• Auto-oksidasi
1.
• Foto-oksidasi
2.
Auto-oksidasi
Antioksidan Primer
berfungsi untuk mencegah pembentukan
radikal bebas baru dengan memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk
yang lebih stabil
Contoh : enzim superoksida dimustase (SOD),
katalase, dan glutation dimustase.
Antioksidan sekunder
• berfungsi menangkap senyawa radikal serta
mencegah terjadinya reaksi berantai
• Contoh : antioksidan sekunder diantaranya yaitu
vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
Antioksidan Tersier
• berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan
jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas.
• Contoh : enzim yang memperbaiki DNA pada inti
sel adalah metionin sulfoksida reduktase.
•
•
SINTESIS DIALDEHID ALGINAT MELALUI REAKSI
OKSIDASI NATRIUM ALGINAT
DENGAN NATRIUM METAPERIODAT
ABSTRAK
Sintesis dialdehid alginat telah dilakukan dengan reaksi
oksidasi natrium alginat dengan natrium metaperiodate
(rasio mol 1: 1). Pembentukan dialdehid alginat sebagai
hasil dari oksidasi dikarakterisasi dengan FTIR spektroskopi
dengan puncak penyerapan pada 1627,92 cm-1, yang
merupakan peregangan getaran C = O kelompok fungsional
dari gugus aldehida yang dihasilkan dari proses oksidasi
gugus -OH, puncak penyerapan berubah panjang
gelombang dan intensitas lebih tajam dibandingkan dengan
natrium alginat awal. Selain itu, pita C-O-C (eter siklik) pada
1033 cm-1 berkurang sebagai akibat dari pembelahan
rantai. Puncak serapan yang muncul pada 794,67 cm-1 dan
732,95 cm-1 termasuk dalam ikatan CH yang berkontribusi
untuk memotong C-C lentur natrium alginat teroksidasi.
PENGOLAHAN LINDI DENGAN PROSES OKSIDASI LANJUT
BERBASIS OZON
Abstrak
Dampak negatif TPA adalah timbulnya lindi dengan karakteristik yang kompleks.
Pengolah lindi yang banyak digunakan di Indonesia adalah pengolahan biologi.
Tujuan penelitian ini untuk mencari efektivitas teknik oksidasi dengan O3 dan
oksidasi lanjut berupa O3/H2O2 0,6 gr/L, serta O3/UV. Sample lindi diambil dari
inlet instalasi pengolah lindi TPA Sarimukti dengan pengenceran 10 kali. Reaktor
dioperasikan selama 3 jam dengan interval per 30 menit. Hasil karakterisasi
sampel memperlihatkan bahwa lindi memiliki nilai BOD/COD 0,2. Nilai DHL pada
setiap perlakuan menunjukan tingkat penurunan 8-11%. Tingkat penurunan
terbesar yaitu pada proses O3/H2O2. Untuk penyisihan terhadap COD ketiga
variasi memberikan trend yang sama. Efisiensi penyisihan COD Tertinggi sebesar
28,9% adalah pada O3/H2O2. Peningkatan BOD untuk O3 dan O3/UV memberikan
hasil yang relatif sama sehingga disimpulkan bahwa proses yang dilakukan sudah
berhasil dalam meningkatkan biodegradibilitas lindi. Berdasarkan hasil konsentrasi
sisa ozon, pengukuran DHL dan penyisihan COD, maka disimpulkan bahwa variasi
O3/H2O2 memberikan hasil yang lebih baik. Penambahan H2O2dan pemaparan
sinar UV merupakan inisiator pada reaksi dekomposisi ozon sehingga terbentuk
oOH yang merupakan bahan dengan daya oksidasi terbesar dalam airsehingga
bisa meningkatkan proses oksidasi yang lebih baik.Karakteristik lindi yang
kompleks menyebabkan diperlukan penelitian yang lebih dalam terkait dengan
komposisi senyawa organik.
PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA SEBAGAI
BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM OKSALAT DENGAN
REAKSI OKSIDASI ASAM NITRAT
Abstrak
Pembuatan asam oksalat dari limbah sabut kelapa telah dilakukan. Pembuatan
asam oksalat ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : penyiapan
bahan baku berupa sabut kelapa kering, pemotongan bentuk kasar, pemanasan
sabut kelapa dengan campuran HNO3, penyaringan sampel dan proses pencucian.
Variabel proses pada penelitin ini yaitu penggunaan temperature yang berbeda
untuk dua percobaan, waktu yang digunakan, dan penggunaan HNO3 dengan
ratio yang berbeda. Proses pemanasan dengan campuran HNO3 dengan variabel
temperatur 75oC dan 90oC. Kemudian dari masing-masing percobaan untuk
perlakuan pertama yaitu dengan ratio HNO3 dan dengan pengaruh waktu reaksi
45 menit, 60 menit 80 menit, 100 menit, dan 120 menit terhadap produk yang
dihasilkan lalu untuk perlakuan yang kedua adalah dengan menggunakan waktu
optimum yang telah didapat dari perlakuan pertama dengan variable ratio HNO3
yaitu 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Setelah produk didapat kemudian dicampur
ditambahkan CaCl3 kemudian ditambahkan H2SO4 pekat 2 N berlebih lalu dicuci
dengan air panas lalu didapatkan asam oksalat. Hasil yang didapatkan pada
temperatur 90oC lebih sedikit daripada temperatur 75oC. Hal ini membuktikan
bahwa waktu reaksi berpengaruh.
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT
KUMUR EKSTRAK BUNGA DELIMA MERAH (Punica
granatum L) TERHADAP OKSIDASI
Abstrak
Obat kumur memiliki efek samping yang bisa merusak jaringan rongga mulut.
Salah satu pilihan untuk mengurangi efek samping tersebut adalah dengan
menggunakan tanaman obat yaitu delima merah (Punica granatum L.). Namun
efektivitas sediaan obat kumur ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang
dapat menyebabkan oksidasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
waktu penyimpanan sediaan obat kumur ekstrak bunga delima merah (Punica
granatum L.) terhadap proses oksidasi. Penelitian ini bersifat eksperimental
laboratorium murni dengan rancangan posttest only control group desain.
Formulasi sediaan obat kumur menggunakan bahan dasar esktrak bunga delima
merah (Punica granatum L.) 0,2% yang dikemas dalam botol kaca gelap yang
disimpan dalam climate chamber pada suhu 25ºC dan kelembaban 58%. Sampel
dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok tanpa penyimpanan, kelompok dengan
waktu penyimpanan 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Hasil rerata nilai
absorbansi kelompok tanpa penyimpanan, waktu penyimpanan 7 hari, 14 hari, 21
hari dan 28 hari mengalami peningkatan yakni secara berturut-turut 0,4154,
0,4168, 0,4172, 0,4238 dan 0,4258. Oksidasi dapat dilihat dari peningkatan nilai
absorbansi obat kumur. Pada uji one way ANOVA menunjukkan perbedaan yang
bermakna dengan nilai p=0,038 (p<0,05). Hasil uji Post Hoc obat kumur kelompok
obat kumur secara berturut-turut adalah 0,712; 0,635; 0,036; 0,011 (p<0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah waktu penyimpanan sediaan obat kumur
ekstrak bunga delima (Punica granatum L.) berpengaruh tidak signifikan terhadap
proses oksidasi selama waktu penyimpanan 14 hari.
UJI AKTIVITAS SENYAWA HASIL OKSIDASI
KARIOFILENA DENGAN KMnO4 TERHADAP
Candida Albicans
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan kariofilena
melalui reaksi oksidasi dengan KMnO4 dan untuk mengetahui perbedaan
aktivitas antijamur candida albicans antara kariofilena dengan senyawa
hasil oksidasi kariofilena. Candida albicans merupakan salah satu
organisme komensal yang bertindak sebagai flora normal pada tubuh
manusia, tetapi candida albicans dapat menyebabkan infeksi yang bersifat
menyeluruh dan berakibat fatal. Uji aktivitas senyawa hasil oksidasi
kariofilena terhadap jamur candida albicans dengan menggunakan
metode disc diffussion. Hasil penelitian menunjukkan: produk reaksi
oksidasi kariofilena dengan oksdator KMnO4 suasana asam diperkirakan
berupa senyawa kariolanol dengan konsentrasi sebesar 42,64%; senyawa
hasil oksidasi kariofilena (konsentrasi 5% b/v ;25% b/v; dan 75% b/v)
mempunyai aktivitas sebagai antijamur candida albicans lebih efektif
dibandingkan kariofilena; dan aktivitas jamur candida albicans dari
senyawa hasil oksidasi kariofilena yang paling efektif ditunjukkan oleh
konsentrasi uji 75% b/v dengan diameter hambatan rata-rata sebesar
17,33 mm
Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat
dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta
Tanpa Medium
Abstrak
Kinetika reaksi oksidasi asam miristat, asam oleat dan asam
stearat dalam medium minyak kelapa dan kelapa sawit telah
dipelajari dengan mengukur pengurangan luas kromatogram
asam lemak dengan kromatografi gas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa reaksi oksidasi asam miristat, asam
oleat dan asam stearat mengikuti reaksi orde-1. Hasil
penentuan energi aktivasi menunjukkan bahwa energi
aktivasi asam oleat lebih kecil dibanding asam miristat dan
asam stearat dalam minyak kelapa , minyak kelapa sawit
maupun tanpa medium. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa asam oleat lebih cepat teroksidasi dibanding asam
stearat dan asam miristat.
Evaluasi daya hambat tablet effervescent Teh
Hijau pada oksidasi asam linoleat
Abstrak
Pengujian daya hambat tablet effervescent teh hijau
(TETH) pada oksidasi asam linoleat telah dilakukan.
TETH mempunyai daya hambat yang paling kuat
dibandingkan dengan BHA, BHT, α-tokoferol dan
TETH-C. Pada hari ke-10 inkubasi, TETH mampu
menghambat oksidasi asam linoleat sebesar 50,64%
diikuti TETH-C, α-tokoferol, BHT dan BHA masing-
masing sebesar 33,83%; 33,40%; 29,51% dan
26,39%. Dengan kata lain TETH mempunyai daya
hambat 1,5 kali lebih besar dibandingTETH-C dan α-
tokoferol, atau 1,7 dan 1,9 kali lebih besar dibanding
BHT dan BHA.
Aktivitas Antioksidan Isoflavon Aglikon dari Tempe terhadap
Oksidasi Minyak Kedelai
ABSTRAK
Kerusakan makanan sering disebabkan oleh oksidasi lipid, tidak termasuk
pembusukan bakteri dan enzimatik. Produk akhir dari oksidasi lipid, seperti
aldehida, keton, dan alkohol bertanggung jawab atas rasa tidak enak dan bau tak
sedap di makanan. Oksidasi lipid dapat dihambat oleh antioksidan. Antioksidan,
aglycone isoflavon diperoleh dari tempe kedelai, ditambahkan ke minyak kedelai
dan dioksidasi dalam tabung reaksi pada 170 ° C selama 30 menit. Oksidasi dari
minyak kedelai diukur menggunakan tes thiobarbituric acid (TBA). Hasilnya, asam
thiobarbituric disebut reaktif nilai zat (TBARS), dinyatakan sebagai μmol / L dan
dibandingkan dengan antioksidan sintetik, tetapi diphilasi hidroxytoluene (BHT)
pada konsentrasi yang sama. Minyak kedelai teroksidasi tanpa antioksidan
memiliki TBARS nilai 327,32 ± 20,31 μmol / L. Penambahan antioksidan
menunjukkan penurunan nilai TBARS setelah peningkatan konsentrasi untuk
keduanya. Nilai TBARS minyak kedelai teroksidasi ditambahkan dengan isoflavon
aglikon untuk konsentrasi hingga 300 ppm lebih besar daripada bila ditambahkan
dengan BHT, masing-masing 55,40 ± 2,77 μmol / L dan 45,20 ± 2,63 μmol / L.
Namun, pada konsentrasi 400 ppm, nilai TBARS dari minyak kedelai teroksidasi
ditambahkan aglikon isoflavon dan ditambah dengan BHT tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
Penggunaan Differential Thermal Analysis (DTA) Pada
Penentuan Aktivitas Dan Reaktivitas Katalis Fe2O3, Co3O4,
NiO, CuO, dan LaMO3 (M=Fe, Co, dan Ni) Untuk Oksidasi
CO Menjadi CO2
Abstrak
Aktivitas katalis Fe2O3, Co3O4, NiO, CuO, dan LaMO3
(M=Fe, Co, dan Ni) telah ditentukan dengan alat DTA.
Laju kenaikan suhu di set pada 25oC/menit dalam
atmosfir campuran gas pereaksi dengan komposisi
40% CO, 40% N2 dan 20% O2. Hasil analisis
menunjukkan bahwa aktivitas katalis mengikuti urutan
Co3O4 > CuO > Fe2O3 > NiO > LaCoO3 > LaFeO3 > LaNiO3.
Selain aktivitas katalis, dengan cara ini dapat
ditentukan pula suhu mulai terjadinya reaksi oksidasi
yang menunjukkan reaktivitas dari katalis. Urutan
reaktivitas katalis mulai dari yang tertinggi adalah
Co3O4 > CuO > NiO > Fe2O3 > LaCoO3 > LaNiO3 > LaFeO3.