DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Maksud Tujuan dan Manfaat..........................................................................4
1.3 Lingkup Kerja Praktek....................................................................................4
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................5
2.1 Industri Karet remah (Crumb Rubber)...........................................................5
2.2 Proses Terbentuknya Limbah..........................................................................5
2.3 Limbah Cair Industri Karet remah (Crumb Rubber).....................................5
2.3.1 Karakteristik Limbah Cair......................................................................5
2.3.2 Dampak Air Limbah Pabrik Karet Terhadap Lingkungan...................7
2.3.3 Baku Mutu Air Limbah Pabrik Karet.....................................................7
2.4 Kriteria Perencanaan Limbah Cair................................................................8
2.5 Sistem Pengolahan Air Limbah.....................................................................10
2.5.1 Pengolahan Pendahuluan (Preliminary Treatment)........................15
2.5.2 Pengolahan Tingkat Satu (Primary Treatment)..............................17
2.5.3 Pengolahan Tingkat Dua (Secondary Treatment)............................19
2.5.4 Unit Pengolahan Tingkat Tiga (Tertiary Treatment)......................20
2.5.5 Unit Pengolahan Lumpur..................................................................20
2.6 Efisiensi Penyisihan Unit Pengolahan Limbah Cair....................................22
2.7 Instalasi Pengolahan Air Limbah Lumpur Aktif.........................................23
2.7.1 Bak Ekualisasi.....................................................................................23
2.7.2 Bak pengendapan pertama................................................................23
2.7.3 Bak aerasi............................................................................................23
2.7.4 Bak pengendapan kedua....................................................................23
2.7.5 Bak bio indikator................................................................................23
2.7.6 Bak sludge dry bed.............................................................................23
2.8 Variabel Operasional dalam Proses Lumpur aktif (Activated Sludge
Process)............................................................................................................23
2.8.1 Beban BOD (BOD Loading Rate atau Volumetric Loading Rate). 23
2.8.2 Mixed-Liquor Suspended Solid (MLSS)...........................................23
2.8.3 Mixed-Liquor Volatile Suspended Solids (MLVSS)........................24
Yondriadi (1707111315)
2
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
2.8.4 Food to Microorganism Ratio atau Food to Mass Ratio (F/M Ratio)
24
2.8.5 Rasio Sirkulasi Lumpur / Hydraulic Recycle Ratio (HRT).............24
2.8.6 Sludge Age (Umur Lumpur)..............................................................25
2.8.7 Pengaruh Temperatur........................................................................25
2.8.8 Pengaruh Aliran.................................................................................26
BAB III 27
GAMBARAN UMUM KEGIATAN.............................................................................27
3.1 Kondisi Eksisting Objek Kerja Praktek........................................................27
3.2 Profil Perusahaan...........................................................................................28
BAB IV 30
ANALISIS PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH LUMPUR AKTIF PADA
PABRIK CRUMB RUBBER PT. HERVENIA KAMPAR LESTARI.......30
4.1 Analisis Sumber Air Limbah Industri PT. Hervenia Kampar Lestari.......30
4.2 Analisis Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Lumpur Aktif PT.
Hervenia Kampar Lestari..............................................................................33
PENUTUP.......................................................................................................................39
5.1 KESIMPULAN...............................................................................................39
5.2 SARAN............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................40
DOKUMENTASI...........................................................................................................42
Yondriadi (1707111315)
3
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap kegiatan industri pada umumnya menghasilkan limbah sebagai sisa
proses produksi di samping menghasilkan produk sebagai hasil akhir dari proses
tersebut. Limbah industri dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada
lingkungan dan membahayakan kesehatan makhluk hidup di sekitar apabila tidak
diolah dan dikelola dengan tepat.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang karet remah (Crumb Rubber)
di Provinsi Riau adalah PT. Hervenia Kampar Lestari (PT. HKL). Dalam proses
produksinya menghasilkan limbah yaitu limbah cair, limbah padat dan emisi.
Sebagai industri yang berwawasan lingkungan, PT. HKL berupaya untuk
mengelola limbah yang dihasilkannya dengan melakukan pengolahan terhadap
limbah cair yang dikeluarkan ke dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). Dari upaya tersebut dapat mengurangi beban pencemaran terhadap
lingkungan sehingga memenuhi baku mutu dan dapat dilepas ke lingkungan
maupun digunakan kembali sebagai air baku pada pencucian.
Untuk mengetahui proses pengolahan dan pekerjaan yang ada di dunia
industri maka dari itu Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Riau
memandang perlu adanya kerja praktek mahasiswa ( KP ) supaya mahasiswa
dapat mengerti serta memahami fungsi, prinsip kerja, dan belajar melatih diri
untuk berinteraksi dalam dunia Industri. Sehinnga mahasiswa memiliki
pengetahuan, pengalaman tentang dunia industri serta mempunyai bekal untuk
kerja nanti.
Dalam melaksanakan pengalaman kerja praktek mahasiswa pada industri
tersebut penulis mengambil suatu topik yang akan di bahas dalam laporan ini,
yaitu “Analisis Proses Pengolahan Air Limbah Lumpur Aktif pada Pabrik
Crumb Rubber PT. Hervenia Kampar Lestari”
1.2 Maksud Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Maksud
Yondriadi (1707111315)
4
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai syarat lulus mata
kuliah kerja praktek di Program Studi Teknik Lingkungan S-1 Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek mahasiswa di PT. PT. Hervenia Kampar
Lestari ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum Kerja Praktek Mahasiswa adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dibidang teknik lingkungan melalui
keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan di Perusahaan/Industri tempat
dilaksanakannya Kerja Praktek tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui :
a. Untuk mengetahui dan memahami proses pengolahan air limbah pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) lumpur aktif PT. Hervenia
Kampar Lestari.
b. Mengetahui efisiensi pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
lumpur aktif PT. Hervenia Kampar Lestari.
c. Mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja, serta
memperoleh surat keterangan kerja (referensi) dari PT. Hervenia
Kampar Lestari.
1.2.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengetahuan baru dibidang pengolahan limbah cair karet
yaitu bagaimana proses pengelolaan limbah cair pabrik karet.
b. Mengetahui bagaimana prinsip kerja instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) lumpur aktif PT. Hervenia Kampar Lestari.
c. Mendapatkan pengetahuan tentang operasi dan perawatan
(maintenance) instalasi pengolahan air limbah (IPAL) lumpur aktif PT.
Hervenia Kampar Lestari.
2. Bagi PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
5
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
6
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
7
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
1990 , antara lain : kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Platisitas awal
(Po) dan Plasticity Retention Index (PRI).
Crumb Rubber ini diekspor langsung ke negara konsumen (Amerika,
Eropa dan Asia). Perbandingan ekspor ke negara Amerika sebesar 60 persen
sampai 75 persen, 20 persen ke Negara Jepang, dan selebihnya ke Eropa dan ke
Negara Australia. Karet remah sebagian besar diproduksi oleh perusahaan swasta
menggunakan bahan baku karet dalam bentuk koagulum yang dikenal dengan
istilah bahan olah karet (bokar) yang dihasilkan dari tanaman karet yang dikelola
rakyat. Tanaman karet yang dikelola rakyat memiliki luas areal tanam sekitar 64
persen dari total areal tanam karet Indonesia seluas 2,29 juta hektar.
Dalam proses pengolahan karet untuk menghasilkan produk-produk yang
diinginkan, juga dihasilkan produk lain yang disebut limbah. Limbah yang
menjadi masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan, yang bersumber dari
proses pencucian, pencabikan, penggilingan, peremahan, pengeringan, dan
pengepresan bokar. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik
yang tinggi, sisa senyawa bahan olahan karet, senyawa karbon, nitrogen, fosfor,
dan senyawa-senyawa lain seperti ammonia yang cukup tinggi (Chasri Nurhayati,
dkk, 2013).
Yondriadi (1707111315)
8
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
ketersediaan bahan baku, secara umum adalah 100% BRCR dan 75% BRCR 25%
lump. Bahan baku yang datang disimpan di gudang dengan penambahan deorub
(deodorant rubber). Deorub merupakan asap cair yang terbuat dari cangkang
kelapa sawit yang diproduksi di wilayah Sumatera dan berfungsi untuk
mengurangi bau.
Proses produksi dimulai dari pemotongan, pencucian dan pemisahan
bahan baku dari kotoran yang terbawa. Selanjutnya karet digiling hingga
berbentuk lembaran-lembaran lump dan dijemur selama ±15 hari. Lembaran lump
yang telah kering akan melewati proses peremahan dan pencucian kembali.
Remahan lump tersebut ditambahkan asam oksalat yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas remahan, Plastisitas Retention Index (PRI). Tahap
selanjutnya adalah pengeringan dengan dryer pada suhu 125° -130° C. Tahapan
produksi industri crumb rubber dan limbah yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Tahapan produksi industri crumb rubber
Yondriadi (1707111315)
9
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
10
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Timbulan limbah
(padat/cair/gas/
partikulat/noise
pollutions)
1. Limbah yang berasal dari bahan baku yang tidak mengalami perubahan
komposisi baik secara kimia maupun biologis. Mekanisme transformasi
yang terjadi hanya bersifat fisis semata seperti pemotongan,
penggergajian, dan sebagainya. Limbah kategori ini sangat cocok untuk
dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku. Sampah kota banyak termasuk
dalam kategori ini
2. Limbah yang terbentuk akibat hasil samping dari sebuah proses kimia,
fisika, dan biologis, atau karena kesalahan ataupun ketidak-optimuman
proses yang berlangsung. Limbah yang dihasilkan mempunyai sifat yang
berbeda dari bahan baku semula. Limbah ini ada yang dapat menjadi
bahan baku bagi industri lain atau sama sekali tidak dapat dimanfaatkan.
Usaha modifikasi proses akan mengurangi terbentuknya limbah jenis ini
3. Limbah yang terbentuk akibat penggunaan bahan baku sekunder, misalnya
pelarut atau pelumas. Bahan baku sekunder ini tidak ikut dalam reaksi
proses pembentukkan produk. Limbah ini kadangkala sangat berarti dari
sudut kuantitas dan merupakan sumber utama dari industrial waste water.
Teknik daur ulang ataupun penghematan penggunaan bahan baku
sekunder banyak diterapkan dalam menanggulanginya
Yondriadi (1707111315)
11
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
4. Limbah yang berasal dari hasil samping proses pengolahan limbah. Pada
dasarnya semua pengolah limbah tidak dapat mentransfer limbah menjadi
100% non limbah. Ada produk samping yang harusditangani lebih lanjut,
baik berupa partikulat, gas, dan abu (dari insinerator), lumpur (misalnya
dari unit pengolah limbah cair) atau bahkan limbah cair (misalnya dari
lindi sebuah lahan urug)
5. Limbah yang berasal dari bahan samping pemasaran produk industri,
misalnya kertas, plastik, kayu, logam, drum, kontainer, tabung kosong, dan
sebagainya. Limbah jenis ini dapat dimanfaatkan kembali sesuai fungsinya
semula atau diolah terlebih dahulu agar menjadi produk baru. Sampah kota
banyak terdapat dalam kategori ini.
Yondriadi (1707111315)
12
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Semakin tinggi temperatur air (>27°C) maka kandungan oksigen dalam air
berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan anatara massa dengan volume yang
dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3).
e. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan waktu dan
meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari yang abu–abu
menjadi kehitaman.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang
dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh
suspensi standar pada konsentrasi yang sama (Eddy, 2008).
2. Karateristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi
yaitu bahan organik, anorganik, dan gas.
a. Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N yang
menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak dan
minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah
limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian.
b. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal
air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung
logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan basa kuat, senyawa
fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak, nitrit, dan nitrat), dan juga
senyawa senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).
c. Gas
Yondriadi (1707111315)
13
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah
adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida
(H2S), amoniak (NH3), dan karbondioksida (Eddy, 2008).
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen. Karakteristik
biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
terdapat dalam dekomposisi dan stabilitas senyawa organik (Eddy, 2008).
2.3.2 Dampak Air Limbah Pabrik Karet Terhadap Lingkungan
Limbah cair atau buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan
lagi serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan
lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat
diutamakan agar tidak mencemari lingkungan (Mardana,2007)
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air limbah industri karet
adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya
kandungan bahan organik. Selama proses degradasi limbah oksigen banyak
dikonsumsi, sehingga ketika polutan organik di dalam air sedikit, oksigen yang
hilang dari air akan segera digantikan oleh oksigen hasil reaerasi dari udara dan
oleh proses fotosintesis. Apabila konsentrasi polutan organik cukup tinggi, maka
akan terjadi kondisi anaerobik (tidak ada oksigen) yang menghasilkan produk
dekomposisi berupa amonia, hidrogen sulfida, karbondioksida dan metana. Air
limbah juga dapat menjadi sumber pengotor, sehingga bila tidak dikelola dengan
baik dapat menimbulkan pencemaran air, menimbulkan bau yang tidak sedap serta
pemandangan yang tidak menyenangkan.
Yondriadi (1707111315)
14
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
15
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
16
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
17
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
18
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
20
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
21
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
penyisihan BOD dan COD pada unit ini adalah sekitar 0-5% dan SS
sekitar 0-10%. Grit chamber biasanya ditempatkan setelah bar racks
sebelum screen dan primary sedimentation tanks. Hal ini untuk
memudahkan pengoperasian dan perawatan. Tujuan penggunaan grit
chamber adalah:
i. Melindungi peralatan dari abrasi yang akan menyebabkan pipa
tersumbat;
ii. Untuk melindungi peralatan dari gesekan benda keras;
iii. Mengurangi endapan pada saluran dan pipa;
iv. Mengurangi frekuensi pembersihan digester.
Kriteria perencanaan dari grit chamber adalah (Metcalf & Eddy, 2004):
i. Kelembaban = 13-65%
ii. Volatile = 1-56%
iii. Specific gravity = 2,7 (bersih)
1,3 (yang dikotori bahan organik)
iv. Bulk density = 100 lb/ft3(1.600 kg/m3)
v. Grit yang disisihkan pada perhitungan desain adalah yang
memiliki specific gravity 2,5 pada T = 15,5ºC
Yondriadi (1707111315)
22
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Untuk lebih mengetahui berbagai jenis tipe pengendapan yang ada dalam proses
sedimentasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tipe Pengendapan yang Biasa Digunakan
Tipe Pengendapan Deskripsi Aplikasi
Tipe I, Diperuntukkan bagi partikel Tipe satu ini digunakan
(untuk partikel tersuspensi, dimana konsentrasi solid untuk penyisihan pasir
diskrit) rendah. Partikel akan mengendap dalam air buangan.
dengan sendirinya (tak bergabung
dengan partikel lainnya).
Tipe II Diperuntukkan bagi suspense yang Tipe II ini digunakan
(untuk partikel agak cair. Dimana setelah adanya untuk penyisihan
flokulan) pengadukan beberapa partikel akan suspense solid dalam
Yondriadi (1707111315)
23
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
ditumbuhkan dalam bak aerasi, dimana organisme dan limbah cair dicampur
dengan udara. Pada kondisi ini, mikroorganisme akan mengoksidasi sebagian
bahan kimia menjadi CO2 dan air lalu membentuk sel-sel mikroba baru. Bakteri
yang berperan dalam lumpur aktif ini adalah: pseudomonas, zoogloea,
achromobacter, flavobacterium, nocardia dan mycobacterium.
Mikroorganisme tersebut dialirkan ke tangki pengendapan sehingga flok-
flok mikroorganisme tersebut terendapkan secara gravitasi. Organisme yang
terendapkan sebagian dikembalikan ke bak aerasi dan kemudian dicampurkan
dengan limbah cair dan sebagian dibuang jika massa mikroorganisme dalam bak
aerasi cukup banyak dan umur mikrooraganisme telah tua. Sistem ini dinamakan
sistem recycle.
2.5.4 Unit Pengolahan Tingkat Tiga (Tertiary Treatment)
Pengolahan ini merupakan kelanjutan dari pengolahan terdahulu dan baru
akan digunakan apabila pada pengolahan pertama dan kedua masih terdapat zat
tertentu yang berbahaya bagi masyarakat umum. Namun pengolahan ketiga
(tertiary treatment) ini jarang digunakan. karena merupakan pengolahan secara
khusus sesuai kandungan zat yang terbanyak dalam limbah cair. Contoh dari
pengolahan tingkat tiga ini adalah desinfeksi
Desinfeksi bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme
patogen yang ada dalam limbah cair. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi
oleh kondisi zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu sendiri. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih bahan kimia sebagai bahan desinfeksi antara
lain:
a. Daya racun zat kimia tersebut;
b. Waktu kontak yang diperlukan;
c. Rendahnya dosis;
d. Tidak toksik terhadap manusia dan hewan;
e. Biaya murah untuk penggunaan massal.
Yondriadi (1707111315)
25
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
yang digunakan dan tidak semua tahap perlu dilalui. Efisiensi penyisihan dari
masing–masing unit pengolahan dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Efisiensi penyisihan unit pengolahan limbah cair
No % Penyisihan
Unit Pengolahan
. BOD5 COD SS P N Org NH3-N E coli
1 Bar Racks - - - - - - -
2 Grit Chambers 0-5 0-5 0-10 - - - 10-25
Primary
3 30-40 30-40 50-65 10-20 10-20 -
sedimentation
Activated Sludge
4 80-95 80-85 80-90 10-25 15-50 8-15 25-75
Convensional
5 Trickling Filter
High rate, rock media
65-80 60-80 60-85 8-12 15-50 8-15 90-95
Yondriadi (1707111315)
26
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Volume Bak Ekualisasi ( m3) = Waktu Tinggal (Jam) x Debit Air Limbah (m3
/jam)
Salah satu contoh konstruksi bak ekualisasi dapat dilihat seperti pada
Gambar 3.8 sampai dengan Gambar 3.12.
Yondriadi (1707111315)
27
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
28
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
29
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini aliran air limbah dibuat
agar sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk
mengendap.
Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak pengendap
awal antara lain adalah :
1. Waktu Tinggal Hidrolik (Hydraulic Retention Time,)
Waktu Tinggal Hidrolik adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak
dengan kecepatan seragam yang sama dengan aliran rata-rata per hari. Waktu
tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk,
satuannya jam. Nilai waktu tinggal adalah :
V
T =24 ×
Q
Dimana :
Beberapa kriteria desain bak pengendapan primer dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 : Kriteria Desain Bak Pengendap Awal (Primer)
Yondriadi (1707111315)
30
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Weir Loading
< 250 < 150
(m3/m.hari)
Bentuk Persegi
Panjang : Panjang / 3:1–5:1 sama
Lebar
Kedalaman (m) 2,5 – 4,0 sama
Tinggi ruang bebas
40 -60 sama
(cm)
Bentuk bulat : 5/100 – 10/100 sama
Slope dasar
Bentuk Persegi panjang : 1/100 –
sama
2/100
Diameter pipa
> 200 sama
lumpur (mm)
Yondriadi (1707111315)
31
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
32
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
permukaan limbah cair. Akibat dari pemutaran ini, Iimbah cair akan terangkat ke
atas dan mengadakan kontak langsung dengan udara sekitarnya (Sugiharto,1987).
Cara yang paling mudah untuk pengecekan oksigen yang disuplai dalam
kolam aerobik biofilter cukup atau tidak, dapat dilihat dari oksigen terlarut (DO)
air limbah di kolam aerobik biofilter maupun di air hasil olahan. DO di dalam
kolam aerobik biofilter yang direkomendasikan adalah antara 2 – 4 mg/l.
Yondriadi (1707111315)
33
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Beberapa tipe blower udara yang sering digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan sistem lumpur aktif antara lain yaitu :
Yondriadi (1707111315)
34
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
35
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
c. Submersible Aerator
i. Aerator Submersible sering digunakan pada bangunan pengolahan air
limbah, terutama selama homogenisasi dan persamaan/equalisasi,
mempersiapkan langkah, stabilisasi lumpur, langkah pengudaraan
terakhir.
ii. Motor aerator tercelup mengaktifkan satu impeller/pendorong dan
rotasi impeller/pendorong dalam vacuum untuk mendapatkan udara
dari satu ruang hembus khusus.
iii. Air dan udara bercampur di saluran ruang aerasi. Arus campuran air
dan udara dibebaskan dengan cepat oleh sentrifugal force. Daya: 2 -
75 HP, rate oksigen input sampai 85 kg O2 / jam.
iv. Rate transfer oksigen tinggi sehubungan dengan gelembung kecil
untuk pengolahan air limbah.
v. Rate transfer oksigen dari unit jenis BHP lebih tinggi dibandingkan
dari jenis pengudara lain.
vi. Tidak perlu untuk menjadi kosong atau bangunan ditutup untuk
pekerjaan instalasi atau pemeliharaan.
Yondriadi (1707111315)
36
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
37
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
relatif baik dan jika ikan yang ada di dalam bak biokontrol mati berarti air olahan
IPAL buruk. Meskipun ikan di dalam bak biokontrol hidup belum berarti air
olahah sudah memenuhi baku mutu. Untuk mengetahui apakah air olahan sudah
memenuhi baku mutu atau belum harus dianalisa di laboratorium
Yondriadi (1707111315)
38
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Q . S0 3
Beban BOD= kg ¿ m .hari
V
Dengan:
Q = debit air limbah yang masuk (m3/hari)
S0 = konsentrasi BOD dalam air limbah yang masuk (kg/m3)
V = volume reaktor (m3)
Yondriadi (1707111315)
39
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
40
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
1 V
HRT = =
D Q
Dengan:
V = volume reaktor atau bak aerasi (m3)
Q = debit air limbah yang masuk bak aerasi (m3/jam)
D = laju pengenceran (jam-1)
Dengan:
MLSS = Mixed Liquor Suspended Solid (mg/L)
V = volume reaktor atau bak aerasi (m3)
Qw = laju influent air limbah (m3/hari)
Qe = laju effluent air limbah (m3/hari)
SSw = padatan tersuspensi dalam influent (mg/L)
SSe = padatan tersuspensi dalam effluent (mg/L)
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5-15 hari untuk sistem lumpur aktif
konvensional. Parameter penting saat mengendalikan operasi lumpur aktif
adalah beban organik/beban BOD, persebaran oksigen, serta pengendalian dan
operasi pada tangki pengendapan. Tangki pengendapan memiliki dua fungsi
yaitu untuk penjernihan (clarification) dan pemekatan lumpur (thickening).
Yondriadi (1707111315)
41
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
lumpur aktif. Namun jika dibandingkan dengan sistem lain, proses lumpur aktif
tidak terlalu sensitif terhadap perubahan temperatur. Jika kondisi operasi
optimum mikoba tidak sesuai dengan kondisi operasi system, maka dapat
dilakukan aklimatisasi terhadap mikroba. Aklimatisasi merupakan proses
adaptasi mikroba hingga dapat tumbuh pada kondisi operasi yang diinginkan
secara bertahap
2.8.8 Pengaruh Aliran
Besarnya aliran influent yang masuk harus dikontrol agar sesuai dengan
kemampuan mikroba dalam mengonsumsi komponen organik dalam limbah
dan selanjutya mengendap. Tingginya aliran dapat mempersingkat waktu
pengolahan, namun jika aliran terlalu tinggi dapat menyebabkan
mikroorganisme keluar hingga clarifier
Yondriadi (1707111315)
42
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
BAB III
GAMBARAN UMUM KEGIATAN
Yondriadi (1707111315)
43
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
CLEANING TANK/
RAW MATERIAL BREAKER HAMMER MILL
MIXING TANK
KAMAR GANTUNG
TROLLEY CUTTER MANGLE
AMPAIAN
Kebijakan Mutu :
Yondriadi (1707111315)
44
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
45
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
DIREKTUR
KEPALA PABRIK/
KETUA TIM MANAJEMEN
ADM TEKNISI
ADM GUDANG ANALIS
LABORATORIUM LABORATORIUM
Yondriadi (1707111315)
46
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
BAB IV
ANALISIS PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH LUMPUR AKTIF
PADA PABRIK CRUMB RUBBER PT. HERVENIA KAMPAR
LESTARI
4.1 Analisis Sumber Air Limbah Industri PT. Hervenia Kampar Lestari
Bahan baku yang digunakan PT. Hervenia Kampar Lestari untuk proses
Pembuatan karet remah ( crumb rubber ) yaitu karet yang berjenis getah slap.
Getah slap merupakan lateks kebun yang berbentuk empat persegi panjang dan
berwarna putih dan luarnya kecoklat-coklatan. Pembekuan slap dilakukan dengan
cara pengumpulan getah dengan menggunakan asam semut atau asam format.
Slap memiliki kandungan air yang rendah dan kandungan getah yang tinggi.
Kadar Karet Kering (K3) dari slap berkisar 40% - 50%.
Slab yang baik harus memenuhi ketentuan dan kriteria sebagai berikut:
1. Kadar kotoran maksimum 0,030%.
2. Kadar abu maksimum 0,50%.
3. Tidak terkontaminasi dengan tanah, lumpur, tatal, daun, pupuk (TSP),
bahan kimia lain selain formid acid, besi, kawat, goni, plastik, dll.
4. Selama disimpan tidak boleh terendam dengan air atau terkena matahari
secara langsung.
Bahan pendukung yang digunakan pada proses produksi karet remah adalah
air. Air sangat diperlukan secara continue dalam kegiatan proses produksi baik
dalam proses basah mau pun dalam proses kering. Dalam proses produksi Karet
remah penggunaan air mencapai 141 m3/hari dan semuanya akan menjadi air
buangan yang dialirkan ke Instalasi pengolahan
Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap air dalam bahan baku pendukung
adalah :
a. Air yang digunakan haruslah bersih dan tidak mengandung zat - zat
kimia dan kotoran, hal ini akan mempengaruhi hasil cucian nantinya.
b. Persediaan atas suplai air haruslah cukup, karena ketersediaan air
yang terbatas akan mempengaruhi kelancaran proses produksi.
Yondriadi (1707111315)
47
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Bahan tambahan merupakan bahan yang tidak ikut dalam proses produksi,
tetapi ditambahkan ke produk pada saat atau setelah proses produksi untuk
meningkatkan citra produk kepada konsumen, serta untuk melindungi produk
dalam transportasi. Bahan tambahan yang digunakan pada proses produksi Karet
remah (crumb rubber) adalah kantong plastik. Kantong plastik digunakan untuk
membungkus butiran karet yang sudah dipress.
Proses produksi dimulai dari pemotongan, pencucian dan pemisahan
bahan baku dari kotoran yang terbawa. Selanjutnya karet digiling hingga
berbentuk lembaran-lembaran lump dan dijemur selama ±15 hari. Lembaran lump
yang telah kering akan melewati proses peremahan dan pencucian kembali.
Remahan lump tersebut ditambahkan asam oksalat yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas remahan, Plastisitas Retention Index (PRI). Tahap
selanjutnya adalah pengeringan dengan dryer pada suhu 125° -130° C. Tahapan
produksi industri crumb rubber dan limbah yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 5.
Yondriadi (1707111315)
48
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Bahan baku
(bongkahan/slab
Breaker
(pembelahan slab)
Pengadukan
Air (Pembersihan slab dari Air limbah
kotoran)
Penggilingan
(Lembaran karet)
Penjemuran
Cutter Mill
Air Air limbah
(Memotong karet berdasarkan ukuran)
Dryer
Press
Crum Rubber/
Karet Remah
Yondriadi (1707111315)
49
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
4.2 Analisis Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Lumpur Aktif PT.
Hervenia Kampar Lestari
Tahapan screening (penyaringan) yang dilakukan pada tahap paling awal.
Saringan untuk penggunaan umum (general purpose screen) berguna untuk
memisahkan aneka benda padat yang ada di dalam air limbah. Benda-benda
tersebut apabila tidak dipisahkan akan menyebabkan kerusakan pada beberapa
sistem pemompaan dan unit peralatan pemisah lumpur.
Tahap Ekualisasi yang mana di tahap ini semua limbah di kumpulkan di
suatu wadah/tempat yang disebut bak ekualisasi. Limbah cair yang masuk ke
dalam bak ekualisasi berasal dari proses produksi kemudian digabungkan pada
salurkan pembuangan cairan dari masing-masing tempat dihubungkan pada satu
saluran yang berakhir di bak ekualisasi. Pada tahap ekualisasi terjadi mixer yang
berfungsi untuk mengaduk semua limbah agar homogen.
Tahapan pre sedimentasi yang bertujuan untuk menyisihkan padatan-
padatan yang mengendap dan pada tahap ini terjadi pengendapan lumpur yang
terikut pada limbah yang di proses. Bentuk pada wadah presedimentasi adalah
persegi panjang.
Tahap aerasi. Proses aerasi sendiri memanfaatkan mikroba berjenis bakteri
filamen guna mereduksi zat-zat polutan yang tersisa. Di bak aerasi, beberapa zat
organik diubah menjadi karbon dioksida dan air, dan sejumlah energi juga
dihasilkan sehingga mikro-organisme dapat berkembang biak. Bakteri aerobik
memerlukan oksigen untuk menunjang kehidupannya, suplai oksigen digunakan
motor aerator yang secara langsung menyuntikan oksigen ke dalam bak aerasi.
Untuk menjaga proses penguraian agar proses penguraian berjalan sempurna,
maka harus dipenuhi pula kebutuhan mikroba seperti pH antara 6,5-9, kecukupan
oksigen, temperatur antara 20°C-30°C.
Mikroorganisme yang ditemukan pada bak aerasi diantaranya adalah
bakteri, protozoa, metazoa, bakteri berfilamen, dan fungi. Sedangkan
mikroorganisme yang paling berperan pada proses lumpur aktif adalah bakteri
aerob. Mikroorganisme memanfaatkan polutan organik terlarut dan partikel
organik sebagai sumber makanan. Polutan organik terlarut dapat masuk ke dalam
sel dengan cara absorpsi. Sedangkan partikel organik tidak dapat masuk ke dalam
sel sebagai sumber makanan. Partikel organik pada limbah hanya menempel pada
Yondriadi (1707111315)
50
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
dinding sel (adsorpsi). Selanjutnya sel menghasilkan enzim agar dapat melarutkan
partikel. Dengan cara ini, bakteri dapat menghilangkan polutan organik baik yang
terlarut maupun berupa partikel yang terdapat dalam limbah
Nilai pH pada bak aerasi harus dikontrol agar sesuai dengan pertumbuhan
mikroba. Untuk mengatur nilai pH maka dilakukan penambahan asam atau basa
pada mixed liquor. Selain itu, terdapat penambahan urea dan asam posfat sebagai
sumber N dan P untuk mibroba
Tahapan Sedimentasi yang merupakan suatu unit operasi untuk
menyingkirkan materi tersuspensi secara gravitasi disamping menjadi
penampungan pada awal proses aerasi. Proses sedimentasi pada pengolahan
limbah cair berguna untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dialirkan
ke bak bio indikator. Gumpalan padatan yang tersusun pada proses koagulasi
cenderung kecil. Pada proses lanjutan, gumpalan-gumpalan ini akan terus
menggumpal dalam flokulasi hingga membesar. Dengan besarnya gumpalan
padatan, padatan pun kemudian mengendap dan diam di bagian dasar tangka
sedimentasi.
Pengendapan biomassa terjadi dalam tangki pengendapan sekunder. Bagian
solid dalam tangki tersebut kemudian disirkulasi ke dalam tangki aerasi untuk
mempertahankan konsentrasi biomassa dalam reaktor sehingga berpengaruh
tehadap efisiensi sistem. Lumpur sisa dari pengolahan ini kemudian diarahkan
menuju tempat pengolahan lumpur. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat tiga
jenis lumpur yang terlibat dalam proses ini, yaitu lumpur sisa, lumpur biomassa
yang berada pada bak aerasi, serta lumpur sekunder yang berada pada tangki
pengendapan. Ilustrasi proses lumpur aktif dapat dilihat pada Gambar 6.
Yondriadi (1707111315)
51
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Masalah yang sering terjadi pada proses pengolahan air limbah dengan
sistem lumpur aktif maupun proses biologis lainnya adalah “Sludge Bulking”
(Sykes, I989). Bulking adalah fenomena di dalam proses pengolahan air limbah
dengan sistem lumpur aktif di mana lumpur aktif (sludge) berubah menjadi
keputih-putihan dan sulit mengendap, sehingga sulit mengendap. Hal ini
mengakibatkan cairan supematan yang dihasilkan masih memiliki kekeruhan yang
cukup tinggi
Di dalam proses lumpur aktif yang beroperasi dengan baik, bakteria yang
tidak bergabung dalam bentuk flok biasanya dikonsumsi oleh protozoa. Adanya
bakteria dalam bentuk dispersi sel yang tidak bergabung dalam betuk flok dalam
jumlah yang besar akan mengakibatkan efluen yang keruh. Fenonema
pertumbuhan terdispersi ini berhubungan dengan kurang berfungsinya bakteria
pembentuk flok (Flocforming bacteria) dan hal ini disebabkan karena beban
Organik (BOD) yang tinggi dan kurangnya suplay udara atau oksigen. Selain itu
senyawa racun misalnya logam berat juga dapat menyebabkan pertumbuhan
terdispersi (dispersed growth) di dalam proses lumpur aktif.
Yondriadi (1707111315)
52
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
53
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Air limbah
Bak Ekualisasi
Produksi
Pompa
Tatal Screen
Lumpur
Balik
Bak Aerasi
Sludge
Concentrate
Lumpur
Berlebih
Air
produksi
Air
berlebih
Waduk
(air baku)
Out Let
Yondriadi (1707111315)
54
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
55
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan di atas, penulis bisa menarik beberapa
kesimpulan, seperti:
1. PT. Hervenia Kampar Lestari menggunakan sistem lumpur aktif dalam
pengolahan air limbah efektif dalam ketercapaian baku mutu yang
dipersyaratkan
2. Pengolahan air limbah pada bak Aerasi dengan memanfaatkan
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik yang
terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana dan
tidak berbahaya.
3. Air limbah hasil pengolahan primer dialirkan ke dalam tanki aerasi. Di
tempat tersebut air limbah dicampur dengan lumpur (sludge) yang diberi
udara (oksigen) hingga bakteri-bakteri aerobik lebih aktif disebut
Activated Sludge.
4. Memperhatikan kondisi linkungan Bakteri dan mikroorganisme lain
memiliki keaktifan dalam berfungsi untuk menguraikan limbah.
5.2 SARAN
Berdasar pengamatan secara langsung pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Maka memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
membantu perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi yang maksimal yang
antara lain :
1. Mengadakan pelatihan atau peningkatan keterampilan bagi karyawan agar
efisiensi kerja dapat ditingkatkan dan adanya pengetahuan yang lebih bagi
karyawan tehadap mesin yang dioperasikannya.
2. Perusahaan lebih memperketat penggunaan Alat Pelindung Diri (APD )
sesuai dengan kerja masing-masing.
3. Perusahaan meningkatkan kerja sama dengan petani karet supaya
perusahaan tidak kekurangan bahan dan dapat mengontrol kualitas karet
Yondriadi (1707111315)
56
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
57
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
DAFTAR PUSTAKA
Aspandi, dkk., 2014. Evaluasi Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet (Crumb
Rubber) dengan Sistem Lumpur Aktif. Tesis, Universitas Bengkulu.
Hakim, W.N., dkk., 2016. Pengolahan Limbah Cair Industri Karet dengan
Kombinasi Proses Pretreatment dan Membran Ultrafiltrasi, Jom
FTEKNIK, vol. 3, no. 1, p. 8.
Hayati, F., dkk., 2015. Pemanfaatan Limbah Lumpur IPAL Pabrik Karet sebagai
Bahan Baku Composting, Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, vol. 1, no. 1,
p. 58
Komala, Puti Sri, Salmariza Sy, and Nelda Murti. 2007. “Peran Media Pendukung
Perlit Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Karet Menggunakan
Tumbuhan Mensiang (Scirpus Grossus L.F) (Studi Kasus: Limbah Cair
Industri Karet Remah PT. Batang Hari Barisan Padang.” Bionatura 9(3):
258–78.
Nurhayati., C., dkk., 2013, Optimasi Pengolahan Limbah Cair Karet Remah
Menggunakan Mikroalga Indigen dalam Menurunkan Kadar BOD, COD,
TSS”.
Nurmaliakasih, D.Y., dkk., 2017. Penyisihan COD dan BOD Limbah Cair
Industri Karet dengan sistem Horizontal Roughing Filtration (HRF) dan
Plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD), Jurnal Teknik Lingkungan,
vol. 6, no. 1, p. 10
Yondriadi (1707111315)
58
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
59
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
DOKUMENTASI
Yondriadi (1707111315)
60
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
61
Laporan Kerja Praktek
PT. Hervenia Kampar Lestari
Yondriadi (1707111315)
62