Anda di halaman 1dari 20

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN : MOROWALI MOORING DOLPHIN PROJECT


LOKASI : MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. UMUM
Metode Pelaksanaan dalam hal ini adalah Metode konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan
pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau
standarisasi yang telah teruji. Beberapa aspek yang mempengaruhi metode konstruksi, diantaranya :
 Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
 Inovasi teknologi
 Sumber daya proyek (Tenaga kerja, Bahan/material, Peralatan)
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, diperlukan suatu metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan
lapangan, khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang
tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Proses Mobilisasi dan Demobilisasi, mencakup antar jemput/mendatangkan personil proyek,
staff, pegawai dan pekerja, bahan-bahan bangunan, peralatan dan keperluan-keperluan insidental
untuk melaksanakan seluruh pekerjaan, untuk pindah di dalam lokasi proyek dan pemindahan/
pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya pekerjaan. Dimana proses mobilisasi dan
demobilisasi ini juga mencakup pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek
beserta pemasangannya, dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
Proses demobilisasi atau pemindahan personil, staff, pegawai dan pekerja maupun alat-alat kerja
dilakukan setelah pekerjaan selesai dikerjakan. Proses mobilisasi dilakukan dengan terlebih dahulu
memasukkan rencana detail mengenai prosedur mobilisasi kepada Direksi/Engineer/Pengawas dalam
waktu 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja.
Peralatan yang akan dilakukan proses mobilisasi dan demobilisasi ini antara lain:
1) Tugboat & Ponton Pancang : 1 unit
2) Crane Pancang & Diesel Hammer : 1 unit
3) Mesin Las : 1 unit
4) Genset : 2 unit
5) Theodolite : 1 unit
6) Waterpass : 1 unit
Tahapan Pekerjaan:
 Pada tahap awal, dilakukan pengecekan semua peralatan yang akan digunakan pada pekerjaan.
Fase ini dilakukan untuk memastikan agar peralatan yang akan digunakan tidak akan mengalami
gangguan/kerusakan yang fatal akibat kesalahan/kerusakan peralatan yang terjadi sebelum alat
digunakan.
 Setelah semua peralatan dinyatakan tidak memiliki masalah kemudian diurus tentang ijin operasi
dan mobilisasi alat di pelabuhan
 Kemudian semua peralatan dimuat kemudian dikirim ke lokasi pekerjaan

Page 1 of 20
 Setelah peralatan tiba ke lokasi pekerjaan, selanjutnya alat-alat tersebut disimpan dan dirawat
untuk kemudian dipergunakan pada pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan peralatan

Gambar 1 : Mobilisasi Peralatan (Alat berat) dan Bahan/Material

Page 2 of 20
2. Pengukuran dan Positioning
Pekerjaan pengukuran dilakukan dengan mengambil titik referensi (Bench mark) yang ada di
lapangan. Pekerjaan ini dimaksudkan agar lay-out dan Elevasi dari Gambar Rencana
dipindahkan ke posisi yang tepat di lapangan. Titik titik referensi harus dapat ditentukan
dengan tepat di lokasi, karena dengan kesalahan posisi tersebut akan menyebabkan
perubahan yang mendasar dari struktur pendukungnya. Pengukuran dilakukan dengan alat
Theodolit dan Waterpass dengan ketelitian yang dapat diterima. Hasil pengukuran akan
diajukan ke Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya sebelum dilanjutkan dengan
pelaksanaan.

a. Alat :
 Alat Ukur Theodolith Lengkap
 Alat Ukur Waterpass Lengkap
 Alat Bantu
b. Proses Kerja :
 Pihak kontraktor dan direksi mengadakan pertemuan membahas posisi letak
dermaga berdasarkan layout rencana. Pada pekerjaan tahap ini adalah penentuan
letak talud pasangan batu kosong di area darat pelabuhan.
 Surveyor kemudian mencari lokasi titik BM terdekat dan kemudian membuat
Temporary BM di sekitar dermaga dengan berpatokan pada elevasi BM yang
menjadi referensi.

Gambar 2 : Pengukuran dan Positioning

Page 3 of 20
3. Direksi Keet
Untuk Direksi Keet, dibuat dengan konstruksi semi permanen dengan ukuran sesuai gambar
dan luas dilengkapi mobiler sederhana 1 meja tulis, 2 buah kursi duduk, 1 stel kursi tamudan
1 lembar tripleks tempat menempel gambar.
Untuk gudang dan bangsal kerja dibuat bangunan sementara yang dapat melindungi
pekerjadari panas dan hujan.Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerjaan dan gudang untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai
kunci yang kuat/baik untuk keamanan bahan dan perlengkapan proyek.

Gambar 3 : Direksi Keet dan Gudang Bahan Gambar 4 : Layout Direksi Keet dan Gudang Bahan

Peralatan yang digunakan Alat-alat tukang :


- Meteran - Kapak
- gergaji - Kuas cat
- Palu - alat bantu lainnya
Produktivitas Pekerjaan:
Untuk pekerjaan pembangunan direksi keet dan gudang bahan ini, rencana penggunaan
Tenaga Kerja adalah:
Mandor 1
Kepala Tukang 1
Tukang 2
Pekerja 4
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan direksi keet dan gudang bahan
dengan volume 25 m2 adalah: 5 hari.

Page 4 of 20
4. Gudang Bahan
Selama proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan disediakan alat penolong untuk
menghindari bahaya dan memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan ditempat pekerjaan.
Untuk P3K maka pihak kontraktor wajib menjalankan program K3 diantaranya dengan
menggunakan alat-alat pengaman yang telah disyaratkan dan kontraktor akan menyediakan
kotak P3K yang isinya antara lain : yodium, perban, kapas, kasa steril, balsam, minyak kayu
putih, obat penghilang rasa sakit, dan obat-obat penyakit ringan lainnya.
Selama proyek berlangsung, di lokasi proyek perlu disediakan alat penerangan yang cukup
memadai sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan yang sedang berjalan yang
membutuhkan penerangan yang cukup, seperti pada pekerjaan pada malam hari. Alat
penerangan perlu dijaga selama proyek berlangsung sehingga tidak terjadi masalah selama
masa proyek tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan dimalam hari maupun kebutuhan kantor, digunakan sumber listrik Genset dan
kapasitas Genset yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
Tahapan Pekerjaan:
 Pekerjaan penerangan dilakukan selama pekerjaan berlangsung di mana pekerjaan
tersebut membutuhkan penerangan yang cukup, seperti pada malam hari dan di tempat
yang kurang cahaya
 Genset diatur sedemikian rupa tempatnya sehingga tidak mengganggu lalu lintas
pekerjaan tapi tidak juga mengurangi daya akibat kabel yang terlalu panjang
 Dibuat panel listrik sebagai sentral untuk mempermudah pengaturan dari penggunaan
lampu penerangan atau disesuaikan dengan kebutuhan.
Peralatan yang digunakan:
 Genset
 Kabel
 Lampu Halogen dan Lampu TL
 Fiting lampu, stop kontak, saklar
 Alat bantu lainnya
Bahan Bakar yang digunakan:
 Solar
 Oli
Produktivitas Pekerjaan:
Untuk pekerjaan penerangan lapangan ini, rencana penggunaan Tenaga Kerja adalah:
 Mandor 1
 Tukang 1
 Pekerja 2

Page 5 of 20
5. Penerangan dan Keselamatan Kerja
Flowchart analisis pendekatan teknis Penerangan : Flowchart analisis pendekatan teknis Keselamatan Kerja :

Gambar 6 : Petunjuk Keselamatan Kerja

Gambar 5 : Genset untuk Penerangan

Page 6 of 20
6. Dokumentasi/Administrasi/As built drawing
Sebelum pekerjaan dimulai, perlu dipersiapkan data-data administrasi, meliputi:
 Jaminan Asuransi Tenaga Kerja untuk melindungi Tenaga Kerja dari Kecelakaan Kerja
 Buku harian di tempat kerja yang mencatat kejadian-kejadian di tempat kerja yang
meliputi: banyaknya pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari; hari kerja dan tidak kerja,
bahan bangunan yang datang, yang dipergunakan dan yang di tolak atau di terima;
kemajuan pekerjaan; dan kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan. Buku harian ini harus ditandatangani bersama antara pelaksana
dan pengawas harian sebagai tanda persetujuan.
 Buku direksi yang dipergunakan untuk mencatat semua instruksi direksi yang
ditandatangani direksi.
Proses dokumentasi dilakukan dalam setiap tahap kegiatan sehingga semua proses
kegiatan dapat di ketahui atau terekam. Dokumentasi dilakukan dengan Photo Digital
sehingga hasilnya dapat dilihat langsung di komputer kerja yang disediakan di lapangan,
sehingga memudahkan dalam proses pengontrolan.
Pekerjaan As Built Drawing dilakukan setelah pelaksanaan item-item pekerjaan selesai
dilaksanakan yang menunjukkan gambaran pekerjaan yang telah dilaksanakan/gambar
bangunan seperti yang terbangun di lapangan.
Selama pekerjaan berlangsung harus selalu di dokumentasi guna pembuatan Laporan
Mingguan dan Bulanan serta untuk dokumentasi terminj pekerjaan.
Dokumentasi meliputi :
1. Dokumentasi / Foto 0 % (nol persen)
2. Dokumentasi / Foto 25 %
3. Dokumentasi / Foto 75 %
4. Dokumentasi / Foto 100 %
Selama pekerjaan berlangsung harus menyerahkan laporan photo pelaksanaan pekerjaan
setiap pekerjaan dan pada setiap lokasi diambil 3 photo yang menggambarkan keadaan
sebelum mulai pekerjaan, keadaan dalam tahap pelaksanaan dan keadaan dalam selesai
pekerjaan telah selesai dilaksanakan.

Page 7 of 20
Flowchart analisis pendekatan teknis Dokumentasi: Flowchart analisis pendekatan teknis As Built Drawing :
dan Administrasi

Page 8 of 20
B. PEKERJAAN TIANG PANCANG
Pekerjaan Tiang Pancang
Pengadaan Tiang Pancang Baja Ø 609,6 mm ; t= 14mm untuk tiang pancang trestle.
Tahapan ini dilaksanakan dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada persyaratan bahan pada RKS,
diawali dengan pemesanan Pipa Pancang Baja.Tahapan pelaksanaan pengadaan pipa

Start

Observasi
Pabrik

No

Tes RKS

Yes

Order Pipa

Order Angkutan

Bongkar di Lokasi Stop

Pengadaan Tiang Pancang


Penjelasan diatas adalah :
1) Setelah disetujui oleh owner, produk tiang pancang yang disetujui sesuai spesifikasi teknis dari pabrik
dan di angkut menggunakan truk ke pelabuhan terdekat. kemudian diteruskan dengan kapal ke
site.
2) Sedangkan setibanya dilokasi proyek, maka pipa pancang akan ditumpuk di areal penumpukan.

Jika lokasi penumpukan yang digunakan adalah areal darat, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Lokasi penumpukan material harus yang baik serta tidak mudah amblas karena berat dari tiang
pancang itu sendiri, bila perlu lokasi penumpukan diperbaiki terlebih dahulu kondisi tanahnya
dengan memberikan lapisan gravel atau diberi bantalan kayu yang kuat.
b. Proses penumpukan dikerjakan dengan hati hati, agar pipa tidak lepas / lari dari tumpukannya.
c. Tiang harus ditumpuk sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan bentuk fisik. Maka
dari itu tiang diberi kayu ganjalan berukuran 10 cm untuk setiap jarak 4 m diantara tiang dan
permukaan tanah dan dilapisan paling bawah tumpukan tiang maksimum adalah 3 lapisan atau
setinggi 2 meter.
d. Jarak antara tiang 1 dan lainnya adalah 10-20 cm untuk memberikan ruang gerak pemasangan
dan pelepasan tali baja dan untuk mencegah terjadinya kecelakaan selama proses pengangkatan
tiang.
e. Untuk mencegah runtuhnya tumpukan tiang disarankan memakai ganjal kayu (skid).
Jika lokasi penumpukan yang digunakan adalah areal laut, maka tiang pancang diikat dengan seling dan

Page 9 of 20
ditarik atau diangkat dengan crane

Gambar 16 : Pengadaan Tiang


Pancang Pipa Baja

Pengangkutan tiang pancang ke titik pancang

a. Tahapan Pekerjaan :
 Pengangkatan tiang-tiang yang telah disambung dan diberi lapisan pelindung dikerjakan dengan
menggunakan crane dan diletakkan diatas ponton transport. Titik pengangkatan tiang harus
diperhatikan agar tidak menyebabkan tiang menjadi bengkok, serta lapisan pelindung menjadi
cacat.
 Kemudian Ponton Transport yang telah dimuati tiang, ditarik oleh boat kelokasi ponton pancang
yang berada pada tempat titik pancang. Dari Ponton Transport ini tiang diangkat menggunakan
Leader pancang dan diposisikan dengan benar pada kedudukan titik pancang, sebelum
pemancangan dimulai.
 Pengangkutan tiang pancang dari lokasi penumpukan ke titik pancang dilakukan dengan
menggunakan ponton transport yang dilengkapi dengan crane pengangkut digeser dengan
tugboat mendekat ke arah ponton pancang.

b. Peralatan yang digunakan:


1. Ponton Transport
2. Crane, dan
3. Tug Boat
Tenaga Kerja yang digunakan:
1. Operator Crane
2. Pekerja
Alat yang Digunakan:
1. Crane
2. Sling (Tali Baja)

Gambar 17 : Pengangkutan Tiang Pancang ke Titik Pancang

Page 10 of 20
Pemancangan Tiang Pancang
 Pemancangan Tiang Pancang Baja Ø 609,6 mm ; t= 14mm untuk tiang pancang trestle.

Pendekatan tahapan pelaksanaan pemancangan sebagaimana gambar Flowchart di bawah ini :


Mulai

Penentuan titik awal


Theodolite, DGPS,
survey sebagai Bench
Automatic Tilt Meter
Mark

Meletakkan alat ukur (theodolites)


pada posisi BM, sebagai titik acuan
menentukan lokasi titik pancang

Cek Posisi

Pencatatan:
Koord, ketinggian,
jarak

Set alat pancang bersama


pipa pancangnya pada
barge, pada titik koordinat
yang sudah direncanakan

Cek posisi pipa


pancang

Barge pancang
harus di jangkar,
setelah posisi
sudah sesuai.

Pipa pancang sudah


mencapai kedalaman
rencana
Pencatatan : Kedalaman,
pukulan, nilai bearing
capacity, total rebound
Pemotongan tiang
pancang
PDA / Load test

Pengulangan
pekerjaan jika
terjadi kesalahan

Selesai

Page 11 of 20
Penentuan Titik Pancang (Pengukuran)
 Tahapan Pelaksanaan Penentuan Titik Pancang :
- Penentuan titik pancang dilakukan dengan 2 unit alat theodolit dari arah tegak lurus yang
bersilangan. Satu unit theodolit dioperasikan dari darat yang sejajar dengan baris tiang
pancang dermaga yang akan dipancang sementara satu unit theodolit dioperasikan dari
arah tegak lurus berlawanan.
- Tiang pancang kemudian ditegakkan dan siap dipancang dengan dikomando oleh kedua
surveyor, maka kru pancang akan menggerakkan posisi ponton pancang dengan
menggunakan winch yang dihubungkan dengan tali sling pada empat angker yang
tertanam kuat ke posisi tiang pancang tersebut.
- Apabila posisi tiang telah benar (tiang pancang tegak lurus dari depan , posisi tegak lurus
dari samping) maka hammer akan diturunkan untuk membebani kepala tiang dan
pemancangan dapat dimulai.
- Demikian juga pada pemancangan tiang miring , maka helmet diturunkan dan tiang
dimiringkan sesuai kemiringan yang disyaratkan , kemudian hammer diturunkan untuk
membebani kepala tiang dan pemancangan dapat dimulai.
 Alat yang digunakan :
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah Theodolite sebanyak 2 Unit.
 Waktu Pengerjaan :
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengukuran menyesuaikan dengan waktu pengerjaan
tiap-tiap item pekerjaan.

 Pemancangan
 Tahapan Pelaksanaan Pemancangan :
 PERTAMA, dilakukan mobilisasi Ponton Pancang, Crane & Leader pancang, Diesel Hammer
dan Peralatan – Peralatan Pancang Lainnya. Kemudian Ponton pancang Diposisikan Pada
Titik Pancang.
Alat yang digunakan sebagai berikut :
 Diesel hammer K-55 (untuk pipa baja dia. 609,6 mm)
 Peralatan pancang harus dilengkapi ladder, bak dan alat penumpu
 Peralatan harus dapat memancang pancang tegak dan pancang miring.
 KEDUA, setelah semua peralatan siap, angkat tiang pancang dengan menggunakan crane
kemudian diletakkan pada posisi vertikal dan tepat pada titik pemancangan sesuai dengan
gambar / yang telah ditentukan.
 KETIGA, Pemasangan Tiang Pancang Ke Ladder dan kemudian diposisikan pada Titik
Pancang dengan dipandu oleh 2 orang dengan 2 Theodolith (Alignment) agar diperoleh posisi
dan kemiringan yang akurat. Kemudian dilakukan pengecekan terhadap koordinat dengan
GPS dan kemiringan titik pemancangan, dengan cara:
 Mengangkat tiang pancang pada titik angkat yang telah ditentukan.
 Selanjutnya dilakukan penyetelan sudut/kemiringan tiang pancang dengan di kontrol
dengan 2 alat theodolit yang dibidikan dari dua arah membentuk yang dipersyaratkan.
 KEEMPAT, bila posisi benar-benar sudah vertikal atau kemiringan sudah sesuai, maka dapat
dimulai pemukulan dengan diesel hammer yang dirakit dengan ponton untuk pemancangan
dilaut.
Kontrol yang dilakukan adalah :
 Menjaga toleransi pemancangan horizontal dan vertikal sesuai dengan RKS
 Satuan progres pengadaan dan pemancangan dalam meter
 Melakukan pengecekan terhadap ketegakan lurusan dan kemiringan posisi tiang pancang
sebelum dan sesudah pemukulan dimulai.

Page 12 of 20
 KELIMA, dilakukan perhitungan antara kapasitas diesel hammer dan ukuran tiang harus
diperhitungkan dengan cermat untuk tercapainya daya dukung yang dikehendaki.
 KEENAM, setelah sempurna pengukuran tiang maka pemancangan dilakukan dengan
menjatuhkan Hammer secara kontinyu keatas helmet yang terpasang diatas kepala tiang
pancang. Pelaksanaan Pemancangan tiang pancang tegak atau miring harus sedemikian
rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan gambar rencana. Alat pancang yang digunakan
adalah Diesel Pile Hammer K-55.
 KETUJUH, pelaksanaan pemancangan Tiang akan diatur urutannya sedemikian rupa
sehingga penggunaan ponton pancang tidak akan menyebabkan ada pekerjaan tiang
pancang yang terhalang posisinya untuk dapat dilaksanakan yaitu dengan memperhitungkan
ukuran ponton dengan jarak antar tiang.
Pelaksanaan Pemancangan dilakukan sebagaimana prosedur persiapan pemancangan diatas
pada posisi (koordinat) tiang pancang sebagaimana dalam gambar design.
 KEDELAPAN, dilakukan Alignment atau Setting Out untuk seluruh titik pancang & setiap
titik pancang diikat oleh 2 pasang titik ikat yang saling tegak lurus pada titik pancang
untuk memperoleh akurasi pemancangan. Hal yang perlu diperhatikan :
 Jika terjadi : kepala tiang rusak, kedalaman pemancangan kurang atau lebih dari
panjang rencana. Pemancangan harus dihentikan & memberitahukan kepada Pengawas
Lapangan
 Semua pemancangan harus dihadiri oleh Pengawas Lapangan
 Setiap pemancangan harus diadakan pencatatan waktu, jumlah pukulan & tinggi
penurunan tiang pancang
 Pencatatan pemancangan (pile Driving Record / Kalendering) dilakukan selama operasi
pemancangan berlangsung.

Gambar 18 : Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang

Gambar 19 : Pencatatan Final-set Pemancangan Tiang Pancang

Page 13 of 20
 KESEMBILAN, Bila tiang rusak atau keluar dari posisi melebihi batas toleransi maka tiang
tersebut harus dicabut & diganti dengan tiang yang baik pada posisinya. Jika tidak mungkin
pada posisinya, dengan izin Pengawas maka tiang dipancang sedekat mungkin atau
dipancang tiang tambahan.
 KESEPULUH, dilakukan pencatatan pada setiap pemancangan dalam Form Pencatatan
Hasil Pemancangan, seperti form berikut :

Pencatatan untuk daya dukung tiang digunakan Tabel Rekaman Pemancangan dimana
didalamnya tercantum: data alat (Jenis tipe Hammer, berat total Hammer, berat ram, tinggi
jatuh ram), data tiang (nomor tiang, diameter, penjang tiang, elevasi, posisi tiang, tanggal
dan waktu pancang). Tabel Rekaman Pemancangan menunjukkan hubungan :
1. Benaman / penetrasi tiang akibat berat sendiri.
2. Benaman tiang oleh berat Hammer.
3. Benaman per interval jumlah pukulan atau sebaliknya
4. Jumlah pukulan per panjang benaman.
5. Interupsi dalam pemancangan.
6. Jumlah pukulan dari awal sampai akhir.
7. sifat perlawanan tanah atau rebound.
8. tinggi jatuh ram pada saat pemancangan / final setting.

Peralatan yang digunakan :


1. Ponton Pancang
2. Crawler Crane
3. Diesel Pile Hammer K-55
4. Theodolite
5. GPS

Page 14 of 20
 Penyambungan Tiang Pancang
Proses penyambungan tiang dilakukan sebagaimana urutan gambar berikut di bawah ini.

Gambar 20: Gambar 21 : Proses pengelasan


Peletakan posisi tiang yang telah terpancang
dengan tiang yang akan disambung

Gambar 22:
Las sambungan
tiang pancang

Penjelasan Tahapan sebagai berikut :


 Tahapan pelaksanaan pekerjaan penyambungan pipa dilakukan di laut dengan 4x penyambugan
setiap titiknya hingga diperoleh panjang tiang 50 meter/titik.
 Penyambungan dilakukan oleh welder/tukang las yang berpengalaman dengan memenuhi
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam syarat-syarat spesifikasi teknis (Welding Procedure
Specification – WPS).
 Penyambungan tiang pancang ini akan dilengkapi dengan “Backing Strips” dengan ukuran 75mm
x 5mm pada bagian dalam ujung tiang yang akan di sambung.
 Penyambungan tiang pancang ini akan dilakukan juga di laut setelah pemancangan tiang 12m
dengan persyaratan penyambungan yang sama.
 Tiang pancang yang telah disambung kemudian dites pengelasan penyambungannya dengan
persyaratan bahwa semua sambungan harus kuat dan tidak bocor. Beberapa tiang dapat dipilih
secara acak untuk dites dengan radiograf dan hasil tesnya akan dilaporkan kepada pengawas.
 Cara Pelaksanaan Penyambungan Tiang Pancang
Penyambungan tiang pancang sebagai berikut :
- Penyambungan tiang pancang SPP dilakukan dengan Las di sekeliling pertemuan kedua plat
ujung dengan melakukan pengecekan ulang yaitu :
 Koordinat tiang pancang
 Sambungan las
 Penyimpangan Max pada penyambungan 5 mm
- Penyambungan tiang pancang SPP akan dilaksanakan dengan menggunakan Semi Manual
Welding Machine (SMAW), yang mana prosedur penyambungan sebagai berikut :

Page 15 of 20
o Pekerjaan Persiapan : Kedua ujung pipa yang akan dilas diasah untuk mengeluarkan kerak air,
korosi, amplas biji besi. Ujung pipa dibevel.
o Pemasangan plat back ing/backing strips
o Pekerjaan pengelasan : dilakukan oleh tukang las (Welder) yang bersertifikat yang disetujui
engineer
o Lapisan 1 (a root pass) : diisi las shield metal arch welding (SMAW) dengan low hydrogen type
electrode Tipe RD-360 AWS a5. dia 2.6 – 3.2 mm.
o Lapisan selanjutnya seperti point a dengan menggunakan diameter kawat 4mm, kecepatan
pengelasan harus disesuaikan sehingga sambungan las seragam.

 Pemotongan Tiang Pancang

a) Tahapan pelaksanaan pemotongan :


 Lakukan Pengukuran untuk menentukan Elevasi dimana tiang harus dipotong lalu diberi
tanda dengan cat
 Setelah Elevasi tiang pancang ditentukan maka lakukan pemotongan tiang pancang baja
dengan menggunakan blender pemotong.
 Hasil Pemotongan harus rata dan rapi.
 Agar sisa potongan tiang pancang tidak jatuh kelaut , tiang yang akan terpotong diikat dengan
sling baja
 Pemotongan Ujung Atas Tiang Pancang Harus Sesuai Dengan Cutting Pile di Gambar
Rencana
b) Peralatan pelaksanaan pemotongan :
- Blender pemotong
- Bahan untuk proses pemotongan : Oxygen dan Gas Elpiji
Setelah dipancang semua tiang dipotong pada elevasi sesuai gambar design. Potongan-potongan
tiang baik didarat maupun yang didalam air yang tidak terpakai lagi akan dibuang keluar dari
lokasi proyek, sesuai petunjuk pengawas.

Gambar 23 : Pemotongan Tiang Pancang

Page 16 of 20
 Pengecatan Tiang Pancang 12m Teratas
Sebelum dicat, benda-benda baja dibersihkan dari karat dengan sikat kawat atau dengan alat-alat
lain. Semua benda-benda yang akan dicat dipersiapkan sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari pabrik
cat atau seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi teknis. Pekerjaan las dibersihkan dari sisa-sisa
las dan percikan-percikan las dibersihkan. Setelah permukaan dibersihkan, selanjutnya dilalukan
pengecatan dengan bahan-bahan sebagai berikut :
 Cat dasar digunakan bahan Zinc Rich Based dengan jumlah lapisan 1 lapis.
 Cat luar digunakan bahan Epoxy Resin Based dengan jumlah lapisan 2 lapis.
Pengecatan dilakukan sebanyak 3 kali dengan ketebalan lapisan cat setelah kering minimum 0.3
mm.

Tahapan Pekerjaan:
 Langkah pertama adalah pemberian lapisan coating yang diharapkan untuk dapat diantisipasi
adanya perlambatan korosif dan merupakan perlindungan awal walaupun harus diberikan
teknik perlindungan lainnya.
 Kemudian sebelum dipancang, tiang pancang akan diberikan lapisan bitumen untuk melindungi
baja terhadap pengaruh air asin.

Peralatan dan bahan yang digunakan:


Peralatan yang digunakan adalah peralatan standar pengecatan :
- Kuas
- Ember Kecil
- Amplas dan
- Kain Lap

Bahan-bahan yang digunakan:


- Cat anti karat
- Minyak Cat/Thinner

Produktivitas Pekerjaan:
Untuk pekerjaan pengecatan tiang pancang ini, rencana penggunaan Tenaga Kerja adalah:
Mandor 1
Kepala Tukang 1
Tukang cat 2
Pekerja 2
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengecatan tiang pancang ini dengan adalah: 4 hari

Gambar 24 : Pengecatan Pipa pancang 12m


bagian teratas

Page 17 of 20
D. PEKERJAAN PILECAP MOORING
Pekerjaan beton dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
 Pekerjaan Pembesian (Reinforcing bar)&pemasangan Bollard
Mutu besi yang digunakan harus sesuai dalam gambar rencana. Penyimpanan besi beton harus
aman dari minyak, bahan-bahan kimia dan kemungkinan terkena air laut serta tidak diletakkan
menyentuh tanah/diberi ganjal atau bantalan dengan tinggi min 10 cm dan jarak antar bantalan 2m.
Untuk menghindari terkena air hujan diatasnya diberi penutup terpal /seng. Pabrikasi pembesian,
pembengkokan, penyalur dan pemotongan dilaksanakan dengan menggunakan alat potong yang
sesuai dengan diameter masing-masing. Tidak dibenarkan membengkokkan besi dengan cara
pemanasan.
Tahapan pelaksanaan :
 Buat daftar potong bengkok besi sesuai gambar pembesian struktur
 Potong besi beton sesuai dengan panjang rencana yang tertera pada daftar potong bengkok
 Bentuk/bengkokkan besi sesuai bentuk yang tercantum dalam daftar
 Besi beton yang telah dipabrikasi tersebut ditumpuk pada tempat yang terlindung, diberi
tanda/label untuk mempermudah saat dipasang dilapangan serta tidak tercampur dengan besi
struktur lain.
 Pemasangan Bollard dilakukan ketika pembesian
 Pada waktu akan dipasang, besi beton diangkut kelokasi pemasangan.
 Untuk memudahkan kelurusan dimarking dulu dengan benang dan kapur tulis.
 Setiap persilangan besi diikat dengan ikatan silang supaya jarak tidak bergeser.

Page 18 of 20
 Pekerjaan Bekisting
Bekesting harus dipasang pada bidang yang tepat tanpa celah pada sambungan dan penyangga
direncanakan dengan aman serta dibagi sehingga tidak dapat berubah bentuk Defleksi yang terjadi
selama pengecoran dan pemadatan beton. dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menjamin
tidak terjadi kebocoran-kebocoran cairan dari beton.
Tahapan Pelaksanaan :
 Bekesting sebelum digunakan untuk pengecoran beton harus dibersihkan dengan baik untuk
terhindar dari debu gergaji, serutan dan semua bahan asing lainnya. Bekesting hanya boleh
dibuka/dilepas dengan cara sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan rusaknya beton.
 Bekesting tidak boleh dilepas sebelum beton cukup umur, jangka waktu minimum antara
pengecoran beton dan pelepasan bekesting dari berbagai struktur harus memenuhi persyaratan
dalam spesifikasi teknik dan Peraturan Beton Indonesia PBI 1971 dan SKSNI 1991.

 Pengecoran beton
Pekerjaan pengecoran dilaksanakan setelah pekerjaan pembesian selesai serta telah disetujui oleh
Direksi Pengawas Pekerjaan. Pengecoran beton dilakukan dengan molen (Concrete Mixer).
Urutan Pelaksanaan Pengecoran :
 Pembuatan Job Mix Formula (JMF) sesuai contoh material agregat yang akan dipakai.
 Perbandingan campuran agregat dalam JMF yang menggunakan takaran berat dikonversikan
ke perbandingan volume (bila pengecoran dengan molen) Selanjutnya buat alat penakar
sesuai dengan hasil konversi.
 Pemasangan besi beton tulangan dan bekesting
 Juru ukur akan memberi tanda elevasi beton yang akan dicor
 Proses pengadukan beton dengan menggunakan molen
 Beton dituang dilokasi pekerjaan serta dipadatkan dengan vibrator.
 Beton diratakan sesuai dengan batas elevasi yang telah ditentukan.
 Perawatan beton agar sampai batas umur yang diisyaratkan.

Page 19 of 20
Cara Pelaksanaan :
 Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk (mixer) sehingga merata/homogen dan
waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali mencampur.
 Segera setelah beton siap dituangkan, maka dilakukan uji slump tes. Selanjutnya dituangkan ke
dalam begesting, dan adukan beton harus dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlahnya
harus mencukupi.
 Pengecoran harus dilakukan menerus dan hanya boleh berhenti pada tempat-tempat yang
diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu.
 Untuk menyambung suatu pengecoran dari pengecoran sebelumnya harus dibersihkan
permukaannya dan dibuat kasar, agar sempurna sambungannya. Sebelum adukan beton
dituangkan, permukaan harus disiram dengan air semen dengan campuran 1 pc : 0,5 air.
Selama pengecoran beton perlu diambil/dibuatkan sample kubus sebanyak 1 buah untuk setiap 3
m3 pengecoran dan sample kubus tersebut harus di jaga/dipelihara dan selanjutnya diuji kekuatan
tekan betonnya di laboratorium.

Tahapan pengecoran Pile Cap :


 Pemasangan Bekesting lantai Pilecap dengan system japit / gantung
 Pemasangan Bekesting dinding pilecapdengan system topang
 Tentukan elevasi rencana dudukan bekisting sesuai dengan rencana poer.
 Untuk dudukan bekisting digunakan kayu kelas I yang diapitkan ketiang pancang dengan
menggunakan tierot besi D 16 mm
 Setelah Pengapit terpasang, bagian atas pengapit dipasang kayu kelas I dan dipasang multiplex
sebagai plat form.
 Pasang tulangan pilecap.
 Pemasangan bekisting harus rapat dan dijaga agar elevasi pile cap sesuai dengan yang
direncanakan.
 Pengecoran adukan beton untuk pile cap.
 Lakukan pemeriksaan / cek ulang terhadap :
- Elevasi pile cap
- Jumlah dan posisi tulangan yang terpasang.
 Bersihkan bagian dalam bekisting dengan menggunakan kompressor.
 Pada pengecoran pile cap diberi over steik untuk keperluan penyambungan dengan balok.
 Peralatan yang digunakan :
1. Concrete Mixer
2. Concrete Vibro
3. Gerobak Arco
4. Sendok Semen
5. Alat bantu lainnya

Page 20 of 20

Anda mungkin juga menyukai