Anda di halaman 1dari 13

SINAR PERDANA BERAU GREEN MINING SYSTEM

PROSEDUR
PENGOPERASIAN KENDARAAN DAN UNIT
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 2 dari 13

Perlu diingat:

Bahaya yang dapat terjadi pada saat aktivitas pengoperasian


kendaraan dan unit antara lain, namun tidak terbatas pada:
‐ Menabrak pekerja/orang, kendaraan/unit dan/atau material lain
yang ada di depan ataupun di belakannya.
‐ Terperosok, amblas, rebah yang menyebabkan cidera pada
pekerja/orang hingga kematian dan/atau kerusakan pada
kendaraan/unit atau material lain.
Karyawan yang mengoperasikan kendaraan dan unit wajib
memiliki Surat Izin Mengemudi Perusahaan (SIMPER).
Kendaraan/unit wajib dilakukan P2H sebelum dioperasikan.
Pengemudi kendaraan/unit wajib menjaga jarak aman dengan
kendaraan/unit lain yang berada di sekitarnya.
Kegiatan perawatan dan pemeliharaan sarana wajib dilakukan di
workshop yang berizin.
Pengemudi dilarang menghentikan kendaraan/unit di daerah
terlarang atau berbahaya kecuali keadaan darurat.
Seluruh kendaraan dan unit yang beroperasi di area PT Berau
Coal wajib dilakukan commissioning ditandai dengan stiker
commissioning yang masih berlaku.
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 3 dari 13

1. TUJUAN
Prosedur ini menetapkan ketentuan mengoperasikan kendaraan/unit secara aman, mulai dari persiapan, saat
pengoperasian hingga pasca pengoperasian, termasuk didalamnya penanganan dan evaluasi kendaraan/unit
jika terdapat kejadian di jalan.

2. RUANG LINGKUP
Proses ini diberlakukan untuk seluruh pengoperasian kendaraan/unit di darat maupun di perairan dalam
rangka melakukan kegiatan operasional dan kegiatan pendukung operasional PT Berau Coal.

3. REFERENSI
3.1. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
3.2. Undang-Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3.3. Undang-Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran
3.4. PP No. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
3.5. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 tentang Kendaraan & Pengemudi.
3.6. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
3.7. Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut 1972
3.8. Permenaker No. 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
3.9. Permen ESDM No. 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan
Pengawasan pertambangan Mineral Dan Batubara
3.10. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 85 Tahun 2018 tentang Sistem
Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum.
3.11. Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/ 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang
Baik.
3.12. Keputusan Dirjen ESDM No 185 K/37.04/DJB/2019 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan Dan Pelaksanaan, Penilaian Dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral Dan Batubara
3.13. SNI 13-6976-2003 tentang Prosedur Parkir Kendaraan di Daerah Tambang
3.14. SNI 6352-2016 tentang Rambu-Rambu Jalan Pertambangan
3.15. ISO 14001
3.16. OHSAS 18001/ISO 45001
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 4 dari 13

4. DEFINISI
4.1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, unit, orang, dan hewan di jalan.
4.2. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan.
4.3. Operator adalah orang yang mengemudikan unit.
4.4. Kendaraan adalah alat transportasi yang memiliki fungsi utama sebagai pengangkut orang yang
diizinkan oleh KTT PT Berau Coal yaitu termasuk di dalamnya, namun tidak terbatas pada kendaraan
kecil roda empat (Light Vehicle), bus, elf, man-hau,l speedboat, kapal kayu dan kendaraan pengangkut
penumpang lainnya yang dipergunakan sebagai sarana transportasi.
4.5. Unit adalah alat produksi yang dapat dikemudikan/dikendarai sebagai alat kerja dan tidak memiliki
fungsi utama sebagai alat pengangkut orang termasuk di dalamnya, namun tidak terbatas pada Off
Highway Truck (OHT), Coal Dump Truck, Water Truck, Fuel Truck, Service Truck, Lub Truck,
excavator, dozer, wheel dozer, wheel loader, motor grader, compactor, low buoy, crane truck, forklift,
manitou (cherry picker), drilling machine, tug boat dan tongkang, floating crane, Landing Craft
Transport (LCT) dan unit lainnya.
4.6. Kendaraan PT Berau Coal adalah kendaraan yang menjadi aset PT Berau Coal atau kendaraan yang
disewa oleh PT Berau Coal dan berada di bawah pengawasan PT Berau Coal.
4.7. Kendaraan Kontraktor/Subkontraktor adalah kendaraan yang menjadi aset Kontraktor/Subkontraktor
dan atau kendaraan yang disewa oleh Kontraktor/Subkontraktor, dan berada di bawah pengawasan
Kontraktor/Subkontraktor.
4.8. Parkir adalah adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan
ditinggalkan pengemudinya.
4.9. SIMPER adalah Surat Ijin Mengemudi Perusahaan yang dikeluarkan oleh PT Berau Coal untuk
memberikan ijin kepada karyawan untuk mengoperasikan kendaraan/unit/transportasi air milik PT
Berau Coal maupun Mitra Kerja-nya dengan jangka waktu 1 tahun (penetapan disesuaikan dengan
masa medical check up tahunan).
4.10. Stiker commissioning adalah tanda bukti yang sah yang dikeluarkan oleh PT Berau Coal untuk seluruh
kendaraan/unit yang telah dinyatakan layak beroperasi di lingkungan kerja PT Berau Coal sesuai
peruntukannya. Stiker tersebut juga menunjukkan area yang dapat dilaluinya di lingkungan site, serta
tanda keluar masuk site.
4.11. Jalan Tambang atau Jalan Produksi adalah jalan yang terdapat di dalam area pertambangan termasuk
didalamnya dan tidak terbatas pada jalan hauling batubara (coal haul road) dan jalan di dalam pit (in-pit
haul road) yang digunakan dan dilalui oleh alat-alat pemindah tanah mekanis dalam kegiatan
mengambil, mengangkut dan menimbun bahan galian tambang.
4.12. Jalan Proyek adalah jalan yang disediakan untuk kegiatan transportasi barang maupun orang di dalam
area tambang sebagai sarana untuk mendukung kegiatan operasi di area tambang.
4.13. Area tambang adalah area yang meliputi kegiatan teknis penambangan diantaranya seperti lokasi
penambangan, area CPP, area workshop, area hauling, area reklamasi, area revegetasi dan dermaga.
4.14. Lampu Hazard adalah lampu sein kanan dan kiri yang dinyalakan secara bersama–sama pada saat
kondisi bahaya.
4.15. Safety Triangle adalah alat berbentuk segi tiga yang memiliki warna reflektif yang dipasang di depan
dan belakang kendaraan/unit saat mengalami masalah teknis di jalan.
4.16. Buggy Whip adalah bendera berbentuk segitiga dengan bagian tepi berbahan reflektif dan memiliki tiang
dengan tinggi tertentu dari permukaan tanah, yang dipasang di setiap kendaraan jenis LV maupun LT
yang akan memasuki daerah operasi yang mewajibkan Buggy Whip dipasang.
4.17. Shortcut adalah akses jalan yang tidak masuk ke dalam rencana Daily Operation Plan (DOP)

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 5 dari 13

5. PROSEDUR
5.1. Proses Pengoperasian Kendaraan dan Unit
5.1.1. Diagram Alir
(Tidak diperlukan)
5.1.2. Penjelasan Diagram Alir
(Tidak ada)

5.2. Surat Izin Mengemudi Perusahaan


5.2.1 Karyawan yang mengoperasikan kendaraan dan unit wajib memiliki Surat Izin Mengemudi
Perusahaan (SIMPER) yang masih berlaku sesuai Prosedur Ijin Kerja Di Daerah Operasi (P-
CMP-08).

5.3. Pemeriksaan Kelayakan Kendaraan/ Commissioning


5.3.1. Seluruh kendaraan dan unit yang beroperasi di area PT Berau Coal, wajib melalui uji kelayakan
keselamatan yang telah ditetapkan (commissioning), ditandai dengan stiker commissioning yang
masih berlaku sesuai Prosedur Ijin Kerja Di Daerah Operasi (P-CMP-08).
5.3.2. Stiker commissioning untuk kendaraan dan unit ditempelkan pada sisi kiri bawah kaca bagian
depan. Khusus untuk unit A2B dan alat transportasi air dapat ditempelkan di lokasi lainnya yang
telah ditentukan/disepakati dengan Permit and Commissioning Section PT Berau Coal
disesuaikan dengan jenis unit tersebut.

5.4. Nomor Lambung


Kendaraan dan unit yang beroperasi di area operasional PT Berau Coal wajib memiliki nomor lambung,
kecuali dengan alasan tertentu serta lokasi kerja tertentu yang telah mendapatkan izin dari Kepala Teknik
Tambang (KTT), kendaraan atau unit tersebut boleh tidak menggunakan nomor lambung. Sesuai
Standar Izin Bekerja di Daerah Operasi (S-CMP-08.01).

5.5. Persyaratan Kendaraan untuk Pengangkutan Orang


Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang wajib menggunakan kendaraan yang
dirancang/desain untuk mengangkut orang harus memenuhi persyaratan berikut:
5.5.1. Tempat duduk yang layak digunakan.
5.5.2. Terdapat sabuk pengaman yang dapat berfungsi dengan baik.
5.5.3. Terdapat atap penutup/canopy yang berfungsi dengan baik dan kokoh untuk melindungi
penumpang dari panas matahari dan hujan atau gangguan serta bahaya lainnya.
5.5.4. Terdapat sistem sirkulasi udara (pendingin ruangan/AC) yang berfungsi dengan baik.
5.5.5. Pintu keluar dan masuk yang mudah diakses ketika terjadi keadaan darurat.
5.5.6. Khusus untuk kendaraan bus, elf, man-haul, wajib ditambahkan GPS dan dilengkapi dengan
palu/hammer pemecah kaca minimal 2 buah atau lebih, disesuaikan dengan jenis dan dimensi
kendaraan yang dipasang di dekat jendela kaca.
5.5.7. Observer wajib ada dan diutamakan berjabatan pengawas untuk kendaraan bus, elf, man-haul
dan bertugas melakukan observasi terhadap driver bus, elf, man-haul selama unit beroperasi
baik di dalam tambang maupun di luar tambang.
5.5.8. Pengemudi maupun penumpang wajib menggunakan sabuk pengaman selama
berkendara/mengoperasikan unit dan/atau berada di dalam kendaraan/unit.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 6 dari 13

5.5.9. Seluruh penumpang dan pengendara dilarang merokok dan/atau menggunakan vape di dalam
kendaraan/unit, baik sedang beroperasi ataupun dalam keadaan tidak beroperasi.
5.5.10. Khusus untuk kendaraan Bus wajib dipasang stiker keterangan arah masuk & keluar
penumpang.

5.6. P2H (Pemeriksaan dan Perawatan Harian)


Pengemudi/operator wajib melakukan Pemeriksaan dan Perawatan Harian (P2H) terhadap
kendaraan/unit sebelum dioperasikan dengan menggunakan Formulir P2H yang sesuai dengan
kendaraan/ unit yang akan dioperasikan.

5.7. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


5.7.1. Wajib menggunakan sepatu pengaman/safety shoes selama mengoperasikan kendaraan/unit di
area kerja dan wajib menggunakan seragam kerja, helm pengaman, kacamata safety, rompi
pantul dan sepatu pengaman dan/atau APD lainnya yang sudah ditentukan ketika berada di luar
kendaraan/unit di area kerja.
5.7.2. Operator yang mengoperasikan unit tanpa kabin tertutup wajib menggunakan APD sesuai
HIRA/ JSA.

5.8. Penggunaan Bendera (Buggy Whip)


Kendaraan yang dioperasikan pada area tambang harus menggunakan buggy whip (bendera) sesuai
Standar Buggy Whip (S-OHS-02).

5.9. Persyaratan Kendaraan untuk Pengangkutan Barang


Kendaraan dan unit yang akan digunakan untuk mengangkut barang wajib memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
5.9.1. Dilarang membawa barang yang melebihi kapasitas kendaraan/unit, kecuali telah mendapatkan
izin khusus berdasarkan assessment yang dilakukan oleh Pengawas kegiatan tersebut dan
disetujui oleh Penanggung Jawab Area.
5.9.2. Barang bawaan yang menonjol dari kendaraan atau unit di bagian belakang yang panjangnya
lebih dari 2 (dua) meter dari sisi bak belakang kendaraan wajib diberi tanda khusus yaitu pita
kuning hitam atau merah putih di bagian ujung barang yang menonjol, pembawa barang tersebut
harus membuat JSA serta dilakukan pengawalan.
5.9.3. Barang yang dibawa wajib diletakkan pada bagian kendaraan dan unit yang stabil, tidak mudah
bergerak sendiri dan diikat dengan kuat.

5.10. Penyalaan Lampu kerja, Strobe Lamp atau Blitz Lamp atau Flash Lamp
5.10.1. Lampu kerja/besar kendaraan atau unit harus dinyalakan setiap kendaraan atau unit
dioperasikan, termasuk di siang hari.
5.10.2. Strobe Lamp atau Blitz Lamp atau Flash Lamp juga harus dinyalakan ketika memasuki area
operasional PT.Berau Coal

5.11. Disiplin Berkendara/Mengoperasikan Unit


5.11.1 Pengemudi wajib memperhatikan kondisi kesehatannya (mengacu pada Prosedur Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja (P-HRO-01) ) dan dilarang untuk mengoperasikan kendaraan/unit
dalam keadaan fatigue.
5.11.2 Untuk bus, elf, man-haul, dan LV, setiap sebelum mengoperasikan kendaraan, pengemudi yang
membawa penumpang wajib menyampaikan (speak up) beberapa hal kepada penumpang, sbb:

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 7 dari 13

- Hasil P2H kendaraan, ”saya telah melaksanakan P2H dan kendaraan layak dioperasikan”.
- Memakai Sabuk Pengaman ”Mohon sabuk pengaman Bapak – Ibu sudah terpasang
sebelum kendaraan saya jalankan dan pastikan sabuk pengaman tersebut sudah klik”
- Mengingatkan Driver ”Ingatkan dan tegur saya jika saya melanggar batas kecepatan atau
rambu lalu lintas atau saya melakukan TTA”.
- Khusus untuk bus, WAJIB terdapat Pengamat/ Observer untuk duduk di kursi depan (di
samping pengemudi) sebagai pengawas pengoperasian kendaraan/ bus. Jika di dalam bus
terdapat penumpang dengan level jabatan pengawas maka yang menjadi pengamat/observer
adalah pengawas tersebut, namun jika tidak ada dapat menyesuaikan.
5.11.3 Saat berkendara pengemudi dilarang melakukan aktifitas lain yang dapat mengganggu
konsentrasi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan terhadap dirinya maupun terhadap orang
lain.
5.11.4 Pengamat/Observer wajib mengawasi pengoperasian kendaraan dan mengingatkan pengemudi
jika pelanggaran pengoperasian kendaraan dilakukan,

5.12. Barang/Orang
Kegiatan menaikkan/menurunkan barang/orang harus dilakukan di lokasi yang tidak dilarang untuk
berhenti sesuai petunjuk rambu dan/atau tidak mengganggu arus lalu lintas kecuali dalam keadaan
darurat.

5.13. Jarak Aman Berkendara/Mengoperasikan Unit


5.13.1. Pengemudi kendaraan/unit wajib menjaga jarak aman dengan kendaraan/ unit lain yang berada
di sekitarnya.
5.13.2. Pengemudi kendaraan/unit di jalan angkut batubara (hauling road) harus tetap menjaga jarak
aman kendaraan/unitnya tidak kurang dari 50 meter terhadap kendaraan/unit di depannya.
Khusus double trailer, jarak aman kendaraan/ unit tidak kurang dari 180 meter terhadap
kendaraan/ unit di depannya.
5.13.3. Pengemudi kendaraan/unit di area pit dan jalan tambang (mine road) harus tetap menjaga jarak
aman kendaraan/unitnya tidak kurang dari 40 meter terhadap kendaraan/unit di depannya.

5.14. Gerakan Memutar Arah Kendaraan/Unit


Kendaraan/unit yang memutar arah, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
5.14.1. Manuver dilakukan pada tempat–tempat yang telah ditentukan, sesuai dengan rambu yang telah
disediakan.
5.14.2. Pengemudi harus menepikan kendaraan/unit di sebelah kiri jalan yang aman.
5.14.3. Pengemudi memastikan bahwa 100 meter di depan dan di belakang kendaraan/unitnya tidak ada
kendaraan/unit lain yang sedang berjalan.
5.14.4. Lampu tanda isyarat belok kanan harus dihidupkan dan memberikan informasi melalui radio
kepada pengguna jalan.
5.14.5. Pengemudi dilarang memutar balikkan kendaraan/unit pada jalan tanjakan atau jalan turunan,
tikungan, persimpangan, jembatan dan area blinspot.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 8 dari 13

5.15. Mendahului Kendaraan/Unit


Mendahului kendaraan/unit lain dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
5.15.1. Dilarang mendahului kendaraan/unit dalam jarak kurang atau sama dengan 100 m dari
persimpangan jalan, tikungan, tanjakan, turunan dan jembatan serta saat jarak pandang terbatas
dan atau diatur lain oleh rambu.
5.15.2. Sebelum mendahului kendaraan/unit lain, pengemudi/ operator wajib membunyikan klakson
sebagai isyarat dan menyalakan lampu sein sebelah kanan.
5.15.3. Untuk mengemudi di daerah operasi, pengemudi/operator dilarang mendahului kendaraan/unit
yang sedang berjalan di depannya sebelum mendapat izin (kontak positif) melalui radio dari
pengemudi kendaraan/unit yang akan didahului.
5.15.4. Pengemudi/operator wajib memberi ruang gerak di bagian sebelah kanan kendaraan/unitnya
serta memperlambat laju kendaraan/unit dan memberikan isyarat sein kiri apabila telah
memberi izin pada kendaraan/unit di belakangnya untuk mendahului.
5.16. Parkir
5.16.1. Pengemudi sebelum meninggalkan kendaraan/unit, harus meyakinkan bahwa
kendaraan/unitnya sudah dalam kondisi aman (mesin mati, mengaktifkan parking brake,
menurunkan bucket/shovel/blade/ripper untuk unit dan terkunci) dan kunci kontak sudah
dicabut sehingga tidak dapat dioperasikan oleh orang lain yang tidak berkepentingan atau
secara tak sengaja berjalan.
5.16.2. Parkir harus di tempat yang ditentukan untuk parkir atau tempat yang rata (datar), aman, sejajar
dengan kontur dan diusahakan untuk parkir mundur.
5.16.3. Jika parkir harus dilakukan di lokasi yang menanjak atau menurun, aktifkan penuh rem tangan
(full hand brake) dan aktifkan gigi (persnelling) maju untuk kondisi jalan menanjak dan gigi
(persnelling) mundur untuk kondisi jalan menurun, mengarahkan setir kendaraan/unit ke arah
tanggul serta mengganjal roda kendaraan/unit dengan ganjal roda.
5.16.4. Apabila unit parkir di dekat lereng, posisi parkir harus lebih dari 1.5 kali tinggi lereng atau
pada lokasi parkir yang sudah ditentukan.
5.16.5. Posisi parkir untuk kendaraan yang sejenis dengan posisi menyamping harus memiliki jarak
minimal 1/2 kali lebar kendaraan.
5.16.6. Posisi parkir untuk unit yang sejenis dengan posisi menyamping harus memiliki jarak minimal
5 meter atau terdapat tanggul pembatas antar unit.
5.16.7. Kendaraan sejenis dapat parkir depan belakang (memanjang) maupun menyamping dengan
ketentuan jarak parkir depan belakang (memanjang) antar kendaraan minimal 1/2 kali panjang
unit dengan arah kendaraan seragam.
5.16.8. Untuk kendaraan yang akan parkir di sekitar unit yang beroperasi, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a) Jarak dari samping unit minimal 30 meter.
b) Jarak dari belakang unit minimal 50 meter.
c) Jarak dari depan unit minimal 20 meter.
d) Di luar radius swing area crane atau excavator.
e) Posisi parkir kendaraan diketahui oleh operator atau driver unit yang sedang parkir.
f) Kendaraan diperbolehkan untuk mendekati unit untuk menurunkan alat dan bahan kerja
dan kemudian parkir sesuai ketentuan aman jarak parkir.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 9 dari 13

5.16.9. Semua kendaraan/unit dilarang parkir, pada tempat sebagai berikut:


a) Di jalan aktif kecuali saat pengawasan maintenance jalan, inspeksi dengan memasang
safety cone dan lampu hazard
b) Pada rambu atau tanda larangan parkir.
c) Menutupi rambu-rambu lalu lintas yang ada.
d) Menghalangi kendaraan/unit lain, menghalangi alat–alat tanggap darurat (misalnya: fire
extinguisher, fire hydrant, ambulance, fire truck).
e) Di tikungan/ persimpangan dan dalam radius 50 meter dari tikungan/ persimpangan
f) Di atas jembatan.
g) Di muka akses keluar dan masuk.
h) Area lainnya yang ditentukan dari hasil assessment atau terdapat rambu khusus.
5.16.10. Jika dalam kondisi hujan dan jalan sudah mulai licin, segera parkirkan unit di tempat yang
terdekat yaitu di area yang datar atau pinggir jalan yang datar. Pastikan parking brake aktif
dan engine dimatikan.
5.16.11. Jika tidak memungkinkan mencapai tempat yang datar (tanjakan/ turunan), maka parkir di
tempat yang tidak mengganggu akses atau jalan unit lain. Aktifkan parking brake, engine
dimatikan dan arahkan roda depan ke kiri/tanggul untuk menjaga jika unit tergelincir maka
mengarah ke tanggul atau pinggir jalan terdekat.

5.17. Menghentikan Kendaraan/Unit


5.17.1. Pengemudi dilarang menghentikan kendaraan/unit di daerah terlarang atau berbahaya (di
tikungan, daerah turunan, daerah tanjakan, jembatan, daerah longsoran, maupun tempat-tempat
yang dilarang berhenti sesuai petunjuk rambu) kecuali keadaan darurat.
5.17.2. Menghentikan kendaraan/unit harus memberikan jarak terhadap kendaraan/unit di depannya
minimal 10 meter. Contoh: menurunkan/ menaikkan penumpang.
5.17.3. Posisi kendaraan yang berhenti pada rambu stop harus sejajar dengan rambu stop dan
menunggu 8 detik sebelum jalan.
5.17.4. Pengemudi wajib menghentikan kendaraan/unit yang dioperasikan apabila jarak pandang
kurang dari 50 meter dengan mengaktifkan lampu hazard dan segera melaporkan ke pengawas
terkait posisi berhenti dan kondisi di lapangan.
5.17.5. Jika harus berhenti di jalan aktif, untuk kendaraan harus menepi di pinggir jalan yang aman
dan menyalakan lampu sein kiri serta memastikan kondisi aman dan memberikan informasi
kepada pengguna jalan. Sedangkan untuk unit A2B dilarang berhenti di jalan aktif, kecuali
dalam keadaan darurat/breakdown dan/atau diijinkan oleh pengawas karena alasan
operasional.
5.17.6. Jika operator/pengemudi harus menghentikan unit/kendaraan karena kelelahan (fatigue) wajib
dilakukan dilokasi rest area atau lokasi aman khusus yang telah ditentukan dan melaporkan ke
pengawas.
5.17.7. Pengangkutan karyawan (turun-naik kendaraan) bus, elf, dan man-haul harus dilakukan pada
lokasi yang ditentukan dan mendapat ijin dari PJ K3L HO PT Berau Coal dalam bentuk surat
penetapan lokasi untuk turun naik penumpang di operasional area Tanjung Redeb dan WKTT
Site untuk operasional di dalam tambang.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 10 dari 13

5.18. Kerusakan (Breakdown) Kendaraan/Unit Di jalan


5.18.1. Pemasangan penanda unit breakdown sesaat setelah unit breakdown sebagai batas aman yang
diletakkan di depan dan belakang unit sejauh 50 meter dari unit breakdown di hauling road, 30
meter dari unit breakdown di mine road wajib memenuhi semua kriteria sebagai berikut:
- Aktifkan lampu hazard dan strobe light/blitz lamp pada kendaraan/unit
- Pasang safety cone di bagian depan dan belakang dari kendaraan/unit dengan posisi sejajar
pada sisi kanan kendaraan/unit.
- Pasang rambu portable sebagai penanda unit breakdown di hauling road dan terdapat flip
flop lamp pada bagian atas rambu tersebut dengan jarak rambu terpasang sejauh 100 meter
dari unit breakdown.
- Terdapat material dumping di sisi depan dan belakang unit, khusus di mine road.
- Pasang ganjal/wheel chock.
5.18.2. Lalu lintas diatur oleh pengatur lalu lintas, baik itu driver/operator, mekanik, pengawas, dan
fungsional lainnya yang mengatur lalu lintas dari arah depan dan belakang unit dengan radio
komunikasi sesaat setelah unit breakdown sampai dengan evakuasi unit dilakukan.
5.18.3. Operator/Driver yang unitnya mengalami kerusakan/breakdown di jalan, dilarang
meninggalkan lokasi dan wajib menjadi petugas pengatur lalu lintas sampai dengan petugas
pengganti datang di lokasi tersebut.
5.18.4. Operator/Driver saat memasang wheel chock & safety cone wajib menggunakan stick lamp
sebagai penanda/isyarat bagi kendaraan/unit yang melintas di area tersebut dan letakkan stick
lamp di atas masing-masing safety cone.
5.18.5. Posisi pengatur lalu lintas wajib berada di dalam kabin kendaraan/unit dan dapat melihat lalu
lintas dengan jelas
5.18.6. Pengatur lalu lintas bertugas menjaga komunikasi secara aktif dengan kendaraan/unit yang
akan melintasi unit breakdown tersebut di jalan dan memberikan skala prioritas bagi
kendaraan/unit mana yang dapat melintas terlebih dahulu.
5.18.7. Apabila pengatur lalu lintas tidak disediakan, maka operasional dihentikan khusus di lokasi
tersebut.
5.18.8. Pengatur lalu lintas harus dapat melihat ke depan dan ke belakang unit dan bisa berkomunikasi
setiap saat serta dilengkapi radio komunikasi, stick lamp dan APD pendukung lainnya (seperti
Jas Hujan).
5.18.9. Unit breakdown harus dievakuasi dari jalan aktif maksimal 6 jam setelah breakdown atau
selambat-lambatnya hingga shift berjalan tersebut berakhir, jika perbaikan belum selesai
selanjutnya unit dievakuasi ke area yg aman sebagai tempat unit sementara (misal rest area,
dll) dan maksimal di area tersebut selama 6 jam.
5.18.10. Melakukan komunikasi 50 meter sebelumnya terhadap obyek bahaya (manusia, kendaraan/unit
yang akan didekati) melalui syarat klakson atau lampu atau radio.

5.19. Mobilisasi Unit


Mobilisasi unit harus dilakukan dengan Instruksi Kerja/ JSA yang berlaku, batasan maksimal unit yang
dapat dikawal adalah 5 unit.

5.20. Mematuhi Rambu Lalu Lintas


Setiap mengoperasikan kendaraan/unit, pengemudi diwajibkan memperhatikan dan mematuhi rambu-
rambu lalu lintas yang ada.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 11 dari 13

5.21. Penggunaan Klakson


Klakson dibunyikan dengan cara dan pada kondisi sebagai berikut:
5.21.1. Bunyikan klakson 1 kali pada saat akan menghidupkan mesin kendaraan/unit.
5.21.2. Bunyikan klakson 2 kali pada saat kendaraan/unit akan bergerak maju.
5.21.3. Bunyikan klakson 3 kali pada saat kendaraan/unit akan bergerak mundur.

5.22. Berkendara pada Jalan di luar Area Operasional


5.22.1. Pengemudi wajib mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku.
5.22.2. Pengemudi kendaraan di area perkampungan warga (jalan umum) harus tetap menjaga batas
kecepatan tidak lebih dari 30 km/jam atau sesuai rambu yang terpasang.

5.23. Prioritas Jalan Bagi Keadaan Darurat


Pengemudi kendaraan/unit wajib memberikan prioritas jalan kepada:
5.23.1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang bertugas.
5.23.2. Ambulance yang sedang mengangkut atau akan menjemput orang sakit.
5.23.3. Kendaraan pertolongan kecelakaan (rescue).
5.23.4. Kendaraan jenazah.
5.24. Evakuasi Kendaraan/Unit Amblas
Kendaraan/Unit amblas adalah kendaraan/unit yang terperosok ke dalam tanah sehingga tidak dapat
melakukan pergerakan horizontal untuk melakukan fungsi kendaraan/unit tersebut. Berikut langkah
penanganan yang dilakukan jika terjadi unit amblas:
5.24.1. Driver/Operator menghentikan kendaraan/unit dan pastikan kondisi kendaraan/unit stabil,
tidak berpotensi rebah atau terguling.
5.24.2. Driver/Operator meminta bantuan dengan menghubungi Pengawas. Gunakan channel radio
dengan frekuensi yang telah ditentukan untuk lokasi tersebut. Operator/Driver juga dapat
melaporkan dengan menghubungi CCR PT Berau Coal.
5.24.3. Pengawas melakukan penilaian teknis pertolongan yang diperlukan untuk melakukan evakuasi,
berdasarkan lokasi kejadian, jenis kendaraan/unit, posisi dan bagian kendaraan/unit yang
amblas, kondisi permukaan tanah dan lingkungan sekitar kejadian.
5.24.4. Sesuai dengan tingkat keparahan amblas, Pengawas memutuskan teknis pertolongan yang
diberikan. Jika diperlukan, Pengawas berkoordinasi dengan Departemen atau Section terkait
untuk:
a. Penyediaan peralatan dan perlengkapan,
b. Penyediaan personil teknis,
c. Penentuan metode evakuasi, serta
d. Pembuatan JSA evakuasi kendaraan/unit, termasuk rencana tanggap darurat yang
diperlukan.
Pastikan pemilihan metode evakuasi dan pengendalian di dalam JSA memadai untuk
meminimalkan risiko pada orang, peralatan maupun lingkungan sekitar.
5.24.5. Jika metode evakuasi dan JSA telah disetujui oleh atasan Pengawas dan HSE, maka evakuasi
dapat dilakukan.
5.24.6. Pengawas WAJIB melakukan pengawasan selama proses evakuasi kendaraan/unit berlangsung
dengan menjaga komunikasi 3 arah, yaitu: driver/operator dari kendaraan/unit yang
dievakuasi, driver/operator kendaraan/unit yang digunakan untuk mengevakuasi dan
Pengawas sendiri.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 12 dari 13

5.24.7. Setelah proses evakuasi selesai, Pengawas dan Operator Unit serta Departement/ Section
Terkait melakukan investigasi untuk mendapatkan informasi penyebab serta merencanakan
tindak perbaikannya. Kronologis insiden, penyebab dan rekomendasi tindak perbaikan
dilaporkan sesuai dengan Prosedur Tindak Perbaikan dan Tindak Pencegahan. Investigasi
dapat dilakukan dengan mengacu pada prosedur terkait investigasi insiden.
5.25. Ketentuan Lain Terhadap Pengoperasian Kendaraan/Unit
5.25.1. Pengawas Operasional wajib menghentikan kegiatan operasi kendaraan/unit di area tambang
jika terdapat kondisi-kondisi lain yang tidak diatur dalam prosedur dan berpotensi
menimbulkan bahaya.
5.25.2. Dalam mengoperasikan unit, operator dilarang memberi tumpangan kepada siapapun kecuali
dalam keadaan darurat untuk penyelamatan atau saat pelaksanaan training operator.
5.25.3. Pengemudi yang menyusuri jalan menurun harus mendahulukan kendaraan/unit yang sedang
menanjak jika kedua kendaraan/unit tersebut tidak memungkinkan saling berpapasan dan/atau
diatur lain oleh rambu.
5.25.4. Driver/Operator dilarang melalui jalan shortcut.
5.25.5. Kecepatan kendaraan/unit di jalan angkut batubara (hauling road) tidak lebih dari 60 km/jam,
kecuali dinyatakan lain oleh rambu lalu lintas.
5.25.6. Kecepatan kendaraan/unit di area pit dan jalan tambang (mine road) tidak lebih dari 40 km/jam,
kecuali dinyatakan lain oleh rambu lalu lintas.

5.26. Tindakan untuk Menghindari Tabrakan di Perairan


5.26.1. Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari tabrakan jika keadaan mengijinkan, harus
tegas, dilakukan dalam waktu yang cukup dengan mengingat kecakapan pelaut yang baik.
5.26.2. Setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan yang dilakukan untuk menghindari tabrakan, jika
keadaan mengijinkan, harus cukup besar sehingga segera jelas bagi kapal lain yang
mengamatinya secara visual atau dengan radar, perubahan-perubahan kecil pada
haluan dan/atau kecepatan secara beruntun harus dihindari.
5.26.3. Jika ruang gerak di sungai atau laut cukup, perubahan haluan saja mungkin tindakan yang
paling tepat untuk menghindari situasi yang terlalu dekat dengan ketentuan perubahan itu
dilakukan pada saat yang tepat, nyata dan tidak menimbulkan situasi terlalu dekat yang lain.
5.26.4. Tindakan yang diambil untuk menghindari tabrakan dengan kapal atau unit lain harus
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan penglewatan pada jarak yang aman.
5.26.5. Untuk menghindari tabrakan atau untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai
keadaan, jika perlu kapal atau unit mengurangi kecepatan atau menghilangkan laju sama sekali
dengan memberhentikan atau memundurkan alat penggeraknya.
5.26.6. Kapal atau unit yang panjangnya kurang dari 20 meter tidak boleh merintangi jalannya kapal
atau unit lain yang hanya dapat berlayar dengan aman di alur pelayaran atau air pelayaran
sempit.
5.26.7. Kapal atau unit tidak boleh memotong alur pelayaran atau air pelayaran sempit, jika
pemotongan itu merintangi jalannya kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman dalam air
pelayaran sempit atau alur pelayaran demikian itu.
5.26.8. Di dalam air pelayaran sempit atau alur pelayaran, penyusulan dapat dilaksanakan hanya jika
kapal atau unit yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan penglewatan
dengan aman, kapal atau unit yang bermaksud menyusul harus menyatakan maksudnya dengan
membunyikan isyarat sebagaimana yang diatur di dalam UU No. 17 tahun 2008 atau merespon
melalui komunikasi radio.

F-DEV.01.02
Ed./Rev.: 1/5
MITRA LANUK PERMAI No. Dokumen P-01
PROSEDUR Tanggal Efektif Desember 2019
Edisi/Revisi 0
Pengoperasian Kendaraan dan Unit
Halaman 13 dari 13

5.26.9. Kapal atau unit yang disusul, jika telah setuju, harus memperdengarkan isyarat sebagaimana
yang diatur di dalam UU No. 17 tahun 2008 atau merespon melalui komunikasi radio
dan mengambil langkah untuk memungkinkan penglewatan aman.
5.26.10. Kapal atau unit yang mendekati tikungan atau daerah air pelayaran atau alur pelayaran,
dimana kapal-kapal atau unit-unit lain mungkin terhalang penglihatannya oleh rintangan, harus
berlayar dengan penuh kewaspadaan dan hati-hati, serta memastikan komunikasi selalu
dilakukan baik melalui isyarat atau pun radio.
5.27. Bahaya yang terdapat pada aktivitas Pengoperasian Kendaraan dan Unit
5.1.3. Aktivitas pengoperasian kendaraan dan unit merupakan pekerjaan yang berisiko tinggi, maka
perlu diperhatikan bahaya yang dapat terjadi antara lain, namun tidak terbatas pada:
- Menabrak pekerja/orang, kendaraan/unit dan/atau material lain yang ada di depan ataupun
di belakannya
- Terperosok, amblas, rebah yang menyebabkan cidera pada pekerja/orang hingga kematian
dan/atau kerusakan pada kendaraan/unit atau material lain.

6. DOKUMEN TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai