id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sintesis Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks didefinisikan sebagai senyawa yang terdiri dari atom
atau ion logam yang dikelilingi oleh molekul-molekul atau ion-ion yang disebut
ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
Pada umumnya ion pusat merupakan ion logam transisi karena memiliki orbital d
atau f yang terisi sebagian atau belum terisi penuh. Donasi pasangan elektron ligan
kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi.
Sintesis kompleks dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol logam dengan mol ligan
dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan maupun dengan pemanasan. Kompleks
Fe(L9).3SO4.5H2O (L9=1,10-phenanthroline) disintesis dengan cara merefluks
pada FeSO4.7H2O dan 1,10-phenanthroline dalam air terdeionisasi suhu 70oC (Lei
et al., 2012). Berdasarkan Bhagat et al (2012), sintesis kompeks [Fe(L10)]Cl
(L10=Bis-4-bromo-2-hydrazino-6-methylbenzothiazole) dilakukan dengan
mencampurkan Fe(II) dan Ligan dalam alkohol destilat pada pH 6 dengan
penambahan ammonia dan diaduk selama tiga jam. Kompleks lain dapat dihasilkan
dengan cara pencampuran tanpa pemanasan seperti pada kompleks [Fe(L11)2]
(L11=5-(diethylamino)-2-(5-nitro-1H-benzimidazol-2-yl)phenol) disintesis dengan
cara mencampur FeSO4.7H2O dengan L11 dalam metanol dan diaduk pada suhu
ruang (Padalkar et al., 2011).
2. Kompleks Fe(II)
Besi (II) merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama pada
periode empat dan golongan VIII B dengan nomor atom 26. Hal ini dikarenakan
besi memiliki elektron valensi delapan (4s2 3d6) dimana elektron terakhir dari
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
orbitalnya berada pada subkulit d dengan kulit terluar 4s2. Konfigurasi elektron
besi adalah [Ar] 3d6 4s2, sedang pada ion Fe(II)adalah [Ar] 3d64so (Lee, 1991:
753). Konfigurasi Fe dan Fe2+ ditunjukkan oleh Gambar 1.
Fe [Ar]
3d 6 4s 2 4p 4d
Fe 2+ [Ar]
3d 6 4s0 4p 4d
Gambar 1. Konfigurasi elektron Fe dan Fe(II)
Gambar 4. Struktur
[L14Fe(13CO)2(13COMe)](L14=bu
-diketiminate ligand 2,2,6,6-
tetramethyl-3,5-bis((2,6-diiso
propyl- phenyl) imido)hept-4-yl)
4 -
O O Geometri -d transition), Ashoor et
N+
tetrahedral al., 2013
-1
),
-
O -N (440 cm-1).
N+
O HN
Aplikasi= antibakteri.
N H2
Fe
Cl Cl
bebas atom pusat dilambangkan dengan E. Berbagai struktur ruang molekul dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Struktur ruang molekul molekul berdasarkan teori VSEPR (Lee, 1991)
Geometri Sudut Jumlah Jumlah Rumus Bentuk Molekul
ikatan PEI PEB (AXnEm)
(X) (E)
10
3d 4s 4p 4d
Fe2+
3d 4s 4p 4d
2+
Fe
mengalami hibridisasi d2sp3
3d 4s 4p
[Fe(mnt)(bipy)(t-BuNC)2]
S S N N C C
| | | | | |
mnt mnt bipy bipy t-BuNC t-BuNC
17 18 19
Gambar 8. Ilustrasi pembentukan kompleks [Fe(L )(L )(L )2] spin rendah
11
oktahedral (Siddiqi et al, 2005), ini berarti pada ion Fe(II) terjadi hibridisasi
sp3d2.
3d 4s 4p 4d
Fe2+
3d 4s 4p 4d
2+
Fe
mengalami hibridisasi sp3 d2
3d 4s 4p 4d
[Fe(L)2.(py)2]
N N N N N N
| | | | | |
L L L L py py
12
z y y z z
y x x y x
x
3 dz 2 dx2 -y 2 dxy dyz dxz
(a) (b)
Gambar 10. (a) Orientasi orbital eg dan (b) orbital t2g (Huheey, 1993:396).
13
eg
t2g
+0,4
tingakt energi
Energi Energi rata-rata
tingkat energi
energi rata-rata -
-
energi rata-rata
rata-rata ion metal pada
medan sperical
ion logam dalam
medan
t2g
eg
ion logam dalam medan oktahedral ion logam dalam medan tetrahedral
(a) (b)
14
Energi
x2-y2 b1g
x2-y2
sp
z2 2
x -y 2
eg
orbital d dalam kedaan
terdegenerasi + 6 Dq z2 xy b2g
2
xy xz yz z x2-y2 10 Dq
- 4 Dq xy a1g
t2g z2
xy xz yz
pembelahan orbital d
pada kompleks oktahedral
xz yz
pembelahan orbital d
pada kompleks oktahedral xz yz eg
yang terdistorsi secara tetragonal
pembelahan orbital d
pada kompleks segi empat datar
15
16
t1u*
px* py* pz*
antibonding
a1g*
p eg*
t1u
2
s dx2-y2 dz 10 Dq
a1g
d t2g nonbonding
dx2-y2dz2 dxydxz dyz dxy dxz dyz
eg t2g
eg
dx2-y2dz2
bonding
t1u
px py pz
a1g
orbital logam orbital molekul orbital ligan
(a) (b)
Gambar 13. (a) Diagram orbital molekul kompleks oktahedral (Huheey, 1993:
417) dan (b) diagram tingkat energi kompleks tetrahedral (Huheey, 1993:419).
NH 3+ NH 2 NH 3+
Gambar14. Bentuk spesies PABA pada pH yang berbeda (Fatiha et al., 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Ligan PABA terdiri atas gugus karboksilat (COOH) dan amina (NH2), yang
mana gugus tersebut berpotensi untuk berikatan dengan logam (Magarelli et al.,
2010). Selain itu, Asam p-aminobenzoic (PABA) merupakan ligan yang dapat
menghasilkan interaksi intermolekuler melalui ikatan hidrogen dan interaksi
- et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, Guedes et al.
(2011) telah mensintesis kompleks [CuCl2(PABA)2] dengan geometri segi empat
planar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 15.
HO Cl O
H H
N Cu N
H H
O Cl OH
18
Lain halnya dengan kompleks Co(II) dan Zn(II) pada Gambar 17, dua L5
terkoordinasi secara tridentat pada 2 atom O- deprotonasi karboksilat dan N-amino
(Min et al., 2013)
H2N
O
M2 -O
O-
O
NH2
19
20
Temperatur/oC
Gambar 18. (a) Termogram TG dan (b) DTA kompleks [Fe(L24)2].2H2O
(Carvalho et al, 2011)
Gambar 19. Analisis Termal Kompleks Ni dengan ABAH (Wahed et al., 2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
(1)
C
Keterangan :
2
.mol-1)
-1
)
C = konsentrasi larutan elektrolit (mol.cm-3)
Jika diketahui konsentrasi larutan elektrolit adalah mol.L-1, sedangkan
satuan daya hantar molarnya tetap maka persamaan (1) menjadi :
1000
(2)
C
Keterangan :
= daya hantar molar (S.cm2.mol-1)
-1
)
-1
C = konsentrasi larutan elektrolit (mol.L )
Apabila daya hantar spesifik larutan adalah daya hantar yang sudah
-1
, maka daya hantar molar larutan elektrolit
dapat ditulis:
*
(3)
1000C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Keterangan :
2
.mol-1)
-1
)
larutan kompleks
C = konsentrasi larutan (mol.L-1)
Jumlah ion yang terdapat dalam kompleks logam transisi dapat diketahui
dengan mengukur konduktifitas larutannya, pengukuran ini memberikan informasi
jumlah ion (kation dan anion) yang terdapat dalam kompleks, sehingga pengukuran
daya hantar listrik dapat digunakan untuk merumuskan senyawa kompleks yang
terbentuk (Szafran et al., 1991:102-104). Sebagaimana yang terjadi pada
kompleks Fe(II)-L25 (L25= RSH = resacetophenone salicyloyl hydrazone) memiliki
konduktivitas molar sebesar 2,34 ohm cm2/mol dalam pelarut DMF yang
menunjukkan bahwa kompleks bersifat non elektrolit (Kumar et al., 2012).
8. Analisis Ion
Banyak reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif
melibatkan pembentukan endapan. Salah satunya metode pengendapan digunakan
untuk mengidentifikasi adanya kation Fe2+ dan anion sulfat (SO42-). Identifikasi
adanya Fe dapat dilakukan dengan mereaksikan larutan yang akan dianalisis
dengan larutan basa (natrium hidroksida atau ammonium hidroksida), reaksi
tersebut akan menghasilkan endapan putih besi(II) hidroksida atau endapan coklat
apabila yang dihasilkan berupa besi(III) hidroksida. Selain itu analisis kation
golongan III A dapat dilakukan dengan penambahan K3Fe(CN)6 dengan HCl encer
apabila menghasilkan larutan biru tua menandakan adanya ion Fe(II) namun jika
larutan menjadi merah menandakan adanya ion Fe(III). Reaksi spesifik terhadap
Fe(II) ditandai oleh perubahan warna merah dengan penambahan o-Fenantrolina.
Sementara untuk identifikasi adanya anion sulfat (SO42-) dapat digunakan larutan
Pb2+ atau Ba 2+ yang akan menghasilkan endapan Pb(SO4)2 atau Ba(SO4)2 berwarna
putih (Vogel, 1985).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
24
25
eg
d t2g
LM CT
Gambar 20. Transisi LMCT kompleks oktahedral (Miessler and Tarr, 2011:437).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
eg
d
t2g
Uncoordinated metal Kompleks oktahedral Orbital-orbital * ligan
Gambar 21. Transisi MLCT kompleks oktahedral (Miessler and Tarr, 2011:438).
27
berpasangan dan pada umumnya terjadi pada kompleks dengan medan ligan yang
kuat. Apabila medan ligan memiliki medan ligan yang kuat akan menghasilkan
pemisahan orbital d yang besar, sehingga orbital d memiliki energi tinggi dan
elektron cenderung berpasangan, keadaan ini disebut dengan spin rendah (Lee,
1991: 675).
Pengukuran paramagnetisme merupakan ukuran yang baik untuk
mendeteksi banyaknya elektron tidak berpasangan dalam unsur atau persenyawaan
kimia (Cotton and Wilkinson, 1988:631). Senyawa kompleks dengan orbital d dan
f yang belum terisi penuh, dapat diketahui rentang sifat kemagnetannya, yang
tergantung pada tingkat oksidasi, konfigurasi elektron dan bilangan koordinasi
atom logamnya.
Harga momen magnetik kompleks Fe(II) spin tinggi dengan konfigurasi d6
dengan empat elektron tidak berpasangan adalah 5,0 - 5,6 BM ditunjukkan pada
Tabel 4 (Lee, 1991:669) dan 4.6 -5.3 BM (Manikshete et al, 2010).
Tabel 4. Harga momen magnet pada kompleks spin tinggi (Lee, 1991:669)
Ion Jumlah electron Momen magnet Momen magnet
tak berpasangan secara teori secara eksperimen
1/ 2
eff 2 s( s 1)
Ti3+ 1 1,73 1,7-1,8
V3+ 2 2,83 2,8-3,1
3+
Cr 3 3,87 3,7-3,9
2+ 3+
Cr , Mn 4 4,90 4,8-4,9
Mn2+, Fe3+ 5 5,92 5,7-6,0
2+
Fe 4 4,90 5,0-5,6
2+
Co 3 3,87 4,3-5,2
Ni2+ 2 2,83 2,9-3,9
Cu2+ 1 1,73 1,9-2,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
29
c. Senyawa pengoksidasi
Senyawa pengoksidasi yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah
hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium
permanganat, dan natrium perborat (Aboh, et al., 2013). Hidrogen peroksida
adalah senyawa pengoksidasi yang sering digunakan sebagai antimikroba.
Senyawa ini diurai oleh enzim katalase menghasilkan oksigen yang aktif
sebagai antiseptik. Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida
dan asam benzoat. Benzoil peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan
sebagai antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan jerawat (Aboh,et al., 2013).
d. Turunan fenol
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan fenol
diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid. Senyawa
turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung molekul
fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur kimia tersebut
bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas
antibakteri (Brewer, 2010).
Senyawa fenolik seringkali digunakan dalam campuran sabun dan
deterjen. Aktivitas antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya
merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan
isi sel keluar. Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan
aktivitas desinfektannya. Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam
pengujian desinfektan karena memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat
merusak dinding sel dan membran sel, mengkoagulasi protein, merusak
ATPase, merusak sulfohidril dari protein, dan merusak DNA sehingga efektif
membunuh bakteri (Siswandono, 1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).
Mekanisme kerja dan sasaran utama dari senyawa fenol dijelaskan pada
Gambar 22 (Russel dan Chopra, 1987).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan membentuk
senyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Ikatannya dengan
reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah. Pemasukan gugus nitro
dapat meningkatkan aktivitas antimikroba (Pratiwi, 2008; Ghanem, et al.,
2012). Pemasukan gugus asam karboksilat meningkatkan aktivitas antimikroba
karena dapat meningkatkan kemampuan penetrasi ke membran sitoplasma
bakteri (Richard et al., 1995; Cagri et al., 2001).
Fenol, fenol terhalogenisasi, dan alkilfenol meskipun efek antibakterinya
besar tetapi tidak dapat digunakan secara sistemik karena toksisitasnya tinggi.
Senyawa-senyawa tersebut hanya digunakan untuk antiseptik kulit, mulut, dan
desinfektan. Contoh: timol, kresol, klorokresol, klorosilenol, dan betanaftol
(Pratiwi, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
32
33
negatif dari konstituen sel. Hal ini menyebabkan penghambatan proses biologi
yang penting untuk kehidupan bakteri sehingga bakteri mengalami kematian
(Stevens, 2011).
d. Penghambatan sintesis protein
Kebanyakan obat menghambat translasi atau sintesis protein, bereaksi
dengan ribosom-mRNA. Walaupun manusia mempunyai ribosom, tetapi
ribosom eukariotik berbeda dalam ukuran dan struktur dari prokariotik,
sehingga menyebabkan aksi selektif terhadap bakteri, bakteri mempunyai 70S
ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S ribosom. Subunit masing-
masing tipe ribosom, komposisi kimianya, dan spesifikasi fungsinya berbeda,
bisa untuk menerangkan mengapa antibakteri dapat menghambat sintesis
protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia
(Jawetz et al, 2008).
e. Pembentukan khelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang
tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-
enzim sehingga jasad renik mengalami kematian (Somani, et al.,2011).
Umumnya Ion logam (II) seperti Fe dan Cu membentuk khelat dengan gugus
fosfat pada rantai DNA (Thurman et al, 2012)
14. Kompleks Fe(II) sebagai antibakteri
Winarsi (2007) menyebutkan bahwa spesies oksigen reaktif ada dua yaitu
radikal dan non-radikal, dan secara garis besar dibedakan menjadi Spesies Oksigen
Reaktif (SOR), spesies nitrogen reaktif, spesies klorida reaktif . Radikal oksigen
meliputi : OH , O2 , lipid alkosil (LO ), hidroperoksil (OOH ) dan lipid peroksil
(LOO ). Sedangkan derivat oksigen non radikal atau sering disebut oksidan, adalah
suatu atom, molekul atau senyawa yang merupakan oxidizing agent atau mudah
diubah menjadi radikal, meliputi H2O2, peroksida lipid (LOOH), singlet oksigen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
(1O2). Spesies nitrogen reaktif juga merupakan suatu kumpulan radikal nitrit oksida
(NO ), nitrogen dioksida (NO2 ), dan atom atau senyawa non radikal seperti
HNO2, N2O4 dan ONOO . Demikian juga halnya dengan spesies klorida reaktif,
merupakan kumpulan senyawa radikal dan nonradikal klorida. Dalam kaitannya
dengan peroksidasi lipid membran SORlah yang paling berperan.
Menurut Murray et al. (2009) radikal bebas adalah molekul atau atom yang
mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit luarnya.
Konsekuensi berupa kecenderungannya memperoleh elektron dari substansi lain
menjadikan radikal bebas bersifat sangat reaktif, dan membentuk rantai reaksi yang
sangat merusak (Youngson, 2005). Untuk membentuk radikal hidroksil, diperlukan
tiga komponen yaitu logam transisi terutama Fe, H2O2, dan O2.
Ion bebas Fe(II) mampu mengkatalisis pembentukan Spesies Oksigen Reaktif
(SOR) melalui reaksi peroksida (1).
-
Fe(II) + H2O2 Fe(III) + OH + OH
Hidroksil radikal yang terbentuk dapat merusak asam nukleat pada DNA
bakteri. Hal ini mampu menyebabkan Spesies Oksigen Reaktif (SOR) yang
membentuk hidroksil radikal yang merusak asam nukleat pada DNA bakteri.
Berdasar Meneghini (1997), Pemutusan rantai DNA akibat serangan hidroksil
radikal ditunjukkan oleh reaksi (2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Tabel 5. Data aktivitas antibakteri ligan dan kompleks terhadap E. coli, S. aureus,
dan P. aeruginosa (Spinu et al., 2008).
Ligan/ kompleks E.coli S.Aureus P.aeruginosa
L8 ++ + +
8
[Fe(L )2Cl2] ++++ ++++ +++
[Co(L8)2Cl2] ++++ +++ ++
8
[Ni(L )2Cl2] +++ ++ ++
8
[Cu(L )2Cl2] +++ ++ ++
[Zn(L8)2Cl2] +++ ++ ++
[CdL8)2Cl2] ++ + +
Keterangan diameter daya hambat mm (% inhibisi): + = 6-10 (27-45%); + + = 10-14 (45-
64%); + = +=14-18 (64-82%); + + + + =18-22 (82-100%); + + + + + > 22 (100%)
36
37
16. Bakteri
Bakteri berasal dari kata latin bacterium yang berarti termasuk dalam
kelompok besar dari organisme hidup. Bakteri berukuran sangatlah kecil
(mikroskopik) dan kebanyakan bersifat uniselular (bersel tunggal), dengan struktur
sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri termasuk ke dalam jenis prokariota.
Pada umumnya bakteri memiliki ukuran dengan diameter antara 0,5
et al. 2000).
Berdasarkan komposisi dan dinding sel, bakteri dibedakan menjadi bakteri
gram negatif dan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki struktur
dinding sel yang tebal (15- ding
sel terdiri atas lipid, peptidoglikan, dan asam tekoat. Kandungan lipid bakteri gram
positif lebih rendah (1-4%). Peptidoglikan sebagai lapisan tunggal memiliki jumlah
yang lebih dari 50% berat kering sel bakteri. Bakteri gram positif rentan terhadap
penisilin, namun lebih resisten terhadap gangguan fisik. Persyaratan nutriennya
relatif lebih rumit pada banyak spesies (Venkitanarayanan et al., 1999). Pada
bakteri gram negatif, struktur dinding sel berlapis tiga dengan ketebalan yang tipis
(10-15nm). Komposisi dinding sel terdiri atas lipid dan peptidoglikan dengan
jumlah sekitar 10% dari berat kering. Kandungan lipid pada bakteri gram negatif
cukup tinggi, yaitu 11-22%. Bakteri gram negatif umumnya kurang rentan
terhadap penisilin dan kurang resisten terhadap gangguan fisik. Persyaratan
nutriennya relatif sederhana dibandingkan dengan bakteri gram positif.
Bakteri penyebab penyakit yang ditularkan melalui bahan pangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga menyatakan bahwa
makanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran
fisik, kimia dan bakteri. Secara alami, kebanyakan bahan makanan (daging, ikan
sayuran) bersifat agak asam, sedangkan sebagian lainnya (sebagian besar buah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
buahan) cukup asam. Secara umum bakteri patogen tidak dapat tumbuh atau
tumbuh sangat lambat pada pH dibawah 4,6.
Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) No 7388:2009 mikroba
yang terdapat pada daging yaitu Escherichia coli (1 x 101 koloni/g), Salmonella
sp (negatif/25 g), Staphylococcus aureus (1 x 102 koloni/g), Bacillus cereus (1 x
102 koloni/g) (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
a. Salmonella
Salmonella adalah jenis gram negatif, berbentuk batang bergerak serta
mempunyai tipe metabolisme yang besifat fakultatif anaerob. Salmonella
penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang umumnya nampak 12-
36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala-gejala tersebut
adalah berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntah-muntah dan demam dan
dapat berakhir selama 1-7 hari (Buckle et al, 2007). Makanan-makanan yang
sering terkontaminasi oleh Salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan
hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta susu dan hasil olahannya
seperti es krim dan keju.
b. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan
panjang sekitar 2 mikrometer dan diamater 0,5 mikrometer, bersifat anaerob
fakultatif, biasanya dapat bergerak dan tidak membentuk spora seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 23. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40oC,
optimum pada 37oC (Dwidjoseputro, 1988). Nilai pH optimum pertumbuhan
Escherichia coli adalah 6,0-8,0; dengan pH minimum 4,3-4,4 dan pH
maksimum 9,0-10; sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan Escherichia
coli 37-41°C, dengan suhu minimum 3-10°C dan suhu maksimum 48-50°C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
40
yang sering terkontaminasi oleh E. coli diantaranya ialah, daging ayam, daging
sapi, daging babi selama penyembelihan, ikan dan makanan-makanan hasil laut
lainnya, telur dan produk olahannya, sayuran, buah-buahan, sari buah, serta
bahan minuman seperti susu dan lainnya.
c. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif. Morfologi
Staphylococcus aureus
jenis yang tidak bergerak, tidak bersimpai, dan tidak berspora seperti yang
ditunjukkan Gambar 24.
41
42
diinokulasi bakteri uji dan dieramkan (Jawetz et al., 2008). Tahap akhir metode
ini, dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan.
Uji kepekaan cara dilusi cair dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis
dan jarang dipakai, namun kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak
dipakai, yakni menggunakan microdilution plate (Jawetz et al., 2008).
Keuntungan uji mikrodilusi cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif
yang menunjukkan jumlah antimikroba yang dibutuhkan untuk mematikan
bakteri (Jawetz et al., 2008). Metode dilusi dibedankan menjadi dua yaitu dilusi
cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution).
1) Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution)
Metode ini bertujuan mengukur minimum inhibitory concentration
(MIH). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran
agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri uji.
Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai Kadar hambat
minimum (KHM), selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri, dan diinkubasi selama
18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi
ditetapkan sebagai Kadar bunuh minimal (KBM).
2) Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan
media padat (solid).
b. Metode difusi
Menurut Jawetz et al.(2008), ada beberapa cara pada metode difusi ini,yaitu:
1) Kirby-Bauer
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dan
dikenal juga sebagai Kirby-Bauer test. Koloni bakteri dibuat dalam
bentuk suspensi dengan menambahkan akuabides steril hingga
kekeruhan tertentu sesuai standar konsentrasi bakteri. Kertas cakram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
44
45