Anda di halaman 1dari 6

Tertinggal Waktu

Rin berjalan berjalan pelan sambil menyeret tas jarring berisi bola-bola voli ke
ruang ganti setelah ia membantu pelatihnya di lapangan belakang sekolah.Langkah Rin
mendadak terhenti saat mendengar suara meronta kesakitan dari arah toilet pria. Ia
mencoba melangkah ke sumber suara, lalu bersembunyi di balik tiang. Alangkah
terkejutnya dia melihat Doni yang sedang dipukuli oleh seorang pemuda kasar dan
jahat. Pukulan itu membuat pipi Doni memerah. Doni terlihat semakin tak berdaya, tapi
Rin tak bisa berbuat apa-apa, karena ia merasa bukan urusannya. Perkelahian berakhir
dengan tendangan ember berisi kain pel yang berada tidak jauh dari pemuda itu. Tanpa
disadari, ternyata air bekas pel tersebut membasahi tubuh Rin. Rin juga tersadar ada
seorang gadis yang berdiri tak jauh darinyadan turut menyaksikan perkelahian itu, yaitu
Shilka. Dia adalah salah satu siswi kebanggaan sekolah.

Keesokan harinya Rio dan Rin berlari-lari kecil. Tapi, Rin tetap berlari dan
mempercepat langkahnya. Ulah Rin memang membuat rio jengkel dan ngomel-ngomel.
Rin sangat suka melihat Rio ngomel-ngomel. Rio dan Rin memasuki gerbang sekolah
yang sudah banyak siswa berseragam khas SMA Cattleya. SMA Cattleya adalah salah
satu sekolah swasta ternama yang terletak di jantung Kota Makassar. Rin yang periang
dan ceria selalu membalas setiap sapaan tiap temannya yang menyapa dan membuat dia
memiliki banyak kenalan.

Belum sampai di ruang kelasnya, Rin bertemu Linka dan tiba-tiba terdengar
suara keramaian siswa-siswa yang berlarian menuju ke tengah lapangan sekolah.
Ternyata Arga si pemuda yang ditemui Rin ketika di belakang sekolah itu sedang
bertengkar lagi dengan adik kelasnya. Arga Fakhriza Fahri terkenal sebagai cowok
keren di sekolah itu, akan tetapi sayang sekali dengan ulahnya yang dipenuhi dengan
unsur kriminal. Rin merasa tidak percaya dan heran ketika mendengar ucapan Linka
atas kekagumannya kepada Arga.

Rio adalah teman konyol Rin. Dia memiliki hidung yang mancung akan tetapi
menjadi tenggelam karena ditutupi oleh pipinya yang mengembang. Snowy adalah
panggilan Rio untuk Rin. Snowy sangat cocok dengan kulit Rin yang putih seputih salju
di musim winter. Dengan tubuhnya yang sedikit mungil. Rin selalu tampak imut dengan
tingkahnya yang menggemaskan. Apalagi ketika semburat jingga di pipinya muncul.

Bola voli adalah olahraga kesukaan Rin. Sepulang sekolah ia langsung bergegas
menuju ruang ganti untuk melakukan latiahan ditambah dia takut apabila ketauan si Rio.
Rio sebenarnya sangat mengkhawatirkan keadaan Rin karena penyakit yang dideritanya.
Rin terjangkit penyakit jantung. Dia memiliki jantung yang berlubang, sangat berbeda
dengan manusia biasa. Akan tetapi, selama di masih bisa menghirup udara segar, ia tak
ingin berdiam diri saja. Dian ingin mengembangkan bakatnya dan meraih mimpinya,
apalagi akan segera diadakan Proliga.
Pak Muhtar adalah pelatih voli di sekolah itu, beliau telah terkagum-kagum
dengan bakat rin terutama teknik spike dan service. Tidak hanya bakat saja, tapi minat
Riin untuk bola voli sangat kuat. Ketika pemanasan dimulai ia selalu mendapat bagian
untukk membanttu Pak Muhtar. Memang, Rin selalu dijadikan pemain cadangan,
Meskipun begitu, rin sangat senang mengikuti pelatiahan setiap pulang sekolah.

Ketika malam hari, langit hitamm dihiasi oleh bintang-bintang dan disinari
rembulan, Rin sedang menatap obat-obatan yang ada di mejanya. Ia harus mengonsumsi
pil dan kapsul itu secara rutin. Di saat usia remajanya, ia harus pandai-pandai menjaga
kondisi tubuhhnya agar tidak kelelahan. Selain itu, ia harus pandai mengontrol emosi
agar jantungnya berdetak seperti semestinya. Karena nyawa adalah taruhannya. Sejak
kecil ia sudah sering masuk rumah sakit. Hanya mamanyalah yang memberikan
kekuatan untuk mempertahankan hidupnya, sedangkan papanya sudah meninggal sejak
dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat.

Rin masih bersih keras untuk mengikuti latian bola voli. Sore itu, ia diantarkan
oleh Rio. Setelah Rio pergi, Rin memantul-mantulkan bolanya sambil sesekali
melakukan service. Betapa terkejutnya dia, saat tak sengaja bola voli yang dilemparnya
mengenai seorang laki-laki. Ternyata laki-laki itu adalah Arga yang menakutkan.
Beruntungnya Rin, karena Arga tidak mengambil tindakan keras untuknya. Arga hanya
pergimeninggalkan Rin begitu saja. Tak lama kemudian terdengar ia sedang memukuli
Ryu, ketua OSIS yang sedang mendekati mantan pacarnya yang bernama Bianca.
Perkelahian terhenti ketika Pak Lukman selaku wakasek datang melerai.

Rin memasuki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat seorang berbaju putih,
dokter Sera yang merupakn spesialis di rumah sakit. Hasil pemeriksaan diketahui bahwa
jumlah hemoglobin Rin meningkat menjadi 20 padahal normalnya adalah 14. Saran
dokter Sera agar Rin segera melakukan echocardiography. Akan tetapi, Rin masih
belum siap karena masih ada banyak hal yang masih ingin dilakukan dan dia tidak ingin
lama-lama di rumahsakit.

Selain tampang Arga yang keren, dia juga berasal dari keluarga yang kaya. Akan
tetapi, dia menjadi anak yang durhaka seperti itu dikarenakan ia masih tidak rela
ditinggalkan mati oleh mamanya semenjak ia berumur 15 tahun. Mamanya meninggal
ketika ulang tahun Arga.

Saat perjalan pulang ke rumah dari toko buku bertemu Linka, Rin bertemu
dengan mamanya Rio. Mamanya memberitahukan bahwa Rio sedang sakit demam di
rumah. Akhirnya, Rin bergegas pergi ke rumah Rio. Di sana ia segera membuatkan
bubur dan meminumkan obat untuk rio. Akan tetapi, tiba-tiba datanglah seorang wanita,
ia adalah mantan pacar Rio, yang bernama Anita.

Seperti biasanya, Rio dan Rin sering datang terlambat, tetapi pagi itu Rin
berangkat lebih awal dibandingkan Rio. Pak Broto selaku satpam sekolah itu, menegur
Rin yang datang terlambat dan berusaha menahan gerbang pintu yang hampir ditutup.
Tak disangka tak diduga ia berdiri di samping Arga ketika menunggu Pak Lukman
datang. Sedangkan, Linka yang duduk di koridor merasa terpesona melihat sosok Arga
yang dingin lewat di depannya menuju ke ruang wakasek. Selain Linka, Shilka yaitu
siswa kebanggaan Cattleya juga telah mencuri perhatian sejak pertama kali bertemu.
Shilka merupakan siswa yang manis dan cerdas. Ia adalah pemegang medali perak
dalam olimpiade fisika tingkat nasional. Akan tetapi, ia terkesan ayu dan malu-malu.

Lagi lagi Rin setengah lari menuju pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Kali
ini ia tak bersama Rio karena sedang mengantar mamanya ke rumah sakit. Untuk
keduakalinya Rin terlambat masuk sekolah bersama Arga. Ia masih merasa takut dan
bersalah karena telah menimpuknya dengan bola. Datanglah guru BK yang membawa
buku tebal berisi catatan pelanggaran siswa. Tetapi, guru BK sedang diganti oleh Pak
Ihsan karena Pak Lukman sedang ke luar kota. Pak Ihsan berbeda dengan Pak Lukman.
Beliau memberikan hukuman kepada Rin dan Arga. Hukumannya adalah membersihkan
gudang, yaitu memilah-milah buku-buku yang sudah tua. Ketika itu, Arga heboh merasa
kehilangan cincin kenangan dari mamanya. Yang berhasil menemukan adalah Rin. Rin
akan memberikan cincin itu kepada Arga dengan tiga syarat yang harus dipenuhinya.
Syarat pertama yaitu Arga harus melupakan kejadian saat rin menimpuknya dengan
bola. Arga merasa Rin adalah cewek teraneh yang pernnah ia temui, akan tetapi ia
masih tetap bersikap tidak ingin peduli.

Rin mengikuti pertandingan voli. Sebenarnya dia merasa khawatir teringat saran
dokter Sera. Akan tetapi dia ingin meraih mimpinya. Ia tetap bergegas mengikuti voli
dengan semangat. Haasilnya pun tim nya Rin meraih skor tinggi sehingga menang.
Namun, tiba-tiba dada Rin menjadi sesak dan kepalanya pusing serta pandangannya
menjadi buyar. Ketika teerbangun ia sudah ada di ruang UKS dan sudah ada Rio di
sampingnya. Akhirnya, Rio mengajak Rin pulang ke Rumah. Perjalanan pulang menuju
rumah sangat macet akibat demo para mahasiswa. Tiba-tiba Rin menataap ke satu arah
dimana tedapat kumpulan para musisi jalanan. Rin meminta Rio agar mengajaknya ke
tempat itu. Sampai-sampai Rio ikut manggung, nyanyiin lagu untuk sahabatnya, Rin.
Sudah sejak lama, Rio telah menyimpan perasaannya kepada Rin. Akan tetapi, dia tidak
ingin merusak persahabatannya, ia ingin menunggu waktu yang tepat saja.

Seperti biasanya, Arga selalu pulang larut malam karena ikut club balapan liar.
Ia pulang dengan kedaan tubuh penuh luka. Langsung ia rebahkan tubuhnya ke tempat
tidur, akan tetapi sialnya, wajah si gadis yang telah menyita cincinya itu selalu
terbayang-bayang di pikirannya. Tak lama kemudian, handphone nya bordering. Ian tak
menghiraukana itu, tiba-tiba ada satu pesan dari Rin yang bermaksud meminta perintaan
keduanya sebagai syarat yaitu meminta Arga untuk mengajarinya matematika.

Setelah pulang sekolah Rin benar-benar ingin menemui Arga, hingga ia berani
berbohong kepada sahabatnya Linka dan Rio. Siang itu, di gudang sekolah suadah ada
sosok Arga yang berdiri dengan buku-buku matematika yang tertata rapii di atas meja.
Entah mengapa sosok Arga yang keras dan dingin seperti itu bisa rapuh hanya karena
cewek seperti Rin. Mungkin dia merasa iba terhadap Rin yang menderita sakit jantung.
Rin benar-benar belajar matematika bersamanya. Rin juga semakin yakin dengan kata
hatinya untuk mengetahui alas an Arga memukuli Kak Ruy, Doni dan adik kelas.
Ternyata benar, Arga melakukan itu karena memang memilikii alas an yang kuat.
Mereka saling mengobrol dan entah bagaimana seorang Rin bisa membuatnya merasa
nyaman. Selain itu, bisa menjadi akrab dalam waktu yang singkat.

Di siang hari yang terik ketika Rin sedang berada di tengah lapangan yang
memantul-mantulkan bola, tiba-tiba dicegat oleh Arga dan tanpa banyak omong
langsung saja ia bawa ke ruang gedung sekolah tempat Rin belajar matematika. Ketika
itu tiba-tiba hujan datang, Arga kembali menarik lengan Rin menuju parkir motor. Lalu,
menyuruh Rin segera naik motornya dan mengajaknya ke suatu tempat. Disitu, Rin
merasa sangat heran dengan sikap Arga yang memaksa dan tak terduga-dntuga, kenapa
seorang tuan muda bisa bersikap seperti kepadanya. Arga mengajaknya ke sebuah
tempat dengan pemandangan laut yang indah dan deburan ombak yang bergemuruh.
Langit yang mendung secara perlahan berubah menjadi jingga. Arga pergi sebentar
meninggalkan Rin. Ketika kembali ia sudah membawa dua mangkuk kacang ijo. Rin
hanya bisa tersenyum, hampir tak percaya dan membuatnya berpikir negative tentang
Arga. Rin takut diracuni oleh Arga. Akan tetapi, itu hanyalah pikiran konyol seorang
gadis mungil yang menggemaskan. Arga tak seburuk yang dia pikirkan

Gosip tentang Arga dengan Shilka semakin heboh ditambah Shilka yang sore itu
tidak membawa mobil sehingga terpaksa Arga yang mengantarkannya pulang ke rumah.
Selain itu, ketika pelajaran olahraga Shilka sempat jatuh pingsan dan Arga berada di
tempat yang paling dekat dengannya sehingga Arga pun ikut membantu Shilka menuju
ke ruang UKS. Akan tetapi, Arga bersikap biasa saja meskipun banyak yang menggosip
tentangnya. Hal yang terjadi justru ketika rin mengalami luka pada jari telunjuknya lalu
keluar kelas karena takut dilihat oleh Rio. Namun, di luar kelas ia menjumpai Arga yang
mencoba melihat tangan yang disembunyikannya di belakang punggung. Akhirnya,
Arga mengetahui luka tersebut dan mengambil kotak PKK lalu mengobati Rin di depan
kelasnya. Seketika itu, seluruh siswa keluar dan hampir tak percaya melihat kelakuan
mereka berdua yang sepertinya sudah sangat akrab. Rin tampak malu-malu dan segera
pergi menjauhi Arga, namun Arga tetap biasa-biasa saja.

Pada malam harinya, Arga tidak ikut balapan liar lagi, justru ia pergi menuju
rumah Rin. Tampaknya Rin sedang melamun di balkon atas rumahnya. Lalu Arga
menelponnya dan Rin segera turun ke bawah. Mereka menuju ke suatu tempat kuliner
yaitu coto Makassar. Makanan itu telah mengingatkan Arga kepada mamanya. Karena
makanan tersebut kesukaannya. Hal itu membuat Rin ingin mengembalikan cicin Arga.
Tapi, Arga menolaknya karena belum melakukan syarat ketiga dari Rin. Di tempat itu,
Arga menceritakan semua tentang mamanya dan rin menceritakan papanya yang sudah
meninggal.

Hari berikutnya, di siang yang panas, di tengah lapangan dikejutkan oleh


kerumunan siswa-siswa yang melongo dengan kejadian perkelahian Arga dengan Rio.
Rio telah menyerang dan mengancam Arga karena ia merasa bahwa Arga telah
mempermainkan Rin. Apalagi berita yang heboh tentang kedekatan Arga dengan Bianca
dan Shilka. Rin yang sedikit telat datang telah berhasil melerai mereka berdua. Rin
menarik Rio dan membawanya menuju UKS karena sudah terluka begitu banyak.
Setelah rio sadar, Rin menjelaskan semuanya tentang Arga. Namun, Rio masih tak
percaya tentang itu.

Siang itu, Rin pulang ke rumah sendirian. Tak biasanya Rio membiarkan rin
pulang sendirian. Rin mendadak berhenti berjalan melihat tiga preman dengan senyum
licik yang berada di ujung jalan. Preman itu mencoba memegang pipi Rin, namun buru-
buru rin menepis tangan preman itu. Entah darimana datang, tiba-tiba Arga sudah
berada di jalan tersebut. Rin hanya bisa terdiam melihat Arga melawan dan berkelahi
dengan tiga preman. Tiga preman memang berhasil dilumpuhkan. Akan tetapi, Arga
mengalami luka yang parah pada bagian perut dan rusuknya. Sedangkan darah terus
mengalir dari perutnya. Akhirnya Rin menelepon Rio untuk meminta pertolongan.
Selama beberapa hari di rumah sakit, Rin yang menjaga Arga sambil menangis takut
terjadi sesuatu dengan Arga.

Sesampainya di rumah, rin bertemu dengan ibunya dan tante Sera. Mereka
mencoba membujuk Rin untuk mau melakukan operasi di China. Rin, hanya terdiam
karena di sedang berpikir. Seminggu lagi dia akan tading voli Proliga, sebentar lagi dia
ingin meraih mimpinya. Di sekolah, ia merengek agar tetap mengikuti pertandingan
Proliga. Hal tersebut membuat Pak Muhtar khawatir dan takut mengambil keputusan.
Akan tetapi, Rin memohon kepada beliau sehingga diijinkan mengikuti pertandingan
dengan syarat hanya boleh bermain disaat 10 menit terakhir. Rin merasa sangat bahagia
dan sedikit khawatir teringat saran dari dokter Sera.

Hari itu telah tiba, di sebuah Gedung Olahraga (GOR) dilaksanakan


pertandingan Proliga antara SMA Bina Bangsa dengan SMA Cattleya. Dalam
pertandingan itu terjadi kejar-kejaran poin. Beberapa kali SMA Bina Bangsa
mendapatkan poin, akhirnya seperti janji Pak Mukhtar rin dimasukkan tim setelah
waktu 10 menit terakhir pertandingan. Rin begitu bersemangat. Service pertamanya
berhasil jatuh di daerah lawan. Dan akhirnyapun pertandingan berhasil dimenangkan
oleh SMA Cattleya. Rin memandangi sluruh isi yang ada di dalam gedung tersebut.
Semua akan menjadi kenangan karena sebentar lagi akan ditinggalkannya. Air mata rin
terjatuh, dadanya semakin terasa sesak berbeda dengan biasanya, tangan nya berkeringat
dan tangan menjadi membiru. Ia teringat kata dokter Sera yaitu Sianosis yang
merupakna penyakit dimana tubuh menjadi tampak kebiruan.
Rin terbaring lemah di sebuah rumahsakit. Kulit Rin yang putih tampak pucat.
Rio menjaga Rin dengan sepenuh hati sambil meyemangatinya. Arga datang, lalu duduk
terdiam, suasana rumah sakit menjadi begitu sunyi. Arga memanddang Rin yang berada
di hadapannya. Tubuh Rin memang tampak lebih pucat dan Pandangan Arga meuju
pada kuku dan tangan Rin yang membiru. Arga hanya bisa menyemangati Rin agar
mempertahankan hidupnya dan yang sebentar lagi akan menjalani operasi. Rin
memberikan cicin Arga. Dia menyebutkan permintaan ketiganya, yakni Rin ingin Arga
berubah menjadi pemuda yang lebih baik lagi dan tidak menjadi sosok yang kasar serta
egois. Arga pun menggangguk .Entah keberanian itu datang darimana, Arga hanya
mengikuti nalurinya untuk menarik kepala Rink e dadanya dan mengecupnya.
Mengecupnya tepat di keningnya dengan sebuah pelukan yang hangat. Rin tidak bisa
bergerak dan berkata-kata lagi. Ia merasakan pipinya yang memanas dan kecupan Arga
yang jelas terasa sampai ia tak bisa mendeskripsikan seperti apa bahagia yang ia rasakan
saat itu

SMA Cattleya kini hanya menyisakan kenangan dari seorang Rin yang memiliki
senyuman dan sapaan hangat nan ceria. Rin telah kembali ke pangkuan Tuhan ketika ia
menjalani operasi di China. Rio menjadi salah satu yang merasakan kesediha
ditinggalkan Rin. Rio merasa sangat kehilangan. Begitu pula dengan Arga, ia harus
menjani hidupnya tanpa lagi dengan senyuman, ocehan, kekonyolan Rin. Arga kembali
mencoba menata hati untuk terbiasa dengan ketiadaan Rin. Sedangkan papanya sudah
menikah dengan tante Rosa. Arga mencoba memejamkan matanya beberapa lama.
Lebih banyak kenangan tentang rin berputar di otaknya. Arga menyeka air mata yang
sempat mengalir di pipinya, sebuah senyum terukir di wajahnya. Ia berharap semoga
Rin tenang di surga sana..

Tamat

Anda mungkin juga menyukai