Anda di halaman 1dari 44

ANGGRAN DASAR KOMITE PENGUSAHA MIKRO

KECIL MENENGAH INDONESIA BERSATU


Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (selanjutnya di sebut
“KOPITU”) dibentuk untuk meningkatkan peranan UMKM dalam perdagangan domestik
dan juga luar negeri sehingga dapat mendongkrak pendapatan devisa negara. Dengan
bersinerginya beberapa lembaga pemerintah dan swasta, maka diharapkan Badan ini
akan dapat melaksanakan kegiatan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang
terpadu. Data Kementerian KUKM per tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah UMKM
di Indonesia sebanyak 5969 juta dan kontribusi terhadap PDB Nasional mencapai
sekitar Rp 7.005 triliun atau sekitar 62,57% dari total PDB. Sementara kontribusi dalam
hal penyerapan tenaga kerja sebesar 81,7% dari total angkatan kerja Indonesia yang
sebesar 128,06 juta. Pada faktanya, UMKM masih banyak mengahadapi kendala
terutama dalam menghadapi persaingan perdagangan global. Lembaga pemerintah
dan swasta berupaya melakukan pemberdayaan UMKM namun belum secara sinergis
sehingga program yang dilakukan kurang memberikan dampak secara signifikan bagi
para UMKM. “KOPITU” mensinergikan semua pihak yang dibutuhkan terutama bagi
para UMKM yang masih sangat terbatas ruang geraknya dalam meniti langkah
menghadapi persaingan ekonomi global. Dengan demikian, diharapkan dapat terwujud
satu kegiatan pemberdayaan UMKM yang fokus. Para UMKM akan didampingi penuh
oleh “KOPITU” dengan pelayanan One Stop Service bagi UMKM go export.

Komite Pengusaha Mikro Kecil menengah Indonesia Bersatu, disingkat KOPITU adalah
satu wadah organisasi pengusaha Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia yang memiliki tujuan sama terhadap
kemajuan UMKM di Indonesia dan mendorong keberhasilan UMKM di tingkat nasional
maupun internasional. KOPITU merupakan induk organisasi dari Organisasi
Perusahaan dan Organisasi Pengusaha UMKM yang bersifat demokratis, bebas,
mandiri dan bertanggungjawab. Melalui pilar badan usaha
berupa Koperasi UKM Sukses Bersama dan PT UKM Sukses Bersama, KOPITU
merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan antar ketiga badan tersebut dalam rangka
melaksanakan program-program kerja.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang
berdiri sendiri. Usaha ini dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar serta memenuhi kriteria yang
lain. Di Indonesia UMKM memiliki kontribusi atau peranan cukup besar, meliputi;
Perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB). Penyediaan jaring pengaman terutama bagi masyarakat
berpendapatan rendah untuk menjalankan kegiatan ekonomi produktif.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Sensus
Ekonomi dari Badan Pusat Statistik pada 2016 menunjukkan besarnya kontribusi
UMKM. Berikut ini sumbangan UMKM terhadap perekonomian Indonesia: UMKM
menyerap hingga 89,2 persen dari total tenaga kerja. UMKM menyediakan hingga 99
persen dari total lapangan kerja. UMKM menyumbang 60,34 persen dari total PDB
nasional. UMKM menyumbang 14,17 persen dari total ekspor. UMKM menyumbang
58,18 dari total investasi.

Namun demikian sampai saat ini belum ada Lembaga di luar Pemerintah yang
sepenuhnya untuk melindungi, melayani, membela dan mengayomi UMKM sehingga
UMKM bisa berdaya dan naik kelas. Apabila untuk usaha besar kita mengetahui
terdapat Assosiasi / Lembaga/ organisasi yang fokus mebimbing dan membina
pengusaha. Maka KOPITU hadir sebagai organisasi yang akan focus membantu UMKM
naik kelas melalui sinergetik beberapa lembaga pemerintah dan swasta.

Atas berkat rakhmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan luhur, Komite
Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU) menyusun Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pengertian

1.
1. Komite Pengusaha Mikro Kecil menengah Indonesia Bersatu, disingkat
KOPITU adalah satu wadah organisasi pengusaha Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Indonesia yang memiliki tujuan sama terhadap
kemajuan UMKM di Indonesia dan mendorong keberhasilan UMKM di
tingkat nasional maupun internasional. KOPITU merupakan induk
organisasi dari Organisasi Perusahaan dan Organisasi Pengusaha UMKM
yang bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggungjawab dan
merupakan satu kesatuan dengan pilar Koperasi UKM Sukses bersama
dan PT UKM Sukses Bersama.
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah  

a. Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2008.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor
20 tahun 2008.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008.

1.
1. Perusahaan UMKM adalah :

a. Setiap bentuk usaha UMKM yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain atau hanya mempekerjakan anggota keluarga.

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan


mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
hanya mempekerjakan anggota keluarga.

1. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
2. Pelaku UMKM adalah mereka pengusaha/wirausaha UMKM
3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim
dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri.
6. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara
sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan
dukungan berusaha yang seluas-luasnya.
7. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan,
dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
8. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,
memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dengan Usaha Besar

BAB II

NAMA, BENTUK, SIFAT, WAKTU, DAERAH KERJA, SERTA TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 2

Nama

Organisasi ini bernama “Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu”
disingkat KOPITU dalam Bahasa Inggris disebut “Indonesian United Committee of
Micro, Small and Medium Enterprises”

Pasal 3

Bentuk dan Sifat

KOPITU berbentuk perkumpulan/organisasi berbadan hukum beranggotakan


pengusaha Mikro Kecil, dan Menengah berdomisili di Indonesia, bersifat demokratis,
independen, mandiri dan bertanggungjawab. KOPITU memiliki 2 pilar utama, yaitu
Koperasi UKM Sukses Bersama dan PT UKM Sukes Bersama yang menjadikan ketiga
aspek tersebut satu kesatuan tidak terpisahkan satu dengan yang lain.

Pasal 4

Waktu

KOPITU berdiri pada tanggal 22-11-2018 (Dua puluh dua November dua ribu delapan
belas) di Jakarta, dan dikukuhkan melalui Musa Muamarta, Notaris di Jakarta, dengan
nomor pendirian NOMOR AHU-0015358.AH.01.07.TAHUN2018 untuk waktu yang tidak
ditentukan lamanya..

Pasal 5

Daerah Kerja dan Tempat Kedudukan

1.
1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) KOPITU berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia mempunyai daerah kerja di seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia, dan dapat membentuk perwakilan di negara lain
2. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) KOPITU berkedudukan di Ibukota
Provinsi yang bersangkutan atau di salah satu kota pusat kegiatan
ekonomi di Provinsi yang bersangkutan, yang mempunyai daerah kerja di
tingkat Provinsi serta dapat membuka perwakilan di negara lain
3. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) KOPITU berkedudukan di Ibukota
Kabupaten/Kota atau di salah satu kota pusat kegiatan ekonomi di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan mempunyai daerah kerja di tingkat
Kabupaten/Kota

BAB III

VISI DAN MISI

Pasal 6

Visi

Mewujudkan UMKM naik kelas, go ekspor dan mandiri melalui keberpihakan


pemerintah dan stake holder lainnya sehingga tercipta iklim usaha yang baik menuju
terwujudnya cita-cita pembangunan Nasional.

Pasal 7

Misi

1. Mewirausahakan UMKM agar lebih professional dan berkarakter.


2. Memperkuat jejaring dan kerjasama dengan pemerintah dan stake holder lain
untuk memperkuat peran koperasi dan UMKM.
3. Membantu koperasi dan UMKM dalam mengakses penguatan modal usaha,
SDM, teknologi, dan pasar domestic serta global
4. Melindungi, melayani, mengayomi dan membela seluruh pelaku UMKM
Indonesia terutama anggota.
5. Mereprensentasikan UMKM Indonesia diberbagai lembaga Nasional dan
Internasional.

BAB IV

AZAS, LANDASAN, NILAI-NILAI, FILOSOFI, TUJUAN DAN USAHA

Pasal 8

Azas dan Landasan


1.
1.
1. KOPITU berazaskan Pancasila.
2. KOPITU berlandaskan:

a. UUD 1945 sebagai landasan konstitusional

b. Undang-undang dan Peraturan perundang – undangan yang berlaku di


bidang Dunia Usaha / Dunia Industri Ketenagakerjaan dan Investasi
sebagai landasan operasional.
Pasal 9

Nilai-Nilai dan Filosofi

1. Filosofi KOPITU kesetaraan, keterbukaan, dan kemanfaatan.


2. Nilai-nilai yang dijunjung KOPITU diantaranya adalah Kompak/Solid, Semangat,
dan Hebat.

Pasal 10

Prinsip

Prinsip-prinsip “KOPITU” adalah demokrasi ekonomi kerakyatan yang berlandaskan


asas gotong royong yang berorientasi Internasional.

Pasal 11

Tujuan

KOPITU bertujuan untuk:

1. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM.


2. Mewujudkan UMKM naik kelas, go eksport, go digital dan kompetitif baik secara
nasional maupun internasional.
3. Terciptanya iklim dan pertumbuhan UMKM yang kompetitif dan tingkat sosial
ekonomi yang berkeadilan.
4. Mewujudkan hubungan usaha yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan
kesetaraan.
5. Memberikan perlindungan, pelayanan, pengayoman dan pembelaan kepada
seluruh pelaku UMKM Indonesia terutama anggota.

Pasal 12

Tujuan
Dalam rangka mencapai tujuan, KOPITU melakukan usaha-usaha sebagai berikut :

1.
1. Melaksanakan program kerja dengan dukungan Koperasi UKM Sukses
Bersama dan PT UKM Sukses Bersama
2. Menggalang kerjasama dengan para pelaku usaha dan para pelaku
UMKM baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Membangun jejaring (network) dalam rangka peningkatan mutu pada
umumnya dan profesionalisme manajemen Sumber Daya Manusia dalam
lingkup dunia usaha pada khususnya.
4. Melakukan berbagai pendidikan dan pelatihan bagi pelaku UMKM
5. Memberikan pelayanan kepada para pengusaha berupa :

1.

a. Perlindungan : menjaga kelangsungan, perkembangan dan


pertumbuhan kegiatan usaha UMKM.

1.

b. Pemberdayaan : memberikan informasi, pelatihan dan penelitian


tentang perkembangan investasi, ketenagakerjaan dan hubungan
industrial.

1.

c. Pembelaan : memberikan saran, bimbingan dan atau advokasi dalam


masalah pemberdyaan dan pengembangan UMKM, serta sengketa usaha
dalam arti yang luas.

1. Mengupayakan terciptanya investasi dan ruang usaha yang seluas – luasnya


bagi UMKM di Indonesia.
2. Melakukan usaha – usaha lain yang sah dan bermanfaat bagi pengusaha dan
UMKM

BAB V

KEANGGOTAAN

Pasal 13

Anggota

1. Anggota KOPITU adalah pelaku UMKM yang terdaftar secara resmi di database
keanggotaan KOPITU maupun Koperasi UKM Sukses Bersama dan memiliki
bukti keanggotaan berupa Kartu Tanda Keanggotaan
2. Anggota Biasa adalah UMKM sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 2, ayat 3 dan
ayat 4 dalam Anggaran Dasar ini
3. Anggota Luar Biasa adalah UMKM tertentu baik berskala Nasional atau
Internasional yang terdaftar langsung pada Dewan Pimpinan Pusat dan/atau
Dewan Pimpinan Wilayah.
4. Anggota Khusus adalah organisasi Usaha UMKM Sektoral atau Usaha Sejenis.
5. Anggota Kehormatan yaitu perorangan yang berjasa kepada KOPITU dan
ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat atau Ketua Umum

Pasal 14

Persyaratan Keanggotaan

Persyaratan Keanggotaan diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)

Pasal 15

Hak dan Kewajiban Anggota

1.
1. Anggota Biasa

A. Hak Anggota Biasa (Silver)

a. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan Kelengkapan
organisasi.
b. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi
c. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
d. Mendapatkan informasi
e. Membela diri terhadap sanksi organisasi.
B. Kewajiban Anggota Biasa (Silver)

a. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi serta keputusan Ketua


Umum Organisasi.
b. Membangun dan menjaga nama baik organisasi.
c. Aktif melaksanakan dan mengembangkan program serta kegiatan organisasi
d. Memperluas keanggotaan organisasi dengan menyebarkan visi, misi, filosofi, nilai-
nilai dan tujuan organisasi
C. Hak Anggota Biasa (Gold)

a. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan Kelengkapan
organisasi.
b. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
c. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
d. Mendapatkan informasi
e. Mendapatkan pelayanan dari organisasi.
f. Membela diri terhadap sanksi organisasi.
D. Kewajiban Anggota Biasa (Gold)

a. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi serta keputusan Ketua


Umum Organisasi.
b. Membangun dan menjaga nama baik organisasi.
c. Aktif melaksanakan dan mengembangkan program serta kegiatan organisasi
Memperluas keanggotaan organisasi dengan menyebarkan visi, misi, filosofi, nilai-nilai
dan tujuan organisasi
 

1.
1. Anggota Luar Biasa

A. Hak Anggota Luar Biasa

a. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan Kelengkapan
organisasi.
b. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
c. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
d. Mendapatkan informasi
e. Mendapatkan pelayanan khusus yang diatur dengan peraturan khusus dari
organisasi.
f. Membela diri terhadap sanksi organisasi.
B. Kewajiban Anggota Luar Biasa

a. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi serta Keputusan Ketua


Umum Organisasi
b. Membangun dan menjaga nama baik organisasi.
c. Aktif melaksanakan dan mengembangkan program serta kegiatan organisasi
d. Memperluas keanggotaan organisasi dengan menyebarkan visi, misi, filosofi, nilai-
nilai dan tujuan organisasi
 

1.
1. Anggota Khusus

A. Hak Anggota Khusus

a. Memilih dan dipilih untuk menjadi anggota Kepengurusan dan Badan Kelengkapan
organisasi.
b. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.
c. Memperoleh pembinaan dan bantuan teknis.
d. Mendapatkan informasi
e. Mendapatkan pelayanan khusus yang daiatur dengan peraturan khusus dari
organisasi.
f. Membela diri terhadap sanksi organisasi.
B. Kewajiban Anggota Khusus

a. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi serta Keputusan Ketua


Umum Organisasi
b. Membangun dan menjaga nama baik organisasi.
c. Aktif melaksanakan dan mengembangkan program serta kegiatan organisasi
d. Memperluas keanggotaan organisasi dengan menyebarkan visi, misi, filosofi, nilai-
nilai dan tujuan organisasi
 

1.
1. Anggota Kehormatan

A. Hak Anggota Kehormatan

a. Mengajukan pendapat atau saran bagi kemajuan organisasi.


b. Mengikuti Kegiatan KOPITU yang ditentukan oleh Ketua Umum
B. Kewajiban Anggota Kehormatan

a. Mentaati AD/ART, Peraturan dan Keputusan Organisasi.


b. Membangun dan menjaga nama baik organisasi.
c. Memperluas keanggotaan organisasi dengan menyebarkan visi, misi, filosofi, nilai-
nilai dan tujuan organisasi
BAB VI 

JENJANG DAN KEPENGURUSAN

Pasal 16

Jenjang

Jenjang Organisasi:

1. Organisasi di tingkat Nasional adalah Dewan Pimpinan Pusat KOPITU.


2. Organisasi di tingkat Provinsi adalah Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Organisasi di tingkat Kabupaten/Kota adalah Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 17

Kepengurusan

Kepengurusan organisasi terdiri dari Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan :


1. Kepengurusan tingkat Nasional terdiri dari Dewan Pertimbangan Pusat dan
Dewan Pimpinan Pusat.
2. Kepengurusan tingkat Provinsi terdiri dari Dewan Pertimbangan Wilayah dan
Dewan Pimpinan Wilayah.
3. Kepengurusan tingkat Kab/Kota terdiri dari Dewan Pertimbangan Daerah dan
Dewan Pimpinan Daerah.
4. Organisassi KOPITU mendirikan Barisan Pembela KOPITU (BALA KOPITU) dan
Federasi Pekerja UMKM
5. Persyaratan, tata cara, fungsi, tugas BALA KOPITU dan Federasi Pekerja
UMKM diatur dalam Peraturan Organisasi tentang BALA KOPITU dan Federasi
Pekerja UMKM

Pasal 18

Dewan Pertimbangan

1.
1. Pada Tingkat Nasional, Provinsi dan Kab/Kota dibentuk Dewan
Pertimbangan Pusat, Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan
Pertimbangan Daerah.
2. Dewan Pertimbangan Nasional adalah Perangkat organisasi KOPITU
Pusat yang terdiri dari sejumlah anggota yang dipilih dan diangkat dalam
MUNAS/MUNASLUB MUNASWIL, MUNASDA melalui pemilihan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
3. Dewan Pertimbangan dipimpin sekurang-kurangnya oleh seorang Ketua
dan seorang Sekretaris yang dipilih diantara anggota Dewan
Pertimbangan.
4. Yang dapat dipilih menjadi Pimpinan Dewan Pertimbangan adalah mantan
Ketua, Wakil Ketua dan sekretaris dalam tingkatannya
5. Yang dapat dipilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan adalah mantan
Pengurus  dan tokoh yang berjasa kepada organisasi atau tokoh yang
dianggap penting dan dipilih oleh Ketua Umum, Ketua Wilayah atau 
Ketua Daerah.
6. Dewan Pertimbangan dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab
kepada MUNAS/MUNASWIL/MUNASDA sesuai tingkatannya.
7. Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan :

a. Memantau pelaksanaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan


MUNAS, MUNASWIL, MUNASDA dan Kinerja Dewan Pimpinan di tingkatnya.

b. Menilai dan mengusulkan penyempurnaan dan penelitian lebih lanjut atas laporan
kerja, keuangan dan pembendaharaan yang diajukan oleh Dewan Pimpinan dalam
tingkatnya.
c. Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Dewan Pimpinan dalam tingkatnya
baik diminta atau tidak diminta mengenai hal-hal yang menyangkut ruang lingkup usaha
anggota dan pelaksanaan program serta tugas-tugas organisasi.

d. Menyampaikan pertimbangan dan saran sebagai bahan untuk menyusun rancangan


program organisas.

8. Persyaratan dan tata cara pemilihan Dewan Pertimbangan, diatur didalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

Pasal 19

Hak Dan Kewajiban Dewan Pimpinan

1.
1. Hak Dewan Pimpinan adalah mengelola organisasi sesuai dengan tingkat
dan daerah kerja masing-masing.
2. Kewajiban Dewan Pimpinan adalah melaksanakan tugas dan kegiatan
serta mempertanggung jawabkannya kepada anggota melalui
Musyawarah.
3. Dewan Pimpinan berkewajiban mengindahkan pengarahan, petunjuk,
pertimbangan, saran dan nasehat dari Dewan Pertimbangan KOPITU.
4. Dalam keadaan dan situasi tertentu demi kelangsungan, keselamatan,
dan kemajuan organisasi KOPITU, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
KOPITU memiliki hak veto
5. Hak veto yang sudah diputuskan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan
Pusat wajib diikuti oleh seluruh perangkat organisasi dan anggota

Pasal 20

Dewan Pimpinan Pusat

1.
1. Pengurus ditingkat Nasional adalah Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
2. Dewan Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi ditingkat
Nasional yang dipilih oleh Musyawarah Nasional.
3. Ketua Umum DPP dicalonkan oleh sekurang-kurangnya oleh ½ Dewan
Pimpinan Wilayah dan ½ Pimpinan Daerah
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Pusat diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 21

Dewan Pimpinan Wilayah

1.
1. Pengurus ditingkat Provinsi adalah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
2. Dewan Pimpinan Wilayah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat
Provinsi yang dipilih oleh Musyawarah Wilayah.
3. Ketua DPW dicalonkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 Dewan Pimpinan
Daerah yang mempunyai hak suara.
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Wilayah diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 22

Dewan Pimpinan Daerah

1.
1. Pengurus ditingkat Kabupaten/Kota adalah Dewan Pimpinan Daerah
(DPD).
2. Dewan Pimpinan Daerah adalah pimpinan tertinggi organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota yang dipilih oleh Musyawarah Daerah.
3. Ketua DPD dicalonkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 anggota yang hadir
yang mempunyai hak suara.
4. Susunan, fungsi, tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Daerah diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

Pasal 23

Dewan Penasehat

1.
1. Pada tingkat Wilayah dan Daerah bila dianggap perlu dapat dibentuk
Dewan Penasehat
2. Ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan
Penasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART)

Pasal 24

Masa Bakti Kepengurusan

1.
1. Masa bakti Kepengurusan disetiap jenjang organisasi adalah 5 (lima)
tahun
2. Atas pertimbangan kelangsungan, kemajuan dan stabilitas organisasi
Ketua Umum untuk pertamakalinya dapat menjabat selama empat periode
kepengurusan secara berturut-turut.
3. Tata cara pergantian antar waktu kepengurusan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART).

BAB VII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 25

Kekuasaan Organisasi

1. Kekuasaan organisasi berada ditangan anggota dan dilaksanakan dalam


Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah.
2. Musyawarah Nasional merupakan pelaksanaan kekuasaan tertinggi organisasi.
3. Atas pertimbangan demi kelangsungan, kemajuan dan stabilitas organisasi
Ketua Umum dapat menggunakan hak veto.

BAB VIII

MUSYAWARAH

Pasal 26

Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Wilayah (Muswil) dan Musyawarah


Daerah (Musda), diadakan 5 (lima) tahun sekali, paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak berakhirnya masa bakti kepengurusan.
2. Setelah batas waktu sebagaimana tersebut ayat (1) musyawarah tidak
terlaksana maka kepengurusan dinyatakan beku kecuali ada alasan kuat yang
dapat diterima.
3. Kepengurusan satu tingkat di atasnya mengambil alih dan wewenang
kepengurusan yang dinyatakan beku, termasuk memprakarsai pelaksanaan
musyawarah yang tidak terlaksana sebagaimana ayat 2 (dua).
4. Apabila kepengurusan pada tingkat nasional beku maka dibentuk caretaker yang
diprakarsai oleh lebih dari setengah jumlah Dewan Pimpinan Wilayah
5. Pengambilalihan tugas dan wewenang sebagaimana dalam ayat 4 (empat) pasal
ini tidak menggugurkan kewajiban Dewan Pimpinan yang bersangkutan untuk
mempertanggung jawabkan kepengurusannya dalam musyawarah

Pasal 27

Musyawarah Luar Biasa

1. Musyawarah Luar Biasa dapat diselenggarakan sewaktu-waktu atas permintaan


tertulis dari sedikitnya 2/3 (dua pertiga) Anggota KOPITU dibawahnya
2. Musyawarah Daerah, Musyawarah Wilayah, dan Musyawarah Nasional Luar
Biasa, dilaksanakan apabila kinerja organisasi dan/atau kepengurusan tidak
memenuhi ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
3. Ketua Umum DPP KOPITU berhak mengambil alih ketentuan tentang keputusan
Musyawarah Luar Biasa atas pertimbangan penyelamatan dan kinerja organisasi
di Wilayah/Daerah yang bersangkutan.

BAB IX  

RAPAT KERJA DAN KONSULTASI

Pasal 28

Rapat Kerja dan Konsultasi

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional merupakan forum koordinasi antara


Kepengurusan Nasional dengan Kepengurusan Wilayah.
2. Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah merupakan forum koordinasi antara
Kepengurusan Wilayah dengan Kepengurusan Daerah.
3. Pada tingkat Daerah diselenggarakan Rapat Kerja yang dihadiri oleh
kepengurusan Daerah dan Anggota
4. Pelaksanaan dan kewenangan Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional
(Rakerkonas), Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah (Rakerwil) dan Rapat Kerja
Daerah (Rakerda) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB X  

KORUM, KEPUTUSAN DAN SANKSI ORGANISASI

Pasal 29

Korum dan Keputusan

1. Musyawarah adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah dari jumlah
peserta yang berhak hadir dan mempunyai hak suara
2. Pengambilan keputusan dalam sidang atau rapat-rapat organisasi adalah sah
apabila disetujui oleh lebih dari setengah dari jumlah utusan yang hadir dan
mempunyai hak suara
3. Teknis pelaksanaan musyawarah selanjutnya diatur dalam Tata Tertib
Musyawarah.

Pasal 30

Sanksi Organisasi

Sanksi Organisasi terhadap anggota dan sanksi terhadap anggota kepengurusan diatur
didalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB XI 

KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 31

Pengelolaan Kekayaan Organisasi dan Pertanggungjawaban

1. Keuangan kopitu diperoleh melalui :

a. Uang pangkal.

b. Uang iuran.

c. Sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat serta yang diperoleh dengan cara yang
tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

d. Lembaga usaha dan Koperasi yang didirikan oleh organisasi

e. Pendapatan lain yang sah.

2. Pengelolaan Kekayaan Organisasi dan pertanggung jawabannya diatur dalam


Anggaran Rumah Tangga (ART).

BAB XII 

SEKRETARIAT ORGANISASI

Pasal 32

Sekretariat KOPITU

1. Sekretariat KOPITU adalah pelaksana kebijakan dan program kerja yang


ditetapkan Dewan Pimpinan Pusat, serta melakukan layanan kepada Anggota
dan UMKM.
2. Sekretariat Kopitu dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang merupakan
tenaga professional.
3. Direktur Eksekutif dalam melaksanakan layanan kepada Anggota dan dunia
usaha sebagaimana dimaksud ayat (1), berkewajiban menyusun program kerja
dan anggaran tahunan sekretariat yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus pusat
kopitu. Direktur Eksekutif dipilih melalui prosedur uji kelayakan dan kepatutan (fit
and proper test) dari calon-calon yang diseleksi secara terbuka, diangkat dan
diberhentikan oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Pusat
KOPITU
4. Direktur Eksekutif mengajukan struktur organisasi Sekretariat KOPITU untuk
ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat KOPITU.
5. Direktur Eksekutif menetapkan uraian tugas dan tata kerja Sekretariat KOPITU.

BAB XIII 

PERATURAN TAMBAHAN

Pasal 33

Peraturan Tambahan

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar KOPITU ini akan diatur kemudian
dalam Anggaran Rumah Tangga KOPITU.

BAB XIV

PENUTUP

Pasal 34

Penutup

Anggota Dasar  ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai masa kepengurusan
Komite ini berakhir atau ada penyempurnaan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I  

LAMBANG, BENDERA, ATRIBUT, SALAM, HYMNE DAN MARS ORGANISASI

Pasal 1

Lambang
Lambang KOPITU berbentuk lingkaran berwarna biru terdiri dari berbagai unsur
memiliki arti sebagai berikut:

1. Bola Dunia warna biru : melambangkan UMKM Indonesia memiliki tujuan untuk
Go Internasional dengan melakukan kegiatan ekspor hasil produksi dalam
negeri.
2. Lingkaran bentuk orang bergandengan mengelilingi bola dunia : melambangkan
bahwa pelaku dan atau penggiat UMKM Indonesia bergotong royong saling
mendukung dan bersinergi untuk tujuan ekspor hasil produksi dalam negeri.
3. Warna-warni lingkaran bentuk orang mengelilingi bola dunia : melambangkan
bahwa pelaku/penggiat UMKM Indonesia terdiri dari berbagai bidang hasil
produksi seperti nelayan, petani, perkebunan, pengrajin, petambak, dan lain
sebagainya dan dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang ber-Bhineka
Tunggal Ika.
4. Dua Telapak Tangan berdampingan : melambangkan bahwa KOPITU
merupakan suatu wadah bagi pelaku/penggiat UMKM yang akan memberikan
dukungan dan bimbingan dalam kegiatan lokal maupun ekspor dengan sepenuh
hati dan sekuat tenaga.

Pasal 2

Bendera

1. Bendera KOPITU dengan warna dasar putih dan ditengah-tengahnya terdapat


lambang KOPITU dengan warna biru.
2. Warna putih melambangkan ketulusan dalam pengabdian, sedangkan warna biru
mencerminkan kebulatan tekad untuk memperjuangkan keadilan atas dasar
keserasian demi kelestarian UMKM dan Koperasi sebagai salah satu unsur
pendukung pembangunan negara dan rakyat Indonesia.
3. Bendera KOPITU berbentuk segi empat panjang dengan perbandingan panjang
dan lebar 3 : 2 dengan terdapat lambang KOPITU ditengah-tengahnya.

Pasal 3

Atribut

1. Stempel Organisasi: Alas stempel, berbentuk lingkaran sesuai logo KOPITU


2. Kop Surat Organisasi: Dicetak dengan logo KOPITU disudut kiri atas dan tertera
alamat kantor pusat Komite di tengah atas halaman.
3. Pembuatan dan penggunaan atribut organisasi akan di atur lebih lanjut dalam
aturan Organisasi.
Pasal 4

Salam

1. Salam KOPITU adalah kalimat “SALAM KOPITU” dan salam yang disimbolkan
dengan jari-jari tangan
2. Kalimat “SALAM KOPITU “dituliskan dalam awal surat-surat yang dikeluarkan
oleh DPP, DPW dan DPD KOPITU.
3. Symbol KPITU melalui jari tangan, dilakukan dengan cara meletakan jari-jari
tangan di depan dada membentuk segitiga sama sisi, jari-jari kedua tangan
saling bertemu dengan ibu jari terletak dalam posisi horizontal
4. Kalimat dan symbol salam KOPITU diucapkan pada acara-acara resmi KOPITU

Pasal 5

Hymne dan Mars

Hymne dan Mars

1. Hymne dan Mars KOPITU dinyanyikan dalam setiap acara resmi organisasi,
seperti Musyawarah dan Rapat Kerja Konsultasi pada setiap tingkatan
organisasi.
2. Hymne dan Mars organisasi dinyanyikan setelah lagu kebangsaan Indonesia
Raya.

BAB II 

SYARAT DAN TATA CARA MENJADI ANGGOTA

Pasal 6

Syarat menjadi anggota

1. Anggota Biasa (Silver)

a. UMKM yang memiliki produk, menjalankan usahanya secara tetap dan terus
menerus serta sudah memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan
Pimpinan Wilayah.

2. Anggota Biasa (Gold)


a. UMKM yang memiliki IUMK, menjalankan usahanya secara tetap dan terus menerus
serta sudah memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan
Pimpinan Wilayah.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan

3. Anggota Luar Biasa

a. UMKM berbentuk persekutuan atau badan hukum milik swasta dan koperasi maupun
milik perseorangan yang didirikan dan menjalankan usahanya secara tetap dan terus
menerus serta sudah memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku

b. Mendaftar sebagai Anggota Luar Biasa (ALB) melalui Dewan Pimpinan Daerah atau
Dewan Pimpinan Wilayah atau Dewan Pimpinan Pusat.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang ditetapkan

4. Anggota Khusus

a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis kelompok usaha UMKM
yang dibentuk secara resmi dan sah memiliki AD/ART serta memiliki anggota dan
kepengurusan, aktif menjalankan kegiatan sesuai maksud dan tujuan
organisasi/asosiasi.

b. Mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan
Pimpinan Daerah sesuai dengan tempat, kedudukan dan statusnya.

c. Membayar uang pangkal dan iuran sesuai ketentuan yang berlaku

5. Anggota Kehormatan

a. Perseorangan yang dinilai mempunyai jasa luar biasa dalam membentuk,


mengembangkan, membina dan / atau memajukan KOPITU baik ditingkat Pusat,
Wilayah maupun PDaerah.

b. Diusulkan oleh Dewan Pertimbangan, Dewan Pimpinan Puasat, Dewan Pimpinan


Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah.

c. Menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi Anggota Kehormatan

Pasal 7
Tata Cara Menjadi Anggota

1.  Anggota biasa

a. UMKM dan atau pelaku UMKM yang akan menjadi Anggota KOPITU mendaftar di
Sekretariat DPD Kabupaten/Kota ditempat mereka berada.

b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat DPD Kabupaten/Kota


yang bersangkutan

c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat
Dewan Pimpinan Daerah KOPITU Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dengan disertai
kelengkapan sebagaimana disyaratkan.

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka DPD
KOPITU Kabupaten/Kota bersangkutan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja
setelah menerimanya wajib mengembalikan kepada pemohon untuk dilakukan
perbaikan seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat Dewan
Pimpinan Daerah KOPITU Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

2. Anggota Luar Biasa

a. UMKM dan atau pelaku UMKM yang akan menjadi Anggota KOPITU mendaftar di
Sekretariat DPD Kabupaten/Kota, DPW Propinsi atau di Dewan Pimpinan Pusat.

b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat tempat mendaftar

c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat
tempat mengambil formulir

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka


secretariat tempat mendaftarselambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
menerimanya wajib mengembalikan kepada pemohon untuk dilakukan perbaikan
seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat tempat melakukan
pendaftaran sebelumnya

3. Anggota Khusus

a. Organisasi / Asosiasi Usaha Sektoral atau Usaha Sejenis kelompok usaha UMKM
mendaftar di Sekretariat DPD Kabupaten/Kota, DPW Propinsi atau di Dewan Pimpinan
Pusat.

b. Mengisi formulir keanggotaan yang disediakan oleh Sekretariat tempat mendaftar


c. Mengembalikan formulir yang telah diisi dengan baik dan benar kepada Sekretariat
tempat mengambil formulir

d. Apabila dalam pengisian formulir persyaratan tersebut belum lengkap, maka


secretariat tempat mendaftarselambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah
menerimanya wajib mengembalikan kepada pemohon untuk dilakukan perbaikan
seperlunya dan selanjutnya diserahkan kembali ke sekretariat tempat melakukan
pendaftaran sebelumnya

4. Formulir pendaftaran Anggota KOPITU mengikuti format yang terdapat dalam


lampiran Anggaran Rumah Tangga Ini

Pasal 8

Tanda Bukti Keanggotaan

1. UMKM dan atau pelaku UMKM yang diterima menjadi Anggota KOPITU menjadi
Anggota Biasa/Luar Biasa dan Khusus akan mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA)
KOPITU.

2. Kartu Tanda Anggota KOPITU di dalamnya memuat Nomor Keanggotaan, Dewan


Pimpinan yang menerbitkan, tanggal dikeluarkannya, Nama dan atau Pemilik UMKM,
Alamat

3. Kartu Tanda Anggota KOPITU dinyatakan sah apabila telah ditandatangani bersama
oleh Ketua Umum, dan Ketua Dewan di Sekretariat tempat mendaftar.

4. KTA KOPITU diterima oleh para pemohon selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak
dipenuhinya persyaratan oleh pemohon.

5. Penomoran Keanggotaan KOPITU menganut format khusus, di dalamnya memuat :

a. Nomor Urut Anggota

b. Kode Wilayah/Provinsi

c. Kode Daerah Kabupaten/Kota

d. Status Usaha

e. Jenis Usaha

f. Fasilitas Investasi.
g. Bulan dan Tahun Pertama Kali Terdaftar

6. Format Kartu Tanda Anggota (KTA) KOPITU mengikuti format dalam lampiran
Anggaran Dasar Rumah Tangga ini

Pasal 9

Masa Berlaku dan Berakhirnya Keanggotaan

1. Masa berlakunya keanggotaan aktif Kartu Tanda Anggota (KTA) KOPITU,


selama masih jadi anggota  KOPITU
2. Keanggotaan berakhir karena salah satu sebab dibawah ini :

a. UMKM atau Pelaku UMKM menyatakan mengundurkan diri secara tertulis.

b. UMKM bubar atau dinyatakan pailit.

c. Diberhentikan keanggotaannya oleh KOPITU karena melanggar ketentuan AD/ART


KOPITU

d. Anggota kehormatan yang meninggal dunia.

Pasal 10

Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan

Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan diatur sebagai berikut :

1. Bagi Anggota Biasa tidak ada uang pangkal dan iuran keanggotaan
2. Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan Anggota Luar Biasa dan atau
khusus ditetapkan oleh Dewan Pimpinan yang bersangkutan.
3. Bagi UMKM yang tidak sanggup membayar iuran sebesar yang dimaksud dalam
ayat 2 pasal ini dapat mengajukan permohonan keringanan kepada Dewan
Pimpinan yang bersangkutan.
4. Besarnya Uang Pangkal dan Iuran Keanggotaan tidak boleh membebani UMKM

BAB III

KEPENGURUSAN

Pasal 11

Sifat Hubungan Struktur Kepengurusan


Sifat Hubungan antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah
adalah :

1. Kemandirian daerah, artinya memberikan kewenangan bagi Pengurus Daerah


maupun Pengurus Wilayah untuk mengembangkan dirinya dalam rangka
mencapai visi dan misi KOPITU sebagaimana diatur dalam AD/ART.
2. Partisipatif, artinya hubungan yang memberikan ruang bagi keterlibatan segenap
jajaran KOPITU dalam menentukan kebijakan yang menyangkut dirinya.
3. Koordinatif adalah pola hubungan yang terkomunikasikan dengan baik dan
bersinergis.
4. Bertanggung jawab adalah pola hubungan yang tetap mengedepankan aturan
organisasi ynag tertuang dalam AD/ART

Pasal 12

Persyaratan Menjadi Pengurus

Syarat menjadi Pengurus :

1. Anggota Kepengurusan pada Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah


dan Dewan Pimpinan Daerah ialah mereka yang menjabat Pimpinan
UMKM/Koperasi atau mereka yang mewakili manajemen yang mendapat mandat
dari pimpinan tertinggi.
2. Satu UMKM /Koperasi Anggota KOPITU hanya boleh diwakili oleh 1 (satu) orang
untuk duduk dalam kepengurusan KOPITU
3. Pengurus pada Dewan Pimpinan disemua tingkatan tidak dibenarkan merangkap
jabatan.
4. Para Anggota Kepengurusan KOPITU harus memenuhi persyaratan khusus
sebagai berikut :

a. Warga Negara Republik Indonesia.

b. Memiliki Usaha UMKM atau Koperasi

c. Sebelumnya telah terdaftar sebagai anggota KOPITU

d. Pelaku usaha UMKM yang mewakili asosiasi yang telah menjadi anggota luar biasa
KOPITU.

e. Dari perusahaan atau Asosiasi/Organisasi Usaha Sektoral UMKM yang


berkedudukan di ibu kota Negara dan sekitarnya untuk tingkat Pusat, di Ibukota
Provinsi dan Ibukota untuk tingkat Wilayah dan Daerah

f. Tidak dalam keadaan pailit atau tidak kehilangan hak untuk menguasai kekayaannya.

g. Memiliki keahlian, kemampuan kepemimpinan dan integritas pribadi.


h. Bersedia mengabdikan diri, tenaga dan pikirannya untuk kepentingan organisasi
serta mau menandatangani Pakta Integritas.

i. Tidak sedang menjadi terpidana.

Pasal 13

Sifat Pertanggungjawaban Kepengurusan

Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah, bersifat
kolektif – kolegial. Dalam arti semua kebijakan organisasi ditentukan bersama,
dilaksanakan dengan prinsip saling mengisi dan sesuai dengan ketentuan
pembidangan tugas serta dipertanggung jawabkan bersama.

Pasal 14

Kepengurusan Tingkat Nasional 

1. Susunan Kepengurusan Pusat terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

2. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua Umum

b. Para Wakil Ketua Umum

c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris Umum

e. Para Wakil Sekretaris Umum

f. Bendahara Umum

g. Para Wakil Bendahara Umum

3. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

4. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Plen

Pasal 15
Kepengurusan Tingkat Wilayah

1. Pengurus tingkat Wilayah dibentuk melalui Rapat Pembentukan Struktur.

2. Rapat Pembentukan Struktur dapat dilakukan setelah dikeluarkan Surat Mandat dari
Dewan Pimpinan Pusat disertai penunjukan Tim Formatur.

3. Notulensi hasil rapat dilaporkan terhadap Dewan Pimpinan Pusat disertai Rancangan
Struktur Kepengurusan.

4. Sebanyak minimal 5 orang wajib terdaftar sebagai anggota Koperasi UKM Sukses
Bersama

5. Susunan Kepengurusan Wilayah terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

6. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua

b. Para Wakil Ketua

c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris

e. Para Wakil Sekretaris

f. Bendahara

g. Para Wakil Bendahara

7. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

8. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Plen

Pasal 16

Kepengurusan Tingkat Daerah

1. Pengurus tingkat Daerah dibentuk melalui Rapat Pembentukan Struktur.


2. Rapat Pembentukan Struktur dapat dilakukan setelah dikeluarkan Surat Mandat dari
Dewan Pimpinan Pusat disertai penunjukan Tim Formatur.

3. Notulensi hasil rapat dilaporkan terhadap Dewan Pimpinan Pusat disertai Rancangan
Struktur Kepengurusan.

4. Sebanyak minimal 5 orang wajib terdaftar sebagai anggota Koperasi UKM Sukses
Bersama

5. Susunan Kepengurusan Pusat terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Pimpinan Pleno.

6. Susunan Dewan Pimpinan Harian terdiri dari :

a. Ketua

b. Para Wakil Ketua

c. Para Ketua Bidang

d. Sekretaris

e. Para Wakil Sekretaris

f. Bendahara

g. Para Wakil Bendahara

7. Susunan Dewan Pimpinan Pleno terdiri dari Dewan Pimpinan Harian.

8. Kegiatan Dewan Pimpinan Harian dilaporkan didalam Rapat Pleno.

Pasal 17

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Pusat

1. Fungsi Dewan Pimpinan Pusat :

a. Memimpin dan mengarahkan segenap potensi dan jajaran KOPITU dalam


melaksanakan tugas pokok, yaitu mencapai tujuan organisasi KOPITU sesuai dengan
Visi dan Misi Organisasi KOPITU.
b. Merencanakan, menjabarkan dan melaksanakan Program Umum Organisasi
KOPITU.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan mengambil tindakantindakan yang dianggap


perlu dalam rangka pencapaian tujuan, pelaksanaan tugas pokok dan pengembangan
organisasi yang berkelanjutan.

2. Dewan Pimpinan Pusat dalam menjalankan tugas pokok organisasi senantiasa :

a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan Wilayah dan Daerah

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan


instansi dan organisasi lain yang terkait, baik dalam negeri maupun luar negeri.

c. Mengupayakan terciptanya situasi dan kondisi yang baik bagi UMKM dan Koperasi.

d. Menumbuhkembangkan dan mengarahkan pengembangan UMKM di daerah-daerah


sesuai dengan potensinya masing-masing.

3. Wewenang Dewan Pimpinan Pusat :

a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan


Pimpinan Wilayah yang tidak sesuai dengan AD/ART maupun Program Umum
Organisasi.

b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam


lingkup Nasional sebagaimana diatur dalam Program Umum KOPITU.

c. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Nasional baik keluar maupun ke dalam


organisasi.

d. Mewakili organisasi ditingkat International.

e. Merekomendasikan keanggotaan dalam badan dan lembaga perekonomian, dunia


usaha/industri dan lembaga ketenagakerjaan di tingkat Nasional.

f. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Dewan Pimpinan Provinsi
sesuai ketentuan organisasi.

4. Dewan Pimpinan Nasional bertanggung jawab kepada Musyarawah Nasional yang


disampaikan oleh Ketua Umum.

Pasal 18

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah


1. Fungsi Dewan Pimpinan Wilayah adalah :

a. Perencanaan program kerja dalam lingkup daerah Provinsi berdasarkan aspirasi dari
Pengurus KOPITU di didaerahnya dalam rangka pelaksanaan Garis Besar Haluan
Organisasi dan Program Kerja Nasional KOPITU.

b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada Wilayah


yang bersangkutan.

2. Tugas Dewan Pimpinan Wilayah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di
daerah Wilayah adalah:

a. Membina dan meningkatkan peran serta Dewan Pimpinan KOPITU Daerah.

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan


instansi dan organisasi lain yang terkait.

c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi
daerahnya masing-masing yang relevan bagi pengembangan dan pertumbuhan UMKM
dan Koperasi

d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya UMKM di daerah masing-


masing.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Wilayah :

a. Menganulir dan mengkoreksi kebijakan Dewan Pimpinan Daerah yang tidak sesuai
dengan AD/ART maupun Program Umum Organisasi.

b. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam


lingkup Wilayah sebagaimana diatur dalam Program Umum KOPITU.

c. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral ditingkat Wilayah maupun


Daerah.

d. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Provinsi baik keluar maupun ke dalam


organisasi.

e. Mengambil alih untuk sementara wewenang dan tugas Daerah sesuai ketentuan
organisasi.

f. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian dan


UMKM.
g. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota UMKM
bersama stakeholder terkait di tingkat Provinsi

4. Dewan Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada musyarawah Wilayah (Muswil)


yang disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.

Pasal 19

Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan


Kabupaten/Kota

1. Fungsi Dewan Pimpinan Daerah adalah :

a. Perencanaan program kerja dalam lingkup daerah Kab/Kota berdasarkan aspirasi


dari Pengurus KOPITU di didaerahnya dalam rangka pelaksanaan Garis Besar Haluan
Organisasi dan Program Kerja Nasional KOPITU.

b. Mengkoordinasikan dan mensinergikan berbagai kepentingan yang ada Daerah yang


bersangkutan.

2. Tugas Dewan Pimpinan Daerah dalam menjalankan tugas pokok yang ada di daerah
Wilayah adalah:

a. Membina dan meningkatkan peran serta Anggota.

b. Senantiasa membuka peluang, membina dan meningkatkan kerjasama dengan


instansi dan organisasi lain yang terkait.

c. Menyediakan data yang lengkap dan komprehensif tentang kondisi dan situasi
daerahnya masing-masing yang relevan bagi pengembangan dan pertumbuhan UMKM
dan Koperasi

d. Mengadakan kegiatan proaktif demi tumbuh kembangnya UMKM di daerahnya.

3. Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Pimpinan Daerah :

a. Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan program KOPITU dalam


lingkup Daerah sebagaimana diatur dalam Program Umum KOPITU.

b. Melakukan hubungan sektoral maupun antar sektoral ditingkat Daerah.

c. Mewakili Organisasi KOPITU tingkat Kabu/Kota baik keluar maupun ke dalam


organisasi.
d. Merekomendasikan keanggotaan di dalam badan dan lembaga perekonomian dan
UMKM.

e. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan terhadap anggota UMKM


anggota bersama stakeholder terkait di tingkat Kabupaten/Kota

4. Dewan Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada musyarawah Daerah (Musda)


yang disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah.

Pasal 20

Ketentuan Pembentukan dan Fungsi Dewan Penasehat ditingkat Wilayah dan


Daerah

1. Ketentuan Pembentukan :

a. Pada tingkat Wilayah/Daerah bila dipandang perlu dapat dibentuk Dewan Penasehat
melalui Musyawarah pada setiap tingkatan organisasi.

b. Anggota Dewan Penasehat adalah mantan Ketua KOPITU Wilayah/Daerah dan


UMKM atau orang yang emiliki kemampuan dalam bidang UMKM.

c. Penetapan Dewan Penasehat dilakukan atas kesediaan yang bersangkutan untuk


waktu selama masa bakti Kepengurusan.

d. Orang yang sama dapat ditetapkan kembali sebagai Penasehat untuk masa bakti
berikutnya.

e. Dewan Penasehat dapat menyampaikan saran dan pendapat baik lisan maupun
tertulis kepada Kepengurusan.

2. Susunan Dewan Penasehat terdiri dari :

a. Seorang Ketua

b. Beberapa orang anggota

3. Fungsi Dewan Penasehat adalah :

a. Meningkatkan pengakuan kepengurusan

b. Mempertahankan keabsahan kepengurusan

c. Meningkatkan kemampuan kepengurusan


4. Dewan Penasehat dapat memberikan masukan-masukan kepada Dewan Pimpinan,
baik diminta maupun tidak diminta.

Pasal 21

Persyaratan dan Tata Cara Pemilihan Dewan Pertimbangan.

1. Yang dapat dipilih sebagai Ketua, Sekretaris dan Anggota Dewan Pertimbangan
Pusat, Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pertimbangan Daerah adalah
Mantan Ketua Umum, Ketua, Ketua DPP, Wakil Ketua DPP, Sekretaris Umum
dan Sekretaris yang menyelesaikan masa baktinya selama 1 (satu) Periode
Penuh.
2. Pemilihan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat, Ketua Dewan Pertimbangan
Wilayah, Ketua Dewan Pertimbangan Daerah dilakukan secara musyawarah
mufakat didalam Musyawarah Nasional / Musyawarah Nasional Luar Biasa,
Musyawarah Wilayah/ Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah Daerah /
Musyawarah Daerah Luar Biasa.
3. Ketua Dewan Pertimbangan terpilih sekaligus menjadi anggota formatur yang
akan membantu Ketua Umum terpilih menyusun Kepengurusan.

BAB IV 

MASA BAKTI

Pasal 22

Masa Bakti Kepengurusan

1. Masa bakti kepengurusan KOPITU adalah 5 (lima) tahun untuk setiap satu masa
bakti, dan berakhir bersamaan pada saat terpilihnya kepengurusan yang baru
oleh Musyawarah Nasional, Wilayah atau Daerah sesuai tingkatannya.
2. Atas Pertimbangan untuk keberlanjutan dan kemajuan organisasi serta sebagai
penghargaan atas gagasan dan pendirian organisasi KOPITU, Ketua Umum
untuk pertamakalinya menjabat empat periode berturut-turut
3. Anggota Pengurus lainnya dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya.

1.
1.  

BAB V

HIERARKI PERTANGGUNGJAWABAN, KEABSAHAN, PENGUKUHAN


KEPENGURUSAN DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH
Pasal 23

Hirarki Pertanggungjawaban

Hirarki Pertanggungjawaban:

1. Kepengurusan Pusat bertanggungjawab kepada Musyawarah Nasional.


2. Kepengurusan Wilayah bertanggungjawab kepada Musyawarah Wilayah.
3. Kepengurusan Daera bertanggungjawab kepada Musyawarah Daerah.

Pasal 24

Hirarki Keabsahan

Hirarki Keabsahan:

1. Dewan Pimpinan Pusat memberikan keabsahan terhadap pelaksanaan


Musyawarah Wilayah
2. Dewan Pimpinan Wilayah memberikan Keabsahan terhadap pelaksanaan
Musyawarah Daerah.

Pasal 25

Hirarki Pengukuhan

Hirarki Pengukuhan:

1. Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa memberi pengukuhan


terhadap Kepengurusan tingkatNasional.
2. Dewan Pimpinan Pusat memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan
tingkat Wilayah dan Daerah.
3. Dewan Pimpinan Provinsi memberikan pengukuhan terhadap Kepengurusan
tingkat Daerah atas penedelegasian dari Dewan Pimpinan Pusat

Pasal 26

Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan


Pusat.

2. Musyawarah Nasional dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan Pusat dan Dewan Pimpinan Pusat yang mempunyai hak bicara
dan hak suara.
b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara.

c. Utusan Dewan Pimpinan Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Anggota Dewan Penasehat Pusat mempunyai hak bicara dan hak suara.

e. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan mempunyai hak
bicara.

3. Musyawarah Nasional mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-


jawaban Dewan Pimpinan Pusat.

b. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

c. Menetapkan Program Umum Organisasi.

d. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan secara musyawarah mufakat

e. Memilih Ketua Umum secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua Formatur.

f. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna


membantu Ketua Umum terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih
menyusun Kepengurusan Pusat secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Nasional

Pasal 27

Sidang Musyawarah Nasional

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah


dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Nasional dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Nasional harus membawa mandat dari
Dewan Pimpinan yang bersangkutan.
4. Dewan Pimpinan Wilayah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua)
orang utusan peserta yang masingmasing utusan peserta mempunyai hak 1
(satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
5. Dewan Pimpinan Daerah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua)
orang utusan peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1
(satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
6. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Nasional disiapkan oleh Dewan
Pimpinan Pusat dan disahkan oleh Musyawarah Nasional.
Pasal 28

Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan


Wilayah.

2. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan Wilayah dan Dewan Pimpinan Wilayah yang mempunyai hak
bicara dan hak suara.

b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah yang mempunyai hak bicara dan hak suara.

c. Anggota Dewan Penasehat Wilayah mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan mempunyai
hak bicara.

3. Musyawarah Wilayah mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-


jawaban Dewan Pimpinan Wilayah.

b. Menetapkan Program Umum Wilayah yangbersangkutan.

c. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan Wilayah secara musyawarah mufakat

d. Memilih Ketua Umum Wilayah secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua
Formatur.

e. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna


membantu Ketua Umum Wilayah terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih
menyusun Kepengurusan Wilayah secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Wilayah

Pasal 29

Sidang Musyawarah Wilayah

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah


dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Setiap peserta dan peninjau Musyawarah Wilayah harus membawa mandat dari
Dewan Pimpinan yang bersangkutan.
4. Dewan Pimpinan Daerah atas nama anggota diwakili oleh paling banyak 2 (dua)
orang utusan peserta yang masing-masing utusan peserta mempunyai hak 1
(satu) suara dan tidak bisa diwakilkan.
5. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Wilayah disiapkan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah dan disahkan oleh Musyawarah Wilayah.

Pasal 30

Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dipersiapkan dan diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan


Daerah

2. Musyawarah Daerah dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Daerah  yang mempunyai hak bicara
dan hak suara.

b. Utusan UMKM?Koperasi dan pelaku UMKM yang mempunyai hak bicara dan hak
suara.

c. Anggota Dewan Penasehat mempunyai hak bicara dan hak suara.

d. Peninjau lainnya yang diputuskan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan mempunyai hak
bicara.

3. Musyawarah Daerah mempunyai kewenangan untuk :

a. Menerima, mengesahkan atau menolak sebagian atau keseluruhan pertanggung-


jawaban Dewan Pimpinan Daerah.

b. Menetapkan Program Umum Daerah yang bersangkutan.

c. Memilih Ketua Dewan Pertimbangan Daerah secara musyawarah mufakat

d. Memilih Ketua Umum Daerah secara langsung yang sekaligus menjadi Ketua
Formatur.

e. Memilih 3 (tiga) orang anggota formatur diantara peserta Musyawarah guna


membantu Ketua Umum Daerah terpilih bersama Ketua Dewan Pertimbangan terpilih
menyusun Kepengurusan Wilayah secara lengkap dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) bulan semenjak berakhirnya Musyawarah Daerah
Pasal 31

Sidang Musyawarah Daerah

1. Sebelum terpilihnya pimpinan musyawarah yang definitif maka musyawarah


dipimpin oleh Dewan Pimpinan Daerah sebagai pimpinan sidang sementara.
2. Sidang Musyawarah Daerah dipimpin oleh suatu Presidium, yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang yang dipilih dari peserta musyawarah.
3. Susunan Acara dan Tata Tertib Musyawarah Daerah disiapkan oleh Dewan
Pimpinan Daerah dan disahkan oleh Musyawarah Daerah.

BAB VI

PELAKSANAAN RAPAT KERJA DAN KONSULTASI

Pasal 32

Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) diadakan sekali dalam satu
tahun, yang dipersiapkan serta dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat.

2. RAKERKONAS dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Pusat sebagai peserta.

b. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.

c. Utusan Dewan Pimpinan Daerah

d. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Pusat.

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional merupakan forum koordinasi dan evaluasi
terhadap kinerja pelaksanaan Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan organisasi
mengacu kepada amanat Musyawarah Nasional dan menetapkan rencana pelaksanaan
tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi.

Pasal 33

Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah (Rakerkorwil) diadakan sekali dalam satu tahun,
yang dipersiapkan serta dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

2. RAKERKORWIL dihadiri oleh :


a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Wilayah sebagai peserta.

b. Utusan Dewan Pimpinan Daerah

c. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Wilayah merupakan forum koordinasi dan evaluasi
terhadap kinerja pelaksanaan Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan Wilayah
mengacu kepada amanat Musyawarah Wilayah dan menetapkan rencana pelaksanaan
tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi Wilayah.

Pasal 34

Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah

1. Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah (Rakerkorda) diadakan sekali dalam satu tahun,
yang dipersiapkan serta dipimpin oleh Dewan Pimpinan Daerah.

2. RAKERKORDA dihadiri oleh :

a. Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan Daerah sebagai peserta.

b. Peninjau yang diatur oleh Dewan Pimpinan Wilayah.

c. UMKM, Koperasi dan Pelaku UMKM yang merefresentasikan kondisi daerah


setempat dan ditentukan oleh Dewan Pimpinan Daerah

3. Rapat Kerja dan Konsultasi Daerah merupakan forum koordinasi dan evaluasi
terhadap kinerja pelaksanaan Program tahun sebelumnya disetiap tingkatan Daerah
mengacu kepada amanat Musyawarah Daerah dan menetapkan rencana pelaksanaan
tahun selanjutnya atas Program Umum Organisasi Daerah.

BAB VII

SANKSI DAN PEMBELAAN

Pasal 35

Sanksi Organisasi

1. Sanksi organisasi dapat berupa :

a. Peringatan tertulis.

b. Pemberhentian sementara.
c. Pemberhentian tetap.

2. Tindakan pemberhentian sementara dikenakan kepada mereka yang melalaikan


kewajibannya.

3. Tindakan pemberhentian sementara dilakukan setelah yang bersangkutan diberi


peringatan lisan, tertulis sebanyak 3 (tiga) kali masing-masing dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan.

4. Tindakan pemberhentian tetap dikenakan kepada mereka yang

a. Merusak nama baik organisasi dan

b. Menyalahgunakan nama atau hak milik organisasi.

5. Bilamana perlu pemecatan dilakukan tanpa peringatan terlebih dahulu.

6. Sanksi organisasi terhadap Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa maupun Anggota
Kehormatan, dilakukan atas dasar keputusan oleh dan dalam Rapat Dewan Pengurus.

Pasal 36

Sanksi Terhadap Anggota Pengurus

1. Setiap anggota kepengurusan, baik anggota Dewan Pertimbangan maupun anggota


Dewan Pimpinan di semua tingkatan, dapat dikenai sanksi organisasi oleh Dewan
Pimpinan yang bersangkutan berdasarkan besar kecilnya kesalahan yang dilakukan
sampai pada bentuk pemberhentian setelah terlebih dahulu di putuskan didalam Rapat
Dewan Pimpinan dan Dewan Pertimbangan yang bersangkutan, dengan tingkatan
sanksi yang dilakukan secara tertulis, sebagai berikut :

a. Teguran atau peringatan lisan.

b. Peringatan tertulis.

c. Pemberhentian sementara dari jabatan.

d. Pemberhentian tetap dari jabatan.

2. Sanksi organisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenakan apabila yang


bersangkutan :

a. Secara sadar melanggar dan atau tidak mematuhi Anggaran Dasar dan atau
Anggaran Rumah Tangga.
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi.

c. Melanggar peraturan dan ketentuan organisasi.

d. Tidak memenuhi dan atau melalaikan kewajibannya sebagai anggota kepengurusan.

e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan


organisasi.

3. Keputusan pemberhentian atau pemberhentian sementara dilakukan setelah kepada


yang bersangkutan diberikan peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut terlebih
dahulu, terkecuali untuk hal-hal yang bersifat luar biasa, melalui keputusan rapat
Dewan Pimpinan yang bersangkutan berdasarkan ;

a. Untuk anggota Dewan Pertimbangan oleh Keputusan Dewan Pertimbangan.

b. Untuk anggota Dewan Pengurus oleh Keputusan Dewan Pengurus.

4. Dalam masa pemberhentian atau pemberhentian sementara, anggota kepengurusan


yang bersangkutan kehilangan hak-hak dan jabatannya sebagai anggota
kepengurusan.

Pasal 37

Pembelaan Diri

1. Anggota kepengurusan yang diberhentikan atau di berhentikan sementara


berhak membela diri atau naik banding berturutturut sesuai jenjang tingkatan
2. Mereka yang terkena sanksi organisasi dapat membela diri dan dibela dimuka
suatu Panitia yang dibentuk oleh Dewan Pimpinan sesuai tingkatannya
3. Keputusan Panitia dapat berisi saran pembatalan ataupun perubahan sanksi.
4. Keputusan Panitia disampaikan kepada Dewan Pimpinan secara tertulis untuk
dipertimbangkan oleh Dewan Pengurus.

BAB VIII

KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 38

Lembaga Usaha dan Koperasi

1. KOPITU mendirikan Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi sebagai sumber


keuangan organisasi disetiap tingkatan Dewan Pimpinan
2. Perseroan Terbatas dan Koperasi milik KOPITU dikelola secara professional
oleh para professional di bidangnya.
3. Pengelola bisnis milik KOPITU dipilih dan bertanggungjawab pada pengurus.

Pasal 39

Ketentuan Pembukuan dan Pertanggungjawaban

1. Pengurus memberikan laporan dan pertanggungjawaban keuangan dan


perbendaharaan kepada Musyawarah dan diwajibkan melakukan pencatatan
dan pengurusan atas seluruh kekayaan dan penggunaan keuangan organisasi
selama masa jabatannya.
2. Tahun Buku dimulai pada tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember tahun berjalan, dan laporan keuangan yang telah di audit dikeluarkan
paling lambat akhir bulan Juni tahun berikutnya.

Pasal 40

Keuangan dan Kekayaan

1. Dewan Pimpinan Pusat, Wilayah dan Daerah, wajib menghimpun kekayaan


organisasi sebagai sarana kegiatan dan pelayanan, mengelola secara umum
kekayaan dan keuangannya masing-masing termasuk penetapan anggaran
belanja.
2. Bendahara adalah pemegang kuasa atas pengelolaan kekayaan dan dana
organisasi.

BAB IX

SEKRETARIAT ORGANISASI

Pasal 41

Kelengkapan Sekretariat

1. Organisasi KOPITU dilengkapi dengan Sekretariat yang dipimpin oleh Direktur


Eksekutif untuk tingkat Nasional dan Sekretaris Eksekutif untuk tingkat Wilayah dan
Daerah.

2. Direktur Eksekutif atau Sekretaris Eksekutif mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

a. Melaksanakan keputusan Dewan Pimpinan.


b. Menjalin Hubungan dengan instansi pemerintah dan lembaga-lembaga lain serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan teknis
operasional sesuai kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan.

c. Mempersiapkan dan menghadiri rapat-rapat Dewan Pimpinan.

3. Susunan personalia dan tata kerja Sekretariat serta remunerasi personalia


Sekretariat disusun oleh Direktur Eksekutif atau Sekretaris Eksekutif dan ditetapkan
Dewan Pimpinan .

4. Pengangkatan jabatan-jabatan dalam Sekretariat dan pemberhentiannya


dilaksanakan oleh Direktur Eksekutif atau Sekretaris Eksekutif atas persetujuan Dewan
Pengurus.

5. Dalam batas-batas tertentu Direktur Eksekutif dan atau Sekretaris Eksekutif dapat
mengeluarkan dana operasional dari kas Sekretariat yang kemudian secara periodik
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan kepada Dewan Pengurus.

6. Direktur Eksekutif dan atau Sekretaris Eksekutif bertanggung jawab kepada Dewan
Pengurus.

BAB X

BELA KOPITU

Pasal 42

Maksud, Tugas, Tujuan, dan Peran

1. Barisan Pembela KOPITU atau disingkat BALA KOPITU dibentuk sebagai


satuan perlindungan pelaku UMKM yang bergabung dalam KOPITU.
2. BALA KOPITU bertugas melindungi, melayani, dan mengayomi pelaku UMKM
utamanya memberikan edukasi perlindungan hukum dan keuangan bagi para
pelaku UMKM anggota KOPITU
3. Dalam keadaan tertentu BALA KOPITU dapat berperan untuk membantu dalam
operasi kemanusiaan seperti dalam bencana alam; banjir, gempa bumi, atau
bencana lain yang sejenis sebagai sukarelawan.
4. Melengkapi fungsinya Bala KOPITU akan dibekali dengan berbagai pelatihan
fisik dan keterampilan.

Pasal 43

Syarat Anggota
1. Mengingat fungsi dan perannya bagi UMKM dan masyarakat umum, maka anggota
BALA KOPITU harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan utama.

2. Syarat anggota Bala KOPITU:

a. Laki-laki berusia minimal 18 Tahun

b. Sehat jasmani dan rohani

c. Para pelaku UMKM kelas mikro Informal

d. Bersedia mengikuti pelatihan sebagai BELA KOPITU

Pasal 44

Organisasi BELA KOPITU

1. Organisasi BALA KOPITU ditingkat pusat berada dibawah Ketua Umum KOPITU
2. Ketua Umum KOPITU adalah Komando Tinggi Pusat BALA KOPITU.
3. Ditingkat Dewan Pimpinan Pusat BALA KOPITU dipimpin oleh Komando Pusat,
Ditingkat Wilayah ada Komando Tinggi Wilayah BALA KOPITU, ditingkat Dewan
Pimpinan Pusat BALA KOPITU dipimpin oleh Komando Wilayah, Ditingkat
Cabang ada Komando Tinggi Cabang BALA KOPITU, ditingkat Dewan Pimpinan
Cabang BALA KOPITU dipimpin oleh Komando Cabang BALA KOPITU

BAB XI

FEDERASI PEKERJA UMKM

Pasal 45

Federasi sarikat Pekerja UMKM

1. KOPITU membentuk Federasi Sarikat Pekerja UMKM KOPITU disingkat FSP-


UMKM KOPITU
2. Federasi Sarikat Pekerja UMKM KOPITU dibentuk sebagai wadah organisasi
pekerja yang bergerak dalam UMKM
3. Dalam pembentukan dan pelaksanaannya FSP-UMKM KOPITU mengikuti
peraturan dan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Ketentuan lebih lanjut tentang FSP-UMKM KOPITU diatur dalam Peraturan
Organisasi
BAB XII

ATURAN TAMBAHAN

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur oleh Dewan
Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah sesuai dengan kewenangannya dalam
bentuk Peraturan Organisasi (PO) sepanjang peraturan tersebut tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII

PENUTUP

Anggota Rumah Tangga  ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai masa
kepengurusan Komite ini berakhir atau ada penyempurnaan.

Anda mungkin juga menyukai