Berdasarkan Undang- Undang No. 19 tahun 2003 Pasal 1 dijelaskan bahwa pengertian dari Badan
Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan, dan kegiatan utamanya adalah untuk mengelola cabang- cabang
produksi yang penting bagi negara dan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 menyatakan “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menyatakan
“Bumi , air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Kedua pasal ini merupakan jaminan bagi pemerintah untuk ikut serta berperan
dalam perekonomian negara. Penguasaan oleh negara dalam hidup orang banyak bukan berarti
memiliki, namun mengandung arti memberi kekuatan tertinggi kepada negara untuk :
Mengatur serta menentukan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum mengenai
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1232/kmk.013/1989 pasal 2 yang dimaksud dengan
badan usaha milik negara adalah badan usaha dan anak perusahaan BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki oleh negara. Karena seluruh modalnya dimiliki oleh negara berarti manajernya sangat
dipengaruhi oleh pemerintah. Menurut instruksi presiden no. 7 tahun 1967, perusahaan negara diubah
bentuknya menjadi BUMN dan disederhanakan menjadi perusahaan jawatan (PERJAN), perusahaan
umum (PERUM) , dan perusahaan perseroan (PERSERO).
2. Pengawasan dilakukan, baik secara hirarki maupun secara fungsional dilakukan oleh pemerintah.
3. Kekuasaan penuh dalam menjalankan kegiatan usaha berada di tangan pemerintah.
6. Untuk mengisi kas negara, karena merupakan salah satu sumber penghasilan negara.
7. Agar pengusaha swasta tidak memonopoli usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak.
9. Merupakan lembaga ekonomi yang tidak mempunyai tujuan utama mencari keuntungan, tetapi
dibenarkan untuk memupuk keuntungan.
11. Dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi serta terjaminnya prinsip-prinsip
ekonomi.
12. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.
13. Peranan pemerintah sebagai pemegang saham. Bila sahamnya dimiliki oleh masyarakat,
besarnya tidak lebih dari 49%, sedangkan minimal 51% sahamnya dimiliki oleh negara.
2.Tujuan BUMN
Berdasarkan UU no. 19 Tahun 2003 pasal 2, maksud dan tujuan pendirian BUMN tidak lain adalah
sebagai berikut:
BUMN merupakan suatu lembaga Negara yang dinaungi secara langsung oleh pemerintah. Maka dari
itu, BUMN memiliki peranan yang besar, yaitu bukan saja untuk mensejahterakan masyarakat, namun
juga untuk membantu meningkatkan pendapatan Negara. Adapun beberapa fungsi BUMN, sebagai
berikut:
BUMN sebagai penyedia produk-produk yang bernilai ekonomis, serta tidak disediakan oleh
badan usaha milik swasta
BUMN sebagai alat pemerintah Indonesia, dalam mengelola serta menata kebijakan
perekonomian masyarakat
BUMN sebagai badan usaha yang menyediakan layanan untuk masyarakat, dalam
menyediakan barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhan orang banyak
BUMN sebagai pelopor bagi banyak sector ekonomi yang belum diminati swasta
BUMN tidak menyediakan lapangan kerja yang tinggi, namun dapat menambah pendapatan
Negara
BUMN membantu pengembangan usaha kecil koperasi dan mikro
BUMN membantu meningkatkan serta mendorong aktifitas masyarakat di berbagai jenis
usaha
Di bawah pembinaan Kementrian BUMN telah tersusun suatu Master Plan BUMN tahun 2002-2008
yang memuat VISI “Menjadikan BUMN sebagai Badan Usaha yang tangguh dalam persaingan global
dan mampu memenuhi harapan stakeholder” dengan beberapa catatan :
BUMN sebagai Badan Usaha perlu dikembangkan sebagai pelaku usaha dalam perekonomian
Indonesia.
Sesuai asa kemanfaatan, pemilikan saham oleh negara tidak harus dipertahankan baik sebagai
pemegang saham mayoritas atau minoritas.
Pembinaan BUMN diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan
secara profesional, efisien dan tangguh sehingga mampu menghadapi persaingan global.
Meningkatkan kontribusi kepada negara baik dalam bentuk pajak, deviden maupun hasil
privatisasi serta memenuhi harapan Stakeholders.
Dari visi tersebut juga dikandung suatu MISI yang juga tersusun dalam suatu Master Plan BUMN
tahun 2002-2008BUMN sebagai berikut :
Melaksanakan reformasi dalam ruang lingkup budaya kerja, strategi dan pengelolaan usaha
untuk mewujudkan profesionalisme dengan berlandaskan pada prinsip Good Corporate
Governance dalam pengelolaan BUMN.
Meningkatkan nilai perusahaan melalui restrukturisasi, privatisasi dan kerjasa usaha antar
BUMN berdasar prinsip bisnis sehat.
Meningkatkan daya saing melaui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk menyediakan
produk barang dan jasa berkualitas dengan harga kompetitif serta pelayanan bermutu tinggi.
Peningkatan kontribusi BUMN kepada negara
Peningkatan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan, pembinaan koperasi dan
UKM dalam program kemitraan.
Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) melaksanakan pembinaan
terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun
1973. Awalnya, organisasi ini merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali perubahan dan
perkembangan.
Unit Eselon II
Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit
setingkat Eselon II. Unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan
Perusahaan Negara). Selanjutnya, terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan BUN
(Badan Usaha Negara). Kemudian organisasi ini berubah menjadi Direktorat Pembinaan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) sampai dengan tahun 1993
Unit Eselon I
Dalam periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya hanya setingkat Direktorat/Eselon
II, ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat Jenderal/Eselon I, dengan nama Direktorat Jenderal
Pembinaan Badan Usaha Negara (DJ-PBUN). Dalam kurun waktu 1993-1998 tercatat 2 (dua) orang
Direktur Jenderal Pembinaan BUMN, yakni Bapak Martiono Hadianto dan Bapak Bacelius Ruru.
Kementerian BUMN
Tahun 1998, pemerintah Republik Indonesia mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola
BUMN menjadi setingkat Kementerian, dengan nama Kementerian Negara Pendayagunaan
BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur
organisasi Kementerian ini sempat dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat eselon I di
lingkungan Departemen Keuangan. Namun, di tahun 2001, ketika terjadi suksesi pucuk
kepemimpinan Republik Indonesia, organisasi pembina BUMN tersebut dikembalikan lagi fungsinya
menjadi setingkat Kementerian sampai dengan sekarang.
1. RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh
saham Persero dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada Persero dan
perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.
2. Direksi
Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS. Dalam hal ini Menteri
bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Menteri.
Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.
3. Komisaris
Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan oleh RUPS. Dalam hal Menteri
bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris ditetapkan oleh Menteri.
Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
1 (satu) kali masa jabatan. Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan
kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi.
Di Indonesia sendiri yang sudah menjadi Persero adalah PT. PP (Pembangunan Perumahan),PT Bank
BNI Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Indosat Tbk (pada
akhir tahun 2002 41,94% saham Persero ini telah dijual kepada Swasta sehingga perusahaan ini bukan
BUMN lagi), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk,Pt.Garuda Indonesia Airways(GIA).
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.Pendirian Perum
diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama
dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Perum yang didirikan memperoleh status badan
hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya.
Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
Serta untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud
di atas dengan persetujuan Menteri, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha
lain. Organ Perum terdiri atas:
Menteri
Menteri adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah
selaku pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan
Direksi
Direksi Perum adalah organ Perum yang bertanggung jawab atas kepengurusan Perum untuk
kepentingan dan tujuan Perum, serta mewakili perum untuk di dalam maupun di luar
pengadila
Dewan Pengawas.
Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum.
Contoh Perum diantaranya Perum Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI, Perum
ANTARA,Perum Peruri,Perum Perumnas,Perum Balai Pustaka, dll.
Perusahaan jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari
negara. Saat ini hanya TVRI yang merupakan satu-satunya perjan yang dimiliki oleh BUMN.
Besarnya modal perjan ditetapkan melalui APBN.
3) Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau direktur
jenderal departemen yang bersangkutan
Pada saat ini, tidak ada lagi BUMN yang berstatus perjan karena statusnya telah dialihkan menjadi
bentuk-bentuk badan hukum/usaha lainnya.
5. Permasalahan BUMN
Kinerja BUMN masih belum optimal. Walaupun saat ini kinerja BUMN secara umum telah
menunjukkan adanya peningkatan, namun pencapaian tersebut masih jauh dari hasil yang diharapkan.
Dengan kinerja demikian, masih ada potensi BUMN untuk membebani fiskal yang dapat
mempengaruhi upaya mempertahankan kesinambungan fiskal. Kinerja BUMN mempunyai pengaruh
di sisi pendapatan dan di sisi pengeluaran negara. Disisi pendapatan, BUMN menyumbang pada
penerimaan negara baik penerimaan pajak maupun bukan pajak. Sedangkan disisi pengeluaran, jika
BUMN memiliki kinerja yang rendah, pada akhirnya mengakibatkan beban terhadap pengeluaran
negara.
Pelaksanaan konsolidasi dan revitalisasi bisnis BUMN (2002-2004) memang telah mampu
meningkatkan kinerja BUMN. Hal ini dapat dilihat pada realisasi penjualan tahun 2000-2003 yang
meningkat rata-rata sebesar 17,8 persen per tahun. Sementara itu laba bersih BUMN antara tahun
2000-2003 juga mencapai peningkatan rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 26,7 persen per tahun. Kalau
pada tahun 2000 baru mencapai sebesar Rp14 triliun, tahun 2001 meningkat sebesar 35,7 persen, dan
tahun 2002 meningkat lagi sebesar 36,8 persen. Tahun 2003 laba bersih BUMN tersebut telah
mencapai sebesar Rp28 triliun atau meningkat dua kali lipat dibandingkan laba bersih tahun 2000. Di
sisi lain, meskipun jumlah BUMN yang sehat pada tahun 2003 turun menjadi 97 perusahaan
dibanding tahun sebelumnya 102 perusahaan, akan tetapi dari sisi jumlah pajak (PPh dan PPn) yang
disetorkan kepada negara terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, jumlah pajak yang disetor
sebesar Rp8,7 triliun, tahun 2002 sebesar Rp16,4 triliun atau naik 88,5 persen dan tahun 2003
meningkat lagi sebesar Rp22,1 triliun atau naik 34,8 persen dari tahun sebelumnya dan pada tahun
2004 BUMN diharapkan akan mampu memberikan kontribusi kepada negara sebesar Rp27 triliun
yang berasal dari dividen Rp6 triliun, pajak sebesar Rp16 triliun dan privatisasi sebesar Rp5 triliun.
Masih banyak kendala serta permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan BUMN dan upaya
peningkatan kinerjanya. Permasalahan tersebut antara lain disebabkan masih lemahnya koordinasi
kebijakan antara langkah perbaikan internal perusahaan dengan kebijakan industrial dan pasar tempat
BUMN tersebut beroperasi, belum terpisahkannya fungsi komersial dan pelayanan masyarakat pada
sebagian besar BUMN dan belum terimplementasikannya prinsip-prinsip Good Corporate
Governance secara utuh di seluruh BUMN. Di samping itu, belum optimalnya kesatuan pandangan
dalam kebijakan privatisasi di antara stakeholder yang ada berpotensi memberikan dampak negatif
dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan kebijakan ini.
Ke depan, tantangan yang dihadapi adalah memberikan sumbangan yang makin besar pada keuangan
negara. Di samping itu masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan yang baik serta iklim
persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut terciptanya BUMN yang sehat, efisien serta
berdaya saing tinggi, baik dalam maupun luar negeri.
Masalah yang sering dihadapi BUMN dan biasanya digunakan sebagai pertimbangan yang
mendorong dilakukannya kebijakan privatisasi di beberapa negara, menurut hasil penelitian World
Bank (2004), antara lain adalah kerena beberapa permasalahan dalam BUMN yakni :
Infisiensi, kelebihan karyawan, dan produktivitas rendah. Ketiga masalah tersebut terbilang
akut dan dominan pada BUMN yang sepenuhnya berada di bawah kontrol pemerintah.
Kualiatas barang dan jasa rendah. Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan BUMN pada
umumnya dinilai rendah oleh masyarakat karena lemahnya kualitas sumberdaya manusia dan
tertinggalnya teknologi yang digunakan oelh BUMN dalam memproduksi barang dan jasa.
Rugi berkelanjutan dan peningkatan utang. Beberapa BUMN yang merugi dan memiliki
utang cukup besar tidak dapat segera melakukan pembenahan untuk meningkatkan kinerja
karena beberapa alasan. Salah satunya adalah aset BUMN yang berasa dari penyisihan APBN
(sebelum ditetapkannya UNDANG-UNDANG Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN) harus
dikonsultasi kepada pemerintah dan bahakan DPR.
Tidak responsif terhadap publik, pada umumnya disebabakan oleh lambannya proses
pengambilan keputusan dan kurangnya jiwa wirausaha (entrepreneurship) di lingkungan
manajemen BUMN.
Ketiadaan dana untuk memenuhi kebutuhan modal investasi. Salah satu hambatan
pengembangan BUMNadalah kurangnya dana investasi terutama untuk pengembangan usaha.
Sebagian modal BUMN berasa dari utang sehingga biaya modal (cost of capital) lebih tinggi
dibandingkan jika didanai dengan modal sendiri (ekuitas).
Integrasi vertikal secara berlebiha, sering kali kebijakan pemerintah dalam pengelolaan
BUMN sangat intervensif sehingga manajemen BUMN mengalami hambatan dalam
pengambilan keputusan manajerial.
Bergam tujuan dan saling bertentangan. Dualisme tujaun BUMN, yaitu untuk memperoleh
keuntungan dan pelayanan sosial kepada publik, merupakan salah satu penghambat BUMN
untuk memasuki pasar kompetitif.
Misi lembaga salah arah dan tidak relevan. Adanya intevensi politik dan hambatan regulasi
dapat mengacaukan misi BUMN sebagai entitas bisnis.
Pemamfaatan dan kinerja aset yang tidak optimal. Investasi yang dilakukan BUMN, terutama
dalam bentuk infrastruktur, penggunaannya belum dapat dioptimalkan (notkonflik employed),
antara lain kaerna masalah SDM, konflik kepentinga, birokrasi, serta hambatan hukum.
Praktik-praktik ilegal, praktik ilegal seperti kasus suap, pengadaan barang dan jasa yang tidak
sesuai prosedur, kolusi dan nepotisme, serta beberapa praktek ilegal lain dalam pengelolaan
BUMN. Penerapan good corparate govermance (GCG) diharapkan dapat membersihkan
praktik-praktik ilegal itu.
Pencurian dan korupsi. Tingginya kasus pencurian dan korupsi dalam tubuh BUMN
merupakan masalah yang perlu dicermati secara serius baik oleh pemerintah maupun oleh
manajemen BUMN.
sebagai wujud ketidakpuasan dan keprihatinan atas kualitas penegakan hukum di Indonesia’
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_badan_usaha_milik_negara_di_Indonesia
https://bumn.go.id/about/profile
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha_milik_negara
https://www.wartaekonomi.co.id/read266067/bumn-terus-dihantam-masalah-ini-warisan-
menteri-sebelumnya
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8100/231/