Anda di halaman 1dari 21

A. Judul Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks dari Garam Zink (II) Sulfat dengan Ligan Tri-O-Tolylfosfina.

B. Latar Belakang Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara atom pusat atau ion dengan ligan. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan pemakaian bersama sepasang elektron yang berasal dari salah satu atom. Ligan memiliki atom donor yang membawa pasangan elektron bebas (PEB) yang dapat dikoordinasikan pada atom pusat yang memiliki orbital kosong untuk menerima PEB, sehingga dapat membentuk senyawa kompleks. Garam garam dari Zink(II) dapat membentuk senyawa kompleks melalui ikatan koordinasi dengan ligan. Garam dari Zink(II) sangat sering digunakan dalam sintesis senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan Zn(II) merupakan logam sel tertutup yang memiliki konfigurasi elekstron nd10 sehingga strukturnya teratur dan sederhana. Beberapa ligan yang sering berikatan koordinasi dengan Zink(II) adalah ligan dengan aom pendonor S dan N. Namun Ligan dengan atom pendonor P masih jarang digunakan. Beberapa ligan tersebut adalah ligan trifenilfosfian (PPh3) dan turunannya. Struktur ligan PPh3 diberikan pada Gambar 1.1. Salah satu turunan dari ligan PPh3 adalah ligan Tri-O-Tolylfosfina (otp). Seperti hal PPh3, ligan otp memiliki atom pendonor P. Perbedaan kedua ligan terletak pada metil yang berikatan dengan masing-masing gugus fenil pada ligan otp. Struktur dari ligan otp ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.1. Struktur Trifenilfosfina

Gambar 1.2. Struktur Tri-o-tolylfosfina

Senyawa kompleks dari ion pusat Zink (II) dengan ligan PPh3 dan turunannya yang telah disintesis dan dilaporkan hasilnya adalah [ZnX2(PPh3)2] (X = Cl, Br, I) (Jelliarko ,dkk, 2005:23-26), Zn(PPh3)2(dtc)2 (Nami, dkk, 2006:11391143), dan [Zn(S2COEt)2L] (L=PPh3, P(o-tolyl)3) (Ara, dkk, 2003:908-912). Jelliarko, dkk. (2005) telah melaporkan kompleks dari garam Zink(II) halida dengan ligan PPh3 yang disintesis melalui perbandingan stoikiometri berturut turut 1:2. Kompleks yang dimanfaatkan sebagai katalis ini, memiliki bilangan koordinasi (BK) 4 dengan sturuktur tetrahedral. Ikatan koordinasi antara ligan PPh3 dengan ion zink(II) terbentuk melalui atom donor P . Struktur kompleks [ZnX2(PPh3)2] dapat dilihat pada Gambar 1.3. Kompleks Zink(II) dengan ligan campuran trifenilfosfina dan sodium dietilditiocarbamat (dtc) telah dilaporkan oleh Nami, dkk. (2006). Kompleks [Zn(PPh3)2(dtc)2] memiliki struktur oktahedral dan merupakan kompleks netral. Ikatan koordinasi anatara ion zink(II) dengan ligan PPh3 terbentuk melalui atom donor P sedangkan dtc terbentuk melalui atom donor S. Struktur kompleks [Zn(PPh3)2(dtc)2] disajikan pada Gambar 1.4. Kompleks Zink(II) dengan ligan campuran etil xanthato dan ligan dengan atom donor P telah disintesis dan dilaporkan oleh Ara, dkk. (2003). Ligan dengan atom donor P yang digunakan adalah PPh3 dan otp. Kompleks [Zn(S2COEt)2L] ini disintesis dengan mereaksikan [Zn(S2COEt)2] dan ligan dengan atom pendonor P melalui perbandingan stoikiometri 1:1. Ikatan koordinasi antara ligan otp dengan atom pusat lain juga dapat terbentuk melalui atom donor P. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan sintesis

[AgNO2{P(o-tolyl)3}2] oleh Cingolani, dkk. (2002) dan [(o-Tolyl)3P]HgX2 (X = Cl, Br, dan I) yang disintesis oleh Alyea, dkk. (1977). Pada kompleks [AgNO2{P(o-tolyl)3}2], ikatan kovalen koordinasi terbentuk melalui atom P dari ligan dengan atom pusat Ag(I) yang disajikan pada Gambar 1.5. Sedangkan pada kompleks [(o-Tolyl)3P]HgX2, ikatan koordinasi terbentuk melalui atom P dari ligan dengan atom pusat Hg(II). Pada penelitian yang akan dilaporkan, senyawa kompleks disintesis menggunakan atom pusat ion Zink(II) dari garam Zink(II) sulfat dengan ligan otp. Penggunaan garam zink(II) sulfat bertujuan untuk mengetahui ikatan koordinasi antara ion zink (II) dengan atom donor P dari ligan otp dan ion sulfat. Ion sulfat pada senyawa kompleks dapat berperan sebagai ligan dan dapat berperan sebagai ion pengimbang. Perbandingan stoikiometri garam dan ligan yang digunakan berturut sebesar 1 : 1 dan 1 : 4 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan stoikiometri garam dan ligan terhadap struktur senyawa kompleks yang dihasilkan. Perbandingan stoikiometri garam dan ligan 1 : 1 untuk mengetahui atom pendonor dari ligan otp dan ion sulfat. Sedangkan 1:4 merunut pada bilangan koordinasi ion Zink(II). Dari hasil penelitian yang telah dilaporkan maka diprediksi senyawa kompleks Zink(II) sulfat dengan ligan otp dapat disintesis. Berdasarkan latar belakang maka dilakukan penelitian dengan judul Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Zink (II) sulfat dengan Ligan Tri-o-Tolylfosfina.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah melalui reaksi ZnSO4 dengan ligan Tri-o-Tolylfosfina dapat dihasilkan senyawa kompleks baru? 2. 3. Bagaimana sifat senyawa kompleks hasil sintesis? Bagaimana struktur senyawa kompleks hasil sintesis berdasarkan data hasil analisis?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian adalah 1. Dapat mensintesis senyawa kompleks melalui reaksi ZnSO4 dengan ligan Tri-o-Tolylfosfina. 2. 3. Dapat mengetahui sifat senyawa kompleks hasil sintesis. Dapat mengetahui struktur senyawa kompleks hasil sintesis berdasarkan data hasil analisis.

E. Manfaat Senyawa kompleks hasil sintesis diharapkan: 1. Dapat memberikan kontribusi pada ragam senyawa kompleks dengan atom pusat Zink (II) dan ligan otp. 2. Dapat menjadi acuan pustaka dalam sintesis senyawa kompleks d10 lain menggunakan ligan atau atom pusat yang berbeda. 3. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang selama ini telah didapatkan.

F. Kajian Pustaka 1. Senyawa Kompleks Zink(II) dengan Ligan Trifenilfosfina dan Turunannya Dalam sistem periodik, Zink terletak dalam golongan logam transisi deret pertama dengan nomor atom 30. Zink(II) berada pada golongan 12 dengan konfigurasi elekktron [Ar] 3d10 4s2. Ion Zn(II) mempunyai orbital 3d terisi penuh dengan orbital 4s dan 4p kosong. Hibridisasi orbital yang terjadi adalah sp3 yang menghasilkan kompleks dengan bentuk geometri tetrahedral. Pembentukan kompleks Zn2+ yang melibatkan hibridisasi sp3(tetrahedral) dapat dilihat pada Gambar 1.6 berikut.

3d Keadaan dasar ion Zn2+ = Ion Zn2+ (hibridisasi) [Ar]


4s

4p

= [Ar]

hibridisasi sp3

Ion Zn2+ dalam [ZnL4]2- =

[Ar]

4 PEB dari 4 ligan

Orbital d yang terisi penuh menyebabkan ion zink(II) disebut ion logam sel tertutup sehingga strukturnya terarur dan sederhana. . Berdasarkan teori ikatan valensi dan teori medan kristal, senyawa kompleks dengan ion logam d10 memiliki harga energi penstabil medan ligan (EPML) nol, bersifat diamagnetik dan tidak berwarna. Senyawa kompleks dengan d10 tidak berwarna disebabkan orbital d terisi penuh sehingga tidak terjadi transisi d-d. Apabila senyawa kompleks yang dihasilkan berwarna, maka warna tersebut berasal dari ligan yang digunakan. Sedangkan sifat diamagnetik senyawa kompleks karena semua elektronnya berpasangan sehingga momen magnetiknya selalu nol (Fariati, 2000:4). Ligan yang dapat berikatan koordinasi dengan Zn(II) diantaranya PPh3 dan turunannya. Ligan tersebut memilki atom donor P yang dapat berikatan koordinasi dengan atom pusat. Senyawa kompleks dari zink(II) dengan ligan PPh3 yang telah disintesis dann dilaporkan adalah [ZnX2(PPh3)2] (X = Cl, Br, I) (Jelliarko ,dkk, 2005:23-26). Senyawa kompleks tersebut memiliki bentuk geometri tetrahedral yang memilki Bilangan koordinasi 4. Ion Zn(II) mengikat 2 atom halida dan 2 atom P dari ligan. Masing-masing atom yang mengikatZn(II) merupakan ligan monodentat. Struktur senyawa kompleks [ZnBr2(PPh3)2] diberikan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Struktur Senyawa Kompleks [ZnBr2(PPh3)2]

(Jelliarko ,dkk, 2005:23-26)


5

Kompleks Zink(II) dengan ligan campuran yang salah satu ligannya merupakan ligan dengan atom donor P yang telah disintesis dan dilaporkan diantaranya [Zn(PPh3)2(dtc)2] (Nami, dkk, 2006:1139-1143). Kompleks ini berbentuk oktehedral dan merupakan kompleks netral. Ion Zn(II) mengikat atom P dari ligan PPh3 dan mengikat atom S dari ligan dtc. Kompleks ini membentuk 2 sepit dari ligan dtc, sehingga senyawa kompleks tersebut sangat stabil. Kompleks [Zn(PPh3)2(dtc)2] ini dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Struktur [Zn(PPh3)2(dtc)2], (Nami, dkk, 2006:1139-1143)

Kompleks [Zn(S2COEt)2L] (L=PPh3, P(o-tolyl)3) (Ara, dkk, 2003:908-912) telah disintesis dengan mereaksikan [Zn(S2COEt)2] dan ligan dengan atom pendonor P melalui perbandingan stoikiometri 1:1. Kompleks yang dihasilkan memiliki bilangan koordinasi 5 dan memiliki bentuk geometri trigonal bipiramidal terditorsi. Bilangan koordinasi 5 didapatkan dari 4 atom S sebagai pendonor dari ligan etil xanthato, dua atom S dari masing-masing ligan tersebut membentuk sepit. Sedangkan sisanya merupakan atom P sebagai pendonor dari ligan PPh3 atau otp.

2. Senyawa Kompleks dengan Ligan Tri-o-Tolylfosfina Ligan merupakan basa lewis yang data mendonorkan pasangan electron bebasnya pada ion puat yang berlaku sebagai asam lewis. Ligan memiliki atom donor yaitu atom yang memiliki pasangan electron bebas atau atom yang terikat

melalui ikatan . Melalui atom-atom donor tersebut suatu ligan dapat mengadakan ikatan kovalen koordinasi dengan ion pusat. Berdasarkan jumlah atom donor yang dimilikinya, ligan dapat dikelompokkan dalam ligan monodentar, bidentat, tridentat, dan seterusnya. Tri-o-tolilfosfina (otp) merupakan turunan dari PPh3. Otp merupakan ligan yang lebih ruah dibandingkan PPh3 karena adanya substituen gugus metil di posisi orto pada gugus fenil. Adanya substituen tersebut akan menghasilkan dua macam efek, yaitu efek sterik dan efek elektronik. Efek sterik akan menyebabkan atom P pada ligan otp lebih sulit didonorkan ke atom pusat dibandingkan atom P pada ligan PPh3. Efek elektronik dihasilkan oleh gugus metil karena ia merupakan gugus pendorong elektron (gugus +I). Efek elektronik ini menyebabkan rapatan elektron pada atom P di ligan otp lebih besar dibandingkan rapatan elektron pada atom P di ligan PPh3. Efek sterik menyebabkan ligan otp cenderung lebih lemah dibandingkan ligan PPh3. Sebaliknya, efek elektronik menyebabkan ligan otp cenderung lebih kuat dibandingkan ligan PPh3 (Hidayatullah, 2011:13) Ligan otp ini memiliki atom donor fosfor yang juga merupakan golongan 15. Secara teori atom fosfor akan lebih mudah mendonorkan PEB daripada atom Nitrogen. Hal ini dikarenakan atom P memiliki kulit electron lebih banyak dan daya tarik inti terhadap electron terluar lebih kecil. Sehingga mengakibatkan electron terluar lebih mudah mendonorkan elektronnya. Kemampuan atom P bertindak sebagai atom donor juga dapat dijelaskan berdasarkan harga keelektronegatifan dari atom tersebut. Makin besar harga keelektronegatifan suatu atom, maka atom tersebut akan makin sulit mendonorkan electron pada atom pusat. Menurut skala Pauling, keelektronegatifan atom donor P adalah 2,19 sedangkan keelektronegatifan atom donor N adalah 3,04. Berdasarkan data tersebut, keelektronegatifan atom P lebih kecil daripada keelektronegatifan atom N, sehingga atom P lebih mudah mendonorkan electron pada atom pusat. Koordinasi ligan otp dapat terjadi melalui atom donor P. Senyawa kompleks yang membentuk ikatan kovalen koordinasi atom pusat dengan turunan ligan otp melalui atom donor P ditunjukkan pada Gambar 1.5

.
Gambar 1.5 Struktur [AgNO2{P(o-tolyl)3}2] (Cingolani, dkk, 2002:6633-6645)

Gambar 1.5 menerangkan ion Ag(I) dengan ion nitrit dan ligan otp dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi. Koordinasi ligan otp dengan ion Ag(I) terjadi melalui atom donor P dan ion nitrit berkoordinasi dengan Ag(I) melalui atom O. Senyawa kompleks Hg(II) dengan ligan otp yang berhasil disintesis dan dilaporkan diantaranya dengan rumus [(o-Tolyl)3P]HgCl2, [(o-Tolyl)3P]HgBr2, [(o-Tolyl)3P]HgI2, [(o-Tolyl)3P]Hg(SCN)2 ( Alyea dkk.,1977:4227).

3. Karakterisasi Ion Sulfat Ion sulfat terbentuk dari atom pusat S dan 4 atom O sebagai subtituen, yang memiliki muatan 2- sehingga disebut anion. Gambar ion sulfat ditunjukkan pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7

Struktur Ion Sulfat

Ion sulfat dalam senyawa kompleks dapat berperan sebagai ligan dan dapat berperan sebagai anion pengimbang. Ion sulfat berperan sebagai ligan karena memiliki dua atom donor dari O yang mempunyai PEB sehingga dapat mengalami koordinasi dengan atom pusat dari senyawa kompleks. Peran ion sulfat sebagai ligan menyebabkan senyawa kompleks bersifat netral. Salah satu senyawa kompleks yang mengikat ion sulfat sebagai ligan adalah [Zn(L)(SO4)] (L = 2-(2-chloro-6-fluorophenyl)-1H-imidazo[4,5f][1,10]phenanthroline) yang disintesis oleh Zie-Guo, dkk.(2013) yang disajikan pada Gambar 1.8 sebagai berikut.

Gambar 1.8

Struktur [Zn(L)SO4] (Zie-Guo, Dkk, 2013:1019-1022)

Sedangkan ion sulfat berperan sebagai anion pengimpang yang berfungsi untuk menjaga agar kompleks yang dihasilkan memiliki bilangan koordinasi rendah. Ion sulfat dipilih karena memiliki sifat basa yang rendah sehingga kemampuan mengkoordinasi terhadap atom pusat tidak terjadi. Adanya ion pengimbang ini dapat mengurangi tolakan antar ligan yang ukurannya meruah. Salah satu kompleks dengan ion sulfat sebagai anion pengimbang adalah [Zn(L)2]X (L= N-(2-pyrrolylmethylene)-2-amino-1,3,4-thiadiazole, X = SO42-)

yang disintesis dan dilaporkan oleh Chohan, dkk. (2002) yang disajikan pada Gambar 1.9 sebagai berikut.

Gambar 1.9

[Zn(L)2]X (L= N-(2-pyrrolylmethylene)-2-amino-1,3,4-thiadiazole, X = SO42-) (Chohan, dkk, 2002:263-267)

4. Kestabilan Senyawa Kompleks Salah satu teori yang dapat digunakan bagi dasar kestabilan senyawa kompleks dari ion logam sel tertutup adalah teori HSAB (Hard and Soft Acids and Bases) yang dikemukakan oleh Pearson (1963: 3533-3539). Pearson mengusulkan bahwa asam-basa Lewis dapat diklasifikasikan sebagai asam-basa lunak (soft) dan keras (hard). Asam-basa lunak mempunyai sifat terpolarisasi tinggi dan asambasa keras mempunyai sifat terpolarisasi rendah. Menurut teori HSAB asam-asam keras lebih memilih bersenyawa dengan basa-basa keras dan asam-asam lunak memilih bersenyawa dengan basa-basa lunak sehingga membentuk kestabilan senyawa kompleks yang besar. Ion-ion logam dengan elektronegatifitas rendah termasuk asam keras dan ion-ion logam dengan elektronegatifitas tinggi termasuk asam lunak. Sedangkan ion Zn(II) merupakan asam terletak pada perbatasan antara asam keras dan asam lunak. Oleh karena itu, atom zink(II) mempunyai kecenderungan untuk membentuk senyawa adisi dengan basa lunak dan basa keras maupun basa yang berada pada daerah

10

perbatasan keras dan lunak. Sehingga Zn(II) yang termasuk asam perbatasan dapat bereaksi pula dengan otp yang merupakan basa lunak.

5. Karakterisasi Kristal Hasil Sintesis Analisis SEM-EDX dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur senyawa kompleks hasil sintesis melalui bentuk permukaan kristal. Bentuk permukaan kristal hasil sintesis dapat dilihat melalui SEM (Scanning Electron Microscope) dengan tingkat perbesaran hingga 1.000.000 kali. SEM merupakan mikroskop elektron dengan tingkat resolusi yang cukup tinggi karena menggunakan sinar elektron berenergi tinggi sehingga dapat menggambarkan material berdasarkan interaksi elektron dengan permukaan sampel. Prinsip analisis unsur dengan menggunakan EDAX adalah untuk mendeteksi sinar X yang didifraksikan oleh unsur-unsur dalam senyawa kompleks (material sasaran). Sinar X timbul sebagai interaksi berkas elektron energi tinggi dengan elektron-elektron atom dalam senyawa kompleks sehingga elektronelektron tersebut akan tereksitasi, yaitu elektron terlempar dari orbital dengan energi rendah ke orbital dengan energi yang lebih tinggi. Elektron pada tingkat energi yang lebih tinggi terlempar ke tingkat energi yang lebih rendah sambil memancarkan sinar-X. Informasi yang dapat diperoleh dari pengujian komposisi menggunakan EDAX adalah spektrum energi sinar X dan intensitas. Jenis atom atom atau unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa kompleks (material sasaran) dapat diketahui dari spektrum energi sinar X. Persentase unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa kompleks dapat diketahui dari besar intensitas.

G. Hipotesis Kristal hasil sintesis diprediksi tidak berwarna. Berdasarkan teori medan kristal, kompleks yang orbital d atom pusatnya penuh (d10) tidak terjadi penyerapan radiasi dengan panjang gelombang tertentu pada saat transisi d-d. Kompleks yang dihasilkan diduga BKnya 4 atau 6 tergantung jumlah atom donor yang terikat pada atom pusat. Jika kompleks BKnya 4 geometrinya tetrahedral, sedangkan kompleks BK 6 geometrinya oktahedral. Secara pasti, struktur

11

senyawa kompleks yang terbentuk tidak dapat ditentukan dengan analisis DHL, titik lebur, EDX maupun IR. Strukturnya hanya dapat ditentukan melalui analisis sinar-X kristal tunggal. Namun, struktur kompleks bisa diprediksi berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai analisis tersebut. Prediksi struktur senyawa kompleks hasil sintesis dengan perbandingan stoikiometri garam dan ligan berturut-turut sebesar 1:1 dan 1:4 diberikan secara berturutan pada Gambar 1.8 dan 1.9.

Gambar 1.8

Prediksi 1 Struktur Senyawa Kompleks

Gambar 1.9

Prediksi 2 Struktur Senyawa Kompleks

12

Berdasarkan struktur prediksi 1 pada Gambar 1.8, ion pusat Zn(II) mengikat satu ligan otp dan satu ion sulfat. Ligan otp bertindak sebagai monodentat dengan atom donor berupa P, sedangkan ion sulfat bertindak sebagai ligan bidentat dengan 2 atom donor berupa O. Kompleks [ZnP(o-tolyl)3SO4] bersifat netral karena ion sulfat bertindak sebagai ligan. Kompleks pada Gambar 1.9 menunjukkan struktur prediksi 2 dengan atom pusat ion zink (II) yang mengikat 4 ligan otp melalui atom donor P. ion sulfat bertindak sebagai ion pengimbang sehingga diperoleh kompleks yang bersifat ionic. Kompleks [Zn(P(o-tolyl)3)4]SO4 dengan bilangan koordinasi 4 memiliki struktur tetrahedral.

H. Metode Penelitian 1. Desain / Rancangan Penelitian Penelitian tentang Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Dari Garam Zink(II) Sulfat Dengan Ligan Tri-O-Tolylfosfina merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium. Metode sintesis yang digunakan adalah metode reaksi langsung. Tahap penelitian dibagi menjadi dua bagian, meliputi: (1) sintesis senyawa kompleks, dan (2) karakterisasi dan identifikasi senyawa kompleks meliputi: (1) penentuan titik lebur; (2) penentuan unsur dalam senyawa kompleks dengan SEM-EDAX ; (3) analisis software Hyperchem ; dan (4) uji daya hantar listrik (DHL); dan (5) Uji Kualitatif Ion Sulfat. Alur kerja di Lampiran 1 dan 2.

2. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah perbandingan stoikiometri reaktan, sedangkan variabel terikatnya adalah struktur dari senyawa kompleks hasil sintesis.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

13

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang pada bulan Desember 2013 sampai selesai. Penentuan kandungan unsur-unsur dalam senyawa kompleks dengan Energy Dispersive X-Ray (SEMEDX) akan dilakukan di Laboratoium Sentral FMIPA Universitas Negeri Malang. Uji Daya Hantar Listrik (DHL) akan dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I Malang.

4. Alat dan Bahan yang Diperlukan Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian yaitu gelas kimia 50 mL, termometer, klem, statif, manice, spatula, batang pengaduk kaca, tabung reaksi besar, kaca arloji, botol semprot, pipet tetes, corong kaca, sumbat karet, alumunium foil, desikator, erlenmeyer 100 mL, gelas kimia 250 mL, ultrasonic cleaner, neraca analitik Sartorius Element ELT103, alat ukur titik lebur (SIBATA Mel-270), seperangkat alat Energy Dispersive X-Ray Analysys Spectroscopy (EDAX) Inspect, seperangkat alat X-Ray Diffraction (XRD) Powder Cell, dan seperangkat alat pengukur Daya Hantar Listrik (DHL). Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah serbuk ZnSO4.H2O (Merck; p.a.), tri-o-tolylfosfina (Aldrich; p.a.), etanol (JT. Baker; p.a), metanol (JT. Baker; p.a), HCl (Merck; p.a.), BaCl2 (Merck; p.a.) dan aquades.

5. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian akan dilakukan melalui dua tahapan, yaitu sintesis senyawa kompleks dari garam Zink (II) sulfat dengan ligan tri-otolylfosfina, dan karakterisasi kompleks yang terbentuk. a) Sintesis Kompleks Zink(II) Sulfat dengan Ligan Tri-o-Tolylfosfina Terdapat dua data yang direkam, yaitu data sebelum sintesis dan sesudah sintesis. Data sebelum sintesis berupa sifat fisik reaktan dan pelarut, massa reaktan, dan volume pelarut. Data setelah sintesis berupa sifat fisik dan massa kristal yang diperoleh. b) Karakterisasi Senyawa Kompleks

14

Karakterisasi senyawa kompleks akan dilakukan secara berurutan mulai dari uji titik lebur, analisis SEM-EDX, Analisis Prediksi melalui Software Hyperchem, uji daya hantar listrik, dan Uji Kualitatif Ion sulfat.

1) Uji Titik Lebur untuk Penentuan Kemurnian Kompleks Penentuan titik lebur memberikan informasi bahwa kristal yang diperoleh murni. Kristal yang dinyatakan murni jika rentang titik lebur tidak lebih dari 2C. Selain itu, penentuan titik lebur juga untuk mengetahui senyawa kompleks yang disintesis adalah senyawa baru, dimana mempunyai titik lebur yang berbeda dari senyawa penyusunnya. Pada penentuan titik lebur, kristal yang diperoleh dimasukkan ke dalam pipa kapiler, kemudian pipa kapiler tersebut dimasukkan pada alat apparatus melting point. Alat diatur agar suhu dapat naik secara perlahan-lahan. Suhu dicatat ketika kristal mulai mengalami perubahan warna (terdekomposisi) dan meleleh secara keseluruhan. Pengukuran titik lebur senyawa kompleks hasil sintesis dilakukan sebanyak dua kali.

2) Analisis Senyawa Kompleks dengan SEM-EDX Analisis SEM bertujuan mengetahui bentuk permukaan Kristal, sedangkan analisis EDX mengetahui unsur-unsur senyawa kompleks hasil sintesis. Hasil analisis EDX berupa spectrum yang memuat kandungan unsur dan prosentase atomic yang terdapat dalam permukaan sampel.

3) Analisis Prediksi Struktur Optimasi melalui Software Hyperchem Analisis EDX menghasilkan prediksi rumus empiris sehingga didapatkan prediksi struktur senyawa kompleks hasil sintesis. Prediksi struktur tersebut dioptimasi menggunakan program HyperChem 8.0.3 untuk mendapatkan prediksi struktur yang stabil dan dipilih menjadi prediksi struktur senyawa kompleks hasil sintesis.

4) Uji Daya Hantar Listrik untuk Penentuan Jenis Kompleks

15

Daya hantar listrik (DHL) adalah ukuran kemampuan suatu zat menghantarkan arus listrik pada temperatur tertentu. Senyawa kompleks yang diperoleh diukur daya hantar listriknya untuk mengetahui apakah kristal yang diperoleh merupakan kompleks ionik atau netral. Uji dilakukan dengan menimbang kristal (mg) kemudian dilarutkan dalam pelarut MeCN (mL) dan diukur dengan konduktometer. Apabila DHL senyawa kompleks sama dengan DHL pelarut dan jauh lebih kecil dari DHL reaktan maka senyawa kompleks tersebut termasuk kompleks netral, sebaliknya bila DHL senyawa kompleks lebih besar dari DHL pelarut dan tidak jauh beda dari DHL reaktan maka senyawa kompleks tersebut termasuk kompleks ionik.

5) Uji Kualitatif Ion Sulfat Uji kualitatif ion sulfat bertujuan untuk memastikan keberadaan ion sulfat dan sifat senyawa kompleks hasil sintesis. Senyawa kompleks hasil sintesis dilarutkan dan ditambahkan BaCl2. Bila terbentuj endapan putih / larutan menjadi keruh maka dalam sampel terdapat anion Sulfat.

6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif. Analisis data dilakukan berdasarkan data hasil karakterisasi. Data hasil karakterisasi meliputi data titik lebur, data analisis EDX, data energi optimasi. daya hantar listrik dan uji kualitatif ion sulfat. Data-data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan disusun sedemikian sehingga terhimpun secara sistematis dan informatif. Rangkuman analisis data dalam penelitian diberikan pada Tabel 1.

16

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data

Tujuan

Data yang diperlukan Reaksi yang menghasilkan kristal Titik lebur

Menentukan metode sintesis

Teknik Teknik Analisis Data Pengumpulan Data Terbentuk kristal Menggunakan teknik senyawa sintesis langsung kompleks Mengukur titik lebur dengan menggunakan apparatus melting point Mengukur daya hantar listrik Mengamati rentangan titik lebur ZnSO4 dan senyawa kompleks

Menentukan kemurnian senyawa

Menentukan sifat Daya hantar senyawa listrik (DHL) kompleks netral atau ionik

Menentukan Presentase kandungan unsur kandungan unsur Menentukan Uji kualitatif keberadaan anion ion sulfat sulfat

Menggunakan EDAX

Terbentuknya endapan putih

DHL senyawa kompleks sama dengan DHL pelarut maka senyawa kompleks tersebut termasuk kompleks netral, DHL senyawa kompleks lebih besar dari DHL pelarut kompleks ionik. Diperoleh data kandungan unsur-unsur dalam senyawa kompleks Mengamati terbentuknya endapan putih BaSO4 yang tidak larut dalam HCl

17

I. Daftar Rujukan Alyea, E.C., Dias, S.A., Goel, R.G., Ogini, W.O. 1977. Mercury (II) complexes of tris(tert-butyl)phosphine and tri(o-tolyl)phosphine. Can. J. Chem, 55(15): 4227 -4232. Ara, I. & El Bahij, F. 2003. Synthesis and Characterization of Ethylxanthato complexes of Zinc(II) with P-donor Ligands. Transition Metal Chemistry, 28:908-912. Chohan, Z.H., Pervez, H., Rauf, A., Supuran, C.T. 2002. Antibacterial Role of SO42-, NO3-, C2O42- And CH3CO2 Anions On Cu(II) And Zn(II) Complexes of a Thiadiazole-Derived Pyrrolyl Schiff Base. Metal Based Drug, 8(5): 263-267. Cingolani, A., Effendy, Pellei, M., Pettinari, C., Santini, C., Skelton, B.W., White, A.H. 2002. Variable Coordination Modes Of NO2- In a Series of Ag(I) Complexes Containing Triorganophosphines, -Arsines, And -Stibines. Syntheses, Spectroscopic Characterization (IR, 1H And 31P NMR, Electrospray Ionization Mass), And Structures Of [AgNO2(R3E)X] Adducts (E ) P, As,Sb, x= 1-3). Inorg. Chem.,41:6633-6645. Fariati. 2000. Kriteria Pembentukan Struktur Senyawa Kompleks Ion Logam d10. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hidayatullah, S. 2011. Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Dari Perak Nitrat Dengan Ligan Campuran Tri-O-Tolilfosfina Dan Tiourea. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Jelliarko, P., Sik kim, H., Lee, J.S. 2005. Phosphine-bound Zinc Halide Complexes for the Non-Phosgen Route of Cyclic Carboate Preparation. Akta Kimindo, 1(1):23-26. Nami, S.A.A., Siddiqi, K.S., Chebude, Y. 2006. Synthesis Characterization and Thermal Behavior of ZnS4P2 Chromophore as Prototype. Indian Journal of Chemistry, 45:1139-1143. Pearson, R.G. 1963. Hard and Soft Acids and Bases. Journal of The American Chemical Society, 85 (22): 3533-3539. Zhi-Guo, K., Xu-Ran, S., Xiao-Ming, J., Bo, L., Wei-Wei, C. 2013. Synthesis, Crystal Structure, Thermal Behavior and Photoluminescent Property of Complex [Zn(L)(SO4)]0.5H2O. Chinese J. Struct. Chem,32(7):1019-1022.

18

J. Lampiran Lampiran 1. Perhitungan Preparasi Sampel Sintesis Senyawa Kompleks Dengan Perbandingan Mol Antara ZnSO4 : Tri-o-tolylfosfina sebesar 1:1 Mr ZnSO4.H2O = Ar Zn + Ar S + 5ArO + 2ArH = 65,37 + 32,064 + ( 5 x 16) + (2 x 1) = 179,434 Mr C21H21P = 21 Ar C + 21 Ar H + Ar P = (21 x 12,01) + (21x 1,01) + 30,97 = 304,184

Zat ZnSO4.H2O C21H21P

Mr 179,434 304,184

mol 0,001 0,001

massa(g) 0,0304184 0,0179434

19

Lampiran 2. Perhitungan Preparasi Sampel Sintesis Senyawa Kompleks Dengan Perbandingan Mol Antara ZnSO4 : Tri-o-tolylfosfina sebesar 1:4 Mr ZnSO4.H2O = Ar Zn + Ar S + 5ArO + 2ArH = 65,37 + 32,064 + ( 5 x 16) + (2 x 1) = 179,434 Mr C21H21P = 21 Ar C + 21 Ar H + Ar P = (21 x 12,01) + (21x 1,01) + 30,97 = 304,184

Zat ZnSO4.H2O C21H21P

Mr 179,434 304,184

mol 0,0005 0,002

massa(g) 0,0089 0,0179

20

Lampiran 4 Diagram Alir Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks dengan Perbandingan Mol antara ZnSO4:otp Sebesar 1:4 ZnSO4.7H2O (0,0089g; 0,0005 mol)
ditambah 5 mL metanol ditutup sumbat karet digetarkan dalam ultrasonic cleaner selama 1 jam

otp (0,0684g; 0,002 mol)


ditambah 5 mL etanol ditutup sumbat karet digetarkan dalam ultrasonic cleaner selama 1 jam

Larutan ZnSO4

Larutan otp
ditetesi larutan otp perlahan-lahan sedikit demi sedikit ditutup sumbat karet digetarkan kembali selama 1 jam

Larutan
dumbat karet diganti dengan alumunim foil dilubangi sebesar jarum dimasukkan termos dibiarkan hingga mengkristal

Kristal
dikarakterisasi

Uji titik lebur

EDAX

XRD

DHL

Kesimpulan

21

Anda mungkin juga menyukai