PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu sumber pangan protein hewani yang penting bagi manusia.
Konsumsi telur di Indonesia pada 2015 mencapai 7,16 kg / kapita / tahun dan terus meningkat,
rerata kenaikan pada tahun 2011-2015 sebesar 2,54% per tahun (Ditjen PKH, 2015). Pada tahun
2015, tercatat kebutuhan konsumsi telur masyarakat Indonesia dipenuhi dari telur ayam
(73,84%) dan sisanya dari itik, dan telur puyuh. Populasi ayam ras petelur mencapai 151,42 juta
ekor dengan produksi telur 1.289.716 ton. Konsumsi telur diperkirakan akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan perubahan budaya
pola konsumsi telur. Selanjutnya pada tahun yang sama berdasarkan BPS (2015), tercatat
populasi penduduk Indonesia mencapai 255 juta orang, oleh karena itu Indonesia merupakan
pasar potensial bagi industri perunggasan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa industri
perunggasan telur di Indonesia sudah memberi kesempatan kerja bagi masyarakat luas dan
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Di Indonesia, industri perunggasan di hulu dan hilir berupa industri pakan ternak, day old
chick (DOC), pengolahan produk dan obat-obatan telah berkembang dengan pesat dan terdapat
42 perusahaan ungags yang temasuk kategori besar dan menengah (Ditjen PKH, 2015). Pada sub
sistem budidaya ayam petelur dilakukan oleh perusahaan yang bervariasi dari skala kecil sampai
skala industri yang besar, namun tidak adat catatan data yang pasti mengenai distribusi skala
usaha. Perusahaan kecil sering menghadapi persaingan pasar dengan perusahaan besar yang
memproduksi lebih efisien, sehingga perusahaan kecil dengan modal terbatas akan menghadapi
risiko keberlanjutan usahanya. Osti et al. (2016) menyatakan bahwa efisiensi produksi telur
dalam menggunakan faktor produksi, terutama pakan, pada peternakan besar lebih tinggi
dibanding peternak kecil.
Di Indonesia, masalah fluktuasi harga telur dan pakan merupakan risiko yang sering
dihadapi pengusaha ayam petelur (Business News, 2011; Nuryati dan Nur, 2012). Lebih lanjut
dikatakan bahwa fluktuasi harga telur tersebut disebabkan oleh fluktuasi permintaan pada hari
libur keagamaan. Struktur pasar pakan adalah Oligopoli, dimana salah satu ciri pasar Oligopoli
adalah adanya price leader oleh perusahaan atau produsen terbesar, sehingga sering terjadi
fluktuasi kejadian peningkatan harga pakan yang berdampak pada menurunnya keuntungan
peternak, terutama peternak kecil. Budidaya ayam petelur dengan berbagai strain komersial telah
menggunakan teknologi terpola, yang membutuhkan investasi besar (Olawumi, 2014). Sudut
pandang investasi dalam konteks usaha kecil sangat penting untuk mempertimbangkan
profitabilitas selain memberikan kesempatan kerja kepada kelompok ekonomi lemah.
Penggunaan investasi mengandung risiko, sehingga perkiraan kejadian risiko harus diimbangi
dengan hasilnya (Al-Qudah dan Al-feef, 2015). Analisis investasi didefinisikan sebagai proses
evaluasi investasi terhadap profitabilitas dan risiko. Dari sudut pandang tersebut, perlu dilakukan
analisis investasi terutama pada usaha kecil dengan modal terbatas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari usaha budidaya ayan petelur adalah :
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan telur yang terus meningkat dan menjualnya
sampai ke tangan konsumen..
b. Dapat melakukan usaha pemeliharaan ayam petelur dengan baik dan menjualnya sampai
ke tangan konsumen memberikan manfaat yang besar.
c. Untuk mengetahui analisis data dalam usaha ayam petelur
d. Untuk mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisi data peternakan
e. Mengetahui dan memahami tingkat kelayakan dalam pengembangan usaha peternakan
ayam ras petelur
1.3 Strategi Pencapaian Tujuan
Strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Jika sasaran adalah tempat yang ingin
dituju, maka strategi adalah rute yang mesti diambil untuk mencapai tempat itu. Jika sasarannya
meluncurkan produk/jasa baru, maka tahap awalnya adalah menciptakan keberadaan produk/jasa
Anda agar dikenal oleh pelanggan yang dituju; Membuat program agar pelanggan yang dituju
mau mencoba produk/jasa yang dijual; Membuat strategi, bagaimana pelanggan yang sudah
mencoba mau membeli ulang produk/jasa Anda. Sebagai contoh lain, jika sasarannya adalah
untuk meningkatkan penjualan, maka strategi Anda mungkin salah satu dari hal berikut:
a. biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap;
b. besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti biaya variabel per unitnya adalah tetap sama;
c. besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produk
atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya
perubahan volume kegiatan;
d. harga jual per unitnya tidak berubah selama periode yang dianalisa; dan
e. perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila diproduksi lebih dari satu
macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah
tetap konstan.
Peternakan ayam ras petelur adalah pemeliharaan dari pullet hingga layer untuk
menghasilkan telur konsumsi. Umur ayam petelur pullet yang baik adalah 20 – 22 Minggu.
Karena Ayam petelur adalah jenis ternak unggas semua Koefisien teknis pada unggas berlaku
juga bagi ayam petelur. Ayam petelur betina digunakan untuk penghasil telur.
Umur Produksi
Strain Puncak Produksi (%) FCR Kematian (%)
Awal (Minggu)
Lohman Brown
19-20 92-93 2,3-2,4 2-6
MF 402
Hisex Brown 20-22 91-92 2,36 0,4-3
Bovans White 20-22 93-94 2,2 5-6
Hubbard Golden 19-20 90-94 2,2-2,5 2-4
Dekalb Warren 20-21 90-95 2,2-2,4 2-4
BAB II.
LANDASAN TEORI
Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan
dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselengarakan secara teratur
dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan komersial
atau sebagai usaha sampingan, untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur,susu
serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan,
dan memasarkannya (Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, 2015).
Peternakan dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu ternak besar, ternak kecil,
dan ternak unggas. Ternak besar adalah peternakan yang diusahakan dengan memelihara
hewan yang berukuran besar seperti sapi, kerbau, dan kuda. Ternak kecil adalah
peternakan yang diusahakan dengan memelihara hewan yang berukuran kecil seperti kelinci,
babi, domba, dan kambing. Ternak unggas adalah peternakan yang diusahakan dengan
memelihara hewan yang bersayap atau sebangsa burung seperti ayam, itik, angsa, dan
burung puyuh (Achmanu dan Muharlien, 2011).
Budi daya ayam petelur mempunyai keunggulan antara lain: 1) telah menjadi salah satu
bidang usaha yang diterima dan dikembangkan oleh masyarakat; 2) teknologi budi daya telah
dikuasai; 3) mendukung usaha pertanian dan perikanan; 4) merupakan komoditas andalan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi; 5) perputaran modal relatif cepat; dan 6) dapat
menampung tenaga kerja yang cukup besar terutama di kawasan pedesaan. Dengan berbagai
keunggulan tersebut, budi daya ayam petelorperlu lebih dikembangkan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan peternak, perusahaan peternakan, dan masyarakat.
Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek moyangnya
merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan genetik melalui proses
persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil telur. Menurut Rahayu et
al. (2001), bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan
ayam impor, sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif banyak
telur dalam waktu yang singkat. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa ayam yang
terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelor. Persilangan dan seleksi
dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur unggul seperti sekarang. Dalam
setiap persilangan, sifat jelek selalu dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga
terciptalah ayam petelur unggul.
Pada Tabel 2.1 tampak bahwa ayam ras petelor memiliki keunggulan produksi yang sangat
tinggi jika dibandingkan dengan ayam buras. Hal ini disebabkan karena ayam ras petelor
merupakan hasil rekayasa genetis dengan cara seleksi dan persilangan sehingga diperoleh sifat-
sifat unggul yang diinginkan.
2.3 Kandang
Kandang merupakan tempat yang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh
buruk iklim, seperti hujan, panas matahari, atau gangguan-gangguan lainnya. Secara makro
kandang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh
buruk iklim (hujan, panas, dan angin) serta gangguan lainnya (hewan liar atau buas dan
pencurian). Secara mikro kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak
terhindar dari cekaman. Kenyamanan kandang berkaitan erat dengan tingkat produksi. Jika
ternak merasa nyaman dalam suatu kandang maka tingkat produksinya dapat meningkat
(Suprijatna dkk., 2005).
Kandang baterai merupakan kandang yang berbentuk sangkar empat persegi panjang
yang disusun berderet-deret memanjang bertingkat dua ataupun bertingkat tiga, dan setiap
ruangan pada kandang baterai hanya menampung 1 - 2 ekor ayam. Lantai kandang merupakan
bilah-bilah bambu ataupun kawat yang disusun tidak rapat agar kotoran ayam dapat langsung
jatuh ke tanah. Model kandang ini paling sesuai dengan dan efektif untuk daerah tropis yang
panas dan lembab seperti di Indonesia, serta cocok untuk lahan yang sempit.
Gambar 2.1 Kandang Baterai
Kelemahan kandang baterai adalah harga pembuatan (investasinya) mahal, namun selain
kelemahan tersebut, kandang tipe bateri memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan
susu. Telur yang umum dikonsumsi adalah telur yang berasal dari unggas, seperti ayam, itik,
angsa, dan puyuh. Telur yang paling banyak dikonsumsi adalah telur ayam ras, karena relative
murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan.
Telur ayam ras segar adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak
mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukan tanda-tanda pertumbuhan embrio
yang jelas, yolk belum tercampur dengan albumen, utuh, dan bersih (Badan Standarisasi
Nasional, 2008). Menurut Rasyaf (1990), telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur
(kerabang), bagian cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk).
(gambar 2.2)
Telur ayam ras yang normal memiliki berat ± 57,6 gram dengan bentuk oval, cangkang mulus
dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya bedasarkan pada
kulit telur, rongga udara di dalam telur, putih telur, dan warna kuning telurnya.
BAB III
IKHTISAR
Penelitian ini merupakan penelitian survei yaitu suatu teknik pengumpulan informasi dari
suatu populasi untuk mengetahui gambaran umum dan karakteristik populasi. Metode yang
digunakan metode gabungan (mixed methods) antara kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data yang bermanfaat dalam analisis kelayakan
usaha peternakan ayam ras petelUr di Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.
Dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dilakukan pengamatan pada
beberapa aspek diantaranya: aspek teknis produksi; aspek sumberdaya manusia; aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi; aspek pasar; serta aspek finansial. Oleh karena itu, disamping
data kuantitatif, digunakan pula data kualitatif yang digunakan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik. Penjelasan mengenai hubungan
tersebut diuraikan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007),
sehingga pembahasan hasil penelitian ini akan menjadi lebih tajam dan relevan dengan
permasalahan di lapangan.
Usaha Ayam Petelur ini akan di lakukan di Desa Pondokkaso Landeuh, Kecamatan
Parungkuda, dimana lokasi ini memiliki pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha
peternakan sapi perah. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan kondisi wilayah yang optimal
untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah, ketersediaan lahan untuk mendukung
pengembangannya dan ketersediaan pasar. Atas dasar tersebut maka pengembangan Ayam
petelur perlu dilakukan dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran
serta kelembagaan.
Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian,
sebab hanya dengan instrument atau alat ukur yang baik akan diperoleh data atau informasi yang
relavan dengan tujuan penelitian. Instrumen atau alat ukur penelitian yang dipergunakan sebagai
pedoman wawancara untuk membantu memperoleh jawaban dari responden adalah kuesioner
terstruktur dan tertutup dilengkapi dengan pertanyaan terbuka. Responden memberikan jawaban
berdasarkan atas pertanyaan yang diajukan atau memilih alternatif jawaban yang telah tersedia
pada kuesioner.
Penjelasan-penjelasan tambahan tertentu yang bersifat kualitatif dan mendalam yang
belum tercakup dalam kuesioner tetapi berkaitan erat dengan masalah penelitian, ditanyakan
dengan menggunakan daftar pertanyaan terbuka sebagai pedoman wawancara, dan hasilnya
dicatat dalam lampiran tersendiri (slip).
Menurut sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif meliputi: 1) koefisien teknis produksi, antara lain: jumlah dan frekuensi
pemberian pakan, vaksinasi dan obat-obatan, data produksi (umur pertama kali bertelur,
persentase produksi telur, berat telur, persentase kerusakan telur), mortalitas, penggunaan tenaga
kerja, dan data produksi limbah; 2) biaya (biaya kandang dan peralatan, biaya pembelian pullet,
harga pakan, harga obat-obatan, upah tenaga kerja) dan pendapatan peternak (harga jual telur,
harga jual induk afkir, dan harga jual limbah); 3) data pemasaran: biaya pemasaran.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif meliputi: 1) karakteristik responden; 2) aspek teknis produksi seperti: status
kepemilikan lahan, jenis pakan yang digunakan, sumber pakan, metode pemeliharaan, lokasi
kandang, model kandang, bahan kandang, dan pemanfaatan limbah; dan 3) aspek pemasaran:
sistem penjualan, tempat penjualan, pembeli, informasi pasar, dan informasi hargai.
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung di lokasi penelitian dengan
metode wawancara dengan para responden (calon peternak ayam ras petelor di Kecamatan
Petang, peternak ayam ras petelor di beberapa Kabupaten di Provinsi Bali, serta pemegang
kebijakan pengembangan usaha peternakan ayam petelor di Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung) .
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi dan literatur
dari berbagai instansi terkait yang relevan dengan penelitian ini.
3.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan empat cara yaitu: 1) wawancara
langsung menggunakan kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan, 2) wawancara yang
mendalam (indepth interview) menggunakan daftar pertanyaan terbuka sebagai pedoman
wawancara, 3) observasi yang mengamati kondisi lingkungan setempat, 4) penelusuran literatur
ataupun dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian.
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk menjawab tujuan
penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dilakukan berdasarkan perhitungan biaya tunai
dan berdasarkan perhitungan biaya total. Penialaian berdasarkan biaya tunai artinya
perhitungan biaya dilakukan hanya berdasarkan kondisi riil peternak (kondisi existing).
Peternak tidak tidak membayar tenaga kerja untuk melakukan pemeliharaan, serta tidak
mengeluarkan biaya sewa lahan sehingga dalam perhitungan ini biaya tenaga kerja dan sewa
lahan tidak diperhitungkan sebagai biaya. Namun dalam perhitungan berdasarkan biaya total,
komponen tenaga kerja dan sewa lahan tetap diperhitungkan sebagai biaya, yang besarnya
ditentukan dengan mencari harga bayangannya (shadow price).
Dimana:
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV= 0. Dari hasil perhitungan
IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:
c.IRR= SOCC, maka usaha tersebut berada pada titik impas.Menurut Ibrahim (2003),
formula yang digunakan untuk menilai IRR adalah:
Dimana:
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah PV netbenefit positif dengan jumlah
PV net benefit negatif. Nilai Net B/C ratiomenunjukkan besarnya benefit yang
diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Menurut Ibrahim (2003), Net B/C ratiodihitung
menggunakan formula sebagai berikut:
Dimana :
Dari hasil perhitungan Net B/C ratioterdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:
b.Net B/C ratio< 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan
c.Net B/C ratio= 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.
Analisis PBP menunjukkan jangka waktu tertentu dimana present value komulatif benefit
sama dengan preset value komulatif investasi. Analisis PBP perlu dilakukan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu usaha untuk
mengembalikan seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan. Menurut Ibrahim
(2003), PBP dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
dimana:
Tp-1 = tahun sebelum terdapat
BEP adalah titik impas atau titik pulang pokok, dimana total revenue sama dengan
total cost. Perhitungan BEP ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa lama
suatu perusahaan mampu mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan. Semakin
lama suatu usaha mencapai titik BEP, maka semakin besar kerugian yang
ditanggung.Menurut Ibrahim (2003), BEP dihitung menggunakan formula sebagai berikut
formula sebagai berikut:
BAB IV
Terdapat beberapa aspek teknis yang diamati dalam menentukan kelayakan usaha
peternakan ayam petelor, diantaranya:
1.Lokasi Peternakan
Lokasi peternakan adalah aspek penting bagi suatu usaha peternakan karena jika lahan
atau lokasi tidak layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Lokasi usaha
yang baik bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman, untuk mengurangi dampak negatifdari
usaha peternakan usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan. Untuk meminimalkan
dampak negatif dari polusi bau dan kontaminasi lalat terhadap masyarakat, sebaiknya sejak
awal peternak dapat memilih lokasi peternakan yang tidak berdekatan denganpemukiman
masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.40/Permentan/OT.140/7/2011tahun 2011,
jarak antara peternakan ayam denganlingkungan pemukiman minimal 500meter dari pagar
terluar. Jarak antara lokasi peternakan satu dengan lokasi peternakanlainnya minimal 1 km,
tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit.
Lokasi juga harus mempunyai sumber air bersih yang cukup karena air adalah hal penting yang
akan mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan, akses transportasi yang
baikdan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran sehingga proses pengiriman dapat berjalan
dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan menentukan kualiatas telur seperti persentase
telur yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik. Jaringan listrik yang memadai
untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan yang digunakan untuk mesin, penerangan,
dan mempermudah proses kegiatan dimalam hari.
Lahan yang disiapkan untuk pembangunan kandang ayam ras petelor terletak 500 meter dari
jalan raya. Lokasi ini bagus untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan ayam ras
petelorkarena terhindar dari polusi udara dan suara dari lalu lintas kendaraan. Kondisi ini
merupakan zona nyaman bagi ternak ayam ras petelor, sehingga diharapkan ayam dapat
berproduksi dengan maksimal.Lahan kandang ini juga jauh dari permukiman, dimana
permukiman terdekat berada 200meter dari lokasi peternakan, dan permukiman di
lingkungan sekitar tidak terlalu padat. Pemilihan lokasi yang jauh dari permukiman merupakan
strtaegi yang bagus untuk menghindari keluhan masyarakat akan dampak negatif dari usaha
peternakan usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan.
Sumber air dan listrik belum tersedia di areal kandang, sehinga perlu ditambahkan instalasi
listrik dan air. Listrik memiliki peranan penting dalam kegiatan operasional di kandang, yaitu
sebagai penerangan, mengalirkan air, serta kegiatan teknis lainnya. Untukantisipasi
pemadaman listrik dari PLN, maka perlu disiapkan genset. Ketersediaan sumber air
di areal kandang memiliki peranan yang vital untuk pertumbuhan ayam dan operasional
kandang. Ketersediaan air dapat difasilitasi dengan memasang instalasi air dari PDAM dan atau
menggunakan sumur bor. Masing-masing unit kandang dilengkapi dengan tempat penampungan
air.
c. Akses Jalan
Akses jalan dari areal kandang sampai jalan raya besar sudah cukup baik, namun perlu
dibuatkan jalan baru yangmenghubungkan antar kandang di dalam areal perkandangan.
Akses transportasi yang baik dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran penting agar proses
pengiriman dapat berjalan dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan menentukan kualitas
telur seperti persentase telur yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik.
d. Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara yang lancar menjadi salah satu syarat dalam menentukan layak/tidaknya lokasi
tersebut dimanfaatkan sebagai tempat pengembangan usaha peternakan ayam ras petelor. Hindari
memilih lokasi yang berada di lembah atau lebih rendah dari daerah sekitarnya, sebab dapat
menghambat sirkulasi udara. Daerah sekitar kandang dan lokasi peternakan pada keseluruhannya
sebaiknya merupakan daerah lapang dan tidak terhalang banyak bangunan ataupun pepohonan
sehingga tidak menghalangi sirkulasi udara yang masuk kedalam kandang
e. Ketersediaan air bersih dan listrik
Sumber air dan listrik belum tersedia di areal kandang, sehinga perlu ditambahkan instalasi
listrik dan air. Listrik memiliki peranan penting dalam kegiatan operasional di kandang, yaitu
sebagai penerangan, mengalirkan air, serta kegiatan teknis lainnya. Untuk antisipasi pemadaman
listrik dari PLN, maka perlu disiapkan genset. Ketersediaan sumber air di areal kandang
memiliki peranan yang vital untuk pertumbuhan ayam dan operasional kandang. Ketersediaan air
dapat difasilitasi dengan memasang instalasi air dari PDAM dan atau menggunakan sumur bor.
Masing-masing unit kandang dilengkapi dengan tempat penampungan air.
f. Kandang
a. Tata Letak Bangunan
. Penentuan letak atau posisi kandang maupun bangunan pendukung tersebut harus ditata
dengan baik, sehingga alur distribusi ayam, telur, personal (manusia), ransum maupun
peralatan lainnya dapat berjalan efektif.Tata letak ini juga merupakan bagian dari
biosecurity (biosecurity konseptual), karena bisa berperan menekan rantai penularan
penyakit. Untuk hal tersebut layout lokasi peternakan dapat dibagi menjadi 3 zona. Tata
letak bangunan dibagi menjadi 3 zona, yaitu:
1. Zona merah merupakan zona umum, dimana para tamu, konsumen dan supplier bebas
masuk sampai di zona ini. Pada zona merah ini terdapat pos satpam, lahan parkir dan
gedung perkantoran. Pintu masuk ke zona merah (P1) dilengkapi dengan tempat
desinfeksi dengan metode dipping dan spraying
2. Zona kuning merupakan zona transit atau zona bebas terbatas. Pada zona kuning ini
terdapat gudang pakan, gudang peralatan, gudang telur, mess karyawan, dan tempat
pembakaran/mengubur ayam mati. Hanya karyawan dan tamu yang memiliki
kepentingan khusus yang bisa memasuki areal ini. Pintu masuk ke zona kuning
dilengkapi dengan tempat desinfeksi dengan metode dipping dan spraying.
3. Zona hijau merupakan zona bersih (zona ini terlarang). Pada zona hijau ini terdapat
kandang ayam yang dilengkapi dengan gudang pakan dan gudang telur individu serta
tempat penampungan air. Hanya karyawan yang mempunyai program kerja teknis
produksi saja yang bisa masuk ke areal ini. Ruang desinfeksi pada pintu masuk zona
hijau dilengkapi dengan kamar mandi, ruang ganti (telah disiapkan pakaian dan sepatu
khusus untuk masuk ke areal kandang), serta areal dipping dan spraying.
Gambar 4.1 Pembagian Zona di Areal Peternakan
b. Design Kandang
Penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan petunjuk yang ada. Agar
kandangmendapat sinar matahari pagi dengansirkulasi udara baik, jangan membuat
kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara
dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan. Sebaiknya kandang
dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran
di dalam kandang. Untuk konstruksi kandang tidak harus dengan bahan yang
mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
Konstruksi kandang yang baik rata-rata bisa bertahan 10-20 tahun. Pada prinsipnya,
kandang harus dibuat dari bahan yangkuat dan tahan lama. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat kandang ayam petelur, yaitu:
3. Peralatan Kandang
Selain kandang, peralatan kandang juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
konstruksi kandang. Peralatan ini akan mendukung terwujudnya kandang yang nyaman.
Secara umum peralatan kandang terdiri dari tempat ransum, tempat minum, lampu untuk
pencahayaan, dan desinfeksi kandang serta peralatan, egg tray, dan spuite.
Dalam studi kelayakan bisnis ayam petelor, kelayakan dari aspek finansial sangat penting
untuk diperhatikan. Analisis kelayakan finansial merupakan suatu analisis terhadap suatu
kegiatan usaha sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan apakah kegiatan usaha
yang dimaksud layak/feasible atau tidak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek finansialnya.
Analisis kelayakan finansial pada umumnya mempunyai beberapa tujuan antara lain;(1)
mengetahui tingkat kelayakan suatu rencana investasi usaha/proyek, (2) menghindari
pemborosan sumberdaya, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha/proyek yang tidak
menguntungkan (3) membantu menentukan pilihan terhadap berbagai alternatif usaha/proyek
sehingga dapat dipilih usaha/proyek yang paling menguntungkan, dan (4) untuk menentukan
prioritas investasi.
Analisis kelayakan finansial pada usaha peternakan ayam petelorberkaitan dengan analisa
mengenai jumlah kebutuhan dana investasi maupun operasional, proyeksi arus kas, rugi-
laba, dan analisa kriteria investasi. Ada beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan
sebagai suatu ukuran untuk menilai layak tidaknya suatu kegiatan usaha atau investasi secara
finansial. Beberapa kriteria tersebut antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost ratio (Net B/C). Payback Period (PBP) dan Break even point
(BEP). Untuk kepentingan analisis kelayakan finansial maka beberapa koefisien teknis atau data-
data terkait dengan teknis produksi telah dikumpulkan melalui survei lapangan yang telah
dipadukan dengan pendekatan teoritik. Kelayakan finansial ini dibuat berdasarkan skala
produksi sebanyak 1.700 ekor dengan jangka waktu 15 tahun. Biaya-biaya yang
dicantumkan dalam analisis ini adalah biaya dengan acuan penggunaan alat dan bahan
berstandar minimal dan efisien dalam pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur.
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai input fisik yang tidak
habis dalam satu periode produksiatau biaya untuk mendirikan usaha ini. Biaya investasi
yang diperlukan pada usahapeternakan ayam petelordengan skala48.000ekor adalah sebesar
Rp. 196.200.000 ,-atau sekitar Rp. 115.412 /ekor. Dana tersebut digunakan untuk membiayai
beberapa komponen investasi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Bangunan berupa
kandang merupakan komponen biaya investasi yang paling besar.
0 Tahun Tahun 1
190.400.0
kandang 00
1.650.0
Egg Tray - 00
5.800.0
Sepeda Motor 00
Kompensasi Imflansi
122.400.0
Ayam Pullet 00
196.200.0 124.050.0
Total 00 00
Biaya operasi merupakan biaya di luar biaya investasi yang diperlukan untuk membiayai
input fisik yang diperlukan sehingga usaha ini dapat beroperasi. Biaya operasi usaha peternakan
ayam petelur dapat dibedakan menjadi biaya variable dan biaya tetap dan. Rata-rata jumlah
biaya variabel yang diperlukan untuk mengoperasikan usaha ternak ayam petelur dengan skala
1.700 ekor adalah sekitar Rp. 402.514.000 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Biaya
variabel terdiri atas beberapa komponen yaitu biaya pakan, biaya obat-obatan dan lain lain.
Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya variabel, oleh karena itu maka
upaya untuk menekan biaya pakan sangat penting dilakukan, misalnya dengan mengembangkan
pabrik pakan sendiri. Disamping itu, pengembangan pembibitan ayam dara juga sangat
penting diperhatikan mengingat proporsi biaya ini. Di samping biaya variabel, di dalam
mengusahakan ayam petelorjuga diperlukan biaya tetap, yaitu biaya yang relatif tetap
jumlahnya dalam setiap periode produksi. Biaya tersebut meliputi beberapa komponen seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 4.3
Penerimaan atau benefit merupakan pendapatan kotor yang diterima peternak sebelum
dipotong biaya-biaya yang dikeluarkan. Penerimaan peternak dari usaha ayam
petelorbersumber dari penjualan telur, penjualan ayam afkir dan penjualan limbah (kotoran
ayam). Rata-rata penerimaan peternak dari peternakan ayam petelordengan skala 1.700 adalah
sebesar Rp617.483.333 per tahun,-seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5
Pendapatan peternak merupakan selisih penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak
ayam petelur dengan biaya-biaya yang dikeluarkan peternak. Berdasarkan biaya total
(dengan memperhitungkan semua biaya), rata-rata pendapatan peternak dari usaha
peternakan ayam petelur dengan skala 1.700 ekor adalah sekitar Rp. 86.729.333 ,/tahun,
Titik impas (Break even) merupakan kondisi perusahaan tidak untung namun juga tidak rugi.
Dalam Kajian ini, analisis BEP dilakukan untuk mengetahui harga telur dan produksi dalam
kondisi impas (break even). Berdasarkan biaya total, usaha peternakan ayam petelor dengan
skala 1.700 ekor mengalami titik impas ketika rata-rata harga telur Rp. 1.002/butir atau ketika
produksi pencapai 163.591 butir Agar menguntungkan bagi peternak, maka harga telur harus
lebih dari angka tersebut. Jika lebih rendah maka akan merugikan peternak. Penurunan harga
telur sekitar 7,95% dari harga saat ini (cateris paribus menyebabkan usaha ini mengalami impas
(tidak untung tetapi juga tidak rugi). Penurunan harga lebih tinggi dari angka tersebut baru akan
menyebabkan usaha ini rugi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa manajemen produksi dan
manajemen pemasaran hasil harus dikelola dengan baik sehingga produksi telur maupun harga
telur dapat terus dijaga di atas angka BEP tersebut di atas sehingga akan menguntungkan bagi
peternak. Untuk menjamin hal tersebut maka pelatihanpelatihan atau pendampingan-
pendampingan pada peternak baik dalam hal produksi maupun pemasaran harus dilakukan secara
berkelanjutan.
Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi dalam penulisan ini
adalah; (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), (3) NetBenefi- Cost
Ratio (Net B/C), (4) Pay Back Period (PBP), dan Analisis Waktu pencapaian titik impas (BEP
waktu).
a. NPV merupakan nilai yang menggambarkan apakah nilai yang dihasilkan dengan discount rate
sama per tahunnya layak untuk dikembangkan. Nilai NPV yang diperoleh dari usaha ayam ras
petelur ini adalah sebesar Rp. 43.909.900 atau lebih besar dari 0 maka usaha ayam petelur ini
layak untuk dijalankan.
b. IRR merupakan nilai yang menggambarkan tingkat pengembalian modal bagi pemilik
perusahaan yang melakukan investasi selama proyek berlangsung. Nilai IRR yang diperoleh dari
usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 6,36 persen atau lebih besar dari tingkat
discount rate 5,5 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan
c. Net B/C mengambarkan berapa besar keuntungan yang dapat dicapai jika mengeluarkan biaya
sebesar Rp1,00. Nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan
adalah sebesar 3,28 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan
memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,28.
d. Berdasarkan perhitungan Pay Back Period (PBP) dapat diketahui kecepatan usaha ini dalam
mengembalikan biaya investasi. Nilai PBP dari rencana usaha ini yaitu 2,31 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa rencana usaha ini mampu mengembalikan biaya investasi dalam waktu
yang relatif cepat sehingga layak dilaksanakan.
2. Vaksinasi
Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika
digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi
virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk
melindungi ayam. Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan
penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh
karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan
kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik
terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan yang
baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri.
Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Tetapi,
kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk
vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa
vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin virus,
karena vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan dengan lebih
baik.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup
terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda daripada
vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata. Kontaminasi
vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius. Mikroagen yang terdapat
dalam vaksin hidup akan berkembang di dalam tubuh unggas, dan bila terdapat infeksi sekunder
pada saat itu, dapat terjadi reaksi yang hebat. Ketika menggunakan vaksin hidup, peternak harus
menyadari bahwa peternakannya mengandung agen penyakit yang berasal dari vaksin. Semua
vaksin mati, yang pemberiannya harus disuntikkan, dapat juga menimbulkan reaksi yang berasal
dari zat pembawanya. Reaksi yang paling umum adalah terjadinya pembentukan jendolan pada
tempat penyuntikan (granuloma).
Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan.
Program-program vaksinasi bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit,
ayam nenek, ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan
keperluan.
6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara.
Berbagai penyakit yang ditularkan melalui air antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis,
Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu monitoring untuk program biosekuritas
air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang meliputi
pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji
tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan
secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam
(drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya.
Umumnya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat ini sudah banyak produk
komersial lain seperti pemberian asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di dalam kandang
minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya peternak
memberikan vitamin, mineral ataupun antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot
(semacam lendir) organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya
pipa-pipa saluran tersebut.
BAB V.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Ditinjau dari aspek teknis lokasi peternakan di Kecamatan Parungkuda layak untuk
dimanfaatkan sebagai lokasi pengembangan peternakan ayam ras petelur. Lokasi
peternakan terletak jauh dari lingkungan pemukiman, dengan suhu udara 27ºC dan
kelembaban 57%, sirkulasi udara sangat baik, serta tekstur tanah yang mudah menyerap
air, namun diperlukan perbaikan akses jalan dilingkungan kandang, serta pengadaan
sumber air bersih dan listrik.
2. Ditinjau dari aspek finansial, usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan
Parungkuda layak untuk dilakukan, ditunjukkan dengan nilai NPV Rp 43.909.900 , IRR
6,36%, Net B/C 3,28, BEP 1.002/Butir dan PBP 2 Tahun 3 Bulan
3.Nilai switching value : harga telur Rp 1.002 /butir, produksi telur 80,%, harga pakan Rp
4.800/kg.
4. Ditinjau dari aspek Sumber Daya Manusia, calon peternak belum memiliki pengalaman
yang memadai dalam memelihara ayam ras petelur.
5. Ditinjau dari aspek pasar, pengembangan usaha peternakan ayam ras petelor di
Kecamatan Parungkuda layak untuk dilakukan. Kebutuhan telur di Kabupaten Sukabumi
(2016) untuk kebutuhan harian masyarakat konsumsi sebanyak 1.445.548 butir/hari,
sedangkan produksi telur yang telah dihasilkan di Kabupaten Sukabumi sebanyak
1.124.199 butir/hari, sehingga terjadi kesenjangan antara jumlah produksi dengan
permintaan sebesar 321.349 butir/hari.
5.2 Rekomendasi
1. Penataan kandang dan bangunan lainnya harus disesuaikan dengan layout zone
peternakan yang direkomendasikan dengan pertimbangan aspek keamanan dan
biosekuriti.
2. Perlu adanya tambahan anggaran untuk kajian lanjutan mengenai detail perencanaan
bisnis (business plan), tentang hal-hal teknis dan manajemen untuk tumbuh dan
berkembangnya usaha peternakan ayam petelor yang berkelanjutan (tahun 2018)
3. Perlu adanya penganggaran untuk kegiatan pendampingan oleh Fakultas Peternakan
Universitas Udayana dalam teknis kegiatan usaha peternakan ayam petelor onfarm dan on
class ( tahun 2018)
4. Perlu disusun strategi pemasaran telur yang tepat untuk diterapkan pada usaha peternakan
ayam ras petelur di Kecamatan Parungkuda, sehingga mampu merebut peluang pasar
yang ada.) 5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menyusun konsep pengembangan
agribisnis peternakan ayam ras petelor yang berkelanjutan, sehingga dapat
meningakatkan pendapatan peternak pada khsuusnya serta meningkatkan multiplier effect
bagi masyarakat di Kecamatan Parungkuda