Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L)

TERHADAP MORTALITAS KUTU KEBUL (Bermisia tabaci) SECARA IN VITRO


Maratus Solihah, Putri M. Sari, Sukma A. Prastyawan, Kiki Nurmalasari dan Fithriani Valentina
Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Daun sirsak mengandung senyawa annonain dan resin yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pestisida alami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian biopestisida ekstrak
daun sirsak terhadap mortalitas kutu kebul secara in vitro dengan menggunakan berbagai konsentrasi.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) satu faktor perlakuan
yaitu variasi konsentrasi (0%; 0,63%; 2,5% dan 10%). Desain penelitian ini dilakukan dengan 3 kali
pengulangan. Data yang diperoleh adalah jumlah dan ukuran kutu kebul pada tiap unit perlakuan. Data
dianalisis dengan analisis descriptif. Hasil penelitian menunjukkan pemberian biopestisida ekstrak daun
sirsak berpengaruh terhadap mortalitas kutu kebul yang ditandai dengan banyaknya kutu kebul yang
mati dan konsentrasi yang memiliki pengaruh paling tinggi yakni 10%.
Kata kunci: ekstrak daun sirsak;kutu kebul (Bermisia tabaci)

PENGANTAR
Kutu kebul (Bemisia tabaci) merupakan OPT yang saat ini dianggap sebagai OPT penting
di Indonesia. Kutu kebul dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman di Indonesia. Tanamantanaman tropis yang sering diserang seperti tomat, sawi, mentimun dan lain sebagainya. Kutu
kebul selain menyebabkan kerusakan pada tanaman akibat menghisap cairan daun , juga dapat
menjadi vektor virus (CABI, 2005). Kutu kebul termasuk ordo homoptera, famili Aleurodidae.
Hasil ekskresi kutu ini menghasilkan embun madu yang menjadi media tumbuh embun jelaga
(Susniahti dkk., 2005).
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap putih dan juga ada yang
bersayap jernih, ditutupi lapisan lilin yang bertepung sehingga nampak seperti kapas. Ukuran
tubuhnya berkisar antara 1-1,5 mm. serangga dewasa meletakakkan telurnya di permukaan
bawah daun muda, telurnya berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut (Marwoto
dan Inayati, 2011).
Nama sirsak berasal dari bahasa Belanda, Zuurzak yang berarti kantung yang asam. Sirsak
sendiri berasal dari Famili Annonaceae dengan genusAnnona (CoData, 2000). Morfologi dari
daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan bentuk daun menyirip dengan ujung
daun meruncing, permukaan daun mengkilap, serta berwarna hijau muda sampai hijau tua
(Sunarjono, 2005). Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain, saponin, flavonoid, tanin
(Kardinan, 2004). Menurut Naria (2005), pada sirsak ditemukan senyawa bersifat bioaktif yang
dikenal dengan nama acetogenin.

Besarnya senyawa aktif yang terdapat dalam daun sirsak tersebut menjadikan daun sirsak
berpotensi sebagai peptisida nabati atau yang biasa dikenal dengan nama Biopeptisida. Pada
penelitian Tenrirawe (2011) diketahui bahwa ekstrak daun sirsak berpengaruh nyata terhadap
mortalitas hama H. armigera atau hama pengerek batang instar III pada tanaman jagung. Selain
itu, pada lalat buah berpotensi menurunkan nafsu makan dan mortalitas B. carambolae
(Prananda, 2013). Oleh karena itu, Sesuai dengan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian
tentang biopestisida pada kutu kebul (Bemisia tabaci) dengan menggunakan ekstrak daun sirsak
(Annona muricata) secara in vitro.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan menggunakan desain Rancangan
Acak Lengkap (RAL) satu faktor perlakuan, yaitu variasi konsentrasi (0%; 0,63%; 2,5% dan
10%) denggan 3 kali pengulangan. Penelitian dilakukan di Green House Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya pada bulan
Oktober-Desember 2015.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain blender, toples, corong
buchner, rotary vacuum evaporator, gelas kaca, neraca, gelas ukur, pengaduk kaca, labu
erlenmeyer, stirrer, termometer, pH meter, gelas plastik (test cup), botol fial, plastik, karet,
nampan plastik, pipet, kertas saring, kertas label, mikroskop, ATK, cawan petri dan camera
digital. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain daun sirsak, methanol, air dan kutu
kebul.
Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan dan
perlakuan. Sterilisasi alat-alat dengan mencucinya dan membilasnya sampai bersih kemudian
dikeringkan. Isolasi kutu kebul dimulai dengan pencarian tanaman yang terjangkit kutu kebul
dan menempatkan kutu kebul dalam wadah. Pembuatan ekstrak daun sirsak dengan
menimbangnya sebesar 2 kg kemudian dicuci dan dikeringkan. Daun sirsak yang sudah kering
dioven menggunakan suhu 50oC selama 48 jam. Setelah itu, daun sirsak dihaluskan dengan
blender. Daun sirsak yang sudah halus dimasukkan toples untuk dimaserasi menggunakan
methanol sebanyak 3 kali. Perendaman pertama dengan perbandingan 1:3 antara serbuk daun
sirsak dengan methanol, perendaman kedua dan ketiga yaitu 1:2 selama 24 jam. Pada
perendaman pertama dibutuhkan 4,5 liter metanol, sedangkan perendaman kedua dan
ketiga masing-masing 3 liter methanol. Hasil maserasi dissaring menggunakan kertas saring
sehingga diperoleh suatu filtrat. Selanjutnya, filtrat diupkan menggunakan rotary vacuum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental berwarna hijau kehitaman. Pada pembuatan larutan

stok terlebih dahulu menimbang gelas ukur dan ekstrak daun sirsak sebanyak 14 gram. Gelas
ukur yang berisi ekstrak ditambahkan air hingga volume mencapai 140 ml lalu dihomogenkan
menggunakan stirrer dan disaring. Sedangkan, pada pembuatan larutan uji dengan

cara

mengencerkan larutan stok hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10%; 2,5%; 0,63%;
0% masing-masing sebanyak 100 ml. Konsentrasi 0% hanya terdiri dari air 100 ml, tanpa
campuran larutan stok. Proses tersebut diulang 3 kali sebab tiap konsentrasi memiliki 4
pengulangan. Tahap yang kedua yaitu perlakuan, Larutan uji dimasukkan ke dalam gelas plastik
sesuai dengan konsentrasi kemudian

diberi

label

seperti

pada.

Daun yang biasa

dijadikantempat hidup kutu kebul berupa daun singkong direndam ke dalam ekstrak tersebut
selama 1 menit. Daun singkong yang telah direndam kemudian diletakkan dalam cawan petri dan
diberi 10 ekor kutu kebul. Pengamatan dilakukan selama 48 jam. Data yang dikumpulkan berupa
jumlah kutu kebul yang mati pada masing-masing perlakuan. Metode analisisnya menggunakan
analisis descriptif.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
sirsak maka semakin tinggi pula mortalitas kutu kebul (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil pengamatan mortalitas kutu kebul akibat pemberian ekstrak daun sirsak
Konsentrasi
Ekstrak Daun
Sirsak
0 % (kontrol)

0,63%

2,5%

10%

Jumlah
Awal Kutu
Kebul

10

Pengulangan
Pengamatan
ke1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

Jumlah
Kutu Kebul
Yg Mati
1
0
0
0,3
9
6
6
7
9
8
8
8,3
10
9
8
9

Jumlah Kutu
Kebul Yg
Masih Hidup
9
10
10
9,7
1
4
4
3
1
2
2
1,7
0
1
2
1

Berdasarkan tabel 1. Dapat diketahui terdapat perbedaan jumlah kutu kebul yang masih
hidup dalam tiap pemberian konsentrasi ekstrak daun sirsak yang berbeda.
12
10
8
Rata-rata Jumlah Kutu Kebul

6
mati

hidup

2
0
Konsentrasi (%)

Gambar 1. Grafik tingkat perbedaan jumlah kutu kebul yang masih hidup dalam tiap pemberian ekstrak
daun sirsak yang berbeda.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka dapat diketahui bahwa ekstrak daun sirsak
dapat digunakan sebagai pestisida alami. Adanya perbedaan jumlah kutu kebul yang masih hidup
dalam tiap pemberian konsentrasi ekstrak daun sirsak yang berbeda. Pada kontrol, kutu putih
atau kutu kebul yang masih hidup berjumlah 9. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan
ekstrak daun sirsak didalamnya sehingga kutu kebul atau kutu putih tetap bebas memakan
makanan asal yaitu daun singkong yang belum tercampur dengan ekstrak daun sirsak. Pada
perlakuan pertama yang diberikan konsentrasi 2,5 %, kutu kebul atau kutu putih yang masih
hidup tiap pengulangan yaitu 1 ekor, 2 ekor, dan 2 ekor. Pada perlakuan kedua yang diberikan
konsentrasi 0,63 %, kutu kebul atau kutu putih yang masih hidup tiap pengulangan yaitu 1 ekor,
4 ekor, dan 4 ekor. Pada perlakuan ketiga yang diberikan konsentrasi 10 %, kutu kebul atau kutu
putih yang masih hidup tiap pengulangan yaitu 0 ekor, 1 ekor, dan 2 ekor.
Pada kondisi yang diberikan perlakuan ekstrak daun sirsak kutu putih atau kutu kebul
banyak yang mati. Hal ini dikarenakan daun sirsak memiliki kemampuan sebagai pestisida
alami. Semakin tingginya konsentrasi ekstrak daun sirsak maka semakin rendah mortalitas kutu
putih atau kutu kebul. Ekstrak daun sirsak memiliki senyawa kimia yang dapat menghambat
mortalitas kutu putih atau kutu kebul. Menurut Kardinan (2004) annonain merupakan senyawa

golongan alkaloid yang terdapat pada daun sirsak. Aktivitas fisiologinya bersifat racun dan
memiliki rasa yang pahit. Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap insekta,
yaitu mengganggu aktivitas tirosin yang merupakan enzim esensial untuk pengerasan kutikula
insekta (Harborne, 1982). Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri kutu putih atau kutu kebul yang mati
yaitu seluruh tubuh kutu kebul menjadi keras dan diselimuti oleh kebul yang berwarna putih
agak kehitaman.
Senyawa lain yang terdapat pada ekstrak daun sirsak yaitu saponin. Saponin memiliki
kemampuan membentuk busa dan menghemolisis sel darah merah. Sementara itu, kelompok
flavonoid yang bersifat insektisida alam yang kuat adalah isoflavon. Isoflavon memiliki efek
pada reproduksi yaitu antifertilitas (Harborne, 1987). Selain itu, adanya kandungan senyawa
kimia acetogein bersifat antifeedant bagi serangga yang menyebabkan serangga tidak mau
makan (Naria, 2005).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pada pemberian biopesttisida ekstrak daun sirsak terhadap mortalitas kebul
dengan konsentrasi yang paling efektif yaitu sebesar 10%.
Adapun saran yang disampaikan yaitu penelitian dilakukan dengan lebih cermat dan teliti
saat pengamatan terutma saat pemeberian konsentrasi ekstrak daun sirsak untuk biopestisida
lebih baik bila dapat mengetahui fluktuasi nilai mortalitas kutu kebul akibat pemberian ekstrak
daun sirsak pada pakannya.
KEPUSTAKAAN
(CABI) Centre for Agriculture and Bioscience International. 2005. Corp protection compendium
2005 (CD-ROM). Wallingford, UK: CAB International.
CoData, Tim Indonesia.2000. Tanaman Obat Indonesia. Diakses tanggal 31 Agustus, 2006 dari
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=263
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Modern Menganalisa Tumbuhan.
Diterjemahkan oleh Padmawinata, K. ITB : Bandung.
Kardinan, A. 2004.Pestisida Nabati ; Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Yogyakarta : hlm.
30.
Marwoto dan Inayati, A. 2011. Kutu Kebul: Hama Kedelai yang Pengendaliannya Kurang
Mendapat Perhatian. Jurnal Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No.1.
Marwoto dan S. Indiati.2009. Pengendalian hama kedelai dalam era perubahan iklim global.
Ipteks Tanaman Pangan 2 (1): 79-9
Naria, E. 2005.Insektisida Nabati Untuk Rumah Tangga. Info Kesehatan Masyarakat, Volume IX
Nomor I, 28-32. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Prananda, Binar Eka. 2013. Efektivitas Bubuk Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai
Pengendali Hama Lalat Buah (Bactrocera carambola L.). Skripsi. Program Studi Biologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sunarjono, H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Susniahti N, Sumeno S. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Bandung: Univertas
Padjajaran.
Tenrirawe A. 2011. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) Terhadap Mortalitas
Larva Helicoverpa armigera H. pada Jagung.Seminar Nasional Serealia
Yus, Yusnarti. 1996. Pengaruh Ekstrak Biji Annona muricata L Terhadap Indeks Nutrisi,
Kelulushidupan, Pertumbuhan dan Perkembangan Larva Heliothis (Helicoverpa)
armigera Hubner. M.S Tesis. Bandung, Indonesia: Institut Teknologi Bandung.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Serbuk daun sirsak saat proses


maserasi

Gambar 3.Pemisahan ekstrak dengan


pelarutnya menggunakan rotary evaporator

Gambar 5.Ekstrak daun sirsak dengan


berbagai konsentrasi

Gambar 2.Proses penyaringan ekstrak


hasil maserasi

Gambar 4.Eksplorasi dan isolasi kutu kebul

Gambar 6.Proses perendaman daun yang


biasa dimakan kutu kebul

Gambar 7.Pemberian perlakuan kutu


kebul

Gambar 8.Penghitungan kutu kebul


diakhir perlakuan

Lampiran 2. Logbook Penelitian


No.
1.

Tanggal
19 Oktober 2015

2.

20 Oktober 2015

Kegiatan
Pengumpulan daun sirsak Proses

Pemotongan daun sirsak dan penimbangan

2.

23 Oktober 2015

Proses pengovenan daun sirsak

3.

26 Oktober 2015

Proses penghalusan daun sirsak dengan cara diblender

4.

28 Oktober 2015

Proses maserasi bertingkat menggunakan alkohol 70%

5.

17 November 2015

Proses evaporasi daun sirsak

6.

18 November 2015

7.

03 Desember 2015

Proses pengenceran ekstrak daun sirsak

Pencarian kutu putih atau kutu kebul

8.

05 Desember 2015

Pemberian perlakuan kepada kutu kebul atau kutu putih

9.

07 Desember 2015

Perhitungan jumlah kutu kebul yang masih hidup

Anda mungkin juga menyukai