Anda di halaman 1dari 31

I.

Judul Percobaan :Titrasi pengomplekan dan aplikasi titrasi


pengomplekan.
II. Tujuan Percobaan :1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan
Na-EDTA.
2. menentukan kesadahan total air.
III. Tanggal Percobaan : 10 Desember 2015
IV. Waktu : 13.00 – 15.30 WIB
V. Dasar Teori
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titrant dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks.
Kompleks-kompleks yang akan dibahas dibentuk oleh reaksi suatu ion
logam suatu kation, dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam
dalam kompleks itu disebut atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom
pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan yang dibentuk oleh atom pusat disebut
bilangan koordinasi logam itu.
Ligan dapat berupa sebuah molekul netral atau sbuah ion bermuatan,
dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut, sampai tebrntuk
kompleks MLn. n adalah bilangan koordinasi dari ion logam, dan menyatakan
jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya. Ligan
dapat dengan baik diklasifikasikan asat dasar banyaknya titik lekat kepada
ion logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana seperti ion-ion halide atau
molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat
pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan-
pasangan electron menyendiri kepada logam.
Bila molekul atau iom ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-
masing mempunyai pasangan satu pasangan elektron menyendiri,maka
molekul itu mempunyai dua atom penyumbanga, dan memungkinkan untuk
membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama, ligan seperti
ini disebut ligan bidentat. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua
atom koordinasi per molekul. Sebelum ini, telah kita anggap bahwa sepsis-

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
spesisi yang kompleks itu tidak mengandung lebih dari stu ion logam, tetapi
pada kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks
yang mengandung dua ion logam, atau bahkan satu komplek polinuklir yang
mengandung lebih dari dua ion logam, dapat terbentuk.
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah
atom donor pasagan electron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat
atom O (dari OH). Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-
kadang hanya lima) bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan
membentuk lima lingkaran kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion
logam itu sedemikian rupa sehingga keenam atom donor terletak pada
puncak-puncak sebuah oktaeder (bidang delapan) dan inti terdapat di pusat
oktaeder.
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion
logam dengan EDTA, adalah:
1. Titrasi langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan
ditetapkan, dibufferkan samapi ke pH yang dikehendaki (misalnya,
sampai pH = 10 dengan NH 4+ larutan air NH3), dan titrasi langsung
dengan larutan EDTA standar. Mungkin adalah perlu untuk
mencegah pengendapan hidroksida logam itu (atau garam basa)
dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pembantu, seperti
tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekivalen, besarnya
konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan itu turun dengan
mendadak. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan-perubahan pM:
titik akhir ini dapat juga ditetapkan dengan metode-metode
amperometri, kondutometri, spektrofotometri, atau dalam beberapa
keadaan dengan metode potensiometri.
2. Titrasi-balik. Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat
dititrasi langsung, mereka mungkin mengendap dari dalam larutan
dalam jangka pH yang perlu untuk titrasi, atau mereka mungkin
membentuk kompleks-kompleks yang inert, atau indikator logam

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal-hal demikian, ditambahkan
larutan EDTA standar berlebih, larutan yang dihasilkan dibufferkan
samapi ke pH yang dikehendaki, dan kelebihan reagnesia dititrasi
balik dnegan suatu larutan ion logam standar, larutan zink klorida
atau sulfat atau magnesium klorida sering digunakan untuk tujuan
ini. Titik akhir dideteksi dengan bantuan indikator logam yang
berespons terhadap ion logam yang ditambahakn pada titrasi balik.
3.  Titrasi penggantian atau titrasi substitusi. Titrasi-titrasi substitusi
dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (atau berekasi
denagn tak memuaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion
logam yang membentuk komplkes EDTA yang lebih stabil daripada
komplkes EDTA dari logam-logam lainnya seperti magnesium dan
kalsium. Kation Mn+ yang akan ditetapkan dapat diolah dengan
kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut terjadi :

Mn+ + MgY2- → (MY)(n-4)+ + Mg2+

Jumlah ion magnesium yang dibebaskan adalah ekivalen


dengan kation-kation yang berada di situ, dapat dititrasi dengan suatu
larutan EDTA standar serta indikator logam yang sesuai. Satu
penerapan yang menarik adalah titrasi kalsium. Pada titrasi langsung
ion-ion kalsium, Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) memberi titik
akhir yang buruk; jika magnesium ada serta, logam ini akan digantiakn
dari komplkes EDTA-nya oleh kalsium, dan menghasilkan titik kahir
yang lebih baik.

4. Titrasi alkalimetri. Bila suatu larutan dinatrium


etilenadiaminatetraasetat, NaH2Y, ditambahkan kepada suatu larutan
yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah kompleks-kompleks
dengan disertai pembebasan dua ekivalen ion hidrogen :

Mn+ + MgY2- → (MY)(n-4)+ + 2H+

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan
natrium hidroksida standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau
titik akhir secara potensiometri; pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida
ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi
dengan larutan tiosulfat standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus
dinetralkan dengan tepat sebelum titrasi; ini sering merupakan hal yang sukar,
yang disebabakan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah
dari titrasi alkalimetri.

Macam-macam Metode. Reaksi pertukaran anatra ion


tetrasianonikelat(II) [Ni(CN)4]2-(garam kaliumnya mudah dibuat) dan unsur
yang kan ditetapkan, pada mana ion-ion nikel dibebaskan, mempunyai
penerapan yang terbatas. Begitulah perak dan emas, yang sendirinya tak dapt
dititrasi secara kompleksometri, dapat ditetapkan denagn car ini.

[Ni(CN)4]2- + 2Ag+ →2[Ag(CN)2]- + Ni2+

Reaksi ini berlangsung dengan garam perak yang hanya sedikit sekali
dapat larut, jadi memberi satu metode untuk penetapan ion halida Cl-, Br-, I-,
dan ion tiosianat SCN-. Anion-anion ini mula-mula diendapkan sebagai garam
perak, dan garam perak ini dilarutakn dalam larutan [Ni(CN)4]2-, dan nikel
yang dengan demikian dibebaskan dalam jumlah ynag ekivalen, lalu
ditetapkan dengantitrasi cepat dengan EDTA dengan menggunakn indikator
yang sesuai (Mureksida, Merah Bromopirogalol). Sulfat dapat ditetapkan
dengan mengendapkannya sebagai Barium sulfat atau Timbel sulfat, endapan
dilarutkan dalam larutan EDTA standar berlebih, dan kelebihan EDTA
dititrasi balik dengan larutan Magnesium atau Zink standar dengan
menggunkan Hitam Solokrom (Hitam Erikrom T) sebagai indikator. Fosfat
dapat ditetapakan dengan mengendapkannya sebagai Mg(NH4)PO4.6H2O,
melarutkan endapan dalam asam klorida encer, dan menambahkan larutan
EDTA standar berlebih, serta membufferkan pada pH = 10, dan menitrasi-

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
balik dengan larutan ion Magnesium standar dengan adanya Hitam Solokrom.
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan kemampuan
mengkompleks dari ion logam yang terlibat, dan pentingnya untuk memeriksa
faktor-faktor mengenai ciri khas dari ligand.

Kemampuan mengkompleks relatif dari logam-logam digambarkan


dengan baik menurut klasifikasi SCHwarzen-bach, yang dalam garis besarnya
didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan
electron) kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan afinitas
(dalam larutan air) terhadap halogen F->Cl- >Br->I-, dan membentuk kompleks
terstabilnya dengan anggota pertama dari grup Tabel Berkala dari atom
penyumbang (yakni, nitrogen, oksigen, dan fluor). Logam kelas B jauh lebih
mudah berkoordinasi dengan I- dari pada F- dalam larutan air, dan membentuk
kompleks terstabilnya dengan atom penyumabang kedua (atau yang lebih
berat) dari masing-masing grup itu (yakni P, S, Cl).

Ciri-ciri khas ligan

Di antara cirri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai


mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat adalah:

 Kekuatan basa dri ligan itu


 Sifat-sifat penyepitan
 Efek-efek sterik (ruang)

Istilah efek sepit mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit
yaitu kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bidentat atau multidentat,
adalah lebih stabil banding kompleks padanannya dengan ligan-ligan
monodentat. Semakin banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam, semakin
besar kestabilan kompleks. Efek sterik yang paling umum adalah efek yang
mengambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
gugusan besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom
penyumbang.

Suatu klasifikasi penting dari kompleks-kompleks, didasarkan pada


laju dimana kompleks itu mengalami reaksi substitusi, dan menimbulkan dua
grup, yaitu kompleks-kompleks yang labil dan kompleks-kompleks yang
inert. Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang akan perilaku
kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu:

1. Unsur grup utama, biasanya membentukkomples-kompleks labil


2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan transisi
baris pertama membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsure transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung
membentuk kompleks-kompleks inert

Air sadah adalah air yang mengandung garam, kalsium dan


magnesium. Meskipun tidak berbahaya untuk diminum air sadah kurang baik
dipakai untuk mencuci dan dipakai untuk mencuci pada mesin, alat rumah
tangga, pipa dan sebagainya. Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat
kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena
adanya ion-ion Ca2+, Mg2+ atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion
lain dari polivalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan
Zn dalam bentuk garam sulfat klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.

Kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun dimana


sabun ini di endapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena penyebab utama
kesadahan adalah Ca2+dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan
dibatasi sebagai sifat atau karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi
jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+ yang dinyatakan sebagai CaCO3. Air sadah
membentuk kerak atau endapan yang menempel pada mesin atau alat lainnya.
Dan oleh karena kerak itu bukan penghantar panas maka hal ini menyebabkan

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
pemborosan bahan bakar. Air sadah banyak kita jumpai di daerah pegunungan
kapur atau di daerah pesisir pantai.

Kesadahan ada dua jenis, yaitu :

1. Kesadahan sementara
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam
bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini
dapat dihilangkan dengan pemanasan atau pendidihan, sehingga terbentuk
endapan CaCO3 atau MgCO3.
Reaksinya :

Ca(HCO3)2: CO2 (g) + H2O (l) + CaCO3 (putih)

Mg(HCO3)2: CO2 (g) + H2O (l) + MgCO3 (putih)

2. Kesadahan tetap
Adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida,
sulfat, dan karbonat, misalnya CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan
tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda kapur (terdiri dari
larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk
endapan kalium (padatan atau endapan) dan magnesium hidroksida
(padatan atau kalium) dalam air.

Reaksinya 

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 (padatan atau endapan) + 2 NaCl(larut)

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 (padatan atau endapan) + NaSO4(larut)

MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan atau endapan) + CaCl2(larut)

MgSO4 +Ca(OH)2 Mg(OH)2 (padatan atau endapan) + CaSO4 (larut)

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Satuan ukuran kesadahan ada 3, yaitu :

1. Derajat Jerman dilambangkan dengan 0D


2. Derajat Inggris dilambangkan dengan 0E
3. Derajat Perancis
dilambangkan dengan 0F

Adapun contoh kesadahan yaitu jika di suatu tempat anda mencuci


apapun menggunakan sabun dan ternyata busa yang terbentuk jumlahnya
dibawah perkiraan anda atau tidak seperti biasanya sehingga untuk
memperbanyak busa anda harus menambah sehingga mengakibatkan boros
sabun, maka besar kemungkinan air yang digunakan untuk mencuci tersebut
memiliki kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena sebagian sabun yang
ditambahkan kedalam air bereaksi dengan garam karbonat dari Ca2+ dan Mg2+

Jika menemukan endapan putih seperti bedak atau kadang berbentuk


kerak didasar panci untuk memasak air, maka besar kemungkinan air yang
dimasak tersebut memiliki kesadahan tinggi. Hal itu terjadi karena gas
CO2 lepas saat pemanasan sehingga yang tertinggal hanya endapan karbonat
terutama kalsium karbonat .

Standar Jenis Kesadahan

Kandungan kapur yang terdapat dalam air, agar tidak kurang dan tidak
juga berlebih maka perlu diterapkan standar suatu air dikatakan sadah atau
berlebih kesadahannya. Standar kualitas menetapkan kesadahan total adalah
5-10 derajat Jerman. Apabila kurang dari 5 derajat Jerman maka air akan
terasa lunak dan sebaliknya. Jika dalam air mengandung lebih dari 10 derajat
Jerman maka akan merugikan bagi manusia. Di kalangan masyarakat yang
awam, sangat sulit untuk membedakan mana air yang tingkat kesadahannya
tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan apa yang
ditimbulkan dari air, misalnya mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman pada masyarakat bahwa air
yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi, dan sebaliknya jika tidak
terlihat kerak yang ditimbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat
kesadahannya masih tergolong rendah.

Standar kesadahan air menurut bakti husada meliputi

1. Standar kesadahan menurut WHO, 1984, mengemukakan bahwa :

a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;


b. Lunak mengandung 0-60 ppm CaCO3;
c. Agak sudah mengandung 60-120 ppm CaCO3;
d. Sadah mengandung 120-180 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 180 ppm ke atas.
2. Standar kesadahan menurut E. Merck, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak antara 0-4 OD atau 0-71 ppm CaCO3;
b. Lunak antara 4-8 OD atau 71-142 ppm CaCO3;
c. Agak sadah antara 8-18 OD atau 142-320 ppm CaCO3;
d. Sadah 18-30 OD atau 320-534 ppm CaCO3;
e. Sangat sudah 30 OD keatas atau sekitar 534 ppm ke atas.
3. Standar kesadahan menurut EPA, 1974, bahwa :
a. Sangat lunak sama sekali tidak mengandung CaCO3;
b. Lunak, antara 0-75 ppm CaCO3;
c. Agak sadah, antara 75-150 ppm CaCO3;
d. Sadah, 150-300 ppm CaCO3;
e. Sangat sadah 300 ppm ke atas CaCO3.

Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki air.


Kesadahan air disebabkan adanya ion – ion Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan
Standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum
kesadahan air minum yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO 3. Bila melewati
batas maksimum maka harus diturunkan (pelunakan).

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Dari data tersebut dapat dilihat jelas bahwa air yang dikatakan sadah
adalah air yang mengandung garam mineral khususnya CaCO3 sekitar 120-
180 ppm menurut WHO, sedangkan menurut Merck air dikatakan sadah jika
mengandung 320-534 ppm atau sekitar 18-30 OD, menurut EPA air yag
dikatakan sadah jika mengandung CaCO3 sekitar 150-300 ppm, dan
menurutPERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum yang
dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Bila melewati batas maksimum maka
harus diturunkan (pelunakan)  (Bakti Husada, 1995 dalam Resthy, 2011).

Dampak dari Kesadahan Air yang Kurang dan yang Berlebih.

Air jika tidak mengandung kapur atau tidak sadah akan terasa lunak
atau hambar karena tidak mengandung garam-garam mineral sehingga akan
mengurangi selera dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, jika di dalam air
kandungan kapurnya sangat tinggi atau dengan kata lain terlalu banyak
mengandung garam-garam mineral justru akan memberikan dampak yang
buruk bagi kehidupan. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk mengetahui dampak
apa saja yang dapat ditimbulkan jika kandungan kapur dalam air berlebih atau
kesadahannya tinggi.

Air lunak atau air yang tidak mengadung kapur mempunyai


kecenderungan menyebabkan korosi pada pipa. Sedangkan jika air memiliki
kandungan kapur yang banyak atau tingkat kesadahannya tinggi, maka
mengakibatkan terbentuknya kerak-kerak pada dinding pipa yang
menyebabkan penyempitan pipa, sehingga memperkecil debit aliran air.
Dalam rumah tangga hal tersebut menyebabkan terbentuknya kerak pada
dinding peralatan memasak sehingga menyebabkan pemakaian bahan bakar
yang lebih banyak dan menyebabkan pemakaian sabun yang semakin tinggi
Apabila kandungan CaCO3 atan MgCO3 dalam air itu melewati batas 10
derajat Jerman maka akan menyebabkan, antara lain :

a. Menyababkan lapisan kerak pada alat dapur yang terbuat dari logam;

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
b. Kemungkinan terjadinya ledakan pada boiler;
c. Pipa air menjadi terumbat;
d. Sayur-sayuran menjadi keras apabila dicuci dengan air bersih.
Air sadah tidak terlalu berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jangka panjang, hal
tersebut dapat menimbulkan osteoporosis atau pengapuran pada tulang
manusia. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, selain itu air sadah dapat membentuk gumpalan scum yang
sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi
ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya
digunakan beberapa zat kimia ataupun dengan menggunakan resin
pertukaran ion

Air sadah membawa dampak negatif, yaitu:

1. Menyebabkan sabun tidak berbusa karena adanya hubungan kimiawi


antara kesadahan dengan molekul sabun sehingga sifat detergen sabun
hilang dan pemakaian sabun menjadi lebih boros;
2. Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel
karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup
ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel air berkurang sehingga
memboroskan bahan bakar.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
VI. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Labu ukur 1 buah
2. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
3. Buret 1 buah
4. Statif 1 buah
5. Klem 1 buah
6. Spatula 1 buah
7. Pepet gondok 10 ml 1 buah
8. Gelas ukur 1 buah
9. Pipet tetes 3 buah
10. Botol timbang 1 buah
11. Neraca analitik 1 buah
12. Corong 1 buah
b. Bahan
1. Na-EDTA
2. MgCl2.6H2O
3. Aquades
4. CaCO3
5. Air sumur
6. HCL
7. CaCl2
8. Buffer pH 10
9. Indicator EBT
10. Larutan EDTA

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
VII. Alur Kerja
1. Penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan CaCl2
sebagai baku.

Larutan Baku CaCl2 ±


0,01 M

 Ditimbang ± 0,0867 gr CaCO3 p.a


 Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml menggunakan
air ± 50 ml
 Ditambahkan HCl 1:1 setetes demi setetes sampai
gelagak gas yang terjadi berhenti.
 Diencerkan dengan air sampai tanda batas.
 Dikocok dengan baik agar tercampur dengan sempurna
 Dibilas dan di titrasi dengan larutan Na-EDTA ± 0,01 M
 Dipipet dengan pipet seukuran 10 ml larutan CaCl2
 Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 300 ml
 Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10 dan 3 tetes
indicator EBT.

Titrasi larutan Na - EDTA

 Dihentikan titrasi pada terjadi


perubahan warna

Merah biru

 Dibaca dan dicatat angka pada buret


saat awal dan akhir titrasi.
 Dicatat volume Na- EDTA
 Di ulang 3 kali.

Kosentrasi Na – EDTA
rata - rata

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
2. Penentuan Kesadahan total air sumur

Air Sumur

 Dipipet 10 ml air kedalam Erlenmeyer.


 Ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 10
 Ditambahkan 3 teets indicator BET titrasi
dengan larutan EDTA standar sampai
larutan mulai biru.
 Dihitung kesadahan total dalam garam
CaCO3 per liter air

Kesadahan Air
sumur

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
VIII. Analisis Hasil pengamatan
1. Analisis Penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01 M dengan
CaCl2 sebagai baku.
Pada percobaan penentuan standariasi larutan Na–EDTA dengan
CaCl2 sebelumya yaitu pembuatan larutan Na-EDTA, tetapi kami tidak
melakukan percobaan dalam pembuatan larutan Na-EDTA kerena
Larutan Na-EDTA sudah disiapkan. Pada percobaaan yang pertama
penenetuan (standarisasi) larutan Na-EDTA kami membuat larutan baku
CaCl2 ± 0,01 M. kami menyiapkan semua alat dan bahan yang akan kami
gunakan seperti labu ukur berfungsi untuk mengencerkan larutan.
aquades, larutan HCl , Na–EDTA, dan larutan buffer dengan pH 10.
Pertama kami menimbang 0,0867 gram CaCO3 p.a dengan menggunkan
neraca analitik. Kemudian memindahkan CaCO3 kedalam labu ukur
ukuran 100 ml untuk mengencerkan CaCO3 dengan menggunakan air
(aquades) sebanyak 10 ml. kami menambahkan larutan HCL 1:1 setetes
demi setetes sampai gelagak gas yang terjadi berhenti dan menghilangkan
kekeruhan pada larutan. Kemudian mengencerkan dengan air sampai
tanda batas miniskus. Setelah itu kami mengocok larutan yang ada di
dalam labu ukur dengan baik agar tercampur dengan sempurna. Setelah
itu membilas dan mengisi dengan larutan Na-EDTA ± 0,01 M pada buret.
Kemudian memimipet dengan menggunakan pipet seukuran (pipet
gondok) ukuran 10 ml larutan baku CaCl2 sebanyak 10 ml. memasukan
larutan baku CaCl2 kedalam Erlenmeyer yang berukuran 250 ml.
menambahkan 1 ml larutan buffer dengan pH 10 dan 3 tetes indicator
EBT berwarna ungu. Menitrasi larutan baku CaCl 2 dengan larutan Na-
EDTA 0,01 M. Menghentikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna
dari warna ungu muda (pink) ke warna biru. kemudian kami membaca
dan mencatat angka pada buret saat awal titrasi dan akhir titrasi.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Menentukan dan mencatat volume larutan Na-EDTA yang kami gunakan
dalam titrasi. Kemudian kami menghitung kosentrasi larutan Na-EDTA.
Kami melakukan titrasi sebanyak 3 kali dengan menggunakan volume
larutan CaCl2 yang sama dan menghitung kosentrasi larutan Na-EDTA
rata- rata.
Pada percobaan titrasi yang pertama untuk menentukan (stndarisasi)
larutan Na-EDTA volume awal titrasi adalah 1 ml dan volume akhir
titrasi adalah 8,5 ml. sehingga volume total yang digunakan untuk titrasi
sebanyak 7,5 ml. kosentrasi larutan Na-EDTA pada percobaan pertama
adalah 0,0115 M. Pada percobaan yang kedua titrasi, volume awal titrasi
adalah 8,5 ml dan volume akhir titrasi adalah 16,3 ml sehingga volume
total yang digunakan untuk titrasi sebanyak 7,8 ml.kosentrasi larutan Na-
EDTA pada percobaan yang kedua adalah 0,111 M. Dan pada percobaan
titrasi yang ketiga volume awal titrasi adalah 16,3 ml dan volume akhir
titrasi adalah 23,7 ml sehingga volume total yang digunakan untuk titrasi
adalah 7,4 ml. kosentrasi larutan Na-EDTA adalah 0,0114 M. untu
kosentrasi larutan Na-EDTA rata-rata adalah 0,0114 M.
2. Analisis penentuan kesadahan total air sumur.
Pada percobaan yang kedua yaitu aplikasi titrasi pengomplekan. Pada
titrasi pengomplekan kami melakukan percobaan untuk menentukan
kesadahan total air sumur. Air sumur yag kami gunakan dalam percobaan ini
berasal dari daerah Dukuh Kupang Timur. sebelum melakukan percobaan
kami meyiapkan alat dan bahan yang kami butuh dalam melakukan
percobaan seperti pipet gondok berfungsi untuk mengambil larutan,
Erlenmeyer berfungsi sebagai tempat untuk melakukan titrasi, buffer pH 10,
air sumur, indokator EBT dan larutan EDTA. Pada percobaan Pertama kami
memipet air sumur menggunakan pipet gondok (pipet seukuran) sebanyak 10
ml ke dalam Erlenmeyer. Kemudian kami menambahkan 3 tetes buffer
dengan pH 10 dan menambahkan 3 tetes indicator BET. Menitrasi larutan
dengan larutan EDTA standar sampai larutan berubah warna dari warna

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
ungu muda menjadi biru. membaca dan mencatat angka pada saat awal
titrasi dan pada akhir titrasi. Melakukan titrasi sebanyak 3 kali. Menghitung
kesadahan total dalam garam CaCO3 per liter air.
Pada percobaan titrasi yang pertama untuk menentukan kesadahan
total air sumur volume awal titrasi adalah 27,1 ml dan volume akhir titrasi
adalah 29,6 ml. sehingga volume total yang digunakan untuk titrasi sebanyak
3,5 ml. kesadahan total air sumur pada percobaan pertama adalah 399 ppm.
Pada percobaan yang kedua titrasi, volume awal titrasi adalah 29,6 ml dan
volume akhir titrasi adalah 32,3ml sehingga volume total yang digunakan
untuk titrasi sebanyak 2,7 ml. kesadahan total air sumur pada percobaan
kedua adalah 307,8 ppm . Dan pada percobaan titrasi yang ketiga volume
awal titrasi adalah 34,6 ml dan volume akhir titrasi adalah 32,3 ml sehingga
volume total yang digunakan untuk titrasi adalah 2,3 ml. kesadahan total air
sumur adalah 262,3 ppm. untuk kesadahan total air sumur rata-rata adalah
328 ppm.
IX. Pembahasan
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya,
yang umum di indonesia EDTA ( disodium ethylene diamina tetra asetat/
tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini ada 3 macam, yaitu
langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan
ditentukan, misalnya calcium, maka indicator dan pH yang digunakan dalam
titrasi kompleksometri akan berbeda. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi
pembentukan ion – ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya yaitu mempunyai kelarutan tinggi.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian
satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus
nukleofilik lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan, dan
dalam larutan air reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1)L + H2O

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan, dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut
selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk kompleks (ML)n ; n adalah
bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan jumlah maksimum ligan
monodentat yang dapat terikat padanya.
1. Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 sebagai larutan baku.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk menentukan
standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 sebagai larutan standar primer,
agar diperoleh larutan standar primer yang sesuai dimana konsentrasinya telah
diketahui dengan tepat maka dilakukan penimbangan CaCO3 yang sehingga
diperoleh berat sebesar 0,0867 gram.
EDTA merupakan suatu zat yang penggunaanya sangat luas dalam
titrasi pembentukan kompleks. EDTA merupakan ligand sixidentat yang dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam melalui dua atom nitrogen
dan empat gugus karboksilat. Kestabilan kompleks senyawa EDTA
bergantung pada macamnya ion logam. Persyaratan mendasar dalam titrasi
kompleksometri ialah terbentuknya kompleks molekul netral yang terdisosiasi
dalam larutan adalah kelarutan tingkat tinggi, seperti kompleks logam dengan
EDTA. Oleh karena itu, dalam membuat larutan Na-EDTA dan standarisasi
Na-EDTA dapat dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri
menggunakan larutan baku CaCl2 0,01 M.
Dalam percobaan pertama titrasi kompleksometri yang dilakukan
mula-mula membuat larutan baku CaCl2 melalui mencampurkan larutan HCl
1:1 dengan CaCO3 kedalam labu ukur 100 ml yang berisi aquades, sampai
gelembung-gelembung udara hilang, sehingga diperoleh larutan yang
jernih,yaitu larutan CaCl2, dengan reaksinya adalah :
CaCO3 + 2HCl  CaCl2 + CO2 + H2O
Dengan penambahan HCl terjadi penguraian gas yang disebabkan oleh
CO2 terlepas ke udara sehingga gelagak gas berhenti. Larutan CaCl2 yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai analit dan larutan standar primer. Larutan

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
CaCl2 kemudian ditambah dengan larutan buffer 1 mL dengan pH 10 berupa
larutan tak berwarna dan ditambah dengan 5 tetes indikator BET dengan
warna ungu tua sehingga larutan berwana merah anggur. Adapun larutan
standar sekunder yang merupakan larutan yang kosentrasinya diketahui
melalui titrasi menggunakan larutan standar primer, dalam percobaan ini Na-
EDTA berfungsi sebagai larutan standar sekunder yang konsentrasinya
diketahui melalui titrasi dari larutan kalsium klorida (CaCl 2). Larutan standar
sekunder yang digunakan dalam percobaan ini adalah Na-EDTA dimana
konsentrasi dari larutan standar sekunder ini dapat diketahui melalui titrasi
dari larutan CaCl2 dengan larutan Na-EDTA dan keberadaan dari ion Ca 2+
akan muncul, sehingga terjadi reaksi:
CaCl2  Ca2+ + 2Cl-
Sehingga dapat mengubah Mgln- menjadi MgY2-, sehingga indikator
yang awalnya berwarna merah anggur akan berbalik menjadi bentuk Mgln 2-
yang berwarna biru. Penambahan buffer dengan pH 10 kedalam larutan CaCl 2
berfungsi sebagai larutan yang akan mempertahankan nilai pH yang berkisar
10 dan menstabilkan agar suasananya netral. Hal ini dikarenakan Mg2+ dapat
bebas dan membentuk kompleks berwarna dengan EBT pada pH 10. Titik
akhir titrasi diperlihatkan melalui perubahan warna dari indikator EBT yang
merupakan akibat yang terjadi dari ion Mg2+ dan ion Ca2+. Na-EDTA sendiri
berfungsi sebagai titran yang mengandung logam Na(Y4-) dan menjadi anion
bebas pada titrasi pengomplekan.
Penambahan indikator EBT berfungsi karena indikator ini peka
terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Selain hal tersebut
benambahan indikator EBT berfungsi untuk mencegah pengendapan
hidroksida logam yang terjadi karena penambahan Larutan buffer dengan pH
10. Pada pH tinggi (basa) tersebut maka akan mudah terhidrolisasi dan
menimbulkan pengendapan hidroksida-hidroksida. Penambahan larutan Na-
EDTA ketika dititrasi dengan larutan baku berfungsi sebagai larutan yang
akan menyumbangkan ion Mg2+ sehingga pada saat standarisasi larutan Na-

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
EDTA, Mg2+akan bereaksi dengan indikator EBT dan membentuk MgIn- yang
berwarna biru.
Titrasi dihentikan pada saat titik akhir titrasi yaitu yang mana apabila
telah terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru maka titrasi telah
mencapai titik akhir titrasi, dengan reaksi :
Ca2+ + Y4- → CaY2-
Berdasarkan hasil data percobaan yang telah dilakukan dengan
larutan CaCO3 berwarna putih dengan volume 10 mL dititrasi dengan Na-
EDTA didapatkan volume yang diperlukan Na-EDTA untuk menitrasi CaCl2
dilakukan tiga kali percobaan. Pada percobaan ini dapat diketahui volume
titik awal (v1) dan volume titik akhir titrasi atau titik ekivalen serta volume
total dari larutan yang telah dititrasi (vtotal).
Percobaan pertama diperoleh volume Na-EDTA yakni sebesar, v1 =
1 mL, v2 = 8,5 mL sehingga vtotal = 7,5 mL terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi biru. Pada percobaan kedua diperoleh volume Na-
EDTA yakni sebesar, v1 = 8,5 mL, v2 = 16,3mL sehingga vtotal = 7,8 mL
terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru. Pada percobaan
ketiga diperoleh volume Na-EDTA yakni sebesar, v1 = 16,3 mL, v2 = 23,7
mL sehingga vtotal = 7,7 mL terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi biru. Dan dengan menggunakan perhitungan
mol CaCO3 =mol Na−EDTA
M 1 V 1=M 2 V 2
Sehingga nantinya akan dihitung molaritas rata-rata Na-EDTA dan
didapatkan Konsentrasi rata-ratanya yaitu 0,0114 M dimana konsentrasinya
ini sudah sesuai dengan konsentrasi Na-EDTA di dalam teori yakni 0,01 M.
Kurang tepatnya dalam menentukan konsentrasi dapat disebabkan pula
karena ketika melakukan titrasi yang melebihi titik ekivalen sehingga
hasilnya akan berbeda dengan teori yang dijelaskan.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
2. Penentuan kesadahan total air sumur
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk menentukan
kesadahan total air sumur dengan menggunakan reaksi pembentukan ion
kompleks. Air sumur yang kami peroleh yakni berasal dari daerah
Surabaya Timur tepatnya di jalan Dukuh Kupang Timur XVIII. Mula-
mula melakukan standarisasi titran ( Na-EDTA ) dengan CaCl 2, sehingga
konsentrasi Na-EDTA yang dihasilkan adalah 0,0114 M, dan selanjutnya
adalah penentuan kesadahan total air sumur yang diamati.
Air sumur dipipet sebanyak 10 ml ke dalam Erlenmeyer kemudian
ditambahkan 2 ml larutan buffer pH 10 dan 3 tetes indikator EBT, lalu
menitrasinya dengan larutan Na-EDTA dari sebelumnya berwarna merah
anggur menjadi biru, dan dilakukan tiga kali percobaan. Fungsi dari
penambahannya sama sesuai dengan penentuan standarisasi CaCl2.
Berdasarkan percobaan didapatkan volume titrasi dari Na-EDTA yakni
pada percobaan pertama v1 = 27,1 mL, v2 = 29,6 mL sehingga vtotal = 3,5
mL dan terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru. Pada
percobaan kedua v1 = 29,6 mL, v2 = 32,3 mL sehingga vtotal = 2,7 mL dan
terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru. Pada percobaan
ketiga v1 = 32,3 mL, v2 = 34,6 mL sehingga vtotal = 2,3 mL dan terjadi
perubahan warna dari merah muda menjadi biru.
Dan dengan menggunakan perhitungan
 Molaritas air sumur
mol ekivalen air sumur=mol ekivalen Na−EDTA

M ∙ n ∙ V =M ∙ n ∙ V


Kesadahan total air sumur
V EDTA x M EDTA x MrCa Co x 1000
ppm(mg/L) = 3

V sampel
Kemudian akan dihitung kesadahan rata-rata dari air sumur
sehingga diperoleh sebesar 323 ppm (mg/L) dan konsentrasi air sumur
rata-rata sebesar 0,00323 M.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Dalam air sumur biasanya terlarut sejumlah garam kalsium atau
magnesium baik dalam bentuk garam klorida maupun garam sulfat.
Akibat adanya garam-garam ini air dapat menjadi sadah yakni tidak dapat
menghasilkan busa jika dicampur dengan sabun. Ukuran kesadahan air
dinyatakan dalam ppm ( satu perjuta bagian ). Apabila ion Ca2+ dititrasi
dengan EDTA akan terbentuk suatu kompleks kalisum yang relatif stabil.
Ca2+ + H2Y2-  CaY2- + 2H+
Pada percobaan ini air sumur yang akan dititrasi akan mengalami
perubahan warna dari merah menuju biru, hal tersebut dapat
membuktikan adanya kesadahan dalam air sumur. Adapun titrasi
pengomplekan ini dilakukan pada pH 10 dan konstan sepanjang titrasi,
sedangkan EBT selain dapat menjadi indikator logam juga dapat menjadi
indikator pH. Oleh karena itu, untuk menjaga pH larutan yang akan
dititrasi maka harus ditambahkan dengan larutan buffer. Seperti yang
telah diketahui bahwasannya air sadah merupakan air yang mengandung
ion Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+ lebih dulu bereaksi yang kemudian disusul
dengan ion Mg2+ sehingga dapat menghasilkan perubahan warna dari
merah menjadi biru. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
MgD- + H2Y2-  MgY2- + HD2- + H+
( Merah ) ( biru )
Adanya perubahan warna dari merah menjadi biru pada penitrasian
mungkin disebabkan oleh adanya pengompleks yang lebih kuat didalam
air sumur atau mungkin juga air sumur tersebut mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
Dari data tersebut berikut adalah kriteria selang kesadahan yang
biasa dipakai:
0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat lunak)
70 - 140 ppm : rendah (lunak)
140 - 210 ppm : sedang
210 - 320 ppm : agak tinggi (agak keras)
320 - 530 ppm : tinggi (keras)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa air sumur yang diambil dari jalan
Dukuh Kupang Timur XVIII dengan jumlah 323 ppm merupakan kriteria
kesadahan yang tinggi (keras).

X. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan kami dapat menyimpulkan bahwa pada
penentuan (standarisasi) larutan Na-EDTA dengan CaCl2 sebagai baku
kosentrasi larutan Na-EDTA yang digunakan untuk titrasi pada percobaan
pertama adalah 0,0115 M, pada percobaan kedua kosentrasinya adalah 0,111
M, dan pad percobaan ketiga kosentrasinya adalah 0,0114 M. sehingga
kosentrasi larutan Na-EDTA rata – rata adalah 0,0114 M. sedangkan pada
penentuan kesadahan total air sumur pada percobaan pertama kesadahan
total air adalah 399 ppm. Pada percobaan kedua kesadaha total airnya adalah
307,8 ppm. Dan pada percobaan yang ketiga kesadahan total air sumurnya
adalah 362,3 Ppm. Sehingga kesadahan total air sumur rata – rata adalah 328
ppm. Jadi kesadahan air sumur kami sangat sadah karena kesadahan total air
sumur kami lebih dari 300 ppm.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
XI. Daftar Pustaka
Hadyana, D.A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hamilton.F. Leichester.1960. Calculations of Analitical Chemistry sixth
edition. NewYork : Mc. Graw Hill book company.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Tim dosen analtik.2014. Panduan Praktikum Analiti Dasar. Surabaya :
Jurusan Kimia FMIPA UNESA.
http://www.academia.edu/6840502/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_AN
ALISIS_TITRASI_KOMPLEKSOMETRI diakses tanggal 15
Desember 2015.

XII. Tugas dan Jawaban Pertanyaan

A. Standarisasi Na-EDTA dengan CaCl2 Sebagai Larutan Baku


1. Carilah rumus kimia Na-EDTA, Hitam Eriokrom T !
Jawab :
a. Rumus kimia Na-EDTA
HOOCCH2 CH2COONa

NCH2CH2N

HOOCCH2 CH2COONa
b. Rumus kimia EBT

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
2. Berapa konsentrasi larutan CaCl2 jika dinyatakan dengan ppm CaCO3
?
Diket :
m CaCO3 = 0,084 gram = 84 mg
m air = 100 mL = 0,1 L
Ditanya : ppm CaCO3
Jawab :
[CaCO3] = [CaCl2]
[mg]
[CaCO3] =
[ L]
[84 mg]
[CaCO3] =
[0,1 L]
[CaCO3] = 840 ppm

3. Bagaimana cara membuat larutan buffer (penyangga) amoonia +


ammonia klorida dengan pH ± 10 ? tunjukkan dengan perhitungan !
Jawab :
NH3 + HCl ↔ NH4Cl
Cara pembuatan larutan buffer adalah dengan mereaksikan NH3
dengan HCl yang nantinya akan menghasilkan NH4Cl
Perhitungan :
pH = 14 – pOH
pOH = 14 – pH

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
= 14 – 10
=4
[basa]
[ OH- ] = Kb .
[ garam]
[basa]
10-4 = 1,8.10-5 .
[ garam]
[basa] 10−4
=
[ garam] 1,8.10−5
[ basa ]=5,5556 [ gram]
Jadi larutan buffer dibuat dengan menggunakan perbandingan jumlah
konsentrasi basa dengan konsentrasi garam.

B. Aplikasi Menentukan Kesadahan Total Air Sumur


1. Mengapa pH larutan merupakan faktor penting dalam pemilihan suatu
indikator untuk titrasi khelometrik?
Jawab :
Karena, pemilihan indikator terkait dengan penggunaan pH sehingga
dibutuhkan indikator yang dapat responsif terhadap pMg, pCa, pCu dan p
yang lainnya dan karena indikator tersebut harus dapat melepaskan ion
metal pada EDTA yang memiliki sebuah nilai pM yang sangat dekat
dengan nilai pM pada titik ekivalen.

2. Suatu contoh air 100 mL mengandung ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ dititrasi


dengan EDTA 15,28 mL 0,01016 M dalam suatu buffer amoniak pH 10.
Suatu contoh lain 100 mL dititrasi dengan NaOH untuk mengendapkan
Mg(OH)2 dan kemudian dititrasi pada pH 13 dengan 10,43 mL larutan
EDTA yang sama. Hitung berapa ppm CaCO3 dan MgCO3 dalam contoh ?
Diket :
V air = 100 mL
V EDTA1 = 15,28 mL
M EDTA = 0,01016 M

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
pH1 = 10
V EDTA2 = 10,43 mL
pH2 = 13
ditanya : ppm CaCO3 dan MgCO3
jawab :
mmol air = mmol EDTA
= 15,28 . 0,01016
= 0,1552448 mmol
mg CaCO3 = mmol air . Mr CaCO3
= 0,1552448 . 100,08
= 15,536 mg
[mgCaCO 3 ]
ppm CaCO3 =
[ LCaCo 3 ]
15,536 mg
ppm CaCO3 =
0,1 L
ppm CaCO3 = 155,36 ppm

mmol air = mmol EDTA


= 10,43 . 0,01016
= 0,1059 mmol
mg MgCO3 = mmol air . Mr MgCO3
= 0,1059 . 84
= 8,90148 mg
[mg MgCO 3 ]
ppm CaCO3 =
[ L MgCo3 ]
8,90148 mg
ppm CaCO3 =
0,1 L
ppm CaCO3 = 89,0148 ppm

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN DOKUMENTASI

TITRASI PENGOMPLEKAN DAN APLIKASINYA

N FOTO KETERANGAN
O
1 Menyiapkan alat
dan bahan, seperti:
labu ukur, pipet
seukuran, gelas
ukur, tabung
Erlenmeyer,
spatula, kaca arloji,
gelas kimia, buret,
satif dan juga klem.
Adapun bahan
yang dibawa dari
rumah ialah air
sumur dan juga air
laut.
2 Memindahkan
serbuk CaCO3 p.a
dalam labu ukur
menggunakan air
dengan bantuan
corong dan spatula

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
3 Penambahan HCl
setetes demi setetes
sampai gelagak gas
yang terjadi
berhenti dan
mengencerkannya
dengan air sampai
tanda batas.
Kemudian dikocok
hingga tercampur
sempurna.

4 10 mL larutan
CaCl2 yang telah
dipindahkan
kedalam
Erlenmeyer,
ditambahkan
dengan 1 mL
larutan buffer pH
10.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
5 Menambahkan 3
tetes indicator EBT
kedalam larutan
yang telah
ditambahkan
larutan buffer pH
10 sebelumnya.

6 Menitrasi larutan
dengan Na-EDTA
0.01 M hingga
terjadi perubahan
warna dari merah
muda ke biru.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3
7 Hasil akhir titrasi
pengoplekan yang
telah dilakukan
sebanyak 3 kali,
warna larutan
mengalami
perubahan. Dari
merah muda
menjadi biru.

8 Hasil akhir titrasi


aplikasi
pengoplekan yang
telah dilakukan
sebanyak 3 kali,
warna larutan
mengalami
perubahan. Dari
merah muda
menjadi biru.

PRAKTIKUM TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN APLIKASINYA


2
3

Anda mungkin juga menyukai