Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan tombro bukanlah suatu jenis ikan yang asing bagi kita.
Sebagai ikan konsumsi, ikan tombro memiliki prospek keuntungan yang
besar. Ikan ini merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang
banyak diminati. Permintaan konsumsi ikan tombro cenderung meningkat
pesat terutama di kota- kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung
(Khairuman dkk, 2002). Hal tersebut dikarenakan kandungan gizinya yang
cukup tinggi serta memiliki rasa yang enak. Oleh sebab itu, banyak
pengusaha yang mulai beralih ke bidang budidaya ikan tombro. Salah satu
faktor penting yang mendukung keberhasilan budidaya perikanan ialah
ketersediaan benih unggul yang dapat meningkatkan produktivitas
budidaya perikanan (Mukti, 2001).
Usaha untuk mendapatkan benih unggul meliputi perbaikan
kualitas genetik benih dan usaha penyediaan stok benih. Usaha tersebut
meliputi metode manipulasi kromosom yaitu dengan teknik poliploidisasi,
gynogenesis, dan androgenesis. Menerapkan manipulasi kromosom pada
ikan diharapkan dapat digunakan untuk memproduksi keturunan yang
memiliki sifat unggul dengan kualitas genetik yang baik, misalnya
memiliki

pertumbuhan

relatif

cepat,

tahan

terhadap

penyakit,

kelangsungan hidup tinggi, toleran terhadap perubahan lingkungan (suhu,


pH, oksigen terlarut, salinitas) dan mudah dibudidayakan (Mukti, 1999).
Salah satu metode manipulasi kromosom pada ikan ialah triploidisasi dan
tetraploidisasi yang menghasilkan ikan dengan jumlah kromosom 3n
(triploid) dan 4n (tetraploid). Metode tetraploid dilakukan seperti halnya
metode gynogenesis (gynogenesis mitosis) dimana perlakuan kejutan pada
telur ikan dilakukan setelah terjadi peloncatan polar body II (Mukti dkk,
2007).
Penyediaan stok benih ikan dilakukan melalui penyimpanan gamet
diluar tubuh ikan. Menurut Davy dan Chouinard (1980) dalam Fujaya

Laporan Reproduksi Hewan

(2004), penyimpanan gamet jantan di luar tubuh ikan melalui


penyimpanan semen telah lama dilakukan. Tujuan penyimpanan semen
adalah mengurangi jumlah ikan jantan yang dipelihara, pembuahan buatan,
memudahkan melakukan persilangan antara jenis-jenis ikan yang waktu
matang gonadnya berbeda, memudahkan penerapan teknik gynogenesis
dan poliploidisasi, untuk transportasi semen (Fujaya , 2004).
Selain faktor pembenihan hal yang sangat berpengaruh terhadap
pengadaan benih yang baik adalah pemberian pakan pada ikan. Tujuan
penyedian pakan ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan
yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum, produksi
limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan
yang maksimum. Pakan yang berkualitas kegizian dan fisiknya merupakan
kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya
ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di
dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam
mencapai tujuan tersebut. Konversi yang efisien dalam memberi makan
ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan
komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya
ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan merupakan sesuatu
yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40 - 50% dari biaya
produksi (Herry, 2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh beberapa rumusan masalah
yakni :
1. Bagaimana cara memperoleh sperma dan telur yang baik ?
2. Bagaimana ciri ikan tombro jantan dan betina yang telah matang
3.
4.
5.
6.

gonad?
Bagaimana tingkah laku ikan yang siap memijah ?
Bagaimana cara striping pada ikan tombro ?
Bagaimana cara fertilisasi buatan ?
Bagaimana cara melakukan rekayasa reproduksi dengan menggunakan
ginogenesis dan poliploidisasi (triploid dan tertraploid) pada ikan
tombro ?

Laporan Reproduksi Hewan

7. Bagaimana cara pembuatan dan keuntungan yang diperoleh dari pakan


ikan buatan sendiri?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara memperoleh sperna dan telur yang baik.
2. Mengetahui ciri ikan tombro jantan dan betina yang telah matang
3.
4.
5.
6.

gonad.
Mengetahui tingkah laku ikan yang siap memijah.
Mengetahui cara striping ikan tombro.
Mengetahui cara fertilisasi buatan pada ikan tombro.
Mengetahui cara melakukan rekayasa reproduksi

dengan

menggunakan ginogenesis dan poliploidisasi (triploid dan tetraploid)


pada ikan tombro.pada ikan tombro.
7. Mengetahui cara pembuatan dan keuntunganyang diperoleh dari pakan
ikan buatan sendiri.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telur dan sperma yang baik
Pembuahan yang dilakukan oleh ikan tombro dilakukan diluar
tubuh sang induk ikan, maka diperlukan telur dan sperma matang dan

Laporan Reproduksi Hewan

harus dikeluarkan, namum kondisinya harus semaksimal mungkin. Untuk


itu dapat digunakan metode Hormonal Inducing Breeding atau kawin
suntik dengan menggunakan hormon. Beberapa hormon yang dapat
diguanakan antara lain Carp pituitary Gland (cPG) atau kelenjar hipofisa
ikan tombro dan Human Chorionic Gonadotrophin (HCG). Yang perlu
diperhatikan antara lain hubungan antara jenis hormon, dosis, suhu air
untuk inkubasi induk & waktu laten (jarak antara penyuntikan dengan
stripping). Contoh : Ikan lele lokal (Clarias batracus L) disuntik dengan 4
mg cPG/kg

bobot tubuh, atau dengan cPG segar dengan dosis 2

(perbandingan ikan donor : resipien = 2 : 1) pada suhu air (secara


berurutan) 30; 27,5 ; 250 C dengan waktu laten optimal yaitu 11, 15, 17,
dan 21 jam (Rustija, 1991).
B. Ciri-ciri Induk Ikan tombro Jantan dan Betina yang Telah Matang
Gonad.
Ciri Induk Jantan yang Matang Gonad
Induk ikan tombro matang gonad yaitu betina dengan berat 2,0-3,0
kg dan jantan dengan berat 1,5 2,0 kg masing-masing sebanyak 3 dan 6
ekor dimasukkan didalam kolam. Pemijakan berukuran 2 x 5 x 1 cm dan
ditambah substrat berupa ketaban yang terbuat dari ijuk (Mukti, 2007).
Pada gonad jantan dapat dilihat dari papilla genitalnya yang
terletak di belakang dan mendekati sirip anus, berwarna merah, merucing
dan melembar ke arah pangkalan, maka ikan tersebut telah matang
kelamin (Naziri, 2010).
Gonad mengalami peningkatan ukuran telur pada masing-masing
individu dan ovarium menjadi lebih berwarna pada bagian perutnya
(Royce, 1972)
Ciri Induk Betina yang Masak Telur
Ciri-ciri induk betina yang matang telur adalah bagian perutnya
membesar, agak lembek dan lubang sakuran telur terlihat merah dan
membengkak sedangkan induk jantan yang matang gonad memperlihatkan
warna hitam kelam, bagian baju putih, sirip ekor dan sirip punggung
berwarna merah (Sugiarto, 1988 dalam Rustidja, 1996).

Laporan Reproduksi Hewan

Ciri induk betina yang telah matang gonad dapat melihat dari
bentuk perut yang membesar sangat lembut dapat juga dengan mengurut
perut ikan tersebut. (Naziri, 2010). Menurut Schveck dan Peter (1990)
dibeberapa spesies ikan kemajuan kematangan seksual disertai dengan
perubahan seksternal yang jelas pada bentuk tubuh atau pigmentasi,
melalui perubahan ralang atau pengembangan gonorodia, terbekel atau
ciri-ciri seks sekunder yang lain.
C. Pengelolaan Induk Ikan tombro
Pengelolaan induk memegang peranan yang sangat penting dalam
kegiatan pembenihan. Induk yang baik adalah modal dasar untuk
mencapai keberhasilan dalam memproduksi benih. Metode penyuntikan,
jenis hormon dan penanganan induk yang baik pada waktu kegiatan
pemijahan menjadi sia-sia jika induk yang digunakan tidak baik.

Persiapan kolam
Sebelum dilakukan pemijahan, biasanya kolam dikeringkan dan

dijemur selama 2-3 hari. Ini jika panas terik namun jika matahari sering
tertutup awan jumlah hari penjemuran kolam harus ditambah hingga 5-7
hari. Setelah kolam dijemur, air kemudian dimasukan ke dalam kolam
dengan terlebih dahulu melewati saringan yang dipasang pada pintu
pemasukan. Pintu pengeluaran diatur sedemikian rupa sehingga tinggi air
konstan 75 cm di pintu pengeluaran air. Kemudian kakaban dipasang
diatas sebatang bambu yang utuh agar dapat terapung. Panjang kakaban
1,5 2 meter yang dijepit dan dipaku pada bilah bambu.
Pemilihan induk
1. Ciri ciri induk yang siap dipijahkan :
a. Pada induk betina umur antara 1,5-2 tahun dengan berat 2
Kg/ekor, dan pada induk jantan umur minimal 0,8 tahun dengan
berat 0,5 Kg/ekor.
b. Bentuk tubuh normal.
c. Tutup insang normal, lensa mata jernih
d. Sisik tersusun rapih dan cerah.
2. Ciri ciri untuk membedakan induk jantan dan betina sebagai berikut :
a. Betina :
- Perut besar buncit dan lembek.

Laporan Reproduksi Hewan

- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.


- Jika perut di striping/urut mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b. Jantan :
- Badan langsing.
- Gerakan lincah, dan gesit.
- Jika perut di striping mengeluarkan cairan berwarna putih.

Pengelolaan Induk
Pengelolaan Kolam Induk
Beberapa kegiatan manajemen harian yang dilakukan adalah
mencegah masuknya ikan-ikan liar pada kolampemeliharaan induk,
membersihkan sampah/kotoran dan sisa pakan, memelihara kualitas air
agar tetap ideal untuk pemeliharaan induk, memasang saringan pada
saluran inlet dan outlet. Untuk meningkatkan kandungan oksigen pada
kolam dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan
tetap melakukan penggantian air secara terus menerus selain itu dapat
juga dengan penambahan kincir air atau aerasi dari blower.
Pergantian air harus dilakukan jika kualitas air tidak dapat
ditingkatkan hanya dengan menggunakan kincir air dan aerasi. Untuk
daerah

tertentu

pergantian

air

tidak

dapat

dilakukan

secara

berkesinambungan karena kuantitas air yang sangat terbatas terutama


pada musim kemarau, oleh karena itu pergantian air dapat melalui filtrasi
sistem tertutup.
Pemeliharaan induk jika memungkinkan dilakukan dalam beberapa
kelompok dan dipelihara secara terpisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat
digunakan secara bergantian. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam
tanah dan dapat juga menggunakan kolam kualitas air ideal untuk induk
suhu antara 25 30 C, kolam tembok dengan kepadatan 3 5 ekor/m2,
pH 6,0 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mg/L.
Pengelolaan pakan induk
Waktu pemberian pakan tidak hanya untuk memberi pakan tetapi
juga waktu untuk mengamati dan mengevaluasi kondisi ikan dan air.
Pengamatan tingkah laku makan harian ikan sangatlah penting untuk
mengetahui kondisi kesehatan ikan.

Laporan Reproduksi Hewan

Selama pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku


makan ikan, warna dan kondisi air, kondisi kincir, aerasi dan memastikan
kalau tidak ada ikan liar yang masuk kedalam kolam pemeliharaan induk.
Pakan yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena
akan menyebabkan turunnya kualitas air. Pola makan ikan terkadang tidak
sama setiap harinya maka pakan yang diberikan harus dikontrol dan
tercatat dengan baik baik waktu dan jumlah pemberian pakan serta jenis
pakan yang diberikan. Pakan yang umum diberikan pada induk patin
adalah pellet komersial dengan kadar protein 30 35 %. Jumlah
pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3% dari berat biomass dan
diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari.
D. Pemijahan buatan dan penetasan telur
Persiapan
Persiapan induk
Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, mempersiapkan jumlah
induk yang akan disuntik harus dilakukan. Membuat target pada setiap
kegiatan pembenihan sangat diperlukan untuk menjaga produksi yang
berkesinambungan baik dalam segi jumlah maupun kualitas benih yang
akan dihasilkan. Faktor utama yang membatasi jumlah induk yang akan
digunakan adalah fasilitas penetasan telur yang berupa corong penetasan
dan perawatan larva yang berupa bak fiber, akuarium ataupun kolam.
Kelebihan kapasitas baik telur maupun larva akan menyebabkan
rendahnya daya tetas telur dan tingkat kelulushidupan larva, sehingga
sangat penting bagi pembenih untuk memperhitungkan jumlah target
produksi dengan fasilitas - fasilitas pembenihan yang dimilikinya. Setelah
diketahui jumlah induk yang akan direncanakan untuk disuntik maka 2
(dua) hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika
induk tidak di puasakan dan dipaksakan diseleksi maka akan dapat
menyebabkan induk luka dan stress, yang akhirnya akan menyebabkan
gagalnya ovulasi telur.
Persiapan alat dan bahan
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan
adalah

persiapan.

Laporan Reproduksi Hewan

Langkah-langkah
7

dalam

persiapan

meliputi

perencanaan, pengecekan kondisi peralatan pemberokan atau inkubasi


induk, pendataan, pengecekan terhadap kesiapan dan kelayakan kondisi
peralatan dan bahan yang akan digunakan.
Seleksi induk
Seleksi
langkah

induk

awal

pembenihan,

merupakan

dalam

usaha

langkah

ini

sangatmenentukan

keberhasilan

pembenihan

keseluruhan

secara

sehingga harus dilakukan secara teliti


dan akurat berdasarkan kriteria yang
sudah ditentukan. Pada umumnya, induk ikan betina yang telah matang
gonad memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan atau
induk betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk betina cenderung
melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar kearah anus.
Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua.
Sedangkan postur tubuh induk
jantan relatif lebih langsing
dan panjang, apabila bagian
perut dekat lubang kelamin
diurut

akan

mengeluarkan

cairan putih kental. Untuk


menjamin

pemilihan

induk

betina matang gonad, dapat


dilakukan dengan pengukuran
diameter telur dan pengamatan pergerakan inti sel telur. Proses ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengambilan telur menggunakan kateter
atau kanulator dari kantung telur. Telur yang sudah diambil diletakkan
pada larutan sera untuk mengukur diameter telur dan pergerakan inti sel
dibawah mikroskop.
Telur dari induk yang sudah matang gonad ditandai dengan
ukurannya yang relatif seragam, memiliki diameter lebih dari 1,0 mm dan

Laporan Reproduksi Hewan

pada larutan serra > 80 % inti sel bergerak ke pinggir. Satu hari sebelum
proses seleksi induk dilakukan induk dipuasakan, induk ditangkap dengan
cara dijaring dan diserok satu persatu untuk diseleksi kematangan
gonadnya. Seleksi pertama dilakukan secara visual dikolam yaitu dengan
mengamati dan meraba bagian perut betina dan urogenitalnya, bila secara
visual induk betina matang gonad maka induk dipindahkan ke bak
inkubasi induk untuk persiapan penyuntikan dan apabila induk betina tidak
matang gonad maka induk langsung dilepaskan kembali pada kolam
pemeliharaan induk. Induk jantan juga diseleksi dengan mengurut bagian
perut kearah anal jika keluar cairan putih kental maka induk jantan
tersebut terpilih untuk dipijahkan, induk jantan terpilih dipindah ke bak
inkubasi.
Penyuntikan hormon
Pemijahan dilakukan

secara buatan melalui

pemberian

rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan


untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur
sperma dan telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada
ikan patin yang sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan
tombro. Dalam petunjuk ini akan dijelaskan penggunaan hormon
ovaprim. Faktor yang paling penting mempengaruhi keberhasilan
proses ovulasi adalah manajemen harian induk untuk mencapai
kematangan gonad yang cukup.
Hormon yang digunakan adalah ovaprim, standar
dosis ovaprim yang diberikan untuk induk betina adalah
0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2
ml/kg

(bila

diperlukan).

Penyuntikan

dilakukan

sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di


punggung atas kanan atau kiri, dengan interval waktu
penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama
sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi
diberikan pada penyuntikan kedua dengan sudut kemiringan
penyuntikan 45.

Laporan Reproduksi Hewan

Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian


dilakukan pengecekan ovulasi induk, pengecekan ini
akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses
pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum
ovulasi (terlalu cepat waktu), maka pengeluaran telur
tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan
pembuahan akan rendah. Sedangkan bila terlalu
lambat, pembuahan biasanya juga gagal karena air
sudah

masuk

ke

dalam

kantung

telur

yang

menyebabkan lubang mikrofil pada telur sudah


tertutup.

Pengecekan

ovulasi

dilakukan

dengan

cara

melakukan

pengurutan pada bagian dekat urogenital secara perlahan dan hati-hati.


Ovulasi sudah tercapai bila sudah ada sedikit telur yang keluar sehingga
pengurutan secara keseluruhan dapat dilanjutkan untuk proses pembuahan.
Stripping ikan
Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah striping, proses
striping sampai memasukan telur kedalam corong penetasan harus
dilakukan dengan cepat dan lembut. Oleh karena itu persiapan peralatan
harus dilakukan dengan teliti sebelum kegiatan pembenihan dimulai.
Setelah
(enam)

jam

6
setelah

penyuntikan

kedua

dilakukan pengecekan
terhadap induk betina
dilakukan pengecekan
terhadap induk betina
apakah sudah ovulasi
atau belum, langkah
pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini
dimaksudkan

agar

memudahkan

dalam

proses

pengecekan

dan

mengurangi tingkat stress pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan


menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm.
Laporan Reproduksi Hewan

10

Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan


ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara mengurut perut induk ikan dari
arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu
striping yang tepat adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan
pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan melakukan pijatan
yang keras atau dipaksakan.
Apabila induk belum ovulasi maka dilakukan penimbangan berat
induk dan kanulasi dengan kateter. Adapun tujuan dari penimbangan
tersebut adalah untuk mengetahui ada tidaknya penambahan berat pada
induk, apabila berat induk bertambah maka dimungkinkan ada
perkembangan telur tetapi lambat, sedangkan tujuan dari kanulasi adalah
untuk melihat perkembangan oosit. Menimbang induk dan kanulasi ini
baik dilakukan apabila memungkinkan, namun bukanlah suatu keharusan,
bila induk belum juga ovulasi maka kegiatan pengecekan tersebut
dilakukan lagi setiap satu jam, apabila saat pengecekan induk sudah
ovulasi maka segera dilakukan pengurutan atau striping telur. Setelah
semua telur habis distriping maka telur yang dihasilkan tersebut ditimbang
total untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan maka diambil sampel
sebanyak 1 gram, telur kemudian dihitung jumlahnya dan kemudian
dikalikan dengan berat total telur.
Penimbangan berat total telur dan sampling telur adalah untuk
mengetahui jumlah telur dan untuk mengevaluasi suatu kegiatan
pembenihan, walaupun untuk tujuan produksi kegiatan ini tidak selalu
harus dilakukan, namun penimbangan untuk mengetahui jumlah telur yang
diperoleh sangat disarankan untuk mengestimasi hasil
panen dan mengevaluasi kegiatan pembenihan.
Pada saat yang bersamaan diambil juga sedikit sampel sperma
induk jantan untuk diamati kualitasnya dibawah mikroskop, pengamatan
kualitas sperma dilakukan dengan cara mengambil satu tetes sampel
sperma diatas objek glass kemudian sampel tersebut ditetesi air segar,
pengamatan dibawah mikroskop dilakukan bertepatan dengan diteteskanya

Laporan Reproduksi Hewan

11

air. Sperma yang kualitasnya baik adalah yang spermatozoanya bergerak


aktif ketika diteteskan air.
Dengan cara yang sederhana evaluasi kualitas sperma dilakukan
dengan menggunakan beberapa jantan yang matang gonad yang
mengeluarkan cairan sperma putih kental dengan mudah ketika
diurut/distriping. Jika pengelolaan induk cukup baik biasanya induk jantan
yang matang lebih mudah diperoleh dibanding induk betina matang gonad.
Setelah diketahui kulitas sperma baik maka dilakukan striping pada induk
jantan untuk mengambil spermanya, sperma yang keluar ditampung pada
wadah yang telah berisi telur. Striping untuk memperoleh sperma
dilakukan dengan pijatan tangan sepanjang posisi testis pada abdomen
jantan.
Inseminasi buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan
sperma dengan larutan sodium 0,9 % dan diaduk secara
perlahan

menggunakan

pencampuran

larutan

bulu

sodium

ayam.
ini

adalah

Tujuan
untuk

mengencerkan sperma agar sperma dan telur dapat


tercampur secara lebih merata. Setelah diaduk secara
merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah
selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah
yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur
kemudian

diaduk

sempurna

hingga

telur

tidak

menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah merah pada
telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga
telur bersih sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk
dimasukan dalam corong penetasan (Gold, 1979).
Pemeliharaan larva
Pemeliharaan larva dan benih ikan tombro sebaiknya dilakukan
didalam ruangan tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta
menghindari

kontaminan

Laporan Reproduksi Hewan

yang

dapat

12

masuk

kedalam

media

pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat terdiri dari


berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak semen
maupun bak kayu, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
kebersihan dan ukuran wadah. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80
ekor/liter.
Larva dipelihara selama 15 hari, dimana larva ikan akan
mencapai ukuran inchi, larva ikan diberikan pakan pelet dari umur
30 jam hingga 7 hari, adapun pada hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi
pakan cacing sutera. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin
adalah antara 29-30 C, selama pemeliharaan larva dilakukan
penyiponan sisa pakan dan faeces secara rutin, penambahan dan
pergantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan
dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan
kebutuhan (Gold, 1979).
Poliploidisasi
Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan tombro) perlu
memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan.
Hal ini harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas induk maupun benih ikan tombro. Saat ini disinyalir telah
terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan tombro yang
dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah
dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan
perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan tombro seperti
program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal
maupun manipulasi kromosom (Oshiro, T. dan Carman, O. 1991).
Teknik-teknik manipulasi kromosom telah diterangkan oleh
para peneliti sejak tahun 1970-an dan teknik ini potensial untuk sex
controldan manipulasi genome (Thorgaard, 1983). Manipulasi
kromosom

mungkin

dilakukan

selama

siklus

nukleus

dalam

pembelahan sel, dasarnya adalah penambahan atau penguranganset


haploid atau diploid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi
eksternal, proses-proses buatan (artificial) dapat dilakukan untuk salah
satu gamet sebelum fertilisasi atau telur terfertilisasi pada beberapa
Laporan Reproduksi Hewan

13

periode selama formasi pada zigot (Purdom, 1983). Poliploidisasi


merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan
dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih
ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat,
toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Induksi
poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat
petani ikan maupun para peneliti di bidang perikanan. Poliploidisasi
pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti
melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin,
pressure (hydrostatic pressure) atau secara kimiawi untuk mencegah
peloncatan polar body II atau pembelahan sel pertama pada telur
terfertilisasi (Thorgaard, 1983; Yamazaki, 1983; Carman et al., 1992;
Shepperd dan Bromage, 1996). Thorgaard (1983) menjelaskan,
pendekatan praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas
merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi
triploidi) atau sesaat setelah pembelahanpertama (untuk induksi
tetraploidi) pada suhu lethal. Kejutan suhu selain murah dan mudah
juga efisien dapat dilakukan dalam jumlah banyak (Rustidja, 1991).
Kejutan panas merupakan teknik perlakuan fisik yang paling
umum digunakan untuk menghasilkan poliploidi pada ikan (Don dan
Avtalion, 1986). Beberapa penelitian menunjukkan bahwaperlakuan
untuk menghasilkan poliploidisasi pada ikan juga mempengaruhi laju
penetasan,abnormalitas, kelangsungan hidup dan lajupertumbuhan
ikan. Tiga hal yang perludiperhatikan dalam perlakuan kejutan suhu
padatelur, yaitu waktu awal kejutan, suhu kejutan dan lama kejutan
(jelas sangat rendah daya hidupnya,tetapi Don dan Avtalion, 1986).
Nilai parameter tersebut berbeda untuk setiap spesies (Pandiandan
Varadaraj, 1988).
Tave (1993) melaporkan, triploidisasi akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan dan sterilitas. Ukuran sel ikan triploid lebih
besar dibandingkan dengan diploid, nukleus berisi 33persen lebih allel
untuk pertumbuhan dan energi untuk pertumbuhan produksi gamet

Laporan Reproduksi Hewan

14

berkurang atau terhambat. Ikan triploid mempunyai gonadosomatic


index yang lebih rendah biladibandingkan dengan diploid (Mair,
1993). Keuntungan triploid adalah dapat mengontrol overpopulate,
membuat populasi monosex, memacupertumbuhan dan kelulushidupan
serta memiliki pertumbuhan lebih cepat dari diploid, karenaenergi
yang

dipergunakan

dipergunakan

untuk

perkembangangonad

untukpertumbuhan

somatik

pada

diploid

pada

triploid

(Thorgaard,1983).
Tetraploid terlihat dapat dibesarkan untuk kematangan kelamin
dan

dipergunakan

dalam

memproduksi

ikan

triploid

melalui

persilangan dengan diploid normal dan androgenetik pada telur-telur


yang diradiasi dengan sinar- (Purdom, 1993 dan Santiago et al.,
1993). Valenti (1975) dalam Thorgaard (1983) menemukan beberapa
kemungkinan

tetraploid

di

antara

telur

Tilapia

aurea

yang

diperlakukan dengan kejutan dingin. Ikan-ikan tersebut lebih besar


dari kontrol dan triploid pada umur 14 minggu. Studi kromosom dan
nukleoli pada ikan penting dilakukan, selain dapat dipergunakan dalam
uji poliploidisasi juga banyak bermanfaat dalam sitotaksonomi untuk
menduga hubungan filogenetik beberapa spesies ikan (Miyaki et al.,
1997 dalam Carman dkk., 1997).
Metode penghitungan jumlah nukleolus merupakan metode
yang mudah dan relatif murah serta mempunyai peluang yang besar
untuk diterapkan pada berbagai spesies ikan. Metode ini hanya
memerlukan sedikit jaringan dan semua sumber jaringan dapat
dipergunakan (Philips et al., 1986). Penentuan ploidi beberapa sampel
ikan dapat dibuat hanya dalam waktu singkat dan sampel dapat diamati
tanpa membunuh ikan (Carman, 1992).

Laporan Reproduksi Hewan

15

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi, karena tidak
menggunakan variabel dalam penelitian ini dan penelitian ini dilakukan di
Balai Benih Induk Ikan Kepanjen-Malang.
B. Alat dan Bahan
Striping ikan
Alat :
1. Wadah plastik kering

Alat :
Mikroskop
Objek glass
Cover glass
Kutex bening
Pipet

1.
2.
3.
4.
5.

Bahan :
Bulu ayam
Methylen blue
Sperma ikan tombro
Telur ikan tombro
Garam fisiologis

Poliploidisasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bahan :
Air bersih
Bulu ayam
Tisu

Pembuatan preparat ovum dan sperma

1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.

Alat :
Gelas ukur
Mangkok plastik
Objek glass
Bak kejutan suhu
Aquarium
Stopwatch, saringan
Bak inkubator
Bulu ayam
Termometer

1.
2.
3.
4.
5.

Bahan :
Larutan NaCl fisiologis 9,0
2 butir ayam kampung
Air
Sperma
Telur

Pembuatan pakan kering

1.
2.
3.

Alat :
Gilingan daging
Ember
Ayakan

Laporan Reproduksi Hewan

1.
2.
3.
16

Bahan :
Dedak halus
Tepung ikan
Bungkil kedelai

4.
5.
6.
7.

Serok atau cangkul


Alat penepung
Karung plastik
Timbangan

4.
5.
6.
7.
8.

Ampas tahu
Tepung jagung
Minyak ikan
Vitamin-mineral mix
Kanji

Pembuatan pakan fermentasi


Alat :
1. Plastik besar/terpal
2. Serok atau cangkul
3. Karung plastik

Bahan :
1. Dedak halus 10 kg
2. Tepung ikan 2 kg
3. Ampas tahu 20 kg
4. Tetes tebu 1 Liter
5. Probiotik 400 ml (probiofis)
- probiotik bisa diganti

campuran susu segar, tetes

L, gula merah, bekatul


temulawak,

stater

(Lactobacillus/ragi), jahe
kunir putih
C. Langkah Kerja
Pemijahan dan Striping ikan
Pemijahan ikan dilakukan dengan cara memasangkan induk
ikan tombro jantan dan betina di dalam kolam pemijahan ikan
dengan perbandingan jantan dan betina adalah 3:1. Selanjutnya
ikan tombro akan melakukan perkawinan secara alami dan
biasanya baru berlangsung pada malam hari (tengah malam)
dengan selang waktu 11-18 jam setelah dipasangkan. Setelah
nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, yaitu ditandai dengan
munculnya buih dalam kolam dan bau amis, maka telur ayam
mentah yang telah dikocok mulai ditebar untuk membantu
pemijahan. Induk betina dan jantan lalu dipilih dan ditangkap serta
dilakukan pengurutan (stripping) untuk mendapatkan telur dan
sperma ikan tombro. Induk jantan dan induk betina diurut pada
bagian perutnya dengan halus sehingga telur maupun sperma kan
keluar dari lubang kelamin. Telur-telur yang diperoleh ditampung
dalam petridish (wadah plastik kering) dan sperma ditampung

Laporan Reproduksi Hewan

17

dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl Fisiologis dengan


pengenceran 10 kali. Kemudian larutan sperma disimpan
sementara dalam refrigerator suhu 4C.
Pembuatan dan pengamatan preparat telur dan sperma ikan
o Pembuatan preparat sperma ikan tombro
Meneteskan satu tetes sperma ikan pada permukaan objek glass.
Mengeringanginkan objek glass tersebut. Menetesi dengan larutan
metylen blue lalu dikeringanginkan kembali. Kemudian mengamati
preparat di bawah mikroskop.
o Pembuatan preparat telur ikan
Meletakkan 2 hingga 4 telur ikan tombro betina diatas objek glass.
Menutup spesimen amatan (telur) dengan cover glass. Melekatkan
bagian kanan-kiri cover dengan objek glass menggunakan kutex
bening. Mengamati preparat di bawah mikroskop.
Poliploidisasi
o Diploidisasi
Telur ikan tombro dalam petridish hasil stripping diambil
mempergunakan spatula dan diletakkan dalam petridish bersih dan
kering.

Selanjutnya,

sperma

diencerkan

dengan

cara

menambahkan 9 cc NaCl fisiologis 0,9 % ke dalam gelas ukur.


Larutan sperma dicampurkan pada telur sebanyak 2-3 tetes dan
dilakukan

pengadukan

(dicampur)

secara

perlahan

mempergunakan bulu ayam. Menetesi telur yang telah tercampur


dengan sperma dengan larutan penyubur (lactate Ringers) 3
tetes. Mengaduk pelan-pelan selama 5 menit. Menebarkan secara
merata sel telur yang telah dibuahi ke dalam saringan penetasan
menggunakan bulu ayam. Memasukkan saringan penetasan ke
dalam aquarium penetasan.
o Perlakuan poliploidisasi (triploidisasi) dilakukan melalui tahapantahapannya sebagai berikut : telur ikan tombro dalam petridish
hasil stripping diambil mempergunakan spatula dan diletakkan
dalam petridish bersih dan kering. Selanjutnya, sperma diencerkan
dengan cara menambahkan 9 cc NaCl fisiologis 0,9 % ke dalam
gelas ukur. Larutan sperma dicampurkan pada telur sebanyak 2-3
Laporan Reproduksi Hewan

18

tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara perlahan


mempergunakan bulu ayam. Menetesi telur yang telah tercampur
dengan sperma dengan larutan penyubur (lactate Ringers) 3
tetes. Mengaduk pelan-pelan selama 5 menit. Menebarkan secara
merata sel telur yang telah dibuahi ke dalam saringan penetasan
menggunakan bulu ayam. Setelah 3 menit dari pemberian larutan
penyubur, meletakkan saringan penetasan yang berisi sel telur
terfertilisasi ke dalam air yang bersuhu 40 C (kejutan suhu panas)
selama 1,5 menit. Meletakkan saringan ke dalam aquarium
penetasan.
o Tetraploidisasi
Perlakuan tetraploidisasi dilakukan melalui tahapan-tahapannya
sebagai berikut : telur ikan tombro dalam petridish hasil stripping
diambil mempergunakan spatula dan diletakkan dalam petridish
bersih dan kering. Selanjutnya, sperma diencerkan dengan cara
menambahkan 9 cc NaCl fisiologis 0,9 % ke dalam gelas ukur.
Larutan sperma dicampurkan pada telur sebanyak 2-3 tetes dan
dilakukan

pengadukan

(dicampur)

secara

perlahan

mempergunakan bulu ayam. Menetesi telur yang telah tercampur


dengan sperma dengan larutan penyubur (lactate Ringers) 3
tetes. Mengaduk pelan-pelan selama 5 menit. Menebarkan secara
merata sel telur yang telah dibuahi ke dalam saringan penetasan
menggunakan bulu ayam. Setelah 29 menit dari pemberian larutan
penyubur, meletakkan saringan penetasan yang berisi sel telur
terfertilisasi ke dalam air yang bersuhu 40 C (kejutan suhu panas)
selama 1,5 menit. Meletakkan saringan ke dalam aquarium

penetasan.
Pembuatan pakan
Pakan Kering
Menyeleksi bahan, tujuannya adalah agar setiap bahan yang
akan digunakan telah terstandarisasi dengan kualitas yang baik.
Meramu dan mencampur bahan. Meramu bahan pangan sesuai

Laporan Reproduksi Hewan

19

formula pangan ikan dengan kandungan proteinnya sekitar 25%


disusun dari komponen bahan pakan seperti bekatul, tepung
jagung, tepung ikan, bengkil kedelai, ampas tahu kering, tepung
kanji, dan vitamin-mineral mix. Bahan kering di campur menjadi
satu lalu di beri kanji sebagai perekat. Menyiapkan alat pencetak.
Mencetak pellet pakan ikan menggunakan mesin gilingan daging.
Selanjutnya, pellet dijemur dan setelah jadi memasukkan pellet ke
dalam karung bersih dan disimpan di tempat yang kering.
Pakan Fermentasi
Menyiapkan alat dan bahan. Mencampur semua bahan-bahan
hingga rata sempurna. Pencampuran bahan dapat menggunakan
serok maupun dengan tangan. Setelah bahan-bahan tercampur rata,
lalu dimasukkan ke dalam karung plastik besar dan ditutup rapat.
Pakan ini dibiarkan /difermentasi selam 3 hari kemudian pakan ini
siap digunakan.

Laporan Reproduksi Hewan

20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Pemijahan ikan tombro

b. Pengambilan Induk Ikan

Laporan Reproduksi Hewan

21

c. Stripping
Pada Jantan

Pada Betina

d. Fertilisasi buatan

e. Rekayasa reproduksi ginogenesis pada ikan tombro


Laporan Reproduksi Hewan

22

f.

Pembuatan

Pakan

Ikan

Kering

Laporan Reproduksi Hewan

23

g.

Pembuatan
Pakan Ikan
dengan
Fermentasi

Laporan Reproduksi Hewan

24

B.

Pembahasan
1. Ikan Jantan dan Ikan Betina yang Sedang Matang Gonad
Ikan tombro jantan maupun betina yang matang gonad dapat
diketahui pada saat seleksi induk. Seleksi dilakukan pada kedalaman air 20
cm dari ketinggian air kolam. Induk ikan ditangkap satu per satu dengan
tangan. Ketika menangkap induk, jari-jari tangan juga melakukan rabaan
pada bagian perut induk secara halus.
Dari rabaan itu diperoleh beberapa tanda yang bisa diketahui.
Pertama, perut induk kempes. Induk yang demikian menandakan belum
matang gonad sehingga tidak perlu ditangkap. Kedua, apabila menemukan
perut induk betina yang agak gendut tetapi masih keras, maka induk
seperti ini juga tidak perlu ditangkap. Hal ini menandakan bahwa induk
tersebut sudah bertelur, tetapi belum matang gonad. Ketiga, apabila
menemukan perut induk betina yang sudah gendut maka sebaiknya segera
dipisahkan atau diseleksi . Keempat, menemukan perut induk betina yang
sudah betul-betul gendut. Apabila perut induk betina itu gendut dan
lembek, serta gerakan induk yang sangat lamban karena berat dengan
perutnya (dimana gendut perutnya jauh melebihi badan), sisik tersusun
rapi, gemuk, dan tidak luka serta kulit di sekitar lubang urogenitalnya
berwarna kemerahan. maka induk itu segera ditangkap, dan dimasukan ke
dalam ember. Karena induk itu memang sudah matang gonad
Sedangkan tanda-tanda induk jantan yang matang gonad ialah
setelah induk ditangkap dengan tangan, lalu dibalikkan tubuhnya hingga
terlihat lubang kelaminnya dan ketika dipijit akan keluar cairan putih.
Laporan Reproduksi Hewan

25

Cairan putih ini tidak lain ialah sperma. Selanjutnya, induk jantan ini
diambil dan dilakukan stripping.
2. Tingkah Laku Ikan tombro yang Sedang Memijah
Pemijahan ikan tidak hanya ikan tombro terjadi di malam hari,
yang diawali dengan pendekatan ikan jantan pada betina. Di dalam kolam
akan terlihat banyak buih dan bau amis yang muncul dari feromon induk
jantan. Induk jantan terlihat mengikuti di bagian ekor induk betina. Mulamula induk betina akan menghindari induk jantan. Namun induk jantan
terus melakukan pendekatan sehingga terjadi kejar-mengejar. Pendekatan
yang dilakukan ikan jantan itu disambut baik oleh betina dengan diam, dan
membiarkan jantan mendekatinya. Kesempatan itu digunakan ikan jantan
untuk menciumi bagian tubuh betina, termasuk lubang kelaminnya bahkan
juga menunggangi tubuh si betina. Rangsangan akan terjadi akibat ciuman
induk jantan pada lubang kelamin betina. Setelah terangsang, maka induk
betina akan mengeluarkan telur sambil menaiki alat penempel telur.
Bersamaan dengan itu, sperma dari induk jantan akan dikeeluarkan sambil
terus menciumi alat kelamin betina.
Pada saat itulah terjadi pembuahan alami di dalam air. Telur yang
sudah dibuahi akan menempel pada alat penempel telur (kakaban) yang
terbuat dari ujuk.
3. Cara Stripping Ikan
Induk ikan tombro betina dan jantan dimasukkan ke dalam kolam
pemijahan yang telah ditambah substrat berupa kakaban yang terbuat dari
ijuk sebagai tempat menempelnya telur ikan. Induk ikan tombro umumnya
akan melakukan perkawinan secara alami pada malam hari (tengah
malam) dengan selang waktu 1118 jam setelah dipasangkan. Setelah
nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk ikan tombro betina dan
jantan ditangkap dan dilakukan pengurutan di bagian abdominal secara
halus (stripping). Pengurutan ini akan menyebabkan telur ikan dan sperma
keluar dari lubang kelamin ikan. Telur-telur yang diperoleh kemudian
ditampung dalam mangkok plastik dalam keadaan harus kering untuk
menghindari block polispermi dini, sedangkan sperma ditampung dalam

Laporan Reproduksi Hewan

26

tabung reaksi yang di dalamnya berisi larutan NaCl Fisiologis dengan


pengenceran 10 kali. Larutan sperma disimpan sementara dalam
refrigerator suhu 4 C. NaCl fisiologis disini berperan sebagai pengganti
cairan tubuh ikan sehingga diharapkan sperma akan tetap hidup.

4. Mengamati Sperma Dibawah Mikroskop


Pembuatan preparat apusan sperma diusahakan untuk mendapatkan
apusan yang tipis. Agar pembuatan apusan sperma mendapatkan hasil
yang tipis, maka digunakan sebuah gelas obyek lagi untuk mengulas
preparat. Caranya dengan menempelkan gelas obyek tadi pada tepi gelas
obyek gelas pertama dengan sudut 45O. Lalu gelas obyek kedua ditarik ke
belakang dengan cepat sehingga membentuk ulasan tipis. Ulasan tersebut
dikeringanginkan, lalu difiksasi dengan menggunakan metilen blue selama
10 menit dan dikeringanginkan lagi. Setelah kering, maka preparat diberi
warna dengan larutan glemsa 10 % selama lima menit. Pengamatan
dilakukan setelah kering di bawah mikroskop dengan pembesaran 1.000
kal.
5. Fertilisasi Buatan
Telur ikan tombro dalam mangkok plastik hasil stripping diambil
menggunakan spatula secara acak, diletakkan dalam mangkok plastik
bersih-kering dan ditambah dengan sperma yang sudah diencerkan dengan
garam fisiologis sebanyak 23 tetes serta diaduk secara perlahan
menggunakan bulu ayam. Kemudian ditambahkan air bersih sebanyak 34
tetes untuk melangsungkan proses fertilisasi telur dan secara perlahanlahan diaduk menggunakan bulu ayam sehingga merata. Waktu fertilisasi
dicatat yaitu saat pertama kali mencampurkan air bersih. Setelah 1 menit,
telur terfertilisasi disebar dalam saringan kasa diameter 20 cm dan tinggi 6
cm yang telah ditempatkan dalam bak plastik volume 25 liter berisi larutan
garam dan urea (penyubur) dengan perbandingan 4 : 3 untuk setiap 1 liter
air selama 0,5 menit. Selanjutnya, telur dalam saringan kasa dimasukkan

Laporan Reproduksi Hewan

27

bak inkubasi yang terbuat dari fiber glass volume 1 m3 dengan suhu air 26
C.
6. Rekayasa Reproduksi Ginoginesis pada Ikan
Terdapat dua cara untuk mendapatkan ikan ginogenesis, yaitu
secara meiosis dan mitosis. Pada ginogenesis meiosis, ovum normal (2N)
difertilisasi dengan sperma yang telah diirradiasi (0N), maka jumlah
kromosom di dalam ovum tetap 2N, proses selanjutnya adalah pada saat
ovum mengalami meiosis II dan sebelum terjadi peloncatan polar bodi II
diberi kejutan suhu untuk menahan peloncatan polar bodi II. Dengan
demikian, maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N. Selanjutnya
ovum mengalami proses mitosis dan berkembang serta menetas menjadi
ikan yang mempunyai 2N kromosom yang berkelamin betina. Ginogenesis
mitosis, ovum normal (2N) difertilisasi dengan sperma yang telah
diirradiasi, maka jumlah kromosom di dalam ovum tetap 2N, proses
selanjutnya adalah pada saat ovum mengalami meiosis II dan dibiarkan
terjadinya peloncatan polar bodi II, sehingga didalam ovum jumlah
kromosomnya tinggal 1N. Proses selanjutnya ovum mengalami proses
mitosis, disini terjadi duplikasi kromosom sehingga jumlah kromosom
menjadi 2N dan diberi kejutan suhu. Selanjutnya ovum berkembang serta
menetas menjadi ikan yang mempunyai 2N kromosom yang berkelamin
betina. Sehingga dalam proses rekayasa reproduksi ginogenesis dapat
diperoleh keuntungan agar dihasilkan ikan yang monosex dan terjadi sex
reversal yaitu betina saja. Ginogenesis buatan adalah hasil pemijahan ikan
yang didapatkan dari perkembangan sebuah ovum setelah diferrtilisasi
buatan oleh sperma yang telah diirradiasi, kemudian diberi kejutan suhu,
disini tidak ada kontribusi material genetik dari sperma. Hasil dari ikan
ginogenesis biasanya berkelamin betina
7. Rekayasa Reproduksi Membuat Ikan Triploid dan Tetraploid serta
Tingkat Keberhasilannya.
Perkembangan gonad ikan mas diploid tidak jauh berbeda dengan
perkembangan gonad ikan mas tetraploid. Ikan mas diploid dan tetraploid
sama-sama mengalami perkembangan gonad secara normal. Hal ini

Laporan Reproduksi Hewan

28

berbeda dengan ikan mas triploid yang menunjukkan bahwa jaringan


gonad di dalam rongga tubuhnya tidak berkembang dengan baik atau dapat
dikatakan steril.
Triploidisasi pada ikan ialah proses terbentuknya ikan triploid yang
berasal dari telur normal (2N) dibuahi dengan sperma normal tanpa
diirradiasi (1N), maka akan terdapat 3N kromosom di dalam telur. Proses
ini terjadi saat meiosis II dan satu set kromosom yang ada dalam polar
bodi II akan memisahkan diri dari inti sel telur, karena polar bodi II
mengalami degenerasi. Satu set kromosom yang tetap berada dalam inti
akan bergabung dengan satu set kromosom spermatozoa. Kemudian akan
terbentuk individu 2N dengan dua set kromosom. Apabila proses
pemisahan satu set kromosom ini dapat dicegah, maka telur tersebut tetap
memiliki dua set kromosom dan bergabung dengan satu set kromosom
spermatozoa, sehingga terbentuk individu triploid dengan tiga set
kromosom. Pda proses ini, telur diberi kejutan berupa suhu panas untuk
mempertahankan kromosomnya agar tetap 3N.

Selanjutnya telur akan

mengalami proses mitosis, kemudian berkembang dan menetas. Ikan


triploidi ini akan steril karena jumlah kromosomnya ganjil (3N), sehingga
pada saat perkembangan gonad tidak akan melangsungkan proses
perpasangan kromosom dan akhirnya gonad tidak dapat berkembang lagi
(steril). Keberhasilannya relatif rendah dilihat dari daya hidupnya karena
ada kelebihan kromosom yaitu dengan tiga set kromosom (3N) bersifat
steril dan ikan lebih cepat besar, menghilangkan sifat migrasi
(menghilangkan sifat ingin kawin) dan agar dapat digunakan untuk
pengendalian rumah air (untuk memakan gulma), ia akan tumbuh lebih
cepat tetapi kualitas daging ikan akan menurun karena lebih banyak
mengandung lemak
Tetraploid adalah perlakuan penahanan pada saat mitosis I dari
telur-telur yang terfertilisasi dengan spermatozoa hidup (normal). Bila
telur yang didapatkankan ialah normal, maka setelah difertilisasi oleh
sperma normal akan mempunyai tiga set kromosom. Setelah mengalami
peloncatan polar bodi II, telur akan mempunayi dua set kromosom. Pada
proses selanjutnya sebelum terjadinya proses mitosis, telur diberi
Laporan Reproduksi Hewan

29

perlakuan kejutan kimia seperti kolkhisin, sehingga didalam selnya


terdapat empat set kromosom. Tetraploid dibuat dengan memberikan
kejutan pada zigot diploid saat mengalami fase pembelahan mitosis I.
Kejutan dilakukan setelah kromosom melakukan replikasi dan nukleus
zigot kira-kira terbagi dua. Kejutan akan mencegah nukleus pada bagian
sel, sehingga mengakibatkan nukleus zigot akan berjumlah 4 set
kromosom, bukan 2 set. Setelah mengalami mitosis, telur akan
berkembang dan menetas, serta menjadi ikan yang mempunyai 4N
kromosom (tetraploid). Sehingga tetraploid memberi keuntungan yaitu
agar dihasilkan ikan dengan 4 set kromosom (4N). Ikan tetraploid yang
bersifat fertil apabila dikawinkan dengan ikan dengan dua set kromosom
(2N) maka akan menghasilkan ikan triploid. Keberhasilan dalam
poliploidisasi ikan termasuk relatif rendah sebab ikan yang normalnya
memiliki 2N direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi triploid (3N)
dan tetraploid (4N). Kelangsungan hidup ikan mas triploid dan tetraploid
lebih rendah apabila dibandingkan dengan ikan mas diploid. Hal ini
kemungkinan besar akibat rendahnya kemampuan ikan-ikan poliploid
seperti triploid dan tetraploid dalam menangkap oksigen terlarut dalam air.
Kemampuan banding oxygenatau pengikatan oksigen terlarut ikanikantriploid dan tetraploid sangat rendah bila dibandingkan dengan ikan
normal (Rustidja, 1983).
Ikan-ikan poliploid seperti triploid dan tetraploid memiliki ukuran
sel yang besar dan jumlah sel yang jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan ikan diploid, dikarenakan pembelahan sel yang terjadi di dalam
tubuh ikan poliploid sangat tinggi dan hal ini diduga menyebabkan proses
metabolisme di dalam tubuh ikan juga akan berjalan lebih cepat, sehingga
sangat diperlukan jumlah atau kadar oksigen terlarut yang cukup besar.
Padahal, apabila kemampuan banding oxygen ikan terlalu rendah, maka
jumlah atau kadar oksigen yang diserap jauh tidak seimbang dengan
jumlah atau kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk memperlancar
proses metabolisme tubuhnya. Ditambah lagi dengan adanya persaingan
antar individu untuk mengkonsumsi oksigen terlarut dalam air media

Laporan Reproduksi Hewan

30

pemeliharaanyang menyebabkan terbatasnya ketersediaan oksigen terlarut.


Akibatnya, kemampuan ikan-ikan poliploid (triploid dan tetraploid) untuk
bertahan hidup sangat rendah.
Suryo (1990) menjelaskan bahwa individu tetraploid merupakan
individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai
kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan
mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan
normal.
Ikan mas triploid belum menampakkan pertumbuhan yang maksimal. Ikan
triploid akan mengalami pertumbuhan yang tinggi terutama pada saat
periode perkembangan dan atau kematangan gonad maupun masa
pemijahan,

karena

energi

yang

diperlukan

untuk

metabolisme

perkembangan gonad ketika musim pemijahan dipergunakan untuk


pertumbuhan somatik atau tubuh. Efek konsumsi energi dalam proses
reproduksi akan menentukan perbedaan laju pertumbuhan antara
triploid dan diploid (Jiang et al., 1993).
8. Keuntungan dari Pakan Ikan Buatan Sendiri
Keuntungan yang didapatkan dari pemberina pakan buatan sendiri
terhadap produktivitas ikan tombro sangat besar. Keuntungan ini ditinjau
dari beberapa aspek yaitu segi keuangan, pemanfaatan limbah, nutrisi dan
bobot ikan. Pertama dari segi keuangan, pemberian pakan ikan buatan
sendiri dapat menekan biaya untuk pembelian pakan ikan. Sebagaimana
diketahui bahwa pakan ikan produksi pabrik harganya cukup mahal
sehingga dengan adanya pakan buatan sendiri ini, pembelian pakan
produksi pabrik dapat diminimalkan. Kedua, dari segi pemanfaatan
limbah. Bahan-bahan yang digunakan dalam pakan ikan buatan sendiri
tadi beberapa diantaranya merupakan sisa hasil produksi misalnya ampas
tahu, bungkil kedelai dan kotoran sapi. Melaui pembuatan pakan ikan ini,
maka dapat mengurangi jumlah limbah yang ada dengan cara
mengolahnya menjadi bahan bermutu tinggi. Aspek yang ketiga yaitu dari
segi nutrisi. Meskipun bahan-bahan ynag digunakan sebagaia pakan ikan
Laporan Reproduksi Hewan

31

tadi hany merupakan limbah, ternayata kandungan gizi yang ada di


dalamnya masih cukup tinggi. Hal ini telah dibuktikan melalui pengujian
kimia pada pakan buatan jadi di Laboratorium UMM (Malang) dimana
pada kotoran sapi (pakan ikan kering) masih mengandung protein sebesar
9,8% dan untuk pakan ikan yang difermentasi ternayta mengandung
protein sebanyak 28%. Keuntungna lainnya yaitu pada pakan ikan ynag
difermentasi, jelas mengandung bakteri Lactobacillus yang berguna bagi
saluran pencernaan ikan. Bakteri tersebut akan membatu ikan mencerna
makanan dengna mudah. Keuntungna ynag terakhir ialah dari segi bobot
ikan dimana ikan yang diberi pakan buatan sendiri memiliki bobot yang
jauh lebih besar daripada ikan yang hanya diberi pakan buatan pabrik
tanpa campuran pakan buatan sendiri. Sehingga, jika pada ikan yang hanya
diberi pakan buatan pabrik akan didapatkan keutungan sebesar Rp
250,00/kg sedangkan ikan yang diberi pakan dengan kombinasi kedua
jenis pakan ini didapatkan keuntung sebesar Rp 2500,00/kg .

Laporan Reproduksi Hewan

32

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pemijahan ikan tombro dapat dilakukan pada malam hari. Usaha
untuk memperoleh ikan benih unggul dapat dilakukan dengan metode
rakayasa reproduksi sehingga akan didapatkan komposisi genetik yang
baik. Rekayasa reproduksi ikan dapat dilakukan dengan

teknik

poliploidisasi, gynogenesis, dan androgenesis. Rekayasa tersebut tentu


saja berawal dari fertilisasi yang diawali dengan prose pemijahan terlebih
dahulu. Faktor yang menentukan keberhasilan pemijahan ikan ialah seleksi
induk matang gonad dan penentuan waktu pengeluaran telur.
Fertilisasi ikan dapat dilakukan secara alami, buatan dan rekayasa
reproduksi. Rekayasa reproduksi masing-masing mempunyai keuntungan
antara lain yaitu pada ginogenesis adalah agar dihasilkan ikan yang
monosex dan terjadi sex reversal. Keuntungan triploidi ialah dapat
dihasilkan ikan dengan tiga set kromosom (3N) sehingga bersifat steril dan
ikan lebih cepat besar, menghilangkan sifat migrasi (menghilangkan sifat
ingin kawin) dan agar dapat digunakan untuk pengendalian rumah air
(untuk memakan gulma). Keuntungan tetraploid adalah agar dihasilkan
ikan dengan 4 set kromosom (4N). Ikan tetraploid yang bersifat fertil
apabila dikawinkan dengan ikan dengan dua set kromosom (2N) maka
akan menghasilkan ikan triploid. Kerugian dari poliploidi ialah kualitas
daging ikan yang menuru karena kandungan lemaknya meningkat.

Laporan Reproduksi Hewan

33

DAFTAR PUSTAKA

Carman, O., Oshiro, T. dan Takashima, F. (1992) Variation in The Maximum


Number of Nucleoli in Diploid and Triploid Common Carp. Nippon Suisan
Gakkaishi, 58 (12) Formerly Bull. Japan. Soc. Sci. Fish.

pp. 2303-2309.

Gervei, J., Marian, T., Krasznai, Z., Nagy, A. dan Csanyi, V. (1980) Occurrence of
Aneuploidy in Radiation Gynogenesis of Carp, Cyprinus carpio Linn. Laboratory
of Behaviour Genetics, Eutuos University, Hungary.
Gold, J. R. (1979) Cytogenetics. In Fish Physiology, Volume VIII (Eds. W. S.
Hoar, D. J. Randall dan J. R. Brett), pp. 353405. Academic Press Inc., New York,
USA.
Kimball, J. (1994) Biologi. Terjemahan S. S. Tjitrosomo dan N. Sugiri, Edisi V,
Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta. 333 hal.
Mukti, A.T. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Program
Studi PascaSarjana Universitas Brawijaya, Malang. 81 hal.
Oshiro, T. dan Carman, O. (1991) Effect of Triploidization on The Number of
Nucleolar Organizer Region and Nucleoli in Carp. Improvement of Inland
Aquaculture. Nodai Centre for International Programs, Tokyo University of
Aquaculture. pp. 8384.
Rustidja, 1991. Aplikasi Kromosom pada Program Pembenihan Ikan. Makalah
dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V, Jakarta. 23 hal.
Tave, D. 1993. Genetics for Fish Htchery Managers, Avy Publ.Co.Inc. Wesport,
Connecticut.

Laporan Reproduksi Hewan

34

Laporan Reproduksi Hewan

35

Anda mungkin juga menyukai