Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bromometri

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan Reaksi


Redoks (reduksi-oksidasi) dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan
menambahkan bromine berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan titrasi
secara langsung karena proses titrasi berjalan cepat.
Bromometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi
oksidasi dari ion bromat (BrO3-).

BrO3- + 6 H+ + 6 e- Br- + 3 H2O

Dari persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen sama sengan
1/6 gram molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karena kepekatan ion H+
berpengaruh terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.
Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator yang kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak
cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas
dan dalam lingkungan asam kuat.

BrO3- + 6 H+ + 5 Br- 3Br2 + 3 H2O

Seperti yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion
bromide selama titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan
menyebabkan ion bromine bereaksi dengan ion bromat. Bromine yang dilepaskan
akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat. Warna ini sangat lemah sehingga
tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine yang dilepaskan tidak stabil
karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap. Karena itu
penetapan harus dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai
harus ditutup.
Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine dalam lingkungan asam
berjalan cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung, dimana titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan munculnya warna bromine dalam larutan. Tetapi jika reaksi
antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan lambat, maka dilakukan titrasi
secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan bromine yang berlebih dan
bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri dengan dititrasi dengan
natrium tiosulfat baku.
Dengan terbentuknya brom, titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan
terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi supaya warna ini menjadi jelas maka
perlu ditambah indikator seperti jingga metal, merah, fiuchsin, dan lain-lain.
Reagen dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai sebuah oksidasi
langsung untuk agen-agen pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah
bromin yang kuantitasnya diketahui. Sejumlah agen pereduksi pada titrasi
langsung metode bromometri seperti arsenik, besi (II) dan sulfida serta disulfida
organik tertentu dapat dititrasi secara langsung dengan sebuah larutan kalium
bromat. Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir
titrasi, beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk
memberikan perubahan warna. Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan
kita harus hati-hati agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik.
Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium
bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas
yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi
secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromine berlebih hadir dalam kasus-
kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari
jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat
kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawa
organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.
Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga
reaksi adisi.
2.2 Prinsip Bromometri
Titrasi bromometri adalah titrasi berdasarkan reaksi substitusi elektrofilik
antara senyawa aromatis yang mengandung substituen gugus pengaktifasi dan
pengarah orto-para (gugus amin dan hidroksi) dengan pentiter atau reaksi adisi antara
senyawa tak jenuh dengan bromin. Bila reaksi cepat/spontan dapat dititrasi langsung.
Bila reaksi lambat, maka dilakukan titrasi tidak langsung, dimana zat dibiarkan
bereaksi sempurna dengan bromin yang diberi berlebih (15-30 menit). Kelebihan
bromin direaksikan dengan KI dan iodium yang dibebaskan dititrasi dengan natrium
tiosulfat memakai indikator amilum (titrasi iodometri).

2.3 Indikator Bromometri

Indikator Titrasi Awal Titrasi Akhir

Metil Orange Merah Kuning

Metil Red Pink Tak Berwarna (bening)

Bordeaux Merah Tua Tak Berwarna (bening)

Fuchsin Merah Kuning Tak Berwarna (bening)

Quinolin Yellow Kuning Tak Berwarna (bening)

Amylum Biru Tak Berwarna (bening)

Naftol Biru Hitam


2.4 Tipe-tipe reaksi yang terjadi dalam bromometri dan bromatometri
2.4.1. Reaksi Subtitusi
 Untuk senyawa fenol dan turunanya
 Untuk senyawa amin aromatis dan turunannya

2.4.2. Reaksi Adisi


 Terjadi pada senyawa obat yang mengandung gugus tidak jenuh
(titrasi langsung).
Br

─C─C═C─C─ + Br2 ↔ ─C ─C ─C ─C ─

Br

2.4.3. Reaksi Oksidasi


 Terjadi pada senyawa obat dengan gugus fungsi yang mudah
dioksidasi, misalnya Vitamin C, Isoniazid.
2.5 Penetapan Kadar Fenobarbital
2.5.1. Uraian Bahan
1. Fenobarbital (FI edisi III hal. 481)
 Nama resmi : PHENOBARBITALUM
 Nama lain : Luminal, Fenobarbita
 Nama kimia : asam-5-etil-5 fenilbarbiturat
 RM/BM : C12H12N2O3/232,2 g/mol
 Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak
berbau, rasa agak pahit
 Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; agak
sukar larut dalam kloroform; larut
dalam etanol.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Kegunaan : Sebagai sampel.

2. Iodium (FI edisi IIII hal.316)


 Nama resmi : IODUM
 Nama lain : Iodium
 RM/BM : I/126,91g/mol
 Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat
seperti logam;hitam kelabu; bau khas.
 Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 300 bagian
air, dalam 13 bagian etanol (95 %) P.
dalam lebih kurang 80 bagian gliserol
P dan dalam lebih kurang 7 bagian
karbondisulfida P ; larut dalam
kloroform P dan dalam
karbontetraklorida P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. H2SO4( FI edisi III hal.58).
 Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
 Nama lain : Asam sulfat
 RM/BM : H2SO4/98,07 g/mol
 Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif;
tidak berwarna; jika ditambahkan
kedalam air menimbulkan panas.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
 Kegunaan : Sebagai penetral kelebihan basa.

4. Na2S2O3
 Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
 Nama lain : Natrium tiosulfat
 RM/BM : Na2S2O3/248,17 g/mol
 Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau s
serbuk hablur kasar. Dalam udara
lembab meleleh basah. Dalam hampa
udara pada suhu diatas 330 merapuh.
 Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air; praktis
tidak larut dalam etanol (95%) P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
 Kegunaan : Sebagai pentitran.

5. Indikator Kanji (Dirjen POM, 1979)


 Nama resmi : Amylum Manihot
 Kelarutan : larut dalam air panas, membentuk atau
menghasilkan larutan agak keruh
 Pemerian : serbuk putih, hablur
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, di tempat
sejuk dan kering
 Kegunaan : sebagai indikator
6. KI (FI Edisi III hal.330)
 Nama resmi : KALII IODIDUM
 Nama lain : Kalium iodida
 RM/BM : KI/166,00 g/mol
 Pemerian : Hablur heksahedral ; transparan atau
tidak berwarna, opak dan putih; atau
serbuk butiran putih, higroskopik.
 Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih
mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam etanol (95%) P; mudah larut
dalam gliserol P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Kegunaan : Membantu melepaskan I2

7. Kloroform (FI edisi III hal.151)


 Nama resmi : CHLOROFORMUM
 Nama lain : Kloroform
 RM/BM : CHCl3/119,38 g/mol
 Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak
berwarna; bau khas; rasa manis dan
membakar.
 Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian
air; mudah larut dalam etanol mutlak
P, dalam eter P, dalam sebagian besar
pelarut organik, dalam minyak atsiri
dan dalam minyak lemak.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat
kaca.

8. KBrO3 (FI Edisi III hal. 687)


 Nama lain : Kalium bromat
 Pemerian : Serbuk hablur; putih.
 Kelarutan : Pada suhu 15,50 larut dalam 12,5
bagian air, dalam 2 bagian air
mendidih; sangat sukar dalam etanol
(95%)P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Kegunaan : Sebagai pereaksi pembentuk endapan
Br2-

9. KBr (FI edisi III hal. 328)


 Nama resmi : KALII BROMIDUM
 Nama lain : Kalium bromida
 RM/BM : Kbr/119,01 g/mol
 Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau
buram atau serbuk butir; tidak berbau;
rasa asin dan agak pahit.
 Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian
air dan dalam lebih kurang 200 bagian
etanol (90%) P.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Kegunaan : Sebagai pereaksi.

2.5.2. Alat dan Bahan


1. Alat 2. Bahan
a. Gelas arloji a. Tablet Fenobarital
b. Beaker gelas 100 ml b. Kloroform
c. Erlenmeyer 250 ml c. KbrO3
d. Batang pengaduk d. KBr
e. Buret 50 ml e. KI
f. Statif f. Iodium 0,1 N
g. Neraca digital g. H2SO4
h. Corong kaca h. Indikator Kanji 1%
i. Gelas ukur 50 ml i. Larutan Na2S2O3
j. Aluminium foil
k. Pipet ukur 25 ml
l. Mortir
m. Stamper
n. Ball pipet
o. Pipet tetes

2.5.3. Prosedur Kerja

Tablet Fenobarbital ditimbang sebanyak 250 mg yang setara


dengan 50 mg Fenobarbital

Dilarutkan dalam 5 ml Klorofom

Ditambahkan KBrO3 1 N sebanyak 10 ml

Tambahkan KBr sebanyak 1 gram

Ditambahkan 5 ml H2SO4 1 N

Ditambahkan KI 1 gram

Homogenkan

Diamkan ditempat gelap selama 15 menit.

Dititrasi dengan Na2S2O3 1 N hingga berwarna coklat.

Ditambahkan 3 tetes indikator kanji 1%.

Ditambahkan Iodium sampai berwarna biru hitam.

Titrasi kembali hingga berwarna bening.


2.5.4. Pembahasan
Tablet Fenobarbital yang telah dihaluskan dan ditimbang dimasukkan
kedalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 5 ml kloroform, fenobarbital
tidak larut dengan sempurna dalam klorofom, warna yang timbul akibat
pencampuran ini adalah larutan berwarna keruh.
Selanjutnya, sampel ditambahkan dengan 10 ml KBrO3. KBrO3 merupakan
oksidator kuat hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Penambahan
KBrO3 menyebabkan fenobarbital menjadi larut sempurna, tetapi larutan menjadi
berminyak dan tetap memiliki warna yang keruh. Selanjutnya ditambahkan dengan 1
gram KBr dan tidak terjadi perubahan warna pada larutan. Tujuan ditambahkannya
larutan KBrO3 dan KBr yaitu untuk membentuk Br2. Adanya kelebihan kalium
bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat,
dan bromin dibebaskan. Bromin di sini dibutuhkan untuk membromisasi fenobarbital
sehingga terbentuk tribromfenol.
Selanjutnya ditambahkan 5 mL H2SO4 dengan konsentrasi 1 N menjadi
warna oren kemerahan. Penambahan H2SO4 1 N yang merupakan asam pekat
bertujuan untuk mempercepat reaksi karena bromin optimal dalam suasana asam.
Selain itu penambahan H2SO4 dikarenakan proses titrasi dengan menggunakan titran
Na2S2O3 hanya boleh dilaksanakan dalam suasana asam atau hamper netral. Hal ini
kerana, ditakutkan ketika terjadi disproporsionasi iod menjadi hipoiodit dan iodida,
maka hipoiodit yang terbentuk akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga
dianggap penting dengan adanya H2SO4 untuk membuat suasana asam.
Kemudian ditambahkan 1 gram KI (Kalium Iodida) menjadi warna ungu tua,
kemudian dihomogenkan dan didiamkan ditempat gelap selama 15 menit dan warna
larutan menjadi merah kecoklatan. Penambahan KI bertujuan untuk mengubah brom
yang bereaksi dengan KI sehingga mengahasilkan iodium. Disimpan selama 15
menit di temapat yang gelap dimaksudkan untuk menghasilkan iod yang baik karena
iod mudah terpolarisasi oleh cahaya, sehingga nantinya tidak banyak iod yang
terionisasi.
Reaksi :
2KI + Br2- 2KBr + I2
Setelah itu, larutan sampel dititrasi dengan menggunakan titran yaitu
Na2S2O3 dengan konsentrasi 1 N. Diperlukan volume titran sebanyak 4 ml untuk
titrasi I dan 3 ml untuk titrasi II untuk merubah warna larutan menjadi coklat. Reaksi

I2 + 2Na2S2O3 2NaI + NO4S4O6

Selanjutnya tambahkan indikator kanji 1 % sebanyak 3 tetes dan beberapa


tetes iodium 0,1 N hingga larutan berwarna biru kehitaman. Setelah 30 tetes iodium
0,1 N dapat merubah warna larutan tersebut tetapi tidak menjadi warna biru
kehitaman melainkan berwarna coklat yang sangat pekat. Penambahan iod tersebut
bertujuan untuk menambahkan jumlah iod yang terkandung dalam larutan tersebut.
Selanjutnya dititrasi kembali dengan Na2S2O3 1 N untuk menentukan titik
akhir titrasi hingga warna larutan menjadi bening atau tidak berwarna.

2.6 Aplikasi Metode Bromometri Pada Jurnal


2.6.1. Jurnal 1
 Judul:
EVALUASI BROMOMETRI DERIVATIF ARTEMISININ DI
FARMASI BERDASARKAN REAKSI REDOX DAN
PEMBENTUKAN KOMPLEKS
 Alat:
Semua pengukuran spektral dilakukan menggunakan Heλ los β model
spektrofotometer Uv-vis dari Thermo Electron Corporation, USA.
 Bahan :
Semua reagen yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah kelas
analitik dengan umur simpan yang sangat baik. Semua solusi baru
disiapkan setiap hari.
1. Campuran Bromat-bromida : Untuk mendapatkan larutan
bromin 0,05 M, 0,274 g KBrO kering (Merck, Jerman) dan 1,3
g KBr (berlipat lima kali lipat) dilarutkan dalam air suling
yang cukup untuk menghasilkan 100 ml. solusi ini selanjutnya
diencerkan untuk mendapatkan 100 μg / ml untuk dua metode
spektrofotometri.
2. Asam klorida : Larutan 2 mol / L dari asam pekat (Merck,
Jerman, gravitasi spesifik 1,18) dibuat dengan mengencerkan
secara tepat dengan air suling.
3. Potassium iodide (2%) : Suatu larutan potassium iodide 2%
dibuat dengan melarutkan 2 g bahan kimia (Merck, Darmstadt
Germany) dalam air suling yang cukup untuk membuat 100 ml
dalam labu ukur 100 ml yang dikalibrasi.
4. Larutan terindikasi pati (1,0%) : 1 g pati (BDH, Inggris) dibuat
menjadi pasta dengan 10 ml air dan dengan pengadukan
konstan, air matang yang cukup ditambahkan untuk
menghasilkan 100 ml. Ini dibiarkan dingin sebelum
digunakan.
OBAT STANDAR
5. Dihydroartemisinin : Serbuk dihydroartemisinin murni
disediakan oleh Direktur Layanan Farmasi, Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Uyo dan digunakan saat diterima. 100
mg dilarutkan dalam 100 ml etanol absolut dan selanjutnya
diencerkan untuk mendapatkan 100 μg / ml menggunakan
etanol yang sama.
6. Artesunat : Bubuk artesunat murni diberikan oleh Direktur
Layanan Farmasi, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Uyo
sebagai hadiah dan digunakan sebagai hadiah. Jumlah yang
setara dengan 100 mg dilarutkan dalam air suling hingga 100
ml. Ini selanjutnya diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi
kerja 40 μg / ml.
 Cara Kerja
1. Metode A : Aliquot berbeda dari obat murni (0,25 - 5,0 ml)
yang mengandung 100 μg dihidroartemisinin secara akurat
diukur dan dipindahkan ke dalam labu ukur volumetrik 10 ml
yang dikalibrasi. Larutan obat dalam labu diencerkan sampai 5
ml menggunakan etanol absolut. Solusi yang dihasilkan
diasamkan menggunakan 1 ml 2 M HCl. Kemudian 2 ml
campuran bromat-bromida (100 μg / mi dalam KBrO3)
ditambahkan, dikocok dengan baik untuk dicampur dan
didiamkan selama 10 menit dalam lemari yang gelap.
Kemudian 1 ml larutan 50 μg / ml metil jeruk ditambahkan
dan dicampur dengan baik. Akhirnya isi dalam labu dibuat
sampai tanda 10 ml menggunakan etanol absolut. Absorbansi
kemudian diukur pada 520 nm terhadap reagen kosong yang
dibuat tepat tanpa obat. Untuk artesunat, metode yang sama
hanya digunakan bahwa 40 μg / ml artesunat digunakan dan
air suling digunakan sebagai pengganti etanol absolut.
Absorbansi diukur pada 525 nm.
2. Metode B : Alikuot dari larutan obat standar (DHA) (0,25 - 5,0
ml) diukur dan dipindahkan ke dalam serangkaian 10 ml labu
volumetrik yang dikalibrasi menggunakan mikro buret.
Volume dalam labu diatur hingga 5,0 ml dengan etanol absolut
dan diasamkan menggunakan 1 ml HCl 2 M. Kemudian 1 ml
campuran bromat-bromida (100 μg / mi dalam KBrO3)
ditambahkan dan dikocok hingga tercampur rata. Solusi yang
dihasilkan ditempatkan di lemari gelap. Pada saat kedaluwarsa
10 menit 2 ml 2% kalium iodida ditambahkan diikuti oleh
penambahan 1 ml indikator pati. Campuran yang dihasilkan
dalam labu dibuat sampai tanda 10 ml dan dikocok.
Absorbansi kromogen biru diukur pada 570 nm terhadap
reagen kosong yang disiapkan dengan tepat tetapi tanpa obat.
Untuk Artesunat - Metode yang sama diterapkan pada
artesunat kecuali air suling digunakan untuk pengenceran.
3. Metode untuk tablet: Dua puluh tablet masing-masing
dihydroartemisinin dan artesunat terpisah ditimbang dan
ditumbuk menggunakan mortar keramik dan alu. Sejumlah
bubuk setara dengan 100 mg adalah dipindahkan ke dalam
gelas kimia yang mengandung 20 ml etanol (dalam case DHA
dan 20 ml air suling dalam case seni). Campuran disonikasi
selama 20 menit kemudian 20 ml etanol absolut ditambahkan
dan dikocok dengan penuh semangat untuk mengekstrak obat.
Isi termos dibuat hingga tanda 100 ml, dikocok lebih lanjut
dan disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 41. 10
ml pertama filtrat dibuang. Solusi obat yang dihasilkan dengan
konsentrasi 1 μg/ ml diencerkan lebih lanjut untu mendapatkan
konsentrasi kerja 100 μg / ml dan 60 μg / ml untuk DHA dan
ART masing-masing. Dari sini alikuot yang cocok dianalisis
menggunakan metode yang diusulkan.
 Hasil dan Pembahasan
Banyak obat-obatan telah diuji berdasarkan penggunaan campuran
bromate-bromide oleh banyak pekerja. [25, 26] dihydroartemisinin
dan artesunat adalah turunan dari Molekul artemisinin berasal dari
tumbuhan Artemisia annua; yang aktivitas antimalaria terkait dengan
ikatan endoperoksida. Dalam reaksi ini, endoperoksida Ikatan dibelah
dalam kondisi asam. Dua oksigen pusat dalam bagian endoperoksida
dalam molekul adalah sebagai akibatnya hidrogen peroksida
dihasilkan di situ dengan aksi asam pada bromin-bromida campuran
Mekanisme kedua juga diusulkan di sini; dalam hal ini asam pekat
menyebabkan pembelahan gugus OH pada posisi 12 dari Molekul
DHA. Secara keseluruhan bromin aktif dihasilkan in situ adalah
kekuatan pendorong untuk redoks reaksi antara DHA atau ART dan
bromat-bromida campuran.
Pada metode 1, brom bebas aktif dihasilkan menghancurkan oksidator
(metil oranye) secara oksidatif. Tetap jumlah bromin aktif yang
dihasilkan dibuat untuk bereaksi dengan meningkatnya jumlah DHA
atau ART dalam asam kondisi. Ketika ini terjadi peningkatan secara
proporsional Jumlah oksidan (bromin) digunakan oleh obat (DHA
atau ART); mengarah ke penurunan bersamaan dalam bromin
(oksidan) tersedia untuk reaksi (oksidatif penghancuran) dengan
jumlah pewarna tetap (metil oranye). Sebagai hasil dari ini, ada
peningkatan yang bersamaan dalam absorbansi dari kromogen yang
terbentuk yaitu sebanding dengan konsentrasi obat. Dalam metode 2,
bromin bebas dan aktif dihasilkan di situ bereaksi dengan obat (DHA
atau ART). Sisa atau bromin yang tidak bereaksi menggantikan
iodium dari kalium iodida. Yodium yang dibebaskan membentuk pati
iodin biru kompleks yang menyerap pada 570 nm. Jumlah yodium
dibebaskan sebanding dengan konsentrasi obat. Absorbansi dari
kompleks iodin-pati yang terbentuk adalah sebanding dengan
konsentrasi obat. Itu stoikiometri reaksi adalah dalam perbandingan 1:
1: 1, [Bromin]: [Yodium]: konsentrasi [Obat].
Campuran Bromate-bromide - oksidan: Efek dari bromate dan
bromida pada sensitivitas redoks Reaksi dipelajari dan dioptimalkan
secara independen. Meskipun bromate adalah oksidan yang baik,
beberapa bromin dibebaskan untuk mendorong reaksi tetapi
penambahan bromida meningkatkan sensitivitas reaksi karena cukup
brom bebas dan aktif dibebaskan di situ untuk proses oksidatif
lengkap. Untuk kedua metode 1 dan 2, oksidasi obat dipercepat ketika
bromida ditambahkan dalam jumlah besar. Oksidasi DHA atau ART
membutuhkan 1,0 ml 100 μg dan ditemukan memadai untuk volume
reaksi 10 ml. Diamati bahwa campuran dalam rasio 1: 5 hingga 1:10
KBrO3: KBr adalah ditemukan paling cocok untuk generasi gratis dan
brom aktif untuk menggerakkan proses.
 Kesimpulan
Dua metode sederhana, yang dapat direproduksi, sensitif dan sangat
selektif telah dikembangkan untuk penentuan dihydroartemisinin dan
artesunat baik dalam formulasi massal maupun farmasi. Metode-
metode tersebut tidak memiliki prosedur ekstraktif yang lengkap dan
membosankan dengan pelarut organik yang dapat berbahaya bagi
analis dan lingkungan. Metode ini cukup fleksibel dan
direkomendasikan untuk digunakan di stasiun lapangan dan titik
masuk untuk memeriksa arus masuknya antimalaria artemisinin yang
tercemar dan di bawah standar yang saat ini diimpor secara masif ke
Afrika sub-Sahara.
2.6.2. Jurnal 2
 Judul :
Titrasi Bromometri Coulometrik Gratis dan Sianida Tertaut Koordinat

Anda mungkin juga menyukai