Anda di halaman 1dari 8

SENIN 7 - 9

PERAN PEMERINTAH TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN


MENENGAH DALAM MENGHADAPI MEA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perekonomian dan Koperasi Indonesia
yang dibina oleh Bapak Drs.H. Gatot Isnaini M. Si

Oleh
Siti Chotimah
16 / Offering SS
089655096893
(150413605663)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 1, telah dijelaskan sebagai berikut.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan


dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung. Usaha
Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha
asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) merupakan usaha yang


melakukan suatu kegiatan baik dari sektor produksi maupun jasa.
Penyelenggaraan UMKM pada tahun 2008 merupakan bentuk kontribusi
pemerintah terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Sehingga perkembangannya
tersebut mendorong masyarakat untuk berwirausaha dan bergabung dalam
UMKM. Selain itu perkembangan UMKM juga membantu menurunkan angka
pengangguran karena terciptanya banyak lapangan kerja dan juga memberikan
konstribusi pajak yang cukup besar kepada pemerintah, sehingga pertumbuhan
ekonomi Indonesia juga naik.
Tahun 2016 merupakan awal tahun dari pembukaan Masyarakat Ekonomi
Asean(MEA) di Indonesia. ASEAN Economic Community atau Masyarakat
Ekonomi ASEAN adalah hasil kesepakatan antara kepala negara-negara di
ASEAN untuk membentuk suatu pasar tunggal di kawasan ekonomi ASEAN agar
negara-negara ASEAN mampu bersaing menghadapi negara-negara lain seperti
Cina atau negara lainnya dalam hal perdagangan. Tujuan dibentuknya ASEAN
Economic Community sendiri adalah untuk mempermudah memperjualbelikan
barang atau jasa di seluruh Asia Tenggara sehingga menimbulkan persaingan yang
ketat antar negara.
Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang
bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas
investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Hal-
hal tersebut tentunya dapat berakibat positif atau negative bagi perekonomian
Indonesia. Oleh karena itu dari sisi pemerintah juga dilakukan strategi dan
langkah-langkah agar Indonesia siap dan dapat memanfaatkan momentum
MEA(Suroso, 2015:1).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, adapun rumusan masalah
dari makalah ini sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2. Apa pengertian dari masyarakat ekonomi Asean?
3. Bagaimana peran pemerintah untuk menghadapi masyarakat ekonomi Asean
dalam UMKM dan berbagai sektor kerja?
4. Bagaimana standardisasi pemerintah kepada UMKM yang siap mengikuti
masyarakat ekonomi Asean?
5. Apa permasalahan dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah(UMKM) ?
Makalah ini ditulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Universitas Negeri Malang(UM, 2010).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM)
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pelaku UMKM ada
sekitar 57,9 juta pelaku UMKM (Fitriati, 2015:6). Sebagaimana diketahui bahwa
usaha mikro kecil dan menengah atau yang lebih dikenal dengan istilah UMKM
telah memberikan sumbangan terhadap perkembangan perekonomian di
Indonesia. Penyerapan tenaga kerja 95% berasal dari UMKM di Indonesia
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah pasal 1 ayat 1, telah dijelaskan sebagai berikut.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan


dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil. Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung. Usaha
Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha
asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari UMKM ialah usaha produktif yang
mandiri baik skala kecil(mikro) hingga skala besar, dilakukan oleh perorangan
maupun lembaga dan bukan merupakan anak usaha atau cabang perusahaan yang
dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketentuan UMKM juga
telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2008 tentang tujuan Usaha


Mikro Kecil dan Menengah pasal 3 menyebutkan,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha Mikro kecil dan Menengah di Indonesia di bagi menjadi beberapa


kriteria yaitu:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.2. Pengertian dari Masyarakat Ekonomi Asean


ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Asean adalah
hasil kerja sama negara-negara ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Filipina, Vietnam, Thailand, Laos, Myanmar dan Kamboja) untuk
mempermudah memperjualbelikan barang atau jasa lintas negara dengan
membentuk pasar tunggal dalam regional Asia Tenggara.
MEA dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat sehingga dapat
menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal
asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi penduduk di
negara-negara ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus
perdagangan barang atau jasa, namun juga termasuk pasar tenaga kerja
profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Oleh karena itu,
MEA secara langsung akan memengaruhi kualitas tenaga ahli di Indonesia.
Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47
juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota
ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi
kawasan ASEAN yang diindikasikan melalui terjadinya arus bebas (Bustami,
2015).
Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 37 tahun 2014 tentang Komite
Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast
Asian Nations menyatakan bahwa.
Dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
Association of Southeast Asian Nations yang dimulai pada
akhir tahun 2015 perlu dilakukan persiapan secara terintegrasi
dan komprehensif, agar pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
Association of Southeast Asian Nations dapat memberikan
manfaat yang maksimal bagi kepentingan nasional.
Dibentuklah Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian Nations,
yang selanjutnya disebut Komite Nasional.

2.3. Peran Pemerintah untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean dalam


UMKM dan Berbagai Sektor Kerja
2.3.1. UMKM
2.3.2. Sektor Tenaga Kerja
2.3.3. Sektor Pertanian

2.4. Standardisasi Pemerintah Kepada UMKM yang Siap Mengikuti Masyarakat


Ekonomi Asean
2.5. Permasalahan dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah(UMKM)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR RUJUKAN

Bustami, G. 2015. Menuju Asean Economic Community. Jakarta: Departemen


Perdagangan Republik Indonesia

Fitriati, R. 2015. Menguak Daya Saing UMKM Industri Kreatif. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Intruksi Presiden RI Nomor 6 tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing


Nasional Dalam Rangka Menghadapi Masyarakat Ekonomi Association of
Southeast Asian Nations. (Online), (http://www.depkop.go.id/uploads/
Media/MEA-Inpres_No_6_Tahun_2014_2014_tentang_Peningkatan_daya_
Saing_Rangka_Menghadapi_Masyarakat_Ekono_01.pdf), diakses 20 Maret
2016..

Keputusam Presiden RI Nomor 37 tahun 2014 tentang Komite Nasional Persiapan


Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations.
(Online),(http://www.depkop.go.id/uploads/media/MEA-Keppres_Nomor_
37_tahun_2014_tentang_Komite_Nasional_Persiapan_Pelaksanaan_
Masyarakat_ekonomi__01.pdf), diakses 20 Maret 2016.

Peraturan Presiden RI Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (Online), (http://www.kemen
kopmk.go.id/content/perpres-nomor--tahun-2015), diakses 15 maret 2016.

Suroso, G.T. 2015. Masyarakat Ekonomi Asean dan Perekonomian Indonesia.


Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), (http://www.bppk.kemenkeu.go.id),
diakses 10 Maret 2016.

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan


Menengah. Bank Indonesia. (Online), (www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-
bi/.../UU20Tahun2008UMKM.pdf), diakses 10 Maret 2016.

Winantyo, R., dkk. 2008. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015(Memperkuat


sinergi ASEAN di tengah kompetisi global (Sjamsul Arifin, Ed.). Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai