Anda di halaman 1dari 40

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Sintesis Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks didefinisikan sebagai senyawa yang terdiri dari atom
atau ion logam yang dikelilingi oleh molekul-molekul atau ion-ion yang disebut
ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
Pada umumnya ion pusat merupakan ion logam transisi karena memiliki orbital d
atau f yang terisi sebagian atau belum terisi penuh. Donasi pasangan elektron ligan
kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol logam dengan mol ligan
dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan maupun dengan pemanasan. Kompleks
Fe(L9).3SO4.5H2O (L9=1,10-phenanthroline) disintesis dengan cara merefluks
pada FeSO4.7H2O dan 1,10-phenanthroline dalam air terdeionisasi suhu 70oC (Lei
et al., 2012). Berdasarkan Bhagat et al (2012), sintesis kompeks [Fe(L10)]Cl
(L10=Bis-4-bromo-2-hydrazino-6-methylbenzothiazole) dilakukan dengan
mencampurkan Fe(II) dan Ligan dalam alkohol destilat pada pH 6 dengan
penambahan ammonia dan diaduk selama tiga jam. Kompleks lain dapat dihasilkan
dengan cara pencampuran tanpa pemanasan seperti pada kompleks [Fe(L11)2]
(L11=5-(diethylamino)-2-(5-nitro-1H-benzimidazol-2-yl)phenol) disintesis dengan
cara mencampur FeSO4.7H2O dengan L11 dalam metanol dan diaduk pada suhu
ruang (Padalkar et al., 2011).
2. Kompleks Fe(II)
Besi (II) merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama pada
periode empat dan golongan VIII B dengan nomor atom 26. Hal ini dikarenakan
besi memiliki elektron valensi delapan (4s2 3d6) dimana elektron terakhir dari

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

orbitalnya berada pada subkulit d dengan kulit terluar 4s2. Konfigurasi elektron
besi adalah [Ar] 3d6 4s2, sedang pada ion Fe(II)adalah [Ar] 3d64so (Lee, 1991:
753). Konfigurasi Fe dan Fe2+ ditunjukkan oleh Gambar 1.

Fe [Ar]

3d 6 4s 2 4p 4d

Fe 2+ [Ar]

3d 6 4s0 4p 4d
Gambar 1. Konfigurasi elektron Fe dan Fe(II)

Fe(II) dapat membentuk berbagai macam geometri pada kompleksnya yaitu


lurus (Reiff et al., 2009), segiempat datar (Ray et al., 2004), trigonal piramida
(Atanasov et al., 2011), trigonal bipiramida(Mandon et al., 2002), segiempat
piramida (Smith et al., 2002), tetrahedral (Ashoor et al., 2013), dan oktahedral (Li
et al., 2009; Chaudhary et al., 2009), tetapi pada umumnya Fe(II) mempunyai
bilangan koordinasi enam membentuk kompleks dengan struktur oktahedral
(Tafili-Kryeziu et al., 2013). Geometri dan sifat-sifat kompleks ditunjukkan oleh
Tabel 1.

Tabel 1. Geometri dan sifat-sifat kompleks


No Kompleks Keterangan Sifat Referensi
1 CH3 H3C CH3 Geometri Paramagnetik=5,5MB. Reiff et al.,
H3C 179,45 o
C CH3 lurus dengan Panjang ikatan Fe-N 2008
H3C N Fe N
H3C
CH3 sudut N-Fe-N sebesar 1.90 Å.
H3C CH3
H3C CH3 sebesar
179,45o
Gambar 2. Struktur [FeL 122]
(L12= N-(tersier butyl)2)
2 Geometri segi Warna=Kuning Ray et al.,
S S
Fe
empat datar kecoklatan. 2004
S S Paramagnetik=3.18BM

Gambar 3. Struktur [Fe(L13)2]2-


(L13=benzene-1,2-dithiolate)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3 R O Geometri Paramagnetik=5,5BM. Smith et al.,


-1
segiempat ). 2002
N CO piramida
Fe
CO
N

Gambar 4. Struktur
[L14Fe(13CO)2(13COMe)](L14=bu
-diketiminate ligand 2,2,6,6-
tetramethyl-3,5-bis((2,6-diiso
propyl- phenyl) imido)hept-4-yl)
4 -
O O Geometri -d transition), Ashoor et
N+
tetrahedral al., 2013
-1
),
-
O -N (440 cm-1).
N+

O HN
Aplikasi= antibakteri.
N H2
Fe
Cl Cl

Gambar 5. Struktur [FeL15Cl2]


(L15=2 ,4-dinitrophenylhydrazine)
5 H H
N
Geometri Warna=Merah Bhagat,
S
NH2 Br oktahedral kekuningan. 2012
H3C NH Paramagnetik=5,4
Fe MB.
HN CH3
Br H2N
N
H
S
H
-N = 459 cm-1 .
Gambar 6. Struktur [Fe(L10)]Cl
6 N O- Geometri Warna=Hitam. Chaudhary
oktahedral Paramagnetik=5,13 et al., 2009
H2O Fe2+ H2O MB
-N=464 cm-1 .
O- N Konduktansi molar= 9
ohm-1 cm² mol-1.
Gambar 7. Struktur
[Fe(L16)2(H 2O)2](L16= C13H12N2O Aplikasi= antibakteri.
=Salicylaldehyde- 4-amino-2-
nitro toluene )

Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) mengasumsikan


bahwa masing-masing molekul akan mencapai geometri tertentu sehingga tolakan
pasangan antar elektron di kulit valensi menjadi minimal. Pada penentuan struktur
ruang molekul molekul (Geometri) berdasarkan teori VSEPR umumnya atom
pusat atom pusat dilambangkan dengan A, jumlah atom yang dikat atau jumlah
pasangan elektron ikatan (PEI) dilambangkan dengan X dan pasangan elektron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bebas atom pusat dilambangkan dengan E. Berbagai struktur ruang molekul dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Struktur ruang molekul molekul berdasarkan teori VSEPR (Lee, 1991)
Geometri Sudut Jumlah Jumlah Rumus Bentuk Molekul
ikatan PEI PEB (AXnEm)
(X) (E)

Lurus 180o 2 0 AX2

Trigonal 120o 3 0 AX3


piramida

Tetrahedral 109,5o 4 0 AX4

Trigonal 90o 5 0 AX5


bipiramida 120o

Oktahedral 90o 6 0 AX6

Segiempat 90o 4 2 AX4E2


datar

3. Teori Pembentukan Kompleks


Pembentukan kompleks Fe(II) dapat dijelaskan dengan berbagai teori
diantarnya teori ikatan valensi, teori medan kristal, dan teori orbital molekul.
a. Teori Ikatan Valensi
Menurut teori ikatan valensi ion kompleks terdiri dari ligan sebagai
basa lewis mempunyai pasangan elektron bebas yang terkoordinasi pada atom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

pusat yang mempunyai orbital kosong. Ikatan yang terbentuk merupakan


ikatan kovalen koordinasi. Bentuk geometri yang dijumpai pada ion
kompleks Fe(II) adalah bentuk geometri tetrahedral, segiempat datar, trigonal
bipiramida, segiempat piramida, dan oktahedral. Bentuk geometri ditentukan
berdasar hasil eksperimen dengan difraksi sinar X (kristalografi). Sebagai
contoh pembentukan kompleks [Fe(L17)(L18)(L19)2] (L17 = mnt = cis-1,2-
dicyanoethylene-1,2-dithiolate, L18=bipy = -bipyridine, L19= t-BuNC).
Kompleks tersebut memiliki geometri oktahedral pada keadaam spin rendah
(Morigaki et al, 2009), ini berarti bahwa pada ion Fe(II) terjadi hibridisasi
d2sp3.

3d 4s 4p 4d
Fe2+

3d 4s 4p 4d
2+
Fe
mengalami hibridisasi d2sp3

3d 4s 4p
[Fe(mnt)(bipy)(t-BuNC)2]

S S N N C C
| | | | | |
mnt mnt bipy bipy t-BuNC t-BuNC
17 18 19
Gambar 8. Ilustrasi pembentukan kompleks [Fe(L )(L )(L )2] spin rendah

Kompleks [Fe(L17)(L18)(L19)2] pada keadaan spin rendah dapat


terbentuk jika ion logam Fe2+ menyediakan 6 orbital kosong untuk ditempati
pasangan elektron bebas dari enam atom donor dari ligan. Orbital yang
digunakan adalah dua orbital 3d, satu orbital 4s dan tiga orbital 4p yang
mengalami hibridisasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.
Kompleks [Fe(L20)2(L21)2] ( L20= dihydrobis(1,2,3-benzotriazolyl)
borate, L21 = py = pyridine) terjadi pada keadaan spin tinggi dan bergeometri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

oktahedral (Siddiqi et al, 2005), ini berarti pada ion Fe(II) terjadi hibridisasi
sp3d2.

3d 4s 4p 4d
Fe2+
3d 4s 4p 4d
2+
Fe
mengalami hibridisasi sp3 d2

3d 4s 4p 4d
[Fe(L)2.(py)2]

N N N N N N
| | | | | |
L L L L py py

Gambar 9. Ilustrasi pembentukan kompleks [Fe(L 20)2(L21)2] spin tinggi

Kompleks [Fe(L20)2(L21)2] pada keadaan spin tinggi dapat terbentuk jika


ion logam Fe 2+ menyediakan 6 orbital kosong untuk ditempati pasangan
elektron bebas dari enam atom donor ligan. Orbital yang digunakan adalah
satu orbital 4s, tiga orbital 4p dan dua orbital 4d yang mengalami hibridisasi
sp3d2. Orbital hibridisasi dapat diketahui dari bentuk geometri suatu senyawa
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Tabel 3 (Lee, 1991: 85).

Tabel 3. Bentuk Geometri dan Ikatan Hibrida Senyawa Kompleks (Lee,


1991:85)
Bilangan Koordinasi Bentuk Geometri Hibridisasi Orbital
2 Lurus Sp
3 trigonal planar sp2
4 tetrahedral sp3
4 segi empat datar dsp2
5 trigonal bipiramida sp3d
6 oktahedral sp3d2
7 pentagonal bipiramida sp3d3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

b. Teori Medan Kristal


Menurut teori medan kristal (Crystal Field Theory), ikatan antara logam
dan ligan dalam kompleks adalah murni elektrostatik. Logam transisi sebagai
atom pusat dianggap sebagai ion positif yang dikelilingi oleh ligan yang
bermuatan negatif atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron
bebas (Lee, 1991:204). Orbital d logam mempunyai tingkat energi yang sama,
akan tetapi ketika terbentuk kompleks mengalami pembelahan karena adanya
penggaruh dari medan ligan (Lee, 1991:204). Kelima orbital d yang tidak
identik dibagi menjadi dua kelompok yaitu orbital t2g dan e g. Orbital-orbital t2g
yaitu dxy, dxz, dan dyz memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi arah
di antara sumbu x, y, dan z. Orbital-orbital eg yaitu dx2-y2 dan dz2 memiliki
bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu seperti yang
ditunjukkan Gambar 10.

z y y z z

y x x y x

x
3 dz 2 dx2 -y 2 dxy dyz dxz

(a) (b)
Gambar 10. (a) Orientasi orbital eg dan (b) orbital t2g (Huheey, 1993:396).

1). Kompleks oktahedral


Medan ligan akan menyebabkan kenaikan tingkat energi orbital eg
lebih besar jika dibandingkan t2g. Pembelahan orbital d pada kompleks
oktahedral ditunjukkan oleh Gambar 11(a).Perbedaan energi antara orbital
t2g dan eg eg
diatas tingkat energi rata-rata, sedangkan orbital t2g mempunyai energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

- -rata (Lee, 1991:208). Dimana n(t 2g) dan


n(eg) berturut-turut adalah jumlah elektron yang mengisi orbital t2g dan e g
(Lee, 1991:211).

eg
t2g

+0,4
tingakt energi
Energi Energi rata-rata
tingkat energi
energi rata-rata -
-
energi rata-rata
rata-rata ion metal pada
medan sperical
ion logam dalam
medan
t2g
eg
ion logam dalam medan oktahedral ion logam dalam medan tetrahedral
(a) (b)

Gambar 11. (a) Pembelahan orbital d dalam medan oktahedral dan


(b) medan tetrahedral (Lee, 1991)

2). Kompleks tetrahedral


Diagram tingkat energi orbital d pada medan tetrahedral
ditunjukkan Gambar 11(b). Medan ligan kuat dapat menyebabkan
perbedaan energi pemisahan t2g dan eg yang lebih besar. Orbital eg
mempunyai energi - -rata, sedangkan
orbital t2g -rata (Lee,
1991: 220).
3). Kompleks segi empat datar
Tolakan elektron dari keenam ligan dalam suatu kompleks
oktahedral dapat memecah orbital d menjadi orbital t2g dan eg. Jika
elektron-elektron d dari logam terdistribusi secara sistematis, maka
elektron-elektron tersebut akan memberikan tolakan yang setara pada
keenam ligan, sehingga kompleks merupakan kompleks oktahedral
sempurna. Akan tetapi jika kedua ligan yang berada pada posisi trans
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

kompleks oktahedral bergerak menjauh dari ion pusat, maka kompleks


yang dihasilkan adalah kompleks oktahedral yang terdistorsi secara
tetragonal. Distorsi seperti ini dinamakan distorsi Jahn-Teller. Pembelahan
orbital d kompleks oktahedral karena pengaruh distorsi Jahn Teller
ditunjukkan oleh Gambar 12.

Energi
x2-y2 b1g
x2-y2
sp
z2 2
x -y 2
eg
orbital d dalam kedaan
terdegenerasi + 6 Dq z2 xy b2g
2
xy xz yz z x2-y2 10 Dq
- 4 Dq xy a1g
t2g z2
xy xz yz
pembelahan orbital d
pada kompleks oktahedral
xz yz
pembelahan orbital d
pada kompleks oktahedral xz yz eg
yang terdistorsi secara tetragonal
pembelahan orbital d
pada kompleks segi empat datar

Gambar 12. Ilustrasi pembelahan orbital d karena distorsi Jahn Teller


(Huheey, 1993: 404)

Distorsi Jahn Teller terdapat pada bentuk oktahedral dimana


orbital ion pusatnya terisi secara tidak simetris. Kedua ligan sepanjang
sumbu z yang menjauhi ion pusat menyebabkan orbital dxy, dxz dan dyz-nya
terstabilkan dan energinya berkurang karena elektron-elektron yang
terdapat pada orbital tersebut memperoleh tolakan yang lebih kecil
dibandingkan tolakan dalam bentuk oktahedral. Berkurangnya energi-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

energi orbital diatas, disertai dengan bertambahnya energi orbital-orbital


dx2-y2 dan dz2.Pelepasan kedua ligan pada posisi trans kompleks oktahedral
yang terdistorsi secara tetragonal akan menghasilkan kompleks dengan
struktur segi empat datar (Day and Selbin., 1987:599-602).
c. Teori Orbital Molekul
Teori orbital molekul dapat digunakan untuk menjelaskan adanya
ikatan kovalen dalam senyawa kompleks. Berdasarkan teori ini, pada
pembentukan senyawa kompleks, orbital-orbital dari atom pusat dan ligan
akan saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul (Lee, 1991: 228).
Pada kompleks oktahedral yang mana atom logam dikelilingi 6 ligan. Orbital
dxy, dxz, dyzyang arahnya berada diantara arah ligan menuju ion pusat tidak
terlibat dalam pembentukan ikatan (nonbonding). Sedangkan orbital dx2-y2 dan
dz2 yang mengarah langsung pada ligan dapat membentuk orbital molekul
ikatan (bonding) dan anti ikatan (antibonding), selain itu orbital 4s dan 4p
juga terlibat dalam pembentukan orbital molekul (Lee, 1994: 228).
Pada kompleks tetrahedral, lima orbital d logam terpisah menjadi dua
kelompok yaitu orbital molekul e (dx2-dy2dan dz2) dan t2 (dxy, dxz, dyz). Orbital
(dx2-dy2 dan dz2) merupakan orbital nonbonding e, yang tak terlibat dalam
pembentukan ikatan. Ketiga orbital p membentuk orbital bonding t2 dan
antibonding t2*. Orbital dx2-dy2 dan dz2 membentuk orbital bonding t2 dan
antibonding t2*. Orbital s membentuk orbital bondinga1 dan antibonding a1*.
Empat orbital ligan juga mempunyai orbital molekul bonding dan antibonding
(Huheey, 1993:418-420). Diagram tingkat energi orbital molekul pada
kompleks oktahedral dan tetrahedral ditunjukkan oleh Gambar13 (a) dan
Gambar 13(b).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

t1u*
px* py* pz*
antibonding
a1g*
p eg*
t1u
2
s dx2-y2 dz 10 Dq
a1g
d t2g nonbonding
dx2-y2dz2 dxydxz dyz dxy dxz dyz
eg t2g

eg
dx2-y2dz2
bonding
t1u
px py pz

a1g
orbital logam orbital molekul orbital ligan

(a) (b)
Gambar 13. (a) Diagram orbital molekul kompleks oktahedral (Huheey, 1993:
417) dan (b) diagram tingkat energi kompleks tetrahedral (Huheey, 1993:419).

4. Ligan Asam para-aminobenzoat


Asam para-aminobenzoat (PABA) merupakan bentuk isomer dari asam
amino benzoat (ABA) yang merupakan bahan yang digunakan dalam tabir surya
karena dapat membantu melindungi kulit terhadap radiasi ultra-violet. Aplikasi
PABA digunakan untuk meningkatkan protein yang digunakan dalam tubuh, hal
ini berkaitan dengan pembentukan sel darah merah dan membantu pembuatan
asam folat dalam usus. PABA terdapat dalam tiga bentuk (netral, anion dan
kation) akibat dari pengaruh pH lingkungan seperti yang terlihat pada Gambar 14
(Fatiha et al., 2008).

2.5<pH<5 pH>5 pH<2.4


COO - COO - COOH

NH 3+ NH 2 NH 3+

Gambar14. Bentuk spesies PABA pada pH yang berbeda (Fatiha et al., 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Ligan PABA terdiri atas gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2), yang
mana gugus tersebut berpotensi untuk berikatan dengan logam (Magarelli et al.,
2010). Selain itu, Asam p-aminobenzoic (PABA) merupakan ligan yang dapat
menghasilkan interaksi intermolekuler melalui ikatan hidrogen dan interaksi
- et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, Guedes et al.
(2011) telah mensintesis kompleks [CuCl2(PABA)2] dengan geometri segi empat
planar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 15.

HO Cl O
H H
N Cu N
H H
O Cl OH

Gambar 15. Struktur Kompleks [CuCl2(PABA)2] (Guedes et al., 2011)

Kompleks M1 (Mn, Co, Ni,Cu,Zn) dengan L3dan L4 telah disitesis oleh


Subbaraj et al (2014) dengan koordinaasi pada atom O, N- azomethine dari L3 dan
atom N-amino, O-deprotontasi karboksilat dari L4 secara bidentat (Gambar16).

(X=H2O; M1= Mn, Co, Ni,Cu,Zn)


Gambar16. Struktur Kompleks M1 dengan L3 dan L4 (Subbaraj et al., 2014)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Lain halnya dengan kompleks Co(II) dan Zn(II) pada Gambar 17, dua L5
terkoordinasi secara tridentat pada 2 atom O- deprotonasi karboksilat dan N-amino
(Min et al., 2013)

H2N
O

M2 -O
O-

O
NH2

(M2= Co2+, Zn2+ )

Gambar 17. Struktur kompleks M2 dengan L5 (Min et al., 2013)

5. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)


Pada sintesis kompleks metode SSA dapat digunakan untuk analisis kadar
logam dalam kompleks. Dasar perhitungan pada SSA adalah menggunakan hukum
Lambert-Beer yaitu: upakan
koefisien absorpsi molar, b merupakan tebal kuvet, dan C merupakan konsentrasi.
Hasil perhitungan akan memberikan kadar logam atau semi logam total, tidak
tergantung dari bentuk molekul logam atau semi logam dalam larutan sampel
(Szafran et al., 1991). Kadar Fe(II) hasil eksperimen berbeda sedikit dengan hasil
perhitungan, misalnya pada sintesis kompleks [Fe(L10)]Cl memiliki kadar Fe secara
eksperimen 8,08% sedangkan secara perhitungan 8,23% (Bhagat et al., 2012). Hasil
eksperimen dengan teori kompleks [Fe(L7)2]·H2O adalah 9,56% dengan 9,79%
(Adilee et al., 2012). Demikian juga pada sintesis kompleks [Fe(L22)3]I2 (L22=1-
alkyl-2-(arylazo)imidazoles) memiliki kadar Fe hasil eksperimen 6,70 % sedangkan
secara perhitungan 6,43% (Ray et al., 2003) dan pada kompleks [Fe(L23)2(H2O)2]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

(L23= C13H9N2O3Cl =Salicylaldehyde-4-chloro-2-nitro anilene), kadar Fe secara


eksperimen 8,81% sedangkan secara perhitungan 9,30% (Chaudhary et al., 2009).
6. Analisis Termal
Analisis termal adalah pengukuran sifat fisika dan kimia sebagai fungsi
temperatur (Skoog et al,. 1998). Teknik-teknik yang dicakup dalam metode
analisis termal diantaranya adalah analisis termogravimetri (Thermogravimetric
Analysis/TGA) dan analisis diferensial termal (Differential Thermal
Analysis/DTA). Analisis termogravimetri didasari pada perubahan berat akibat
pemanasan sedangkan analisis diferensial termal didasari pada perubahan
kandungan panas akibat perubahan temperatur. Sementara itu, Differential
Thermal Analysis (DTA) mengukur perbedaan temperatur antara sampel dan
materi pembanding inert sebagai fungsi temperatur, jika temperatur keduanya
dinaikkan dengan kecepatan sama dan konstan. Proses yang terjadi dalam sampel
adalah eksoterm dan endoterm, yang ditampilkan dalam bentuk termogram
differensial (Skoog et al., 1998:803).
Salah satu contoh temogram kompleks [Fe(L24)2].2H2O (L24 = 2-methoxy
cinnamylidenepyruvate) seperti ditunjukkan oleh Gambar 18. Gambar 18
menunjukkan puncak endotermis pada 150oC yang menunjukkan terjadinya
pelepasan 2 molekul H2O pada 50 155oC sebesar 6,71% sedangkan secara
perhitungan 6,50 %. Selanjutnya terdapat dua tahap dekomposisi pada 115 -
540oC dan 540 - 730oC menunjukkan pengurangan massa komponen selain H2O
sebesar 45,99 dan 33,41%. Gambar tersebut juga menunjukkan puncak endotermis
pada 700oC menunjukkan Fe3O4 sebagai residu akhir (Carvalho et al., 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

200 400 600 800 1000 1200

Temperatur/oC
Gambar 18. (a) Termogram TG dan (b) DTA kompleks [Fe(L24)2].2H2O
(Carvalho et al, 2011)

Dekomposisi ligan ortho- and para-aminobenzoic acid hydrazides (ABAH)


yang terjadi pada 341-390oC yang selanjutnya diikuti oksidasi dari molekul
organik pada 410-480 oC yang tersisa dengan pembentukan oksida logam yang
stabil sebagai produk akhir (Wahed et al., 2004). Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 19.

Gambar 19. Analisis Termal Kompleks Ni dengan ABAH (Wahed et al., 2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

7. Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik adalah ukuran kekuatan larutan yang dapat
menghantarkan listrik (Rivai, 1995: 39). Jumlah muatan atau jumlah ion dari
spesies yang terbentuk ketika larutan kompleks dilarutkan dapat diketahui dengan
cara membandingkan daya hantar molar kompleks tersebut dengan senyawa ionik
sederhana dalam berbagai pelarut yang sesuai dan telah diketahui daya hantar
molarnya (Lee, 1991:197-198).
Daya hantar listrik yang ditimbulkan oleh satu mol zat disebut sebagai daya
hantar listrik molar (konduktivitas molar), yang dirumuskan oleh persamaan (1).

(1)
C
Keterangan :
2
.mol-1)
-1
)
C = konsentrasi larutan elektrolit (mol.cm-3)
Jika diketahui konsentrasi larutan elektrolit adalah mol.L-1, sedangkan
satuan daya hantar molarnya tetap maka persamaan (1) menjadi :
1000
(2)
C
Keterangan :
= daya hantar molar (S.cm2.mol-1)
-1
)
-1
C = konsentrasi larutan elektrolit (mol.L )
Apabila daya hantar spesifik larutan adalah daya hantar yang sudah
-1
, maka daya hantar molar larutan elektrolit
dapat ditulis:
*
(3)
1000C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Keterangan :
2
.mol-1)
-1
)
larutan kompleks
C = konsentrasi larutan (mol.L-1)
Jumlah ion yang terdapat dalam kompleks logam transisi dapat diketahui
dengan mengukur konduktifitas larutannya, pengukuran ini memberikan informasi
jumlah ion (kation dan anion) yang terdapat dalam kompleks, sehingga pengukuran
daya hantar listrik dapat digunakan untuk merumuskan senyawa kompleks yang
terbentuk (Szafran et al., 1991:102-104). Sebagaimana yang terjadi pada
kompleks Fe(II)-L25 (L25= RSH = resacetophenone salicyloyl hydrazone) memiliki
konduktivitas molar sebesar 2,34 ohm cm2/mol dalam pelarut DMF yang
menunjukkan bahwa kompleks bersifat non elektrolit (Kumar et al., 2012).
8. Analisis Ion
Banyak reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif
melibatkan pembentukan endapan. Salah satunya metode pengendapan digunakan
untuk mengidentifikasi adanya kation Fe2+ dan anion sulfat (SO42-). Identifikasi
adanya Fe dapat dilakukan dengan mereaksikan larutan yang akan dianalisis
dengan larutan basa (natrium hidroksida atau ammonium hidroksida), reaksi
tersebut akan menghasilkan endapan putih besi(II) hidroksida atau endapan coklat
apabila yang dihasilkan berupa besi(III) hidroksida. Selain itu analisis kation
golongan III A dapat dilakukan dengan penambahan K3Fe(CN)6 dengan HCl encer
apabila menghasilkan larutan biru tua menandakan adanya ion Fe(II) namun jika
larutan menjadi merah menandakan adanya ion Fe(III). Reaksi spesifik terhadap
Fe(II) ditandai oleh perubahan warna merah dengan penambahan o-Fenantrolina.
Sementara untuk identifikasi adanya anion sulfat (SO42-) dapat digunakan larutan
Pb2+ atau Ba 2+ yang akan menghasilkan endapan Pb(SO4)2 atau Ba(SO4)2 berwarna
putih (Vogel, 1985).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

9. Spektroskopi Infra Merah


Atom-atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila
radiasi infra merah yang kisaran energinya sesuai dengan frekuensi vibrasi
rentangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending) dari ikatan kovalen dalam
kebanyakan molekul dilewatkan dalam suatu cuplikan, maka molekul-molekul akan
menyerap energi tersebut dan terjadi transisi diantara tingkat energi vibrasi dasar
dan tingkat vibrasi tereksitasi (Hendayana, 1994:189). Pembentukan kompleks
dapat ditandai oleh beberapa hal yaitu terjadinya pergeseran serapan panjang
maks) spektra UV-Vis dan terjadinya pergeseran serapan
gugus fungsi spektra IR yang disebabkan karena adanya ikatan koordinasi (Sonmez,
2003:397-402). Gugus fungsi tertentu yang dapat menyerap sinar infra merah antara
lain:
a. Gugus- gugus pada cincin aromatis
Vibrasi gugus C=C cincin aromatis terkonjugasi menunjukkan serapan
pada daerah 1650 - 1600 cm-1. Serapan untuk gugus C-H cincin aromatis berada
pada daerah 3100 - 3000 cm-1 (Silverstein, 2005:85 - 86).
b. Oksigen - Hidrogen
Gugus O-H fenol atau alkohol bebas mempunyai serapan kuat pada
daerah 3700 - 3584 cm-1, sedangkan gugus O-H yang berikatan hidrogen
menunjukkan serapan pada daerah 3550 - 3200 cm-1 (Silverstein, 2005:88).
c. Nitrogen-Hidrogen
Vibrasi ulur gugus N-H primer dengan cuplikan padatan terlihat dua pita
serapan yang sedang, di daerah dekat 3288 (as) dan 3396 (s) (Min et al., 2013). N-
H sekunder menunjukkan serapan lemah di daerah 3330-3060 cm-1. Vibrasi
tekuk NH2 dalam keadaan padat terletak di dekat 1655-1620 cm-1 (Silverstein,
2005:100).
d. Sulfur - Oksigen
Gugus SO2 asimetris menunjukkan serapan pada daerah 1390-1290 cm-1,
sedangkan gugus SO2 simetris pada daerah 1190-1120 cm-1 (Stuart, 2004). Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

cuplikan padat harga tersebut bisa berkurang 10 - 20 cm-1 (Silverstein,


2005:106). Serapan gugus S=O berada pada daerah 1050 - 1000 cm-1
(Silverstein, 2005:82). Serapan untuk gugus S-O berada pada daerah 750 - 1000
cm-1 (Ismiyati et al., 2008).
e. Karbon - Nitrogen
Gugus C-N primer, sekunder, dan tersier tak terkonjugasi mempunyai
serapan medium pada daerah 1250 - 1020 cm -1. Untuk gugus C-N terkonjugasi
mempunyai serapan kuat pada daerah 1342 - 1266 cm-1 (Silverstein, 2005:102).
Spektra serapan -NH2 kompleks [Fe(L26)4Cl2] (L26 = MSH =
-1
Methanesulfonic acid hydrazide) terjadi pada 3322 cm sementara pada ligan
muncul serapan pada 3354 cm-1. Pergeseran ini menunjukkan terjadinya koordinasi
melalui atom nitrogen -NH2 ke ion Fe(II) Selain itu spektra serapan -SO2- simetri
dan asimetris ditunjukkan pada 1318 dan 1158 cm-1 (Dodoff et al., 2003).
Pada kompeks [Fe(L 10)]Cl], Ligan BHMB merupakan ligan tridentat yang
mengandung nitrogen sekunder di cincin benzena dan nitrogen utama amina.
Serapan IR pada 3100 cm-1 dan 3000 cm-1 menunjukkan bahwa senyawa tersebut
memiliki NH2 bebas dan -NH, sementara pada 3400 cm-1 merupakan daerah
serapan OH yang menunjukkan adanya air kristal pada kompleks. Adanya
koordinasi melalui atom nitrogen ditandai oleh adanya serapan barupada 459 cm-1
-N) (Bhagat et al., 2012). Serapan Fe-N juga
ditunjukkan oleh [Fe(L27)2L9] ((L27= -naphthylaminedithio carbamate) pada 466
cm-1 (Assaf et al.,2008).
Kompleks [Fe(L23)2(H2O)2], [Fe(L28)2(H2O)2] (L28 = C13H10N2O3
29 29
=Salicylaldehyde-3-nitro anilene), dan [Fe(L )2(H2O)2] (L = C13H10N2O3
=Salicylaldehyde-4-nitro anilene) yang disintesis oleh Chaudhary et al.(2009)
memiliki serapan IR pada 465, 464 dan 466 cm-1 yang menunjukan atom N pada
azomethina terkoordinasi pada logam Fe(II). Adanya air Kristal yang terkoordinasi
pada logam ditunjukkan pada serapan atom melebar pada 3400(s,b).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

10. Spektra Elektronik Kompleks Fe(II)


Ion Fe(II) dengan konfigurasi d6 mempunyai satu tingkat energi yaitu 5D
yang akan terpisah menjadi tingkat energi 5t2 dan 5e pada oktahedral dan
tetrahedral. Pada kompleks tetrahedral dengan spin tinggi pita serapan 5e -5t2
terdapat pada daerah sekitar 4000 cm-1. Untuk kompleks oktahedral dengan spin
tinggi, misalnya pada kompleks Fe(H2O)62+, transisi 5t2g-5eg terdapat pada daerah
visible atau daerah dekat infra merah (sekitar 10.000 cm -1) (Cotton and Wilkinson,
1988:716).
Pada kompleks oktahedral dengan konfigurasi d6 kemungkinan elektron
yang tereksitasi tidak hanya dari t2g ke eg
ke eg yang disebut dengan Ligand to Metal Charge Transfer (LMCT) yang
menunjukkan serapan kuat didekat 250 nm. Sebagaimana ditunjukkan oleh
kompleks IrBr63- yang menunjukkan transisi LMCT seperti yang ditunjukkan oleh
Gambar 20 (Miessler and Tarr, 2011:437-438).
Transisi lain yang mungkin terjadi adalah transisi Metal to Ligand Charge
Transfer (
akan menerima sinar absorbsi seperti ditunjukkan oleh Gambar 21.

eg

d t2g
LM CT

Uncoordinated metal Kompleks oktahedral Orbital-orbital sigma ligan

Gambar 20. Transisi LMCT kompleks oktahedral (Miessler and Tarr, 2011:437).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

eg
d

t2g
Uncoordinated metal Kompleks oktahedral Orbital-orbital * ligan
Gambar 21. Transisi MLCT kompleks oktahedral (Miessler and Tarr, 2011:438).

Transisi elektronik kompleks Fe(II) misalnya pada kompleks oktahedral


[Fe(L10)]Cl, menunjukkan serapan 275 nm (36363 cm -1) merupakan transisi LMCT
(Bhagat et al., 2012).Transisi elektronik berbeda ditunjukkan kompleks
[Fe(L18)3]3[H2W12O40].6H2O yang menunjukkan transisi MLCT pada serapan 520
nm (19231 cm-1) (Li et al., 2010). Hal berbeda juga terjadi pada kompleks
[Fe(L30)2]( L30 = HNAPAG = 2 hydroxyl -3 nitro 3 Nitro acetophenyl
aminoguanidine) menghasilkan serapan pada 862 nm (11600 cm-1) yang
merupakan transisi 5T2g 5
E2g menunjukkan geometri oktahedral (Mishra et al.,
2012).
11. Sifat Magnetik
Suatu kompleks logam transisi dapat bersifat paramagnetik dan
diamagnetik. Sifat paramagnetik terjadi pada orbital d yang terisi elektron secara
tidak berpasangan. Umumnya terjadi pada kompleks dengan medan ligan yang
lemah yang menyebabkan pemisahaan orbital d yang dihasilkan tidak terlalu besar
sehingga orbital d memiliki energi yang rendah. Masing masing orbital d akan
terisi oleh satu elektron dan elektron berikutnya cenderung mengisi orbital dengan
tingkat energi yang lebih tinggi, keadaan ini disebut dengan spin tinggi. Sama
halnya sifat paramagnetik, kompleks feromagnetik memiliki spin tinggi dengan
empat elektron tidak berpasangan. Namun kompleks feromagnetik sangat mudah
dipengaruhi medan magnet karena memiliki medan ligan yang sangat lemah.
Sedangkan sifat diamagnetik terjadi pada orbital d yang terisi elektron secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

berpasangan dan pada umumnya terjadi pada kompleks dengan medan ligan yang
kuat. Apabila medan ligan memiliki medan ligan yang kuat akan menghasilkan
pemisahan orbital d yang besar, sehingga orbital d memiliki energi tinggi dan
elektron cenderung berpasangan, keadaan ini disebut dengan spin rendah (Lee,
1991: 675).
Pengukuran paramagnetisme merupakan ukuran yang baik untuk
mendeteksi banyaknya elektron tidak berpasangan dalam unsur atau persenyawaan
kimia (Cotton and Wilkinson, 1988:631). Senyawa kompleks dengan orbital d dan
f yang belum terisi penuh, dapat diketahui rentang sifat kemagnetannya, yang
tergantung pada tingkat oksidasi, konfigurasi elektron dan bilangan koordinasi
atom logamnya.
Harga momen magnetik kompleks Fe(II) spin tinggi dengan konfigurasi d6
dengan empat elektron tidak berpasangan adalah 5,0 - 5,6 BM ditunjukkan pada
Tabel 4 (Lee, 1991:669) dan 4.6 -5.3 BM (Manikshete et al, 2010).

Tabel 4. Harga momen magnet pada kompleks spin tinggi (Lee, 1991:669)
Ion Jumlah electron Momen magnet Momen magnet
tak berpasangan secara teori secara eksperimen
1/ 2
eff 2 s( s 1)
Ti3+ 1 1,73 1,7-1,8
V3+ 2 2,83 2,8-3,1
3+
Cr 3 3,87 3,7-3,9
2+ 3+
Cr , Mn 4 4,90 4,8-4,9
Mn2+, Fe3+ 5 5,92 5,7-6,0
2+
Fe 4 4,90 5,0-5,6
2+
Co 3 3,87 4,3-5,2
Ni2+ 2 2,83 2,9-3,9
Cu2+ 1 1,73 1,9-2,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Misalnya harga kompleks oktahedral [Fe L31](ClO4)2.H2O (L31 = 1,4,7,10-


tetrakis(2-pyridylmethyl)-1,4,7,10 tetraazacyclododecane ) sebesar 5,46 BM pada
suhu 293 K (Bu et al., 2000). Pada suhu ruang, momen magnet kompleks
[Fe(L27)2L28] sebesar 4,62 BM(Assaf et al.,2008), Fe(II)-L6 sebesar 4,63 BM
(Manikshete et al., 2010), [Fe(L8)2Cl2] sebesar 5,2 BM (Spinu et al., 2008).
Berbeda dengan harga eff kompleks Fe(L1)2(H2O)2 sebesar 0 BM yang
menunjukkan kompleks bersifat diamagnetik (Modhavadiya, 2011). Lain halnya
dengan [Fe(L32)Cl] (L32= N,N -bis(3-methoxy-2-hydroxybenzylidene)-1,6-diamino-3-
azahexane) bersifat feromagnetik dengan harga eff 6,04 BM (Salitros et al., 2012).
12. Senyawa Antibakteri
Senyawa antimikroba merupakan senyawa biologis atau kimia yang
memiliki kemampuan untuk menghambat atau bahkan membunuh pertumbuhan
dan aktivitas mikroba. Pengertian antimikroba secara umum adalah zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dan digunakan untuk kepentingan pengobatan
infeksi pada manusia dan hewan. Antibakteri termasuk dalam antimikroba yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Fitrial, 2012). Menurut
Siswandono et al.(1995), antibakteri dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain
a. Turunan aldehida
Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur
kimianya, misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Turunan
aldehid umumnya digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% -
5% dan bekerja dengan mendenaturasi protein sel bakteri(Somani, et al., 2011).
b. Turunan alkohol
Alkohol bekerja dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan
umumnya dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol
bersifat bakterisid yang cepat, digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai
pengawet. Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat dibandingkan
etanol karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri
dan denaturasi bakteri (Elisabeth,et al., 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

c. Senyawa pengoksidasi
Senyawa pengoksidasi yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah
hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium
permanganat, dan natrium perborat (Aboh, et al., 2013). Hidrogen peroksida
adalah senyawa pengoksidasi yang sering digunakan sebagai antimikroba.
Senyawa ini diurai oleh enzim katalase menghasilkan oksigen yang aktif
sebagai antiseptik. Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida
dan asam benzoat. Benzoil peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan
sebagai antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan jerawat (Aboh,et al., 2013).
d. Turunan fenol
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan fenol
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid. Senyawa
turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung molekul
fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur kimia tersebut
bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas
antibakteri (Brewer, 2010).
Senyawa fenolik seringkali digunakan dalam campuran sabun dan
deterjen. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya
merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan
isi sel keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan
aktivitas desinfektannya. Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam
pengujian desinfektan karena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat
merusak dinding sel dan membran sel, mengkoagulasi protein, merusak
ATPase, merusak sulfohidril dari protein, dan merusak DNA sehingga efektif
membunuh bakteri (Siswandono, 1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).
Mekanisme kerja dan sasaran utama dari senyawa fenol dijelaskan pada
Gambar 22 (Russel dan Chopra, 1987).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Gambar 22. Mekanisme kerja dan sasaran utama desinfektan

Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan membentuk
senyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Ikatannya dengan
reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah. Pemasukan gugus nitro
dapat meningkatkan aktivitas antimikroba (Pratiwi, 2008; Ghanem, et al.,
2012). Pemasukan gugus asam karboksilat meningkatkan aktivitas antimikroba
karena dapat meningkatkan kemampuan penetrasi ke membran sitoplasma
bakteri (Richard et al., 1995; Cagri et al., 2001).
Fenol, fenol terhalogenisasi, dan alkilfenol meskipun efek antibakterinya
besar tetapi tidak dapat digunakan secara sistemik karena toksisitasnya tinggi.
Senyawa-senyawa tersebut hanya digunakan untuk antiseptik kulit, mulut, dan
desinfektan. Contoh: timol, kresol, klorokresol, klorosilenol, dan betanaftol
(Pratiwi, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

e. Turunan ammonium kuartener


Turunan amonium kuartener seperti benzalkonium klorida, benzetonium
klorida, setrimid, dequalinium klorida, dan domifen bromida. Turunan ini
mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif
dan Gram negatif, jamur, dan protozoa. Tetapi, turunan ini tidak aktif terhadap
bakteri pembentuk spora, seperti Mycobacterim tuberculosis dan virus
(Loughlin, et al., 2002; Ghanem, et al., 2012).Keuntungan penggunaan turunan
amonium kuartener sebagai desinfektan antara lain adalah toksisitasnya rendah,
kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna, dan tidak
menimbulkan korosi pada alat logam. Kerugiannya adalah senyawa ini tidak
efektif dengan adanya sabun dan surfaktan anionik dan non ionik, ion Ca dan
Mg, serum darah, makanan, dan senyawa kompleks organik (Fazlara dan
Ekhtelat, 2012).
13. Mekanisme Senyawa Antibakteri
Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dibedakan menjadi bakteriostatik
dan bakterisidal. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri, sedangkan antibakteri bakterisidal bekerja dengan cara
mematikan bakteri secara langsung. Bakteriostatik dapat bertindak sebagai
bakterisidal dalam konsentrasi tinggi (Pelczar dan Chan, 2007). Faktor-faktor yang
memengaruhi aktivitas antimikroba menurut Jawetz et al. (2008) adalah pH
lingkungan, komponen-komponen perbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum
bakteri, dan masa pengeraman aktivitas metabolik mikroorganisme
Zat antimikroba dalam melakukan efeknya harus dapat mempengaruhi
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Menurut Pelczar dan Chan (2007) ada beberapa cara kerja senyawa antibakteri
antara lain perusakan dinding sel, perusakan membran sel, interkalasi dalam Asam
Deoksiribo Nukleat (ADN), penghambatan sintesis protein, dan pembentukan
khelat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

a. Perusakan dinding sel bakteri


Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk (Pelczar dan
Chan, 2007). Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan dan komponen yang
lain. Sel yang aktif secara konstan akan mensintesis peptidoglikan yang baru
dan menempatkannya pada posisi yang tepat pada amplop sel. Antibakteri
bereaksi dengan satu atau banyak enzim yang dibutuhkan pada proses sintesis,
sehingga akan menyebabkan pembentukan dinding sel yang lemah dan akan
menyebabkan pemecahan osmotik, sehingga bakteri mati (Jawetz et al., 2008).
b. Perusakan membran sel bakteri
Membran sel berguna sebagai penghalang selektif terhadap zat terlarut
dan menahan zat yang tidak larut. Beberapa zat diangkut secara aktif melalui
membran, sehingga konsentrasinya dalam sel tinggi. Zat-zat yang
terkonsentrasi pada permukaan sel akan mengubah sifat-sifat fisiknya sehingga
membunuh dan menghambat sel (Ghanem, et al., 2012). Sitoplasma semua sel
hidup dibatasi oleh membran sitoplasma yang berperan sebagai penghambat
permeabilitas selektif membawa fungsi transport aktif dan kemudian
mengontrol komposisi internal sel. Beberapa zat diangkut secara aktif melalui
membran, sehingga konsentrasinya dalam sel tinggi. Zat-zat yang
terkonsentrasi pada permukaan sel akan mengubah sifat-sifat fisiknya sehingga
membunuh dan menghambat sel (Ghanem, et al., 2012). Antibakteri akan
berikatan dengan membran fospolipid yang menyebabkan pemecahan protein
dan basa nitrogen sehingga membran bakteri akan pecah yang menyebabkan
kematian bakteri. (Jawetz et al., 2008).
c. Interkalasi dalam asam deoksiribo nukleat (ADN)
Antibakteri mampu mengikat secara kuat asam nukleat. Ikatan ini akan
menghambat sintesis ADN sehingga sintesis protein tidak terjadi. Turunan
trifenilmetan dan turunan akridin merupakan kation aktif yang dapat
membentuk ikatan hidrogen menghasilkan kompleks dengan gugus bermuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

negatif dari konstituen sel. Hal ini menyebabkan penghambatan proses biologi
yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian
(Stevens, 2011).
d. Penghambatan sintesis protein
Kebanyakan obat menghambat translasi atau sintesis protein, bereaksi
dengan ribosom-mRNA. Walaupun manusia mempunyai ribosom, tetapi
ribosom eukariotik berbeda dalam ukuran dan struktur dari prokariotik,
sehingga menyebabkan aksi selektif terhadap bakteri, bakteri mempunyai 70S
ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S ribosom. Subunit masing-
masing tipe ribosom, komposisi kimianya, dan spesifikasi fungsinya berbeda,
bisa untuk menerangkan mengapa antibakteri dapat menghambat sintesis
protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia
(Jawetz et al, 2008).
e. Pembentukan khelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang
tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-
enzim sehingga jasad renik mengalami kematian (Somani, et al.,2011).
Umumnya Ion logam (II) seperti Fe dan Cu membentuk khelat dengan gugus
fosfat pada rantai DNA (Thurman et al, 2012)
14. Kompleks Fe(II) sebagai antibakteri
Winarsi (2007) menyebutkan bahwa spesies oksigen reaktif ada dua yaitu
radikal dan non-radikal, dan secara garis besar dibedakan menjadi Spesies Oksigen
Reaktif (SOR), spesies nitrogen reaktif, spesies klorida reaktif . Radikal oksigen
meliputi : OH , O2 , lipid alkosil (LO ), hidroperoksil (OOH ) dan lipid peroksil
(LOO ). Sedangkan derivat oksigen non radikal atau sering disebut oksidan, adalah
suatu atom, molekul atau senyawa yang merupakan oxidizing agent atau mudah
diubah menjadi radikal, meliputi H2O2, peroksida lipid (LOOH), singlet oksigen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

(1O2). Spesies nitrogen reaktif juga merupakan suatu kumpulan radikal nitrit oksida
(NO ), nitrogen dioksida (NO2 ), dan atom atau senyawa non radikal seperti
HNO2, N2O4 dan ONOO . Demikian juga halnya dengan spesies klorida reaktif,
merupakan kumpulan senyawa radikal dan nonradikal klorida. Dalam kaitannya
dengan peroksidasi lipid membran SORlah yang paling berperan.
Menurut Murray et al. (2009) radikal bebas adalah molekul atau atom yang
mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit luarnya.
Konsekuensi berupa kecenderungannya memperoleh elektron dari substansi lain
menjadikan radikal bebas bersifat sangat reaktif, dan membentuk rantai reaksi yang
sangat merusak (Youngson, 2005). Untuk membentuk radikal hidroksil, diperlukan
tiga komponen yaitu logam transisi terutama Fe, H2O2, dan O2.
Ion bebas Fe(II) mampu mengkatalisis pembentukan Spesies Oksigen Reaktif
(SOR) melalui reaksi peroksida (1).
-
Fe(II) + H2O2 Fe(III) + OH + OH
Hidroksil radikal yang terbentuk dapat merusak asam nukleat pada DNA
bakteri. Hal ini mampu menyebabkan Spesies Oksigen Reaktif (SOR) yang
membentuk hidroksil radikal yang merusak asam nukleat pada DNA bakteri.
Berdasar Meneghini (1997), Pemutusan rantai DNA akibat serangan hidroksil
radikal ditunjukkan oleh reaksi (2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Kompleks Fe(II) pada umumnya dimanfaatkan sebagai senyawa


33 33
antibakteri. Kompleks Fe(II)-L (L = Sparfloxacin= 5-amino-1 cyclopropyl-7
(cis-3, 5 dimethyl-l-piperazyl)-6,8- dihydro-1, 4 dihydroo4-oxo-3-quinoline
carboxylic acid ) mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus (17 mm) dan
Escherichia coli (15mm) (Jain et al., 2002). Adilee et al (2012) juga telah
7
mensintesis [Fe(L )2]Cl·H2O sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus,
Strepto coccus, Proteus, Escherichia coli, dan Psedomonas aeruginosa (Adilee et
al, 2012).
Tabel 5 menunjukkan bahwa kompleks logam disintesis dan dibandingkan
aktivitas antibakterinya dengan ligan pembentuknya terhadap spesies bakteri
patogen (E. coli, S. aureus, dan P. aeruginosa). Aktifitas ligan meningkat ketika
dikoordinasikan pada ion logam dengan urutan aktifitas antibakteri dari besar ke
rendah yaitu Co(II) = Fe(II) > Ni(II) = Zn(II) = Cu(II) > Cd(II) (Spinu et al., 2008).

Tabel 5. Data aktivitas antibakteri ligan dan kompleks terhadap E. coli, S. aureus,
dan P. aeruginosa (Spinu et al., 2008).
Ligan/ kompleks E.coli S.Aureus P.aeruginosa
L8 ++ + +
8
[Fe(L )2Cl2] ++++ ++++ +++
[Co(L8)2Cl2] ++++ +++ ++
8
[Ni(L )2Cl2] +++ ++ ++
8
[Cu(L )2Cl2] +++ ++ ++
[Zn(L8)2Cl2] +++ ++ ++
[CdL8)2Cl2] ++ + +
Keterangan diameter daya hambat mm (% inhibisi): + = 6-10 (27-45%); + + = 10-14 (45-
64%); + = +=14-18 (64-82%); + + + + =18-22 (82-100%); + + + + + > 22 (100%)

Metode daya hambat juga telah dilakukan oleh Manikshete et al (2010),


Fe(II)- L6 terbukti sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Pseudomonas aeruginosa, Aspergillus niger and Candida albicans dengan daya


hambat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data aktivitas antibakteri ligan dan kompleks terhadap Pseudomonas ,


Staphylococcus aureus, Aspergillus niger and Candida albicans
(Manikshete et al.,2010)
Psedomonas (cm) S.Aureus (cm)
Senyawa
20% 40% 60% 80% 100% 20% 40% 60% 80% 100%
L6 - - - - +(1,8) - - - +(1,7) +(2,0)
[Fe(II)- L6] - - +(1,8) +(2,0) + +(2,2) - - +(1,9) +(2,1) + +(2,2)
Aspergilus Niger (cm) Candida albicans (cm)
Senyawa
20% 40% 60% 80% 100% 20% 40% 60% 80% 100%
L6 - - - + + - - - + +
6
[Fe(II)- L ] - - + ++ ++ - - + + +
Keterangan aktivitas antibakteri: + rendah, ++ sedang, +++ tinggi

15. Asam p-aminobenzoat sebagai anti bakteri


Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar diketahui
merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid
dalam minyak atsiri. Beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari
tanaman diantaranya adalah fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri), fenolik
dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis (Mawaddah, 2008).
Para Aminobenzoic acid merupakan salah satu asam organik dengan pH 5 yang
memiliki kemampuan penetrasi untuk merusak membran sitoplasma bakteri (Cagri,
et al., 2001). PABA menunjukkan aktivitas penghambatan yang baik pada L.
monocytogenes, E. coli, S.Aureus, dan Salmonella enteritidis (Richards et
al.,1995). Sintesis senyawa PABA dengan thiosemicarbazones menghasilkan
aktivitas daya hambat bakteri yang lebih baik terhadap K. pneumoniae, S. aureus,
Aspergillus Niger, Candida albicans, V. cholerae, Protease, E. coli dan B. subtilis
bahkan berpotensi sebagai antikanker (Kulandaivelu et al., 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

16. Bakteri
Bakteri berasal dari kata latin bacterium yang berarti termasuk dalam
kelompok besar dari organisme hidup. Bakteri berukuran sangatlah kecil
(mikroskopik) dan kebanyakan bersifat uniselular (bersel tunggal), dengan struktur
sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri termasuk ke dalam jenis prokariota.
Pada umumnya bakteri memiliki ukuran dengan diameter antara 0,5
et al. 2000).
Berdasarkan komposisi dan dinding sel, bakteri dibedakan menjadi bakteri
gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki struktur
dinding sel yang tebal (15- ding
sel terdiri atas lipid, peptidoglikan, dan asam tekoat. Kandungan lipid bakteri gram
positif lebih rendah (1-4%). Peptidoglikan sebagai lapisan tunggal memiliki jumlah
yang lebih dari 50% berat kering sel bakteri. Bakteri gram positif rentan terhadap
penisilin, namun lebih resisten terhadap gangguan fisik. Persyaratan nutriennya
relatif lebih rumit pada banyak spesies (Venkitanarayanan et al., 1999). Pada
bakteri gram negatif, struktur dinding sel berlapis tiga dengan ketebalan yang tipis
(10-15nm). Komposisi dinding sel terdiri atas lipid dan peptidoglikan dengan
jumlah sekitar 10% dari berat kering. Kandungan lipid pada bakteri gram negatif
cukup tinggi, yaitu 11-22%. Bakteri gram negatif umumnya kurang rentan
terhadap penisilin dan kurang resisten terhadap gangguan fisik. Persyaratan
nutriennya relatif sederhana dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Bakteri penyebab penyakit yang ditularkan melalui bahan pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga menyatakan bahwa
makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran
fisik, kimia dan bakteri. Secara alami, kebanyakan bahan makanan (daging, ikan
sayuran) bersifat agak asam, sedangkan sebagian lainnya (sebagian besar buah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

buahan) cukup asam. Secara umum bakteri patogen tidak dapat tumbuh atau
tumbuh sangat lambat pada pH dibawah 4,6.
Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No 7388:2009 mikroba
yang terdapat pada daging yaitu Escherichia coli (1 x 101 koloni/g), Salmonella
sp (negatif/25 g), Staphylococcus aureus (1 x 102 koloni/g), Bacillus cereus (1 x
102 koloni/g) (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
a. Salmonella
Salmonella adalah jenis gram negatif, berbentuk batang bergerak serta
mempunyai tipe metabolisme yang besifat fakultatif anaerob. Salmonella
penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang umumnya nampak 12-
36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala-gejala tersebut
adalah berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntah-muntah dan demam dan
dapat berakhir selama 1-7 hari (Buckle et al, 2007). Makanan-makanan yang
sering terkontaminasi oleh Salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan
hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta susu dan hasil olahannya
seperti es krim dan keju.
b. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan
panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob
fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 23. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40oC,
optimum pada 37oC (Dwidjoseputro, 1988). Nilai pH optimum pertumbuhan
Escherichia coli adalah 6,0-8,0; dengan pH minimum 4,3-4,4 dan pH
maksimum 9,0-10; sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan Escherichia
coli 37-41°C, dengan suhu minimum 3-10°C dan suhu maksimum 48-50°C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Gambar 23. Bakteri Escherichia coli (Robert, 2009)

Berikut sistematika bakteri E. coli (Dwidjoseputro, 1988):


Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Dinding sel bakteri tersusun atas membran luas dan peptidoglikan.
Peptidoglikan yang terkandung dalam dinding sel bakteri memiliki struktur lebih
komplek dibanding Gram positif. Peptidoglikan berfungsi mencegah lisis sel di
dalam media hipotonis, menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel.
Membran luar mengandung protein, terutama protein porin yang berperan sebagai
jalur pengangkutan dan sekaligus sebagai sawar bagi molekul-molekul yang
mampu melewati membran bagian luar. Membran luar menutupi lapisan
peptidoglikan. Membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam) dan
lipopolisakarida (lapisan luar) (Jawetz et al., 2008).
Bakteri ini adalah gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat
fakultatif anaerob dan termasuk golongan Enterobacteriaceae. Organisme ini
berada di dapur dan tempat-tempat persiapan bahan pangan melalui bahan baku
dan selanjutnya masuk ke makanan yang telah dimasak melalui tangan,
permukaan alat-alat dan peralatan lain. Masa inkubasi adalah 1-3 hari dan
gejala-gejalanya menyerupai gejalagejala keracuanan bahan pangan yang
tercemar oleh Salmonella atau disentri (Buckle et al, 2007). Bahan makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

yang sering terkontaminasi oleh E. coli diantaranya ialah, daging ayam, daging
sapi, daging babi selama penyembelihan, ikan dan makanan-makanan hasil laut
lainnya, telur dan produk olahannya, sayuran, buah-buahan, sari buah, serta
bahan minuman seperti susu dan lainnya.
c. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif. Morfologi
Staphylococcus aureus
jenis yang tidak bergerak, tidak bersimpai, dan tidak berspora seperti yang
ditunjukkan Gambar 24.

Gambar 24. Bakteri Staphylococcus aureus (Todar ,2011)

Berikut sistematika bakteri S. aureus (Dwidjoseputro, 1988):


Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam
tiga bidang dan sel-sel anaknya cenderung untuk tetap berada di dekat sel
induknya. Sifat-sifat biakan dari Staphylococcus aureus yaitu bersifat aerob dan
tumbuh baik pada perbenihan sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH
7,4. Merupakan salah satu kuman yang cukup kebal diantaraorganisme-
organisme tak berspora. Tahan dipanaskan pada 60oC dalam 30 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Sel-sel Staphylococcus aureus kebanyakan berhubungan dengan produk


bahan pangan yang telah dimasak terutama yang dikelola oleh manusia. Gejala-
gejala dari keracunan bahan pangan yang tercemar oleh Staphylococcus aureus
adalah yang bersifat intoksikasi. Pertumbuhan organisme ini dalam bahan
pangan menghasilkan racun enterotoksin, dimana apabila termakan dapat
mengakibatkan serangan mendadak yaitu kekejangan pada perut dan muntah-
muntah. Penyembuhannya cukup cepat dan umumnya sehari.
17. Metode Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode in vivo maupun in

menggunakan keseluruhan, hidup organisme sebagai lawan dari sebagian


organisme atau mati, atau in vitro dalam lingkungan yang terkendali. Hewan
pengujian dan uji klinis dua bentuk dalam penelitian in vivo. Dalam biologi
molekular in vivo sering digunakan untuk merujuk pada eksperimen dilakukan di
sel isolasi hidup bukan di seluruh organisme, misalnya, berasal dari sel-sel kultur
biopsy (Jawetz et al., 2008).
Percobaan vivo dilakukan dalam organisme, sedangkan dalam studi in vitro
dilakukan dalam tabung reaksi atau cawan petri. Namun untuk uji antibakteri
umumnya digunakan metode in vitro. keuntungan in vitro adalah tidak ada
interaksi dengan organ lain, sensitifitas meningkat, kondisi kontrol lebih baik,
experimental dpt lebih flexibel krn dilakukan diluar tubuh organisme,
interpretasinya jelas, kapasitas sampel besar, substansi yang diperlukan untuk
penelitian jumlahnya sedikit
Efektivitas antibakteri diukur in vitro untuk menentukan beberapa hal yaitu
potensi zat antimikroba, konsentrasinya dalam cairan tubuh dan jaringan dan
kepekaan bakteriterhadap antibakteri pada konsentrasi tertentu (Jawetz et al., 2008)
a. Metode dilusi
Metode ini menggunakan antimikrobia dengan kadar yang menurun
secara bertahap, baik dengan medium cair atau padat. Kemudian medium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

diinokulasi bakteri uji dan dieramkan (Jawetz et al., 2008). Tahap akhir metode
ini, dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan.
Uji kepekaan cara dilusi cair dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis
dan jarang dipakai, namun kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak
dipakai, yakni menggunakan microdilution plate (Jawetz et al., 2008).
Keuntungan uji mikrodilusi cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif
yang menunjukkan jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk mematikan
bakteri (Jawetz et al., 2008). Metode dilusi dibedankan menjadi dua yaitu dilusi
cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution).
1) Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution)
Metode ini bertujuan mengukur minimum inhibitory concentration
(MIH). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran
agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri uji.
Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai Kadar hambat
minimum (KHM), selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri, dan diinkubasi selama
18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi
ditetapkan sebagai Kadar bunuh minimal (KBM).
2) Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan
media padat (solid).
b. Metode difusi
Menurut Jawetz et al.(2008), ada beberapa cara pada metode difusi ini,yaitu:
1) Kirby-Bauer
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dan
dikenal juga sebagai Kirby-Bauer test. Koloni bakteri dibuat dalam
bentuk suspensi dengan menambahkan akuabides steril hingga
kekeruhan tertentu sesuai standar konsentrasi bakteri. Kertas cakram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

yang mengandung konsentrasi tertentu obat atau bahan simplisia


ditempatkan di atas permukaan medium padat yang telah diinokulasi
dengan bakteri uji. Media tersebut kemudian diinkubasi 37°C selama 24
jam. Selanjutnya diamati adanya zona inhibisi (zona jernih) di sekitar
kertas cakram yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri
(Jawetz et al, 2008)
2) Cara sumuran
Suspensi bakteri diratakan pada medium agar, kemudian agar
tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu menurut
kebutuhan. Larutan antibiotik yang digunakan diteteskan ke dalam
sumuran. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Dibaca
hasilnya, seperti pada cara Kirby-Bauer (Jawetz et al, 2008).
3) Cara Pour Plate
Setelah dibuat suspensi kuman dengan larutan Perbenihan cair
Brain Heart Infusion Broth (BHI) sampai konsentrasi standar, lalu
diambil satu mata ose dan dimasukkan ke dalam 4 ml agar base 1,5%
dengan suhu 50oC (Jawetz et al, 2008). Suspensi kuman tersebut dibuat
homogen dan dituang pada medium agar Mueller Hinton. Setelah beku,
kemudian dipasang disk antibakteri (diinkubasi 15-20 jam pada suhu
37oC) dibaca dan disesuaikan dengan standar masing-masing antibakteri
(Jawetz et al, 2008).
B. Kerangka Pemikiran
Besi(II) sulfat hepta hidrat merupakan senyawa polar larut dalam pelarut
polar misalnya metanol (Padalkar et al., 2011; Lei et al., 2012). PABA sebagai
ligan merupakan asam organik polar yang juga larut dalam pelarut metanol
(Guedes et al, 2011). Kompleks Fe(II) pada umumnya membentuk kompleks
oktahedral dengan bilangan koordinasi 6 (Fouqueau, et al., 2005; Tafili-Kryeziu et
al., 2013 ) sehingga pencampuran logam dan ligan dilakukan dengan perbandingan
mol 1:6 dalam pelarut methanol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Pencampuran ion Fe(II) dari FeSO4.7H2O dengan ion para-aminobenzoat


yang bermuatan -1 dapat membentuk kompleks [Fe(PABA)6]4- . Karena kompleks
memiliki muatan -4 maka dapat membentuk senyawa dengan dua ion counter
Fe(II), oleh karena itu kompleks yang terbentuk kemungkinan
Fe2[Fe(PABA)6].nH2O (n = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7).
Kompleks PABA dengan Cu(II) (Guedes et al, 2011) dan Co(II) (Sengupta
et al, 2010) bersifat paramagnetik, ini berarti PABA merupakan ligan lemah.
Kompleks Fe(II) yang mempunyai konfigurasi d6 dengan pengaruh medan ligan
lemah berada dalam keadaan spin tinggi dengan empat elektron tidak berpasangan
(Lee, 1991:767). Harga momen magnetik kompleks Fe(II) spin tinggi 4.6 - 5.3 BM
(Manikshete et al, 2010).
Ligan PABA terdiri atas gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2),
yang mana gugus tersebut berpotensi untuk berikatan dengan logam (Magarelli et.
al., 2010). Posisi para antar gugus amina dan karboksilat menyebabkan ligan susah
terkoordinasi secara bidentat. Pada umumnya Fe(II) lebih tertarik untuk berikatan
dengan atom N daripada O (Ferrere, 2001; Dodoff et al., 2003; Ashoor et al.,
2013). Hal ini dikarenakan medan ligan N-amina lebih kuat dari pada atom O-
karboksilat
terjadinya transisi tidak hanya dari t2g ke eg tetapi dapat juga terjadi transisi LMCT
pada ligan ke eg
(Miessler and Tarr, 2011:437-438).
Gugus karboksilat pada PABA selanjutnya dapat betindak sebagai
antibakteri dengan mengganggu kestabilan pH pada dinding sel dan meningkatkan
penetrasi ke membran sitoplasma. Sementara itu ion bebas Fe(II) mampu
mengkatalisis pembentukan Spesies Oksigen Reaktif (SOR) melalui reaksi
peroksida. Hidroksil radikal yang terbentuk dapat merusak asam nukleat pada DNA
bakteri. Pada umumnya Ion bebas Fe(II) juga dapat membentuk khelat dengan
gugus fosfat pada rantai DNA yang menyebabkan kerusakan DNA. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

demikian PABA yang dikoordinasikan pada ion Fe(II) berpotensi untuk


meningkatkan aktivitas antibakteri pada ligan PABA.
C. Hipotesis
1. Kompleks Fe(II)-PABA dapat disintesis dengan mereaksikan ion Fe 2+ dan ion
para-aminobenzoat dengan perbandingan mol 1 : 6 dalam pelarut metanol.
2. Formula kompleks yang terbentuk adalah Fe 2[Fe(PABA) 6].nH2O (n = 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7).
3. Kompleks Fe(II)-PABA bersifat paramagnetik dengan harga µ eff = 4.6 to 5.3
BM dan memiliki transisi Ligand to Metal Charge Transfer (LMCT) di dekat
250 nm. Gugus fungsi yang diperkirakan terkoordinasi pada ion Fe(II) adalah
gugus -NH2 yang terikat pada benzena.
4. Struktur kompleks Fe(II)-PABA diperkirakan bergeometri oktahedral dengan
gugus NH2 terkoordinasi pada ion Fe(II).
5. PABA yang dikoordinasikan pada ion Fe(II) mampu meningkatkan aktivitas
antibakteri dibandingkan ligan PABA.

Anda mungkin juga menyukai