Anda di halaman 1dari 24

Titrasi Iodatometri

By. DEDI NOFIANDI, M.Farm, Apt


Pengertian
 Titrasi iodatometri adalah titrasi langsung yang
menggunakan Kalium Iodat (KIO3) sebagai pentiter.
 Larutan KIO3 termasuk ke dalam Larutan Baku primer.
Jalannya reaksi tergantung pada:
 Suasana titrasi
 Sifat zat yang dititrasi
Suasana titrasi
 Suasana asam lemah : terbentuk I₂ sebagai hasil akhir
 I₂ yang terbentuk akan bereaksi dengan larutan Na. Tio
dan bereaksi dengan Amilum (warna Biru)
 Larutan KIO3 biasa digunakan untuk pembakuan Na.Tio
Lanjutan…
 Reaksi yang terjadi :
IO₃⁻ + I⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O
I₂ + 2 S₂O₃ → 2 I⁻ + S₄O₆⁻² ( reaksi pada iodometri)
 Suasana asam kuat (HCl berlebih)
IO₃⁻ + 6 H⁺ + 6 e→ I⁻ + 3 H₂O
IO₃⁻ + 5 I⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O
IO₃⁻ + 2 I₂ + 6 H⁺ → 5 I⁺ + 3 H₂O
———————————————
15 IO₃⁻ + 90 H⁺ + 6 e→ 15I⁻ + 45 H₂O
IO₃⁻ + 6 H⁺ + 4 e→ I⁺ + 3 H₂O
I⁺ + Cl⁻ → ICl
ICl + Cl⁻ → ICl₂⁻
Lanjutan…
 Jadi mula-mula terbentuk I⁻ dengan IO₃⁻ lagi terbentuk I₂.
I₂ ini dioksidasi oleh IO₃⁻ yang berlebih menjadi I⁺ dengan
Cl⁻ membentuk ICl yang tak berwarna karena membentuk
ion kompleks dengan Cl⁻.
Sifat zat yang dititrasi
 Pada titrasi dengan KIO₃ umumnya terbentuk I₂, tapi jika
zat yang dititrasi merupakan reduktor yang sangat kuat
maka I₂ yang terbentuk direduksi terus menjadi Iodida (I⁻)
Indikator
 Indikator dalam suasana asam lemah biasa di gunakan
amylum
 Tapi jika dalam asam kuat maka amylum akan terhidrolisa
(tidak memberikan warna biru).
 Maka digunakan pelarut organik yang tak tercampur
dengan air akan memberikan warna violet tua dengan I₂
bebas (dasar hukum distribusi). Pelarut tersebut adalah
CCl₄ atau CHCl₃
Keunggulan indikator pelarut organik
 Dapat dipakai untuk larutan yang sangat encer, dimana
jika digunakan indikator amilum akan terjadi pergeseran
titik akhir yaitu sudah terlihat sebelum titik akhir tercapai.
 Dapat digunakan untuk larutan asam kuat, dimana dengan
amilum akan terhidrolisa.
 Dapat untuk titrasi dimana reaksi antara I₂ dengan zat
yang dititrasi relatif lambat. Jika digunakan amilum maka
memberikan warna biru yang cepat sekali sehingga tak
dapat digunakan sebagai indikator dalam.
Kelemahan…
 Titrasi harus dalam erlemeyer tertutup gelas
 Harus dikocok kuat-kuat sambil ditutup setiap sesudah
penambahan titer terutama dekat titik akhir. Jika
pengocokan kurang kuat dan tidak dimulai sejak jauh titik
akhir maka hasilnya akan terlalu besar
 Setelah pengocokan harus didiamkan sebentar untuk
pemisahan 2 fasa cair (untuk melihat warna dari fasa
organik)
 Titrasi butuh waktu lama
 Harganya mahal dibandingkan amilum
Oksidasi reduksi dengan kalium iodat
 Larutan kalium iodat dibuat dengan melarutkan sejumlah
tertentu kalium iodat dalam air secukupnya.
 Kalium iodat dapat diperoleh dalam keadaan murni dan
stabil sehingga tidak perlu dibakukan kembali
 Larutan baku kalium iodat tidak menggunakan normalitas
akan tetapi molaritas karena normalitasnya dapat
bermacam-macam menurut reaksinya.
Lanjutan…
 Dalam hal ini maka reduksi kalium iodat menjadi iodida
tidak bisa seragam sebagaimana kalium bromat.
IO₃⁻ + 6 H⁺ + 6e → I⁻ + 3H₂O (I)
 maka 1 mol kalium iodat setara dengan 6 elektron
akibatnya valensinya adalah 6 sehingga 0,05 M sama
dengan 0,3 N.
 Akan tetapi jika digunakan kelebihan kalium iodat maka
yang terjadi pada reaksi (I) akan terbentuk iodium.
Lanjutan…
 Sehingga kelebihan iodat dan iodium ditetapkan secara
iodometri
2IO₃⁻ + 12H⁺ + 10 e → I₂ + 6H₂O (II)
 Pada reaksi (II) ini maka 2 mol iodat setara dengan 10
elektron sehingga valensinya 5 akibatnya larutan 0,05 M
setara dengan 0,25 N.
Lanjutan…
 Dengan beberapa persyaratan maka hasil reduksi iodat
menjadi iodida dan iodium (reaksi I dan II) dapat diubah
menjadi I⁺ secara kuantitatif.
 Pada penggunaannya dalam titrasi pengubahan menjadi I⁺
dilakukan dengan memberikan konsentrasi HCl yang tinggi.
 Iodium yang mula-mula terbentuk dari kalium iodat
mengalami solvalisis dalam pelarut polar, Reaksi:
I₂ → I⁺ + I⁻
 Dengan adanya konsentrasi HCl yang cukup maka kation
iodium membentuk iodomonoklorida yang kemudian
terjadi stabilisasi dengan membentuk ion kompleks, reaksi:
I⁺ + HCl → ICl + H⁺
Cl + HCl → ICl₂⁻ + H⁺
—————————
I⁺ + 2HCl→ ICl₂⁻ + 2H⁺

 Pembentukan iodo monoklorida inilah yang digunakan dalam


penetapan kadar beberapa zat-zat reduktor
 Pada cara ini maka reaksi reduksinya berjalan sebagai berikut :
IO₃⁻ + 6H⁺ + 4e → I⁺ + 3H₂O
 pada reaksi ini maka 1 mol iodat setara dengan 4 elektron
sehingga valensinya adalah 4 akibatnya 0,05 M sama dengan 0,2
N
Lanjutan…
Cara melakukan titrasi iodatometri dengan indikator pelarut
organik:
1. Larutan zat + HCl pekat dalam erlemeyer tertutup gelas
+ 5 ml CCl4 /CHCl3
2. Dinginkan sampai suhu kamar
3. Titrasi dengan larutan KIO3 dari buret sampai larutan
yang asalnya menjadi coklat muda karena pembentukan
I₂ bebas. Tutup dan kocok kuat-kuat setelah setiap
penambahan larutan titer sampai pelarut organik
berwarna violet.
4. Tambah larutan titer sedikit-sedikit
Lanjutan…
5. Kocok kuat-kuat setelah penambahan larutan titer sampai pelarut
organik menjadi violet muda
6. Tambahkan larutan titer tetes demi tetes, kocok kuat-kuat sampai
warna ungu hilang.
7. Diamkan lima menit dan bila timbul warna ungu muda maka titrasi
dilanjutkan lagi sampai tak berwarna.
Reaksi yang terjadi :
5 I⁻ + IO₃⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O (x2)
2I₂ + IO₃⁻ + 6 H⁺ → 5 I⁺ + 3 H₂O (x3)
I⁺ + Cl⁻ → ICl (x15)
————————————————————
10 I⁻ + 5 IO₃⁻ + 15 Cl⁻ + 30 H⁺ → 15 ICl + 15 H₂O
2 I⁻ + IO₃⁻ + 3Cl⁻ + 6 H⁺ → 3ICl + 3H₂O
Kebaikan titrasi cara iodatometri :
 tidak perlu dilakukan pembakuan karena larutan KIO₃
termasuk baku primer ( kemurniannya 99,9%, dapat
dikeringkan pada suhu 110 ⁰C dan larutannya stabil dalam
air)
 KIO₃ Oksidator kuat dengan potensial oksidasi yang
tinggi +1,19 Volt maka:
1. Banyak sekali zat-zat yang dapat dioksidasi secara
kuantitatif
2. Reaksi oksidasi berjalan cepat
Pembuatan Larutan Baku KIO₃ 0,05 M
 Larutkan 10,70 gram kalium iodat yang sebelumnya telah
dikeringkan pada suhu 110 ⁰C sampai bobot tetap dalam
air hingga 1000 ml (labu ukur).
Penggunaan Larutan Baku KIO₃
a. Penetapan kadar KI (menurut USP XVI)
Caranya : larutkan 500 mg KI yang baru dikeringkan
pada suhu 105 ⁰C selama 4 jam dalam 10 ml air + 35
ml HCl pekat + 5 ml Kloroform, titrasi dengan larutan
baku kalium iodat 0,05 M sampai warna ungu pada
lapisan kloroform hilang menetap.
reaksi :
2 KI + KIO₃ + 6 HCl → 3 ICI + 3 KCl + 3H₂O
BM KI = 166
tiap 1 ml 0,05 M KIO₃ sama dengan 16,6 mg KI
NB = KI dalam bentuk larutan langsung dipipet
Lanjutan…
 KI tidak dapat dititrasi secara iodometri karena :
IO₃⁻ + I⁻ + H⁺ → I₂
S₂O₃ + I₂ → S₄O₆⁻² + I⁻
(terjadinya I⁻ lagi maka hasil samping ikut tertitrasi)
Lanjutan…
b. Vitamin C (FI Ed I jilid I dan BP 1968)
170 mg zat ditimbang teliti masukkan dalam erlenmeyer
tertutup gelas, larutkan dalam 10 ml air + 10 ml HCl
pekat, dinginkan + 47 ml KIO₃ dari buret sambil tetap
digoyang-goyang, dinginkan + 5 ml CHCl₃ lalu tutup kocok
kuat-kuat teruskan titrasi pelan-pelan dengan KIO₃ 0,01
M sambil dikocok kuat sampai warna ungu dari kloroform
tepat hilang.

1 ml KIO₃ 0,01 M = 0,003523 g vit C


Lanjutan…
 Pharmacopea is Rusia
larutkan 0,5 gram vit C dalam labu ukur 50 ml dengan air
ad tanda batas dan kocok, pipet 10 ml + 1 ml HCl 2 N + 2
ml larutan kanji 0,5% kemudian titrasi dengan KIO₃ 0,1 N
sampai warna biru.

1 ml KIO₃ 0,1 N = 0,008806 g vit C

 Farmakope indonesia edisi II dan farmakope nederland


edisi VI 1958 penetapan kadar vitamin C secara
iodometri.

Anda mungkin juga menyukai