MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Dasar-Dasar Akuakultur
Yang dibina oleh Ibu Diana Aisyah, S.Pi., MP
Oleh
GHIYAS HAQQI ATHAR (235080501113008)
RESTIONO ABDUL HANIF (235080501113010)
ERA FAZIRA (235080501113012)
WAHYU NUR FADILA (235080501113014)
MAULIZAN HAFIDZ BALQI (235080501113016)
NURYADIN NEFA WICAKSONO (235080501113018)
NABILA SHABITA RAMADHANY (235080501113020)
RAFAEL FIRMANSYAH FAHREZI (235080507113020)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Definisi, Prinsip, dan Relevansi Penggunaan RAS
(Recirculation Aquaculture System) dalam Konteks Budidaya Ikan” ini dengan
baik tanpa ada halangan.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih atas bantuannya kepada Ibu Diana
Aisyah, S.Pi., MP selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Akuakultur.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
2.1 Pengertian RAS ........................................................................................... 4
2.2 Prinsip Kerja RAS ........................................................................................ 4
2.3 Komponen Sistem RAS ............................................................................... 5
2.3.1 Tangki ................................................................................................... 5
2.3.2 Filter Fisik .............................................................................................. 6
2.3.3 Fraksionator Busa ................................................................................. 7
2.3.4 Filter Biologis ......................................................................................... 7
2.3.5 Aerator .................................................................................................. 8
2.3.6 Pompa ................................................................................................... 8
2.3.7 Disinfeksi Ozon ..................................................................................... 9
2.4 Kelebihan Sistem RAS................................................................................. 9
2.5 Kekurangan Sistem RAS ........................................................................... 10
2.6 Tipe-tipe RAS ............................................................................................ 11
2.7 Kualitas dari tipe-tipe RAS ......................................................................... 12
2.8 Manajemen Sistem RAS ............................................................................ 13
2.9 Penerapan dan Perkembangan Sistem RAS di Indonesia ........................ 17
2.10 Studi Kasus Pembudidayaan Ikan dengan Sistem RAS.......................... 18
2.10.1 Penerapan Sistem RAS pada Budidaya Ikan Nila ............................ 18
2.10.2 Penerapan Sistem RAS pada Budidaya Ikan Lele ............................ 21
BAB III ................................................................................................................. 30
PENUTUP ........................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 30
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iii
Gambar 2. 1 Prinsip Kerja RAS .................................................................. 5
Gambar 2. 2 Tangki .................................................................................... 6
Gambar 2. 3 Filter Biologis ........................................................................ 8
Gambar 2. 4 Tipe Sistem Resirkulasi Sederhana..................................... 11
Gambar 2. 5 Tipe Sistem Resirkulasi Kompleks ...................................... 12
Gambar 2. 6 Pembuatan filter................................................................... 18
Gambar 2. 7 Desain Filter......................................................................... 19
Gambar 2. 8 Penerapan Teknologi RAS .................................................. 20
Gambar 2. 9 Pengukuran Kualitas Air ...................................................... 21
Gambar 2. 10 Grafik Pengamatan Suhu Rata-rata .................................. 24
Gambar 2.11 Pengamatan Kecerahan Rata-rata .................................... 25
Gambar 2. 12 Grafik Pengamatan pH dan Pengamatan Oksigen Terlarut
.................................................................................................................. 26
Gambar 2. 13 Grafik Pengamatan Amonia, Pengamatan Nitrit, dan
Pengamatan Nitrat .................................................................................... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
budidaya ikan yang dapat digunakan yaitu sistem resirkulasi akuakultur
(Recirculating Aquaculture System). Recirculatin Aquaculture System
(RAS) merupakan salah satu teknologi akuakultur berkelanjutan yang
dapat mengontrol pembuangan limbah di lingkungan serta menjaga
kualitas air dalam kolam budidaya(Fauzia & Suseno, 2020). Sistem RAS
ini dapat menurunkan kandungan amonia dan nitrit yang beracun
bagi.Secara prinsip dasar mekanisme RAS adalah kandungan amonium
dikonversi menjadi nitrit dan menjadi nitrat yang rendah racun sehingga
air dapat digunakan kembali (Hapsari et.al., 2020).
2
8. Memahami penerapan dan perkembangan sistem RAS di Indonesia
9. Mempelajari studi kasus yang digunakan pada RAS
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
perkembangbiakan dan proses fotosintesis sangat terbatas. Berdasarkan
hasil pengamatan jenis plankton ditemukan adalah sebagai berikut
Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Euglena, Dinophyceae, dan
Paramecium. Hasil tersebut, menunjukan bahwa pada budidaya ikan sidat
menggunakan sistem resirkulasi ketersedian pakan alami tidak menjadi
prioritas utama, akan tetapi ketersedian pakan buatan menjadi hal utama
yang harus diperhatikan.
2.3.1 Tangki
5
Gambar 2. 2 Tangki
6
Di beberapa sistem, berbeda jenis filter seperti sedimentasi yang
disaring, pasir aliran atas, serta plastik filter manik, dapat
dikombinasikan untuk mencapai filtrasi mekanis (Al Hafedh et al.,
2003).
7
Gambar 2. 3 Filter Biologis
2.3.5 Aerator
2.3.6 Pompa
8
2.3.7 Disinfeksi Ozon
9
yang dipelihara dan juga menghindari prevalensi ikan musiman (Mongirdas
et al., 2017). Meskipun menghemat air, RAS menawarkan banyak
keuntungan seperti lebih sedikit terjadinya penyakit, peningkatan konversi
pakan, siklus produksi yang lebih pendek karena terkendali lingkungan, dan
kualitas produk yang konsisten (Singh et al., 1999). Sistem ini juga diakui
sebagai sistem yang tepat dan menghasilkan limbah yang minimal
pembuangan, penggunaan kembali air yang efisien, dan konservasi air yang
optimal (Rakocy dkk., 2006).
10
2.6 Tipe-tipe RAS
11
disuplai hanya untuk pengisian ulang dan penggantian evaporasi(Kepenyes,
J.(1983).
12
2.8 Manajemen Sistem RAS
1. Pemilihan Spesies Ikan
RAS dapat digunakan pada hampir semua spesies ikan, air tawar
atau laut atau hewan air lainnya. Kesesuaian pemeliharaan spesies ikan
tertentu dalam resirkulasi bergantung pada banyak faktor yang berbeda,
seperti profitabilitas, masalah lingkungan, kesesuaian biologis
(Bregnballe 2015). Ikan yang dibudidayakan disarankan merupakan
ikan-ikan ekonomis yang memiliki daya jual tinggi untuk menutupi
modal yang dikeluarkan dan mampu bekerja dengan baik di sistem
resirkulasi. Contoh ikan yang dapat digunakan antara lain ikan nila,
udang vaname, udang galah, kepiting bakau, sidat, patin, lele dan mas
merupakan salah satu contoh yang baik untuk budidaya dalam sistem
resirkulasi.
13
3. Pemilihan Pakan
Penggunaan pakan kering pada sistem resirkulasi lebih disarankan
dibandingkan pakan basah. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan
kering lebih aman untuk system dan memiliki keuntungan karena
dirancang untuk memenuhi kebutuhan biologis ikan. Penggunaan pakan
basah seperti pakan alami atau penggunaan ikan rucah harus dihindari
karena akan sangat mencemari sistem dan kemungkinan besar tertular
penyakit(Surg et al., 2021). Dalam sistem resirkulasi, tingkat
pemanfaatan pakan yang tinggi menguntungkan karena akan
meminimalkan jumlah produk ekskresi sehingga menurunkan dampak
pada sistem pengolahan air. Pakan yang tidak dimakan hanya
membuang-buang uang dan mengakibatkan beban yang tidak perlu pada
sistem filter (Bregnballe, 2018). Pemilihan pakan dapat dilakukan
dengan melihat komposisi serta karakteristik pakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan kebiasaan makan ikan yang akan dibudidayakan. Hal
tersebut bertujuan untuk memaksimalkan serapan protein pada ikan
sehingga meminimalkan ekskresi amonia ke dalam air (Bregnballe,
2018).
4. Pemilihan Filter
14
Filter dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas air sehingga
layak untuk kolam budidaya. Menurut Ilyas (2014), proses pengolahan
kualitas air dapat dilakukan dengan filtrasi fisik, kimia dan biologi.
Filter fisik/mekanik bekerjanya secara mekanis sehingga fungsinya
hanya menyaring kotoran, sisa pakan, debu, dan koloid yang berada di
dalam air budidaya. Material filter mekanis adalah spons, ijuk, atau serat
kapas. Filter mekanis pada umumnya dapat dikonstruksikan, baik
sebagai filter internal maupun filter eksternal. Dalam penggunaannya,
filter ini perlu dicuci setiap periode waktu tertentu, misalnya dua hari
atau seminggu sekali. Filter mekanis dapat digunakan sebagai prafilter,
yaitu filter awal sebelum air masuk ke proses filter biologi atau
kimia(Zakiya et al., n.d.). Hal ini disebabkan partikel besar seperti debu
dan koloid tidak dapat atau sulit terproses, baik secara kimia maupun
biologi (Samsundari. S & Wirawan, 2013)Bentuk filter kimia berupa
absorben atau bahan kimia penyerap maupun pengikat sisa metabolit
beracun yang ada dalam air. Filter kimia digunakan pada kondisi tertentu
dengan reaksi cepat atau memineralisasi substansi organik dengan cepat.
Berbeda dengan filter biologi yang dapat bertahan lama, daya kerja dan
batas aktif filter ini sangat tergantung pada material yang digunakan dan
kapasitas daya serapnya. Ada beberapa bahan yang berfungsi sebagai
filter kimia, di antaranya ialah arang aktif, ozon, dan sinar ultraviolet,
resin, zeolit, serta peat (Priono, 2012). Sedangkan filter biologi
berfungsi untuk menetralkan secara biologis senyawa ammonia dan zat
toksik lainnya (nitrit, nitrat, fosfat) sebagai pengurai senyawa nitrogen
yang beracun menjadi senyawa tidak beracun melalui proses nitrifikasi
dan nitratasi. Amonia adalah senyawa anorganik bentuk racun dari Total
Ammonia Nitrogen (TAN) dan dapat menimbulkan ancaman bagi
organisme akuatik (Alonso, 2009 ; Burgess, 2004 ; Canadian Council of
Minister of the Enviroment, 2010). Ikan mengeluarkan 80- 90% amonia
(N-anorganik) melalui proses osmoregulasi, sedangkan dari feses dan
urine sekitar 10-20% dari total nitrogen (Rakocy et al., 1992 dalam
Sumoharjo, 2010).
15
5. Sistem Budidaya yang Digunakan
Secara umum sistem budidaya biota air dapat dikelompokan
menjadi sistem terbuka (karamba jaring apung, rakit apung, longline,
dan karamba tancap) ; semi terbuka (kolam air deras, kolam air tenang
dan tambak) dan tertutup (bak fiber dan akuarium) yang masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangannya (Setyono et al., 2021). Menurut
Badan Pusat Statistik sistem budidaya di Indonesia yang paling populer
yaitu sistem budidaya semi terbuka dengan total luas budidaya yang
digunakan sebesar 970.663 ha pada tahun 2016. Pada penerapan sistem
RAS sistem budidaya tertutup merupakan sistem budidaya yang paling
optimal. Kelebihan sistem ini yaitu memudahkan pembudidaya
mengontrol kondisi akuakultur secara menyeluruh seperti lokasi
budidaya, kualitas air, pemberian pakan dan pencegahan penyakit. Pada
sistem ini tidak ada parasite atau predator dan dapat dipelihara dengan
kepadatan tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam. Namun,
kekurangannya adalah biaya investasi sangat mahal, perlu fasilitas untuk
penanganan kualitas air yang baik, biaya untuk listrik dan pemompaan
tinggi, memerlukan SDM berpengalaman dan jika terjadi kontaminasi
akan cepat menyebar ke seluruh system (Setyono et al., 2021)yo
16
2.9 Penerapan dan Perkembangan Sistem RAS di Indonesia
Penerapan dan perkembangan penggunaan teknologi RAS di
Indonesia sedang dijalankan di beberapa lokasi seperti yang disebutkan pada
Tabel 1 berikut
17
2.10 Studi Kasus Pembudidayaan Ikan dengan Sistem RAS
18
masuk. Selanjutnya pipa berdiameter 2 inci dengan panjang 82cm
dimasukkan ke bagian tengah tutup drum yang sudah dilubangi. Pipa
diameter 2 inchi berperan sebagai saluran air masuk (inlet) yang
masuk ke dalam drum plastik.
19
ikan terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
diantaranya adalah faktor keturunan, jenis kelamin, dan usia. Benih
yang baik berasal dari induk berkualitas, benih ikan nila yang ditebar
berasal dari Balai Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung, Lingsar, Lombok
Barat yang memiliki kualitas baik. Ukuran benih yang ditebar adalah
5-8 cm. Selama pemeliharaan benih diberi pakan berupa pellet
komersial yang mengandung protein 29-32%. Tingkat kelangsungan
hidup ikan nila selama tiga bulan pemeliharaan sebesar 80%.
Penerapan teknologi RAS dapat dilihat pada
20
Gambar 2. 9 Pengukuran Kualitas Air
21
bagian yaitu filter fisik, filter biologi dan filter kimia. Susunan ketiga
filter ini harus berurutan sesuai dengan proses kimia yang terjadi. Pada
bagian filter fisika menerapkan sistem sentrifuga dan bejana
berhubungan. Kemudian kolam diisi dengan air sekitar 40-50 cm dan
dilakukan penangan air sebelum bibit ikan lele dimasukan ke kolam.
Sementara itu, tanaman di akuaponik menggunakan tanaman kangkung
sebagai filter biologi dan tambahan hasil budidaya.
3. Analisis Pertumbuhan
Analisis indikator pertumbuhan yang dilakukan terdiri dari analisis
kelulus hidupan, laju pertumbuhan dan konversi pakan. Adapun
persamaan perhitungan adalah sebagai berikut:
a. Kelulushidupan (Survival Rate) Analisis kelulushidupan adalah
jumlah yang hidup pada akhir periode relatif dengan jumlah yang
hidup pada awal periode (Fidyandini et al., 2020), rumus perhitungan
kelulushidupan dapat diketahui dengan persamaan.
22
b. Laju Pertumbuhan (Grwoth Rate)
Laju pertumbuhan dinyatakan sebagai perubahan bobot tubuh rata-
rata selama percobaan berlangsung, rumus perhitungan laju
pertumbuhan dapat diketahui dengan persamaan (Yuniar et al.,
2021):
4. Analisis Kualitas
Air Hasil pengamatan kualitas air dilakukan pada masing
masing kolam budidaya. Berdasarkan pengamatan dan
perhitungan diperoleh detail data pengukuran rata-rata suhu pada
kolam pembesaran dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil pengukuran
suhu diperoleh hasil seperti pada berkisar antara 27,5-30◦C.
Kisaran suhu optimum bagi kehidupan ikan lele di perairan tropis
adalah antara 28°C-32°C (Deswati et al., 2020). Kenaikan dan
penurunan suhu air sangat mempengaruhi kehidupan organisme
akuatik, salah satunya pada kelarutan oksigen (Deswati et al.,
2020). Apabila semakin tinggi suhu air, maka semakin rendah
daya larut oksigen di dalam air, begitu pula sebaliknya. Hal ini
dikarenakan pada saat suhu tinggi maka tingkat kebutuhan oksigen
untuk akan semakin besar. Sehingga akan menurunkan oksigen
yang ada di dalam perairan karena perairan tersebut dalam kondisi
23
yang jenuh. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap nafsu
makan dan aktifitas metabolisme ikan. Semakin tinggi suhu, maka
aktifitas metabolisme juga akan meningkat dan juga menyebabkan
nafsu makan ikan juga meningkat.
24
Gambar 2.11 Pengamatan Kecerahan Rata-rata
25
Gambar 2. 12 Grafik Pengamatan pH dan Pengamatan Oksigen
Terlarut
26
dan amonia berkisar 12,5 mg/l (Gambar 5), 0 – 0,5 mg/l (Gambar
6) dan 0,003 – 0,09 mg/l (Gambar 7). Nilai kandungan optimal
untuk nitrat, nitrit dan amonia untuk budidaya sebesar <0,5 mg/L,
<0,5 mg/L, dan < 1ppm (Pratama et al., 2017; Su et al., 2020;
Zhang et al., 2020).
27
Gambar 2. 13 Grafik Pengamatan Amonia, Pengamatan
Nitrit, dan Pengamatan Nitrat
5. Analisis Pertumbuhan
Hasil analisis pertumbuhan pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1. Kelulusanhidupan ikan lele diperoleh sebesar 95%.
Tingkat kelulushidupan ikan lele berkisar >94% dan tingkat
kelulushidupan tidak dipengaruhi oleh kepadatan (Hermawan et
al., 2012; Mohapatra et al., 2020). Namun, dipengaruhi pleh
kondisi kualitas air pada media pemeliharaan masih dalam kondisi
layak untuk menunjang kelulushidupan ikan lele. Hasil
perhitungan laju pertumbuhan ikan lele sebesar 0,96 g/hari. Nilai
laju pertumbuhan yang bagus menunjukan nilai mencapai 0,36-1
g/hari (Amalia & Endang, 2013). Semakin besar nilai laju
pertumbuhan maka semakin baik untuk pertumbuhan ikan lele.
28
kualitas pakan. Pakan ikan kualitas baik mempunyai nilai konversi
pakan yang rendah (Wasiadi et al., 2003). Berdasarkan hasil
perhitungan aspek biologi yang diperoleh menunjukan tingkat
produksi yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa Teknologi
A-RAS ini dapat dijadikan meningkatkan hasil produksi dalam
proses budidaya (Bich et al., 2020; Gibbons, 2020; Hao et al., 2020)
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan RAS memiliki banyak keunggulan karena hanya menggunakan
air yang sedikit jika dibandingkan dengan sistem konvensional dan dengan
demikian dapat dilakukan di tempat dengan ketersediaan air yang terbatas,
pemeliharaan dapat dilakukan dengan padat tebar yang tinggi serta keamanan hayati
dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan. Meskipun sistem RAS melibatkan
investasi modal dan faktor risiko yang relatif tinggi, hal ini dapat diimbangi dengan
produksi ikan / udang kualitas unggul tanpa gangguan dimanapun dan kapanpun.
Oleh karena itu, teknologi ini cocok untuk dikembangkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, T., Irawan, B., Prastowo, A. T., & Surahman, A. (2020). Sistem Sirkulasi
Air Pada Teknik Budidaya Bioflok Menggunakan Mikrokontroler Arduino
UNO R3. Jurnal Teknik dan Sistem Komputer, 1(2), 34–39.
https://doi.org/10.33365/jtikom.v1i2.12
Zakiya, G., Ansyari, P., Akuakultur, P. S., Mangkurat, U. L., & Selatan, K. (n.d.).
( Oreochromis niloticus ) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM
RESIRKULASI VARIATION OF DENSITY ON THE GROWTH OF TILAPIA
( Oreochromis niloticus ) SEEDS IN THE AQUACULTURE WITH
RECIRCULATION SYSTEM. 42–49.
31