Oleh:
Linda Putri Astuti
105116019
Seluruh untaian rasa dan syukur mendalam kepada Allah subhanawuwata’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan lancar dan baik. Laporan kerja praktik ini diajukan
sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) dalam Program Studi Kimia
Universitas Pertamina yang berjudul “Evaluasi Pengolahan Sewage Treatment Plant
(STP) di BGP Permanent Camp dengan Parameter BOD, TSS, dan Amoniak”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
ilmu, dukungan penuh, serta pengalaman selama pelaksanaan kerja praktik , yaitu:
1. Untuk orang tua tercinta, Bapak Pardi dan Ibu Sri Wahyuni yandeg selalu memberikan
dukungan moral, material, dan do’a yang selalu dipanjatkan kepada anaknya.
2. Kakak saya tercinta Riza Prihandoko yang selalu memberikan arahan dan semangat
dalam melaksanakan kerja praktik ini.
3. Ibu Dr. Suharti Sastroredjo sebagai Dosen Pembimbing Kerja Praktik yang
memberikan semangat serta kerendahan hatinya yang sabar dalam memberikan
masukan dan perbaikan dalam setiap kegiatan KP dan laporan KP.
4. Bapak Hans Trisakti Swediarto sebagai Pembimbing Institusi dari Petrochina
International Jabung Ltd yang selalu setia memberikan arahan selama saya KP dan
ketelitian dalam mengkoreksi penulisan laporan KP.
5. Bapak Eko Wahyuana, Bapak Totok, Bapak Kasdodi, Kakak Fardiansyah sebagai
Pembimbing Lapangan di Betara Gas Plant (BGP), Jambi yang memberikan motivasi,
arahan serta ilmu yang belum pernah saya dapatkan.
6. Ibu Rini, Kakak Diana Anggraeni, Kakak Afiya Asadiya, Kakak Windi sebagai rekan
kerja selama kerja praktik di Petrochina International Jabung Ltd Office, Jakarta yang
telah menemani hari-hari saya menjadi lebih semangat.
7. Adhe Fatmawati Agustina sebagai teman partner selama kegiatan kerja praktik.
8. Himawan Agus Prasetyo sebagai sahabat yang telah mendengarkan keluh kesah
selama kerja praktik, serta memberikan motivasi dalam menjalankan kegiatan kerja
praktik.
Saya berharap, semoga Allah SWT memberikan imbalan atas setiap kebaikan yang
telah diberikan. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kerja praktik ini. Oleh karena itu, diharapkan para pembaca memberikan segala
kritik dan saran yang membangun. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga
bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Pertamina | iv
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK
Universitas Pertamina | v
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Lokasi Eksplorasi Minyak dan Gas di Petrochina International Companies
in Indonesia ............................................................................................................................. 5
Tabel 2.2 Daerah eksplorasi Blok Jabung-Jambi .......................................................................... 6
Tabel 3.4 Pengarahan prosedur pengoperasian instalasi STP pada control .................. 15
Tabel 3.5 Pengecekan outlet flow meter di BGP Permanent Camp ..................................... 15
Tabel 4.1 Instalasi Sewage Treatment Plant (STP) di BGP Permanent Camp ................. 18
Tabel 4.2 Skema Proses Pengelolaan Air Limbah Domestik atau STP di BGP
Permanent Camp ................................................................................................................. 20
Tabel 4.3 Bar Screen sistem STP di BGP Permanent Camp .................................................... 21
Tabel 4.4 Equalitation Tank sistem STP di BGP Permanent Camp ..................................... 21
Tabel 4.5 Aeration Tank sistem STP di BGP Permanent Camp ............................................. 22
Tabel 4.6 Chlorine Feeder sistem STP di BGP Permanent Camp .......................................... 23
Tabel 4.7 Unit effluent tank dan outlet STP dibuang ke badan air di BGP Permanent 23
Tabel 4.8 Grafik Parameter BOD setelah Hasil Pengolahan STP ......................................... 28
Tabel 4.9 Grafik Parameter TSS setelah Hasil Pengolahan STP .......................................... 29
Tabel 4.10 Grafik Parameter Amoniak setelah Hasil Pengolahan STP ............................... 30
Tabel 5.1 Proses Pengolahan Air Limbah Biologis Aerobik .................................................. 39
Universitas Pertamina | vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Deskripsi maintenance work order pada instalasi Sewage Treatment Plant
(STP) ......................................................................................................................................... 17
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Air Limbah Domestik di Petrochina International Jabung
Ltd ............................................................................................................................................. 19
Tabel 4.2 Data Kapasitas Unit Pengolahan STP di BGP Permanent Camp ....................... 24
Tabel 4.3 Data pengunjung yang berada di area BGP Permanent Camp ......................... 24
Tabel 4.4 Besarnya Population Equivalent (PE) untuk Perancangan IPAL berdasarkan
Peruntukan Bangunan....................................................................................................... 25
Tabel 4.5 Data debit air limbah inlet pada instalasi STP di BGP Permanent Camp ..... 25
Tabel 4.6 Data debit air limbah outlet pada instalasi STP di BGP Permanent Camp ... 26
Tabel 4.7 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter BOD .......................... 27
Tabel 4.8 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter TSS ............................ 28
Tabel 4.9 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter Amoniak ................. 30
Tabel 5.1 Karakteristik Air Limbah Domestik yang Belum Diolah .................................... 33
Tabel 5.2 Dampak Pengaruh Air Limbah ...................................................................................... 36
Air adalah unsur penting yang menghidupi berbagai aktivitas semua jenis makhluk
hidup di bumi. Ketersediaan air bersih kini cukup sulit didapatkan karena rendahnya
kualitas air yang disebabkan adanya buangan air limbah. Pencemaran air memberikan gejala
buruk bagi lingkungan terutama pemukiman penduduk yang tinggal dekat sungai maupun di
pemukiman penduduk kota. Peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah
mengindikasikan bahwa konsumsi pemakaian air bersih juga meningkat sehingga akan
terjadi peningkatan buangan air limbah. Kini ketersediaan air bersih sangat sulit didapatkan
karena rendahnya kualitas air akibat adanya buangan air limbah dari pabrik industri,
aktivitas rumah tangga, kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya. Pembuangan air limbah
tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terganggunya kesehatan lingkungan
serta terjadinya pencemaran pada sumber air untuk baku air minum, air permukaan (sungai
dan danau), maupun air tanah
Universitas Pertamina - 1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktik di Petrochina International Jabung Ltd
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus adalah sebagai berikut.
2. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir yang solutif yang berwawasan bagi
mahasiswa didalam dunia kerja.
2. Mengetahui kualitas air limbah domestik pada saluran pembuangan air limbah di
Petrochina International Jabung Ltd yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 68 Tahun 2016
Waktu pelaksanaan kerja praktik dilakukan selama satu bulan kerja yaitu pada
tanggal 17 Juni sampai dengan 16 Juli 2019. Selama pelaksanaan kerja praktik terdapat dua
tempat yaitu sebagai berikut:
Universitas Pertamina - 2
1.4 Metode Penulisan
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, sedangkan data sekunder
adalah data pendukung yang diberikan dari pihak perusahaan yang berkaitan dengan
objek studi.
Bab I Pendahuluan
Bab I berisi latar belakang pemilihan topik kerja praktik, tujuan, tempat dan waktu
pelaksanaan, metode penulisan dan sistematika laporan.
Universitas Pertamina - 3
Penjelasan mengenai pengetahuan dan keterampilan baru yang didapatkan selama
kerja praktik.
Universitas Pertamina - 4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Petrochina International Jabung Ltd
Gambar 2.1 Lokasi Eksplorasi Minyak dan Gas di Petrochina International Companies in
Indonesia
(Sumber : Petrochina International Companies in Indonesia, 2019)
Universitas Pertamina - 5
Jambi. Adapun daerah eksplorasi minyak dan gas bumi Petrochina International Jabung Ltd
dapat dilihat pada Gambar 2.2
Produksi gas yang dihasilkan dari beberapa sumur tersebut digunakan untuk
memasok ke Singapore Power untuk jangka waktu 20 tahun yang di mulai pada bulan Agustus
2003. Di tahun 2005, Petrochina membangun fasilitas pengolahan gas di Betara yang berasal
dari lapangan Gemah dan North Betara. Hasil pengolahan gas yang berupa produk dapat
dikirimkan ke pasar domestik maupun ke luar negeri dengan penjualan gas 9 juta barel
kondensat dan 1500 MT (Metrik Ton) LPG. Selain itu, di tahun 2008 Petrochina mengirim
140 juta kaki kubik gas per hari. Hasil produk gas akan dialirkan melalui pipa sepanjang 450
km yang menghubungkan koridor Batam dalam sistem spur melalui Pulau Batam ke
Singapura. Setelah 7 tahun berdiri dan beroperasi pada tahun 1997 telah dihasilkan total
produk minyak, kondensat, dan gas sebesar 241,3 juta barel minyak (Petrochina
International Jabung Ltd, 2019).
Lokasi dan wilayah operasional Petrochina International Jabung Ltd memiliki dua
plant yaitu Betara Gas Plant (BGP) yang berada di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan North Geragai Fractination (NGF), Central Processing Station (CPS) yang
berada di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Plant Betara
dan plant Geragai dapat dilihat oleh gambar 2.3 dan gambar 2.4. Berikut ini lokasi Plant
Petrochina International Jabung Ltd yang ditunjukkan oleh gambar 2.5
Universitas Pertamina - 6
Gambar 2.3 Plant Betara Petrochina International Jabung Ltd
(Sumber : Dokumentasi, 2019)
Daerah eksplorasi sumur di lapangan Petrochina International Jabung Ltd yang telah
beroperasi terdapat dua wilayah yaitu South Jabung dan North Jabung. Berikut ini sumur yang
dikembangkan di South Jabung adalah sebagai berikut:
Universitas Pertamina - 7
Selain itu, sumur yang dikembangkan di North Jabung adalah sebagai berikut:
Visi
Misi
Logo PetroChina memiliki sepuluh kelopak bunga yang berbayang dengan gradasi
warna bendera nasional China yang berbentuk sinar matahari terbit. Filosofi logo Petrochina
adalah mewujudkan tujuan PetroChina dalam mencapai konvergensi harmonis antara
pengembangan energi, kebutuhan masyarakat, dan kesucian alam (Petrochina International
Companies in Indonesia, 2019). Logo PetroChina dapat dilihat pada Gambar 2.6
Universitas Pertamina - 8
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan
Field Manager
HEO and
Administration Production Logistic Maintenance Marine
Construction HSSE Department
Department Department Department Department Department
Department
Departemen yang bertugas sebagai penyiapan segala sesuatu alat berat yang
diperlukan untuk mengoperasikan alat-alat berat seperti crane, excavator, truck dan
pengawasannya baik kegiatan eksplorasi titik sumur minyak dan gas. Kegiatan yang biasa
dilakukan dalam departemen tersebut seperti: survey lokasi sumur, pembebasan lahan,
kegiatan pengeboran, dan lain sebagainya. Divisi dalam HEO Department antara lain: Drilling
Construction, Quality Control, Workshop, Civil Construction, HSSE Transportation, dan
Fabrication Shop.
Universitas Pertamina - 9
2.5.1.4 Operation Department
Departemen yang bertugas untuk menangani masalah produksi dan operasi dari
sumur produksi sampai dialirkan ke plant, sehingga bisa diolah dan dipisahkan menjadi
minyak dan gas yang siap dijual. Selanjutnya, produk tersebut akan dikirimkan melalui
marine department untuk dipasarkan. Adapun departemen yang membawahi antara lain:
compression division, production laboratory, dan production engineering. Gambaran tugas
yang dilakukan oleh compression division yaitu untuk menangani alat kompresor yang
bermasalah di NGF dan CPS. Namun sebagian besar divisi ini berada di maintenance
department. Production laboratory bertugas sebagai pengecekan quality control untuk hasil
produksi yang berkualitas, sehingga memperhatikan segi keamanan dan keselamatan
kandungan kimia yang terkandung dalam produk. Salah satu contohnya, menganalisis
tentang keberadaan sulfur dan merkuri di dalam produk. Selanjutnya, production engineering
bertugas sebagai pengkoordinasi kegiatan teknik dalam optimalisasi produksi migas agar
mencapai sasaran produksi yang sesuai standar produk yang telah ditetapkan.
Natural gas liquid (NGL) yang telah diproduksi dari BGP, akan dikirimkan ke North
Geragai Fractination (NGF) untuk di olah menjadi Liquified Petroleum Gas (LPG). Dalam
sehari, Betara Gas Plant (BGP) mampu memproduksi gas sebesar 75 BBTU/hari (Billion
british thermal unit per day) atau 70 MMSCFD (Million Standard cubic feet per day) dan juga
mampu memproduksi NGL sebanyak 22.000 BBPD (Billion Barrel per day). Produksi sales gas
Universitas Pertamina - 10
yang dihasilkan di Petrochina International Jabung Ltd pada tahun 2019 mampu mencapai
21,506 BOEPD (Barrel Oil Equiavalent Per Day) dengan persentase yang diperoleh 38,5% dari
total produksi minyak dan gas (Petrochina International Jabung Ltd, 2019).
Proses pengolahan gas yang berada di Central Processing Station (CPS) berasal dari
sumur Makmur, North Geragai, South West Betara, South Betara dan West Betara. Produk
pengolahan gas yang dihasilkan di plant ini adalah sales gas dan natural gas liquid (NGL). Gas
alam yang berasal dari ketiga sumur yang telah di sebut di awal, akan masuk ke dalam unit
yang mengalami pemisahan bertekanan rendah dan bertekanan tinggi. Gas yang telah
dilakukan pengolahan, akan dimanfaatkan sebagai fuel gas pada NGF, fuel gas untuk beberapa
unit kompresor di Hamilton Plant, dan untuk gas injection to well dalam sumur. Sedangkan
hasil final produk gas di CPS ini adalah sales gas yang dikirimkan menuju BGP untuk di
alirkan dan di jual ke Perusahaan Gas Negara (PGN) Singapura.
Gas yang telah dialirkan dari CPS menuju Hamilton Plant, digunakan untuk fuel pada
beberapa compressor yang diantaranya berfungsi sebagai penurunan suhu gas, sehingga
dihasilkan oil-water tanpa adanya fraksi ringan (gas). Di dalam proses pengolahan gas di
Hamilton Plant terjadi pemisahan antara fraksi berat (cair) dan fraksi ringan (gas). Fraksi
berat (cair) akan di kirim dan di olah lebih lanjut di Central Processing Station (CPS).
Selanjutnya, fraksi ringan yang dilakukan pengolahan gas di plant ini menghasilkan dua
produk utama yaitu propana (bottom-product) dan butana (top-product). Gas propana atau
disebut produk kondensat ini akan di kirimkan condensate storage di CPS untuk dilakukan
pengolahan kembali, sedangkan gas butana atau disebut Natural Gas Liquid (NGL) akan di
kirim menuju NGL Storage di North Geragai Fractination (NGF).
Natural Gas Liquid (NGL) yang telah dikumpulkan di storage tank akan dilakukan
proses pengolahan untuk memisahkan produk gas propana dan gas butana. Untuk kedua
produk gas tersebut yang telah memenuhi kriteria spesifikasi produk , selanjutnya akan
dikirimkan ke FPU ‘Petrostar’ Singapura menggunakan kapal tanker. Sedangkan gas propana
dan gas butana yang belum memenuhi kriteria spesifikasi produk akan di kirim kembali ke
NGL storage tank sphere untuk dilakukan pengolahan kembali. Berdasarkan hasil produksi
gas butana dan propana di Petrochina International Jabung Ltd pada tahun 2019 ini, telah
menghasilkan sebanyak 6,6475 BOEPD untuk gas butana dan 11,1165 BOEPD untuk gas
propana. Dari total produksi minyak dan gas di PCJL pada tahun 2019 ini memiliki persentase
gas butana sebesar 11,9% dan gas propana sebesar 19,9% (Petrochina International Jabung
Ltd, 2019)
Di Petrochina International Jabung Ltd, selain terdapat pengolahan gas tetapi juga
memiliki fasilitas pengolahan minyak mentah (crude oil). Minyak ini berasal dari Gemah
Station, Sumur Makmur, North Geragai, North East Betara (NEB) Station, South West Betara
(SWB) Station, North Betara Mini Station, dan Ripah Station. Station ini merupakan station
pengolahan utama produksi minyak mentah yang berasal dari beberapa sumur untuk
Universitas Pertamina - 11
menghasilkan produk minyak dan kondensat yang baik sesuai spesifikasi produk ataupun
keinginan konsumen.
Universitas Pertamina - 12
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
3.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan
1. Mahasiswa dapat memberikan gambaran mengenai dunia kerja baik dari sistem
manajemen dan organisasi
2. Dapat mentaati prosedur dan instruksi yang berlaku di perusahaan
3. Menerapkan perilaku attitude yang baik
4. Dapat menerapkan cara berpikir teknis mengenai sistem pengolahan instalasi sewage
treatment plant (STP) baik secara metode, kualitas, kuantitas, dan kapasitas.
Dalam kegiatan kerja praktik pada evaluasi pengelolaan air limbah domestik terdapat
struktur yang diberi jobdesk dan tanggung jawanb. Jobdesk ini antara lain mengoperasikan,
memantau, mengecek kinerja alat dalam STP. Tugas tersebut dibawah BGP Operation dan
BGP Maintenance, adapun struktur manajemen yang berlaku di lapangan adalah sebagai
berikut.
Sistem Pengelolaan
Instalasi STP
Operasi dan
Kualitas Pengolahan Air Pemeliharaan
BGP
Maintenance
Universitas Pertamina - 13
Air limbah domestik yang sudah dilakukan pengolahan di STP akan diambil sampel di
BGP Permanent Camp. Air limbah harus memenuhi persyaratan keamanan lingkungan dalam
pengendalian dan pencemaran kualitas air. Oleh karena itu, hal ini yang bertanggung jawab
adalah environmental engineer dalam HSSE Department.
Kegiatan field orientation di Betara Gas Plant (BGP) adalah kunjungan industri
yang dijelaskan secara garis besar proses yang terjadi di dalam unit-unit Betara Gas Plant.
Unit-unit BGP beroperasi penuh selama 24 jam yang di pantau dan monitoring oleh
pegawai BGP Operation yang berada di BGP Control Room.
2) Melakukan survei dan inspeksi lapangan mengenai sistem Sewage Treatment Plant
(STP) yang berada di BGP Permanent Camp.
Peninjauan sistem STP ini diawali dengan mengetahui sarana dan prasarana yang
digunakan dalam sistem pengolahan air limbah domestik antara lain unit pengolahan
awal (pre-treatment), unit pengolahan utama dalam instalasi STP baik secara fisika,
biologi, dan kimia, serta pembuangan akhir effluent pada air limbah yang telah di olah
akan dilakukan pengujian kualitas air dengan parameter baku mutu.
Universitas Pertamina - 14
3) Melakukan prosedur pengoperasian pada instalasi Sewage Treatment Plant (STP).
Prosedur pengoperasian dilakukan pada alat instalasi STP yang dioperasikan manual
pada control panel dengan mengubah mode switch dalam keadaan nyala (ON), kemudian
instalasi STP akan bekerja secara otomatis.
Gambar 3.4 Pengarahan prosedur pengoperasian instalasi STP pada control panel
(Sumber : Dokumentasi, 2019)
4) Melakukan pengecekan dan pemantauan alat setiap hari pada sistem instalasi Sewage
Treatment Plant (STP).
5) Pencatatan data aktual debit air limbah outlet yang sesuai dengan alat flow meter yang
dilakukan setiap hari.
Pencatatan data ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya debit air limbah yang
telah di olah dalam instalasi STP, serta data flow meter tersebut dikumpulkan menjadi
data rekaman (record) atau history pada suatu dokumen kualitas air lingkungan di
Petrochina International Jabung Ltd.
6) Pengumpulan data sekunder dari hasil uji laboratorium lingkungan pada sampel
outlet air limbah domestik di BGP Permanent Camp yang sesuai dengan standar baku
mutu pada Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI UU No. 68
Tahun 2016.
Universitas Pertamina - 15
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Kerja Lapangan
Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berada di field Betara Gas Plant (BGP)
diawali dengan safety induction ke EHS Department. Selanjutnya, di gunakan PPE
(Personal Protective Equipment) dan identitas visitor selama berada di area industri. Lalu,
mengerti dan memahami rambu yang berada di area industri. Untuk memastikan bahwa
lingkungan tetap aman dilakukan waste management procedure yang terdapat di
lampiran I. Prosedur ini meliputi persyaratan prosedur umum untuk menangani semua
limbah yang dihasilkan dari operasi perusahaan, perawatan, konstruksi, dan semua
sarana pendukung dalam operasi PCJL.
1) Membaca prosedur penanganan sampah non B3 yang terdapat di lampiran II. Hal
ini dikarenakan air limbah domestik termasuk dalam kategori sampah non B3.
2) Mengetahui definisi filosofi sistem instalasi STP yang berada di BGP Permanent
Camp melalui buku vendor pada tahap perencanaan dan pembangunan (project
planner)
3) Memahami secara teori proses yang terjadi dalam sistem pengolahan STP dalam
dokumen pendukung berupa P & ID diagram yang berada di BGP Permanent
Camp dapat di lihat dalam lampiran IV.
4) Menyesuaikan pemahaman teori yang telah di baca dengan pemahaman yang
terjadi di lapangan berdasarkan kode unit instalasi STP.
Kegiatan kerja praktik di Betara Gas Plant (BGP) selalu dilaksanakan setiap hari
dengan hal yang dilakukan yaitu pengecekan dan pemantauan sistem sewage treatment
plant (STP), maka dari itu perlu persiapan dan prosedur kerja pada instalasi pengolahan
STP di BGP Permanent Camp dengan poin-poin di bawah sebagai berikut.
Universitas Pertamina - 16
3.4.4 Prosedur Pengoperasian
Pengoperasian STP dilakukan pengecekan kembali dari control panel di BGP
Permanent Camp. Berikut ini cara kerja pengoperasian control panel STP yang berada di
BGP Permanent Camp adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Deskripsi maintenance work order pada instalasi Sewage Treatment Plant (STP)
Universitas Pertamina - 17
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
4.1 Sewage Treatment Plant (STP)
Sewage treatment plant (STP) adalah instalasi pengolahan air limbah yang bertujuan
untuk menghilangkan kontaminan zat-zat pencemar melalui proses fisika, kimia dan biologi.
Air limbah domestik terdiri dari black water (tinja dan urin) dan grey water (dapur, air
cucian). Secara komposisi, limbah domestik mengandung 99,9% air dan sisanya padatan. Air
limbah domestic di PCJL berasal dari satu tempat utama yaitu BGP Permanent Camp. Tempat
tersebut memiliki pengelolaan sarana air limbah skala permukiman.
Air limbah domestic mengandung kontaminan zat organik dan anorganik yang tinggi.
Dampak dari zat limbah ini membahayakan bagi kehidupan hewan dan tumbuhan terutama
yang habitatnya di air serta kualitas air menjadi buruk. Dengan demikian, diperlukan
pengolahan STP agar memenuhi standar air limbah yang layak untuk dibuang sesuai dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2016 tentang baku mutu air limbah domestik.
Gambar 4.1 Instalasi Sewage Treatment Plant (STP) di BGP Permanent Camp
(Sumber : Dokumentasi, 2019)
4.2 Sumber Air Limbah Domestik
Secara umum, karakteristik air limbah domestik terdiri dari tiga bagian yaitu secara
fisika, kimia dan biologi. Dalam kegiatan kerja praktik, di tinjau pengambilan air limbah
domestik di Petrochina International Jabung Ltd antara lain BGP Permanent Camp, selokan
Universitas Pertamina - 18
dekat security building dan selokan di dalam plant BGP. Tetapi yang menjadi fokus utama
adalah air limbah domestik dari BGP Permanent Camp karena air limbah dari selokan hanya
berasal dari limpasan air hujan. Pengamatan karakteristik air limbah domestik di lokasi PCJL
hanya bisa dilihat secara fisik melalui warna, bau, kekeruhan, dan padatan. Berdasarkan
pengamatan air limbah domestik di BGP Permanent Camp, air limbah domestik tanpa
pengolahan ditempatkan dalam bak pengumpul sehingga pengamatan secara fisik sangat
terbatas. Sementara, air limbah domestik yang telah di olah langsung di buang ke badan air.
Hasil pengolahan air limbah domestik ini dapat diamati secara langsung dengan mengambil
sampel. Adapun hasil pengamatan air limbah domestik baik sebelum di olah maupun setelah
di olah dapat dilihat dalam tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Air Limbah Domestik di Petrochina International Jabung Ltd
Keterangan
Tempat Sebelum pengolahan STP Sesudah pengolahan STP
BGP Permanent Bau sedikit menyengat Effluent air limbah cukup keruh,
Camp berwarna sedikit putih
Sedikit bau
Sumber : Hasil Pengamatan, Juni 2019
4.4 Sistem Pengolahan Sewage Treatment Plant (STP)
Pengolahan STP di PCJL memiliki sistem sanitasi terpusat (off-site treatment) skala
permukiman. Sistem tersebut merupakan fasilitas pengolahan air limbah yang dipisahkan
menggunakan pipa untuk mengalirkan air limbah dari rumah secara bersamaan. Selanjutnya,
dialirkan ke IPAL atau STP. Secara sistem, teknologi pengolahan air limbah domestik atau STP
memiliki tiga proses, yaitu proses secara fisika, biologi, dan kimia.
Proses sistem pengelolaan air limbah domestik di BGP Permanent Camp memiliki bak
kontrol dalam sistem sanitasi perpipaan. Bak kontrol ini ditempatkan di beberapa wilayah
permukiman yaitu permanent camp blok A sampai F, mess hall, camp office, masjid, dan
medical health building. Bak kontrol sangat penting dalam sistem sanitasi perpipaan, yang
berfungsi sebagai wadah pemantauan kondisi aliran air limbah dalam perpipaan apabila
terjadi penyumbatan yang disebabkan sampah padatan. Sampah yang dihasilkan dari
aktivitas rumah tangga ini akan terbawa dan tertahan di dalam bak kontrol, sehingga sampah
dapat diangkat dan dibuang agar tidak menganggu aliran sistem perpipaan.
Selanjutnya, air buangan limbah akan dialirkan melalui pipa yang tersambung secara
gravitasi menuju pengelolaan air limbah domestik atau STP. Keberadaan pengelolaan STP
dalam posisi permukaan yang rendah dari bangunan yang lain sehingga air limbah domestik
akan mengalir secara langsung ke bawah inlet pengelolaan STP di BGP Permanent Camp.
Gambaran umum proses skema pengolahan air limbah domestik di BGP Permanent Camp
yang ditunjukkan dalam gambar 4.2.
Universitas Pertamina - 19
Start
Bak Control
Inlet STP
Bar Screen
Primary Treatment
(Physical)
Equalizing Tank
Secondary
Aeration & Sedimentation
Treatment
Tank
(Biological)
Gambar 4.2 Skema Proses Pengelolaan Air Limbah Domestik atau STP di BGP Permanent
Camp
Proses sewage treatment plant (STP) yang berada di BGP Permanent Camp dimulai
dari masuknya air limbah domestik ke dalam bar screen (040-F-101) melalui sistem
perpipaan. Bar screen adalah tempat penyaringan kembali padatan sampah yang belum
tersaring dari bak kontrol dan berada di bawah permukaan. Alat ini terbuat dari material
stainless steel yang memiliki debit air limbah (inlet) sebesar 28.000 L/hari serta terdapat
lubang dalam bar screen berukuran 30 mm. Kumpulan padatan sampah ini akan diambil
secara manual karena akan menganggu proses kerja alat. Selanjutnya air limbah domestik
yang sudah tersaring akan mengalir menuju equalizing tank (040-T-101).
Universitas Pertamina - 20
Gambar 4.3 Bar Screen sistem STP di BGP Permanent Camp
(Sumber : Dokumentasi, 2019)
Equalitation tank adalah bak pengumpul air limbah domestik dengan meminimalkan
inkonsistensi dalam air limbah. Fungsi utama tangki ini adalah sebagai penyetaraan
kontaminan air limbah dan aliran yang dirancang untuk menghasilkan air limbah yang
terhomogenisasi dengan alat pendukung blower dan compressor. Tangki ini berada di bawah
permukaan dengan kapasitas penampung sebesar 10.000 L. Setelah air limbah menjadi
homogen, akan dilakukan pengolahan biologi dalam tahap aeration tank. Bak ini memiliki
tanda batas kapasitas apabila air limbah yang ditampung sudah penuh.
Pompa ini berada di bawah permukaan yang ditempatkan di sisi equalizing tank.
Lifting pump berfungsi untuk mendorong atau memompa air limbah domestik menuju
aeration tank dengan debit air limbah yang dialirkan sebesar 120.000 L/hari. Model lifting
pump yang digunakan adalah ABS, Piranha 08D. Pompa ini memiliki tipe submersible grinder
pump yang dibantu oleh motor electric dengan tekanan yang rendah yaitu 60 psi. Pompa ini
memiliki kemampuan untuk menghancurkan berbagai limbah dalam bentuk padat serta lebih
mudah mengalirkan air limbah berpindah ke tempat yang memiliki elevasi lebih tinggi.
Pompa ini terdiri dari dua dengan satu pompa bekerja, dan satu pompa lain kondisi stand by.
Jika air limbah di equalizing tank sudah melebihi tanda batas maka akan secara otomatis
mengalir ke aeration tank.
Universitas Pertamina - 21
4) Aeration Tank (040-T-102)
Aeration tank yang berada di BGP Permanent Camp memiliki sistem pengolahan
secara biologi. Daya tampung tangki memiliki kapasitas 39.000 L dengan rata-rata debit air
limbah yang diolah dalam tangki ini sebanyak 45.600 L/hari. Selain itu, aeration tank masih
mampu mengolah air limbah dengan kapasitas maksimum sebanyak 138.000 L/hari. Aeration
tank ini dipasang sistem perpipaan air diffusers (040-ad 101 A/F) yang berada di bawah
tangki, tujuannya untuk mensuplai oksigen dalam proses pengolahan biologi yang akan
digunakan pada mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Sistem aerasi ini dapat
menurunkan kadar biological oxygen demand (BOD) sebesar 85-95% dalam air limbah
domestik
Air blower ini berfungsi sebagai alat kontrol dalam menjaga sirkulasi udara yang
masuk ke dalam sistem aeration tank. Air blower digerakkan oleh motor dengan kecepatan
3600 rpm untuk menghasilkan udara oksigen sebanyak 2.880.000 L/hari yang akan
diteruskan menuju air diffuser (040-ad 101 A/F) untuk digunakan dalam pengolahan air
limbah di aeration tank, sehingga alat air blower dan air diffuser ini memiliki fungsi yang
berkesinambungan. Model air blower yang digunakan adalah dresser roots rotary blower URAI
M24.
6) Settlement / Sedimentation Tank – Integrated unit with aeration tank
Sedimentation tank memiliki unit terintegrasi bersama dalam aeration tank. Tahapan
ini termasuk proses pengolahan biologis dengan sistem lumpur aktif. Air limbah yang telah
diolah menjadi air yang terhomogenkan terjadi karena adanya pemisahan, sehingga
menghasilkan dua fasa yaitu cair dan lumpur (sludge). Air limbah yang sudah diolah akan
diteruskan menuju effluent tank, sedangkan lumpur menumpuk di dasar permukaan tangki
sedimentasi.
Universitas Pertamina - 22
8) Chlorine Feeder (040-CF-101)
Gambar 4.7 Unit effluent tank dan outlet STP di buang ke badan air di BGP Permanent Camp
(Sumber : Dokumentasi, 2019)
Universitas Pertamina - 23
Berdasarkan dari proses pengolahan instalasi STP memiliki kapasitas tertentu pada
setiap unitnya, adapun data kapasitas pengolahan yang terdapat di instalasi STP BGP
Permanent Camp adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data Kapasitas Unit Pengolahan STP di BGP Permanent Camp
4.5.1.1 Inlet
Debit air limbah yang masuk dapat dihitung secara manual berdasarkan data primer
pekerja dan tamu di BGP Permanent Camp yang ditunjukkan pada tabel 4.3 dan pendekatan
data perkiraan debit air limbah yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.3 Data pengunjung yang berada di area BGP Permanent Camp
Universitas Pertamina - 24
6. Desember 2018 142 orang/hari
7. Januari 2019 125 orang/hari
8. Februari 2019 119 orang/hari
9. Maret 2019 123 orang/hari
10. April 2019 121 orang/hari
11. Mei 2019 131 orang/hari
12. Juni 2019 117 orang/hari
(Sumber : PetroChina International Jabung Ltd, Juni 2019)
Tabel 4.4 Besarnya Population Equivalent (PE) untuk Perancangan IPAL berdasarkan
Peruntukan Bangunan
Universitas Pertamina - 25
Berdasarkan data kuantitas debit air limbah, inlet STP dalam tabel 4.5 menunjukkan
nilai debit air limbah lebih rendah daripada kapasitas aliran dalam bar screen. Muatan
kapasitas bar screen sebanyak 28.000 L/hari. Hal ini menandakan bahwa kuantitas debit air
limbah yang masuk ke dalam bar screen tidak mengalami overload. Dengan demikian,
kemampuan bar screen dalam melakukan pengolahan secara fisika masih sesuai dengan
porsinya.
4.5.1.2 Outlet
Pengukuran debit air limbah effluent STP di peroleh dari pengambilan data secara
aktual menggunakan flow meter yang di catat setiap hari, lalu di hitung rata-rata air limbah
setelah pengolahan selama sebulan. Adapun data debit air limbah outlet yang dihasilkan
selama satu tahun terakhir (Juli 2018- Juni 2019) dapat di lihat dalam tabel 4.6 adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.6 Data debit air limbah outlet pada instalasi STP di BGP Permanent Camp
Universitas Pertamina - 26
4.6 Kualitas Pengolahan Air Limbah Domestik pada Instalasi STP
Setiap pengolahan air limbah domestik pada instalasi STP disertai dengan adanya
hasil akhir kualitas air limbah yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang baku mutu air limbah
domestik. Pengujian dan analisa kualitas air limbah domestik yang keluar dilakukan oleh
pihak ketiga yaitu EnviLab (Environmental Laboratory). Sampel air limbah hasil pengolahan
STP yang diambil hanya berasal dari BGP Permanent Camp, hal ini dikarenakan effluent yang
keluar cukup banyak dan langsung dibuang menuju badan air yang terintegrasi bersama ke
permukiman penduduk di luar area PCJL Betara. Kualitas air limbah domestik yang dibuang
ke badan air, harus memenuhi syarat baku mutu.
Biological oxygen demand (BOD) merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam air limbah (Yudo S, 2010). Pada
data sekunder analisis kualitas air pada effluent STP ditunjukkan pada gambar 4.17. Hasil
effluent STP di BGP Permanent Camp berkisar 17-28 mg/L selama satu tahun terakhir (Juni
2018-Juni 2019), apabila dibandingkan dengan standar baku mutu air limbah domestik pada
PermenLHK No. 68 Tahun 2016 memiliki nilai 30 mg/L, sehingga effluent STP sudah
memenuhi peraturan yang berlaku.
Tabel 4.7 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter BOD
Universitas Pertamina - 27
Gambar 4.8 Grafik Parameter BOD setelah Hasil Pengolahan STP
Dari gambar tersebut grafik konsentrasi BOD mengalami penurunan yang
menandakan bahwa kandungan bahan organik dalam air limbah sudah berkurang. Hal ini
dipengaruhi adanya pengolahan air limbah secara biologi dengan proses lumpur aktif.
Pengolahan air limbah ini termasuk ke dalam pengolahan biologi secara aerob, yang
melibatkan unit aeration tank dan sedimentation tank untuk menguraikan dan
mendekomposisikan bahan organik. Mikroorganisme akan membutuhkan suplai oksigen
dalam berkembang biak, sehingga mikroorganisme tersuspensi akan membentuk flok lumpur
aktif yang berupa gumpalan. Dengan menggunakan proses lumpur aktif, air limbah domestik
yang mengandung bahan organik tinggi dapat menurunkan konsentrasi BOD sebesar 85-95%
(Kemenkes RI, 2011).
Total solid suspension (TSS) merupakan parameter fisik pada air limbah yang
menganggu proses fotosintesis. Secara sifat, TSS ini tidak mudah mengendap secara langsung
karena komposisi TSS didalamnya mengandung polutan campuran seperti lemak, protein,
selulosa, dan mikroorganisme. Ciri-ciri air yang sudah terkena dampak TSS ditandai dengan
berubahnya air menjadi keruh baik yang berada di sungai, selokan, dan lain-lain. Sehingga
apabila tidak dilakukan penanganan dalam mengatasi kualitas air, tentunya akan semakin
memperburuk keadaan lingkungan.
Tabel 4.8 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter TSS
Universitas Pertamina - 28
Desember 2018 14 30 mg/L Sesuai
Januari 2019 17 Sesuai
Februari 2019 19 Sesuai
Maret 2019 23 Sesuai
April 2019 18 Sesuai
Mei 2019 17 Sesuai
Juni 2019 16 Sesuai
(Sumber: Petrochina International Jabung Ltd, 2019)
Pada tabel 4.7 dapat di lihat bahwa hasil data effluent parameter TSS memiiki nilai
yang berkisar 14 – 23 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air limbah effluent STP
dengan parameter TSS di BGP Permanent Camp, masih memenuhi standar baku mutu air
limbah domestik sesuai PermenLHK No.68 Tahun 2016 dengan nilai baku mutu senilai 30
mg/L.
Sumber air limbah domestik yang berupa tinja dan urin mengandung zat organik
nitrogen cukup tinggi yang berasal dari polutan amoniak. Kandungan amoniak ini bersifat
toksik bagi kehidupan di perairan, karena konsentrasi 1 mg/L dapat mengurangi kapasitas
oksigen dalam air. Oleh karena itu, hasil pengolahan air limbah domestik (effluent STP) yang
Universitas Pertamina - 29
dibuang ke badan air harus memenuhi baku mutu yang tidak memberikan dampak buruk
bagi lingkungan.
Tabel 4.9 Data Kualitas Air Limbah Domestik dengan Parameter Amoniak
Universitas Pertamina - 30
aeration tank dan sedimentation tank. Selanjutnya air limbah yang telah ditreat akan
melakukan reaksi klorinasi dalam chlorine feeder untuk menghilangkan sisa amoniak dan
mikroorganisme yang tertinggal.
Instalasi pengolahan STP yang berada di BGP Permanent Camp di kelola dan di
pelihara baik oleh pihak yang bertanggung jawab yaitu BGP Operation dan BGP Maintenance.
Operasi dan pemeliharaan instalasi STP di cek setiap bulan dengan mengisi form maintenance
work order yang terdapat di lampiran VII. Berdasarkan data form maintenance work order
untuk kinerja instalasi STP selama satu tahun terakhir disimpulkan bahwa kendala dalam
sistem instalasi STP sangat sedikit. Umumnya, kendala yang sering terjadi adalah alat pompa,
Universitas Pertamina - 31
blower, bar screen yang macet akibat penumpukan sampah, flow meter yang tidak berfungsi
akibat adanya sisa-sisa effluent padatan yang menempel.
Secara keseluruhan, kinerja sistem instalasi STP di BGP Permanent Camp sudah di
rawat dan di pelihara baik, namun saat ini perlu ditingkatkan lebih baik sesuai prosedur dan
fungsi atau dengan pemanfaatan effluent untuk digunakan kembali yang memenuhi kriteria
guna ulang air limbah. Upaya peningkatan kinerja sistem pengolahan STP disarankan adalah
sebagai berikut:
1) Air limbah domestik yang berupa minyak dan lemak dari mess hall (ruang makan) perlu
ditambah grease trap (penjebak lemak) agar pengolahan STP menjadi lebih mudah
2) Meningkatkan intensitas waktu pemeliharaan pada sistem perpipaan dan bak kontrol
dengan membersihkan kotoran akibat penyumbatan.
3) Pemasangan flow meter di sistem inlet instalasi STP untuk mengetahui debit air limbah
yang masuk.
Universitas Pertamina - 32
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
5.1 Air Limbah Domestik
Menurut Permen LHK Nomor 68 tahun 2016, air limbah domestik atau rumah tangga
adalah limbah yang berasal dari aktivitas manusia. Misalnya, penggunaan air yang ada di
rumah, industri, perhotelan, institusi, rumah makan, mall yang menghasilkan grey water (air
cucian, dapur) dan black water (air kotor/tinja). Air limbah adalah air dari suatu daerah
permukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan. Air limbah harus
dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik
(Tchobanoglous, 1991).
5.2 Karakteristik dan Dampak Air Limbah Domestik
Secara umum, karakteristik air limbah domestik terdiri dari tiga bagian yaitu secara
fisika, kimia dan biologi. Adapun karakteristik air limbah domestik dapat dilihat pada tabel
5.1 sebagai berikut.
Tabel 5.1 Karakteristik Air Limbah Domestik yang Belum Diolah
Universitas Pertamina - 33
5.2.1 Karakteristik Fisik
1) Padatan (Solid)
Sifat padatan pada karakteristik fisik ini mengandung zat padat organik maupun
anorganik yang dapat larut, mengendap dan tersuspensi. Padatan limbah ini mengalami
padatan tersuspensi (30%) dan bisa larut (70%). Padatan terlarut dapat diendapkan oleh
proses kimia dan biologis. Black water yang tersusun dari tinja dan urin termasuk
karakteristik fisik pada salah satu jenis air limbah domestik. Bahan padatan ini akan
mengendap di dasar bak penampungan atau badan air yang akan menumpuk secara terus
menerus. Salah satu parameter baku mutu air limbah domestik yang terdapat di PermenLHK
No. 68 Tahun 2016 dengan karakteristik fisik adalah TSS (Total Solid Suspension). Kadar
konsentrasi TSS yang tinggi dalam badan air menunjukkan banyaknya mikroorganisme,
nutrient, dan logam yang terdapat di dalam padatan.
2) Bau (Odor)
Sifat bau pada air limbah domestik dapat dirasakan melalui indra penciuman secara
langsung. Gas yang menimbulkan bau dalam air limbah berasal dari reaksi kimia dekomposisi
zat organik seperti gas hidrogen sulfida, amoniak, dan karbondioksida. Bau ini timbul karena
adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat-zat organik dan menghasilkan gas-
gas tertentu yang ditandai dengan bau tidak sedap.
3) Warna (Colour)
Warna dalam air limbah merupakan karakteristik fisik yang mudah di amati dari
setiap perubahan warnanya. Air buangan yang baru di buang biasanya berwarna keabu-
abuan, lalu berubah menjadi warna hitam. Warna air limbah ini disebabkan adanya proses
dekomposisi polutan organik dengan menurunnya jumlah oksigen terlarut, sehingga
menghasilkan warna air limbah yang gelap.
4) Suhu
5) Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan merupakan sifat optis dalam air yang sulit di amati karena adanya batasan
pencahayaan. Kekeruhan air ditimbulkan karena adanya zat campuran berupa koloid yang
tersuspensi yang mengandung bahan anorganik dan organik dalam lumpur, tanah, dan zat
yang mengapung lainnya. Semakin keruh air limbah maka zat polutan limbah semakin
banyak.
5.2.2 Karakteristik Kimia
Secara kimia, air limbah terdiri dari senyawa organik (70%), anorganik (30%) , dan
berbagai minyak dan lemak. Senyawa organik terdiri dari karbohidrat (25%), protein (65%)
dan lemak (10%) yang mencerminkan pola makan masyarakat (Sugiharto, 2005). Komponen
anorganik terdiri dari gas dan logam berat yaitu nitrogen, fosfor, pH, belerang, klorida,
Universitas Pertamina - 34
alkalinitas, senyawa beracun, dan lain-lain. Gas yang biasanya larut dalam air limbah adalah
hidrogen sulfida, metana, ammonia, oksigen, karbondioksida dan nitrogen.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah karakteristik kimia yang menunjukkan jumlah
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi zat-zat organik melalu reaksi kimia. Semakin
banyak kandungan zat organik dalam air limbah, maka semakin tinggi juga kadar oksigen
terlarut untuk mengoksidasi zat organik sehingga oksigen yang tersedia untuk biota perairan
menjadi semakin rendah.
3) Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang berada di alam dan tidak larut
dalam air. Minyak dan lemak dalam limbah domestik berasal dari sisa makanan atau dapur,
sifat pada kedua zat ini stabil, memiliki viskositas tinggi, dan tidak mudah terdegradasi dalam
waktu yang singkat sehingga keberadaannya dapat mengganggu ekosistem di dalam air.
4) pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) dalam air limbah memiliki pH netral yang disebabkan adanya
buffer. Standar pH air yang alami berada di sekitar 6,5 sampai 8,5. Air limbah yang memiliki
pH tidak netral disebabkan karena adanya pencemaran air dari polutan zat organik.
Perubahan pH yang tidak teratur akan mengganggu ekosistem dalam air.
5) Amoniak
Amoniak merupakan zat polutan dalam air limbah yang berasal dari buangan
makhluk hidup seperti black water (tinja dan urin). Bau ammonia yang khas dipengaruhi oleh
pH dan suhu. Kadar nitrogen yang tinggi dengan kandungan ammonia menjadikan sumber
nutrient bagi tumbuh air, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak baik dan mengakibatkan
terganggunya eksosistem alam (Wahyuni, 2014)
Universitas Pertamina - 35
adanya pengendapan lumpur tinja di bak outlet yang tidak pernah dilakukan pengurasan
(Panumbunan, 2017).
Organik
Anorganik
Mikroorganisme
Universitas Pertamina - 36
Sarana sanitasi dalam skala permukiman memiliki peranan penting untuk akses
saluran antar daerah dan kota, antara lain: (1) Menyediakan pelayanan yang terbaik, (2)
Sesuai untuk pemukiman padat penduduk, (3) Pencemaran terhadap air tanah dan badan air
dapat dihindari, (4) Memiliki masa operasi dan pemeliharaan STP lebih lama, (5) Dapat
menampung semua air limbah (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
2016).
5.4 Baku Mutu Air Limbah Domestik
Pengolahan air limbah domestik dengan instalasi STP memberikan kualitas air limbah
domestik menjadi air layak buang ke badan air atau selokan. Air limbah effluent ini tentunya
diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yang terdapat syarat batas tiap parameter yang
tercantum dalam tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik
Universitas Pertamina - 37
5.5 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik
Berdasarkan metode, proses pengolahan air limbah di bagi menjadi tiga jenis yaitu
pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Proses pemilihan metode ini disesuaikan dengan
sifat polutan yang diolah (Riffat, 2012). Berikut adalah proses pengolahan air limbah
domestik :
Proses pengolahan air limbah dengan metode fisika merupakan tahapan yang
menghilangkan polutan air limbah dengan adanya pengaruh secara fisik. Metode yang
terdapat di pengolahan fisika antara lain bak pengumpul, bak kontrol, unit pemisah minyak
dan lemak (oil and grease trap), screening, equalization, dan sedimentasi atau pengendapan.
Pengolahan secara fisika ini termasuk ke dalam pengolahan awal (pre-treatment) dan
pengolahan tahap pertama (primary treatment). Tahapan awal (pre-treatment) merupakan
tahap yang bertujuan guna menghilangkan padatan tersuspensi termasuk minyak yang
terdapat di dalam limbah, metode dalam tahapan awal ini antara lain bak pengumpul, bak
kontrol, dan unit pemisah minyak dan lemak. Sedangkan primary treatment terjadi setelah air
limbah masuk ke dalam sistem instalasi STP dengan metode seperti screening, equalization,
dan sedimentasi. Primary treatment lebih berfokus pada sisa-sisa padatan yang belum
tersaring pada pengolahan awal (pre-treatment). Adapun metode dalam pengolahan air
limbah secara fisika adalah sebagai berikut.
1) Bak pengumpul
Unit ini berfungsi sebagai pengumpulan air limbah dari toilet dan kamar mandi yang
berupa black water (tinja dan urin) dan air cucian.
3) Bak kontrol
Unit ini berfungsi sebagai tempat pemantauan kondisi aliran air limbah dalam sistem
perpipaan apabila terjadi penyumbatan sampah, dan aliran air langsung dibuang menuju
instalasi STP.
4) Screening
Unit screening bertujuan untuk tempat penyaringan kembali padatan sampah yang
belum tersaring dari bak kontrol maupun unit penyaringan lain, sehingga air limbah yang
dipindahkan oleh pompa ke instalasi STP tidak mengalami kesulitan.
5) Ekualisasi
Tujuan dalam ekualisasi adalah menstabilkan atau menghomogenkan karakteristik
air limbah terhadap kandungan padatan, derajat keasaman, fluktuasi beban organik, dan
kandungan lainnya agar menjadi stabil, serta dapat mengontrol debit air limbah yang masuk
ke proses pengolahan STP.
6) Sedimentasi
Sedimentasi adalah unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok
kimia dengan membentuk gumpalan yang mengendap di bagian dasar tangki. Gumpalan yang
berkumpul menjadi besar akibat adanya proses flokulasi.
Universitas Pertamina - 38
7) Pengeringan/ Pengolahan Lumpur
Unit ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam lumpur secara alami dengan
proses pengeringan dari sinar matahari dan angin, maupun dengan adanya pengaruh
tekanan.
1) Kondisi Aerob
Dalam kondisi aerob, mikroorganisme membutuhkan oksigen yang cukup untuk
menguraikan polutan organik dalam air limbah. Umumnya, dalam kondisi ini konsentrasi
BOD pada air limbah tidak terlalu besar, sehingga proses pengolahan biologi kondisi aerob
diterapkan pada skala permukiman atau perkotaan.
Pengolahan air limbah secara biologi aerob dapat dibagi menjadi tiga yaitu proses
biologi dengan biomassa tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biomassa
melekat (attached culture), dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses
biologis dengan biomassa tersuspensi adalah proses menguraikan polutan menggunakan
mikroorganisme yang berkembang biak membentuk suspensi. Sedangkan, proses biologis
dengan biomassa melekat hampir sama dengan biomassa tersuspensi yaitu terletak pada
biakan mikroorganisme yang melekat pada media. Sementara, proses biologi dengan kolam
adalah proses yang menguraikan polutan secara alami yang berada di suatu kolam luas.
Adapun garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah dalam kondisi aerob dapat
dilihat pada gambar 5.1 berikut.
Universitas Pertamina - 39
2) Kondisi Anaerob
Dalam kondisi anaerob, mikroorganisme tidak membutuhkan oksigen untuk
mendegradasi polutan organik dan anorganik dalam air limbah. Proses biologis anaerob
dalam instalasi STP ini diperlukan apabila konsentrasi BOD cukup besar, sehingga teknologi
kondisi anaerob ini cocok digunakan untuk skala permukiman dengan septik individual.
3) Kombinasi Aerob-Anaerob
Proses pengolahan dalam kondisi ini merupakan gabungan proses teknologi
pengolahan dari tahapan anaerob lalu aerob. Pada tahapan anaerob, polutan organik terurai
menjadi gas karbondioksida dan metana tanpa memerlukan oksigen, namun amoniak dan gas
H2S tidak dapat hilang maka kedua polutan tersebut di proses dalam tahapan aerob.
5.5.3 Pengolahan Air Limbah Secara Kimia
Proses pengolahan air limbah secara kimia merupakan proses yang melibatkan
penambahan zat kimia untuk mendegradasi kontaminan pada air limbah (Riffat, 2012). Pada
pengolahan ini terdapat beberapa metode antara lain netralisasi, presipitasi, koagulasi, dan
adsorpsi. Kelebihan dalam proses pengolahan ini adalah tidak membutuhkan area
pengolahan yang besar dan proses penghilangan polutan lebih cepat, namun kekurangannya
adalah cukup mahal dibandingkan proses pengolahan secara fisika dan biologi.
Proses lumpur aktif adalah salah satu metode karakteristik pengolahan biologis
dengan sistem aerob. Metode ini bertujuan untuk menghilangkan konsentrasi BOD dan
polutan nitrogen seperti amoniak dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Ada tiga proses
pengolahan pada lumpur aktif yaitu pada aeration tank, sedimentation tank, dan resirkulasi
lumpur.
Pada tahapan awal yaitu aeration tank, terdapat suplai udara dari air diffuser sehingga
mikroorganisme berkembang biak untuk mendegradasi polutan organik dalam air limbah.
Mikroorganisme aerob ini akan memecah polutan organik kompleks menjadi CO2 (karbon
dioksida) , amonia, air, dan biomassa. Adapun reaksi sederhana penguraian senyawa organik
secara aerobik dapat dilihat pada persamaan (1). Kemudian, penghilangan polutan amoniak
dioksidasi dan diubah melalui proses nitrifikasi yang terdapat pada persamaan (2 dan 3).
Proses nitrifikasi adalah reaksi ammonium menjadi nitrit, lalu menjadi nitrat yang dilakukan
oleh bakteri mikroba (Grady, 1980). Sedangkan polutan hidrogen sulfida (H2S) dihilangkan
dengan proses oksidasi sulfur menjadi sulfat pada persamaan (5 dan 6).
Reaksi Penguraian Organik :
Senyawa Polutan Organik + O2(g) CO2 + NH3 + H2O + Biomassa (1)
Mikroba
Reaksi Nitrifikasi :
NO2- + 2H+
3
NH4+ + O2 + H2O (2)
2
NO3-
1
NO2- + 2 O2 (3)
Universitas Pertamina - 40
Reaksi Keseluruhan : NH4+ + 2O2 NO3- + 2H+ + H2O (4)
Universitas Pertamina - 41
Metode yang paling umum digunakan adalah penambahan zat kimia yaitu tablet klor
pada air limbah domestik setelah melalui pengolahan STP. Zat klor adalah agen reduktor,
sehingga jumlah klor yang dibutuhkan tergantung pada tingginya konsentrasi polutan
organik dalam air limbah. Berikut adalah proses yang terjadi jika ditambahkan zat klor dalam
air limbah untuk menguraikan polutan maupun membunuh mikrooganisme:
Reaksi Kimia Klorinasi
Penambahan awal zat klor berupa padatan akan larut di dalam air limbah, sehingga
terjadi dua reaksi yaitu reaksi hidrolisis dan reaksi ionisasi yang dapat dilihat pada
persamaan 7 dan 8. Dalam reaksi hidrolisis klor ini menghasilkan ion hipoklorit (HOCl).
Reaksi Hidrolisis : Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl- (7)
Reaksi Ionisasi : HOCl H+ + OCl- (8)
Adapun proses reaksi klorinasi yang terjadi dalam air limbah adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Zat-zat organik yang mudah teroksidasi bereaksi menghasilkan klorida (Cl2)
Tahap 2 : Reaksi diatas akan membentuk komplek kloro-organik dan chloramine. Berikut
adalah reaksi yang terjadi dalam pemecahan chloramine:
HOCl + NH3 NH2Cl (Monochloramine) + H2O (9)
HOCl + NH2Cl NHCl2 (Dichloramine) + H2O (10)
HOCl + NHCl2 NCl3 (Nitrogen trichloride) + H2O (11)
Reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH), suhu, waktu kontak
dan perbandingan awal klorin dengan ammonia. Sebagian besar, senyawa yang paling
dominan dihasilkan adalah monochloramine dan dichloramine. Chloramine merupakan zat
desinfektan yang memiliki kemampuan lebih lemah dibandingkan dengan hipoklorit,
sehingga menyebabkan ion Cl2 menurun.
Universitas Pertamina - 42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1) Sistem pengolahan STP yang berada di BGP Permanent Camp memiliki proses
pengolahan utama secara fisika dan biologi. Metode pengolahan fisika yang
diterapkan antara lain bak kontrol, bar screen, dan equalizing tank. Sedangkan metode
pengolahan biologi menggunakaan proses lumpur aktif yang terdiri dari tiga proses
utama didalam unit instalasi STP yaitu aeration tank, sedimentation tank, dan
resirkulasi lumpur.
2) Berdasarkan hasil analisis kuantitas debit air limbah domestik selama satu bulan
terakhir (Juni 2019) pada instalasi STP diperoleh debit inlet sebesar 12.811 liter/hari
dan debit outlet sebesar 9.334 liter/hari.
3) Berdasarkan hasil data kualitas air limbah domestik dengan parameter BOD, TSS, dan
amoniak selama satu tahun terakhir (Juli 2018- Juni 2019) menunjukkan kesesuaian
baku mutu pada PerMen LHK Nomor 68 Tahun 2016. Untuk hasil kualitas air limbah
pada parameter BOD yang telah diuji dihasilkan berkisar 17-28 mg/L, parameter TSS
berkisar 14-23 mg/L, dan parameter amoniak berkisar 3-5,5 mg/L.
6.2 SARAN
1) Air limbah domestik yang berupa minyak dan lemak dari mess hall (ruang makan)
perlu ditambah grease trap (penjebak lemak) agar pengolahan STP menjadi lebih
mudah
2) Meningkatkan intensitas waktu pemeliharaan pada sistem perpipaan dan bak kontrol
dengan membersihkan kotoran akibat penyumbatan.
3) Pemasangan flow meter di sistem inlet instalasi STP untuk mengetahui debit air
limbah yang masuk.
Universitas Pertamina - 43
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. (2016). Sistem Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah BPPT. Pusat Teknologi
Lingkungan.
Buku Saku Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Sistem Terpusat Skala Permukiman.
(2016). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Dhama Susanthi. (2018). Evaluasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan IPAL Komunal di
Kota Bogor. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19(2), 229-235.
Grady C.P.L. (1980). Biological Wastewater Treatment. New York: Marcel Dekker Inc.
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem
Biofilter Anaerob Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.
Metcalf & Eddy. (1991). Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and Reuse. Singapore:
McGraw Hill Book Co.
National Geographic Indonesia. (2016, Mei 2). Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat.
Retrieved Juni 21, 2019, from National Geographic Indonesia:
https://nationalgeographic.grid.id/read/13305060/air-sungai-di-indonesia-
tercemar-berat
Panambunan T.N.P. (2017). Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Domestik
Berdasarkan Parameter Kimia dan Bakteri Total Coliform di Kelurahan Malendeng
Kota Manado. Media Kesehatan, 9(3), 1-8.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air
Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta. (n.d.). Jakarta.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. (2016)., (pp. 1-13).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air. (2010).
Rahayu N. (2015). Pengolahan Air Limbah dengan Proses Lumpur Aktif. 1-11.
Rizki N, S. (2015). Penurunan Konsentrasi COD dan TSS pada Limbah Cair Tahu dengan
Teknologi Kolam (Pond). Jurnal Teknik Lingkungan, 1-9.
Sperling M. V. (2007). Activated Sludge and Aerobic Biofilm Reactor. Federal University of
Minas Gerais, Brazil: Department of Sanitary and Environment Engineering.
Universitas Pertamina - 44
Supradata. (2005). Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Cyperus
alternifolius L dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SSF-
Wetlands). Semarang: UNDIP Press.
Vrijheid, M. (2006). Health Effects of Residence Near Hazardous Waste Landfill Sites: A
Review of Epidemiologic Literature. Environmental Health Perspectives. World Health
Organization, 101-122.
Wahyuni, N. (2014). Efektivitas Sistem Biofilter Aerob dalam Menurunkan Kadar Amonia
pada Air Limbah. Ecotrophic, 79-85.
Universitas Pertamina - 45
gOE 16Z IZZS + dpt'OZZZf uelelas sup{ef 'el.Ucl ueroleqax €nrdurJs
Sapy >1edp n{nat'll
euru,lzuad sellsJa^lun uese,l^Ex
1ero14ag Eunpag
609II
'tut'tt "19'g'ouu1ne156 EdErlEs 'ro
Bntax
Jatnduro11 uep sures su1lruleg uE{aC'u'e
. 6laz Iunl se'B$Eliel
'qElvrEI
SunEBue1 r{nuad usBuep ue{eun8redlp tedup Hn}un ue}Uenla{rp 1ul us8ueleta1 terns uefilmag
IqtuEI le.reg Eunqe{
8un[ue; {is}Ednqsy 'u"re1ag tnurnl3ue1eue6'sE5 pue Ir0 uoulnpo"ld }ueld'Z
epele{ Ixo 'uetEIaS BilEIEI 'rpnqEuas 'ue8upny tarEx'/'I u/g'Ju 'S
'
'^EX Z-X {olg ples Bunseg 'yg uep{ LZ- LT !B}uE I ue8uruny ereual/{ rolue1 'I ltsruBIV
'prl Sunqef leuoReuJa]u{ eurr-l3oJ3ad Jd IqI Il,1 CIII
{oasrsoqnw dN lslpuo4 uaduap un4mnsaxpl:rp >lp{Erd ehay ue>1uue$lelaru ue>ly
BIrrr!x VNIISNSV IJV/IAYhiIV{ IIH(IV IZO9IISOI
eIiuIH IINJSV IUTNd VCINI"I 6I09II9OI
1pnls uer5o.r6 ETUEN hIIN
:lDIrJaq e^rsrsur4eru e,rliqeq uulSuetauap
EITUIX ue;3o;6 euay : ueleqef
L6A9TT : dIN
Eug'rri'rg'g'ouepe+lo e{rne5 od.reg'Eug'-16 : EIuEN
:rur r.{B1v\€q rp uu8uq epuelraqEue;
il AZ / lN LSXS/I.ZNX A- dil/ giT : roruoN
NVSNVUSJ,EX JYUftS
HLr rLt_r*3 J*e I
:
-,&a
**,o'
LAMPIRAN I
WASTE MANAGEMENT PROCEDURE
LAMPIRAN II
NON-HAZARDOUS WASTE HANDLING
PROCEDURE
LAMPIRAN III
UNIT INSTALASI SEWAGE TREATMENT
PLANT DI BGP PERMANENT CAMP
LAMPIRAN IV
PROCESS AND FLOW DIAGRAM DI INSTALASI
SEWAGE TREATMENT PLANT
LAMPIRAN V
DATA SEKUNDER KUALITAS AIR LIMBAH
DOMESTIK BETARA DI PETROCHINA
INTERNATIONAL JABUNG LTD
LAPORAN ANALISIS KUALITAS AIR
Petrochina International Jabung Ltd.
Bulan : Juli – September 2018