Anda di halaman 1dari 11

PT.

SINAR PERDANA BERAU

001

Januari
: 27 2020
April 2021
SINAR PERDANA BERAU No. Dokumen 001
PROSEDUR Tanggal Efektif 2020
Prosedur Pengoperasian Kendaraan dan Unit Revisi
Halaman

Perlu diingat:

- Karyawan yang mengoperasikan kendaraan dan unit wajib


memiliki Surat Izin Mengemudi Perusahaan (SIMPER) yang
masih berlaku
- Seluruh kendaraan dan unit yang beroperasi di area PT Sinar
Perdana Berau, wajib melalui uji kelayakan keselamatan yang
telah ditetapkan (commissioning), ditandai dengan stiker
commissioning yang masih berlaku.
- Kendaraan dan unit yang beroperasi di area operasional PT
Sinar Perdana Berau wajib memiliki nomor lambung
- Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang wajib
menggunakan kendaraan yang dirancang/desain untuk
mengangkut orang
- Pengemudi/operator wajib melakukan Pemeriksaan dan
Perawatan Harian (P2H) terhadap kendaraan/unit sebelum
dioperasikan
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 3 dari 11

Riwayat Perubahan Dokumen

No. Revisi ke - Tanggal Terbit/ Tanggal Revisi


1 0
2 1

STATUS DOKUMEN TIDAK TERKENDALI JIKA DICETAK


KEBUTUHAN HARDCOPY HARUS SEIZIN HSE & COMPLIANCE SECTION
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 4 dari 11

1. TUJUAN
1.1 Untuk memberikan pedoman dan arahan pengoperasian kendaraan/unit bagi personil PT Sinar Perdana
Berau, Kontraktor, Sub Kontraktor dan Tamu Perusahaan.
1.2 Mencegah kemungkinan terjadinya kerugian akibat kecelakaan, kegagalan kerja, hilangnya waktu kerja,
dan penyakit akibat kelalaian pengoperasian kendaraan/unit lainnya dan melaksanakan peraturan
perundangan sehingga seluruh operasi kegiatan tambang dapat berjalan dengan lancar dan efisien.

2. RUANG LINGKUP
Pedoman ini mencakup pengoperasian kendaraan/unit di darat untuk mendukung kegiatan operasional PT
Sinar Perdana Berau

3. REFERENSI
3.1 Undang-Undang No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
3.2 PP No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
3.3 Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan & Pengemudi.
3.4 Permen ESDM No.26 tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
3.5 Kepmen No. 1827 1827K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
yang Baik.
3.6 Standar OHSAS 18001:2007.
3.7 SNI 13-6976-2003 tentang Prosedur Parkir Kendaraan di Daerah Tambang
3.8 Golden Rules PT Berau Coal

4. DEFINISI
4.1 Lalu lintas adalah gerak kendaraan, unit, orang, dan hewan di jalan.
4.2 Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan.
4.3 Operator adalah orang yang mengemudikan unit.
4.4 Kendaraan adalah alat transportasi yang memiliki fungsi utama sebagai pengangkut orang atau alat support
produksi berdasarkan ruang lingkup prosedur ini atau alat support lainnya yang diizinkan oleh KTT PT
Berau Coal yaitu termasuk di dalamnya, namun tidak terbatas pada kendaraan kecil roda empat (Light
Vehicle), bus, dan kendaraan pengangkut penumpang lainnya yang dipergunakan sebagai sarana
transportasi.
4.5 Unit adalah alat produksi yang dapat dikemudikan/dikendarai sebagai alat kerja dan tidak memiliki fungsi
utama sebagai alat pengangkut orang termasuk di dalamnya, namun tidak terbatas pada Coal Dump Truck,
Water Truck, Fuel Truck, Service Truck, Lub Truck, excavator, dozer, wheel loader, motor grader,
compactor, low buoy, crane truck, forklift, dan unit lainnya.
4.6 Kendaraan PT Berau Coal adalah kendaraan yang menjadi aset PT Berau Coal atau kendaraan yang
disewa oleh PT Berau Coal dan berada di bawah pengawasan PT Berau Coal.

STATUS DOKUMEN TIDAK TERKENDALI JIKA DICETAK


KEBUTUHAN HARDCOPY HARUS SEIZIN HSE & COMPLIANCE SECTION
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 5 dari 11

4.7 Kendaraan Kontraktor/Subkontraktor adalah kendaraan yang menjadi aset Kontraktor/Subkontraktor


dan atau kendaraan yang disewa oleh Kontraktor/Subkontraktor, dan berada di bawah pengawasan
Kontraktor/Subkontraktor.
4.8 SIMPER adalah Surat Ijin Mengemudi Perusahaan yang dikeluarkan oleh PT Berau Coal untuk
memberikan ijin kepada karyawan untuk mengoperasikan kendaraan/unit/transportasi air milik PT Berau
Coal maupun Mitra Kerja-nya dengan jangka waktu 1 tahun (penetapan disesuaikan dengan masa
medical check up tahunan).
4.9 Stiker commissioning adalah tanda bukti yang sah yang dikeluarkan oleh PT Berau Coal untuk seluruh
kendaraan/unit yang telah dinyatakan layak beroperasi di lingkungan kerja PT Berau Coal sesuai
peruntukannya. Stiker tersebut juga menunjukkan area yang dapat dilaluinya di lingkungan site, serta
tanda keluar masuk site.
4.10 Lokasi Kerja adalah seluruh daerah operasional PT Berau Coal sesuai ruang lingkup prosedur ini.

4.11 Jalan Tambang atau Jalan Produksi adalah jalan yang terdapat di dalam area pertambangan termasuk
didalamnya dan tidak terbatas pada jalan hauling batubara (coal haul road) dan jalan di dalam pit (in-pit
haul road) yang digunakan dan dilalui oleh alat-alat pemindah tanah mekanis dalam kegiatan mengambil,
mengangkut dan menimbun bahan galian tambang.
4.12 Jalan Proyek adalah jalan yang disediakan untuk kegiatan transportasi barang maupun orang di dalam area
tambang sebagai sarana untuk mendukung kegiatan operasi di area tambang.
4.13 Area tambang adalah area yang meliputi kegiatan teknis penambangan diantaranya seperti lokasi
penambangan, area CPP, area workshop, area hauling, area reklamasi, area revegetasi dan dermaga.
4.14 Lampu Hazard adalah lampu sein kanan dan kiri yang dinyalakan secara bersama–sama pada saat kondisi
bahaya.
4.15 Safety Triangle adalah alat berbentuk segi tiga yang memiliki warna reflektif yang dipasang di depan dan
belakang kendaraan/unit saat mengalami masalah teknis di jalan.
4.16 Buggy Whip adalah bendera berbentuk segitiga dengan bagian tepi berbahan reflektif dan memiliki tiang
dengan tinggi tertentu dari permukaan tanah, yang dipasang di setiap kendaraan jenis LV maupun LT
yang akan memasuki daerah operasi yang mewajibkan Buggy Whip dipasang.
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 6 dari 11

5. PROSEDUR
5.1. Proses Komunikasi Internal dan Eksternal
5.1.1. Diagram Alir
(Tidak diperlukan)
5.1.2. Penjelasan Diagram Alir
(Tidak ada)
5.2. Surat Izin Mengemudi Perusahaan
Karyawan yang mengoperasikan kendaraan dan unit wajib memiliki Surat Izin Mengemudi Perusahaan
(SIMPER) yang masih berlaku.
5.3. Pemeriksaan Kelayakan Kendaraan/ Commissioning
5.3.1. Seluruh kendaraan dan unit yang beroperasi di area PT Berau Coal, wajib melalui uji kelayakan
keselamatan yang telah ditetapkan (commissioning), ditandai dengan stiker commissioning yang
masih berlaku sesuai Prosedur Pengujian Kelayakan (P-HSE-10).
5.3.2. Stiker commissioning untuk kendaraan dan unit ditempelkan pada sisi kiri bawah kaca bagian depan.
Khusus untuk unit A2B dapat ditempelkan di lokasi yang mudah terlihat oleh operator disesuaikan
dengan jenis unit tersebut.
5.4. Nomor Lambung
Kendaraan dan unit yang beroperasi di area operasional PT Berau Coal wajib memiliki nomor lambung,
kecuali dengan alasan tertentu serta lokasi kerja tertentu yang telah mendapatkan izin dari Kepala Teknik
Tambang (KTT), kendaraan atau unit tersebut boleh tidak menggunakan nomor lambung.
5.5. Pengangkutan Orang
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang wajib menggunakan kendaraan yang dirancang/desain
untuk mengangkut orang.
5.5.1. Tempat duduk yang layak digunakan.
5.5.2. Terdapat sabuk pengaman yang dapat berfungsi dengan baik.
5.5.3. Terdapat atap penutup/canopy yang berfungsi dengan baik dan kokoh untuk melindungi penumpang
dari panas matahari dan hujan atau gangguan serta bahaya lainnya.
5.5.4. Terdapat sistem sirkulasi udara (pendingin ruangan/AC) yang berfungsi dengan baik.
5.5.5. Pintu keluar dan masuk yang mudah diakses ketika terjadi keadaan darurat.
5.5.6. Khusus untuk unit Bus wajib ditambahkan access pintu darurat tambahan yang berlawanan dengan
pintu masuk dan dilengkapi dengan palu/hammer pemecah kaca minimal 2 buah atau lebih
disesuaikan dengan jenis dan dimensi kendaraan yang dipasang di dekat jendela kaca.
5.5.7. Pengemudi maupun penumpang wajib menggunakan sabuk pengaman selama
berkendara/mengoperasikan unit dan atau berada di dalam kendaraan/unit.
5.5.8. Seluruh penumpang dan pengendara dilarang merokok di dalam unit, baik sedang beroperasi ataupun
dalam keadaan tidak beroperasi.
5.5.9. Khusus untuk kendaraan bus wajib dipasang stiker keterangan arah masuk dan keluar
5.6. Pengangkutan Barang
Kendaraan dan unit yang akan digunakan untuk mengangkut barang wajib memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 7 dari 11

5.6.1. Dilarang membawa barang yang melebihi kapasitas kendaraan/unit, kecuali telah mendapatkan izin
khusus berdasarkan assessment yang dilakukan oleh Pengawas kegiatan tersebut dan disetujui oleh
Penanggung Jawab Area. Barang bawaan yang menonjol dari kendaraan atau unit di bagian
belakang wajib diberi tanda khusus yaitu pita kuning hitam atau merah putih di bagian ujung barang
yang menonjol.
5.6.2. Kendaraan yang digunakan untuk melakukan pengangkutan barang yang panjangnya lebih dari 1
(satu) meter dari sisi bak belakang kendaraan yang membawanya harus dilakukan dengan
pengawalan.
5.6.3. Barang yang dibawa wajib diletakkan pada bagian kendaraan dan unit yang stabil, tidak mudah
bergerak sendiri dan diikat dengan kuat.
5.7. Menaikkan/menurunkan Orang/Barang
Kegiatan menaikkan/menurunkan orang/barang harus dilakukan di lokasi yang tidak dilarang untuk
berhenti sesuai petunjuk rambu dan/atau tidak mengganggu arus lalu lintas kecuali dalam keadaan darurat.
5.8. P2H (Prosedur Pemeriksaan Harian)
Pengemudi/operator wajib melakukan Pemeriksaan dan Perawatan Harian (P2H) terhadap kendaraan/unit
sebelum dioperasikan sesuai Prosedur Inspeksi K3L (P-HSE-07)
5.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
5.9.1. Wajib menggunakan sepatu pengaman/safety shoes selama mengoperasikan kendaraan/unit di area
kerja dan wajib menggunakan helm pengaman, kacamata safety, rompi pantul dan sepatu pengaman
dan atau APD lainnya yang sudah ditentukan ketika berada di luar kendaraan/unit di area kerja.
5.9.2. Operator yang mengoperasikan unit tanpa kabin tertutup wajib menggunakan APD sesuai HIRA/
JSA.
5.10 Penggunaan Bendera (Buggy Whip)
Kendaraan yang dioperasikan pada area tambang harus menggunakan buggy whip (bendera) sesuai
Standar Buggy Whip (S-HSE-06).
5.11 Penyalaan Lampu kerja, Strobe Lamp atau Blitz Lamp atau Flash Lamp
5.11.1. Lampu kerja/besar kendaraan atau unit harus dinyalakan setiap kendaraan atau unit dioperasikan,
termasuk di siang hari.
5.11.2. Strobe Lamp atau Blitz Lamp atau Flash Lamp juga harus dinyalakan ketika memasuki area
tambang.
5.12 Disiplin Berkendara/Mengoperasikan Unit
5.12.1 Pengemudi wajib memperhatikan kondisi kesehatannya (mengacu pada Prosedur Fit to Work) dan
dilarang untuk mengoperasikan kendaraan/unit dalam keadaan fatigue.
5.12.2 Saat berkendara pengemudi dilarang melakukan aktifitas lain yang dapat mengganggu konsentrasi
sehingga dapat menyebabkan kecelakaan terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.
5.12.3.Untuk Bus, ELF, Man haul dan LV, sebelum mengoperasikan kendaraan, pengemudi
menyampaikan (Speak up) beberapa hal kepada penumpang Sebagai berikut:
 Hasil P2H kendaraan “ Saya telah melaksanakan P2H dan kendaraan layak dioperasikan”
 Memakai sabuk pengaman “ Mohon sabuk pengaman Bapak Ibu sudah terpasang sebelum
kendaraan saya jalankan dan pastikan sabuk pengaman tersebut sudah klik.
 Mengingatkan Driver “Ingatkan dan tegur saya jika saya melanggar batas kecepatan atau rambu
lalu lintas atau saya melakukan TTA.
 Khusus untuk Bus, WAJIB terdapat pengamat/observer untuk duduk dikursi depan (disamping
pengemudi) sebagai pengawas pengoperasian kendaraan/Bus.
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 8 dari 11

5.13 Jarak Aman Berkendara/Mengoperasikan Unit


5.13.1. Pengemudi kendaraan/unit wajib menjaga jarak aman dengan kendaraan/ unit lain yang berada di
sekitarnya.
5.13.2. Pengemudi kendaraan/unit di jalan angkut batubara (hauling road) harus tetap menjaga jarak aman
kendaraan/unitnya tidak kurang dari 50 meter terhadap kendaraan/unit di depannya. Khusus double
trailer, jarak aman kendaraan/ unit tidak kurang dari 180 meter terhadap kendaraan/ unit di
depannya.
5.13.3. Pengemudi kendaraan/unit di area pit dan jalan tambang (mine road) harus tetap menjaga jarak
aman kendaraan/unitnya tidak kurang dari 40 meter terhadap kendaraan/unit di depannya.
5.14 Gerakan Memutar Arah Kendaraan/Unit
Kendaraan/unit yang memutar arah, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
5.14.1 Manuver dilakukan pada tempat–tempat yang telah ditentukan, sesuai dengan rambu yang telah
disediakan.
5.14.2 Pengemudi harus menepikan kendaraan/unit di sebelah kiri jalan yang aman.
5.14.3 Pengemudi memastikan bahwa 100 meter di depan dan di belakang kendaraan/unitnya tidak ada
kendaraan/unit lain yang sedang berjalan.
5.14.4 Lampu tanda isyarat belok kanan harus dihidupkan dan memberikan informasi melalui radio kepada
pengguna jalan.
5.15 Mendahului Kendaraan/Unit
Mendahului kendaraan/unit lain dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
5.15.1. Dilarang mendahului kendaraan/unit dalam jarak kurang atau sama dengan 100 m dari
persimpangan jalan, tikungan, tanjakan, turunan dan jembatan serta saat jarak pandang terbatas
dan atau diatur lain oleh rambu.
5.15.2. Sebelum mendahului kendaraan/unit lain, pengemudi/ operator wajib membunyikan klakson
sebagai isyarat dan menyalakan lampu sein sebelah kanan.
5.15.3. Pengemudi/operator dilarang mendahului kendaraan/unit yang sedang berjalan di depannya
sebelum mendapat izin (kontak positif) dari pengemudi kendaraan/unit yang akan didahului.
5.15.4. Pengemudi/operator wajib memberi ruang gerak di bagian sebelah kanan kendaraan/unitnya serta
memperlambat laju kendaraan apabila telah memberi izin pada kendaraan/unit di belakangnya
untuk mendahului.
5.16 Parkir
5.16.1. Pengemudi sebelum meninggalkan kendaraan/unit, harus meyakinkan bahwa kendaraan/unitnya
sudah dalam kondisi aman (mesin mati, mengaktifkan parking brake, menurunkan
bucket/shovel/blade/ripper untuk unit dan terkunci).
5.16.2. Parkir harus di tempat yang ditentukan untuk parkir atau tempat yang rata (datar), aman, sejajar
dengan kontur dan diusahakan untuk parkir mundur.
5.16.3. Jika parkir harus dilakukan di lokasi yang menanjak atau menurun, aktifkan penuh rem tangan (full
hand brake) dan aktifkan gigi (gear) maju untuk kondisi jalan menanjak dan gigi (persnelling)
mundur untuk kondisi jalan menurun serta mengganjal roda kendaraan/unit dengan ganjal roda.
5.16.4. Apabila unit parkir di dekat lereng, posisi parkir harus lebih dari 1.5 kali tinggi lereng atau pada
lokasi parkir yang sudah ditentukan.
5.16.5. Posisi parkir untuk kendaraan yang sejenis dengan posisi menyamping harus memiliki jarak
minimal 1/2 kali lebar kendaraan.
5.16.6. Posisi parkir untuk unit yang sejenis dengan posisi menyamping harus memiliki jarak minimal 5
meter atau terdapat tanggul pembatas antar unit.
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 9 dari 11

5.16.7. Kendaraan sejenis dapat parkir depan belakang (memanjang) maupun menyamping dengan
ketentuan jarak parkir depan belakang (memanjang) antar kendaraan minimal 1/2 kali panjang unit
dengan arah kendaraan seragam.
5.16.8. Untuk kendaraan yang akan parkir di sekitar unit yang sedang parkir atau berhenti harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a) Jarak dari samping unit minimal 30 meter.
b) Jarak dari belakang unit minimal 50 meter.
c) Jarak dari depan unit minimal 20 meter.
d) Di luar radius swing area crane atau excavator.
e) Posisi parkir kendaraan diketahui oleh operator atau driver unit yang sedang parkir.
f) Kendaraan diperbolehkan untuk mendekati unit untuk menurunkan alat dan bahan kerja dan
kemudian parkir sesuai ketentuan aman jarak parkir.
5.16.9. Semua kendaraan/unit dilarang parkir, pada tempat sebagai berikut:
a) Di jalan aktif.
b) Menutupi rambu-rambu lalu lintas yang ada.
c) Menghalangi kendaraan/unit lain, menghalangi alat–alat tanggap darurat (misalnya: fire
extinguisher, fire hydrant, ambulance, fire truck).
d) Di tikungan/ persimpangan dan dalam radius 50 meter dari tikungan/ persimpangan
e) Di atas jembatan.
f) Di muka akses keluar dan masuk.
g) Area lainnya yang ditentukan dari hasil assessment atau terdapat rambu khusus.
h) Pada rambu atau tanda larangan parkir.
5.16.10. Jika dalam kondisi hujan dan jalan sudah mulai licin, segera parkirkan unit di tempat yang
terdekat yaitu di area yang datar atau pinggir jalan yang datar. Pastikan parking brake aktif dan
engine dimatikan.
5.16.11 Jika tidak memungkinkan mencapai tempat yang datar (ditanjakan/ turunan), maka parkir di tempat
yang tidak mengganggu akses atau jalan unit lain. Aktifkan parking brake, engine dimatikan dan
arahkan roda depan ke kiri/tanggul untuk menjaga jika unit tergelincir maka mengarah ke tanggul
atau pinggir jalan terdekat.
5.17 Menghentikan Kendaraan/Unit
5.17.1. Pengemudi dilarang menghentikan kendaraan/unit di daerah terlarang atau berbahaya (di
tikungan, daerah turunan, daerah tanjakan, jembatan, daerah longsoran, maupun tempat-tempat
yang dilarang berhenti sesuai petunjuk rambu) kecuali keadaan darurat.
5.17.2. Menghentikan kendaraan/unit harus memberikan jarak terhadap kendaraan/unit di depannya
minimal 10 meter. Contoh: berhenti di rambu stop, menurunkan/ menaikkan penumpang.
5.17.3. Pengemudi wajib menghentikan kendaraan/unit yang dioperasikan apabila jarak pandang kurang
dari 50 meter dengan mengaktifkan lampu hazard, dan segera melaporkan ke pengawas terkait
posisi berhenti dan kondisi di lapangan.
5.17.4. Jika harus berhenti di jalan aktif, untuk kendaraan harus menepi di pinggir jalan yang aman dan
menyalakan lampu sign kiri serta memastikan kondisi aman dan memberikan informasi kepada
pengguna jalan. Sedangkan untuk unit A2B dilarang berhenti di jalan aktif, kecuali dalam keadaan
darurat/breakdown, dan atau di ijinkan oleh pengawas karena alasan operasional.
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 10 dari 11

5.17.5. Jika operator/pengemudi harus menghentikan unit/kendaraan karena kelelahan (fatigue) wajib
dilakukan dilokasi rest area atau lokasi aman khusus yang telah ditentukan dan melaporkan ke
pengawas.
5.18 Kerusakan Kendaraan/Unit Di jalan
5.18.1. Pemasangan penanda unit Breakdown sesaat setelah unit Breakdown sebagai batas aman yang
diletakkan di depan dan belakang unit sejauh 50 Meter dari unit breakdown di jalan hauling, 30
meter dari unit breakdown di mine road wajib memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Safety Cone diletakkan sejajar dengan sisi kanan unit
 Rambu portable penanda unit breakdown yang dilengkapi dengan lampu flip flop di hauling
road
 Dumpingan material di belakang unit khusus di mineroad
5.18.2. Operator/Driver yang unitnya mengalami Breakdown dijalan hauling dilarang meninggalkan unit
untuk menjadi pengatur lalulintas hingga personil pengatur lalulintas tiba dilokasi.
5.18.3. Lalulintas diatur oleh pengatur lalu lintas, baik itu driver/operator, mekanik, pengawas dan
fungsional lainnya yang mengatur lalu lintas dari arah depan dan belakang unit dengan radio
komunikasi dan Stick lamp sesaat setelah unit breakdown sampai dengan evakuasi unit dilakukan.
5.18.4. Pengatur lalu lintas bertugas menjaga komunikasi secara aktif dengan unit yang akan melintasi
unit breakdown tersebut dijalan dan memberikan skala prioritas bagi unit mana yang dapat
melintas terlebih dahulu.
5.18.5. Pengatur lalulintas harus dapat melihat kedepan dan kebelakang unit dan bisa berkomunikasi
setiap saat serta dilengkapi dengan radio komunikasi, dan APD pendukung lainnya (seperti jas
Hujan)
5.18.6. Jika Pengatur lalulintas pada area tersebut tidak tersedia maka kegiatan operasional pada area
tersebut dihentikan sementara sampai tersedia pengatur lalulintas
5.18.7. Unit yang mengalami breakdown di jalan hauling Wajib untuk menjadi Prioritas perbaikan tim
mekanik.
5.18.8. Unit Breakdown harus dievakuasi dari jalan aktif maksimal 6 jam setelah unit breakdown atau
selambat lambatnya hingga shft berjalan tersebut berakhir, Jika perbaikan belum selesai
selanjutnya unit dievakuasi ke area yang aman sebagai tempat unit sementara (Misal Rest Area)
dan maksimal di area tersebut selama 6 jam.
5.18.9. Melakukan komunikasi 50 meter sebelumnya terhadap obyek bahaya ( manusia, kendaraan/unit
yang akan didekati) melalui isyarat klakson atau lampu atau radio.
5.19. Mobilisasi Unit
Mobilisasi unit harus dilakukan dengan Instruksi Kerja/ JSA yang berlaku.
5.20. Mematuhi Rambu Lalu Lintas
Setiap mengoperasikan kendaraan/unit, pengemudi diwajibkan memperhatikan dan mematuhi rambu-
rambu lalu lintas yang ada.
5.21. Penggunaan Klakson
Klakson dibunyikan dengan cara dan pada kondisi sebagai berikut:
5.21.1 Bunyikan klakson 1 kali pada saat akan menghidupkan mesin kendaraan/unit.
5.21.2 Bunyikan klakson 2 kali pada saat kendaraan/unit akan bergerak maju.
5.21.3 Bunyikan klakson 3 kali pada saat kendaraan/unit akan bergerak mundur.
5.22. Berkendara pada Jalan di luar Area Operasional
Pengemudi wajib mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku.
MUTIARA TANJUNG LESTARI MANAGEMENT SYSTEM No. Dokumen P-HSE-31
PROSEDUR Tanggal Efektif 27 April 2021
Revisi 3
Prosedur Pengoperasian Kendaraan Dan Unit
Halaman 11 dari 11

5.23. Prioritas Jalan Bagi Keadaan Darurat


Pengemudi kendaraan/unit wajib memberikan prioritas jalan kepada:
5.23.1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang bertugas.
5.23.2. Ambulance yang sedang mengangkut atau akan menjemput orang sakit.
5.23.3. Kendaraan pertolongan kecelakaan (rescue).
5.23.4. Kendaraan jenazah.
5.24. Ketentuan Lain Terhadap Pengoperasian Kendaraan/Unit
5.24.1. Pengawas Operasional wajib menghentikan kegiatan operasi kendaraan/unit di area tambang jika
terdapat kondisi-kondisi lain yang tidak diatur dalam prosedur dan berpotensi menimbulkan
bahaya.
5.24.2. Dalam mengoperasikan unit, operator dilarang memberi tumpangan kepada siapapun kecuali
dalam keadaan darurat untuk penyelamatan.
5.24.3. Pengemudi yang menyusuri jalan menurun, harus mendahulukan kendaraan/unit yang sedang
menanjak jika kedua kendaraan/unit tersebut tidak memungkinkan saling berpapasan dan/atau
diatur lain oleh rambu.
5.24.4. Setiap Kendaraan/unit yang mengalami kondisi retak kaca, wajib mendapat rekomendasi tertulis
dari Plan & maintenance departemen sebelum di operasikan.
5.24.5. Unit A2B yang beroperasi di area CPP dilakukan pembersihan secara berkala dari fine coal yang
menempel pada unit untuk meminimalisir potensi fire case. Jadwal pembersihan Fine Coal pada
unit A2B Disiapkan oleh Plant & Maintenance Departemen.

6. Dokumen Terkait

Nomor Nama Dokumen Masa Simpan

P-HSE-10 Prosedur Pengujian Kelayakan

P-HSE-07 Inspeksi K3L

S-HSE-06 Standar Buggy Whip

P-HRG-32 Prosedur Fit to Work

Anda mungkin juga menyukai