Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telur merupakan salah satu sumber pangan protein hewani yang penting bagi manusia.
Konsumsi telur di Indonesia pada 2015 mencapai 7,16 kg / kapita / tahun dan terus meningkat,
rerata kenaikan pada tahun 2011-2015 sebesar 2,54% per tahun (Ditjen PKH, 2015). Pada tahun
2015, tercatat kebutuhan konsumsi telur masyarakat Indonesia dipenuhi dari telur ayam
(73,84%) dan sisanya dari itik, dan telur puyuh. Populasi ayam ras petelur mencapai 151,42 juta
ekor dengan produksi telur 1.289.716 ton. Konsumsi telur diperkirakan akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat dan perubahan budaya
pola konsumsi telur. Selanjutnya pada tahun yang sama berdasarkan BPS (2015), tercatat
populasi penduduk Indonesia mencapai 255 juta orang, oleh karena itu Indonesia merupakan
pasar potensial bagi industri perunggasan. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa industri
perunggasan telur di Indonesia sudah memberi kesempatan kerja bagi masyarakat luas dan
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Thailand merupakan salah satu produsen komoditas pertanian terkemuka di Asia


Tenggara, dimana industri unggas (layer dan broiler) adalah yang terbesar di kawasan ini dan
memberikan peluang bisnis yang menarik bagi penyedia teknologi, dan yang memiliki investasi
serta keahlian bisnis (Kingdom of the Netherland, 2016). Di negara berkembang lainnya seperti
Nigeria, unggas merupakan posisi penting karena berpotensi menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang pesat, terutama dari peluang bisnis bagi kelompok ekonomi lemah (Ekunwe et al.,
2006). Pemerintah Pakistan juga bertekad memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan untuk
menangkal kelaparan serta kekurangan gizi dengan membuat sektor pertanian menjadi produktif,
efisien dan secara ekonomi menguntungkan (Memon et al., 2015). Produksi unggas skala kecil
merupakan bisnis rumah tangga yang berkembang di seluruh negara berkembang sebagai sumber
pendapatan (Mohamed et al., 2016: Maoba, 2016).

Di Indonesia, industri perunggasan di hulu dan hilir berupa industri pakan ternak, day old
chick (DOC), pengolahan produk dan obat-obatan telah berkembang dengan pesat dan terdapat
42 perusahaan ungags yang temasuk kategori besar dan menengah (Ditjen PKH, 2015). Pada sub
sistem budidaya ayam petelur dilakukan oleh perusahaan yang bervariasi dari skala kecil sampai
skala industri yang besar, namun tidak adat catatan data yang pasti mengenai distribusi skala
usaha. Perusahaan kecil sering menghadapi persaingan pasar dengan perusahaan besar yang
memproduksi lebih efisien, sehingga perusahaan kecil dengan modal terbatas akan menghadapi
risiko keberlanjutan usahanya. Osti et al. (2016) menyatakan bahwa efisiensi produksi telur
dalam menggunakan faktor produksi, terutama pakan, pada peternakan besar lebih tinggi
dibanding peternak kecil.
Di Indonesia, masalah fluktuasi harga telur dan pakan merupakan risiko yang sering
dihadapi pengusaha ayam petelur (Business News, 2011; Nuryati dan Nur, 2012). Lebih lanjut
dikatakan bahwa fluktuasi harga telur tersebut disebabkan oleh fluktuasi permintaan pada hari
libur keagamaan. Struktur pasar pakan adalah Oligopoli, dimana salah satu ciri pasar Oligopoli
adalah adanya price leader oleh perusahaan atau produsen terbesar, sehingga sering terjadi
fluktuasi kejadian peningkatan harga pakan yang berdampak pada menurunnya keuntungan
peternak, terutama peternak kecil. Budidaya ayam petelur dengan berbagai strain komersial telah
menggunakan teknologi terpola, yang membutuhkan investasi besar (Olawumi, 2014). Sudut
pandang investasi dalam konteks usaha kecil sangat penting untuk mempertimbangkan
profitabilitas selain memberikan kesempatan kerja kepada kelompok ekonomi lemah.
Penggunaan investasi mengandung risiko, sehingga perkiraan kejadian risiko harus diimbangi
dengan hasilnya (Al-Qudah dan Al-feef, 2015). Analisis investasi didefinisikan sebagai proses
evaluasi investasi terhadap profitabilitas dan risiko. Dari sudut pandang tersebut, perlu dilakukan
analisis investasi terutama pada usaha kecil dengan modal terbatas.

1.2 Tujuan
Tujuan dari usaha budidaya ayan petelur adalah :
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan telur yang terus meningkat dan menjualnya
sampai ke tangan konsumen..
b. Dapat melakukan usaha pemeliharaan ayam petelur dengan baik dan menjualnya sampai
ke tangan konsumen memberikan manfaat yang besar.
c. Untuk mengetahui analisis data dalam usaha ayam petelur
d. Untuk mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisi data peternakan
e. Mengetahui dan memahami tingkat kelayakan dalam pengembangan usaha peternakan
ayam ras petelur
1.3 Strategi Pencapaian Tujuan

Strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Jika sasaran adalah tempat yang ingin
dituju, maka strategi adalah rute yang mesti diambil untuk mencapai tempat itu. Jika sasarannya
meluncurkan produk/jasa baru, maka tahap awalnya adalah menciptakan keberadaan produk/jasa
Anda agar dikenal oleh pelanggan yang dituju; Membuat program agar pelanggan yang dituju
mau mencoba produk/jasa yang dijual; Membuat strategi, bagaimana pelanggan yang sudah
mencoba mau membeli ulang produk/jasa Anda. Sebagai contoh lain, jika sasarannya adalah
untuk meningkatkan penjualan, maka strategi Anda mungkin salah satu dari hal berikut:

 Meningkatkan average price untuk setiap unit


 Meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan
 Menjual lebih banyak unit dengan harga lebih tinggi
 Kombinasi dari semua hal di atas.

1.4 Asumsi Dasar dan Penetapan Koefisien Teknis

Digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:

a. biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap;
b. besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti biaya variabel per unitnya adalah tetap sama;
c. besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produk
atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya
perubahan volume kegiatan;
d. harga jual per unitnya tidak berubah selama periode yang dianalisa; dan
e. perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila diproduksi lebih dari satu
macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk adalah
tetap konstan.
Peternakan ayam ras petelur adalah pemeliharaan dari pullet hingga layer untuk
menghasilkan telur konsumsi. Umur ayam petelur pullet yang baik adalah 20 – 22 Minggu.
Karena Ayam petelur adalah jenis ternak unggas semua Koefisien teknis pada unggas berlaku
juga bagi ayam petelur. Ayam petelur betina digunakan untuk penghasil telur.

Tabel 1.1 Performa beberapa strain ayam petelur

Umur Produksi
Strain Puncak Produksi (%) FCR Kematian (%)
Awal (Minggu)
Lohman Brown
19-20 92-93 2,3-2,4 2-6
MF 402
Hisex Brown 20-22 91-92 2,36 0,4-3
Bovans White 20-22 93-94 2,2 5-6
Hubbard Golden 19-20 90-94 2,2-2,5 2-4
Dekalb Warren 20-21 90-95 2,2-2,4 2-4
BAB II.

LANDASAN TEORI

2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur

Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan
dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselengarakan secara teratur
dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan komersial
atau sebagai usaha sampingan, untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur,susu
serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan,
dan memasarkannya (Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, 2015).

Peternakan sebagai subsektor pertanian merupakan bidang usaha yang sangat


penting dalam kehidupan umat manusia. Kegiatan subsektor peternakan dapat menyediakan
bahan pangan hewani masyarakat untuk perkembangan dan pertumbuhan. Pembangunan
subsektor peternakan harus dilaksanakan secara bertahap dan berencana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan produksi ternak dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat peternak dari waktu ke waktu dengan cara mendorong peternak
agar mampu bersaing secara lokal, regional, nasional, internasional (Saragih, 2010).

Peternakan dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu ternak besar, ternak kecil,
dan ternak unggas. Ternak besar adalah peternakan yang diusahakan dengan memelihara
hewan yang berukuran besar seperti sapi, kerbau, dan kuda. Ternak kecil adalah
peternakan yang diusahakan dengan memelihara hewan yang berukuran kecil seperti kelinci,
babi, domba, dan kambing. Ternak unggas adalah peternakan yang diusahakan dengan
memelihara hewan yang bersayap atau sebangsa burung seperti ayam, itik, angsa, dan
burung puyuh (Achmanu dan Muharlien, 2011).

Menurut Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian (2016), ternak unggas merupakan


ternak yang mempunyai potensi dikembangkan karena produknya cepat menghasilkan dan
mengandung nilai gizi yang baik. Unggas dikelompokan menjadi dua, yaitu unggas
sebagai komoditas dan unggas sebagai sumberdaya. Ternak unggas sebagai komoditas
dapat dimanfaatkan daging maupun telurnya. Ternak unggas sebagai sumberdaya dapat
diperbaharui melalui reproduksi. Ternak unggas mempunyai prospek pasar yang baik, karena
didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Komoditas unggas merupakan pendorong utama dalam penyediaan protein hewani nasional.

Agribisnis komoditas ternak unggas diarahkan untuk menghasilkan pangan protein


hewani sebagai salah satu upaya dalam mempertahankan ketahanan pangan nasional,
meningkatkan kemandirian usaha, melestarikan dan memanfaatkan secara sinergis
keanekaragaman sumberdaya lokal, untuk menjadi usaha peternak yang berkelanjutan dan
mendorong serta menciptakan produk yang berdaya saing dalam upaya meraih perluasan
ekspor (Saragih, 2010).

Budi daya ayam petelur mempunyai keunggulan antara lain: 1) telah menjadi salah satu
bidang usaha yang diterima dan dikembangkan oleh masyarakat; 2) teknologi budi daya telah
dikuasai; 3) mendukung usaha pertanian dan perikanan; 4) merupakan komoditas andalan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi; 5) perputaran modal relatif cepat; dan 6) dapat
menampung tenaga kerja yang cukup besar terutama di kawasan pedesaan. Dengan berbagai
keunggulan tersebut, budi daya ayam petelorperlu lebih dikembangkan untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan peternak, perusahaan peternakan, dan masyarakat.

2.2 Karakteristik Ayam Ras Petelur

Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek moyangnya
merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan genetik melalui proses
persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil telur. Menurut Rahayu et
al. (2001), bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan
ayam impor, sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif banyak
telur dalam waktu yang singkat. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa ayam yang
terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelor. Persilangan dan seleksi
dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur unggul seperti sekarang. Dalam
setiap persilangan, sifat jelek selalu dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga
terciptalah ayam petelur unggul.

Ayam ras petelur memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki sifat mudah terkejut (nervous)


2. Bentuk tubuh ramping
3. Cuping telinga berwarna putih
4. Kerabang kulit telur berwarna putih
5. Efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur
6. Tidak memiliki sifat mengeram
7. Produksi telur yang tinggi yaitu 200 butir per ekor per tahun, bahkan bisa mencapai 250 –
280 butir per ekor per tahun.
Ayam ras petelur juga biasa diklasifikasikan dengan strain yang berbeda, perbedaan Strain
ini mempunyai keunggulan dan kelemahan, dapat dibedakan menurut umur produksi, umur
puncak produksi, Food Convertion Rate (FCR) atau kemampuan ayam menghasilkan telur dan
FCR. Keputusan penggunaan strain ayam ditentukan oleh peternak, pada dasarnya teknik
pemeliharaan yang baik serta manajemen yang baik adalah hal yang penting dalam melakukan
usaha peternakan ini. Nilai yang ada pada setiap strain ini adalah perkiraan yang tidak menjadi
acuan bagi peternak hanya untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
masing sampai masing strain ayam.

Tabel 2.1 Perbandingan produktivitas ayam ras petelordengan ayam buras

Keterangan Ayam Ras Ayam Buras


Produksi Telur ( Butir per Tahun ) 200-250 40-60
Berat Telur ( Butir per gram ) 40-60 30-40
Sifat Mengerami Tidak ada Ada
Kemampuan berproduksi Tinggi Rendah
Sumber: PT. Japfa Comfeed 2010

Pada Tabel 2.1 tampak bahwa ayam ras petelor memiliki keunggulan produksi yang sangat
tinggi jika dibandingkan dengan ayam buras. Hal ini disebabkan karena ayam ras petelor
merupakan hasil rekayasa genetis dengan cara seleksi dan persilangan sehingga diperoleh sifat-
sifat unggul yang diinginkan.

2.3 Kandang

Kandang merupakan tempat yang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh
buruk iklim, seperti hujan, panas matahari, atau gangguan-gangguan lainnya. Secara makro
kandang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh
buruk iklim (hujan, panas, dan angin) serta gangguan lainnya (hewan liar atau buas dan
pencurian). Secara mikro kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak
terhindar dari cekaman. Kenyamanan kandang berkaitan erat dengan tingkat produksi. Jika
ternak merasa nyaman dalam suatu kandang maka tingkat produksinya dapat meningkat
(Suprijatna dkk., 2005).

Kandang baterai merupakan kandang yang berbentuk sangkar empat persegi panjang
yang disusun berderet-deret memanjang bertingkat dua ataupun bertingkat tiga, dan setiap
ruangan pada kandang baterai hanya menampung 1 - 2 ekor ayam. Lantai kandang merupakan
bilah-bilah bambu ataupun kawat yang disusun tidak rapat agar kotoran ayam dapat langsung
jatuh ke tanah. Model kandang ini paling sesuai dengan dan efektif untuk daerah tropis yang
panas dan lembab seperti di Indonesia, serta cocok untuk lahan yang sempit.
Gambar 2.1 Kandang Baterai

Kelemahan kandang baterai adalah harga pembuatan (investasinya) mahal, namun selain
kelemahan tersebut, kandang tipe bateri memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

a. Penggunaan kandang baterai mampu meningkatkan produktifias ayam petelor


b. Kandang yang dibuat bersekat sekat dimaksudkan untuk membagi ruang agar merata,
dimana satu kotak bisa diisi satu atau lebih ayam petelor
c. Kotoran ayam tidak akan mengotori lantai karena akan langsung jatuh ke bawah kandang
d. Telur yang keluar akan menggelinding keluar karena lantai yang dibuat miring, ini
memudahkan saat pengambilan telur
e. Tidak ada perebutan makanan karena ayam ayam telah dijatah dengan tempat makan
yang berada di depan kandang dan tidak bisa dijangkau oleh ayam dari kandang
sebelahnya.
f. Efesiensi tempat adalah salah satu keunggulan kandang baterai dimana di temapt yang
terbatas bisa memulai lebih banyak ayam (kandang tingkat)

2.4 Telur Ayam Ras

Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan
susu. Telur yang umum dikonsumsi adalah telur yang berasal dari unggas, seperti ayam, itik,
angsa, dan puyuh. Telur yang paling banyak dikonsumsi adalah telur ayam ras, karena relative
murah dan mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan.
Telur ayam ras segar adalah telur yang tidak mengalami proses pendinginan dan tidak
mengalami penanganan pengawetan serta tidak menunjukan tanda-tanda pertumbuhan embrio
yang jelas, yolk belum tercampur dengan albumen, utuh, dan bersih (Badan Standarisasi
Nasional, 2008). Menurut Rasyaf (1990), telur tersusun oleh tiga bagian utama yaitu kulit telur
(kerabang), bagian cairan bening (albumen), dan bagian cairan yang berwarna kuning (yolk).
(gambar 2.2)

Gambar 2.2 Bagian-bagian telur

Telur ayam ras yang normal memiliki berat ± 57,6 gram dengan bentuk oval, cangkang mulus
dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya bedasarkan pada
kulit telur, rongga udara di dalam telur, putih telur, dan warna kuning telurnya.
BAB III

IKHTISAR

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yaitu suatu teknik pengumpulan informasi dari
suatu populasi untuk mengetahui gambaran umum dan karakteristik populasi. Metode yang
digunakan metode gabungan (mixed methods) antara kuantitatif dan kualitatif. Metode
kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data yang bermanfaat dalam analisis kelayakan
usaha peternakan ayam ras petelUr di Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi.

Dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dilakukan pengamatan pada
beberapa aspek diantaranya: aspek teknis produksi; aspek sumberdaya manusia; aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi; aspek pasar; serta aspek finansial. Oleh karena itu, disamping
data kuantitatif, digunakan pula data kualitatif yang digunakan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian secara holistik. Penjelasan mengenai hubungan
tersebut diuraikan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007),
sehingga pembahasan hasil penelitian ini akan menjadi lebih tajam dan relevan dengan
permasalahan di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Usaha Ayam Petelur ini akan di lakukan di Desa Pondokkaso Landeuh, Kecamatan
Parungkuda, dimana lokasi ini memiliki pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha
peternakan sapi perah. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan kondisi wilayah yang optimal
untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah, ketersediaan lahan untuk mendukung
pengembangannya dan ketersediaan pasar. Atas dasar tersebut maka pengembangan Ayam
petelur perlu dilakukan dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran
serta kelembagaan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian,
sebab hanya dengan instrument atau alat ukur yang baik akan diperoleh data atau informasi yang
relavan dengan tujuan penelitian. Instrumen atau alat ukur penelitian yang dipergunakan sebagai
pedoman wawancara untuk membantu memperoleh jawaban dari responden adalah kuesioner
terstruktur dan tertutup dilengkapi dengan pertanyaan terbuka. Responden memberikan jawaban
berdasarkan atas pertanyaan yang diajukan atau memilih alternatif jawaban yang telah tersedia
pada kuesioner.
Penjelasan-penjelasan tambahan tertentu yang bersifat kualitatif dan mendalam yang
belum tercakup dalam kuesioner tetapi berkaitan erat dengan masalah penelitian, ditanyakan
dengan menggunakan daftar pertanyaan terbuka sebagai pedoman wawancara, dan hasilnya
dicatat dalam lampiran tersendiri (slip).

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Menurut sifatnya, data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif meliputi: 1) koefisien teknis produksi, antara lain: jumlah dan frekuensi
pemberian pakan, vaksinasi dan obat-obatan, data produksi (umur pertama kali bertelur,
persentase produksi telur, berat telur, persentase kerusakan telur), mortalitas, penggunaan tenaga
kerja, dan data produksi limbah; 2) biaya (biaya kandang dan peralatan, biaya pembelian pullet,
harga pakan, harga obat-obatan, upah tenaga kerja) dan pendapatan peternak (harga jual telur,
harga jual induk afkir, dan harga jual limbah); 3) data pemasaran: biaya pemasaran.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif meliputi: 1) karakteristik responden; 2) aspek teknis produksi seperti: status
kepemilikan lahan, jenis pakan yang digunakan, sumber pakan, metode pemeliharaan, lokasi
kandang, model kandang, bahan kandang, dan pemanfaatan limbah; dan 3) aspek pemasaran:
sistem penjualan, tempat penjualan, pembeli, informasi pasar, dan informasi hargai.

3.4.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung di lokasi penelitian dengan
metode wawancara dengan para responden (calon peternak ayam ras petelor di Kecamatan
Petang, peternak ayam ras petelor di beberapa Kabupaten di Provinsi Bali, serta pemegang
kebijakan pengembangan usaha peternakan ayam petelor di Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung) .

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari dokumentasi dan literatur
dari berbagai instansi terkait yang relevan dengan penelitian ini.
3.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan empat cara yaitu: 1) wawancara
langsung menggunakan kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan, 2) wawancara yang
mendalam (indepth interview) menggunakan daftar pertanyaan terbuka sebagai pedoman
wawancara, 3) observasi yang mengamati kondisi lingkungan setempat, 4) penelusuran literatur
ataupun dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian.

3.6 Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan selanjutnya dianalisis untuk menjawab tujuan
penelitian. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1Analisis Kelayakan Finansial

Kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dilakukan berdasarkan perhitungan biaya tunai
dan berdasarkan perhitungan biaya total. Penialaian berdasarkan biaya tunai artinya
perhitungan biaya dilakukan hanya berdasarkan kondisi riil peternak (kondisi existing).
Peternak tidak tidak membayar tenaga kerja untuk melakukan pemeliharaan, serta tidak
mengeluarkan biaya sewa lahan sehingga dalam perhitungan ini biaya tenaga kerja dan sewa
lahan tidak diperhitungkan sebagai biaya. Namun dalam perhitungan berdasarkan biaya total,
komponen tenaga kerja dan sewa lahan tetap diperhitungkan sebagai biaya, yang besarnya
ditentukan dengan mencari harga bayangannya (shadow price).

Studi kelayakan terhadap aspek finansial bertujuan untuk menganalisis bagaimana


perkiraan arus kas yang akan terjadi (Umar, 2007). Beberapa kriteria investasi yang digunakan
untuk menentukan layak atau tidaknya suatu investasi, adalah: Net Present Value(NPV).
Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit and Cost Ratio(Net B/C Ratio), Pay Back
Periode(PBP), Break Even Point (BEP) dan Profitability Index (PI).

1. Net present value/NPV.


NPV adalah sebuah model keuangan yang menghitung nilai bersih dari sebuah
proyek/usaha saat ini dengan mendiskontokan arus kas masa depan selama masa proyek
dengan biaya peluang modal. Analisis nilai sekarang bersih didasarkan pada perkiraan
arus kas dari proyek-proyek yang relevan, dan konsisten dengan inflasi. Proyek ini akan
menguntungkan jika NPV positif. Rumus NPV dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

Bt = Benefit pada tahun ke t (Rp)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp)


i = Discont Rate (%)

t = Jumlah waktu (tahun)

Dari hasil perhitungan NPV terdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:

a. NPV> 0, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan

b. NPV< 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan

c. NPV = 0, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

2.Internal Rate Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV= 0. Dari hasil perhitungan
IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:

a.IRR>SOCC, maka usaha tersebut layakuntuk dilakukan

b.IRR<SOCC, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan

c.IRR= SOCC, maka usaha tersebut berada pada titik impas.Menurut Ibrahim (2003),
formula yang digunakan untuk menilai IRR adalah:

Dimana:

i1= tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2= tingkat discount rateyang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPVPositif (Rp)

NPV2= NPVNegatif (Rp)

3. Net Benefit and Cost Ratio(Net B/C Ratio)

Net B/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah PV netbenefit positif dengan jumlah
PV net benefit negatif. Nilai Net B/C ratiomenunjukkan besarnya benefit yang
diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Menurut Ibrahim (2003), Net B/C ratiodihitung
menggunakan formula sebagai berikut:
Dimana :

Bt= Benefit pada tahun ke t

Ct= Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke

ti= Discount Rate(%)

t= Umur ekonomis (tahun)

Dari hasil perhitungan Net B/C ratioterdapat tiga kriteria kelayakan investasi,yaitu:

a.Net B/C ratio> 1, maka usaha tersebut layak untuk dilakukan

b.Net B/C ratio< 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan

c.Net B/C ratio= 1, maka usaha tersebut berada pada titik impas.

4. Pay Back Period (PBP)

Analisis PBP menunjukkan jangka waktu tertentu dimana present value komulatif benefit
sama dengan preset value komulatif investasi. Analisis PBP perlu dilakukan untuk
mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu usaha untuk
mengembalikan seluruh biaya investasi yang telah dikeluarkan. Menurut Ibrahim
(2003), PBP dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

dimana:
Tp-1 = tahun sebelum terdapat

PBP = jumlah investasi yang telah didiscount

Bicp -1 = jumlah benefit yang telah didiscount sebelum PBP

Bp = benefit yang telah didiscount pada PBP berada

5. Break Even Point (BEP)

BEP adalah titik impas atau titik pulang pokok, dimana total revenue sama dengan
total cost. Perhitungan BEP ini penting dilakukan untuk mengetahui berapa lama
suatu perusahaan mampu mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan. Semakin
lama suatu usaha mencapai titik BEP, maka semakin besar kerugian yang
ditanggung.Menurut Ibrahim (2003), BEP dihitung menggunakan formula sebagai berikut
formula sebagai berikut:
BAB IV

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR

4.1 Analisis Kelayakan Aspek Teknis

4.1.1 Aspek Teknis

Terdapat beberapa aspek teknis yang diamati dalam menentukan kelayakan usaha
peternakan ayam petelor, diantaranya:

1.Lokasi Peternakan

Lokasi peternakan adalah aspek penting bagi suatu usaha peternakan karena jika lahan
atau lokasi tidak layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Lokasi usaha
yang baik bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman, untuk mengurangi dampak negatifdari
usaha peternakan usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan. Untuk meminimalkan
dampak negatif dari polusi bau dan kontaminasi lalat terhadap masyarakat, sebaiknya sejak
awal peternak dapat memilih lokasi peternakan yang tidak berdekatan denganpemukiman
masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.40/Permentan/OT.140/7/2011tahun 2011,
jarak antara peternakan ayam denganlingkungan pemukiman minimal 500meter dari pagar
terluar. Jarak antara lokasi peternakan satu dengan lokasi peternakanlainnya minimal 1 km,
tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit.

Lokasi juga harus mempunyai sumber air bersih yang cukup karena air adalah hal penting yang
akan mendukung kegiatan budidaya dan operasional peternakan, akses transportasi yang
baikdan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran sehingga proses pengiriman dapat berjalan
dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan menentukan kualiatas telur seperti persentase
telur yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik. Jaringan listrik yang memadai
untuk melaksanakan kegiatan usaha peternakan yang digunakan untuk mesin, penerangan,
dan mempermudah proses kegiatan dimalam hari.

a.Jauh dari pemukiman

Lahan yang disiapkan untuk pembangunan kandang ayam ras petelor terletak 500 meter dari
jalan raya. Lokasi ini bagus untuk dikembangkan sebagai usaha peternakan ayam ras
petelorkarena terhindar dari polusi udara dan suara dari lalu lintas kendaraan. Kondisi ini
merupakan zona nyaman bagi ternak ayam ras petelor, sehingga diharapkan ayam dapat
berproduksi dengan maksimal.Lahan kandang ini juga jauh dari permukiman, dimana
permukiman terdekat berada 200meter dari lokasi peternakan, dan permukiman di
lingkungan sekitar tidak terlalu padat. Pemilihan lokasi yang jauh dari permukiman merupakan
strtaegi yang bagus untuk menghindari keluhan masyarakat akan dampak negatif dari usaha
peternakan usaha ini seperti bau dan limbah yang dihasilkan.

b. Ketersediaan air bersih dan listrik

Sumber air dan listrik belum tersedia di areal kandang, sehinga perlu ditambahkan instalasi
listrik dan air. Listrik memiliki peranan penting dalam kegiatan operasional di kandang, yaitu
sebagai penerangan, mengalirkan air, serta kegiatan teknis lainnya. Untukantisipasi
pemadaman listrik dari PLN, maka perlu disiapkan genset. Ketersediaan sumber air
di areal kandang memiliki peranan yang vital untuk pertumbuhan ayam dan operasional
kandang. Ketersediaan air dapat difasilitasi dengan memasang instalasi air dari PDAM dan atau
menggunakan sumur bor. Masing-masing unit kandang dilengkapi dengan tempat penampungan
air.

c. Akses Jalan

Akses jalan dari areal kandang sampai jalan raya besar sudah cukup baik, namun perlu
dibuatkan jalan baru yangmenghubungkan antar kandang di dalam areal perkandangan.
Akses transportasi yang baik dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaran penting agar proses
pengiriman dapat berjalan dengan baik kondisi jalan yang baik pula akan menentukan kualitas
telur seperti persentase telur yang pecah yang diakibatkan jalan yang kurang baik.

d. Sirkulasi Udara

Sirkulasi udara yang lancar menjadi salah satu syarat dalam menentukan layak/tidaknya lokasi
tersebut dimanfaatkan sebagai tempat pengembangan usaha peternakan ayam ras petelor. Hindari
memilih lokasi yang berada di lembah atau lebih rendah dari daerah sekitarnya, sebab dapat
menghambat sirkulasi udara. Daerah sekitar kandang dan lokasi peternakan pada keseluruhannya
sebaiknya merupakan daerah lapang dan tidak terhalang banyak bangunan ataupun pepohonan
sehingga tidak menghalangi sirkulasi udara yang masuk kedalam kandang
e. Ketersediaan air bersih dan listrik

Sumber air dan listrik belum tersedia di areal kandang, sehinga perlu ditambahkan instalasi
listrik dan air. Listrik memiliki peranan penting dalam kegiatan operasional di kandang, yaitu
sebagai penerangan, mengalirkan air, serta kegiatan teknis lainnya. Untuk antisipasi pemadaman
listrik dari PLN, maka perlu disiapkan genset. Ketersediaan sumber air di areal kandang
memiliki peranan yang vital untuk pertumbuhan ayam dan operasional kandang. Ketersediaan air
dapat difasilitasi dengan memasang instalasi air dari PDAM dan atau menggunakan sumur bor.
Masing-masing unit kandang dilengkapi dengan tempat penampungan air.

f. Kandang
a. Tata Letak Bangunan

. Penentuan letak atau posisi kandang maupun bangunan pendukung tersebut harus ditata
dengan baik, sehingga alur distribusi ayam, telur, personal (manusia), ransum maupun
peralatan lainnya dapat berjalan efektif.Tata letak ini juga merupakan bagian dari
biosecurity (biosecurity konseptual), karena bisa berperan menekan rantai penularan
penyakit. Untuk hal tersebut layout lokasi peternakan dapat dibagi menjadi 3 zona. Tata
letak bangunan dibagi menjadi 3 zona, yaitu:

1. Zona merah merupakan zona umum, dimana para tamu, konsumen dan supplier bebas
masuk sampai di zona ini. Pada zona merah ini terdapat pos satpam, lahan parkir dan
gedung perkantoran. Pintu masuk ke zona merah (P1) dilengkapi dengan tempat
desinfeksi dengan metode dipping dan spraying

2. Zona kuning merupakan zona transit atau zona bebas terbatas. Pada zona kuning ini
terdapat gudang pakan, gudang peralatan, gudang telur, mess karyawan, dan tempat
pembakaran/mengubur ayam mati. Hanya karyawan dan tamu yang memiliki
kepentingan khusus yang bisa memasuki areal ini. Pintu masuk ke zona kuning
dilengkapi dengan tempat desinfeksi dengan metode dipping dan spraying.

3. Zona hijau merupakan zona bersih (zona ini terlarang). Pada zona hijau ini terdapat
kandang ayam yang dilengkapi dengan gudang pakan dan gudang telur individu serta
tempat penampungan air. Hanya karyawan yang mempunyai program kerja teknis
produksi saja yang bisa masuk ke areal ini. Ruang desinfeksi pada pintu masuk zona
hijau dilengkapi dengan kamar mandi, ruang ganti (telah disiapkan pakaian dan sepatu
khusus untuk masuk ke areal kandang), serta areal dipping dan spraying.
Gambar 4.1 Pembagian Zona di Areal Peternakan

b. Design Kandang

Penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan petunjuk yang ada. Agar
kandangmendapat sinar matahari pagi dengansirkulasi udara baik, jangan membuat
kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara
dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan. Sebaiknya kandang
dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran
di dalam kandang. Untuk konstruksi kandang tidak harus dengan bahan yang
mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.

Konstruksi kandang yang baik rata-rata bisa bertahan 10-20 tahun. Pada prinsipnya,
kandang harus dibuat dari bahan yangkuat dan tahan lama. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat kandang ayam petelur, yaitu:

 Kandang dibangun dengan arah kandang Timur-Barat, untuk menghindari


ayam terkena sinar matahari sepanjang hari.
 Lebar kandang terbuka sebaiknya tidak lebih dari 7 meter agar sirkulasi udara di
dalam kandang optimal. Jarak antar kandang minimal 1x lebar kandang dan
usahakan diantara kandang tidak terdapat tanaman yang bisa menggangu sirkulasi
udara.
 Atap kandang dibuat melebar dengan kemiringan 30-35° dan dilengkapi dengan
monitor untuk meningkatkan sirkulasi udara di dalam kandang. Pemilihan jenis
bahan atap kandang harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, agar suhu
kandang optimal (tidak terlalu panas) untuk menghindari heat stress yang dapat
berdampak pada rendahnya produksi telur.
 Tiang bangunan kandang dibuat dari balok beton, dengan tinggi tiang 3 m jika atap
terbuat dari asbes/sengdengan lapisan peredam panas.-Kandang bateri dibangun
dengan tipe V tiga tingkat, untuk mempermudah perlakuanpada ayam dan
pembersihan kotoran
 Jarak lantai baterai ke lantai minimal 80 cm untuk menghindari cemaran amoniak,
sirkulasi udara baik, dan mempermudah proses pembersihan serta desinfeksi
kandang.-Lantai kandang dibuat dari semen (pese)
 Lebar gang minimal 80 cm sehinggasirkulasi udara baik, dan memudahkan
dalam pemberian pakan dan pemungutan telur.
 Jarak atap dengan kandang individuminimal 1 meter.-Disekeliling areal kandang
dibangun pagar tembok setinggi ± 1,5 meter.Dengan jarak minimal5 meterdari sisi
kandang terluar, agar sirkulasi udara tidak terganggu.
 -Disekeliling tembok dutambahkan dengan tanaman/pohon yang berfungsi
sebagai wind break

Gambar 4.2 Design Kandang Ayam Petelur

c. Design Kandang Individu


Kandang individu (individual cage) terbuat dari kawat galvanis dengan ukuran lebar 20
cm x 35 cm dan tinggi 40 cm

Gambar 4.3 Kandang Individu Untuk Ayam Petelur

3. Peralatan Kandang

Selain kandang, peralatan kandang juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
konstruksi kandang. Peralatan ini akan mendukung terwujudnya kandang yang nyaman.
Secara umum peralatan kandang terdiri dari tempat ransum, tempat minum, lampu untuk
pencahayaan, dan desinfeksi kandang serta peralatan, egg tray, dan spuite.

4.2 Aspek Finansial

Dalam studi kelayakan bisnis ayam petelor, kelayakan dari aspek finansial sangat penting
untuk diperhatikan. Analisis kelayakan finansial merupakan suatu analisis terhadap suatu
kegiatan usaha sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan apakah kegiatan usaha
yang dimaksud layak/feasible atau tidak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek finansialnya.

Analisis kelayakan finansial pada umumnya mempunyai beberapa tujuan antara lain;(1)
mengetahui tingkat kelayakan suatu rencana investasi usaha/proyek, (2) menghindari
pemborosan sumberdaya, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha/proyek yang tidak
menguntungkan (3) membantu menentukan pilihan terhadap berbagai alternatif usaha/proyek
sehingga dapat dipilih usaha/proyek yang paling menguntungkan, dan (4) untuk menentukan
prioritas investasi.

Analisis kelayakan finansial pada usaha peternakan ayam petelorberkaitan dengan analisa
mengenai jumlah kebutuhan dana investasi maupun operasional, proyeksi arus kas, rugi-
laba, dan analisa kriteria investasi. Ada beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan
sebagai suatu ukuran untuk menilai layak tidaknya suatu kegiatan usaha atau investasi secara
finansial. Beberapa kriteria tersebut antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost ratio (Net B/C). Payback Period (PBP) dan Break even point
(BEP). Untuk kepentingan analisis kelayakan finansial maka beberapa koefisien teknis atau data-
data terkait dengan teknis produksi telah dikumpulkan melalui survei lapangan yang telah
dipadukan dengan pendekatan teoritik. Kelayakan finansial ini dibuat berdasarkan skala
produksi sebanyak 1.700 ekor dengan jangka waktu 15 tahun. Biaya-biaya yang
dicantumkan dalam analisis ini adalah biaya dengan acuan penggunaan alat dan bahan
berstandar minimal dan efisien dalam pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur.

4.2.1. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai input fisik yang tidak
habis dalam satu periode produksiatau biaya untuk mendirikan usaha ini. Biaya investasi
yang diperlukan pada usahapeternakan ayam petelordengan skala48.000ekor adalah sebesar
Rp. 196.200.000 ,-atau sekitar Rp. 115.412 /ekor. Dana tersebut digunakan untuk membiayai
beberapa komponen investasi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Bangunan berupa
kandang merupakan komponen biaya investasi yang paling besar.

Tabel 4.1 Biaya Investasi

0 Tahun Tahun 1
190.400.0
kandang 00
1.650.0
Egg Tray - 00
5.800.0
Sepeda Motor 00
Kompensasi Imflansi
122.400.0
Ayam Pullet 00
196.200.0 124.050.0
Total 00 00

4.2.2. Biaya Operasi

Biaya operasi merupakan biaya di luar biaya investasi yang diperlukan untuk membiayai
input fisik yang diperlukan sehingga usaha ini dapat beroperasi. Biaya operasi usaha peternakan
ayam petelur dapat dibedakan menjadi biaya variable dan biaya tetap dan. Rata-rata jumlah
biaya variabel yang diperlukan untuk mengoperasikan usaha ternak ayam petelur dengan skala
1.700 ekor adalah sekitar Rp. 402.514.000 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Biaya
variabel terdiri atas beberapa komponen yaitu biaya pakan, biaya obat-obatan dan lain lain.

Tabel 4.2 Biaya Variabel

No Uraian Satuan Jumlah Total Periode


907.2 381.024.0
1 Pakan kg 189 00 00
20.0 200.0
2 Obat, Vaksin dan Vitamin Pcs 10 00 00
25.0 200.0
3 Desinfektan Liter 8 00 00
period 1.800.0 1.800.0
4 Transport dan Pemasaran e 1 00 00
750.0 750.0
5 Lain-lain (ember, sapu, dll) unit 1 00 00
30.0 360.0
6 Komunikasi & alat tulis Bulan 12 00 00
15.0 180.0
7 Pemeliharaan Bulan 12 00 00
1.500.0 18.000.0
8 Tenaga Kerja 1 Orang bulan 12 00 00
402.514.0
Total 00

Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya variabel, oleh karena itu maka
upaya untuk menekan biaya pakan sangat penting dilakukan, misalnya dengan mengembangkan
pabrik pakan sendiri. Disamping itu, pengembangan pembibitan ayam dara juga sangat
penting diperhatikan mengingat proporsi biaya ini. Di samping biaya variabel, di dalam
mengusahakan ayam petelorjuga diperlukan biaya tetap, yaitu biaya yang relatif tetap
jumlahnya dalam setiap periode produksi. Biaya tersebut meliputi beberapa komponen seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Biaya Tetap

No Uraian Satuan Harga


4.500.0
1 Sewa Lahan Unit 00
860.0
3 Listrik 1 Tahun Unit 00
480.0
4 Air 1 Tahun Unit 00
Total 5.840.0
00
Untuk mengusahakan peternakan ayam petelur dengan skala 1.700 ekor diperlukan biaya tetap
sekitar Rp. 5.840.000,- per tahun.

4.2.3. Penerimaan Usaha (Benefit)

Penerimaan atau benefit merupakan pendapatan kotor yang diterima peternak sebelum
dipotong biaya-biaya yang dikeluarkan. Penerimaan peternak dari usaha ayam
petelorbersumber dari penjualan telur, penjualan ayam afkir dan penjualan limbah (kotoran
ayam). Rata-rata penerimaan peternak dari peternakan ayam petelordengan skala 1.700 adalah
sebesar Rp617.483.333 per tahun,-seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Arus Penerimaan

Populasi Ayam Penjualan


Telur Penjualan Induk Afkir Penjualan Kotoran Total
1700 Harga/Kg Harga/ekor Harga/Karung  
17.500 30.000 6.500  
Jumlah Penerimaan 567.23 48.750.0 1.500.0
1 Periode 3.333 00 00 617.483.333

4.2.4. Analisa Pendapatan Peternak

Pendapatan peternak merupakan selisih penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak
ayam petelur dengan biaya-biaya yang dikeluarkan peternak. Berdasarkan biaya total
(dengan memperhitungkan semua biaya), rata-rata pendapatan peternak dari usaha
peternakan ayam petelur dengan skala 1.700 ekor adalah sekitar Rp. 86.729.333 ,/tahun,

4.2.5. Analisis Break Even Point (BEP)

Titik impas (Break even) merupakan kondisi perusahaan tidak untung namun juga tidak rugi.
Dalam Kajian ini, analisis BEP dilakukan untuk mengetahui harga telur dan produksi dalam
kondisi impas (break even). Berdasarkan biaya total, usaha peternakan ayam petelor dengan
skala 1.700 ekor mengalami titik impas ketika rata-rata harga telur Rp. 1.002/butir atau ketika
produksi pencapai 163.591 butir Agar menguntungkan bagi peternak, maka harga telur harus
lebih dari angka tersebut. Jika lebih rendah maka akan merugikan peternak. Penurunan harga
telur sekitar 7,95% dari harga saat ini (cateris paribus menyebabkan usaha ini mengalami impas
(tidak untung tetapi juga tidak rugi). Penurunan harga lebih tinggi dari angka tersebut baru akan
menyebabkan usaha ini rugi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa manajemen produksi dan
manajemen pemasaran hasil harus dikelola dengan baik sehingga produksi telur maupun harga
telur dapat terus dijaga di atas angka BEP tersebut di atas sehingga akan menguntungkan bagi
peternak. Untuk menjamin hal tersebut maka pelatihanpelatihan atau pendampingan-
pendampingan pada peternak baik dalam hal produksi maupun pemasaran harus dilakukan secara
berkelanjutan.

4.2.7. Analisis Kriteria Investasi

Kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan investasi dalam penulisan ini
adalah; (1) Net Present Value (NPV), (2) Internal Rate of Return (IRR), (3) NetBenefi- Cost
Ratio (Net B/C), (4) Pay Back Period (PBP), dan Analisis Waktu pencapaian titik impas (BEP
waktu).

a. NPV merupakan nilai yang menggambarkan apakah nilai yang dihasilkan dengan discount rate
sama per tahunnya layak untuk dikembangkan. Nilai NPV yang diperoleh dari usaha ayam ras
petelur ini adalah sebesar Rp. 43.909.900 atau lebih besar dari 0 maka usaha ayam petelur ini
layak untuk dijalankan.

b. IRR merupakan nilai yang menggambarkan tingkat pengembalian modal bagi pemilik
perusahaan yang melakukan investasi selama proyek berlangsung. Nilai IRR yang diperoleh dari
usaha ayam ras petelur oleh perusahaan adalah sebesar 6,36 persen atau lebih besar dari tingkat
discount rate 5,5 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan

c. Net B/C mengambarkan berapa besar keuntungan yang dapat dicapai jika mengeluarkan biaya
sebesar Rp1,00. Nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha ayam ras petelur oleh perusahaan
adalah sebesar 3,28 atau lebih besar dari satu, artinya setiap pengeluaran sebesar RP 1,00 akan
memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 3,28.

d. Berdasarkan perhitungan Pay Back Period (PBP) dapat diketahui kecepatan usaha ini dalam
mengembalikan biaya investasi. Nilai PBP dari rencana usaha ini yaitu 2,31 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa rencana usaha ini mampu mengembalikan biaya investasi dalam waktu
yang relatif cepat sehingga layak dilaksanakan.

4.3 Aspek Manajemen


4.3.1 Manajemen Pakan
Ayam layer atau ayam petelur adalah ayam yang diternakkan khusus untuk menghasilkan telur
konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe ayam
petelor ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih, dan
berjengger merah, berasal dari galur murni white leghorn, dan mampu bertelur lebih dari 260
telur per tahun produksihen house. Ayam petelor ringan sensitif terhadap cuaca panas dan
keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe ayam petelor medium memiliki bobot
tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang telur berwarna coklat,dan bersifat
dwiguna (Bappenas, 2010).
Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya tidak memakai pejantan
dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi (Kartasudjana dan Suprijatna,
2006). Pemberian ransum untuk ayam petelor berdasarkan pada periode pemeliharaannya,
ransum ayam petelor dibedakan menjadi ransum untuk ayam starter, grower I, grower II, pre-
layer, dan layer. Sedangkan pemeliharaan ayam petelor secara umum lebih ringkas terbagi
menjadi 3 periode yaitu starter, grower, dan layer. Pada setiap periode pemeliharaan ini,
kebutuhan akan nutrisi pada ayam petelor pastinya berbeda-beda, terutama jika dilihat dari
tingkat kebutuhan energi, protein, kalsium, serta fosfor. Ransum yang diberikan kandungan
nutrisi harus sesuai dengan kebutuhan ayam.
Pengertian Pakan dan Ransum
Pakan merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peternakan ayam petelor.
Jumlah dan kandungan zat-zat pakan yang diperlukan harus memadai untuk mencapai
pertumbuhan dan produksi yang optimal, tetapi apabila ditinjau dari aspek ekonomis, biaya
pakan pada umumnya sangat tinggi hingga mencapai 70% dari total biaya produksi.
Pengertian dari pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dicerna dan tidak
menimbulkan racun bagi ternak. Bahan pakan untuk unggas dapat bersumber dari pakan nabati
dan hewani. Umumnya bahan pakan nabati memiliki kandungan protein dan asam amino yang
rendah, tidak seimbang, tidak lengkap dan beberapa pakan mengandung zat penghambat.Bahan
pakan ransum unggas hampir 90-95% tersusun dari pakan nabati,sedangkan penggunaan bahan
pakan hewani berkisar antara 3-6% dan pakan pelengkap antara 0-3%.tingginya penggunaan
bahan pakan dari nabati erat kaitannya dengan harga dan kandungan nutrisi dari dari ransum
yang dibuat.
Ransum adalah campuran dari beberapa bahan pakan yang telah disusun sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan ternak. Menurut Suprijatna et al., 2005 ransum adalah campuran
berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi.
Jenis ransum ada 2 yaitu ransum komplit dan dan ransum tidak komplit. Ransum komplit
adalah ransum yang sudah lengkap kandungan zat-zat makannya yang dibutuhkan oleh ternak
unggas. Sedangkan ransum tidak komplit adalah ransum yang perlu mendapat tambahan bahan
pakan lain dengan perbandingan tertentu sehingga kebutuhan zat-zat makanan ternak unggas
terpenuhi.
Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan yang banyak mengandung zat-
zat makanan yang mudah dicerna, biasanya mengandung serat kasar kurang dari 18%.
Konsentrat ada dua macam yaitu konsentrat sumber energi dan konsentrat sumber protein.
Konsentrat sumber energy dapat didefinisikan sebagai campuran bahan pakan mengandung serat
kasar kurang dari 18 % dan mengandung protein kurang dari 20%, sedangkan konsentrat sumber
protein adalah campuran bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% dan protein
lebih dari 20%. Bahan pakan yang umumnya digunakan sebagai pakan konsentrat sumber energy
adalah : jagung, pollard, dedak padi, onggok,ubi kayu, sorgum,molasis dll, sedangkan bahan
pakan yang umumnya digunakan sebagai pakan konsentrat sumber protein adalah: bungkil
kelapa, bungkil kacang kedelai, kacang kedelai tepung ikan dll.
Pada prakteknya pemberian ransum pada ayam petelor ada yang mencampur 1)
menggunakan pakan komplit dengan mencampur sendiri 2) menggunakan konsentrat pabrikan
dengan mencampur jagung dan dedak padi sebagai sumber energy,sedangkan konsentrat sebagai
sumber protein. Ada 3 pola dasar yang sering digunakan dalam mencampur konsentrat dengan
dedak dan jagung kuning 1) 40% konsentrat : 40% jagung :20% dedak padi 2) 30% konsentrat :
50% jagung : 20% dedak padi 3) 35% konsentrat : 50% jagung : 15% dedak padi.
Bentuk-bentuk ransum unggas
Bentuk fisik pakan ada beberapa macam, yaitu mash and limited grains (campuran
bentuk tepung dan butiran), all mash (bentuk tepung), pellet (bentuk butiran dengan ukuran
sama), crumble (bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama). Di antara keempat macam
bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan lebih tahan lama disimpan.
Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai
ayam. Bentuk ransum tersebut disesuaikan dengan umur unggas, misalnya ternak unggas yang
masih kecil (fase starter) biasanya diberikan dalam bentuk tepung atau crumble. Pakan bentuk
pellet diberikan pada unggas yang sudah dewasa.Struktur pakan bentuk pellet lebih kompak dan
seragam sehingga menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi yang terkandung dalam pakan.
Peranan zat gizi dalam tubuh unggas Untuk menunjang hidup hidup pokok dan produksi ternak
unggas membutuhkan protein,energy,vitamin dan mineral. Kesemuanya itu dibutuhkan dalam
jumlah yang seimbang dan tepat.
a. Protein
Protein merupakan komponen yang komplek yang merupakan komponen makro yang
diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih banyak.Protein tidak hanya dilihat dari jumlah
yang dibutuhkan tetapi juga dilihat dari kualitasnya dan kualitas protein dilihat dari
keseimbangan asam amino yang terkandung dalam bahan pakan. Kebutuhan akan protein
ini berbeda sesuai dengan umur,tipe dan macam ternak,tingkat pertumbuhan dan
produksi.Unggas yang sedang bertelur membutuhkan protein yang lebih tinggi dari
unggas fase grower,karena protein tidak hanya dibutuhkan untuk tubuhnya saja tapi
protein juga dibutuhkan untuk pembentukan telur. Protein pakan sebagian besar
digunakan untuk produksi telur, hanya sebagian kecil untuk hidup pokok. Semakin tinggi
tingkat produksi maka kebutuhan protein juga semakin tinggi (Suprijatna et al., 2005).
b. Energi
Energi merupakan unsur yang penting bagi ternak. Ternak tidak dapat berbuat apa apa
tanpa adanya energy, bahkan bila energy kurang protein justru akan dirubah menjadi
energy.Energi berkaitan erat dengan konsumsi dan protein, karena semakin tinggi energy
dalam ransum akan semakin rendah pula konsumsi ransum ayam tersebut dan bila tingkat
protein tidak disesuaikan maka kebutuhan protein ayam tersebut tidak terpenuhi.Oleh
karena itu imbangan antar energy dan protein dalam ransum harus diperhitungkan.
c. Vitamin dan Mineral
Tidak seperti protein dan energy, vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil,
tetapi peranan vitamin dan mineral tetap penting, sebab tanpa vitamin dan mineral
kelainan kelainan produksi pasti ada. Kalsium dan fosfor merupakan mineral utama yang
diperlukan untuk pembentukan cangkang telur. Pakan ayam petelor fase layer harus
mengandung kalsium sebanyak 3 – 4% (Harms et al., 1996). Defisiensi kalsium akan
menyebabkan cangkang telur menjadi tipis dan mudah retak. Jika absorbsi kalsium pakan
tidak memenuhi kebutuhan pembentukan cangkang, kalsium diambil dari tulang medulair
(Riczu dan Korver, 2009). Imbangan Ca : P yang terlalu luas dapat menimbulkan
ricketsia, yaitu tiap unsur yang berlebihan menyebabkan mengendapnya unsur lain di
dalam usus sehingga tidak bisa dimanfaatkan tubuh. Imbangan Ca : P sebaiknya sebesar 9
: 1 saat puncak produksi, 11 : 1 saat produksi sebesar 89 – 93%, selanjutnya 13 : 1 hingga
ayam diafkir (Hy- Line International, 2010).

Tata Laksana Pemberian Pakan dan Air Minum


Rata-rata ayam petelor fase layer strain Hy–Line Brown mengkonsumsi 114 – 120 gram
pakan per hari sehingga pemberian pakan tiap hari sekitar 120 gram per ekor ayam. Air
merupakan komponen nutrien yang paling penting, apabila ayam kekurangan air minum,
konsumsi pakan akan menurun sehingga produktivitasnya menurun. Air minum hanya dibatasi
pada saat-saat tertentu, misalnya sebelum vaksinasi melalui air minum (Hy-Line International,
2010). Ayam dapat bertelur dengan optimal apabila pakan diberikan secara ad libitum, yaitu
selalu tersedia sepanjang hari. Pemberian pakan saat tengah malam (midnight feeding) dapat
dilakukan apabila diberikan cahaya yang cukup, yaitu dari lampu. Tujuan night feeding dan
midnight feeding yaitu memberikan kesempatan bagi ayam untuk meningkatkan suplai kalsium
dari saluran pencernaan secara langsung untuk pembentukan cangkang telur. Hal ini mencegah
pengambilan kalsium dari tulang yang meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat ayam
mulai tua. Waktu pemberian pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam mengabsorbsi zat-
zat pakan sebagian besar untuk hidup pokok dalam sehari, regenerasi sel, mengatasi pengaruh
lingkungan seperti cuaca sehingga tidak semuanya dimaksimalkan untuk pembentukan
telur.Midnight feeding berlangsung saat telur sedang dibentuk sehingga materi pembentuknya
dapat ditambahkan dari zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh saluran pencernaan (Riczu dan
Korver, 2009).
Midnight feeding terbukti dapat meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi
ketebalan, kekuatan, persentase cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar jam
09.00 (Harms et al., 1996). Manajemen layer diperlukan untuk meningkatkan produktivitas layer
dalam menghasilkan telur. Semakin tinggi persentase jumlah telur yang dihasilkan per ayam
layer yang dipelihara akan semakin baik dan semakin menguntungkan bagi peternak.

4.3.2 Manajemen Kesehatan dan Pencegahan Penyakit


Dalam tata laksana usaha peternakan ayam, program pengendalian dan pencegahan
penyakit mutlak diperlukan dan harus dijalankan untuk melindungi setiap individu, baik ternak
maupun manusianya yang terdapat didalam setiap usaha peternakan ayam. Pengendalian ataupun
pencegahan penyakit pada ayam petelor sangatlah penting sehingga dapat mengatasi atau
mencegah terjadinya penularan penyakit ataupun timbulnya penyakit. Produktivitas dan
reproduktivitas hanya akan dapat dicapai secara optimal apabila ternak dalam keadaan yang
sehat.
Program biosekuritas sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan
efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak satupun program
pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuritas. Menurut
Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis
maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara
keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Program
biosekuritas ini merupakan upaya untuk menjadikan suatu kawasan peternakan terbebas dari
bibit penyakit (mikroorganisme patogen) dari reservoir atau vektor pembawanya.
Adapun aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah upaya
membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu, memberantas dan mengendalikan pengakit-
penyakit tertentu, memberikan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam,
mengamankan keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko
bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam. Aspek-aspek ini bagi
industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara pemeliharaannya yang dikandangkan,
dan dipelihara dalam jumlah yang banyak, sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai
macam penyakit baik yang menular maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih,
sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat,
dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
Pintu gerbang peternakan merupakan tempat pertama bagi orang-orang yang mau masuk
ke areal peternakan, dan merupakan titik awal keberhasilan suatu peternakan terbebas dari
berbagai macam penyakit. Mengkondisikan setiap orang yang masuk maupun kendaraan tidak
sembarangan keluar masuk farm, dan pintu selalu dijaga ketat oleh petugas keamanan, karena hal
ini berkaitan dengan penyebaran agen-agen penyakit yang dapat masuk kedalam areal usaha
peternakan ayam.
Agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan peternakan ayam melalui berbagai
macam cara seperti berikut ini:
1. Terbawa masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal)
2. Masuknya ayam sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang berperan sebagai
pembawa (carrier),
3. Masuknya ayam dari luar flok (transmisi horizontal)
4. Tertular melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen
penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome dan
virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, enteritidis, dan Mycoplasma serta
Aspergillus.
5. Terbawa masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau karyawan
yang bergerak dari flok ke flok, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri
(Salmonella, Campylobacter)
6. Terbawa melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan
sarana lain seperti truk, kandang ayam, tempat telur dll.
7. Terbawa oleh burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak,
tungau dan serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB,
Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan reservoar
sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro, salmonellosis,
pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan berbagai ragam penyakit
termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat menularkan berbagai bakteri
penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar ayam (fowl pox). Caplak Argas
dapat menjadi vektor pembawa spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat
menimbulkan gangguan produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan
Culicoides (agas atau mrutu) dapat menjadi vektor leucocytozoonosis yang cukup
merugikan.
8. Terbawa melalui makanan yang tercemar mikroorganisme di pabriknya. Kontaminasi
bahan baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp
atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom, Aflatoksin dapat
menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit ini.
9. Menular lewat air seperti berbagai jenis bakteri (Salmonella, Escherichia coli) dan fungi
(Aspergillus)
10. Menular lewat udara seperti virus velogenik ND dan ILT.
11. Tertular melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas terkontaminasi
yang dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen spesifik
(non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus, reovirus, atau agen lain
yang bertanggung jawab terhadap anemia dan retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat
ditularkan diantara ternak akibat peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian
vaksin atau petugas yang terkontaminasi.

Beberapa tahapan dalam pelaksanaan program biosekuritas yaitu:


1. Kontrol lalu lintas
Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti
mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan
personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi, mandi semprot, lalu
memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang
bisa juga menyebabkan infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau
meninggalkannya. Pada peternakan yang harus menjalankan biosekuritas dengan ketat (Grand
parent stock) akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk
sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent stock, komersial,
prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut. Kontrol lalu lintas tidak hanya
berlaku untuk orang tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar, tikus, kumbang
predator, serangga dan lainnya. Kucing dan anjing seringkali dianggap sebagai pembawa
penyakit yang potensial, tetapi buktibukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam
mengendalikan tikus cukup nyata dibandingkan kerugian yang ditimbulkannya. Konstruksi
bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat pelindung untuk mencegah masuknya serangga
terbang atau predator, meskipun tidak efektif paling tidak dapat mengurangi resiko.
Kebersihan halaman dan teras dinding serta pemotongan rumput harus teratur. Konstruksi
kandang dan ruang penyimpan pakan dibuat yang tidak memungkinkan binatang-binatang seperti
tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof). Program
pengendalian tikus dapat dibuat secara berkesinambungan, dengan menempatkan kotak
pengumpan di pinggir kandang dengan selang 15-20 meter. Umpan tikus perlu dimonitor dalam
jangka waktu tetrtentu misalnya setiap 5 hari sekali dengan umpan yang disukai tikus. Limbah
kotoran ayam dan sekam basah, harus segera disingkirkan agar tidak mengundang lalat
berkembang biak . Pada saat musim lalat dilakukan pengendalian baik dengan insektisida untuk
membunuh lalat dewasa atau larva.
Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor secara ketat.
Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang terdapat di belakang
gerbang, yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang mungkin terbawa.
Biosekuriti yang dilakukan berupa penyemprotan kendaraan, karyawan, dengan desinfektan long
life dengan dosis 1 cc/liter air di depan pos satpam. Sebelum masuk ke area kandang, karyawan
dan pengunjung harus mengganti pakaian dengan pakaian kerja yang bersih sebelum disemprot
lagi dengan desinfektan long life. Selain itu, dibagian kandang disediakan tempat untuk
mencelup kaki (dipping foot) dan tangan (dipping hand) sebelum masuk ke dalam kandang dan
menangani ternak.
Pada breeding farm hatchery dilakukan penanganan sebagai berikut, mengumpulkan
ayam-ayam mati dari setiap kandang, melakukan usaha pembakaran ayam mati yang disebabkan
penyakit berbahaya atau terinfeksi, melakukan penguburan ayam-ayam mati ke dalam lubang
khusus yang disediakan atau bila perlu dilakukan pencelupan dengan desinfektan. Sedangkan
sanitasi pada hatchery adalah membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat
membawa telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme patogen
pembawa penyakit. Telur tetas yang ada di hatchery terlebih dulu di fumigasi dengan formalin
40% sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk 8 m3 ruangan. Hal itu bertujuan agar telur
baru yang diperoleh dari kandang bebas penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang
penyimpanan telur. Setelah kegiatan full chick, semua peralatan dan bagian ruangan disemprot
dengan air bertekanan tinggi. Setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan hatchery menggunakan
desinfektan long live dengan dosis 5cc/liter air. Hal ini bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di lingkungan dan sekitar bagian ruangan hatchery.
Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut makanan,
doc, ataupun peralatan kandang lainnya. Pada peternakan pembibitan yang memerlukan
biosekuritas lebih ketat, begitu masuk kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh
bagian mobil bagian bawah, sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi.
Sementara itu penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di
tempat ini ia harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di peternakan yang memerlukan
biosekuritas sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor
dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih. Dengan demikian akan selalu ada kontrol
lalu lintas baik barang, bahan ataupun manusia.

2. Vaksinasi
Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika
digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi
virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk
melindungi ayam. Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan
penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh
karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan
kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik
terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan yang
baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri.
Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Tetapi,
kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus yang ideal untuk
vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa
vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin virus,
karena vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan dengan lebih
baik.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup
terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda daripada
vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata. Kontaminasi
vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius. Mikroagen yang terdapat
dalam vaksin hidup akan berkembang di dalam tubuh unggas, dan bila terdapat infeksi sekunder
pada saat itu, dapat terjadi reaksi yang hebat. Ketika menggunakan vaksin hidup, peternak harus
menyadari bahwa peternakannya mengandung agen penyakit yang berasal dari vaksin. Semua
vaksin mati, yang pemberiannya harus disuntikkan, dapat juga menimbulkan reaksi yang berasal
dari zat pembawanya. Reaksi yang paling umum adalah terjadinya pembentukan jendolan pada
tempat penyuntikan (granuloma).
Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan.
Program-program vaksinasi bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit,
ayam nenek, ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan
keperluan.

3. Pencatatan Riwayat Flok


Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam.
Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek titer
darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling lainnya. Laporan
hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok
atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.
4. Pencucian Kandang Ayam Petelur
Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosekuritas yang paling berat. Segera
setelah flok ayam diafkir dan liter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah
pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus
diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot air. Peralatan seperti
penggaruk, sekop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran (manure), dan lain-lain
semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai. Berikut ini cara-cara pencucian
kandang untuk kandang ayam ayam petelur.
Pencucian kandang dan desinfeksi secara menyeluruh dilakukan diantara setiap
kelompok umur remaja sangat dianjurkan. Kandang petelur dan peralatan harus dibersihkan
secara menyeluruh dari atas sampai bawah dan didesinfeksi setelah setiap flok dipindahkan dari
kandang semula dan sebelum flok baru dimulai. Pencucian kandang secara parsial hanya
dilakukan pada kandang petelor dan peralatannya setelah flok dipindahkan dari tempat awalnya
ke tempat yang baru. Cara-cara yang dianjurkan dalam pencucian kandang petelor secara
menyeluruh adalah sebagai berikut:
a. Angkat liter keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak 100 yard. Usahakan
liter tidak berceceran, tidak terkena air, tidak mencemari jalan atau pintu masuk
kandang, dan tutuplah rapat-rapat.
b. Sapulah dengan bersih dari atas sampai dasar kandang atau lantai, termasuk seluruh
rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lepas lampulampu bohlam
bersihkan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.
c. Seluruh atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan lainnya,
setelah dibersihkan debunya, dibersihkan dengan air (air sabun), dibilas dengan air
bersih, lalu didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan larut dalam air
seperti senyawa fenol dengan konsentrasi sesuai aturan yang terdapat pada label.
Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum 200 psi (pounds per square inch) agar
penetrasi bahan kimia berlangsung baik. Hati-hati jangan sampai semprotan mengenai
bagian dalam motor listrik, oleh karena itu harus diselubungi dahulu sebelum disemprot,
setelah selesai buka kembali atau motor dilepas dahulu. Seluruh korden atau penutup
pada kedua sisi harus disemprot dengan air sabun, dibilas dengan air bersih, dan
didesinfeksi. Ketika kering, korden harus digulung dan biarkan udara mengalir dengan
sempurna.
d. Bila terdapat kerusakan kandang maka perbaikan dilakukan pada saat ini. Setelah
selesai perbaikan, maka persiapan datangnya flok baru bisa dilakukan. Masa kosong
kandang sekitar dua minggu (minimal 14 hari).
e. Sediakan bak dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan pula
baskom dekontaminasi untuk mencuci kandang.

5. Kontrol terhadap pakan


Biosekuritas terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal
ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat
mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah:
a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan formulasi pakan
seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air, kadar
aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikroorganisma, dan analisis
proksimat untk mengetahui kualitas kandungan pakan.
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen dari breeding farm biasanya
minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya salmonellosis. Pakan yang
diinginkan melalui perlakuan panas (pada suhu 65- 90°C) dan penambahan vitamin,
crumbelling/pelleting, dan penambahan acidifier (asam format, asam laktat, asam
proprionant, asam butirat, atau asam sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan menambahkan
toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat maupun setibanya
di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan pakan jadi.

6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara.
Berbagai penyakit yang ditularkan melalui air antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis,
Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu monitoring untuk program biosekuritas
air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang meliputi
pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji
tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan
secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam
(drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya.
Umumnya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat ini sudah banyak produk
komersial lain seperti pemberian asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di dalam kandang
minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya peternak
memberikan vitamin, mineral ataupun antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot
(semacam lendir) organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya
pipa-pipa saluran tersebut.

7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati


Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas
akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi.
Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk
dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau
dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang
memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta
mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah atau liter yang sudah menggumpal segera mungkin diangkat dan diangkut ke
tempat yang telah di sediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang dan setelah
dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat lubang
pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat dengan luasan dan
kedalaman tertentu tergantung pada sisa produksi harian serta tersedianya lahan.
Tata laksana usaha peternakan ayam dalam skala besar juga merupakan surga bagi
perkembangan berbagai agen penyakit, meskipun jumlah dan virulensinya rendah tetapi dapat
menimbulkan efek yang serius. Bila setiap orang menjalankan berbagai upaya isolasi secara
ketat, maka tindakan karantina tidak perlu dilakukan. Sebagian orang pasti merasa heran atau
risih dengan tulisan atau berbagai peraturan yang terpampang di pintu yang mengisyaratkan
bahwa tamu dapat membahayakan peternakan. Bagaimanapun tamu harus mengerti tujuan dari
prosedur perlakuan demikian, tidak lain adalah untuk menghentikan penyebaran berbagai agen
penyakit menular, yang sekaligus berarti mencegah kerugian bagi orang lain.
Biosekuritas tidak lain menyerupai etiket untuk berbuat baik. Bila dipraktekkan, ia akan
membantu pemilik peternakan dan lingkungan tetangganya keluar dari berbagai permasalahan.
Pengendalian penyakit merupakan bagian dari rasa tanggung jawab terhadap yang lain. Penyakit
tidak dapat dikendalikan dan diberantas dengan cara berdiam diri atau memberikan informasi
yang salah. Ketika upaya untuk memberantas dan mengendalikan agen penyakit dilakukan,
pemilik peternakan harus memanfaatkan peristiwa alam sekitar seperti sinar matahari, panas,
kering, hujan, angin dan waktu atau musim. Seringkali pemilik hanya memikirkan kerugian
pendapatan ketika kandangnya kosong, padahal mortalitas yang tinggi dan penampilan yang
buruk biasanya lebih merugikan lagi bila terburuburu untuk memasukkan flok ayam baru. Oleh
karena itu lebih baik menunggu sedikit lebih lama (sekitar dua minggu lebih) kandang dibiarkan
dalam keaadaan istirahat dulu sebelum flok berikutnya masuk.

4.4 Analisis Kelayakan Aspek Sumber Daya Manusia


Operator usaha peternakan ayam petelur yang dijalankan ini belum memahami
manajemen penanganan kesehatan ternak dengan baik. Untuk menunjang keberhasilan usaha
peternakan ayam petelur yang akan dibangun di Kecamatan Parungkuda maka perlu
pendampingan teknis dan manajemen yang intensif oleh Dinas dan akademisi terkait.

4.5 Analisis Kelayakan Aspek Pasar


Telur ayam merupakan sumber makan yang bernilai gizi baik. Hampir semua jenis
lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam sebagai sumber protein hewani. Hal ini
disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh, mudah pula cara
pengolahannya dan harganya relatif terjangkau. Hal ini menjadikan telur merupakan jenis bahan
makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Pada gilirannya
kebutuhan telur juga akan terus meningkat.
Telur konsumsi yang paling mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup
adalah telur ayam ras. Berdasarkan survey pasar yang telah dilakukan pada konsumen rumah
tangga, dan industry (restaurant dan hotel) ditemukan bahwa telur ayam ras memiliki peringkat
tertinggi paling diminati dibandingkan dengan telurtelur unggas lainnya.
Responden rumah tangga di Kabupaten sukabumi rata-rata membeli telur ayam ras sejumlah 100
butir setiap bulannya, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga 4 orang. Jumlah penduduk
Kabupaten dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan sebanyak 2,7% per tahun (BPS
Kabupaten Sukabumi, 2018). Jumlah konsumsi telur masyarakat di Kabupaten Sukabumi rata-
rata sebanyak 0,66 butir/kapita/hari, sehingga dapat diramalkan kebutuhan telur konsumsi
masyarakat di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2018 sebanyak 1.445.548 butir/hari. Jumlah
ayam petelur yang ada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 sebanyak 1.124.199 ekor (BPS.
2016). Jika diasumsikan rata-rata produksi sebanyak 80%, maka telur yang dihasilkan per hari
sebanyak 1.360 butir. Terdapat kesenjangan antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan
telur. Jika diasumsikan market share yang mampu diambil sebanyak 10%, Rencana
pengembangan usaha peternakan ayam petelur di Kecamatan Parungkuda memiliki peluang
pasar yang sangat besar mengingat masih sangat besarnya kebutuhan telur di Kabupaten
Sukabumi yang belum terpenuhi selama ini. Namun demikian, diperlukan strategi usaha yang
tepat, untuk mengambil market share yang selama ini telah diisi oleh pelaku usaha (peternakan)
dari luar Kabupaten Sukabumi.

BAB V.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.
1. Ditinjau dari aspek teknis lokasi peternakan di Kecamatan Parungkuda layak untuk
dimanfaatkan sebagai lokasi pengembangan peternakan ayam ras petelur. Lokasi
peternakan terletak jauh dari lingkungan pemukiman, dengan suhu udara 27ºC dan
kelembaban 57%, sirkulasi udara sangat baik, serta tekstur tanah yang mudah menyerap
air, namun diperlukan perbaikan akses jalan dilingkungan kandang, serta pengadaan
sumber air bersih dan listrik.
2. Ditinjau dari aspek finansial, usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan
Parungkuda layak untuk dilakukan, ditunjukkan dengan nilai NPV Rp 43.909.900 , IRR
6,36%, Net B/C 3,28, BEP 1.002/Butir dan PBP 2 Tahun 3 Bulan

3.Nilai switching value : harga telur Rp 1.002 /butir, produksi telur 80,%, harga pakan Rp
4.800/kg.

4. Ditinjau dari aspek Sumber Daya Manusia, calon peternak belum memiliki pengalaman
yang memadai dalam memelihara ayam ras petelur.
5. Ditinjau dari aspek pasar, pengembangan usaha peternakan ayam ras petelor di
Kecamatan Parungkuda layak untuk dilakukan. Kebutuhan telur di Kabupaten Sukabumi
(2016) untuk kebutuhan harian masyarakat konsumsi sebanyak 1.445.548 butir/hari,
sedangkan produksi telur yang telah dihasilkan di Kabupaten Sukabumi sebanyak
1.124.199 butir/hari, sehingga terjadi kesenjangan antara jumlah produksi dengan
permintaan sebesar 321.349 butir/hari.

5.2 Rekomendasi

1. Penataan kandang dan bangunan lainnya harus disesuaikan dengan layout zone
peternakan yang direkomendasikan dengan pertimbangan aspek keamanan dan
biosekuriti.
2. Perlu adanya tambahan anggaran untuk kajian lanjutan mengenai detail perencanaan
bisnis (business plan), tentang hal-hal teknis dan manajemen untuk tumbuh dan
berkembangnya usaha peternakan ayam petelor yang berkelanjutan (tahun 2018)
3. Perlu adanya penganggaran untuk kegiatan pendampingan oleh Fakultas Peternakan
Universitas Udayana dalam teknis kegiatan usaha peternakan ayam petelor onfarm dan on
class ( tahun 2018)
4. Perlu disusun strategi pemasaran telur yang tepat untuk diterapkan pada usaha peternakan
ayam ras petelur di Kecamatan Parungkuda, sehingga mampu merebut peluang pasar
yang ada.) 5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menyusun konsep pengembangan
agribisnis peternakan ayam ras petelor yang berkelanjutan, sehingga dapat
meningakatkan pendapatan peternak pada khsuusnya serta meningkatkan multiplier effect
bagi masyarakat di Kecamatan Parungkuda

Anda mungkin juga menyukai