unit pembangkitan paiton. Selain itu,
menyusun rencana dan anggaran bidang umum, menjabarkan rencana tersebut
ke dalam fungsi sekretariat dan humas, dan pelaksana pengendalian kegiatan
sekretariat dan hubungan masyarakat dengan efektif dan efisien.
3. Supervisor Keuangan
Membantu Manajer dalam menyusun rencana anggaran bidang
pengendalian keuangan dan menjabarkan rencana, melaksanakan, dan
mengendalikan anggaran dan keuangan.
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pegendalian keuangan dan menjabarkan rencana tersebut ke dalam rencana
dan anggaran fungsi akuntansi, mencari secara sistematis segala transaksi
yang
mempengaruhi harta, kewajiban perusahaan sehingga dapat diketahui posisi
harta dan kewajiban serta besarnya laba rugi perusahaan.
4.1.7 Pengahargaan PT. PJB UP Paiton
PT. PJB UP Paiton telah memiliki beberapa penghargaan selama proses
menjalankan usahanya. Penghargaan tersebut diberikan baik dari pemerintah pusat
ataupun daerah. Penghargaan yang diberikan sebagai bentuk pencapaian dan tolak
ukur dari kegiatan yang telah dilaksanakan seperti sistem manajemen K3 dan
pengelolaan. Penghargaan yang telah didapatkan antara lain yaitu :
1. Meraih peringkat PROPER EMAS pada tahun 2017-2019 dan HIJAU pada
tahun 2015-2016. PROPER merupakan program penilaian kinerja
perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan oleh Kementrian lingkungan
Hidup dan Kehutanan
2. Meraih penghargaan Coal Power Project of the Year pada tahun 2018 di
ASIAN Power Award
3. Meraih penghargaan Fast Track Power Plant of the Yaer pada tahun 2017 di
ASIAN Power Award
4. Meraih penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident award) oleh
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada Tahun 2017
5. Meraih penghargaan ISDA Award kategori SDGs – 3, 1, 8, 15 tahun 2018
oleh Bappenas
6. Meraih penghargaan ISDA award kategori SDGs – 2, & 3 tahun 2017 oleh
Bappenas
7. Meraih penghargaan Subroto kategori K2 PLTU Skala besar pada tahun
2018 dari Kementrian ESDM
8. Meraih penghargaan Subroto kategori Manajemen Energi pada tahun 2017
dari kementrian ESDM
9. Mendapat sertifikasi ISO 14001 : 2015 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen
Lingkungan pada tahun 2017 dari Royal Charter
10. Meraih sertifikasi ISO 9001 : 2015 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu pada tahun 2017 dari Royal Charter
11. Meraih sertifikasi ISO 55001 : 2014 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen
Aset pada tahun 2018 dari Royal Charter
12. Meraih sertifikasi OHSAS 18001 : 2017 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja pada tahun 2017 dari Royal Charter
13. Meraih sertifikasi ISO 50001 : 2011 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen IT
Service pada tahun 2017 dari Royal Charter
14. Meraih sertifikasi ISO/IEC 20000-1 : 2011 yaitu sertifikasi Sistem
Manajemen Energi pada tahun 2017 dari Royal Charter
15. Meraih sertifikasi PAS 99 : 2012 yaitu sertifikasi Sistem Manajemen
Terintegrasi pada Tahun 017 dari Royal Charter
16. Meraih penghargaan Bendera emas dari Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia atas pelaksanaan Sistem Manajemen
Kesehatan Kerja pada tahun 2018
17. Meraih peringkat Gold Reward untuk implementasi Sistem Manajemen
Pengamanan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia pada tahun
2015
18. Meraih penghargaan Produktivitas Kategori Emas pada Kompetensi 5R
Antar Perusahaan dan Instansi Pemerintah Jawa Timur pada Tahun 2017
oleh Gubernur Jawa Timur
19. Meraih penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident pada tahun 2017 oleh
Gubernur Jawa Tengah
4.2 Alur Proses Produksi Listrik PT. PJB UP Paiton

Gambar 4.6 Diagram Alir Proses Produksi PT. PJB UP Paiton Unit 1-2
Sumber: Laporan RKL-RPL PT. PJB UP Paiton

Peralatan utama proses produksi listrik PLTU Unit 1 & 2 adalah boiler,
turbin, generator dan water treatment plant. Proses produksi listrik pada PT. PJB
UP Paiton menggunakan bahan baku utama air yang diubah menjadi uap untuk
memutar turbin dengan menggunakan bahan bakar utama batu bara. Sistem bahan
bakar High Speed Diesel (HSD) untuk pembakaran awal hingga mencapai beban
30%, dan pembakaran dilanjutkan dengan menggunakan batu bara untuk mencapai
beban 100%. Udara pembakaran utama dipasok oleh Force Draft Fan (FD Fan).

Batu bara yangberasal dari kapal tongkat di transfer menuju conveyor (ban
berjalan) menggunakan ship unloader yang berfungsi sebagai alat untuk mengambil
batu bara dari tongkang yang melalui proses penyaringan Electromagnetik
Separator yang fungsinya adalah menyaring batu bara terhadap logam, batu bara
tersebut sebagian ada yang disimpan/ditimbun di stockpile dan sebagaian lagi
langsung dikirim ke tripper yang kemudian diisikan ke silo. Semua proses ini
dikontrol di CHCB (Coal Handling Control Building), kecuali Ship Unloader.
Sebelum
dimasukkan ke dalam ruang bakar/boiler, batu bara digiling halus degan alat
penggiling (Mill). Masing – masing boiler dilengkapi dengan 5 unit dan 4 unit yang
beroperasi dan 1 unit sebagai cadangan.

Air pengisi boiler dan pemakaian sendiri (service water) lainnya diambil
dari mata air Kelontong dan dimurnikan melalui beberapa proses. Air murni
sebelum digunakan ditampung di tangkit air atau Demineralizer Tank (DT). Air
murni tersebut disalurkan melalui sistem air pengisis kedalam boiler dan
pemanasan air menjadi uapa panas lanjut dengan tekanan 16 kg/cm 2 dan temperatur
538°C, yang akan digunakan untuk memutar bagian tekanan menengah dan tekanna
rendah dari turbin tersebut. Uap bekas dari tekanan tinggi dikembalikan lagi
kedalam boiler untuk dipanaskan kembali dan selanjutnya digunakan untuk
memutar turbin uap dan sebagian digunakan untuk memanaskan air pengisi boiler
dan sisanya mengalir menuju Condensor, dimana uap tersebut diembunkan dengan
media pendingin air laut. Uap yang telah mengembun tersebut dipompakan kembali
untuk mengisi boiler.

Generator menghasilkan listrik pada putaran 3000 rpm sebesar 473 MVA,
50Hz, 18 kV. Daya lsitrik tersebut dialirkan melalui trafo generator untuk
menaikkan tegangan menjadi 500 kV sebelum masuk melalui sistem kelistrikan
yang ada dan selanjutnya ditransmisikan ke pusat beban melalui sistem kelistrikan
yang ada dan selanjutnya ditransmisikan ke pusat beban melalui transmisi 150 kV
ke gardu Induk Probolinggi dan Situbondo serta Gardu Induk Krian melalui
transmisi 500 kV.

Abu batu bara yang dihasilakn dari hasil pembakaran dalam boiler dpaat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fly ash dan bottom ash. Fly ash yang keluar dari
boiler bersama gas buang mengalir melalui fly ash silo, sedangkan bottom ash dari
boiler akan jatuh ke bawah dan dikumpulkan oleh alat pengumpul yaitu Submerge
Scraper Conveyor dan kemudian ditampung di bottom ash silo yang selanjutnya
akan diangkut dengan truck terex untuk bottom ash dan truck capsul untuk fly ash
untuk ditimbun di ash disposal area. Bottom ash tersebut diratakan dan dipadatkan
secara berlapis – lapis dan pada lapisan teratas ditanami rumput untuk menjaga
keserasian hidup.
4.3 Peralatan Pendukung Proses Produksi PT. PJB UP Paiton
Berikut adalah deskripsi dari beberapa fasilitas yang mendukung
berjalannya proses produksi listrik di PT. PJB UP Paiton:
1. Coal handling
Merupakan fasilitas penanganan batu bara. Jenis batu bara yang
digunakan dalam proses produksi listrik PT. PJB UP Paiton adalah campuran
batu bara low rank dan high rank. Pengiriman batu bara dilakukan dengan
menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas 5000 – 10.000 ton yang
kemudian ditampung di coal stockpile. Sebelum batu bara siap digunakan,
batu bara akan diproses terlebih dahulu melalui proses stacking dan
reclaiming. Stacking adalah proses pemindahan batu bara dari kapal ke coal
stockpile dengan menggunakan belt conveyor sedangkan reclaiming adalah
proses pengambilan batu bara dari coal stockpile yang kemudian disalurkan
ke silo. Namun terdapat juga proses direct unloading, dimana sebagian batu
bara langsung disalurkan menuju silo.
2. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah alat untuk menyalurkan batu bara dari kapal laut
ke coal stockpile maupun dari coal stockpile ke silo. Alt ini berbentuk seperti
semacam sabuk besar yang terbuat dari karet. Batu bara yang akan diangkut
oleh conveyor dituangkan dari sebuah chute (bak peluncur), di setiap belokan
antar conveyor satu dengan yang lain dihubungkan dengan transfer house.
3. Coal Stcokpile
Di coal stockpile terjadi proses penimbunan dan pengambilan batu bara
yang dilakukan dengan alat yang disebut stacker/reclainer. Alat ini
merupakan sebuah conveyor yang kompleks dan terpasang pada sebuah
struktur yang dapat bergerak. Pada coal stockpile terjadi proses kompaksi
batu bara dan penyemprotan batu bara gara batu bara tidak terbakar pada saat
musim kemarau.
4. Coal Silo
Pada PLTU Paiton Unit 1 dan 2 terdapat masing – masing 5 buah silo.
Silo merupakan bunker tempat menampung batu bara sebelum dihaluskan
dengan mill. Volume batu bara yag dapat ditampung dalam sebuah silo
sekitar
600 ton, pengisian ulang dilakukan apabila volume batu bara dalam silo telah
berkurang sekitar 30-40%. Pengisian silo dilakukan dengan menggunakan
tripper (alat untuk memasukkan batu bara dari conveyor ke dalam silo).
Pengoperasian coal silo dilakukan oleh operator di Coal Handling Control
Building (CHCB).
5. Mill Pulverizer
Bongkahan – bongkahan batu bara harus dihancurkan menjadi butiran –
butiran halus terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam boiler agar lebih
mudah terbakar. Mill/pulverizer adalah mesin yang berfungsi sebagai
penghancur /penggiling batu bara sehingga menjadi halus. Cara kerja mill
yaitu dengan menggerus batu bara dari coal silo. Di dalam mill terdapat
sebuah silinder pejal yang sangat besar. Silinder tersebut berputar statis dan
menggilas batu bara yang berada pada lempengan di bawahnya. Lempengan
tersebut jua berputar namun putarannya pada arah horizontal. Batu bara yang
sudah hancur akan diterbangkan ke atas menuju boiler oleh udara dari
Primary Air Fan (PA Fan), tetapi yang ukurannya belum sesuai dengan yang
diinginkan akan kembali jatuh pada tempat penggilingan dan dihancurkan
kembali.
Batu bara atau benda – benda lain yang benar – benar tidka dapat
hancur akan bergerak ke samping karena adanya putaran lempeng. Batu bara
atau benda – benda lain yang tidak hancur tersebut ditampung dalam tenpat
yang dinamakan pyrites hopper lalu dibawa menuju SSC (Submerged
Scrapper Conveyor) dan dikumpulkan bersama denan kotoran – kotoran lain.
Dari SSC kotoran – kotoran tersebut dimasukkan ke dalam kotak penampung
dan akhirnya dibawa dengan truck ke tempat pembuangan bottom ash
(landfill).
6. Primary Air Fan (PA Fan)
PA Fan berfungsi sebagai penggerak udara untuk mendorong batu bara
masuk ke dalam boiler. Selain sebagai pendorong batu bara, udara dari PA
Fan juga berfungsi sebagai pengering batu bara sebelum masuk ke boiler.
Oleh karena itu, udara dari PA Fan sebelum masuk ke mill/pulverizer harus
dipanaskan terlebih dahulu dia ir heater. Jumlah PA Fan yang digunakan
untuk masing – masing unit adlaha 2 buah. Udara yang digunakan oleh PA
Fan berasal dari atmosfer.
7. Force Difuse Fan (FD Fan)
Udara yang dihasilkan oleh FD Fan adalah udara yang digunakan
khusus untuk pembakaran, sehingga udara yang dihasilkan langsung menuju
ke tempat pembakaran batu bara. Untuk mengatur banyak sedikitnya udara
yang dihasilkan, digunakan blade yang mempunyai elevasi tertentu. Blade –
blade tersebut akan menyesuaikan sudut kemiirngan dengan kebutuhan udara
pada ruang pembakaran.
8. Induced Draft Fan (ID Fan)
ID Fan digunakan untuk mengambil sisa – sisa pembakaran di dalam
boiler berupa abu dan gas buang sehngga sisa pembakaran dari boiler akan
masuk ke ESP (Electrostatic Precipitator). ID Fan juga digunakan sebgaai
pengurang tekanan dalam boiler sehingga tekanannya mendekati nol. Hal ini
bertujuan agar pembakaran dapat berlangsung dengan baik dan api mudah
dikendalikan, terdapat dua buah ID Fan di setiap unit pembangkit.
9. Air Heater
Kebutuhan udara yang amsuk ke tempat pembakaran sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu di air heater. Sistem kerja air heater sendiri
memanfaatkan udara panas yang bersal dari boiler. Air heater mempunyai 3
saluran yaitu udara panas yangberasal dari boiler, saluran dari PA Fan dan
saluran FD Fan. Dalam menstransfer panas dari udara panas ke udara dingin,
air heater menggunakan lempengan – lempengan tipis yang berputar
melewati tiga jalur tersebut. Bagian yang telah melewati jalur udara yang
panas akan ikut panas dan kemudian berputar dan melepas panas pada jalur
udara yang belum panas sehingga panas yang ada pada lempengan tersebut
diserap oleh udara dingin.
10. Boiler
a. Furnance Wall
Secara garis besar boiler merupakan peralatan penukar kalor. Kalor dari
pembakaran bahan bakar dalam Furnance ditarnsformasikan ke dalam air
ketel sehingga menjadi uap. Untuk memberikan pengertian bagaimana
konstruksi dari boiler, dapat diilustrasikan sebagai berikut: boiler jenis pipa
air, kosntruksinya terdiri dari sederetan pipa – pipa (tube) berisi air. Dengan
formasi berdiri berjajar/ wall tube membentuk ruang 4 sisi, terdiri dari Front
Wall Tube, Side (Left and Right) Wall Tube dan Rear Wall Tube, ruang yang
terbentuk ini yang disebut sebagai ruang bakar/ furnance. Deretan tube – tube
tersebut berdri terhubung pada pupa induk posisi mendatar disisi bawah
dengan ukuran relatif besar (Lower Header). Sedang pada ujung atasnya juga
terhubung dengan pipa induk mendatar ukuran relati besar juga (Upper
Header). Dari masing – masing upper header (front, left, right, dan rear)
diubungkan oleh beberaoapipa steam drum. Dimensi ruang bakar. Furnance
termasuk ukuran diamter tube, ditentukan oleh kapasitas pembangkit yang
dirancang. Untuk kapasitas pembangkit 300 MW dimensi wall tube diameter
sekitar Ø58 mm dengan luasan furnance sekitar 13 x 14 x 60 meter.
b. Steam Drum
Konstruksi steam drum atau sederhananya sebgaai tangki uap sebuah
PLTU didesain untuk menampung uap dan air ketel pada suhu dan tekanan
tinggi, sehingga dirancang dengan menggunakan material bahan sesuai
kemampuan operasinya.
Fungsi steam drum:
Prinsip utama sebagai penampung uap hasil pemanasan dalam boiler,
sebelum disalurkan ke super heater untuk proses panas lanjut. Tetapi untuk
kepentingan operasi dalam steam drum dilengkapi pengendali kaulitas air
ketel dengan proses injeksi bahan kimia. Sedangkan safety valve berperan
sebagai pengaman terhadap tekanan lebih, adapaun sight glass sebagai
perangkat pengukur level air dalam steam drum.
c. Burner
Secara umum konstruksi burner dalam boiler terdiri dari 2 jenis,
1. Main Burner/ Coal Burner
2. Aux Burner/ Oil Burner
Coal burner posisinya terletak disetiap sudut furnance/ corner, sesuai
kapasitas untuk kapaistas 300 MW keatas dipasang 5 tingkat/ level, A, B, C,
D dan E oil burner, posisinya teletak bergabung dengan coal burner tetapi
hanya teletak pada 2 tingkat dari bawah saja pada level 3, 4, dan 5 tidak ada.
Fungsi kerjanya memang sebagai peralatan pembakar batu bara untuk main
burner.
Sedangkan oil burner hanya dioperasikan saat start saja dengan bakar light oil
sampai beban 30%, selanjutnya diganti bahan bakar utama coal fuel (batu bara)

d. Superheater
Konstruksi super heater terdiri dari susunan tube yang dibentuk
bagaikan spiral element yang terpasang menggantung di lorong laluan flue
gas. Untuk 1 unit boiler terpasang beberapa grup element . adapun rangkaian
grup element dibedakan atas kebutuhan suhu operasi, diantaranya:
a. Primary Superheater Element
b. Secondary Superheater Element
c. Reheater Superheater Element
Untuk jenis material yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
suhu operasi, material tube SA-213 TP347H dan SA-213T91 khusus untuk U
tube.

Fungsi kerja Superheater :

Fungsi kerja elemen super heater adalah untuk pemanasan uap lanjut.
Pertama uap dari steam drum yang suhunya masih belum terlalu tinggi
dilewatkan di primary superheater, selanjutnya setelah ditampung di heater
(outlet PSH) disalurkan lagi ke secondary superheater untuk menaikkan
temperatur dan enthalpy-nya. Sesuai kebutuhan suhu uap konsumsi turbin
bila cukup, uap langsung disalurkan ke turbin.

e. Economizer
Konstruksi economizer dengan material tube SA-210C juga dibentuk
bagaikan spiral yang posisinya terletak dilorong akhir dari laluan flue gas.
Hal ini juga disesuaikan peruntukannya dalam operasi. Fungsi kerja
economizer adalah sebagai pemanas air pengisi boiler sebelum masuk steam
drum dengan memanfaatkan kalor flue gas. Sehingga suhu air pengisis tidak
terlalu berbeda jauh dengan suhu air di dalam steam drum.
f. Deareator
Konstruksi deareator terdiri dari sebuah tabung vertikal yang
didalamnya tersusun dari bawah ke atas seperangkat tray semacam bentuk
nampan tepinya bergerigi. Dalam tabung vertikal tersebut juga terdapat nozle
spray. Dibawah tabung vertikal tersambung dengan sebuah drum horizontal,
berfungsi sebagai penampung air pengisi boiler. Fungsi kerja deareator sesuai
dengan sebutannya deareator berfungsi sebagai peralatan pemisah gas – gas
yang terkandung dalam air condensate. Dengan memanfaatkan uap air
extraction turbin kandungan gas dalam air codensate dipaksa keluar melalui
vent dari sisi atas tabung vertikal. Dengan demikian air yang akan
dipompakan ke boiler telah bebas dari kandungan gas – gas/ oksigen yang
sangat berbahaya terhadap kekuatan tube boiler.
11. Turbin
Prinsip dasar kerja turbin merupakan rotating equipment yang
memanfaatkan kerja uap dari boiler. Uap akan mendorong sudut – sudut pada
rotor turbin sehingga rotor berputar memutari poros/shaft. Dimana putaran
poros diteruskan keporos generator untuk menghasilkan energi listrik.
12. Reheater
Reheater berfungsi untuk menaikkan temperatur yang keluar dari high
pressure turbin sehingga tidak terjadi pengembunan di sudut – sudut turbin.
Selain itu, reheater juga berfungsi untuk menjaga temperatur min steam dan
reheat steam. Alat ini juga dilengkapi dengan spray sebagaimana pada
superheater keluaran 536°C dari temperatur 350°C karena HP Turbine dan IP
Turbine yang masing – masing disuplai oleh superheater dan reheater berada
dalam satu casing. Posisi reheater agak lebih keluar dibandingkan dengan
superheater sehingga panas yang dihasilkan juga lebih rendah.
13. Generator
Generator Listrik merupakan peralatan utama dan vital pada
pemangkit/PLTU disamping peralatan lainnya seperti boiler, turbin.
Generator listrik adalah generator arus bolak – balik generator AC atau
Generator Synchron. Prinsip kerja generator adalah ketika putaran turbin
mencapai putaran nominal, rotor generator diberi arus listrik penguat medan
magnet yang menghasilkan flux. Besar flux medan magnet yang timbul
tergantung besarnya arus penguat medan yang diberikan. Flux listrik dari
medan magnet rotor ini diinduksikan kebelitan stator yang menimbulkan gaya
gerak listrik.
14. ESP (Electrostatic Precipitator)
ESP adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan efisiensi
mencapai >90% dan rentan partikel yang didapat cukup besar. Dengan
menggunakan ESP jumlah fly ash yang keluar dari cerobong diharapkan
hanya sekitar 0,16%. Dalam ESP terdapat lempengan – lempengan discharge
electrode yang mengandung muatan positif, sehingga debu yang
menggunakan muatan negatif akan menempel pada lempengan tersebut.
Setelah debu yang menempel pada lempengan tersebut cukup banyak maka
lempengan tersebut akan diketuk dengan alat pemukul (Collecting Plate
Rapper) untuk melepas debu dari lempengan tersebut. Debu – debu yang
sudah terlepas dari ESP akan ditampung di bagian bawah hopper.

4.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan PT. PJB UP Paiton


Pengelolaan lingkungan di PT. PJB UP Paiton ditangani oleh Bidang
Lingkungan. tugas dari departemen ini adalah melakukan upaya pemeliharaan
lingkungan perusahaan, pengelolaan limbah dan penanganan limbah sehingga
memenuhi standar dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Selain itu, departemen ini juga melakuka
aktivitas pelestarian lingkungan dan pengembangan masyarakat sekitar perusahaan.
Limbah yang dihasilkan PT. PJB UP Paiton berupa limbah padat, limbah
cair dan limbah gas. Limbah padat terbanyak adalah abu sisa pembakarn yang
nantinya sebagian diserahkan kepada pihak pengolah (pihak ketiga) dan sebgaian
lagi ditimbun di landfill. Limbah cair dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) untuk diolah. Air yang sudah memenuhi syarat dialirkan ke laut. Dalam
penanganan limbah gas PT. PJB UP Paiton melengkapi alat produksinya dengan
Electrostatic Precipitator (ESP). Adapun peralatan yang digunakan oleh PT. PJB
UP Paiton untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan adalah:

a. Penggunaan Low NOx Burner, dengan prinsip kerja memberi udara


pembakaran (O2) ekses atau berlebih pada proses pembakaran dengan
temperatur yang rendah dalam ruang pembakaran (boiler) secara bertingkat.
Hal tersebut dapat menekan keberadaan gas NOx yang terbentuk.
b. Electrostatic Precipitator, yaitu alat penangkap abu hasil sisa pembakaran
dengan efisiensi >90% merupakan metode untuk menangkap abu sebelum
udara hasil pembakaran batu bara dibuang ke cerobong asap. EP terdiri dari
plat – plat elektroda positif dan negatid untuk menangkap abu terbang.
c. Cerobong asap 2 buah untuk Unit 1 dan 2 masin g- masing setinggi 200 m
agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai ground level masih
dibawah ambang batas.
d. Fly Ash Silo, merupakan saluran penyimpanan dan pembuangan fly ash hasil
saringan Electrostatic Precipitator. Pemanfaatan fly ash yang masih baik
melewati alat ini, dikarenakan fly ash minim kontak dengan lingkungan luar
karena langsung ditampung setelah disaring.
e. Metal Cleaning waste Water Treatment Plant dan Neutralizing Tank yaitu
pengolahan limbah cair agar air buangan tidak mencemari lingkungan.
f. Peredam suara untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
mesin produksi.
g. Alat – alat pemantau lingkungan yang ditempatkan di sekitar PT. PJB UP
Paiton yang dipantau berkala tiap 3 bulan sekali (triwulan), antara lain
seperti:
- Pemantauan kualitas udara, kebisingan.
- Monitoring hidrologi, kaulitas air, abrasi pantai, dan biologi laut.
h. Outlet Cannal hasil limbah kondensor dari pemakaian air laut, yaitu
sepanjang 2,0 km dengan sistem saluran terbuka.

4.5 Aspek Lingkungan dan Bahaya K3


PT. PJB UP Paiton Probolinggo dalam menjalankan usahanya berkaitan
dengan beberapa aspek lingkungan dan bahaya K3. Selain aspek dan bahaya K3
tersebut dalam proses usahanya aspek dan bahaya tersebut dapat memyebabkan
dampak lingkungan dan risiko K3. Kedua hal tersebut akan disebutkan pada tabel
4.2 dan 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.2 Aspek Lingkungan dan Bahaya K3
Aspek Lingkungan Bahaya K3

1. Emisi Gas Buang 1. Biologi : micro biologi & macro


2. Limbah Cair biologi
3. Limbah Padat 2. Fisika : kebisingan, getaran,
4. Limbah B3 radiasi, pencahayaan,
5. Ceceran Oli temperature, tekanan
6. Tumpahan Oli 3. Kimia : debu, asap, fume, aerosol,
7. Penggunaan Air bahan B3, gas
8. Penggunaan Emisi (Listrik, 4. Ergonomi : stress fisik, stress
BBM, dll) mental
9. Penggunaan Bahan 5. Mekanis : permesinan, peralatan
10. Kebisingan (titik jepit, titik operasi, titik
11. Bau geser)
12. Kebocoran 6. Listrik : sengatan listrik,
13. Bahan B3 kebakaran, hubungan pendek
14. Kemasan B3 7. Psikososial : intimidasi, trauma,
15. Limbah Majun gilir kerja, pola promosi,
16. Sisa Sampah pengorganisasian kerja
17. Dll. 8. Tingkah laku : ketidakpatuhan,
kurang keahlian, tugas baru,
overconfident
9. Lingkungan sekitar : kemiringan,
permukaan tidak rata, cuaca tidak
ramah, kegelapan
10. DLL
Note : Bahaya K3 = unsafe action /
unsafe condition

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015
Tabel 4.3 Dampak Lingkungan dan Risiko K3
Aspek Lingkungan Bahaya K3

1. Pencemaran Udara 1. Kebakaran


2. Pencemaran Air 2. Ledakan
3. Pencemaran Air & Tanah 3. Terjatuh
4. Pencemaran Tanah 4. Tertabrak
5. Pengurangan SDA 5. Menabrak
6. Menganggu Estetika dan 6. Kelebihan bahan
Kenyamanan 7. Tersayat
7. Paparan Kebisingan 8. Tergores
8. Paparan Bahan Kimia 9. Tergencet / Terjepit
9. Limbah 10. Tersandung
10. Dll. 11. Terhirup Gas Beracun
12. Kekurangan Oksigen
13. Tersengat Aliran Listrik
14. Terpelest
15. Terpapar Media Panas
16. Terpapar Udara Dingin
/Kedinginan
17. Tenggelam
18. Terseret Arus
19. Terbentur
20. Tercebur
21. Dll.

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

4.6 Kebijakan K3 PT PJB Unit Pembangkitan Paiton


PT. PJB UP Paiton Probolinggo menjalankan semua kegiatan usahanya
dengan cara dan perilaku yang mengarah pada terciptanya lingkungan yang sehat
dan selamat bagi seluruh pemangku kepentingan (karyawan, kontraktor,
masyarakat, dan
konsumen) yang dibangun dengan budaya keselamatan yang sesungguhnya. Untuk
mewujudkan hal tersebut PT. PJB UP Paiton Probolinggo menetapkan Kebijakan
dan Komitmen K3 dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8 dibawah ini :

Gambar 4.7 Kebijakan K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo


Sumber : Dokumentasi Bidang K3

Kebijakan K3 di PT. PJB UP Paiton dibentuk berdasarkan Keputusan


General Manager PT Pembangkitan Jawa – Bali Unit Pembangkitan Paiton
Nomor : 006.K/020/UOOTN/2018 tentang Kebijakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Pembangkitan Jawa – Bali Unit
Pembangkitan Paiton. Berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan Pembangkitan
Jawa – Bali Unit Pembangkitan Paiton mempunyai 6 butir Kebijakan K3 sebagai
berikut :
1. Menetapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terpadu dengan sistem manajemen perusahaan secara konsisten untuk
meningkatkan kinerja K3 yang berkelanjutan.
2. Mematuhi peraturan perundangan dan ketentuan lain yang berlaku terkait
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Mengelola semua proses pembangkitan baik proses utama maupun proses
pendukung dengan mempertimbangkan karakteristik, tingkat risiko dan
dampak terhadap sistem, lingkungan dan K3.
4. Melaksanakan dan mengutamakan tindakan pencagahan terhadap
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara berkelanjutan dan
mengendalikan aspek dan dampak bahaya potensial K3 pada setiap
pemakaian sumber daya, proses pembangkitan dan produksi dalam Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Menyediakan fasilitas dan sumberdaya yang diperlukan untuk
melaksanakan pengelolaan K3.
6. Memastikan kesiapan dan kesesuaian sistem pemadam kebakaran dan
peralatan tanggap darurat yang tersedia.

Gambar 4.8 Komitmen K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo


Sumber : Dokumentasi Bidang K3

Komitmen K3 di PT. PJB UP Paiton ditandatangani oleh General Manager


beserta jajarannya. PT. PJB UP Paiton memiliki komitmen K3 yaitu “Mewujudkan
PT. PJB UP Paiton Berbudaya K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Hak
dan Kewajiban Kita Bersama.”.

4.7 Penghargaan K3 PT PJB Unit Pembangkitan Paiton


Selama beroperasi, PT PJB Unit Pembangkitan Paiton mengikuti
berbagai kegiatan sebagai bentuk tolak ukur dan dukungan terhadap kinerja
perusahaan baik dibidang K3 maupun bidang lainnya. PT. PJB UP Paiton
Probolinggo telah mendapatkan penghargaan terkait komitmennya akan
Keselamata dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat dilihat pada gambar 4.9 dibawah
ini :
Gambar 4.9 Penghargaan K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Bidang K3

PT. PJB UP Paiton memperoleh penghargaan dari Kementrian


KetenagaKerjaan Republik Indonesia Berdasarkan Peraturan Mentri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor : PER-01/MEN/I/2007 berupa Penghargaan Kecelakaan
Nihil (Zero Accident Award) yang telah dicapai.

4.8 Organisasi K3 PT. PJB UP Paiton


PT. PJB UP Paiton mempunyai organisasi K3 yaitu P2K3 (Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang berfungsi sebagai sebuah
organisasi dan pengendalian). Sesuai dengan Permenaker RI No 4 Tahun 1987
Tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja bahwa tugas dari P2K3 yaitu memberikan
saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau
pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Susunan panitia
organisasi P2K3 dapat dillihat pada gambar 4.10 yang dilanjutkan secara lengkap
pada lampiran :
Tabel 4.4 Susunan Pengurus P2K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo
NO. JABATAN NAMA JABATAN DI PERUSAHAAN
P2K3

1. Ketua Mustofa Abdillah General Manager

2. Sekretaris Drajat Aribowo Officer K3

3. Anggota Munif Manager Pemeliharaan

Dwi Juli Harsono Manager Operasi

Erryawan Kusuma Manager Enjinering & QA

Hendang Suroso Manager Keuangan & Administrasi

Anton Meinarijanto Manager Logistik

Purwo Nugroho SPVS. K3

Wisnu Cahya K SPVS. Rendal Operasi

Nur Hadi SPVS. Bahan Bakar & Niaga

Priyo Purnomo SPVS. Kimia & Lab

Wahyu Isa Arifin SPVS. Produksi – A

Basuki Rohmat SPVS. Produksi – B

I Made Akasara SPVS. Produksi – C

Fauzan SPVS. Produksi – D

Muchamad Yasin SPVS. Coal & Ash – A

Agus Mei Susanto SPVS. Coal & Ash – B

Sulton SPVS. Coal & Ash – C

Hafieth Samanto SPVS. Coal & Ash – D

Wawan suryanto SPVS. Rendal Har

Taufiqur Rochman SPVS. Outage Management

Henry Todo Tua SPVS. Har. Listrik

Bayu Nugroho SPVS. Kontrol & Instrumen


Triyatmoko SPVS. Har. Mesin 1

M Badrul MSN SPVS. Har. Mesin 2

Achmad Arief Basuki SPVS. Sarana

Ton Sejati Utomo SPVS. System Owner

Enis Spirda SPVS. Technology Owner

Ruli Dyah R SPVS. MNJ Mutu Risiko&Kepatuhan

Maida Muzayyanah SPVS. SDM

Gusti Wahdaniah SPVS. Lingkungan

Sukirman Hadi P SPVS. Umum

Moch Sholihin SPVS. INV. Control & Cataloger

Hendrik Setiawan SPVS. Pengadaan

Rudi Santoso SPVS. Keuangan

Henny Tri Lestari SPVS. Har. Listrik

Marwoto ENG. Har Listrik

Haeruman Analis MNJ Mutu Risiko&Kepatuhan

Aulia M. Azkiya ASS. Officer K3

Ksatrya Weda U.P ASS. Officer K3

Bagas Kencana Y ASS. Officer K3

Misbiantoro Junior Officer Pelatihan

Suparno Analyst Outage Management

Sukarni ENG. System Owner

Budi Hartono Analyst Outage Management

Nuriman ASS. ENG. Pemeliharaan Mesin 1

Surani ASS. Analyst Rendal Operasi

Harun Rosyidi Analyst Lingkungan


Agus Wiyono Junior Operator Main Unit PLTU A

Anggi Melna Sari Junior ENG. Har Listrik

M. Khoiri Albana ASS. Analyst Lingkungan

Miskat Officer Keamanan

Sumber: Dokumen Bidang K3, 2018


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Hasil Observasi Terhadap Objek Kerja Praktik


Pelaksanaan kerja praktik berlangsung pada tanggal 2 Januari 2020 sampai
31 Januari 2020 di Bidang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT. PJB UP
Paiton Probolinggo. Dalam pelaksanaan kerja praktik penulis mempelajari yang
berkaitan dengan judul laporan Kerja Praktik yaitu “Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Pengendalian Potensi Bahaya dan
Risiko di PT PJB UP Paiton Probolinggo”, selain itu penulis diberikan tugas untuk
mengikuti kegiatan Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut. Penulis juga melakukan
kegiatan observasi Patrol P2K3, Live audit, Inspeksi temuan patrol, Pelatihan
tanggap darurat, dan mempelajari mengenai penginputan data patrol serta Monthly
Report K3. Hasil observasi selama Kerja Praktik dilaksanakan di PT. PJB UP
Paiton Probolinggo adalah sebagai berikut :

5.1.1 Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut

Gambar 5.1 Kegiatan Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut

Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

Kegiatan sertifikasi alat angkat dan angkut berada dibawah tanggung jawab
bidang K3. Sertifikasi alat angkat dan angkut dilakukan sebanyak 1 kali dalam satu
tahun yang dimaksudkan agar menjaga keamanan dan kualitas peralatan yang

V-1
digunakan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan dalam bekerja.
Penilaian kelayakan dilakukan oleh pihak ke-3 yang memiliki kopetensi dibidang
teknik dan penilaian kelayakan berdasarkan pemenuhan kriteria standar K3 yang
berlaku. Pada tahun ini PT.PJB UP Paiton menggunakan pihak ke-3 yaitu
ROBUTECH. Kegiatan ini bertujan untuk mendapatkan bukti sertifikasi lolos
keamanan yang dikeluarkan oleh Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) yang menyatakan
bahwa alat-alat tersebut benar-benar aman dan layak untuk digunakan.

Tabel 5.1 Tabel Klasifikasi Alat Angkat dan Angkut

Lokasi
No. Jenis Peralatan Kapasitas Peralatan

CONVEYOR
1 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor A.1
2 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor A.2
3 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor B.1
4 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor B.2
5 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor C.1
6 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor C.2
7 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor D.1
8 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor D.2
9 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor E.1
10 Belt Conveyor 3.500 Ton Conveyor E.2
11 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor F.1
12 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor F.2
13 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor J.1
14 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor J.2
15 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor K.1
16 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor K.2
17 Belt Conveyor 1.500 Ton Conveyor L.1
18 Belt Conveyor 1.500 Ton
Conveyor L.2

CRANE
Lokasi
No. Jenis Peralatan Kapasitas Peralatan

1 Over Head Travelling Crane 16,0 Ton Transfer House # 1


2 Over Head Travelling Crane 8,0 Ton Transfer House # 2
3 Over Head Travelling Crane 8,0 Ton Transfer House # 3
4 Over Head Travelling Crane 8,0 Ton Transfer House # 4
5 Over Head Travelling Crane 3,2 Ton Transfer House # 5
6 Over Head Travelling Crane 6,3 Ton Drive House .E.2
Transfer Tower # 1
7 Over Head Travelling Crane 5,0 Ton
&2
8 Over Head Travelling Crane 20,0 Ton Machine Shop
9 OH Gantry Crane S.W.L. 42,5 Ton Ship Unloader # 1
10 OH Gantry Crane S.W.L. 42,5 Ton Ship Unloader # 2
11 Electric Hoist Monorail 16 Ton ID Fan #1 A
12 Over Head Travelling Crane 16 Ton ID Fan #1 B
13 Electric Hoist Monorail 16 Ton ID Fan #2 A
Over Head Travelling
14 16 Ton ID Fan #2 B
Crane
15 OHTC Single Girder 6.3 Ton Fly Ash Silo #1
16 OHTC Single Girder 6.3 Ton Fly Ash Silo #2
17 Electric Hoist Monorail 2,5 Ton Bottom Ash Silo #1
18 Electric Hoist Monorail 2.5 Ton Bottom Ash Silo #2
19 Electric Hoist Monorail 3 Ton Boiler #2
20 Electric Hoist Monorail 1,5 Ton PAH # 2A
21 Electric Hoist Monorail 1,5 Ton PAH # 2B
22 Electric Hoist Monorail 1,5 Ton SAH # 2B
Klontong Pump
23 OHTC Single Girder 5 Ton
House
24 Monorail Crane 2 x 2 Ton Speedboat Garage
25 Overhead Crane 5 Ton Diatas SSC #1
26 Overhead Crane 5 Ton Diatas SSC #2
27 Monorail CXTM 20 Ton BFP 1C
28 Monorail CXTM 20 Ton BFP 2C
Lokasi
No. Jenis Peralatan Kapasitas Peralatan

SYSTEM FIRE
PROTECTION
47 Instalasi kebakaran otomatik - Gudang 02
48 Instalasi kebakaran otomatik -- Gudang 01
49 Instalasi Proteksi Kebakaran Gudang B3
50 Fire Alarm & Gas Detector Plant #1 & 2
51 Instalasi Proteksi Kebakaran 125 lbs / 50Kg Server Room
LIFT
Administration
52 Louser Samil Elevator Admin 750 Kg
Building
53 Personel Hoist ( 3 orang ) 400 Kg Chimney # 1
54 Personel Hoist ( 3 orang ) 400 Kg Chimney # 2
55 Lift Ship Unloader Unit 1 300 Kg Coal Jetty
56 Lift Ship Unloader Unit 2 300 Kg Coal Jetty
Fly Ash Handling
57 Lift Alimak Scando 10/20 1000 Kg
#1
Fly Ash Handling
58 Lift Alimak Scando 10/20 1000 Kg
#2
ALAT BERAT
No Alat Berat Kapasitas Merk
1 Sky Master Truck 200 Kg EPV 16-DB
2 Off High Way Dump Truck 04 35 Ton TEREX
3 Triming Dozer 06 108 Ton / Jam
Off High Way Dump Truck
35 Ton TEREX
4 03
5 Wheel Loader 01
6 Wheel Loader 02
7 Wheel Loader 03
8 Vacuum Truck 02
9 Skid-Steer Loader 02
Sumber : Dokumen Bidang K3 PT. PJB UP Paiton Probolinggo,2020
5.1.2 Patrol P2K3

Gambar 5.2 Kegiatan Patrol P2K3 dan Inspeksi Temuan Patrol P2K3

Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

Sesuai dengan Permenaker RI No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja bahwa tugas dari P2K3 yaitu memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan patrol P2K3 ditujukan agar menjaga
lingkungan kerja tetap aman sehingga meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
dan berfungsi sebagai monitoring lingkungan kerja. Patrol P2K3 dilakukan
sebanyak 2 kali dalam seminggu yang dilaksanakan oleh panitia P2K3 itu sendiri.
Hasil laporan patrol P2K3 selanjutnya akan di input oleh bidang K3 untuk
selanjutnya ditindaklanjuti seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.3 Contoh Laporan Patrol P2K3

Sumber : Data Bidang K3 PT.PJB UP Paiton,2020

5.1.3 Pengecekan H2

Gambar 5.4 Kegiatan Pengecekan H2 pada Pekerjaan Pengelasan Pipa WTP

Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

Hidrogen merupakan gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan
termasuk dalam golongan gas diatomik yang mudah terbakar. Kebocoran gas H2
dapat menyebabkan ledakan sehingga berbahaya bagi pekerja dan mengganggu
proses produksi perusahaan. Sehingga PT. PJB UP Paiton Probolinggo melakukan
pengecekan H2 secara rutin yang dilaksanakan oleh bidang K3, pengecekan gas
hidrogen dilakukan menggunakan alat 𝐻2detector. Pengecekan H2 dilakukan
sebelum dimulainya pekerjaan yang berisiko terjadi ledakan akibat kebocoran H2
seperti pada perkerjaan pengelasan pipa di Unit WTP (Water Treatment Plant).

5.1.4 Bulan K3 Nasional

Gambar 5.5 Kegiatan Meeting Lomba Bulan K3 Nasional

Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

Bulan K3 merupakan kegiatan dalam rangka memperingati kebijakan K3


Nasional bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peringatan Bulan K3 Nasional di
PT. PJB UP Paiton Probolinggo dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 386 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan Bulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2015 – 2019. Kegiatan yang dilakukan
dalam peringatan bulan K3 ini antara lain : Upacara Peringatan Bulan K3, Lomba
K3 tingkat PT. Pembangkita Jawa-Bali dan Lomba K3 tingkat PT. PJB Unit
Pembangkitan Paiton Probolinggo,dll. Harapannya dengan pelaksanaan peringatan
Bulan K3 Nasional, setiap pegawai maupun seluruh stakeholder PT. PJB UP Paiton
Probolinggo mendapatkan pemahaman tentang pentingnya penerapan K3 serta
aplikasinya di tempat kerja, karena pada dasarnya K3 merupakan tanggung jawab
semua pihak dilingkungan tempat kerja.
5.1.5 Live Audit

Gambar 5.6 Kegiatan Live Audit Pemasangan Screen Inlet Kanal

Sumber : Dokumentasi Penulis,2020

Kegiatan live audit dilakukan untuk memastikan bahwa para pekerja


dilapangan telah menerapkan SOP dan prosedur K3 yang benar dalam bekerja
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan bekerja. Live audit dilakukan
dengan pengecekan kelengkapan APD para pekerja. Dalam kegiatan ini jika
ditemukan pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak memenuhi SOP serta
prosedur K3, maka pihak K3 berhak menegur dan menghentikan pekerjaan
tersebut.

5.2 Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (SMK3) di PT. PJB UP Paiton Probolinggo
Dalam kegiatan produksinya PT.PJB UP Paiton mempunyai banyak bahaya
dan risiko kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kerugian bagi pekerja dan
perusahaan sendiri. Oleh karena itu dilakukan Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk mencegah adanya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada setiap kegiatan proses produksi.
Selain itu penerapan SMK3 dimaksudkan untuk menciptakan sistem kerja yang
sistematis yang melibatkan berbagai pihak pada unsur-unsur pelaksanaannya agar
terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman, efisien serta produktif.
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di PT. PJB UP Paiton Probolinggo telah berkomitmen tinggi kepada
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti tercantum pada Peraturan
Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 yang menyatakan
bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. Selain itu PT
PJB UP Paiton juga menjaga mutu perusahaan yang berpedoman pada OSHAS
18001 : 2007 (Tentang SMK3), ISO 14001 (Tentang Sistem Manajemen
Lingkungan). Sehingga dapat diketahui bahwa selain berupaya menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan nyaman, PT. PJB UP Paiton Probolinggo juga
berupaya dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

5.2.1 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo
Sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan SMK3, PT. PJB UP Paiton
Probolinggo melakukan beberapa hal yang telah sesuai dengan perundang-
undangan terkait SMK3 diantaranya yaitu:

5.2.1.1 Kompetensi dan Pelatihan K3


Sebagai salah satu bentuk penerapan SMK3, PT. PJB UP Paiton
Probolinggo melakukan upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
melalui beberapa kegiatan maupun pelatihan. Kompetensi K3 di PT.PJB UP Paiton
dibawah tanggung jawab PJB Academy, sedangkan pelatihan K3 dibawah tanggung
jawab bidang K3. Bentuk kegiatan pelatihan bisa berupa simulasi tanggap darurat
seperti pelatihan pemadaman kebakaran tingkat awal yang ditujukan untuk melatih
karyawan PT. PJB UP Paiton Probolinggo dalam rangka mencegah dan
menghadapi keadaan darurat saat bekerja.
Gambar 5.7 Skenario Tanggap Darurat di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Bidang K3, 2018

Gambar 5.8 Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat di PT. PJB UP Paiton


Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Bidang K3, 2018


5.2.1.2 Komunikasi K3
Salah satu bentuk penerapan SMK3 dalam upaya pencegahan serta
meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja, PT. PJB UP Paiton
Probolinggo menerapkan komunikasi K3 diantarannya menggunakan :

1. Rambu

Rambu-rambu yang diterdapat di PT PJB UP Paiton diantaranya adalah


jenis rambu larangan, perintah, informasi, dan peringatan. Rambu-rambu ini
dipasang di seluruh area produksi dan di persimpangan jalan. Gambar di bawah ini
adalah rambu yang berada di area PT PJB UP Paiton.

Gambar 5.9 Rambu-Rambu K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020


Rambu-rambu di PT. PJB UP Paiton Probolinggo tergolong banyak dan
telah berada ditempat yang strategis sehingga informasi bahaya dan K3 sudah
tersampaikan dengan baik. Rambu K3 yang ada di PT. PJB UP Paiton Probolinggo
juga dalam kondisi bersih dan terurus.

2. Poster

Dalam memberikan komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. PJB


UP Paiton Probolinggo menerapkan pemasangan poster-poster yang menarik
dimaksudkan agar dapat dipahami oleh seluruh pegawai, maupun tamu yang
berkunjung. Poster tersebar di seluruh area PT. PJB UP Paiton Probolinggo salah
satunya di area turbin. Gambar di bawah ini adalah poster yang berada di area
turbin PT PJB UP Paiton.

Gambar 5.10 Poster K3 di Area Turbin PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

3. Papan Informai K3

Papan informasi Keselamatan dan Kesehatan kerja PT. PJB UP Paiton


Probolinggo hanya terpasang di ruang bidang K3. Papan informasi K3 khusus berisi
mengenai informasi K3 dan terpisah dengan informasi lainnya sehingga
keberadaannya efektif dan dapat memberikan informasi yang maksimal. Akan
tetapi, papan informasi K3 perlu ditambah agar informasi dapat tersampaikan
dengan luas untuk seluruh karyawan di tempat kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan
penambahan
papan informasi K3 dan penempatan papan informasi K3 yang tersebar di seluruh
lokasi PT. PJB UP Paiton Probolinggo.

Gambar 5.11 Papan Informasi K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

5.2.1.3 Safety Induction


Safety Induction dilakukan oleh bidang K3 untuk setiap tamu, peserta
PKL/Kerja Praktik, tenaga kerja baru, mitra kerja, pegawai keamanan dan lain lain
yang berada pada lingkungan kerja PT. PJB UP Paiton Probolinggo. Kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai kebijakan K3 di
lingkungan PT. PJB UP Paiton Probolinggo, serta memberikan informasi mengenai
bahaya yang dapat terjadi di area tersebut dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.

Gambar 5.12 Kegiatan Rutin Safety Induction Petugas Keamanan di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020


5.2.1.4 Dokumentasi K3
Dalam penerapan dokumentasi K3, PT. PJB UP Paiton Probolinggo
menerapkan instruksi kerja pada semua prosedur K3 yang diatur dalam IMS
(Integrated Management System) dan memberlakukan surat keputusan. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
tentang Penerapan SMK3 Pasal 12 ayat (1) huruf f yang mendokumentasikan
seluruh kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3 Pasal 13 ayat
(3) yang berbunyi “Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) harus paling sedikit dilakukan terhadap:

a) Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;


b) Indikator kinerja K3;
c) Izin Kerja;
d) Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;
e) Kegiatan pelatihan K3;
f) Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan;
g) Catatan pemantauan data;
h) Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut; i. Identifikasi
produk termasuk komposisinya;
i) Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
j) Audit dan peninjauan ulang SMK3.

5.2.1.5 Pengendalian Dokumen


Dokumen yang dikendalikan meliputi Instruksi Kerja, Formulir dan
Dokumen Eksternal. Kegiatan pengendalian dokumen, mulai dari penerbitan,
pendistribusian, penarikan kembali dan pemusnahan dokumen merupakan
kewenangan Bidang K3, pengendalian dokumen PT. PJB UP Paiton Probolinggo
dilakukan secara offline dengan mencetak file dalam bentuk hardfile yang
kemudian disimpan dalam map dan disusun di rak khusus dokumen-dokumen,
selain itu pengendalian dokumen juga dilakukan secara online dengan penyimpanan
data di computer bidang K3.
Gambar 5.13 Lemari Penyimpanan Dokumen K3

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

5.2.1.6 Pengendalian Operasi


Kegiatan operasi merupakan sumber bahaya yang paling potensial dalam
organisasi. Pengendalian operasi merupakan salah satu elemen terpenting yang
tertera dalam OHSAS 18001, dikarenakan sebagian besar kecelakaan terjadi pada
kegiatan operasi. Pengendalian operasi di PT. PJB UP Paiton Probolinggo meliputi:

1. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan perlengkapan wajib yang arus


digunakan oleh setiap pegawai, tamu, PKL, mautpum mitra kerja yang ada di PT.
PJB UP Paiton. Penggunaan APD disesuaikan dengan kebutuhan dan kesesuaian
pada area pekerjaan. Alat Pelindung diri juga harus tersedia di setiap area kerja,
didata dan dikelola oleh masing-masing area/bidang kerja tersebut. Berikut
merupakan APD yang wajib digunakan di area PT. PJB UP Paiton Probolinggo :
Tabel 5. 2 Alat Pelindung Diri PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No Nama APD Fungsi

1. Safety Helmet Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-


benda yang dapat melukai kepala.

2. Safety Shoes Safety shoes berfungsi untuk mencegah


kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia dan sebagainya.

3. Safety Glasses Berfungsi sebagai pelindung mata ketika


bekerja (misalnya mengelas).

4. WearPack Berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal


yang dapat membahayakan atau mengakibatkan
kecelakaan saat bekerja.

5. Rompi Reflector Berfungsi untuk mencegah terjadinya kontak


kecelakaan pada pekerja.

6. Full Body Harness Berfungsi sebagai pelindung tubuh saat bekerja


di ketinggian.

7. Pelindung Tangan Berfungsi sebagai pelindung tangan dari panas,


(Gloves) api, dingin, radiasi, dan bahan kimia.

8. Masker N95 Berfungsi untuk melindungi hidung dan mulut


serta berfungsi menyaring polutan dan partikel-
partikel halus berbahaya di udara, seperti debu.

9. Ear Plug Berfungsi untuk melindungi kebisingan pada


area kebisingan >95dB

10. Pelampung Berfungsi sebagai pelindung bagi pekerja yang


melaksanakan pekerjaan di atas permukaan air
agar terhindar dari bahaya tenggelam

11. Safety Line Berfungsi sebagai pengamanan atau penanda


daerah kerja berbahaya.

Sumber : Analisis Penulis,2020


Petugas K3 bertugas dalam kegiatan live audit untuk memeriksa
kelengkapan APD pekerja. Apabila ada beberapa pekerja yang tidak menggunakan
APD sesuai standar, seperti tidak menggunakan tidak menggunakan pelampung
saat pekerjaan inlet maka Petugas K3 akan memberikan teguran, dan memiliki hak
untuk menghentikan pekerjaan.

Gambar 5.14 Contoh APD di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

2. Lock Out Tag Out Try Out (LOTOTO)

LOTOTO (Lock out /Tag out/Try Out) merupakan proses penguncian dan
pelabelan. LOTOTO ini merupakan prosedur keselamatan yang digunakan untuk
memastikan bahwa mesin berbahaya dimatikan dengan benar dan tidak dapat
dinyalakan kembali sebelum selesainya pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan. Hal
ini bertujuan untuk melindungi karyawan atau pekerja yang sedang bekerja atau
berada di sekitar mesin, instalasi listrik atau fasilitas proses produksi yang sedang
dalam proses perbaikan maupun perawatan.

Setelah dilakukan lock out dan tag out, untuk memastikan bahwa alat yang
telah diberi label tersebut benar-benar sesuai selanjutnya perlu dilakukannya try
out/uji coba, sehingga dapat dipastikan bahwa alat yang di matikan sesuai dengan
yang diinginkan. Proses LOTOTO dilakukan dengan cara penguncian (mengisolasi)
energi berbahaya, pemasangan pengaman dan label pada sumber-sumber energi
yang dapat mencederai seseorang. LOTOTO sendiri dapat berupa label, alat
pengunci atau alat bantu lainnya seperti garis penghalang, safety line, barricade,
rantai, dan lainnya.

Gambar 5.15 Contoh LOTO pada PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

3. Sistem Izin Kerja

Sistem Izin Kerja atau yang biasanya disebut dengan Work Permit
merupakan izin untuk pelaksanaan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang
tinggi. Izin kerja dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan. Sistem izin kerja
berfungsi agar bahaya dan risiko pekerjaan tersebut dapat teridentifikasi dengan
baik sehingga dapat tersampaikan pula pada pekerja, sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan oleh pihak K3 untuk menghindari adanya kecelakaan kerja.

Izin kerja yang sedang berjalan akan disimpan sebagai catatan dan apabila
terjadi suatu kecelakaan Work Permit ini dapat mempermudah proses dari
pelacakan pada suatu kecelakaan tersebutPekerjaan yang wajib memiliki izin kerja
adalah seluruh pekerjaan jasa kontraktor, dan pekerjaan internal PT. PJB UP Paiton
Probolinggo dalam kategori pekerjaan panas, ruang tertutup, penyelaman,
pekerjaan
diketinggian dan sebagainya. Langkah dalam izin kerja PT. PJB UP Paiton
Probolinggo seperti pada gambar dibawah :

Gambar 5.16 Work Permit pada PT. PJB UP Paiton Probolinggo

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

4. Medical Check Up

PT.PJB UP Paiton Probolinggo melaksanakan kegiatan MCU setiap satu


tahun sekali. Medical check up merupakan salah satu upaya untuk mengetahui
kondisi kesehatan atau kondisi fisik pekerja. Tujuan dari pengecekan kesehatan
adalah untuk memberikan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan dan
mendiagnosa serta mendeteksi penyakit yang ditemukan akibat aktivitas yang
dilakukan terutama dalam tempat kerja. Penilaian risiko kesehatan merupakan
bentuk identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja dan penilaian risiko terhadap
kesehatan akibat aktivitas kerja dengan memperhitungkan pengendalian yang ada.
Pengecekan kesehatan atau medical check up yang dilakukan perusahaan terhadap
seluruh karyawan merupakan salah satu contoh kepedulian perusahaan terkait
kesehatan karyawan. Kegiatan MCU yang dilakukan seperti pengecekan fungsi
hati, pengecekan fungsi ginjal, urine, indeks massa tubuh, rontgen thorax
(berdasarkan area kerja), HBSAG (suntik vaksin HBSAG), pemeriksaan fisik dan
sebagainya.

Selain itu untuk menjaga kesehatan karyawan, PT. PJB UP Probolinggo


rutin melaksanakan kegiatan pada setiap jumat pagi seperti senam kebugaran.
Berdasarkan pengamatan lapangan, para karyawan rajin mengikuti kegiatan senam
ini.

5.2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan


PT. PJB UP Paiton Probolinggo melakukan pemeriksaan dan pengawasan
yang telah ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran
K3 serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan
standar yang berlaku. Pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan diantaranya
sebagai berikut:

1. Penyimpanan Rekaman/ Laporan-laporan K3

Penyimpanan rekaman atau laporan-laporan yang berkaitan dengan K3


disimpan dalam bentuk dokumen di dalam rak dokumen perusahaan dan juga
rekapitulasi temuan patrol P2K3. Pengecekan dan pelaporan dilakukan dengan
bantuan aplikasi IZAT sehingga mempermudah dalam pencarian dan
pengendalian hasil temuan di PT. PJB UP Paiton Probolingo.

2. IZAT K3

Tujuan dari inspeksi K3 adalah untuk mengetahui pelaksanaan serta


pemantauan K3 di lapangan, sehingga apabila ditemukan bahaya potensial dapat
diatasi dengan melakukan upaya pengendalian. Kegiatan inspeksi biasanya telah
terjadwal. Berikut ini adalah jenis inspeksi yang dilakukan oleh PT. PJB UP Paiton
Probolinggo :

a) IZAT APAR,
IZAT APAR yaitu pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan dan Alat
Pemadam Api Tradisional di area kerja. Pemeriksaan APAR pada semua area
di Unit 1 & 2 PT. PJB UP Paiton Probolinggo dilakukan setiap bulan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Penempatan APAR
b. Tanggal kadaluarsa APAR
c. Kesesuaian nomor APAR
d. Peralatan layak dan mudah dicapai
e. Rambu APAR dalam keadaan baik
f. Peralatan bersih
g. Petunjuk instruksi penggunaan jelas
h. Tabel pemeriksaan APAR sudah diisi
i. Berat isi cukup (tidak kurang dari 10% dari berat yang diharuskan)
j. Tekanan APAR dalam kondisi baik
k. Tali seal pengaman
l. Pin pengaman
m. Kondisi fisik indikator dalam keadaan baik
n. Corong penyemprot bersih tidak ada gangguan
o. Selang dalam kondisi baik

Dalam inspeksi yang dilakukan, ditemukan beberapa APAR dalam kondisi


low sehingga perlu dilakukan pengisian ulang. Biasanya IZAT APAR akan
dilakukan rekap data ke dalam aplikasi IZAT untuk memudahkan dalam
penyimpanan dokumen dan menudahkan dalam penanganan untuk APAR yang
bermasalah.
Gambar 5.17 Contoh Kegiatan IZAT APAR

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

b) IZAT Hydrant
IZAT Hydrant yaitu pemeriksaan hydrant di setiap area kerja. Apakah masih
berfungsi dengan baik atau tidak dan apakah debit air pada hydrant cukup atau
tidak. Apakah terdapat kebocoran atau tidak dan apakah krannya masih dalam
keadaan baik.
c) Patrol P2K3
Patrol P2K3 yaitu patrol oleh panitia P2K3 yang dilakukan 2x dalam
seminggu untuk melakukan patrol pada unit yang sudah ditentukan. Temuan
patrol adan diinput pada aplikasi IZAT PATROL yang kemudian akan
dibacakan saat rapat.

5.2.1.8 Sistem Tanggap Darurat


Sistem tanggap darurat ditujukan untuk menghadapi keadaan darurat yaitu
menanggulangi kebakaran dan kecelakaan kerja. Sistem tersebut dilaksanakan
dengan kegiatan yang meliputi pembentukan personil yang bertanggung jawab
dalam penanggulangan keadaan gawat darurat yang terdiri dari pemadam api, P3K,
pengamanan dokumen, dan pengamanan personil. Selain itu, penyediaan fasilitas
gawat darurat meliputi jalur evakuasi, kotak P3K, fire alarm, hydrant, APAR, dan
sebuah klinik dengan dokter jaga. Hal tersebut telah memenuhi PP RI Nomor 50
tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 lampiran II poin 6.7 tentang “Kesiapan untuk
menangani keadaan darurat” dan Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor
Ins.11/M/BW/1997 tentang pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran
menyatakan bahwa perusahaan diwajibkan menyediakan jalan keluar untuk
menyelamatkan diri.

Gambar 5.18 Sistem Tanggap Darurat

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

5.2.1.9 Audit K3
PT. PJB UP Paiton Probolinggo melakukan audit berdasarkan ISO 9001 :
2008, ISO 14001 : 2004, OHSAS 18001, dan SMK3. Terdapat dua macam
pelaksana audit yaitu auditor internal dan auditor eksternal. Auditor Internal adalah
satuan pengawasan internal di lingkungan perusahaan yang bertugas untuk
melakukan audit serta memastikan sistem pengendalian internal perusahaan dapat
berjalan secara efektif. Audit internal dilaksanakan setiap dua kali dalan satun
tahun. Sedangkan Auditor Eksternal adalah auditor dari luar perusahaan yang
memberikan jasa audit sesuai ketentuan yang berlaku kepada perusahaan. Audit
eksternal dilaksanakan untuk mengaudit PT. PJB UP Paiton Probolinggo. Audit ini
dilaksanakan setiap 3 tahun sekali dan dilakukan oleh perusahaan jasa audit.
5.3 Tingkat Pencapaian Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.
PJB UP Paiton Probolinggo
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap
penerapan SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo dapat diketahui presentase
tingkat pencapaiannya. Tabel di bawah ini merupakan tabel yang menerangkan
tingkat pencapaian Sistem K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo.

Tabel 5. 3 Tingkat Pencapaian SMK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai


Paiton Probolinggo

1 Setiap perusahaan PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10


wajib menerapkan Tahun 2012 Probolinggo sudah
SMK3 Pasal 5 ayat
menerapkan SMK3
diperusahaannya (1) dengan baik dan benar
karena hampir setiap
pekerjaannya memiliki
risiko tinggi. SMK3 juga
masuk dalam Sistem
Manajemen Integrasi PT.
PJB UP Paiton
Probolinggo. Sistem
Manajemen Integrasi
merupakan sistem yang
terintegrasi berdasarkan
ISO 9001, ISO 14001,
dan
OHSAS 18001.
2 Pengusaha dalam PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10
menerapkan Tahun 2012 Probolinggo telah
SMK3 wajib Pasal 5 ayat menerapkan SMK3
berpedoman pada (1) berdasarkan:
Peraturan
1. UU No. 1 Th 1970
Pemerintah ini
dan ketentuan 2. PP No. 50 Th 2012
peraturan
perundangundang 3. OHSAS 18001:2007
an serta dapat
4. Surat Keputusan
memperhatikan
Direksi PT PJB No.
konvensi atau
128.K/010/DIR/2014
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

standar tentang Penerapan


Internasional Manajemen Risiko Di
Lingkungan PT
Pembangkitan Jawa Bali

3 Penetapan PP No. 50 Sudah mempunyai 10


kebijakan K3 Tahun 2012 kebijakan K3 dan sudah
Pasal (7) disebarluaskan kepada
seluruh karyawan disetiap
area kerja, dibuktikan
dengan adanya papan
kebijakan perusahaan
yang dipasang di berbagai
area kerja

4 Prasarana dan Sarana

a.Organisasi atau PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10


unit yang Tahun 2012 Probolinggo sudah
bertanggung Pasal 10 Ayat membentuk Panitia
jawab di bidang (4) Pembina Keselamatan
K3 dan Kesehatan Kerja
(P2K3)

b.Prosedur PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10


Operasi/Instruksi Tahun 2012 Probolinggo telah
Kerja Pasal 10 Ayat memiliki SOP atau
(4) instruksi kerja pada setiap
kegiatan. Contoh instruksi
kerja di PT. PJB UP
Paiton Probolinggo
diantaranya :

- Instruksi Kerja PJB-


IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang
Pedoman Identifikasi
dan Penilaian
Aspek/Dampak
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3

c. Informasi K3 PP No 50 PT. PJB UP Paiton 9


Tahun 2012 Probolinggo sudah
Pasal 10 ayat menerapkan dan
(4) menyampaikan segala
bentuk Informasi K3 ke
dalam bentuk:

- Rambu

- Poster

- Banner

- Petunjuk Evakuasi

- Kebijakan K3

- Tanda Bahaya

- Papan Informasi

- Dll

Akan tetapi papan


informasi K3 di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo
kurang tersebar di semua
area

d. Pelaporan dan PP No. 50 Setiap Kejadian 10


Pendokumentasia Tahun 2012 Kecelakaan yang terjadi
n Pasal 10 Ayat di PT. PJB UP Paiton
(4) Probolinggo telah dibuat
Laporan Kecelakaan
Kerja dan
didokumentasikan baik
dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy sesuai
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

dengan format yang


tersedia.

e. Instruksi Kerja PP No 50 Dalam pelaksanaan 10


Tahun 2012 kegiatan kerja di PT. PJB
Pasal 10 ayat UP Paiton Probolinggo
(4) sudah terdapat instruksi
kerja dan telah diterapkan
dengan sesuai baik oleh
pegawai maupun pihak
luar yang terlibat dalam
proses kerja.

5 Hasil identifikasi, PP No. 50 - PT. PJB UP Paiton 9


penilaian dan Tahun 2012 Probolinggo telah
pengendalian Pasal 13 Ayat menerapkan metode
risiko (3) d HIRARC dalam
identifikasi, penilaian
dan pengendalian risiko
- Tabel HIRARC yang
telah dibuat oleh PT.
PJB UP Paiton
Probolinggo sudah rinci
pada setiap aktivitas
kerja namun dalam
pelaksanaan
pengendaliannya perlu
lebih dimaksimalkan
6 Membuat PP No. 50 Sudah terdapat petunjuk 10
petunjuk K3 yang Tahun 2012 K3 di seluruh area kerja
harus dipatuhi Pasal 12 Ayat di PT. PJB UP Paiton
oleh seluruh (1) c Probolinggo baik dalam
pekerja/ buruh, bentuk Komunikasi K3
orang lain selain (Rambu, Poster, Banner,
pekerja/ buruh dan Papan Informasi)
yang berada di
perusahaan dan
pihak lain yang
terkait
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

7 Izin Kerja (Work PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10


Permit) Tahun 2012 Probolinggo sudah
Pasal 13 Ayat menerapkan izin kerja
(3) c sebelum melaksanakan
pekerjaan, yang berlaku
bagi semua pelaksana
pekerjaan baik internal
ataupun pihak ke-3
potensi bahaya K3. Jenis
pekerjaan yang
memerlukan izin kerja
antara lain :

- Pekerjaan di
Ketinggian
- Pekerjaan Panas
- Dsb
8 Kegiatan PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10
pelatihan K3 Tahun 2012 Probolinggo telah
Pasal 13 Ayat melakukan Pelatihan,
(3) e Kompetensi dan
Pelatihan K3 dengan
tujuan untuk melatih para
pekerja jika terjadi
keadaan darurat. Contoh
pelatihan K3 yang
dilaksanakan di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo
meliputi:
- Pelatihan Pemadaman
Kebakaran Tingkat Awal

- Pelatihan Tanggap
Darurat

9 Audit dan PP No. 50 PT. PJB UP Paiton 10


Peninjauan Tahun 2012 Probolinggo telah
Pasal 12 Ayat melakukan audit K3 baik
(1) c dengan Audit Internal dan
Eksternal dengan waktu
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

pelaksanaan sebagai
berikut :

1. Audit Internal, Setiap


Semester ( 2x dalam Satu
tahun)

2. Audit Eksternal, 3
Tahun sekali

10 Safety Induction UU RI Safety Induction 10


Nomor 1 dilakukan oleh bidang K3
Tahun 1970 untuk setiap tamu, peserta
Pasal 9 ayat PKL/Kerja Praktik,
(3) tenaga kerja baru, mitra
kerja, pegawai keamanan
yang berada pada
lingkungan kerja PT. PJB
UP Paiton Probolinggo
agar tetap dalam kondisi
aman.

11 Pengendalian OHSAS PT. PJB UP Paiton 10


Operasi 18001: 2007 Probolinggo telah
menerapkan pengendalian
operasi meliputi :

a. APD

b. Izin kerja (work permit)


c. LOTOTO

d. Instruksi Kerja

e. Medical Check Up

12 Pengendalian OHSAS PT. PJB UP Paiton 10


Dokumen 18001: 2007 Probolinggo sudah
menerapkan pengendalian
dokumen dengan baik.
Sehingga distribusi
informasi sudah merata.
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

13 Tanggap Darurat OHSAS PT. PJB UP Paiton 9


18001: 2007 Probolinggo telah
memiliki sistem tanggap
darurat yang baik dengan
menyediakan jalur
evakuasi dan alat keadaan
darurat seperti APAR,
poliklinik, fire alarm,
emergency shower dan
kotak P3K. Akan tetapi
kotak P3K perlu
ditambah di beberapa
tempat dan instruksi
penggunaannya, sehingga
mempermudah dalam
pemakaian. Serta
perbaikan informasi
nomor pada emergency
call.
Total 167

Presentasi Tingkat Pencapaian 98,23%

Sumber : Analisis Penulis, 2020

Keterangan :

1. Nilai
0 : Tidak ada
1-3 : Ada tetapi tidak dijalankan
4-7 : Ada, dijalankan, tetapi tidak konsisten, dan tidak
berkelanjutan 8-10 : Ada, dijalankan, konsisten, dan berkelanjutan
2. Tingkat pencapaian
0-20% : Buruk
20-40% : Kurang
40-60% : Sedang
60-80% : Baik
80-100% : Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh tingkat pencapaian SMK3 di PT.
PJB UP Paiton Probolinggo sebesar 98,23% dan termasuk dalam kategori sangat
baik. Hasil penilaian kualitatif tersebut disesuaikan dengan keberadaan data-data di
perusahaan baik dari data sekunder, secara observasi maupun wawancara yang
dilakukan penulis selama menjalani kerja praktik di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo. Walaupun tingkat pencapaian SMK3 di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo sudah masuk dalam kategori sangat baik, akan tetapi perlu adanya
upaya lebih sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan SMK3.

5.4 Analisis Identifikasi Potensi Bahaya dengan Metode HIRARC


Pada setiap kegiatannya PT. PJB UP Paiton Probolinggo harus
mengidentifikasi faktor bahaya dan risiko yang kemungkinan dialami pekerja.
Proses identifikasi bahaya dan risiko yang di PT. PJB UP Paiton Probolinggo untuk
pekerja rutin dan non rutin dilakukan dengan menggunakan metode Hazard
Identification Risk Asessment and Risk Control (HIRARC). Metode HIRARC
dipilih karena metode ini bersifat preventif/proaktif dalam melakukan pencegahan
kecelakaan kerja dari tiap bahaya yang ditimbulkan sehingga diharapkan efektif
dalam mencegah dan mengendalikan potensi bahaya dan risiko yang ada di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo.

5.4.1 Analisis Tahap Identifikasi Potensi Bahaya dan Analisis Risiko


Sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, PT. PJB UP Paiton
Probolinggo telah menerapkan prosedur identifikasi potensi bahaya pada setiap
kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis bahaya yang terjadi. Beberapa dampak
atau risiko yang dapat terjadi di PT. PJB UP Paiton Probolinggo antara lain terjepit,
terjatuh, terbentur, gangguan pernafasan, gangguan otot, gangguan posisi tubuh,
luka bakar, dan lain-lain. Potensi bahaya yang terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor manusia, seperti kurang waspada, kurang berhati-hati, ceroboh
dan kurang paham akan aspek K3 yang telah ditetapkan pada instruksi kerja.

5.4.2 Analisis Tahan Penilaian Risiko


Tahap penilaian risiko dilakukan sebagai bentuk penilaian terhadap semua
faktor yang menimbulkan bahaya pada suatu pekerjaan. Tahap penilaian seriko
dilakukan dengan mempertimbangkan segala risiko terburuk yang dapat terjadi,
seperti risiko meninggal dunia, cidera, serta dampak lingkungan dan aset yang
ditanggung oleh pekerja dan perusahaan. Tingkat nilai keparahan yang terjadi dari
sebuah kecelakaan telah tercangtum dalam Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan
dan Bahaya Risiko K3. Pada tahap penilaian risiko di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo terdiri dari 5 tingkatan nilai, dengan nilai keparahan yang
menyebabkan Dampak Lingkungan (DL), Sanksi Lingkungan (SL), Cidera
Manusia (CM), dan Aset (AS). Tahap penilaian risiko ini diharapkan dapat
diperoleh kemungkinan yang relevan antara aktifitas bekerja dan potensi bahaya
yang dihasilkan, sehingga dapat memudahkan dalan penetapan upaya dan
pengendalian risiko yang dilakukan.

Setiap dampak lingkungan dan risiko K3 akan dinilai tingkat keparahannya


bila dampak dan risiko tersebut benar-benar terjadi dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:

1. Dampak Lingkuhgan (DL) adalah waktu recovery atau perbaikan yang


dilakukan terkait luasnya dampak lingkungan yang ditimbulkan.
2. Sanksi Lingkungan (SL) adalah seberapa besar sanksi yang diberikan oleh
KLHK sebagai akibat dari dampak yang timbul.
3. Cedera Manusia (CM) adalah seberapa parah cedera atau luka yang terjadi
pada manusia.
4. Aset (AS) adalah seberapa parah kerusakan properti/ barang atau berapa
besarnya nilai kerugian yang terjadi.

Nilai Keparahan (S) adalaah S = nilai MAX (DL;SL;CM;AS)

Analisis tahap penilaikan risiko/nilai keparahan akan dijelaskan secara rinci dalam
tabel berikut :
Tabel 5.4 Kriteria Nilai Keparahan

Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)


Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

1 Terjadi Berita acara Tidak ada Kerusakan aset


pencemaran pembinaan korban luka ringan, biaya
lingkungan namun kinerja atau cidera perbaikan
masih ambang lingkungan dari tidak
batas KLH dan Dinas Lngkungan signifikan serta
dampak terhadap Hidup atau dari Kerusakan
lingkungan dapat KLHK critical asset
segera diatasi hanya
membutuhkan
perbaikan
minor, atau
beberapa hari

2 Terjadi Berita acara Korban luka Kerusakan aset


pencemaran Pembinaan ringan ringan, perlu
lingkungan namun Direktorat perbaikan,
masih dalam Penegakkan biaya
ambang batas KLH Hukum KLHK perbaikan
dan dampak dengan sanksi kurang dari
terhadap administrasi sama dengan
lingkungan dapat 10% nilai aset
segera diatasi < 1 serta
bulan Kerusakan
critical asset
membutuhkan
Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)
Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

perbaikan 1
bulan

3 Terjadi Berita acara Korban luka Kerusakan aset


pencemaran Pengawasan berat atau sedang, perlu
lingkungan diluar Direktorat berdampak perbaikan,
ambang batas KLH Penegakkan pada niaya
dan dampak Hukum KLHK kesehatan perbaikan
terhadap dengan peringatan lebih dar 10%
lingkungan dapat dan sanksi sampai dengan
diatasi (>1 bulan) administrasi 25% nilai asset
paksaan serta
pemerintah Kerusakan
critical asset
membutuhkan
perbaikan
hingga 3 bulan

4 Terjadi Berita acara Korban cacat Aset rusak


pencemaran Pengawasan permanen berat (perlu
lingkungan diluar Direktorat atau penyakit perbaikan),
ambang batas KLH Penegakkan akibat kerja biaya
dan dampak Hukum KLHK perbaikan
lingkungan bersifat dengan delik lebih dari 25%
permanen, tidak pidana dan denda nilai aset serta
dapat segera diatasi pencemaran Kerusakan
lingkungan critical asset
membutuhkan
3-6 bulan
Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)
Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

5 Terjadi Berita acara Korban jiwa Aset rusak


pencemaran Pengawasan atau berat ( tidak
lingkungan diluar Direktorat meninggal dapat
ambang batas KLH Penegakkan (fatality) digunakan
dan dampak Hukum KLHK lagi) serta
lingkungan bersifat dan Kepolisian RI Kerusakan
permanen, tidak untuk penutupan critical asset
dapat segera diatasi lokasi operasi dan membutuhkan
usaha serta pidana perbaikan > 6
bagi penanggung bulan, atau
jawab usaha penggantian

Note : Luka Ringan = luka yang penanganannya tidak lebih dari 1x24 jam

Luka Berat = luka yang penanganannya lebih dari 1x24 jam

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Di PT. PJB UP Paiton Probolinggo tingkat kemungkinan dari suatu potensi


bahaya mampu berakibat kecelakaan kerja dikelompokkan menjadi lima faktor
kemungkinan yaitu 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat
Besar dengan bobot kuantitatif 0-100% dimana 100% adalah kemungkinan terbesar
dari suatu potensi bahaya yang dapat terjadi dari suatu pekerjaan atau dengan kata
lain, semakin besar nilai maka semakin besar kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di area kerja tersebut. Berikut merupakan tabel penjelasan mengenai
penentuan tingkat kemungkinan pada suatu analisis potensi bahaya.
Tabel 5.5 Kriteria Nilai Kemungkinan

Rating Kualitatif
Kuantitatif
Kategori Deskripsi Frekuensi Probabilitas

1 Sangat Hampir dapat Tidak pernah <10%


Kecil dipastikan tidak akan terjadi dalam
terjadi rentang waktu 5
tahun

2 Kecil Kemungkinan kecil Tidak pernah 10% - 30%


akan terjadi terjadi dalam
rentan waktu
antara 2 dan 4
tahun

3 Sedang Kemungkinan sama Terjadi 1 kali >30% -


antara akan terjadi dalam rentang <70%
dan tidak terjadi waktu 1 tahun
terakhir

4 Besar Kemungkinan besar Terjadi 2 sampai 70% - 90%


akan terjadi 12 kali dalam
rentang waktu 1
tahun

5 Sangat Hampir dapat Terjadi > 12 kali >90%


Besar dipastikan akan dalam rentang
terjadi waktu satu tahun

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Terhadap semua aspek dan bahaya LK3 dilakukan penetapan tingkat risiko
dengan mempertimbangkan factor pengendalian yang ada saat ini (Faktor Earty
Control Management atau Faktor ECM).
Tingkat Risiko Awal = Nilai Kemungkinan (P) x Nilai Keparahan (S)

Tingkat Risiko = Tingkat Risiko Awal x Nilai Faktor ECM

Nilai ECM terdapat dari Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-12.6.4.1.3


tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3. Besarnya nilai ECM merupakan ketetapan yang harus
digunakan untuk seluruh unit di PT. Pembangkitan Jawa-Bali.

Tabel 5. 6 Tabel Kriteria Faktor ECM

Faktor ECM Pengendalian

0,3 Seluruh pengendalian relevan, diterapkan dan secara


sistematis berjalan untuk Enjiniring, Administratif, APD, dan
Spill Kit.

0,6 Seluruh pengendalian diterapkan, namun pengendalian lebih


lanjut diperlukan untuk Enjiniring, Administratif, APD, dan
Spill Kit.

0,9 Beberapa pengendalian seperti Enjiniring, Administratif,


APD, dan Spill Kit tersedia, namun tidak cukup atau tidak
relevan untuk mengurangi risiko

1 Tidak ada pengendalian dalam aktifitas

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Di PT. PJB UP Paiton Probolinggo penentuan matriks penilaian risiko LK3


diperoleh dengan cara mengalikan hasil kategori tingkat kemungkinan dengan
kategori tingkat dampak. Misalnya pada suatu analisis potensi bahaya dan risiko di
dapatkan nilai kemungkinan 3 (Sedang) dan tingkat dampaknya 2 (Minor) maka
diperoleh tingkat penilaiain risiko yaitu Moderat. Matriks risiko LK3 dapat
dijelaskan pada tabel 5.7 berikut :
Tabel 5. 7 Matriks Risiko LK3

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Dari matriks penilaian risiko LK3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo maka
didapatkan 4 kategori risiko yaitu dari Tingkat I (Rendah), Tingkat II (Moderat),
Tingkat III (Tinggi), dan Tingkat IV (Ekstrim) dan diperoleh tindakan yang harus
dilakukan dalam penanganan masing-masing tingkatan risiko tersebut yang
dijabarkan pada table dibawah ini.

Tabel 5.8 Kategori Risiko dan Tindakan Yang Dibutuhkan

Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang


Risiko Risiko Dibutuhkan

Risiko < 5 dengan I Rendah Tidak diperlukan tindakan


dampak ≤ 3
Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang
Risiko Risiko Dibutuhkan

- Risiko : 5 ≤ x II Moderat Tidak diperlukan tindakan


< 10 dampak < tambahan, memerlukan pemantauan
3 (patrol) untuk memastikan
- Risiko < 9 pengendalian yang ada dipelihara.
dengan
dampak = 3
- Risiko = 10 III Tinggi Harus melakukan tindakan untuk
dengan menurunkan tingkat risiko,
dampak = 2 pengukuran pengurangan risiko
- Risiko ≥ 9 harus diterapkan dalam periode
dengan waktu tertentu ( 6 bulan)
dampak = 3
- Risiko < 20
dengan
dampak 4
- Risiko ≥ 10 IV Ekstrim Pekerjaan sebaiknya tidak dilakukan
dengan sampai tingkat risiko diturunkan.
dampak = 5 Penggunaan sumberdaya dapat
- Risiko ≥ 20 dipertimbangkan untuk
dengan dialokasikan dalam menurunkan
dampak = 4 risiko. Bila risiko
melibatkan pekerjaan yang sedang
berlangsung, perlu diambil tindakan
segera. Jika risiko tidak
mungkin diturunkan sekalipun
dengan sumberdaya yang tidak
terbatas, pekerjaan dihentikan
dan tidak boleh dilakukan (dalam
waktu 7 hari, minimum
Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang
Risiko Risiko Dibutuhkan

pengendalian administratif harus


dilakukan).

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

5.4.3 Analisis Tahap Pengendalian Risiko


Analis tahap pengendalian risiko dilakukan dengan memberikan usulan
mengenai pengendalian risiko yang sesuai dengan bahaya yang ada. Usulan yang
diberikan mengacu pada hierarki pengendalian risiko dari jenis pengendalian risiko
LK3 dan kriteria penilaian faktor ECM. Hierarki pengendalian risiko dari mulai
tingkat yang paling besar hingga tingkat yang paling kecil secara berurutan terdiri
dari eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pengendalian administratif, penggunaan
alat pelindung diri dan Spill Kit sesuai dengan Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi
dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 di PT. PJB UP
Paiton Probolinggo.

Penyusunan HIRARC dilakukan oleh setiap bidang di PT.PJB UP Paiton


Probolinggo dengan berdasarkan ketentuan Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi
dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 yang telah
diberikan oleh bidang K3. Data pada setiap bidang tersebut kemudian diolah
kembali oleh bidang K3 sehingga PT. PJB UP Paiton mengetahui berbagai bahaya
serta risiko yang dapat timbul dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Data
HIRARC seluruh kegiatan pada 15 bidang di PT.PJB UP Paiton terdapat pada
lampiran. Dari data yang diperoleh dari 15 bidang tersebut terdapat 21 pekerjaan
yang mempunyai tingkat risiko tinggi sehingga memerlukan dilakukannya mitigasi
risiko agar menurunkan risiko terjadinya kecelakaan. Pekerjaan tersebut
dilaksanakan oleh 9 bidang antara lain Enjinering, Lingkungan, MMK, MRK,
Umum & CSR, Gudang, Rendalhar, Kimia & Lab, dan Tech.Owner yang dapat
dilihat pada tabel 5.10.

Contoh pengendalian risiko PT. PJB UP Paiton Probolinggo yang dilakukan


pada bidang Kimia dan Lab yang mempunyai jumlah kegiatan berisiko paling
banyak
yaitu 4 kegiatan. Contoh kegiatan yang dianalisis yaitu pada aktivitas “Analisa Air”
dengan melakukan kegiatan pengambilan air sampel yang memiliki risiko terjepit,
terjatuh, dan terbentur hal ini disebabkan oleh letak pengambilan sampel yang sulit
terjangkau. Kegiatan tersebut mempunyai data :

Tingkat kemungkinan (P) = 5 (Sangat Besar)

Tingkat Keparahan (S) (nilai MAX) = 3 (Medium) / Cidera Manusia (CM)

Tingkat Risiko Awal (PxS) = 5 x 3 = 15

Sehingga dari matriks risiko LK3 dan tabel kategori risiko didapatkan bahwa
kegiatan pengambilan sampel tersebut memiliki tingkat kategori risiko III (Tinggi).
Dari kegiatan pengambilan air sampel dapat dilakukan pengendalian risiko dengan
Faktor ECM nilai 0,6 (Seluruh pengendalian diterapkan, namun pengendalian
lebih lanjut diperlukan untuk Enjiniring, Administratif, APD dan Spill kit).
Pengendalian risiko dilakukan dengan Engineering Control yaitu dengan
memodifikasi line sampel sehingga dapat menurunkan tingkat risiko yang tinggi
menjadi rendah. Contoh table HIRARC bidang kimia yang dianalisis dapat dilihat
pada tabel 5.9.
Tabel 5. 9 Identifikasi Bahaya dan Risiko Bidang Kimia dan Lab PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No. 12.6.4.1
Unit : :
Dokumen .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/
: Tgl. Terbit : Januari
Lokasi
2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek-
Aktifitas, Tingkat :
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian 3. Engineering
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

1 Analisa Air Pengambilan 1. UU


Sampel No.1/1970 ttg
K3 2. Kep Pembuat
Men Tenaga an
Getaran saat Kerja RI No Terkena HAVS Pengukuran rambu-
pengambilan Kep- (Human Hand- Lingkungan 4. Administratif rambu
K3 R 3 1 2 4 1 4 12 Penting 1 12 III PK
sampel di unit 51/Men/1999 Arm Vibration Kerja, APD 5. APD himbauan
PLTU ttg Nilai Syndrome) Wajib , APD
Ambang Khusus
Batas Faktor getaran
Fisika di
Tempat Kerja

V-42
No. 12.6.4.1
Unit : :
Dokumen .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/
: Tgl. Terbit : Januari
Lokasi
2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

1. UU
No.1/1970 ttg
K3 2. Kep
Suara/ Men Tenaga
kebisingan Kerja RI No Gangguan
saat Kep- pendengara APD Wajib,
K3 R 5 1 2 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
pengambilan 51/Men/1999 n akibat earplug
sampel di unit ttg Nilai kebisingan
PLTU Ambang
Batas Faktor
Fisika di
Tempat Kerja
Panas/
Luka bakar
temperatur APD Wajib,
UU No.1/1970 akibat panas/
K3 R tinggi saat 5 1 2 3 1 3 15 Penting sarung tangan 0.3 5 II
ttg K3 temperatur
pengambilan dan majun
tinggi,
sampel
dehidrasi
No. 12.6.4.1
Unit : :
Dokumen .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/
: Tgl. Terbit : Januari
Lokasi
2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Permenaker Gangguan
Paparan Debu APD Wajib,
K3 R No 13 Tahun pada sistem 5 2 2 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
Batubara masker
2011 pernapasan

APD Wajib,
masker,
goggle, sarung Sosialisas
Sampel air unit tangan karet i IK
Permen 5 Gangguan
K3 R dan bahan 5 2 2 4 2 4 20 Penting IK 0.6 12 III 4. Administratif PK kepada
tahun 2018 kesehatan
kimia di unit pengambilan kariyawan
sampel lab
IK pengisian
bahan kimia
No. 12.6.4.1
Unit : :
Dokumen .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/
: Tgl. Terbit : Januari
Lokasi
2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

PP No 101
Sampel air unit Tahun 2014 IK
Pencemaran
L N dan bahan tentang 5 3 3 1 1 3 15 Penting pengendalian 0.3 5 II
lingkungan
kimia di unit Pengelolaa bahan kimia
n LB 3
Potensi luka /
Tersandung /
UU No.1/1970 keseleo/
K3 R terpeleset / 5 1 1 3 1 3 15 Penting APD Wajib 0.3 5 II
ttg K3 patah tulang
terjatuh
akibat
tersandung
Letak
pengambilan Terjepit, Modifikasi
UU No.1/1970 3. Engineering
K3 R sampel yang terjatuh, 5 1 1 3 1 3 15 Penting APD Wajib 0.6 9 III PK line
ttg K3 Control
sulit terbentur sampel
terjangkau
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

PP No 101
Tahun 2014 Tempat
Pencemaran
L N Limbah majun tentang 5 1 3 2 1 3 15 Penting penampunga 0.3 5 II
tanah
Pengelolaa n linbah B3
n LB 3
Analisa UU No.1/1970
Sampel Air Tersengat ttg Isolasi
K3 R Cidera 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
Arus listrik Keselamatan peralatan
kerja
Penggunaan
jas lab,
Sosialisas
Penggunaan masker,
i IK
bahan-bahan Permen 5 Gangguan goggle, sarung
K3 R 5 2 2 4 2 4 20 Penting 0.6 12 III 4. Administratif PK kepada
kimia tahun 2018 kesehatan tangan karet,
kariyawan
berbahaya MSDS, lemari
lab
asam, IK
analsia
sampel
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

PP No 101 IK
Penggunaan Tahun 2014 pengendalian
bahan-bahan tentang Pencemaran bahan kimia,
L N Pengelolaa 3 3 3 1 1 3 9 Penting 0.6 6 II
kimia lingkungan rambu-rambu
berbahaya n LB 3 bahan kimia,
5S
Terpapar
Sarung tangan
panas dari UU No.1/1970
K3 R Luka bakar 5 1 1 3 1 3 15 Penting tahan panas, 0.3 5 II
sampel/perala ttg K3
jas lab
t an

Tersandung / Potensi luka /


UU No.1/1970 APD Wajib ,
K3 R terpeleset / keseleo/ 5 1 1 2 1 2 10 Penting 0.3 3 I
ttg K3 5S
terjatuh patah tulang
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Penamba
han
exhaust
fan dan
minimalisi
Akumulasi Permenaker Gangguan
Masker, 3. Engineering r akses
K3 R debu batubara No 13 Tahun pada sistem 5 1 1 3 3 3 15 Penting 0.6 9 III PK orang
exhaust fan Control
dari luar 2011 pernapasan bukan
karyawan
lab ke
laboratori
um
Terkena
pecahan UU No.1/1970
K3 R Cedera 5 2 2 2 1 2 10 Penting Safety shoes 0.3 3 I
peralatan ttg K3
kimia dari kaca
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Limbah
PP No 101 IK Sosialisas
analisa
Tahun 2014 pengendalian i IK
(reagen Pencemaran
L N tentang 5 3 3 1 1 3 15 Penting bahan kimia, 0.6 9 III 4. Administratif PK kepada
kimia, tisu, lingkungan
Pengelolaa rambu-rambu kariyawan
majun, wadah
n LB 3 bahan kimia lab
bahan kimia)
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

2 Analisa Pengambilan 1. UU
Batubara Sampel No.1/1970 ttg
dan Gas K3 2. Kep Pembuat
Men Tenaga an
Getaran saat Kerja RI No Terkena HAVS rambu-
pengambilan Kep- (Human Hand- 4. Administratif rambu
K3 R 3 1 2 4 1 4 12 Penting APD Wajib 1 12 III PK himbauan
sampel di unit 51/Men/1999 Arm Vibration 5. APD
PLTU ttg Nilai Syndrome) , APD
Ambang Khusus
Batas Faktor getaran
Fisika di
Tempat Kerja
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

1. UU
No.1/1970 ttg
K3 2. Kep
Suara/ Men Tenaga
kebisingan Kerja RI No Gangguan
saat Kep- pendengara APD Wajib,
K3 R 5 1 2 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
pengambilan 51/Men/1999 n akibat earplug
sampel di unit ttg Nilai kebisingan
PLTU Ambang
Batas Faktor
Fisika di
Tempat Kerja
Panas/
Luka bakar
temperatur APD Wajib,
UU No.1/1970 akibat panas/
K3 R tinggi saat 5 1 2 3 1 3 15 Penting sarung 0.3 5 II
ttg K3 temperatur
pengambilan tangan dan
tinggi,
sampel majun
dehidrasi
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Permenaker Gangguan APD Wajib,


K3 R No 13 Tahun pada sistem 5 2 2 3 1 3 15 Penting masker ber- 0.3 5 II
2011 pernapasan catridge
Debu
Batubara PP No 101
Tahun 2014
Pencemaran
L N tentang 5 3 3 1 1 3 15 Penting - 0.3 5 II
lingkungan
Pengelolaa
n
LB 3
Potensi luka /
Tersandung /
UU No.1/1970 keseleo/
K3 R terpeleset / 5 1 1 3 1 3 15 Penting APD Wajib 0.3 5 II
ttg K3 patah tulang
terjatuh
akibat
tersandung
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Letak
pengambila Terjepit, APD Wajib,
UU No.1/1970
K3 R n sampel terjatuh, 5 1 1 3 1 3 15 Penting Modifikasi alat 0.3 5 II
ttg K3
yang sulit terbentur sampling
terjangkau
Permenaker
Tersandung,
K3 R No 13 Tahun 5 2 2 3 2 3 15 Penting APD Wajib 0.3 5 II
terpleset
Ceceran 2011
sampel PP No 101 IK
batubara di Tahun 2014 pengendalian
Pencemaran
L N lantai tentang 5 3 3 1 1 3 15 Penting bahan kimia, 0.3 5 II
lingkungan
Pengelolaa rambu-rambu
n LB3 peringatan
PP No 101
Tahun 2014 Tempat
Pencemaran
L N Limbah majun tentang 5 1 3 2 1 3 15 Penting penampunga 0.3 5 II
tanah
Pengelolaan n linbah B3
LB3
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Preparasi UU No.1/1970
dan Analisa Tersengat ttg Isolasi
Sampel K3 R Cidera 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
Arus listrik Keselamatan peralatan
Batubara kerja
IK
Pengoperasian
Terjepit UU No.1/1970
K3 R Cidera 5 1 1 3 1 3 15 Penting Peralatan, 0.3 5 II
Peralatan ttg K3
Sarung
Tangan
Sarung tangan
Terpapar tahan panas,
panas dari UU No.1/1970 jas lab, IK
K3 R Luka bakar 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
sampel/perala ttg K3 pengoperasia
t an n alat dan
analisa
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Penggunaan
Permenaker Gangguan jas lab,
K3 R No 13 Tahun pada sistem 5 2 2 3 1 3 15 Penting masker ber- 0.3 5 II
2011 pernapasan catridge,
Debu goggle,
Batubara rambu- rambu
PP No 101
Tahun 2014 IK
Pencemaran
L N tentang 5 3 3 1 1 3 15 Penting pengendalian 0.3 5 II
lingkungan
Pengelolaan bahan kimia
LB 3
Penggunaan
Gas sisa jas lab,
Permenaker Gangguan
pembakaran masker ber-
K3 R No 13 Tahun pada sistem 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
hasil analisa catridge,
2011 pernapasan
batubara goggle,
rambu- rambu,
exhaust fan
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

PP No 101
Tahun 2014
Pencemaran
L N tentang 5 2 2 1 1 2 10 Penting exhaust fan 0.3 3 I
lingkungan
Pengelolaa
n LB 3
PP No 101
Tahun 2014
Limbah Pencemaran Dikembalikan
L N tentang 5 2 2 1 1 2 10 Penting 0.3 3 I
batubara lingkungan ke stock pile
Pengelolaa
n
LB 3
PP No 101
Tahun 2014 Tempat
Limbah majun Pencemaran
L N tentang 5 2 2 1 1 2 10 Penting penampunga 0.3 3 I
dan tisu lingkungan
Pengelolaa n linbah B3
n LB 3
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Gerakan yang
sama dan UU No.1/1970 Salah Urat
K3 R 5 1 1 2 1 2 10 Penting Perenggangan 0.3 3 I
berulang ulang ttg K3 (terkilir, kram)
(ergonomi)
3 Analisa Pengambilan 1. UU
Minyak Sampel No.1/1970 ttg
K3 2. Kep Pembuat
Men Tenaga an
Getaran saat Kerja RI No Terkena HAVS Pengukuran rambu-
pengambilan Kep- (Human Hand- Lingkungan 4. Administratif rambu
K3 R 3 1 2 4 1 4 12 Penting 0.3 4 III PK himbauan
sampel di unit 51/Men/1999 Arm Vibration Kerja, APD 5. APD
PLTU ttg Nilai Syndrome) Wajib , APD
Ambang Khusus
Batas Faktor getaran
Fisika di
Tempat Kerja
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

1. UU
No.1/1970 ttg
K3 2. Kep
Suara/ Men Tenaga
kebisingan Kerja RI No Gangguan
saat Kep- pendengara APD Wajib,
K3 R 4 1 1 3 1 3 12 Penting 0.3 4 I
pengambilan 51/Men/1999 n akibat earplug
sampel di unit ttg Nilai kebisingan
PLTU Ambang
Batas Faktor
Fisika di
Tempat Kerja
Panas/
temperatur Luka bakar
APD Wajib,
tinggi saat UU No.1/1970 akibat panas/
K3 R 4 1 1 3 1 3 12 Penting sarung 0.3 4 I
pengambila ttg K3 temperatur
tangan dan
n sampel di tinggi,
PLTU majun
dehidrasi
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Potensi luka /
Tersandung /
UU No.1/1970 keseleo/ patah
K3 R terpeleset / 5 1 1 3 1 3 15 Penting APD Wajib 0.3 5 I
ttg K3 tulang akibat
terjatuh
tersandung

Permenaker
K3 R No 13 Tahun Terpeleset 3 2 2 3 1 3 9 Penting APD Wajib 0.3 3 I
2011
Ceceran oli PP No 101
Tahun 2014 IK
Pencemaran
L N tentang 3 2 2 1 2 2 6 Penting pengendalian 0.3 2 I
lingkungan
Pengelolaa bahan kimia
n LB 3
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Letak
pengambila Terjepit, APD Wajib,
UU No.1/1970
K3 R n sampel terjatuh, 5 1 1 3 1 3 15 Penting Modifikasi alat 0.3 5 II
ttg K3
yang sulit terbentur sampling
terjangkau
PP No 101
Tahun 2014 Tempat
Pencemaran
L N Limbah majun tentang 5 1 3 2 1 3 15 Penting penampunga 0.3 5 II
tanah
Pengelolaan n linbah B3
LB3
Analisa UU No.1/1970
Sampel Tersengat ttg Isolasi
Minyak K3 R Cidera 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
Arus listrik Keselamatan peralatan
kerja
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Terpapar
Sarung tangan
panas dari UU No.1/1970
K3 R Luka bakar 5 1 1 3 1 3 15 Penting tahan panas, 0.3 5 II
sampel/perala ttg K3
jas lab
t an

Tersandung / Potensi luka /


UU No.1/1970
K3 R terpeleset / keseleo/ 5 1 1 2 1 2 10 Penting APD Wajib 0.3 3 I
ttg K3
terjatuh patah tulang

IK
Sampel
UU No.1/1970 Luka bakar, Pengoperasian
K3 R minyak 5 1 1 3 3 3 15 Penting 0.3 5 II
ttg K3 kebakaran Peralatan,
mudah
rambu-rambu
terbakar
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Penggunaan
jas lab,
Sosialisas
masker,
Permenaker i IK
Gangguan goggle, sarung
K3 R No 13 Tahun 5 2 2 4 2 4 20 Penting 0.6 12 III 4. Administratif PK kepada
kesehatan tangan karet,
Penggunaan 2011 kariyawan
MSDS, lemari
reagen bahan lab
asam, IK
kimia analsia
berbahaya sampel
PP No 101 IK
Tahun 2014 pengendalian
Pencemaran
L N tentang 5 3 3 1 3 3 15 Penting bahan kimia, 0.3 5 II
lingkungan
Pengelolaa rambu-rambu
n LB 3 bahan kimia
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

PP No 101 IK
Tahun 2014 pengendalian
Limbah tentang Pencemaran bahan kimia,
L N Pengelolaan 5 2 2 1 2 2 10 Penting 0.3 3 I
Minyak lingkungan tempat
LB 3 penampunga
n limbah B3
PP No 101
Tahun 2014 Tempat
Pencemaran
L N Limbah majun tentang 5 1 3 2 1 3 15 Penting penampunga 0.3 5 II
tanah
Pengelolaan n linbah B3
LB3
4 Pekerjaan Administrasi Kepmenaker
Dalam 75/ 2002 ttg
Penggunaan Cidera Isolasi
Ruangan K3 R Pember- 5 1 1 3 2 3 15 Penting 0.3 5 II
Listrik tersengat listrik peralatan
lakuan PUIL
2000
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

UU 30/2007 Pengurangan Sosialisasi


L N 5 2 2 1 2 2 10 Penting 0.3 3 I
ttg Energi SDA Hemat Energi

KepMen LH
Limbah Freon Pemanasan
L N Nomor 122 5 2 2 1 1 2 10 Penting Non Freon 0.3 3 I
(AC) Global
Tahun 2004

Kepmenaker
Radiasi 51/ 1999 ttg
Gangguan Screen
K3 R Monitor NAB Faktor 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
kesehatan Monitor
Komputer Fisika di
Tempat Kerja
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Kepmenaker
51/1999 ttg
Ruangan Gangguan Pengaturan
K3 R NAB Faktor 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
dingin kesehatan AC
Fisika di
Tempat Kerja
PP No 101
Limbah B3
Tahun 2014
(baterai, Pencemaran
L N tentang 5 3 2 1 1 3 15 Penting Monitoring 0.3 5 II
catridge lingkungan
Pengelolaa
tinta printer)
n
LB 3
UU
No.18/2009
Limbah Padat Pencemaran
L N ttg 5 2 2 1 1 2 10 Penting Monitoring 0.3 3 I
Non B3 lingkungan
Pengelolaa
n Sampah
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Permenaker
07/ 1964 ttg
Duduk terlalu Syarat Kes, Gangguan Jam istirahat
K3 R 5 1 1 2 1 2 10 Penting 0.3 3 I
lama Keber, kesehatan yg cukup
Pener. dlm
tmp.
Kerja
Permenaker
07/ 1964 ttg
Sarana kerja
Syarat Kes, Gangguan design
K3 R tidak 5 1 1 3 1 3 15 Penting 0.3 5 II
Keber, kesehatan ergonomis
ergonomis
Pener. dlm
tmp.
Kerja

Stres UU No.1/1970 Gangguan


K3 R 5 1 1 2 1 2 10 Penting Liburan 0.3 3 I
fisik/mental ttg K3 kesehatan
No. 12.6.4.1
Unit : Dokumen : .3.1

Divisi/
Bidang/ : No. Revisi : 3
Aktivitas
TABEL IDENTIFIKASI ASPEK/ BAHAYA DAN EVALUASI DAMPAK/ RISIKO LINGKUNGAN DAN K3
07
Area/ : Tgl. Terbit : Januari
Lokasi 2019
Penang
gungjawa : Halaman : -
b
Pengendalian Respon
Identifikasi Aspek Lingkungan-Bahaya K3 Penilaian Dampak Lingkungan-Risiko K3
Resiko Manajemen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11=9x10 12 13 14 15=11x14 16 17 18
:
1. Eliminasi PK Program
Kerja
:
2. Substitusi P Prosedur
Sub dari Keparahan
Aktifitas, Potensi/ Potensi/ (S) Aspek- :
Aktifitas, Tingkat 3. Engineering
Peralatan, Aktual Aspek Peraturan Aktual Bahaya Pengendalian
Peralatan, Kondisi Kemungkinan (P) Risiko Faktor Tingkat Kategori IK Instruksi
NO Lingkungan K3/L Lingkungan- Perundangan Dampak (Penting/ Yang Ada Control
Lingkungan (R,NR,N,AN,E) Awal ECM Risiko Risiko Kerja
Kerja, Bahaya K3 Terkait Lingkungan - Tidak Saat Ini (ECM)
Kerja, (PxS)
Proses Risiko K3 Penting) 4. Administratif
Proses

DL SL CM AS MAX 5. APD

Catatan: Disahkan Oleh, Diperiksa Oleh, Dibuat Oleh,


Kondisi: R (Rutin); NR (Non rutin); N (Normal); AN (Abnormal); E (Emergency)

Keparahan: DL (Dampak Lingkungan); SL (Sanksi Lingkungan) CM (Cedera Manusia); AS (Aset); MAX (Maximum)

Ketegori Risiko: I = Rendah; II = Moderat; III = Tinggi; IV = Ekstrim

Anggoro Hari Novianto Priyo Purnomo Dian Eka Fajriyanto


Manajer Operasi SPVS Kimia dan Lab Staf Kimia dan Lab

Tanggal: 27 Desember 2019 Tanggal: 27 Desember 2019 Tanggal: 27 Desember 2019

Sumber: Dokumen Bidang K3, 2020


Tabel 5. 10 Identifikasi Bahaya dan Risiko Tinggi PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
Identifikasi dan APD
Hampir dapat Penormalan
Pengambilan Data Gangguan Debu Korban cacat Korban cacat Khusus
1 Enjinering dipastikan Tinggi Tinggi Dust Rendah
di Lapangan di Area Pernafasan Batubara permanen permanen (Masker
terjadi Suppresion
Turbin dan Auxiliary N95)
Terjadi Terjadi
Pencemaran Pencemaran
Lingkungan di Lingkungan di
luar ambang luar ambang
Pemantauan Kualitas
batas KLH Hampir dapat batas KLH
Lingkungan Pengurangan Penggunaan Efisiensi
2 Lingkungan dan dampak dipastikan dan dampak Tinggi Himbauan Tinggi Rendah
( Sampling Udara SDA Energi Energi
lingkungan terjadi lingkungan
Ambien)
bersifat bersifat
permanen, permanen,
tidak dapat tidak dapat
diatasi diatasi
Terjadi Terjadi
Pencemaran Pencemaran
Efisiensi
Pengolahan Limbah Lingkungan di Hampir dapat Lingkungan di
Pengurangan Penyiraman dan
3 B3 (Pengoperasian luar ambang dipastikan luar ambang Tinggi Himbauan Tinggi Rendah
SDA dengan Air Konservas
Ash diposal) batas KLH terjadi batas KLH
i Air
dan dampak dan dampak
lingkungan lingkungan
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
bersifat bersifat
permanen, permanen,
tidak dapat tidak dapat
diatasi diatasi

Terjadi Terjadi
Pencemaran Pencemaran
Lingkungan di Lingkungan di
luar ambang luar ambang
batas KLH Hampir dapat batas KLH
Kegiatan 5S di Pengurangan Pemakaian 3R Limbah
4 dan dampak dipastikan dan dampak Tinggi Himbauan Tinggi Rendah
Dalam Gedung SDA Kertas Non B3
lingkungan terjadi lingkungan
bersifat bersifat
permanen, permanen,
tidak dapat tidak dapat
diatasi diatasi
Terjadi Terjadi
Pencemaran Pencemaran
Lingkungan di Lingkungan di
Hampir dapat Penggantian
Kegiatan 5S di Penipisan Penggunaan luar ambang luar ambang
5 dipastikan Tinggi Himbauan Tinggi Jenis Rendah
Dalam Gedung Ozon Pendingin batas KLH batas KLH
terjadi Pendingin
dan dampak dan dampak
lingkungan lingkungan
bersifat bersifat
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
permanen, permanen,
tidak dapat tidak dapat
diatasi diatasi

Kemungkina
Korban luka Korban luka
n sama antara
Pendampingan Audit Gangguan Debu berat, berat,
6 MMK akan terjadi Tinggi Tinggi Rendah
Internal/Eksternal Pernafasan Batubara berdampak berdampak
dan tidak
pada pada
terjadi Masker N95
kesehatan kesehatan
Pengelolaan
Kemungkina
perijinan, sertifikat Korban luka Korban luka
Kursi yang n sama antara Penggantian
dan kontrak Gangguan berat, berat, Pengukuran
7 MRK Tidak akan terjadi Tinggi Tinggi Kursi yang Rendah
kepatuhan di Otot berdampak berdampak Lingker
Ergonomis dan tidak Tidak
Pengoperasian web pada pada
terjadi Layak
SISMINDOKUM kesehatan kesehatan
Kemungkina
Pendampingan Audit Korban luka Korban luka
n sama antara Normalisasi
Internal/Eksternal Gangguan Debu berat, berat,
8 akan terjadi Tinggi Masker N95 Tinggi Dust Rendah
(Site Visit dengan Pernafasan Batubara berdampak berdampak
dan tidak Suppretion
Auditor) pada pada
terjadi
kesehatan kesehatan
Adminisrasi Kursi yang kemungkinan Pengukuran Penggantian
Gangguan Korban luka Korban luka
9 Umum&CSR (Pertanggungjawaba Tidak besar akan Tinggi Lingkunga Tinggi Kursi yang Rendah
Posisi Tubuh berat, berat,
n Ergonomis terjadi n Tidak Layak
persekot dinas) Kerja
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
berdampak berdampak
pada kesehatan pada kesehatan

Korban Korban
Adminisrasi kemungkinan
Gangguan Radiasi luka berat, luka berat, Penambahan
10 (Pertanggungjawaba besar akan Tinggi - Tinggi Rendah
Kesehatan Komputer berdampak berdampak Screenguard
n persekot dinas) terjadi
pada kesehatan pada kesehatan
Pekerjaan di Gudang Korban Korban Penambahan
Hampir dapat
Material Mengganggu luka berat, luka berat, Pengaturan Pintu
11 Gudang Udara Panas dipastikan Tinggi Tinggi Rendah
(Identifikasi Stok Kenyamanan berdampak berdampak ventilasi Samping
terjadi
Material dan pada kesehatan pada kesehatan Gudang
Pemeriksaan Barang)
Pembuatan
Pengoperasian Alat IK dan
Bantu dan kemungkinan Stiker
Kejatuhan Cara Ikat Korban cacat Korban cacat
12 Pergudangan besar akan Tinggi APD Wajib Tinggi himbauan Rendah
Barang Sling Salah permanen permanen
(Pengoperasian terjadi ( rambu ),
Overhead Crane) pelatihan
rigger
Pemasangan
Pengoperasian Alat kemungkinan
Radiasi Korban cacat Korban cacat Screen
13 Rendalhar di Pengoperasian Iritasi Mata besar akan Tinggi - Tinggi Rendah
Layar permanen permanen Protector
Perangkat Kantor terjadi
Komputer
Himbauan Instruksi
Pekerjaan Luar Perjalanan Korban Hampir dapat Korban
14 Kecelakaan Tinggi Keselamatan Tinggi Kerja Safety Rendah
Gedung di Witness Darat jiwa/meninggal dipastikan jiwa/meninggal
Berkendara Riding
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
Pekerjaaan di tidak akan
Bengkel Rekanan terjadi

Pembuata
Terkena
Kemungkina n Rambu-
HAVS Getaran Saat Pengukuran
Analisa Air n sama antara Rambu
Kimia dan (Human Pengambila Korban cacat Korban cacat Lingkunga
15 (Pengambila akan terjadi Tinggi Tinggi Himbauan, Rendah
Lab Hand-Arm n Sampel di permanen permanen n Kerja,
n Sampel) dan tidak APD
Vibration Unit PLTU APD Wajib
terjadi Khusus
Syndrome)
Getaran
Sosialisasi
APD
Instruksi
Analisa Air kemungkinan Wajib,
Gangguan Bahan Korban cacat Korban cacat Kerja
16 (Pengambila besar akan Tinggi masker, Tinggi Rendah
Kesehatan Kimia permanen permanen Kepada
n Sampel) terjadi goggle,
Karyawan
sarung
Lab
tangan karet
Letak
Korban luka Korban luka
Analisa Air Terjepit, Pengambila Hampir dapat
berat, berat, Modifikasi
17 (Pengambila Terjatuh, n Sampel dipastikan Tinggi APD Wajib Tinggi Rendah
berdampak berdampak line sampel
n Sampel) Terbentu yang sulit terjadi
pada pada
r terjangkau
kesehatan kesehatan
Akumulas Korban Korban Penambahan
Hampir dapat
Analisa Air (Analisa Gangguan i Debu luka berat, luka berat, Masker, exhaust fan
18 dipastikan Tinggi Tinggi Rendah
Sampel Air) Pernafasan Batu Bara berdampak berdampak Exhaust Fan dan
dari pada kesehatan pada kesehatan minimalisir
terjadi
Luar
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON :
Dokumen
PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00
Tanggal
FORMULIR :
Terbit
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
akses
orang
bukan
karyawan
lab ke
laboratorium
APD Wajib,
sarung
tangan,
Lokasi Kemungkina
fullbody
Pengambilan pengambilan n sama antara Pembuatan
Terjatuh dari Korban cacat Korban cacat harness, IK
19 Tech. Owner data Vibrasi di data berada akan terjadi Tinggi Tinggi Aksses Rendah
Ketinggian permanen permanen pengambilan
Area Turbin di dan tidak Tangga
da vibrasi
ketinggian terjadi
pada casing
motor dan
pompa
APD Wajib
+ IIK/SOP
Kemungkina
Pekerjaan Modifikasi
Pengambilan n sama antara
Terjepit dan Benda Korban cacat Korban cacat pengambilan tempat
20 data Vibrasi di akan terjadi Tinggi Tinggi Rendah
Terbentur Berputar permanen permanen da vibrasi pengambila
Area Boiler dan tidak
pada casing n data
terjadi
motor dan
pompa
No.
PT PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON Dokumen :

PJB INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00


Tanggal
FORMULIR Terbit :
UNACCEPTABLE RISK Halaman :
Identifikasi Unacceptable Risk Mitigasi Risiko
Level Level
No. Bidang AKTIVITAS Kemungkinan Dampak Unacceptabl Risik Level
Risiko Penyebab Dampak e Risk o Risiko
Kontrol Pasca Action Plan Residual
Kontrol
Clamp
( Update IK
tegangan
pengambila
Pengambilan Data Luka Bakar nyentuh kemungkinan IK
Korban cacat Korban cacat n data
21 MCA di Switchgear dan Unit 2 fase besar akan Tinggi Pengambilan Tinggi Rendah
permanen permanen MCSA dari
Area Trip pada terjadi Data MCSA
1 orang
koneksi
menjadi
trafo
2
switchgear
orang)
Ikn = n, masukkan kode unit
Note:
1. Risiko dan Kontrol diisi sesuai dengan SK.128.K/010/DIR/2014 Tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan PT PJB
2. Risiko dapat diambil dari Risk Register Unit
3. Risiko yang dimasukkan adalah resiko operasional aktivitas, minimum 2 risiko yang memiliki risiko dan dampak yang besar bagi Unit/Bidang/Divisi
4. Daftar aktifitas diambil dari formulir HIRAC.
Sumber: Dokumen Bidang K3, 2020
5.5 Tingkat Pencapaian Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko
Berdasarkan OHSAS 18001 : 2007
Dalam penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko, tentunya PT. PJB
UP Paiton Probolinggo masih memerlukan evaluasi karena belum 100 %
penerapannya sesuai dengan standar peraturan yang berlaku seperti OHSAS
18001:2007. Untuk mengetahui tingkat pencapaian Identifikasi Potensi Bahaya dan
Risiko maka akan dilakukan penilaian tingkat capaian dengan mencocokan kondisi
eksisting dengan parameter menurut OHSAS 18001:2007. Berikut hasil evaluasi
dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.11 Tingkat Pencapaian Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko


Berdasarkan OHSAS 18001:2007

No Parameter Keadaan di PT. PJB UP Paiton Nilai


Probolinggo

1 Prosedur Sudah menerapkan prosedur untuk 10


mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko.
Sehingga dikategorikan Ada, Dijalankan,
Konsisten, dan Berkelanjutan, hal ini
dibuktikan dengan adanya Pembaharuan
Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang Pedoman Identifikasi dan
Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3 tahun terakhir 2019

2 Metodologi Sudah terdapat Instruksi Kerja yang berisi 10


identifikasi tahapan penyususnan Identifikasi Potensi
potensi bahaya Bahaya dan Risiko dengan menggunakan
metode HIRARC pada setiap bagian
pekerjaan. Sehingga dikategorikan Ada,
Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.

V-75
No Parameter Keadaan di PT. PJB UP Paiton Nilai
Probolinggo

3 Sertifikasi Sudah memperoleh sertifikasi OHSAS 10


18001 : 2007 dan sertifikasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3). Sehingga dikategorikan
Ada, Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.

4 Hirarki Potensi bahaya yang ada, sudah dilakukan 9


Pengendalian hirarki pengendalian sehingga kemungkinan
terjadinya suatu kecelakaan kerja
berkurang. Sehingga dikategorikan Ada,
Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.

Namun dalam keberjalanannya hirarki


pengendalian dapat lebih dimaksimalkan
lagi.
5 Pendokumentasian Hasil identifikasi potensi bahaya sudah 10
dan pemeliharaan didokumentasi dan disimpan di bagian K3
hasil identifikasi baik dalam bentuk hardcopy maupun
bahaya softcopy Sehingga dikategorikan Ada,
Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.

6 Pendokumentasian Hasil penilaian risiko termasuk satu 10


dan pemeliharaan kesatuan dengan identifikasi potensi bahaya
hasil penilaian dan sudah didokumentasi dan disimpan di
risiko bagian K3 baik dalam bentuk hardcopy
maupun softcopy. Sehingga dikategorikan
Ada, Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.
No Parameter Keadaan di PT. PJB UP Paiton Nilai
Probolinggo

7 Identifikasi Identifikasi bahaya dan penilaian risiko 10


bahaya dan sudah dilakukan oleh pihak yang
penilaian risiko berkompeten dan mengetahui secara pasti
dilakukan pada prosedur operasi dari masing-masing
tinjauan kontrak kegiatan yang berpotens menimbulkan
oleh petugas yang bahaya dan risiko. Sehingga dikategorikan
berkompeten Ada, Dijalankan, Konsisten,
Berkelanjutan

8 Identifikasi Identifikasi bahaya sudah dilakukan di 10


bahaya dilakukan setiap alat, mesin, cara kerja, proses
terhadap produksi, dan bahan-bahan yang digunakan
peralatan, mesin, di area kerja PT. PJB UP Paiton
cara kerja, proses Probolinggo. Sehingga dikategorikan Ada,
produksi, bahan. Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan.
9 Pemeriksaan/ Pemeriksaan/inspeksi telah dilaksanakan 9
inspeksi oleh tim Bidang K3 yang berkompeten
dilaksanakan oleh dalam identifikasi bahaya. Sehingga
petugas yang dikategorikan Ada, Dijalankan, Konsisten,
berkompeten dan dan Berkelanjutan. Namun dalam
berwenang yang keberjalanan inspeksi perlu ditingkatkan
telah memperoleh lagi.
pelatihan
mengenai
identifikasi
bahaya.

10 Petugas yang Setiap bagian pekerjaan PT. PJB UP Paiton 10


kompeten telah Probolinggo telah mengidentifikasi bahaya
mengidentifikasi juga menilai dan mengendalikan risiko yang
No Parameter Keadaan di PT. PJB UP Paiton Nilai
Probolinggo

bahaya, menilai timbul dari suatu proses kerja. Diperlukan


dan adanya koordinasi lebih dengan setiap area
mengendalikan unit operasi untuk mengetahui kondisi
risiko yang timbul lapangan yang sebenarnya dan mendata alat
dari suatu proses / mesin yang belum terdata dalam potensi
kerja bahaya, sehingga penanganan potensi
bahaya dapat tertangani secara optimal.
Sehingga dikategorikan Ada, Dijalankan,
Konsisten, dan Berkelanjutan.

Jumlah 98

Tingkat Pencapaian 98%

Sumber : Analisis Penulis, 2020

Keterangan :

1. Kondisi di PT. PJB UP Paiton


Probolinggo Ada : Telah tersedia
Dijalankan : Telah diterapkan / Dilaksanakan
Konsisten : Tetap / Tidak berubah- ubah
Berkelanjutan : Berlansung secara terus menerus sehingga membentuk
sebuah sistem dan berpengaruh terhadap suatu proses
dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Contoh penjelasan pada parameter “Metodologi Identifikasi Potensi Bahaya”,


parameter tersebut dikategorikan Ada, Dijalankan, Konsisten, dan
Berkelanjutan. Parameter ini dikategorikan ada dibuktikan dengan sudah
dibentuknya Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-12.6.4.1.3 tentang Pedoman
Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3.
Parameter ini dikegorikan dijalankan terbukti dengan penyusunan dan penggunaan
metode HIRARC pada setiap bagian pekerjaan sehingga sesuai dengan instruksi
kerja tersebut. Parameter
ini dikegorikan konsisten terbukti dengan penyusunan HIRARC oleh setiap bidang
di PT. PJB UP Paiton dalam Metodologi Identifikasi Potensi Bahaya yang
dilakukan secara tetap dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Parameter ini
juga dikatakan berkelanjutan karena setelah disusunnya HIRARC sebagai
metodologi identifikasi potensi bahaya juga akan dilakukan evaluasi. Evaluasi
HIRARC bertujuan untuk menurunkan risiko terjadinya kecelakaan kerja untuk
dapat mencapai tingkat zero accident. Sehingga kegiatan ini dikatakan berlansung
secara terus menerus dengan tujuan tertentu hingga membentuk sebuah sistem.

2. Nilai

0 : Tidak Ada

1-3 : Ada tetapi tidak dijalankan

4-7 : Ada, dijalankan, tetapi tidak konsisten, dan tidak

berkelanjutan 8-10 : Ada, dijalankan, konsisten, dan berkelanjutan

2. Tingkat Pencapaian

0-20 % : Buruk

20 -40 % : Kurang

40-60 % : Sedang

60-8- % : Baik

80-100 % : Sangat Baik

Berdasarkan hasil analisis kualitatif sesuai dengan data yang diperoleh,


tingkat pencapaian untuk identifikasi bahaya dan risiko adalah sebesar 98%,
dimana hal ini menjelaskan bahwa tingkat pencapaian yang dimiliki oleh PT. PJB
UP Paiton Probolinggo masuk dalam kategori sangat baik dengan adanya data-data
yang mendukung dan sesuai ketentuan. Walaupun sudah memenuhi kategori sangat
baik, PT. PJB UP Paiton Probolinggo tetap perlu meningkatkan kinerja dalam
Mengidentifikasi Potensi Bahaya serta Risiko pada perusahaannya
5.6 Hubungan Penerapan SMK3 dengan Analisis Potensi Bahaya dan Risiko
Setelah mengetahui masing-masing tingkat pencapaian dari penerapan
SMK3 dan juga penerapan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di PT. PJB UP
Paiton Probolinggo, pada table di bawah ini akan didapat presentasi tingkat
pencapaian dari keseluruhan parameter tersebut. Tingkat pencapaian inilah yang
menjadi hasil akhir dari pembahasan pada penelitian ini.

Tabel 5. 12 Hasil Akhir Tingkat Pencapaian Penerapan SMK3 dan


Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko di PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No Parameter Keadaan di PT. PJB UP Paiton Nilai


Probolinggo

1 Penerapan SMK3 Sudah menerapkan SMK3 dengan 98,23%


tingkat pencapaian Sangat Baik

2 Penerapan Sudah menerapkan Identifikasi Potensi 98%


Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko dengan tingkat
Bahaya dan Risiko pencapaian Sangat Baik

Tingkat Pencapaian 98,11%

Sumber : Analisis Penulis, 2020


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah didapat hasil analisis dan proses identifikasi bahaya dan penilaian
risiko yang dilakukan mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
PT. PJB UP Paiton Probolinggo dapat ditarik kesimpulan :

1. PT. PJB UP Paiton Probolinggo telah menerapkan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang sesuai dengan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970, PP No. 50 Tahun 2012 dan OHSAS 18001:2007 dengan persentase
sebesar 98,23% yang masuk dalam kategori sangat baik dengan
mempertimbangkan berbagai data dan aspek yang ada diperusahaan.
2. PT. PJB UP Paiton Probolinggo telah menerapkan identifikasi potensi bahaya
dan risiko sesuai dengan OHSAS 18001:2007 dengan tingkat pencapaian
sebesar 98% yang masuk dalam kategori sangat baik dan identifikasi potensi
bahaya dan analisis risiko dilakukan menggunakan metode HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk Control) dengan panduan
pengisiannya menggunakan dokumen keterangan form Identifikasi Potensi
Bahaya dan Penilaian Risiko K3 yang dibuat sendiri oleh PT. PJB UP Paiton
Probolinggo yang tertuang dalam Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-12.6.4.1.3
tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3.

6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT. PJB UP Paiton melalui kerja praktik
antara lain sebagai berikut:

1. Perlu penambahan papan informasi K3 di PT. PJB UP Paiton Probolinggo baik


di Area Office mapun di Area Unit sehingga informasi mengenai K3 dapat
tersampaikan secara menyeluruh dan merata pada seluruh pegawai, karyawan
maupun tamu.
2. Pengendalian dokumen K3 secara online dapat diperbaiki dengan menggunakan
bantuan aplikasi seperti Microsoft Outlook.

VI-1
3. Perlu penambahan pelaporan Nearmiss pada aplikasi IZAT, sehingga pelaporan
nearmiss dapat terdokumentasi dan dapat dievaluasi untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja.
4. Perlunya penambahan kotak P3K di beberapa titik di Area Unit serta perlu
ditambahkan instruksi penggunaan alat-alat P3K dan memperbaiki informasi
nomor emergency pada setiap emergency call yang ada di PT. PJB UP Paiton
Probolinggo.
5. Kegiatan safety induction perlu ditingkatkan dengan menjalankannya secara
konsisten pada setiap tenaga kerja baru, peserta kerja praktik/magang, mitra
kerja serta tamu yang datang tanpa terkecuali.
6. Perlu dilakukan pembaharuan Instruksi Kerja yang mengatur mengenai
Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko dengan melakukan evaluasi dari Instruksi
Kerja sebelumnya dan memperbaiki serta menambah hal-hal yang dirasa kurang
atau tidak sesuai.
7. Perlu menambahkan dokumen referensi berupa ISO 45001 : 2018 tentang Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Instruksi Kerja PJB-IMS
No. IKKP-12.6.4.1.3 tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian
Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3.
DAFTAR PUSTAKA

Emil, Salim. 2002. Green Company, Jakarta: PT. Astra International Tbk.

K3 PT PJB UP Paiton Probolinggo. 2015. Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-


12.6.4.1.3 tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak
Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 : PT PJB UP Paiton Probolinggo.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta : 2002.

Peraturan Menteri Tenaga Keja No. Per 05/MEN/1966 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Kesalamatan dan Kesehatan Kerja.

OHSAS 18001. 2007.Occupational Health and Safety Management System


RequirementsJakarta: Dian Rakyat.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011


tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja. Jakarta : 2011.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Keja OHSAS 18001.
Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli S. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3. Jakarta: Dian Rakyat; 2009

Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360 : 1999.

Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher.
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Perlindungan Ketenaga Kerjaan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta

Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta:
Surveyor Indonesia.

Suma’mur, P.K. 1994. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung
Agung.

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja.Jakarta: Harapan


Press.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


LAMPIRAN A
Sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Komitmen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Working Permit
Pengukuran Kualitas Lingkungan
Instruksi Kerja (IK) PJB-IMS
Daftar Peserta Training K3 dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Peraturan Safety, Green and Clean Power Plant
Form HIRARC
Denah Evakuasi
Denah Lokasi APAR
LAMPIRAN B
Form KP-01 Kelayakan Mengajukan Kerja Praktik
Form KP-02 Persetujuan Judul dan Permohonan Dosen Pembimbing
Permohonan Kerja Praktik
Surat Balasan Kerja Praktik
Surat Tugas Pembimbing Kerja Praktik
Logbook dan Lembar Presensi Kerja Praktik
Kuisioner Kerja Praktik
Sertifikat Keterangan Telah Menyelesaikan Kerja Praktik
Lembar Asistensi
Lembar Menghadiri Seminar Kerja Praktik
Form Persetujuan Seminar Kerja Praktik
Surat Tugas Seminar Kerja Praktik
Lembar Revisi

Anda mungkin juga menyukai