Anda di halaman 1dari 68

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Hasil Observasi Terhadap Objek Kerja Praktik


Pelaksanaan kerja praktik berlangsung pada tanggal 6 Januari 2021 sampai
6 Februari 2021 di Bidang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) PT. Oti Eya
Abadi Morowali. Dalam pelaksanaan kerja praktik penulis mempelajari yang
berkaitan dengan judul laporan Kerja Praktik yaitu “Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai Pengendalian Potensi Bahaya dan
Risiko di PT. Oti Eya Abadi Morowali”, selain itu penulis diberikan tugas untuk
mengikuti kegiatan Observasi terhadap pemasangan. Penulis juga melakukan
kegiatan observasi Safety Patrol, Live audit, Inspeksi temuan patrol, Pelatihan
tanggap darurat, dan mempelajari mengenai penginputan data patrol serta Monthly
Report K3. Hasil observasi selama Kerja Praktik dilaksanakan di PT. Oti Eya Abadi
Morowali adalah sebagai berikut :

5.1.1 Komisioning

Gambar 5.1 Kegiatan Sertifikasi Alat Angkat dan Angkut

Sumber : Dokumentasi Penulis,2021

Kegiatan sertifikasi alat angkat dan angkut berada dibawah tanggung jawab
bidang K3. Sertifikasi alat angkat dan angkut dilakukan sebanyak 1 kali dalam satu
tahun yang dimaksudkan agar menjaga keamanan dan kualitas peralatan yang
V-1
digunakan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan dalam bekerja.
Penilaian kelayakan dilakukan oleh pihak ke-3 yang memiliki kopetensi dibidang
teknik dan penilaian kelayakan berdasarkan pemenuhan kriteria standar K3 yang
berlaku. Pada tahun ini PT. Oti Eya Abadi Morowali menggunakan pihak ke-3
yaitu ROBUTECH. Kegiatan ini bertujan untuk mendapatkan bukti sertifikasi lolos
keamanan yang dikeluarkan oleh Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) yang menyatakan
bahwa alat-alat tersebut benar-benar aman dan layak untuk digunakan.

5.1.2 Safety Patrol

Gambar 5.2 Kegiatan Safety Patrol dan Inspeksi Temuan Safety Patrol

Sumber : Dokumentasi Penulis,2021


Kegiatan safety patrol / inspeksi K3 merupakan bagian dari implementasi elemen
Inspeksi dan Pengujian, yang pada pokoknya bertujuan menjamin terlaksananya sistem
manajemen K3 di dalam kegiatan operasional sehari-hari di seluruh bagian perusahaan /
proyek tanpa terkecuali. Kegiatan operasional Safety Patrol di perusahaan berpedoman
kepada rencana mutu K3L yang sudah dibuat oleh masing-masing unit kerja.

5.1.3 Pengecekan P2H

Gambar 5.3 Kegiatan Pengecekan P2H Pada Kendaraan Tambang


Sumber : Dokumentasi Penulis,2021

Pemeliharaan dan Pemeriksaan Harian (P2H) pada kendaraan dilakukan


dengan urutan :
1. Pagi hari sebelum menyalakan unit, sopir/operator melakukan pengecekan
kelengkapan dan kesiapsediaan unit beroperasi mengikuti form P2H yang
sudah disediakan. Cara mengisinya, jika item dalam check list itu baik, maka
dicentang pada kolom baik. Jika rusak/ada gangguan, maka dicentang pada
kolom tidak baik.
2. Setelah melakukan pengecekan, sopir/operator menandatangani form tersebut
dan menyerahkannya kepada asisten transport. Jika dinilai kendaraan layak
operasi maka asisten akan menginstruksikan sopir/operator untuk
mengoperasikan unitnya. Jika tidak layak operasi (misalnya, rem tdk baik, oli
kurang, lampu tidak menyala), maka asisten transport akan membuat form
perbaikan (work order) kemudian menyerahkannya kepada asisten workshop.
3. Asisten workshop kemudian melanjutkan melakukan perbaikan dan
permintaan part ke gudang sesuai dengan adminitrasi yang sudah ditentukan
di workshop. Untuk alur administrasi di workshop, akan saya bahas nanti
dalam artikel yang berbda biar tidak kepanjangan. Sekilas untuk bentuk form
work order perbaikan kendaraan bisa dilihat di video youtube saya berikut.
Pada perusahaan PT. Oti Eya Abadi ini juga telah melakukan pembuatan
sediment pond sebagai bukti cara penanggulangan K3 pada kegiatan
pertambangan.
5.1.4 Pengecekan Kondisi Sediment Pond

Gambar 5.4 Pengecekan Sedimen Pond


Sumber : Dokumentasi Penulis,2021

Kolam pengendap (sediment pond) adalah tempat untuk menangkap


runoff dan menahan air ketika tanah dan kotoran lain dalam air mengendap
menjadi sedimen. Kebanyakan kolam pengendap diperlukan karena air keluaran
yang mengandung banyak Total Suspended Solid atau residu tersuspensi yang
melampaui baku mutu kualitas keluaran air. Secara garis besar kolam
pengendap bisa dibuat dengan membangun tanggul penahan atau menggali
lubang untuk tampungan air atau sedimen. Kolam pengendap berbeda dengan
sebuah dam dimana bertujuan untuk menahan air hanya selama untuk
mengendapkan material tersuspensi, setelah air jernih, air tersebut bisa
dialirkan. Kolam pengendap juga harus dipelihara, dimana bila sediment telah
mengendap dan mencapai kadar air tertentu dimana bisa dibuang, maka
pembuangan atau pengerukan kolam dilakukan. Kolam pengendap selain
sebagai tempat untuk mengendapkan material tersuspensi, di area tambang juga
berfungsi sebagai penampungan air limbah yang mengandung logam berat (Fe
dan Mn) dan air yang mengandung asam (pH < 6), dimana di dalam tampungan
tersebut dilakukan perlakuan penetralan air limbah atau tercemar sehingga bisa
menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh
Pemerintah. Di kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment berupa
pengapuran, pemberian alum, aerasi, dan perlakuan-perlakuan lainnya sesuai
dengan kondisi kandungan limbahnya.
5.1.5 Pengecekan dan Pemasangan Rambu Di Jalur Hauling Road

Gambar 5.5 Kegiatan Pengecekan & pemasangan rambu di Jalur


Hauling
Sumber : Dokumentasi Penulis,2021

Prasarana jalan di area pertarnbangan rnerniliki karakteristik berbeda


dibandingkan dengan kondisi jalan pada umunnya. Salah satunya adalah
ukuran dan jenis kendaraan yang beropsrasi di jalan tersebut: - mulai dari
kendaraan penyangkut penurnpang, hirrgga alat-alat pernindah tanah
rnekanis berukuran besar. Kornbinasi antara keragarnan, ukuran, dan jenis
alat dengan kernuilgkican latar belakang pengalaman pengemudi operator
yang berbeda rnencgaskan betapa pentingnya pengontrolan lalu-lintas yang
baik di jalan area pertarnbangan. Rambu-rarnbu jalan sebagai salah satu alat
kontrol lalu-lintas telah lama dikenal dan dipakai pada jalan-jalan urnurn
atau jalan raya. Rarnbu-rarnbu jalan itu sendiri tidak dapat rnencegah semua
kecelakaan di jalan di area pertarnbangan. akan tetapi dapat rnenciptakan
suatu iklim rnengemudi yang lebih kondusif bagi keselarnatan.
Standardisasi ini diharapkan dapat dijadikan pedornan untuk perencanam
dan penyediaan rarnbu-rarnbu jalan di area pertarnbangan, sehingga
diperoleh suatu keseragarnan yang pada akhimya dapat rnengurangi angka
kecelakaan yang diakibatkan oleh pernasangan rarnbu-rarnbu yang tidak
benar abu rnernbingungkan pernakai jalan. Oleh karena itu, rarnbll-rarnbu
jalan di area pertarnbangan perlu distandarkan.

5.1 6 Pengecekan Nursery Dan Lokasi Reklamasi

Gambar 5.6 Kegiatan Pengecekan Nursery & Lokasi Reklamasi


Sumber : Dokumentasi Penulis,2021

Pengadaan bibit merupakan kegiatan yang sangat penting dalam


mendukung keberhasilan rehabilitasi lahan bekas tambang. Pengadaan
bibit dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu mengadakan sendiri, dimana
perusahaan pertambangan memproduksi sendiri bibit di persemaian.
Jenis-jenis tanaman kehutanan tertentu memerlukan perlakuan khusus,
misalnya naungan pada waktu masih muda, contohnya meranti.
    Perencanaan persemaian untuk merehabilitasi lahan bekas tambang
dimaksudkan untuk memperkirakan kebutuhan lahan untuk persemaian
dan jumlah benih serta bibit yang diperlukan untuk melakukan rehabilitasi
lahan bekas tambang disuatu perusahaan pertambangan. Perencanaan
persemaian sangat diperlukan untuk menjamin produksi bibit dalam
jumlah dan kualitas yang diinginkan tepat waktu. Jumlah bibit yang
dibutuhkan akan tergantung kepada luasan areal yang akan direhabilitasi
setiap tahun, jarak tanam yang digunakan (biasanya 2 x2 m sampai 4 x 4
m), jarak tanam 5 x 5 m digunakan hanya jika pada tahun-tahun berikutnya
akan ditanam lagi jenis pohon klimaks diantara pohon-pohon yang telah
ditanam), serta persentase bibit sulaman yang perlu dicadangkan untuk
mengganti bibit-bibit yang mati setelah penanaman, biasanya digunakan
20%.
    Dalam menghitung kebutuhan luasan lahan yang diperlukan untuk
membangun suatu persemaian adalah areal persemaian akan dibagi
menjadi dua kegunaan, yaitu untuk dibuat bedeng-bedeng (bedeng tabur
dan bedeng sapih) dan untuk infrastuktur lainnya (pondok untuk tempat
tinggal sementara para pekerja, kantor persemaian, gudang saprodi, rumah
pompa air dan genset, bangunan pengisian polybag, tempat penampungan
bahan media semai, rumah pompa dll). Sebagai patokan biasanya, lahan
untuk pembuatan bedeng-bedeng adalah 60 - 70% areal persemaian,
sedangkan untuk infrastuktur lainnya sebesar 30 - 40% areal persemaian.

5.2. Identifikasi Accident CV. Adil Prima Perkasa sebagai Kontraktor PT.
Oti Eya Abadi
5.2.1 Kejadian Singkat
Terjadi kecelakaan yang menimpa Sdr. Mathen Joni, Driver DT, CV.
Adil Prima Perkasa pada saat melakukan hauling ore dalam kondisi
bermuatan dengan mengoperasikan DT APP dengan nomor lambung 274.
Ketika itu DT APP 274 sedang mengangakut material ore dari pit menuju
pabrik area IMIP, di perjalanan setibanya di KM 18+500 DT 274 berpapasan
dengan DT 209 dan 229 APP dengan kondisi kosongan. Sebelum berpapasan
DT 274 sudah terlihat kehilangan kendali dan meluncur dengan cepat
melewati DT 209 dan DT 229 sehingga menabrak Compact yang sedang
melakukan maintenance jalan dengan posisi DT 274 sudah rebah ke kiri.
Akibat tabrakan tersebut menyebakan Compact berpindah sejauh ±29 meter
dari posisi semula bersama dengan DT 274 ke pinggir bekas galian settling
pond dan kabin dari DT 274 hancur. Dari tabrakan tersebut menyebabkan Sdr.
Marthen Joni patah tangan sebelah kiri dan luka di kepala serta luka sayat di
sisi perut, sedangkan operator Compact mengalami luka di pelipis kanan dan
patah tulang bahu di sebelah kiri serta memar di dada. Korban berhasil di
evakuasi setelah Mekanik (Driver LV APP 06) dan Helper Mekanik yang
sedang menuju Km 20 untuk melakukan maintenance unit DT tiba dilokasi
kejadian setelah menerima kabar dari DT Shacman bermuatan yang sempat
berpapasan di jalan hauling.

5.2.2 Kasus Kecelakaan


Pada hari jum’at sore tanggal 2 Oktober 2020 Sdr. Marthen Joni
melaporkan apakah dirinya dapat kembali bekerja esok hari kepada Foreman
kendaraan karena Sdr. Marthen Joni baru kembali masuk kerja setelah cuti.
Keesokan harinya pada pagi hari setelah mendapatkan izin mengoperasikan
unit DT di hari sebelumnya, Sdr. Marthen Joni mulai mengoperasikan unit DT
APP 274 menuju Pit untuk mengambil muatan. Di siang hari setelah
mengambil muatan, DT APP 274 melanjutkan perjalanannya menuju ke
lokasi pabrik. Setibanya di Km 19 DT APP 274 tiba-tiba melaju dengan
kecepatan tinggi. Di waktu yang bersamaan terdapat Unit Compact yang
sedang melakukan maintenance jalan di badan jalan sebelah kiri di bawah
tanjakan Km 18+500. Pada saat DT APP 274 melaju dengan kecepatan tinggi
DT APP 274 tiba-tiba rebah ke sebelah kiri yang menyebabkan DT APP 274
terseret sejauh ± 9 meter. Pada saat itu pula DT APP 274 menabrak sisi
sebelah kanan Compact dan menyebabkan Compact dan DT APP 274 terseret
± 29 meter dan jatuh ke pinggir bekas settling pond dengan posisi DT APP
274 rebah sebelah kiri. Akibat tabrakan tersebut menyebabkan kabin dari DT
APP 274 hancur dan Driver DT APP 274 mengalami patah tulang di tangan
sebelah kiri, luka di kepala bagian belakang, luka di leher sebelah kanan
belakan dan luka sayatan diperut. Sedangkan operator Compact mengalami
luka di pelipis kanan dan patah tulang bahu di sebelah kiri serta memar di
dada. Karena Sdr. Andri yang sedang mengemudikan DT APP 209 dan Sdr.
Talib yang sedang mengemudikan DT APP 229 dengan posisi beriringan
sempat berpapasan di tanjakan pada saat Sdr. Marthen Joni mengemudikan
DT APP 274 melaju dengan cepat , maka Driver DT APP 209 dan Driver DT
APP 229 segera berbalik arah mengikuti DT APP 274 yang sedang melaju
dengan kecepatan tinggi karena merasa ada hal yang janggal dengan DT APP
274 tersebut. Namun sebelum berbalik arah, Driver DT APP 209 dan Driver
DT APP 274 memberikan kesempatan kepada DT TJM 332 untuk lewat yang
dari Km 21 beriringan bersama DT APP 274 dengan jarak rata-rata ±150
meter. Setelah DT TJM 332 lewat, DT APP 209 dan DT APP 229 berbalik
arah dan mendahului DT TJM 332 untuk mengikuti DT 274 yang melaju
dengan cepat, selang beberapa menit Driver DT 209 dan Driver DT 229
melihat posisi DT 274 sudah dengan kondisi rebah di pinggir bekas Settling
pond bersama dengan unit Compact. Setelah melihat kondisi tersebut Driver
DT 209 dan Driver DT 229 segera turun dari kabin untuk mengecek kondisi
dari Driver DT 274 dan Operator Compact . Setelah mengetahui kondisi
Driver DT APP 274 sudah berada di luar kabin dengan kondisi telungkup
maka Driver DT APP 229 yang pertama tiba dilokasi sebelum Driver DT APP
209 mencoba mengevakuasi Sdr. Marten Joni driver DT APP 274 namun
sebelumnya menunggu Driver DT APP 209 dan Driver DT TJM 332 an. Sdr.
Muhammad Ishar memarkirkan unitnya untuk melakukan evakuasi bersama-
sama dengan memindahkan Sdr. Marthen Joni Driver DT APP 274 ke tempat
yang rata. Setelah Sdr. Marthen Joni dipindahkan ke tempat yang rata Sdr.
Talib Driver DT APP 229 segera meminta bantuan kepada DT yang kebetulan
lewat untuk segera melaporkan kondisi yang terjadi. Setelah minta bantuan
kepada Driver DT yang kebetulan lewat agar segera melaporakan kondisi
yang terjadi, Sdr. Talib Driver DT APP 229 segera mengecek kembali
kesadaran korban dengan mengajak berbicara. Beberapa saat kemudian Sdr.
Surono Operator Grade APP tiba di lokasi kejadian setelah mendapat
informasi dari Driver DT yang dimintai tolong tadi. ±20 menit kemudian Sdr.
Mirzal Mekanik sekaligus Driver LV APP 06 bersama dengan Sdr. Suhardi
Helper Mekanik tiba di lokasi kejadian setelah berpapasan dan mendapatkan
info dari Driver DT yang dimintai tolong untuk melaporkan kejadian. Setelah
tiba dilokasi kejadian Sdr. Mirzal segera memutar balik arah mobil yang
sedang di kendarainya karena mendapatkan instruksi dari orang yang
mengevakuasi. Setelah itu Sdr. Mirzal dan Sdr. Suhardi langsung turun untuk
membantu mengevakuasi korban bersama dengan Sdr. Andri, Sdr.
Muhammad Ishar, Sdr. Talib dan Sdr. Surono yang lebih dulu tiba dilokasi
untuk membantu evakuasi korban. Kemudian Korban sdr. Marthen Joni
segera di angkat masuk ke dalam mobil dengan di temani Sdr. Surono yang
memangku kepala korban dan Sdr. Suhardi yang memegang tangan kiri
Korban yang patah agar tidak bergerak bebas di bangku belakang dari mobil
LV, dan korban Operator Compact duduk di bangku depan. Kemudian Sdr.
Mirzal bergegas turun menuju klinik

5.2.3 Kondisi Lokasi Kecelakaan

Kondisi cuaca cerah & kondisi jalan hauling kering. Kondisi jalan
turunan dengan grade ±20% dengan lebar jalan 15.4 meter. Lokasi kejadian
tepat berada di area tikungan dengan radius ±70 meter. Telah terjadi
kecelakaan yang melibatkan 1 unit DT Hino 700 dan Compact, kecelakaan
terjadi di Km 18+500. Terdapat tumpahan muatan (ore) di sisi kiri jalan arah
bermuatan 29 meter sebelum lokasi unit DT APP 274 ditemukan. Kondisi DT
APP 274 didapati rebah ke kiri keluar dari badan jalan di lokasi bekas setling
pond lama bersama unit Compact APP 07. Kondisi DT APP 274 pada saat
ditemukan mengalami kerusakan pada bagian kabin, kondisi semua kaca
kendaraan pecah. Compact APP 07 didapati berada di luar badan jalan dan
mengalami kerusakan pada bagian drum (penyok). Sdr. Marthen Joni saat
didapati tidak berada dalam kabin, namun pada saat Sdr. Marthen Joni
ditemukan masih dalam kondisi sadar dan posisi Sdr. Marthen Joni
tertelungkup didepan / berhadapan dengan unit DT APP 274. Sdr. Eduardus
Narang (Operator Compact APP 07) di dapati terlentang di samping unit
Compact APP 07. Pada saat di temukan Sdr. Eduardus Narang operator
Compact APP 07 mengalami luka di bagian Kening sebelah kanan robek, luka
di kaki kiri, dan memar di bagian dada, dan Sdr. Eduardus Narang masih
dalam keadaan sadar. Pada saat di temukan Sdr. Marthen Joni mengalami luka
di bagian kepala, di bagian belakang leher, perut yang terdapat sayatan, dan
lengan kiri tidak bisa di gerakkan. Pada saat di temukan posisi Gear unit yang
mengalami kecelakaan (DT APP 274) dalam posisi Netral. Tidak ditemukan
permasalahan pada engine (tidak terdapat ceceran oli). Tidak ditemukan
tanda-tanda jejak pengereman di lokasi kejadian. Kondisi safety belt berfungsi
dengan baik. Posisi DT APP 274 rebah ke kiri. Terdapat jejak gerusan layer
jalan oleh dump DT APP 274 sepanjang ±9 meter (±29 meter dari posisi DT
APP 274 di temukan). Panjang compact 5,7 meter & lebar 2,5 meter. Panjang
DT Hino 700 8,6 meter,dengan lebar 2,7 meter.

5.2.4 Data Terkait


CV. Adil Prima Perkasa merupakan perusahaan jasa pertambangan
dari PT. Oti Eya Abadi selaku pemegang Izin Usaha Pertambangan Nomor
540//364/IUP-OP/DPMPTSP/2018 dengan jenis dan bidang usaha yeng
bekerja untuk hauling material dengan Nomor
540/196/IUJP/IV/DPMPTSP/2019. Kegiatan Penambangan dimulai pada
tanggal 26 Juli 2020 di mulai dari pit labota blok 4a PT. Oti Eya Abadi
(sampai saat ini). Kegiatan pengangkutan di lakukan menggunakan DT Hino
500 (kapasitas 25 ton) dan Hino 700 (kapasitas 40 ton) dengan tujuan pabrik
pengolahan bijih nikel di dalam kawasan industri IMIP Morowali. Jalan
hauling yang digunakan melalui jalan hauling PT. Oti Eya Abadi, PT.
Kencana Bumi Mineral dan PT. BintangDelapan Mineral. Pada tanggal 3
Oktober 2020 pukul 14.00 telah terjadi kecelakaan yang menimpa DT APP
274 dan Compact APP 07 di lokasi jalan hauling PT. Oti Eya Abadi (Km
18+500) di dalam area IUP PT. Kencana Bumi Mineral yang mengakibatkan
Driver DT APP 274 (Sdr. Marthen Joni) meninggal dunia dan Operator
Compact APP 07 (Sdr. Eduardus Narang) mengalami cedera berat.

5.2.5 Analisis Terjadinya Kecelakaan

Kecelakaan yang menimpa DT APP 274 terjadi pada pukul 14.00 wita
dengan kondisi bermuatan ±37 ton dengan tujuan stockpile kawasan IMIP
pada ritase ke 4. Kondisi jalan pada lokasi kejadian turunan grade ±20% dan
dengan jari-jari tikungan ±70 meter. Dilokasi kejadian terdapat penyempitan
jalan disebabkan aktifitas perbaikan jalan oleh Compact APP 07 di jalur
bermuatan. Data GPS menunjukan pada saat terjadinya kecelakaan DT APP
274 melaju dengan kecepatan 83 km/jam (berdasarkan record kecepatan pada
control room GPS PT. BDM). - Dari data GPS juga menunjukan sempat
terjadi engine shutdown / mati mesin selama ±1 – 7 detik, ±700 meter dari
lokasi kejadian. Setelah mengalami mati mesin, record GPS menunjukan
mesin On kembali dan terjadi peningkatan kecepatan secara signifikan dari 31
km/jam sampai ke 83 km/jam dengan rentang waktu 34 detik (13:57:42 –
13:58:16) dengan jarak ±662 meter. Dari keterangan saksi An. Sdr. Andri
Driver DT APP 209 yang juga berpapasan langsung dengan DT APP 274
sebelum terjadi kecelakaan yang di kemudikan oleh korban, Sdr. Andri
melihat unit DT APP 274 yang di kemudikan oleh korban melaju dengan
kecepatan tinggi (tidak normal), Sdr. Andri juga melihat di dalam unit DT
APP 274 korban dalam keadaan panik seperti mencari sesuatu / instrument
control di kemudi unit. Dengan melihat DT APP 274 yang di kemudikan oleh
korban bergerak tidak normal Sdr. Andri memutuskan berbalik arah. Dari
keterangan saksi An. Sdr. Talib Driver DT APP 229 yang juga berpapasan
langsung dengan DT APP 274 sebelum terjadi kecelakaan yang di kemudikan
oleh korban, Sdr. Talib melihat gerakan unit DT APP 274 sudah tidak
terkontrol melaju dari arah depan sehingga sdr. Talib menepi dan memberi
prioritas kepada DT APP 274 untuk melintas. Sdr. Talib juga melihat korban
di dalam unit dalam keadaan panik seperti mencari sesuatu. Melihat kondisi
unit DT APP 274 bergerak dengan tidak normal Sdr. Talib berasumsi akan
terjadi kecelakaan terhadap DT APP 274 dan memutuskan untuk berbalik arah
menyusul DT APP 274. Dari keterangan saksi An. Sdr. Willi Ratte yang
menuju ke lokasi kejadian ±25 menit setelah kejadian untuk melakukan
evakuasi Sdr. Willi Ratte menemukan posisi gear DT APP 274 pada posisi
netral (low). Dari hasil investigasi beberapa saksi yang berada di lokasi
kejadian dan di tunjang dengan data-data pendukung, di duga pada saat
kejadian mati mesin korban panik dan mencoba mengurangi laju unit dengan
menurunkan gear, tetapi gear gagal berpindah dan berada di posisi netral
sehingga dengan beban unit dan kondisi jalan turunan (grade jalan ±20%) unit
melaju sampai ke kecepatan 83 km/jam tanpa terkendali. Dengan kondisi
jalan turunan dan kecepatan unit mencapai 83 km/jam pada saat memasuki
area tikungan (radius ±70 meter) unit DT APP 274 tidak bisa di kendalikan
dan rebah ke kiri, terseret sejauh ±9 meter dan menabrak Compact APP 07
yang sedang beroperasi. Setelah menabrak unit Compact APP 07, DT APP
274 masih terseret sejauh ±29 meter dan keluar dari jalur jalan hauling (masuk
ke lokasi bekas settling pond). Setelah tertabrak oleh DT APP 274, Compact
APP 07 ikut terseret sejauh ±26 meter keluar dari jalur hauling (masuk ke
lokasi bekas settling pond berdekatan dengan DT APP 274).

5.2.6 Kesimpulan Terjadinya Kecelakaan


a. Penyebab Langsung
Tindakan Tidak Aman
1. Driver DT APP 274 (bermuatan) langsung panik ketika mati mesin ±1 –
7 detik.
2. Driver DT APP 274 (bermuatan) gagal mengendalikan unit di posisi
kecepatan tinggi, jalanan turunan dan berkelok.
Kondisi Tidak Aman
1. Unit DT APP 274 sempat mati mesin selama ±1 – 7 detik (didukung
dengan data record dari GPS).
2. Kondisi jalan Turunan dengan grade ±20% dan radius tikungan ±70
meter.
3. Tidak terdapat emergency stop dan rambu-rambu batasan kecepatan.

b. Penyebab Dasar
Faktor Personal
Panik dan salah pengambilan keputusan pada saat unit
mengalami mati mesin
Faktor Teknis
Terjadi shutdown engine
Faktor Pekerjaan
Adanya aturan perusahaan perihal pergantian kerusakan unit di
tanggung oleh driver sehingga dalam kondisi apapun driver selalu
berupaya untuk menyelamatkan unitnya dari kerusakan.

5.3 Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) / Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) di PT. Oti
Eya Abadi

Dalam kegiatan produksinya PT.Oti Eya Abadi mempunyai banyak bahaya dan
risiko kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kerugian bagi pekerja dan
perusahaan sendiri. Oleh karena itu dilakukan Analisis Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan untuk mencegah adanya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja pada setiap kegiatan proses produksi. Selain itu penerapan
SMKP dimaksudkan untuk menciptakan sistem kerja yang sistematis yang
melibatkan berbagai pihak pada unsur-unsur pelaksanaannya agar terciptanya
lingkungan kerja yang aman, nyaman, efisien serta produktif.
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMK3) telah
berkomitmen tinggi kepada standar keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti
tercantum pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya. Selain itu PT Oti Eya Abadi Morowali juga menjaga mutu
perusahaan yang berpedoman pada OSHAS 18001 : 2007 (Tentang SMK3), ISO
14001 (Tentang Sistem Manajemen Lingkungan). Sehingga dapat diketahui bahwa
selain berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, PT Oti Eya
Abadi Morowali juga berupaya dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

5.3.1 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


SMK3 di PT.Oti Eya Abadi Morowali
Sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan SMK3, PT.Oti Eya Abadi
Morowali melakukan beberapa hal yang telah sesuai dengan perundang-undangan
terkait SMK3 diantaranya yaitu:

5.3.1.1Kompetensi dan Pelatihan K3

Sebagai salah satu bentuk penerapan SMK3 atau SMKP, PT.Oti Eya Abadi
Morowali melakukan upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui
beberapa kegiatan maupun pelatihan. Pelatihan K3 dibawah tanggung jawab bidang
K3. Bentuk kegiatan pelatihan bisa berupa simulasi tanggap darurat seperti
pelatihan POP, POM dan SMKP untuk melatih karyawan PT.Oti Eya Abadi
Morowali Probolinggo dalam rangka mencegah dan menghadapi keadaan darurat
saat bekerja.
Gambar 5.7 Pelatihan SMKP di PT. Oti Eya Abadi Morowali
Sumber : Dokumentasi HSE, 2021
5.3.1.2 Komunikasi K3
Salah satu bentuk penerapan SMK3 dalam upaya pencegahan serta
meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja, PT. Oti Eya Abadi
Morowali menerapkan komunikasi K3 diantarannya menggunakan :

1. Rambu

Gambar 5.9 Rambu-Rambu K3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

Rambu-rambu yang diterdapat di PT.Oti Eya Abadi Morowali diantaranya


adalah jenis rambu larangan, perintah, informasi, dan peringatan. Rambu-rambu ini
dipasang di seluruh area produksi dan di persimpangan jalan. Gambar di bawah ini
adalah rambu yang berada di area PT.Oti Eya Abadi Morowali
2. Poster
Dalam memberikan komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT.Oti
Eya Abadi Morowali menerapkan pemasangan poster-poster yang menarik
dimaksudkan agar dapat dipahami oleh seluruh pegawai, maupun tamu yang
berkunjung. Poster tersebar di seluruh area PT.Oti Eya Abadi Morowali salah
satunya di area turbin. Gambar di bawah ini adalah poster yang berada di area
turbin PT.Oti Eya Abadi Morowali

Gambar 5.10 Poster K3 di Area Turbin PT. Oti Eya Abadi


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

3. Papan Informai K3

Papan informasi Keselamatan dan Kesehatan kerja PT.Oti Eya Abadi


Morowali hanya terpasang di ruang bidang K3. Papan informasi K3 khusus berisi
mengenai informasi K3 dan terpisah dengan informasi lainnya sehingga
keberadaannya efektif dan dapat memberikan informasi yang maksimal. Akan
tetapi, papan informasi K3 perlu ditambah agar informasi dapat tersampaikan
dengan luas untuk seluruh karyawan di tempat kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan
penambahan
papan informasi K3 dan penempatan papan informasi K3 yang tersebar di seluruh
lokasi PT.Oti Eya Abadi Morowali

Gambar 5.11 Papan Informasi K3 di PT.Oti Eya Abadi Morowali


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2020

5.3.1.3 Safety Induction


Safety Induction dilakukan oleh bidang K3 untuk setiap tamu, peserta
PKL/Kerja Praktik, tenaga kerja baru, mitra kerja, pegawai keamanan dan lain lain
yang berada pada lingkungan kerja PT.Oti Eya Abadi Morowali. Kegiatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai kebijakan K3 di
lingkungan PT.Oti Eya Abadi Morowali, serta memberikan informasi mengenai
bahaya yang dapat terjadi di area tersebut dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
Gambar 5.12 Kegiatan Rutin Safety Induction Petugas Keamanan di PT.Oti
Eya Abadi Morowali

Sumber : Dokumentasi Penulis, 20201


5.3.1.4 Dokumentasi K3

Dalam penerapan dokumentasi K3, PT.Oti Eya Abadi Morowali


menerapkan instruksi kerja pada semua prosedur K3 yang diatur dalam IMS
(Integrated Management System) dan memberlakukan surat keputusan. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
tentang Penerapan SMK3 Pasal 12 ayat (1) huruf f yang mendokumentasikan
seluruh kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3 Pasal 13 ayat
(3) yang berbunyi “Pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) harus paling sedikit dilakukan terhadap:

a) Peraturan perundang-undangan di bidang K3 dan standar di bidang K3;

b) Indikator kinerja K3;

c) Izin Kerja;

d) Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko;

e) Kegiatan pelatihan K3;

f) Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan;

g) Catatan pemantauan data;

h) Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut; i. Identifikasi


produk termasuk komposisinya;
i) Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan

j) Audit dan peninjauan ulang SMK3.

5.3.1.5 Pengendalian Dokumen


Dokumen yang dikendalikan meliputi Instruksi Kerja, Formulir dan
Dokumen Eksternal. Kegiatan pengendalian dokumen, mulai dari penerbitan,
pendistribusian, penarikan kembali dan pemusnahan dokumen merupakan
kewenangan Bidang K3, pengendalian dokumen PT.Oti Eya Abadi Morowali
dilakukan secara offline dengan mencetak file dalam bentuk hardfile yang
kemudian disimpan dalam map dan disusun di rak khusus dokumen-dokumen,
selain itu pengendalian dokumen juga dilakukan secara online dengan penyimpanan
data di computer bidang K3.
Gambar 5.13 Lemari Penyimpanan Dokumen K3

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

5.3.1.6 Pengendalian Operasi


Kegiatan operasi merupakan sumber bahaya yang paling potensial dalam
organisasi. Pengendalian operasi merupakan salah satu elemen terpenting yang,
dikarenakan sebagian besar kecelakaan terjadi pada kegiatan operasi. Pengendalian
operasi di PT.Oti Eya Abadi Morowali meliputi:

1. Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan perlengkapan wajib yang arus


digunakan oleh setiap pegawai, tamu, PKL, mautpum mitra kerja yang ada di
PT.Oti Eya Abadi Morowali. Penggunaan APD disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesesuaian pada area pekerjaan. Alat Pelindung diri juga harus tersedia di setiap
area kerja, didata dan dikelola oleh masing-masing area/bidang kerja tersebut.
Berikut merupakan APD yang wajib digunakan di area PT.Oti Eya Abadi Morowali
:
Tabel 5. 2 Alat Pelindung Diri PT. PJB UP Paiton Probolinggo

No Nama APD Fungsi

1. Safety Helmet Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-


benda yang dapat melukai kepala.
2. Safety Shoes Safety shoes berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia dan sebagainya.
3. Safety Glasses Berfungsi sebagai pelindung mata ketika
bekerja (misalnya mengelas).
4. WearPack Berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal
yang dapat membahayakan atau mengakibatkan
kecelakaan saat bekerja.
5. Rompi Reflector Berfungsi untuk mencegah terjadinya kontak
kecelakaan pada pekerja.
6. Full Body Harness Berfungsi sebagai pelindung tubuh saat bekerja
di ketinggian.
7. Pelindung Tangan Berfungsi sebagai pelindung tangan dari panas,
(Gloves) api, dingin, radiasi, dan bahan kimia.
8. Masker N95 Berfungsi untuk melindungi hidung dan mulut
serta berfungsi menyaring polutan dan partikel-
partikel halus berbahaya di udara, seperti debu.
9. Ear Plug Berfungsi untuk melindungi kebisingan pada
area kebisingan >95dB
10. Pelampung Berfungsi sebagai pelindung bagi pekerja yang
melaksanakan pekerjaan di atas permukaan air
agar terhindar dari bahaya tenggelam
11. Safety Line Berfungsi sebagai pengamanan atau penanda
daerah kerja berbahaya.
Sumber : Analisis Penulis,2021
Petugas K3 bertugas dalam kegiatan live audit untuk memeriksa
kelengkapan APD pekerja. Apabila ada beberapa pekerja yang tidak menggunakan
APD sesuai standar, seperti tidak menggunakan tidak menggunakan pelampung
saat pekerjaan inlet maka Petugas K3 akan memberikan teguran, dan memiliki hak
untuk menghentikan pekerjaan.

Gambar 5.14 Contoh APD di PT.Oti Eya Abadi Morowali


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

2. Sistem Izin Kerja

Sistem Izin Kerja atau yang biasanya disebut dengan Work Permit
merupakan izin untuk pelaksanaan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang
tinggi. Izin kerja dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan. Sistem izin kerja
berfungsi agar bahaya dan risiko pekerjaan tersebut dapat teridentifikasi dengan
baik sehingga dapat tersampaikan pula pada pekerja, sehingga dapat dilakukan
upaya pencegahan oleh pihak K3 untuk menghindari adanya kecelakaan kerja.

Izin kerja yang sedang berjalan akan disimpan sebagai catatan dan apabila
terjadi suatu kecelakaan Work Permit ini dapat mempermudah proses dari
pelacakan pada suatu kecelakaan tersebutPekerjaan yang wajib memiliki izin kerja
adalah seluruh pekerjaan jasa kontraktor, dan pekerjaan internal PT. Oti Eya Abadi
Morowali dalam kategori pekerjaan panas, ruang tertutup, penyelaman, pekerjaan
diketinggian dan sebagainya. Langkah dalam izin kerja PT. Oti Eya Abadi
Morowali seperti pada gambar dibawah :

Gambar 5.16 Work Permit pada PT. Oti Eya Abadi Morowali
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

3. Medical Check Up

PT.Oti Eya Abadi Morowali melaksanakan kegiatan MCU setiap tiga bulan
sekali. Medical check up merupakan salah satu upaya untuk mengetahui kondisi
kesehatan atau kondisi fisik pekerja. Tujuan dari pengecekan kesehatan
adalah untuk memberikan kewaspadaan terhadap kondisi kesehatan dan
mendiagnosa serta mendeteksi penyakit yang ditemukan akibat aktivitas yang
dilakukan terutama dalam tempat kerja. Penilaian risiko kesehatan merupakan
bentuk identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja dan penilaian risiko terhadap
kesehatan akibat aktivitas kerja dengan memperhitungkan pengendalian yang ada.
Pengecekan kesehatan atau medical check up yang dilakukan perusahaan terhadap
seluruh karyawan merupakan salah satu contoh kepedulian perusahaan terkait
kesehatan karyawan. Kegiatan MCU yang dilakukan seperti pengecekan fungsi
hati, pengecekan fungsi ginjal, urine, indeks massa tubuh, rontgen thorax
(berdasarkan area kerja), HBSAG (suntik vaksin HBSAG), pemeriksaan fisik dan
sebagainya.

Selain itu untuk menjaga kesehatan karyawan, PT.Oti Eya Abadi Morowali
rutin melaksanakan kegiatan pada setiap jumat pagi seperti senam kebugaran.
Berdasarkan pengamatan lapangan, para karyawan rajin mengikuti kegiatan senam
ini.

5.2.1.7 Pemeriksaan dan Pengawasan


PT.Oti Eya Abadi Morowali melakukan pemeriksaan dan pengawasan yang
telah ditetapkan dan dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3
serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada peraturan dan standar
yang berlaku. Pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan diantaranya sebagai
berikut:

1. Penyimpanan Rekaman/ Laporan-laporan K3


Penyimpanan rekaman atau laporan-laporan yang berkaitan dengan K3
disimpan dalam bentuk dokumen di dalam rak dokumen perusahaan dan juga
rekapitulasi temuan patrol P2K3. Pengecekan dan pelaporan dilakukan dengan
bantuan aplikasi IZAT sehingga mempermudah dalam pencarian dan
pengendalian hasil temuan di PT.Oti Eya Abadi Morowali.

2. IZAT K3
Tujuan dari inspeksi K3 adalah untuk mengetahui pelaksanaan serta
pemantauan K3 di lapangan, sehingga apabila ditemukan bahaya potensial dapat
diatasi dengan melakukan upaya pengendalian. Kegiatan inspeksi biasanya telah
terjadwal. Berikut ini adalah jenis inspeksi yang dilakukan oleh PT.Oti Eya Abadi
Morowali :

a) IZAT APAR,

IZAT APAR yaitu pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan dan Alat
Pemadam Api Tradisional di area kerja. Pemeriksaan APAR pada semua area
di Unit 1 & 2 PT.Oti Eya Abadi Morowali dilakukan setiap bulan.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Penempatan APAR

b. Tanggal kadaluarsa APAR

c. Kesesuaian nomor APAR

d. Peralatan layak dan mudah dicapai

e. Rambu APAR dalam keadaan baik

f. Peralatan bersih

g. Petunjuk instruksi penggunaan jelas

h. Tabel pemeriksaan APAR sudah diisi

i. Berat isi cukup (tidak kurang dari 10% dari berat yang diharuskan)

j. Tekanan APAR dalam kondisi baik

k. Tali seal pengaman

l. Pin pengaman

m. Kondisi fisik indikator dalam keadaan baik

n. Corong penyemprot bersih tidak ada gangguan

o. Selang dalam kondisi baik

Dalam inspeksi yang dilakukan, ditemukan beberapa APAR dalam kondisi


low sehingga perlu dilakukan pengisian ulang. Biasanya IZAT APAR akan
dilakukan rekap data ke dalam aplikasi IZAT untuk memudahkan dalam
penyimpanan dokumen dan menudahkan dalam penanganan untuk APAR yang
bermasalah.
Gambar 5.17 Contoh Kegiatan IZAT APAR

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

b) IZAT Hydrant

IZAT Hydrant yaitu pemeriksaan hydrant di setiap area kerja. Apakah masih
berfungsi dengan baik atau tidak dan apakah debit air pada hydrant cukup atau
tidak. Apakah terdapat kebocoran atau tidak dan apakah krannya masih dalam
keadaan baik.
c) Patrol P2K3

Patrol P2K3 yaitu patrol oleh panitia P2K3 yang dilakukan setiap hari dalam
seminggu untuk melakukan patrol pada unit yang sudah ditentukan. Temuan
patrol adan diinput pada aplikasi IZAT PATROL yang kemudian akan
dibacakan saat rapat.

5.2.1.8 Sistem Tanggap Darurat


Sistem tanggap darurat ditujukan untuk menghadapi keadaan darurat yaitu
menanggulangi kebakaran dan kecelakaan kerja. Sistem tersebut dilaksanakan
dengan kegiatan yang meliputi pembentukan personil yang bertanggung jawab
dalam penanggulangan keadaan gawat darurat yang terdiri dari pemadam api, P3K,
pengamanan dokumen, dan pengamanan personil. Selain itu, penyediaan fasilitas
gawat darurat meliputi jalur evakuasi, kotak P3K, fire alarm, hydrant, APAR, dan
sebuah klinik dengan dokter jaga. Hal tersebut telah memenuhi PP RI Nomor 50
tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 lampiran II poin 6.7 tentang “Kesiapan untuk
menangani keadaan darurat” dan Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor
Ins.11/M/BW/1997 tentang pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran
menyatakan bahwa perusahaan diwajibkan menyediakan jalan keluar untuk
menyelamatkan diri.

Gambar 5.18 Sistem Tanggap Darurat


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2021

5.4 Tingkat Pencapaian Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Oti
Eya Abadi Morowali
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap
penerapan SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali dapat diketahui presentase
tingkat pencapaiannya. Tabel di bawah ini merupakan tabel yang menerangkan
tingkat pencapaian Sistem K3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali.
Tabel 5. 3 Tingkat Pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali

No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai


Abadi Morowali

1 Setiap perusahaan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


wajib menerapkan Tahun 2012 Morowali sudah
SMK3 Pasal 5 ayat Menerapkan SMK3
diperusahaannya (1) dengan baik dan benar
karena hampir setiap
pekerjaannya memiliki
risiko tinggi. SMK3 juga
masuk dalam Sistem
Manajemen Integrasi PT.
Oti Eya Abadi Morowali.
Sistem

2 Pengusaha dalam PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


menerapkan Tahun 2012 Morowali telah
SMK3 wajib Pasal 5 ayat menerapkan SMK3
berpedoman pada (1) berdasarkan:
Peraturan
1. UU No. 1 Th 1970
Pemerintah ini
dan ketentuan 2. PP No. 50 Th 2012
peraturan
perundangundang
an serta dapat
memperhatikan
konvensi atau
No Parameter Peraturan PT. Oti Eya Abadi Nilai
Morowali

standar
Internasional

3 Penetapan PP No. 50 Sudah mempunyai 10


kebijakan K3 Tahun 2012 kebijakan K3 dan sudah
Pasal (7) disebarluaskan kepada
seluruh karyawan disetiap
area kerja, dibuktikan
dengan adanya papan
kebijakan perusahaan
yang dipasang di berbagai
area kerja

4 Prasarana dan Sarana

a.Organisasi atau PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


unit yang Tahun 2012 Morowali sudah
bertanggung Pasal 10 Ayat membentuk Panitia
jawab di bidang (4) Pembina Keselamatan
K3 dan Kesehatan Kerja
(P2K3)

b.Prosedur PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi/Instruksi Tahun 2012 Morowali telah
Kerja Pasal 10 Ayat memiliki SOP atau
(4) instruksi kerja pada setiap
kegiatan. Contoh instruksi
kerja di PT. Oti Eya
Abadi Morowali
diantaranya :

- Instruksi Kerja PJB-


IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang
Pedoman Identifikasi
dan Penilaian
Aspek/Dampak
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3

c. Informasi K3 PP No 50 PT. Oti Eya Abadi 9


Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 10 ayat menerapkan dan
(4) menyampaikan segala
bentuk Informasi K3 ke
dalam bentuk:

- Rambu

- Poster

- Banner

- Petunjuk Evakuasi

- Kebijakan K3

- Tanda Bahaya

- Papan Informasi

- Dll

Akan tetapi rambu K3 di


PT. Oti Eya Abadi
kurang tersebar di semua
area hauling road.

d. Pelaporan dan PP No. 50 Setiap Kejadian 10


Pendokumentasia Tahun 2012 Kecelakaan yang terjadi
n Pasal 10 Ayat di PT. Oti Eya Abadi
(4) Morowali telah dibuat
Laporan Kecelakaan
Kerja dan
didokumentasikan baik
dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy sesuai
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

dengan format yang


tersedia.

e. Instruksi Kerja PP No 50 Dalam pelaksanaan 10


Tahun 2012 kegiatan kerja di PT. Oti
Pasal 10 ayat Eya Abadi Morowali
(4) sudah terdapat instruksi
kerja dan telah diterapkan
dengan sesuai baik oleh
pegawai maupun pihak
luar yang terlibat dalam
proses kerja.

5 Hasil identifikasi, PP No. 50 - PT. Oti Eya Abadi 9


penilaian dan Tahun 2012 Morowali telah
pengendalian Pasal 13 Ayat menerapkan metode
risiko (3) d HIRARC dalam
identifikasi, penilaian
dan pengendalian risiko

6 Membuat PP No. 50 Sudah terdapat petunjuk 10


petunjuk K3 yang Tahun 2012 K3 di seluruh area kerja
harus dipatuhi Pasal 12 Ayat di PT. PT. Oti Eya Abadi
oleh seluruh (1) c Morowali baik dalam
pekerja/ buruh, bentuk Komunikasi K3
orang lain selain (Rambu, Poster, Banner,
pekerja/ buruh dan Papan Informasi)
yang berada di
perusahaan dan
pihak lain yang
terkait
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

7 Izin Kerja (Work PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Permit) Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 13 Ayat menerapkan izin kerja
(3) c sebelum melaksanakan
pekerjaan, yang berlaku
bagi semua pelaksana
pekerjaan baik internal
ataupun pihak ke-3
potensi bahaya K3. Jenis
pekerjaan yang
memerlukan izin kerja
antara lain :

- Pekerjaan di
Ketinggian
- Pekerjaan Panas
- Dsb
8 Kegiatan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10
pelatihan K3 Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 13 Ayat melakukan Pelatihan,
(3) e Kompetensi dan
Pelatihan K3 dengan
tujuan untuk melatih para
pekerja jika terjadi
keadaan darurat. Contoh
pelatihan K3 yang
dilaksanakan di PT. Oti
Eya Abadi Morowali
meliputi:
- Pelatihan Pemadaman
Kebakaran Tingkat Awal

- Pelatihan Tanggap
Darurat

9 Audit dan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Peninjauan Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 12 Ayat melakukan audit K3 baik
(1) c dengan Audit Internal dan
Eksternal dengan waktu
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

pelaksanaan sebagai
berikut :

1. Audit Internal, Setiap


Semester ( 2x dalam Satu
tahun)

2. Audit Eksternal, 3
Tahun sekali

10 Safety Induction UU RI Safety Induction 10


Nomor 1 dilakukan oleh bidang K3
Tahun 1970 untuk setiap tamu, peserta
Pasal 9 ayat PKL/Kerja Praktik,
(3) tenaga kerja baru, mitra
kerja, pegawai keamanan
yang berada pada
lingkungan kerja PT. Oti
Eya Abadi agar tetap
dalam kondisi aman.

11 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi 18001: 2007 Morowali telah
menerapkan pengendalian
operasi meliputi :

a. APD

b. Izin kerja (work permit)


c. LOTOTO

d. Instruksi Kerja

e. Medical Check Up

12 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi sudah 10


Dokumen 18001: 2007 menerapkan pengendalian
dokumen dengan baik.
Sehingga distribusi
informasi sudah merata.
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

13 Tanggap Darurat OHSAS PT. Oti Eya Abadi 9


18001: 2007 Morowali telah memiliki
sistem tanggap darurat
yang baik dengan
menyediakan jalur
evakuasi dan alat keadaan
darurat seperti APAR,
poliklinik, fire alarm,
emergency shower dan
kotak P3K. Akan tetapi
kotak P3K perlu
ditambah di beberapa
tempat dan instruksi
penggunaannya, sehingga
mempermudah dalam
pemakaian. Serta
perbaikan informasi
nomor pada emergency
call.
Total 167

Presentasi Tingkat Pencapaian 98,23%

Sumber : Analisis Penulis, 2021

Keterangan :

1. Nilai
0 : Tidak ada
1-3 : Ada tetapi tidak dijalankan
4-7 : Ada, dijalankan, tetapi tidak konsisten, dan tidak
berkelanjutan 8-10 : Ada, dijalankan, konsisten, dan berkelanjutan
2. Tingkat pencapaian
0-20% : Buruk
20-40% : Kurang
40-60% : Sedang
60-80% : Baik
80-100% : Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh tingkat pencapaian SMK3 di PT.
Oti Eya Abadi sebesar 98,23% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil
penilaian kualitatif tersebut disesuaikan dengan keberadaan data-data di perusahaan
baik dari data sekunder, secara observasi maupun wawancara yang dilakukan
penulis selama menjalani kerja praktik di PT. Oti Eya Abadi Morowali. Walaupun
tingkat pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali sudah masuk dalam
kategori sangat baik, akan tetapi perlu adanya upaya lebih sehingga dapat
meningkatkan pelaksanaan SMK3.

5.5 Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap


penerapan SMK3 di Tingkat Pencapaian Sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Oti Eya Abadi Morowali
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap
penerapan SMK3 di PT. Oti Eya Abadi dapat diketahui presentase tingkat
pencapaiannya. Tabel di bawah ini merupakan tabel yang menerangkan tingkat
pencapaian Sistem K3 di PT. Oti Eya Morowali.

Tabel 5. 3 Tingkat Pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali

No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai


Abadi Morowali

1 Setiap perusahaan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi sudah 10


wajib menerapkan Tahun 2012 Menerapkan SMK3
SMK3 Pasal 5 ayat /SMKP dengan baik dan
Diperusahaannya (1) benar karena hampir
setiap pekerjaannya
memiliki risiko tinggi.
SMK3 juga masuk dalam
Sistem Manajemen
Integrasi PT. Oti Eya
Abadi Morowali.
2 Pengusaha dalam PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10
menerapkan Tahun 2012 Morowali telah
SMK3 wajib Pasal 5 ayat menerapkan SMK3
berpedoman pada (1) berdasarkan :
Peraturan
1. UU No. 1 Th 1970
Pemerintah ini
dan ketentuan 2. PP No. 50 Th 2012
peraturan
perundangundang 3. OHSAS 18001:2007
an serta dapat
memperhatikan
konvensi atau
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

standar
Internasional

3 Penetapan PP No. 50 Sudah mempunyai 10


kebijakan K3 Tahun 2012 kebijakan K3 dan sudah
Pasal (7) disebarluaskan kepada
seluruh karyawan disetiap
area kerja, dibuktikan
dengan adanya papan
kebijakan perusahaan
yang dipasang di berbagai
area kerja

4 Prasarana dan Sarana

a.Organisasi atau PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


unit yang Tahun 2012 Morowali sudah
bertanggung Pasal 10 Ayat membentuk Panitia
jawab di bidang (4) Pembina Keselamatan
K3 dan Kesehatan Kerja
(P2K3)

b.Prosedur PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi/Instruksi Tahun 2012 Morowali telah
Kerja Pasal 10 Ayat memiliki SOP atau
(4) instruksi kerja pada setiap
kegiatan. Contoh instruksi
kerja di PT. PT. Oti Eya
Abadi Morowali
diantaranya :

- Instruksi Kerja -
IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang
Pedoman Identifikasi
dan Penilaian
Aspek/Dampak
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3

c. Informasi K3 PP No 50 PT. Oti Eya Abadi 9


Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 10 ayat menerapkan dan
(4) menyampaikan segala
bentuk Informasi K3 ke
dalam bentuk:

- Rambu

- Poster

- Banner

- Petunjuk Evakuasi

- Kebijakan K3

- Tanda Bahaya

- Papan Informasi

- Dll

Akan tetapi papan


informasi K3 di PT. Oti
Eya Abadi Morowali
kurang tersebar di semua
area

d. Pelaporan dan PP No. 50 Setiap Kejadian 10


Pendokumentasia Tahun 2012 Kecelakaan yang terjadi
n Pasal 10 Ayat di PT. Oti Eya Abadi
(4) Morowali telah dibuat
Laporan Kecelakaan
Kerja dan
didokumentasikan baik
dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy sesuai
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

dengan format yang


tersedia.

e. Instruksi Kerja PP No 50 Dalam pelaksanaan 10


Tahun 2012 kegiatan kerja di PT. Oti
Pasal 10 ayat Eya Abadi Morowali
(4) sudah terdapat instruksi
kerja dan telah diterapkan
dengan sesuai baik oleh
pegawai maupun pihak
luar yang terlibat dalam
proses kerja.

5 Hasil identifikasi, PP No. 50 - PT. Oti Eya Abadi 9


penilaian dan Tahun 2012 Morowali telah
pengendalian Pasal 13 Ayat menerapkan metode
risiko (3) d HIRARC dalam
identifikasi, penilaian
dan pengendalian risiko
- Tabel HIRARC yang
telah dibuat oleh PT.
Oti Eya Abadi
Morowali sudah rinci
pada setiap aktivitas
kerja namun dalam
pelaksanaan
pengendaliannya perlu
lebih dimaksimalkan
6 Membuat PP No. 50 Sudah terdapat petunjuk 10
petunjuk K3 yang Tahun 2012 K3 di seluruh area kerja
harus dipatuhi Pasal 12 Ayat di PT. Oti Eya Abadi
oleh seluruh (1) c Morowali baik dalam
pekerja/ buruh, bentuk Komunikasi K3
orang lain selain (Rambu, Poster, Banner,
pekerja/ buruh dan Papan Informasi)
yang berada di
perusahaan dan
pihak lain yang
terkait
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

7 Izin Kerja (Work PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Permit) Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 13 Ayat menerapkan izin kerja
(3) c sebelum melaksanakan
pekerjaan, yang berlaku
bagi semua pelaksana
pekerjaan baik internal
ataupun pihak ke-3
potensi bahaya K3. Jenis
pekerjaan yang
memerlukan izin kerja
antara lain :

- Pekerjaan di
Ketinggian
- Pekerjaan Panas
- Dsb
8 Kegiatan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10
pelatihan K3 Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 13 Ayat melakukan Pelatihan,
(3) e Kompetensi dan
Pelatihan K3 dengan
tujuan untuk melatih para
pekerja jika terjadi
keadaan darurat. Contoh
pelatihan K3 yang
dilaksanakan di PT. PJB
UP Paiton Probolinggo
meliputi:
- Pelatihan Pemadaman
Kebakaran Tingkat Awal

- Pelatihan Tanggap
Darurat

9 Audit dan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Peninjauan Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 12 Ayat melakukan audit K3 baik
(1) c dengan Audit Internal dan
Eksternal dengan waktu
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

pelaksanaan sebagai
berikut :

3. Audit Internal, Setiap


Semester ( 2x dalam Satu
tahun)

4. Audit Eksternal, 3
Tahun sekali

10 Safety Induction UU RI Safety Induction 10


Nomor 1 dilakukan oleh bidang K3
Tahun 1970 untuk setiap tamu, peserta
Pasal 9 ayat PKL/Kerja Praktik,
(3) tenaga kerja baru, mitra
kerja, pegawai keamanan
yang berada pada
lingkungan kerja PT. Oti
Eya Abadi Morowali agar
tetap dalam kondisi
aman.

11 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi 18001: 2007 Morowali telah
menerapkan pengendalian
operasi meliputi :

f. APD

g. Izin kerja (work permit)


h. LOTOTO

i. Instruksi Kerja

j. Medical Check Up

12 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi 10


Dokumen 18001: 2007 Morowali sudah
menerapkan pengendalian
dokumen dengan baik.
Sehingga distribusi
informasi sudah merata.
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

13 Tanggap Darurat OHSAS PT. Oti Eya Abadi 9


18001: 2007 Morowali telah
memiliki sistem tanggap
darurat yang baik dengan
menyediakan jalur
evakuasi dan alat keadaan
darurat seperti APAR,
poliklinik, fire alarm,
emergency shower dan
kotak P3K. Akan tetapi
kotak P3K perlu
ditambah di beberapa
tempat dan instruksi
penggunaannya, sehingga
mempermudah dalam
pemakaian. Serta
perbaikan informasi
nomor pada emergency
call.
Total 167

Presentasi Tingkat Pencapaian 98,23%

Sumber : Analisis Penulis, 2021

Keterangan :

3. Nilai
0 : Tidak ada
1-3 : Ada tetapi tidak dijalankan
4-7 : Ada, dijalankan, tetapi tidak konsisten, dan tidak
berkelanjutan 8-10 : Ada, dijalankan, konsisten, dan berkelanjutan
4. Tingkat pencapaian
0-20% : Buruk
20-40% : Kurang
40-60% : Sedang
60-80% : Baik
80-100% : Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh tingkat pencapaian SMK3 di PT.
Oti Eya Abadi Morowali sebesar 98,23% dan termasuk dalam kategori sangat baik.
Hasil penilaian kualitatif tersebut disesuaikan dengan keberadaan data-data di
perusahaan baik dari data sekunder, secara observasi maupun wawancara yang
dilakukan penulis selama menjalani kerja praktik di PT. Oti Eya Abadi Morowali.
Walaupun tingkat pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali sudah masuk
dalam kategori sangat baik, akan tetapi perlu adanya upaya lebih sehingga dapat
meningkatkan pelaksanaan SMK3.

5.6 Analisis Identifikasi Potensi Bahaya dengan Metode HIRARC


Pada setiap kegiatannya PT. Oti Eya Abadi Morowali harus
mengidentifikasi faktor bahaya dan risiko yang kemungkinan dialami pekerja.
Proses identifikasi bahaya dan risiko yang di PT. Oti Eya Abadi Morowali untuk
pekerja rutin dan non rutin dilakukan dengan menggunakan metode Hazard
Identification Risk Asessment and Risk Control (HIRARC). Metode HIRARC
dipilih karena metode ini bersifat preventif/proaktif dalam melakukan pencegahan
kecelakaan kerja dari tiap bahaya yang ditimbulkan sehingga diharapkan efektif
dalam mencegah dan mengendalikan potensi bahaya dan risiko yang ada di PT. Oti
Eya Abadi Morowali.

5.5.1 Analisis Tahap Identifikasi Potensi Bahaya dan Analisis Risiko


Sebagai upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, PT. Oti Eya Abadi
Morowali telah menerapkan prosedur identifikasi potensi bahaya pada setiap
kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis bahaya yang terjadi. Beberapa dampak
atau risiko yang dapat terjadi di PT. Oti Eya Abadi Morowali antara lain terjepit,
terjatuh, terbentur, gangguan pernafasan, gangguan otot, gangguan posisi tubuh,
luka bakar, dan lain-lain. Potensi bahaya yang terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor manusia, seperti kurang waspada, kurang berhati-hati, ceroboh
dan kurang paham akan aspek K3 yang telah ditetapkan pada instruksi kerja.

5.5.2 Analisis Tahan Penilaian Risiko


Tahap penilaian risiko dilakukan sebagai bentuk penilaian terhadap semua
faktor yang menimbulkan bahaya pada suatu pekerjaan. Tahap penilaian seriko
dilakukan dengan mempertimbangkan segala risiko terburuk yang dapat terjadi,
seperti risiko meninggal dunia, cidera, serta dampak lingkungan dan aset yang
ditanggung oleh pekerja dan perusahaan. Tingkat nilai keparahan yang terjadi dari
sebuah kecelakaan telah tercangtum dalam Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang Pedoman Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan
dan Bahaya Risiko K3. Pada tahap penilaian risiko di PT. Oti Eya Abadi Morowali
terdiri dari 5 tingkatan nilai, dengan nilai keparahan yang menyebabkan Dampak
Lingkungan (DL), Sanksi Lingkungan (SL), Cidera Manusia (CM), dan Aset (AS).
Tahap penilaian risiko ini diharapkan dapat diperoleh kemungkinan yang relevan
antara aktifitas bekerja dan potensi bahaya yang dihasilkan, sehingga dapat
memudahkan dalan penetapan upaya dan pengendalian risiko yang dilakukan.

Setiap dampak lingkungan dan risiko K3 akan dinilai tingkat keparahannya


bila dampak dan risiko tersebut benar-benar terjadi dengan mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut:

1. Dampak Lingkuhgan (DL) adalah waktu recovery atau perbaikan yang


dilakukan terkait luasnya dampak lingkungan yang ditimbulkan.
2. Sanksi Lingkungan (SL) adalah seberapa besar sanksi yang diberikan oleh
KLHK sebagai akibat dari dampak yang timbul.
3. Cedera Manusia (CM) adalah seberapa parah cedera atau luka yang terjadi
pada manusia.
4. Aset (AS) adalah seberapa parah kerusakan properti/ barang atau berapa
besarnya nilai kerugian yang terjadi.

Nilai Keparahan (S) adalaah S = nilai MAX (DL;SL;CM;AS)

Analisis tahap penilaikan risiko/nilai keparahan akan dijelaskan secara rinci dalam
tabel berikut :
Tabel 5.4 Kriteria Nilai Keparahan

Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)


Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

1 Terjadi Berita acara Tidak ada Kerusakan aset


pencemaran Pembinaan korban luka ringan, biaya
lingkungan namun Kinerja atau cidera perbaikan
masih ambang lingkungan dari tidak
batas KLH dan Dinas Lngkungan signifikan serta
dampak terhadap Hidup atau dari Kerusakan
lingkungan dapat KLHK critical asset
segera diatasi hanya
membutuhkan
perbaikan
minor, atau
beberapa hari

2 Terjadi Berita acara Korban luka Kerusakan aset


pencemaran Pembinaan ringan ringan, perlu
lingkungan namun Direktorat perbaikan,
masih dalam Penegakkan biaya
ambang batas KLH Hukum KLHK perbaikan
dan dampak dengan sanksi kurang dari
terhadap Administrasi sama dengan
lingkungan dapat 10% nilai aset
segera diatasi < 1 serta
bulan Kerusakan
critical asset
membutuhkan
Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)
Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

perbaikan 1
bulan

3 Terjadi Berita acara Korban luka Kerusakan aset


pencemaran Pengawasan berat atau sedang, perlu
lingkungan diluar Direktorat berdampak perbaikan,
ambang batas KLH Penegakkan pada niaya
dan dampak Hukum KLHK kesehatan perbaikan
terhadap dengan peringatan lebih dar 10%
lingkungan dapat dan sanksi sampai dengan
diatasi (>1 bulan) administrasi 25% nilai asset
paksaan serta
pemerintah Kerusakan
critical asset
membutuhkan
perbaikan
hingga 3 bulan

4 Terjadi Berita acara Korban cacat Aset rusak


pencemaran Pengawasan permanen berat (perlu
lingkungan diluar Direktorat atau penyakit perbaikan),
ambang batas KLH Penegakkan akibat kerja biaya
dan dampak Hukum KLHK perbaikan
lingkungan bersifat dengan delik lebih dari 25%
permanen, tidak pidana dan denda nilai aset serta
dapat segera diatasi pencemaran Kerusakan
lingkungan critical asset
membutuhkan
3-6 bulan
Nilai Dampak Sanksi Cidera Aset (AS)
Lingkungan (DL) Lingkungan Manusia
(SL) (CM)

5 Terjadi Berita acara Korban jiwa Aset rusak


pencemaran Pengawasan Atau berat ( tidak
lingkungan diluar Direktorat meninggal dapat
ambang batas KLH Penegakkan (fatality) digunakan
dan dampak Hukum KLHK lagi) serta
lingkungan bersifat dan Kepolisian RI Kerusakan
permanen, tidak untuk penutupan critical asset
dapat segera diatasi lokasi operasi dan membutuhkan
usaha serta pidana perbaikan > 6
bagi penanggung bulan, atau
jawab usaha penggantian

Note : Luka Ringan = luka yang penanganannya tidak lebih dari 1x24 jam

Luka Berat = luka yang penanganannya lebih dari 1x24 jam

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Di PT. PJB UP Paiton Probolinggo tingkat kemungkinan dari suatu potensi


bahaya mampu berakibat kecelakaan kerja dikelompokkan menjadi lima faktor
kemungkinan yaitu 1 = Sangat kecil, 2 = Kecil, 3 = Sedang, 4 = Besar, 5 = Sangat
Besar dengan bobot kuantitatif 0-100% dimana 100% adalah kemungkinan terbesar
dari suatu potensi bahaya yang dapat terjadi dari suatu pekerjaan atau dengan kata
lain, semakin besar nilai maka semakin besar kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di area kerja tersebut. Berikut merupakan tabel penjelasan mengenai
penentuan tingkat kemungkinan pada suatu analisis potensi bahaya.
Tabel 5.5 Kriteria Nilai Kemungkinan

Rating Kualitatif
Kuantitatif
Kategori Deskripsi Frekuensi Probabilitas

1 Sangat Hampir dapat Tidak pernah <10%


Kecil dipastikan tidak akan terjadi dalam
terjadi rentang waktu 5
tahun

2 Kecil Kemungkinan kecil Tidak pernah 10% - 30%


akan terjadi terjadi dalam
rentan waktu
antara 2 dan 4
tahun

3 Sedang Kemungkinan sama Terjadi 1 kali >30% -


antara akan terjadi dalam rentang <70%
dan tidak terjadi waktu 1 tahun
terakhir

4 Besar Kemungkinan besar Terjadi 2 sampai 70% - 90%


akan terjadi 12 kali dalam
rentang waktu 1
tahun

5 Sangat Hampir dapat Terjadi > 12 kali >90%


Besar dipastikan akan dalam rentang
terjadi waktu satu tahun

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Terhadap semua aspek dan bahaya LK3 dilakukan penetapan tingkat risiko
dengan mempertimbangkan factor pengendalian yang ada saat ini (Faktor Earty
Control Management atau Faktor ECM).
Tingkat Risiko Awal = Nilai Kemungkinan (P) x Nilai Keparahan (S)
Tingkat Risiko = Tingkat Risiko Awal x Nilai Faktor ECM
Nilai ECM terdapat dari Instruksi Kerja PJB-IMS No. IKKP-12.6.4.1.3 tentang Pedoman
Identifikasi dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3. Besarnya nilai
ECM merupakan ketetapan yang harus digunakan untuk seluruh unit di PT. Pembangkitan
Jawa-Bali.
Tabel 5. 6 Tabel Kriteria Faktor ECM

Faktor ECM Pengendalian

0,3 Seluruh pengendalian relevan, diterapkan dan secara


sistematis berjalan untuk Enjiniring, Administratif, APD, dan
Spill Kit.

0,6 Seluruh pengendalian diterapkan, namun pengendalian lebih


lanjut diperlukan untuk Enjiniring, Administratif, APD, dan
Spill Kit.

0,9 Beberapa pengendalian seperti Enjiniring, Administratif,


APD, dan Spill Kit tersedia, namun tidak cukup atau tidak
relevan untuk mengurangi risiko

1 Tidak ada pengendalian dalam aktifitas

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Di PT. Oti Eya Abadi penentuan matriks penilaian risiko LK3 diperoleh
dengan cara mengalikan hasil kategori tingkat kemungkinan dengan kategori
tingkat dampak. Misalnya pada suatu analisis potensi bahaya dan risiko di dapatkan
nilai kemungkinan 3 (Sedang) dan tingkat dampaknya 2 (Minor) maka diperoleh
tingkat penilaiain risiko yaitu Moderat. Matriks risiko LK3 dapat dijelaskan pada
tabel 5.7 berikut :
Tabel 5. 7 Matriks Risiko LK3

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

Dari matriks penilaian risiko LK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali maka
didapatkan 4 kategori risiko yaitu dari Tingkat I (Rendah), Tingkat II (Moderat),
Tingkat III (Tinggi), dan Tingkat IV (Ekstrim) dan diperoleh tindakan yang harus
dilakukan dalam penanganan masing-masing tingkatan risiko tersebut yang
dijabarkan pada table dibawah ini.
Tabel 5.8 Kategori Risiko dan Tindakan Yang Dibutuhkan

Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang


Risiko Risiko Dibutuhkan

Risiko < 5 dengan I Rendah Tidak diperlukan tindakan


dampak ≤ 3
Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang
Risiko Risiko Dibutuhkan

- Risiko : 5 ≤ x II Moderat Tidak diperlukan tindakan


< 10 dampak < tambahan, memerlukan pemantauan
3 (patrol) untuk memastikan
- Risiko < 9 pengendalian yang ada dipelihara.
dengan
dampak = 3
- Risiko = 10 III Tinggi Harus melakukan tindakan untuk
dengan menurunkan tingkat risiko,
dampak = 2 pengukuran pengurangan risiko
- Risiko ≥ 9 harus diterapkan dalam periode
dengan waktu tertentu ( 6 bulan)
dampak = 3
- Risiko < 20
dengan
dampak 4
- Risiko ≥ 10 IV Ekstrim Pekerjaan sebaiknya tidak dilakukan
dengan sampai tingkat risiko diturunkan.
dampak = 5 Penggunaan sumberdaya dapat
- Risiko ≥ 20 dipertimbangkan untuk
dengan dialokasikan dalam menurunkan
dampak = 4 risiko. Bila risiko
melibatkan pekerjaan yang sedang
berlangsung, perlu diambil tindakan
segera. Jika risiko tidak
mungkin diturunkan sekalipun
dengan sumberdaya yang tidak
terbatas, pekerjaan dihentikan
dan tidak boleh dilakukan (dalam
waktu 7 hari, minimum
Tingkat Risiko Kategori Jenis Tindakan dan Waktu Yang
Risiko Risiko Dibutuhkan

pengendalian administratif harus


dilakukan).

Sumber: Dokumen Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan Penilaian


Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3, 2015

5.5.3 Analisis Tahap Pengendalian Risiko


Analis tahap pengendalian risiko dilakukan dengan memberikan usulan
mengenai pengendalian risiko yang sesuai dengan bahaya yang ada. Usulan yang
diberikan mengacu pada hierarki pengendalian risiko dari jenis pengendalian risiko
LK3 dan kriteria penilaian faktor ECM. Hierarki pengendalian risiko dari mulai
tingkat yang paling besar hingga tingkat yang paling kecil secara berurutan terdiri
dari eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pengendalian administratif, penggunaan
alat pelindung diri dan Spill Kit sesuai dengan Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi
dan Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 di PT.Oti Eya
Abadi Morowali.

Penyusunan HIRARC dilakukan oleh setiap bidang di PT. Oti Eya Abadi
Morowali dengan berdasarkan ketentuan Instruksi Kerja Pedoman Identifikasi dan
Penilaian Aspek/Dampak Lingkungan dan Bahaya Risiko K3 yang telah diberikan
oleh bidang K3. Data pada setiap bidang tersebut kemudian diolah kembali oleh
bidang K3 sehingga PT. Oti Eya Abadi Morowali mengetahui berbagai bahaya
serta risiko yang dapat timbul dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Data
HIRARC seluruh kegiatan pada 15 bidang di PT. Oti Eya Abadi Morowali terdapat
pada lampiran. Dari data yang diperoleh dari 15 bidang tersebut terdapat 21
pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko tinggi sehingga memerlukan
dilakukannya mitigasi risiko agar menurunkan risiko terjadinya kecelakaan.
Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh 9 bidang antara lain Enjinering, Lingkungan,
MMK, MRK, Umum & CSR, Gudang, Rendalhar, Kimia & Lab, dan Tech.Owner
yang dapat dilihat pada tabel 5.10.

Contoh pengendalian risiko PT. Oti Eya Abadi Morowali yang dilakukan
pada bidang Kimia dan Lab yang mempunyai jumlah kegiatan berisiko paling
banyak
yaitu 4 kegiatan. Contoh kegiatan yang dianalisis yaitu pada aktivitas “Analisa Air”
dengan melakukan kegiatan pengambilan air sampel yang memiliki risiko terjepit,
terjatuh, dan terbentur hal ini disebabkan oleh letak pengambilan sampel yang sulit
terjangkau. Kegiatan tersebut mempunyai data :

Tingkat kemungkinan (P) = 5 (Sangat Besar)

Tingkat Keparahan (S) (nilai MAX) = 3 (Medium) / Cidera Manusia (CM)

Tingkat Risiko Awal (PxS) = 5 x 3 = 15

Sehingga dari matriks risiko LK3 dan tabel kategori risiko didapatkan bahwa
kegiatan pengambilan sampel tersebut memiliki tingkat kategori risiko III (Tinggi).
Dari kegiatan pengambilan air sampel dapat dilakukan pengendalian risiko dengan
Faktor ECM nilai 0,6 (Seluruh pengendalian diterapkan, namun pengendalian
lebih lanjut diperlukan untuk Enjiniring, Administratif, APD dan Spill kit).
Pengendalian risiko dilakukan dengan Engineering Control yaitu dengan
memodifikasi line sampel sehingga dapat menurunkan tingkat risiko yang tinggi
menjadi rendah. Contoh table HIRARC bidang kimia yang dianalisis dapat dilihat
pada tabel 5.9.
dapat diketahui presentase tingkat pencapaiannya. Tabel di bawah ini
merupakan tabel yang menerangkan tingkat pencapaian Sistem K3 di PT. Oti Eya
Abadi .
Tabel 5. 3 Tingkat Pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali

No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai


Abadi Morowali

1 Setiap perusahaan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


wajib menerapkan Tahun 2012 Morowali sudah
SMK3 Pasal 5 ayat Menerapkan SMK3
diperusahaannya (1) dengan baik dan benar
karena hampir setiap
pekerjaannya memiliki
risiko tinggi. SMK3 juga
masuk dalam Sistem
Manajemen Integrasi PT.
Oti Eya Abadi Morowali.
Sistem
.

2 Pengusaha dalam PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


menerapkan Tahun 2012 Morowali telah
SMK3 wajib Pasal 5 ayat menerapkan SMK3
berpedoman pada (1) berdasarkan:
Peraturan
1. UU No. 1 Th 1970
Pemerintah ini
dan ketentuan 2. PP No. 50 Th 2012
peraturan
perundangundang
an serta dapat
memperhatikan
konvensi atau
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

3 Penetapan PP No. 50 Sudah mempunyai 10


kebijakan K3 Tahun 2012 kebijakan K3 dan sudah
Pasal (7) disebarluaskan kepada
seluruh karyawan disetiap
area kerja, dibuktikan
dengan adanya papan
kebijakan perusahaan
yang dipasang di berbagai
area kerja

4 Prasarana dan Sarana

a.Organisasi atau PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


unit yang Tahun 2012 Morowali sudah
bertanggung Pasal 10 Ayat membentuk Panitia
jawab di bidang (4) Pembina Keselamatan
K3 dan Kesehatan Kerja
(P2K3)

b.Prosedur PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi/Instruksi Tahun 2012 Morowali telah
Kerja Pasal 10 Ayat memiliki SOP atau
(4) instruksi kerja pada setiap
kegiatan. Contoh instruksi
kerja di PT. Oti Eya
Abadi Morowali
diantaranya :

- Instruksi Kerja PJB-


IMS No. IKKP-
12.6.4.1.3 tentang
Pedoman Identifikasi
dan Penilaian
Aspek/Dampak
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

Lingkungan dan
Bahaya Risiko K3

c. Informasi K3 PP No 50 PT. Oti Eya Abadi 9


Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 10 ayat menerapkan dan
(4) menyampaikan segala
bentuk Informasi K3 ke
dalam bentuk:

- Rambu

- Poster

- Banner

- Petunjuk Evakuasi

- Kebijakan K3

- Tanda Bahaya

- Papan Informasi

- Dll

Akan tetapi papan


informasi K3 di PT. Oti
Eya Abadi Morowali
kurang tersebar di semua
area

d. Pelaporan dan PP No. 50 Setiap Kejadian 10


Pendokumentasia Tahun 2012 Kecelakaan yang terjadi
n Pasal 10 Ayat di PT. Oti Eya Abadi
(4) Morowali telah dibuat
Laporan Kecelakaan
Kerja dan
didokumentasikan baik
dalam bentuk softcopy
maupun hardcopy sesuai
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

dengan format yang


tersedia.

e. Instruksi Kerja PP No 50 Dalam pelaksanaan 10


Tahun 2012 kegiatan kerja di PT. Oti
Pasal 10 ayat Eya Abadi Morowali
(4) sudah terdapat instruksi
kerja dan telah diterapkan
dengan sesuai baik oleh
pegawai maupun pihak
luar yang terlibat dalam
proses kerja.

5 Hasil identifikasi, PP No. 50 - PT. Oti Eya Abadi 9


penilaian dan Tahun 2012 Morowali telah
pengendalian Pasal 13 Ayat menerapkan metode
risiko (3) d HIRARC dalam
identifikasi, penilaian
dan pengendalian risiko
- Tabel HIRARC yang
telah dibuat oleh PT.
Oti Eya Abadi
Morowali sudah rinci
pada setiap aktivitas
kerja namun dalam
pelaksanaan
pengendaliannya perlu
lebih dimaksimalkan
6 Membuat PP No. 50 Sudah terdapat petunjuk 10
petunjuk K3 yang Tahun 2012 K3 di seluruh area kerja
harus dipatuhi Pasal 12 Ayat di PT. Oti Eya Abadi
oleh seluruh (1) c Morowali baik dalam
pekerja/ buruh, bentuk Komunikasi K3
orang lain selain (Rambu, Poster, Banner,
pekerja/ buruh dan Papan Informasi)
yang berada di
perusahaan dan
pihak lain yang
terkait
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. PJB UP Nilai
Paiton Probolinggo

7 Izin Kerja (Work PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Permit) Tahun 2012 Morowali sudah
Pasal 13 Ayat menerapkan izin kerja
(3) c sebelum melaksanakan
pekerjaan, yang berlaku
bagi semua pelaksana
pekerjaan baik internal
ataupun pihak ke-3
potensi bahaya K3. Jenis
pekerjaan yang
memerlukan izin kerja
antara lain :

- Pekerjaan di
Ketinggian
- Pekerjaan Panas
- Dsb
8 Kegiatan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10
pelatihan K3 Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 13 Ayat melakukan Pelatihan,
(3) e Kompetensi dan
Pelatihan K3 dengan
tujuan untuk melatih para
pekerja jika terjadi
keadaan darurat. Contoh
pelatihan K3 yang
dilaksanakan di PT. Oti
Eya Abadi Morowali
meliputi:
- Pelatihan Pemadaman
Kebakaran Tingkat Awal

- Pelatihan Tanggap
Darurat

9 Audit dan PP No. 50 PT. Oti Eya Abadi 10


Peninjauan Tahun 2012 Morowali telah
Pasal 12 Ayat melakukan audit K3 baik
(1) c dengan Audit Internal dan
Eksternal dengan waktu
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

pelaksanaan sebagai
berikut :

5. Audit Internal, Setiap


Semester ( 2x dalam Satu
tahun)

6. Audit Eksternal, 3
Tahun sekali

10 Safety Induction UU RI Safety Induction 10


Nomor 1 dilakukan oleh bidang K3
Tahun 1970 untuk setiap tamu, peserta
Pasal 9 ayat PKL/Kerja Praktik,
(3) tenaga kerja baru, mitra
kerja, pegawai keamanan
yang berada pada
lingkungan kerja PT. Oti
Eya Abadi Morowali agar
tetap dalam kondisi
aman.

11 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi 10


Operasi 18001: 2007 Morowali telah
menerapkan pengendalian
operasi meliputi :

k. APD

l. Izin kerja (work permit)


m. LOTOTO

n. Instruksi Kerja

o. Medical Check Up

12 Pengendalian OHSAS PT. Oti Eya Abadi 10


Dokumen 18001: 2007 Morowali sudah
menerapkan pengendalian
dokumen dengan baik.
Sehingga distribusi
informasi sudah merata.
No Parameter Peraturan Keadaan di PT. Oti Eya Nilai
Abadi Morowali

13 Tanggap Darurat OHSAS PT. Oti Eya Abadi 9


18001: 2007 Morowali telah
memiliki sistem tanggap
darurat yang baik dengan
menyediakan jalur
evakuasi dan alat keadaan
darurat seperti APAR,
poliklinik, fire alarm,
emergency shower dan
kotak P3K. Akan tetapi
kotak P3K perlu
ditambah di beberapa
tempat dan instruksi
penggunaannya, sehingga
mempermudah dalam
pemakaian. Serta
perbaikan informasi
nomor pada emergency
call.
Total 167

Presentasi Tingkat Pencapaian 98,23%

Sumber : Analisis Penulis, 2021

Keterangan :

5. Nilai
0 : Tidak ada
1-3 : Ada tetapi tidak dijalankan
4-7 : Ada, dijalankan, tetapi tidak konsisten, dan tidak
berkelanjutan 8-10 : Ada, dijalankan, konsisten, dan berkelanjutan
6. Tingkat pencapaian
0-20% : Buruk
20-40% : Kurang
40-60% : Sedang
60-80% : Baik
80-100% : Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh tingkat pencapaian SMK3 di PT. Oti
Eya Abadi Morowali sebesar 98,23% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil
penilaian kualitatif tersebut disesuaikan dengan keberadaan data-data di perusahaan
baik dari data sekunder, secara observasi maupun wawancara yang dilakukan penulis
selama menjalani kerja praktik di PT. Oti Eya Abadi Morowali. Walaupun tingkat
pencapaian SMK3 di PT. Oti Eya Abadi Morowali sudah masuk dalam kategori sangat
baik, akan tetapi perlu adanya upaya lebih sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan
SMK3.

Anda mungkin juga menyukai