Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN SAMPAH PASAR MENJADI BIOGAS DENGAN

SISTEM MULTI DRUM

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Maratus Solihah
Hilda Zumrona
Choiron Nikmah
Dio B. Pamungkas

12030244006
12030244201
12030244203
12030255221

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015
A. Latar Belakang

Pertumbuhan

jumlah

penduduk

dan

peningkatan

konsumsi

oleh

masyarakat akibat penggunaan berbagai macam peralatan untuk menunjang


kenyamanan dalam kehidupan seehari-hari sangat mempengaruhi tingkat
kebutuhan energi yang digunakan. Sumber energi yang selama ini digunakan
sebagian besar berasal dari batu bara, minyak bumi, gas alam dan lain-lain. Bahan
bakar tersebut bersifat tidak terbarukan sehingga semakin hari semakin menipis
ketersediaannya (Saputri dkk, 2014).
Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah sebagai
alternatif pengganti energi yang tidak terbarukan. Salah satu caranya adalah
dengan pemanfaatan energi biogas. Biogas adalah gas produk akhir hasil
degradasi anaerobik (dalam lingkungan tanpa oksigen) oleh bakteri-bakteri
menthanogen. Salah satu limbah yang dihasilkan dari aktivitas kehidupan manusia
adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin, gas dan sisa
makanan ternak. Potensi limbah peternakan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan biogas dapat ditemukan di sentra-sentra peternakan, terutama di
peternakan dengan skala besar yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan
rutin. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien digunakan sebagai
penghasil biogas karena setiap 10- 25 kg kotoran sapi per hari dapat mengasilkan
2 m3 biogas. Dimana energi yang terkandung dalam 1 m 3 biogas sebesar 4,7 kWh
atau dapat digunakan sebagai penerangan 60 100 watt selama 6 jam (Saputri
dkk, 2014).
Selain dari kotoran sapi, bahan dasar biogas dapat berasal dari limbah
pertanian dan limbah organik lainnya (Abdulkareem, 2005). Salah satunya yaitu
menggunakan bahan baku dari sampah sayuran. Sampah sayuran yang berasal
dari pasar tradisional mendominasi penumpukan sampah di tempat pembuangan
akhir (TPA) di beberapa kota besar di Indonesia. Sampah sayuran mengandung
bahan-bahan organik sehingga termasuk biomassa yang dapat diubah menjadi
biogas (Andreas dkkk, 2012).
Jenis sampah di Kota Surabaya khususnya dan Indonesian pada umumnya
jauh berbeda dengan sampah yang ada di Jepang. Jika sampah di Indonesia
sebagian besar adalah sampah organik yang mudah membusuk dan plastik-plastik,
sedangkan di Jepang sampahnya lebih banyak sampah anorganik seperti: radio

tape yang tidak rusak, video, jam tangan, adult magazine dan lain sebagainya.
rerata volume sampah di LPA Benowo Kota Surabaya masih relatif besar yaitu
3.528 ,73 m3 per hari. Masih tercampur antara sampah organik dan sampah
anorganik. Rerata berat sampah d LPA Benowo dalam sehari semalam adalah
1.220,14 kg (Sulistyorini, 2006).
B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang di atas maka dapat diperoleh suatu rumusan


masalah yaitu bagaimana tingkat keberhasilan pembuatan biogas dengan
komposisi kotoran sapi dan sampah sayur dengan perbandingan 40:10 ?
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
keefektifan pembuatan biogas dengan bahan utama kotoran sapi dan sampah sayur
dengan perbandingan 40:10.
D. Metode Pembuatan Biogas
Kegiatan ini merupakan pratikum pengolahan limbah dengan jenis
penelitian eksperimen. Variabel yang digunakan dalam praktikum ini ada tiga
variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel kontrol yang berupa ukuran drum, komposisi bahan pendukung.
2. Variabel bebas adalah komposisi dari bahan utama yaitu perbandingan
antara kotoran sapi dan sampah sayur (40 : 10)
3. Varibel respon adalah tingkat keberhasilan dari biogas yang diperoleh.
Alat dan bahan yang disiapkan untuk praktikum ini adalah drum,
timbah, timbangan, pengaduk, karet ban dan penutup drum, kotoran sapi,
sampah sayur, ragi. Bekatul, EM4 dan tetes tebu.
Prosedur awal dari kegiatan ini adalah sebagai berikut, awalnya
memasukkan kotoran sapi sebanyak 40 Kg kemudian memasukkan
sampah sayur sebanyak 10 Kg kemudian dimasukkan campuran antara
beketul, ragi dan air kemudian dimasukkan EM 4 sebanyak 2 gelas 600 ml
kemudian dimasukkan tetes tebu sebanyak 2 gelas 600 ml. Kemudian
diaduk sampai rata dan ditambahkan air sampai 35 liter. Setelah itu ditutup
dengan penutup drum yang dikuatkan dengan ban karet dan bes. Ditunggu

selama 4 hari kemudian dilihat apakah tutup drum sudah menggembung


atau belum.
E. Hasil dan Pembahasan
Biogas dibuat dengan proses dekomposisi anaerobik yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Bakteri anaerobik yang digunakan dalam praktikum pembutan
biogas berasal dari sumber sampah pasar, kotoran sapi, yeast, dan EM4. Prinsip
kerja bakteri anaerobik adalah bekerja secara optimum pada saat tidak ada
oksigen. Oleh karena itu, pada saat pembentukan biogas, drum harus tertutup
dengan rapat supaya bakteri anaerobic bekerja dengan optimum. Produk akhir
biogas adalah gas metana (yang mempunyai karakter gampang terbakar) dan
karbon dioksida. Gas yang dapat digunakan adalah gas metana, sedangkan gas
karbondioksida tidak digunakan.
Hasil dari pembuatan biogas dari sampah pasar dan kotoran sapi yang
telah dilakukan adalah terbentuknya gas methan dan karbondioksida. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa praktikum pembuatan biogas ini berhasil.
Indikasi

keberhasilan

pembuatan

biogas

adalah

penutup

drum

yang

menggelembung. Penutup drum yang menggelembung mengindikasikan terdapat


gas di dalam drum tersebut. Meskipun berhasil terbentuk gas methan, gas yang
terbentuk tidaklah optimal. Hal ini dikarenakan klep penutup drum mengalami
kebocoran. Namun saat kran aliran gas dibuka, terjadi penggembungan plastik.
Hal ini menandakan bahwa gas berhasil terbentuk.
Tahapan penguraian sampah oleh bakteri anaerobik sampai terbentuk
biogas adalah hidrolisis, acidogenesis, acetogenesis, dan metanogenesis.
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah air menjadi ion H + dan OH.
Bakteri anaerobik menghidrolisis bahan organik yang tersedia dalam lingkungan
menjadi molekul yang lebih kecil. Hasil hidrolisis digunakan untuk proses
selanjutnya, yaitu acidogenesis. Bakteri anaerobik melakukan fermentasi terhadap
bahan-bahan yang berada dalam drum. Hasil fermentasi bakteri tersebut membuat
lingkungan menjadi asam. Fermentasi bakteri menghasilkan ammonia, H 2, CO2,
H2S, asam lemak, asam karbonat, alkohol. Hasil pemecahan materi organik
selama proses acidogenic masih cukup besar sehingga belum mampu
menghasilkan metana. Maka dari itu, hasil dari proses acidogenic dilakukan

pengolahan lebih lanjut olah bakteri pada tahapan acetogenesis. Acetogenesis


merupakan tahapan pembentukan asetat dari karbon dan sumber energy hasil
acetogens. Mikroorganisme memecah biomasa dalam proses pembuatan biogas
menjadi asam asetat, CO2 dan H2. Bahan-bahan tersebut selanjutnya digunakan
untuk

pembentukan

metana.

Pembentukan

metana

disebut

dengan

methanogenesis. Ada 2 jalur yang digunakan digunakan bakteri anaerobic dalam


memproduksi metana pada tahap metanogenesis, yaitu jalur karbondioksida dan
asam asetat (Biarnes, 2015).

Kotoran sapi,
sayuran,
bekatul, tetes
tebu, yeast,
EM4

Hirdolisis dan acidogenic

Acetogenesis

Metanogenesis

Gambar 1. Tahapan pembentukan gas metana dalam biogas.


Reaksi kimia yang terjadi selama pembuatan biogas:
CO2 + 4 H2 CH4 + 2H2O
CH3COOH CH4 + CO2
F. Daftar Pustaka
Abdulkareem, A.S. 2005. Refining Biogas Produced from Biomass: An
Alternative to Cooking Gas. Chemical Engineering Department, Federal
University of technology, Minna, Niger State, Nigeria. Leonardo Journal
of Sciences, Issue 7, p. 1-8, July-December 2005.
Andreas, F.S., Paramitha, S.B.U. dan Ikhsan D. 2012. Pembuatan Biogas dari
Sampah Sayuran. Diambil dari Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.
1, No. 1, tahun 2012. Halaman 103-108

Biarnes, Michael. 2015. Biomass to Biogas Anaerobic Digestion (online).


http://www.e-inst.com/biomass-to-biogas/. Diakses pada 2 November
2015.
Saputri, Y.F., Yuwono T. dan Mahmudsyah, S. 2004. Pemanfaatan kotoran Sapi
untuk bahan Bakar PLT Biogas 80 KW di Desa Babadan Kecamatan
Ngajum Malang. Diambil dari Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No.1, (2014)
1-6.
Sulistyorini, L. 2006. Volume Sampah di kota Surabaya. Diambil dari Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, Juli 2006 : 87-94.

LAMPIRAN

Gambar 1. Memasukkan
Air

Gambar 3. Memasukkan
Bekatul

Gambar 5. Tetes Tebu dan


EM4

Gambar 2. Memasukkan
Kotoran Sapi

Gambar 4. Memasukkan Sampah


Pasar

Gambar 6. Penutupan Drum

Anda mungkin juga menyukai