Pengertian Titrasi iodatometri adalah titrasi langsung yang menggunakan Kalium Iodat (KIO3) sebagai pentiter. Larutan KIO3 termasuk ke dalam Larutan Baku primer. Jalannya reaksi tergantung pada: Suasana titrasi Sifat zat yang dititrasi Suasana titrasi Suasana asam lemah : terbentuk I₂ sebagai hasil akhir I₂ yang terbentuk akan bereaksi dengan larutan Na. Tio dan bereaksi dengan Amilum (warna Biru) Larutan KIO3 biasa digunakan untuk pembakuan Na.Tio Lanjutan… Reaksi yang terjadi : IO₃⁻ + I⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O I₂ + 2 S₂O₃ → 2 I⁻ + S₄O₆⁻² ( reaksi pada iodometri) Suasana asam kuat (HCl berlebih) IO₃⁻ + 6 H⁺ + 6 e→ I⁻ + 3 H₂O IO₃⁻ + 5 I⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O IO₃⁻ + 2 I₂ + 6 H⁺ → 5 I⁺ + 3 H₂O ——————————————— 15 IO₃⁻ + 90 H⁺ + 6 e→ 15I⁻ + 45 H₂O IO₃⁻ + 6 H⁺ + 4 e→ I⁺ + 3 H₂O I⁺ + Cl⁻ → ICl ICl + Cl⁻ → ICl₂⁻ Lanjutan… Jadi mula-mula terbentuk I⁻ dengan IO₃⁻ lagi terbentuk I₂. I₂ ini dioksidasi oleh IO₃⁻ yang berlebih menjadi I⁺ dengan Cl⁻ membentuk ICl yang tak berwarna karena membentuk ion kompleks dengan Cl⁻. Sifat zat yang dititrasi Pada titrasi dengan KIO₃ umumnya terbentuk I₂, tapi jika zat yang dititrasi merupakan reduktor yang sangat kuat maka I₂ yang terbentuk direduksi terus menjadi Iodida (I⁻) Indikator Indikator dalam suasana asam lemah biasa di gunakan amylum Tapi jika dalam asam kuat maka amylum akan terhidrolisa (tidak memberikan warna biru). Maka digunakan pelarut organik yang tak tercampur dengan air akan memberikan warna violet tua dengan I₂ bebas (dasar hukum distribusi). Pelarut tersebut adalah CCl₄ atau CHCl₃ Keunggulan indikator pelarut organik Dapat dipakai untuk larutan yang sangat encer, dimana jika digunakan indikator amilum akan terjadi pergeseran titik akhir yaitu sudah terlihat sebelum titik akhir tercapai. Dapat digunakan untuk larutan asam kuat, dimana dengan amilum akan terhidrolisa. Dapat untuk titrasi dimana reaksi antara I₂ dengan zat yang dititrasi relatif lambat. Jika digunakan amilum maka memberikan warna biru yang cepat sekali sehingga tak dapat digunakan sebagai indikator dalam. Kelemahan… Titrasi harus dalam erlemeyer tertutup gelas Harus dikocok kuat-kuat sambil ditutup setiap sesudah penambahan titer terutama dekat titik akhir. Jika pengocokan kurang kuat dan tidak dimulai sejak jauh titik akhir maka hasilnya akan terlalu besar Setelah pengocokan harus didiamkan sebentar untuk pemisahan 2 fasa cair (untuk melihat warna dari fasa organik) Titrasi butuh waktu lama Harganya mahal dibandingkan amilum Oksidasi reduksi dengan kalium iodat Larutan kalium iodat dibuat dengan melarutkan sejumlah tertentu kalium iodat dalam air secukupnya. Kalium iodat dapat diperoleh dalam keadaan murni dan stabil sehingga tidak perlu dibakukan kembali Larutan baku kalium iodat tidak menggunakan normalitas akan tetapi molaritas karena normalitasnya dapat bermacam-macam menurut reaksinya. Lanjutan… Dalam hal ini maka reduksi kalium iodat menjadi iodida tidak bisa seragam sebagaimana kalium bromat. IO₃⁻ + 6 H⁺ + 6e → I⁻ + 3H₂O (I) maka 1 mol kalium iodat setara dengan 6 elektron akibatnya valensinya adalah 6 sehingga 0,05 M sama dengan 0,3 N. Akan tetapi jika digunakan kelebihan kalium iodat maka yang terjadi pada reaksi (I) akan terbentuk iodium. Lanjutan… Sehingga kelebihan iodat dan iodium ditetapkan secara iodometri 2IO₃⁻ + 12H⁺ + 10 e → I₂ + 6H₂O (II) Pada reaksi (II) ini maka 2 mol iodat setara dengan 10 elektron sehingga valensinya 5 akibatnya larutan 0,05 M setara dengan 0,25 N. Lanjutan… Dengan beberapa persyaratan maka hasil reduksi iodat menjadi iodida dan iodium (reaksi I dan II) dapat diubah menjadi I⁺ secara kuantitatif. Pada penggunaannya dalam titrasi pengubahan menjadi I⁺ dilakukan dengan memberikan konsentrasi HCl yang tinggi. Iodium yang mula-mula terbentuk dari kalium iodat mengalami solvalisis dalam pelarut polar, Reaksi: I₂ → I⁺ + I⁻ Dengan adanya konsentrasi HCl yang cukup maka kation iodium membentuk iodomonoklorida yang kemudian terjadi stabilisasi dengan membentuk ion kompleks, reaksi: I⁺ + HCl → ICl + H⁺ Cl + HCl → ICl₂⁻ + H⁺ ————————— I⁺ + 2HCl→ ICl₂⁻ + 2H⁺
Pembentukan iodo monoklorida inilah yang digunakan dalam
penetapan kadar beberapa zat-zat reduktor Pada cara ini maka reaksi reduksinya berjalan sebagai berikut : IO₃⁻ + 6H⁺ + 4e → I⁺ + 3H₂O pada reaksi ini maka 1 mol iodat setara dengan 4 elektron sehingga valensinya adalah 4 akibatnya 0,05 M sama dengan 0,2 N Lanjutan… Cara melakukan titrasi iodatometri dengan indikator pelarut organik: 1. Larutan zat + HCl pekat dalam erlemeyer tertutup gelas + 5 ml CCl4 /CHCl3 2. Dinginkan sampai suhu kamar 3. Titrasi dengan larutan KIO3 dari buret sampai larutan yang asalnya menjadi coklat muda karena pembentukan I₂ bebas. Tutup dan kocok kuat-kuat setelah setiap penambahan larutan titer sampai pelarut organik berwarna violet. 4. Tambah larutan titer sedikit-sedikit Lanjutan… 5. Kocok kuat-kuat setelah penambahan larutan titer sampai pelarut organik menjadi violet muda 6. Tambahkan larutan titer tetes demi tetes, kocok kuat-kuat sampai warna ungu hilang. 7. Diamkan lima menit dan bila timbul warna ungu muda maka titrasi dilanjutkan lagi sampai tak berwarna. Reaksi yang terjadi : 5 I⁻ + IO₃⁻ + 6 H⁺ → 3 I₂ + 3 H₂O (x2) 2I₂ + IO₃⁻ + 6 H⁺ → 5 I⁺ + 3 H₂O (x3) I⁺ + Cl⁻ → ICl (x15) ———————————————————— 10 I⁻ + 5 IO₃⁻ + 15 Cl⁻ + 30 H⁺ → 15 ICl + 15 H₂O 2 I⁻ + IO₃⁻ + 3Cl⁻ + 6 H⁺ → 3ICl + 3H₂O Kebaikan titrasi cara iodatometri : tidak perlu dilakukan pembakuan karena larutan KIO₃ termasuk baku primer ( kemurniannya 99,9%, dapat dikeringkan pada suhu 110 ⁰C dan larutannya stabil dalam air) KIO₃ Oksidator kuat dengan potensial oksidasi yang tinggi +1,19 Volt maka: 1. Banyak sekali zat-zat yang dapat dioksidasi secara kuantitatif 2. Reaksi oksidasi berjalan cepat Pembuatan Larutan Baku KIO₃ 0,05 M Larutkan 10,70 gram kalium iodat yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110 ⁰C sampai bobot tetap dalam air hingga 1000 ml (labu ukur). Penggunaan Larutan Baku KIO₃ a. Penetapan kadar KI (menurut USP XVI) Caranya : larutkan 500 mg KI yang baru dikeringkan pada suhu 105 ⁰C selama 4 jam dalam 10 ml air + 35 ml HCl pekat + 5 ml Kloroform, titrasi dengan larutan baku kalium iodat 0,05 M sampai warna ungu pada lapisan kloroform hilang menetap. reaksi : 2 KI + KIO₃ + 6 HCl → 3 ICI + 3 KCl + 3H₂O BM KI = 166 tiap 1 ml 0,05 M KIO₃ sama dengan 16,6 mg KI NB = KI dalam bentuk larutan langsung dipipet Lanjutan… KI tidak dapat dititrasi secara iodometri karena : IO₃⁻ + I⁻ + H⁺ → I₂ S₂O₃ + I₂ → S₄O₆⁻² + I⁻ (terjadinya I⁻ lagi maka hasil samping ikut tertitrasi) Lanjutan… b. Vitamin C (FI Ed I jilid I dan BP 1968) 170 mg zat ditimbang teliti masukkan dalam erlenmeyer tertutup gelas, larutkan dalam 10 ml air + 10 ml HCl pekat, dinginkan + 47 ml KIO₃ dari buret sambil tetap digoyang-goyang, dinginkan + 5 ml CHCl₃ lalu tutup kocok kuat-kuat teruskan titrasi pelan-pelan dengan KIO₃ 0,01 M sambil dikocok kuat sampai warna ungu dari kloroform tepat hilang.
1 ml KIO₃ 0,01 M = 0,003523 g vit C
Lanjutan… Pharmacopea is Rusia larutkan 0,5 gram vit C dalam labu ukur 50 ml dengan air ad tanda batas dan kocok, pipet 10 ml + 1 ml HCl 2 N + 2 ml larutan kanji 0,5% kemudian titrasi dengan KIO₃ 0,1 N sampai warna biru.
1 ml KIO₃ 0,1 N = 0,008806 g vit C
Farmakope indonesia edisi II dan farmakope nederland
edisi VI 1958 penetapan kadar vitamin C secara iodometri.